..
...
PENGARUH PENERAPAN STRATEGI :PEl\UlELAJARAN DAN PROSES
BERPIKIR TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA
SISWA SMP KOTA PEM,ATANGSIANTAR
TAHUN
AJARAN
2008/2009
TESI S
<DiajuiJI:n. 'l)'fttu{!MnMnWii
~.ryaraf.anrDaliJm !Mmpm;f4:' ggfm•
!Magimr
~itf~nfl?rogram
Stwli
~Ju.t~ n :M.tltlml.at~PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN MATEIVIATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
PENGARUH PENERAP AN STRA TEGI PEMBELAJARAN DAN PROSES
BERPOOR TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA
SISWA SMP KOT A PEMA
T
ANGSJANT
AR
T AHUN AJARAN 200811009
TESIS
OLEH:
JOBI WD.801f 81JBPU
NIM: 071188830017
Telala
Dipemh•nk•a Di
DepaaPaaitia UjiaD Tesia Pada Taagpl 05 Nopember
2009
du
DiDyatalwa Telab Memnnahi Siilab
Sana
Syant Uatuk Memperoleb
Gelar Mapter Peadidikaa Matematika
Meagetabui,
PembimbiDII,
Prot
DiaD
Anaallto.,
MPd,
M.Sc.,M.A.,
Ph.D
Nip.l3176S624
Ketua
Prop-am Studi
Peadidlku Matematlka
Dn.
Ida Kanauib, M.Sc., Ed.,
Ph.D
Medaa,
05 Nopember 2009
PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI
UJIAN TESIS MAGISTER PENDIDIKAN
NO
NAMA
1
Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D
Nip. 131765624
2
Dr. W.Rajaguk&uk. M.Pd
Nip.131S72424
TANDA TANGAN
~
·4!JP
~~Y,~zo"~
3
Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Hum
Nip.130891778
4
Prof. Dr. Sabat Saragih. M.Pd
Nip. 19610205 198803 1 003
KATAPENGANTAR
Puji dan syulrur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Sang
Maba Karya dan Sumber Pengetahuan yang selalu memberikan kebijaksanaan.
kekuatan dan kelimpahan berkatNya sehinga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam proses penulisannya penulis banyak mengbadapi kendala dan keterbatasan,
namun berkat bimbingan araban dan motivasi Dosen Pembimbing dan Narasumber,
istri dan anak-anakku, serta rekan-rekan mabasiswa Pascasarjana akhirnya penulisan
tesis ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besamya kepada :
Bapak Prof. Dian Armanto, M.A, M.Sc ,M.Pd, Ph.D dan Bapak
.Or.W.Rajaguguk, M.Pd. selaku pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak
memberikan pengarahan, support dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini.
Bapak Prof.
Dr.
Pargaulan Siagian, M.Pd., Bapak Prof.Dr. Sabat Saragih,
M.Pd. dan Bapak Dr.Bornok Sinaga, M.Pd. sebagai narasumber yang telah banyak
memberikan masukan atau swnbangan pemikiran sehingga menambah wawasan
pengetahuan penulis dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.
Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom,M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri
Medan, dan Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Negeri Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti perkuliahan dan memberikan bantuan administrasi di Universitas Negeri
Medan.
Pada kesempatan ini juga, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan
kepada:
1. lbu Ora. Ida Kamasih, M.Sc. Ph.D., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Pendidikan Matematika, dan Bapak Dapot Manullang, S.E. sebagai staf Prodi
Pendidikan Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam
administrasi perkuliahan selama ini.
2. Bapak dan lbu dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Matematika, yang telah
banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna bagi penulis dalam
menjalankan tugas-tugas sesuai dcngan profesi penulis.
3. Bapak P.Hutapea S.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 1 Pematangsiantar, Bapak
Drs. M.Siahaan, selaku kapala SMP Negeri 7 Pematangsiantar yang telah
memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah
masing-masing yang beliau pimpin, termasuk dalam pemamfaatan sarana dan prasarana
sekolah. serta guru-guru dan staf administrasi di masing-masing sekolah yang
telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.
4. lbu N . br. Saragih, S.Pd guru SMP Negeri 1, lbu P.Simannata, S.Pd, guru SMP
Negeri 7 , Bapak T.Tambunan guru SMP Swasta GKPS 3, S.Pd Kota
Pematangsiantar, yang memberikan waktu dan pemikiran sebagai ternan sejawat
yang mengobservasi panelis selama proses pembelajaran berlangsung. ·
5. Bapk Drs. Syafari, M.Pd, dan Bapak. Pardomuan Sinambela, M.Pd, dosen Unimed
yang memberikan waktu dan pemikiran untuk. mengobservasi instrumen
penelitian ini.
6. Istri Ani Maria Purba, S.Pd, dan keempat Putra Puteriku yang kubanggakan :
H. Widodo Sitopu, Hartono S Sitopu, Widya A Br.Sitopu dan Jessei A Br Sitopu
yang telah memberikan motivasi, bantuan moral dan material selama mengikuti
perkuliahan dan penulisan tesis ini.
7. Rekan-rekan dosen FKIP-USI Pematangsiantar selaku mitra kerja yang telah
memberikan motivasi dan dukungan moril selama penulis dalam perkuliahan
dan penyelesaian tesis ini yang senantiasa memberikan dukungan moral dan
semangat selama mengikuti perkuliahan dan penulisan tesis ini.
8. Guru-guru dan staf pegawai SMP GKPS 3 Pematangsiantar selaku mitra kerja
yang telah memberikan motivasi dan dukungan moril selama penulis
dalam perkuliahan dan penyelesaian tesis ini. ·
9. Rekan-rekan seperjuangan khususnya mahasiswa PPs Prodi Matematika Angkatan
I Eksekutif. lstimewa : Peri nainggolan, Mangihut Situmorang dan Rudof
Barmen Manurung.
10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dalam kesempatan
ini yang telah banyak memberikan motivasi maupun kontribusi dalam
penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan atau kelemahan dari tesis
ini, untuk itu penulis mengbarapkan sumbangan pemikiran ataupun kritik yang
bersifat konstruktif untuk kesempumaan tesis ini.
Penulis tidak dapat membalas semua yang diberikan bapaklibu serta saudarali,
kiranya Tuhan Yang Maha Pengasih mencurahkan berkatnya bagi kita semua. Akhir
kata semoga basil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan pendidikan
dimasa kini dan yang akan datang.
Teriring salam dan doaku.
Medan, 05 Nopember 2009
Penulis,
JONI WILSON SITEPU
DAFfARISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERNY AT AAN ... .
ABSTRAK...
iiiABSTRACT...
vKATA PENGANTAR ...
viDAFTAR
181...
viiDAFTAR TABEL...
xiDAFT
AR GAMBAR/BAGAN ...
xiii
DAFT AR LAMPIRAN ...
xviBABIPENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1B. Ideotifikasi Masalah ... 23
C. Pembatasan Masalah ... ... ... ... . 24
D. Perwnusan Masalah ... 25
E. Tujuan Penelitian ... 25
F. Manfaat Penelitian ... 26
G. Defenisi Operasional Variabel Penelitian... 27
BAD II KAJIAN TEORITIS A. Deskripsi Teoritis ... ... 30
1. Hakekat dan Karakteristik Matematika... 30
1.l.Hakekat dan Karekteristik Matematika Sekolah ... 30
l.2.Klasifikasi materi Pembelajaran Matematika ... 32
2. Hakekat Strategi Pembelajaran Interaktif ... 36
3. Hakekat Strategi Pembelajaran Ekspositori... 41
4. Hakekat Proses Berpikir... 46
4.a.Proses-Berpikir Konseptual... 48
4.b.Proses Berpikir Selruensial... 49
5. Kemampuan Komunikasi Matematika... ... 50
6. Teori Belajar Pendukung... 62
7. Hasil Penelitian yang Relevan ... ... .. ... 64
B. Kerangka Berpikir ... 64
l .Perbedaan Strategi Pembelajaran lnteraktif dan Ekspositori terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika ... ... 64
2. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematika antara siswa yang memiliki Proses berpikir Konseptual dan Siswa yang memiliki Proses berpikir Sekuensial... ... ... .... 68
3. Interaksi Strategi Pembelajaran dengan Proses berpikir siswa terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika... 70
C. Hipotesis Penelitian... ... 73
DAB lli METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 74
B. Disain Penelitian ... 74
C. Variabel Penelitian ... 75
D. Tempat dan Waktu Penelitian... 76
E. Populasi dan Sam pel Penelitian ... ... ... 77
F. Pengontrolan Perlakuan ... 79
l.Pengontoran Validitas Internal... 79
2. Pengontoran V aliditas ekstemal... ... ... 80
G. Prosedur Pelaksanaan Perlakuan... 81
H. Teknik Analisa Data... 82
l.Instrurnen Penelitian... ... ... ... 82
3. Uji Coba Intrumen Tes... 90
I. Teknik Analisis Data... ... ... 93
J. Prosedur Penelitian ... .. .. ... ... .. . .. . . . .... ... .. ... ... .. . ... 96
BAB IV BASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data . .. . . .. . . ... ... ... ... ... . ... ... .. . . . 97
1. Kelompok KKM Proses Berpikir konseptual untuk Strategi
Pembelajaran ... ... 97
2. KKM Kelompok Proses Berpikir sekuensial untuk Strategi
Pembelajaran . . . .. .. ... ... . ... ... ... ... .. ... . ... ... .... .. . 99
3. Kemampuan Komunikasi Matematika untuk Penerapan
Strategi Pembelajan Interaktif.. ... ... ... 101
4 . Kemampuan Komunikasi Matematika untuk Penerapan
Strategi Pembelajan Ekspos itori ... ... ... ... 103
5. Kemampuan Komunikasi Matematika Kelompok Proses
berpikir Konseptual untuk Penerapan Strateg i
Pembelajan Interaktif ... ... ... ... 104
6 . Kemampuan Komunikasi M atematika Ke lompok Proses
berpikir Sekuensial untuk Penerapan
Strategi Pembelajan Interaktif.. ... ... ... 106
7. Kemampuan Komunikasi Matematika Kelompok Proses
berpikir Konseptual untuk Penerapan Strategi
Pembelajan Ekspositori ... 108
8. Kemampuan Komunikasi M atematika Kelompok Proses
berpikir Sekuensial untuk P enerapan Strategi
Pembelajan Ekspositori . .... .. . .. .. .... .. . ... .. ... .. . ... . .... ... 11 0
B. Deskripsi Data Observasi .... .. ... 113
C. Anal is is Data ... ... ... ... .. 117
1.Uji Normalitas ... 117
2.Uji Homogenitas ... ... 118
D. Pengujian Hipotesis ... ... 118
1. Perbedaan Strategi Pembelajaran Interaktif dan Ekspositori
terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika ... ... .. ... 119
2. Perbedaan Kemampuan Komtmikasi Matematika antara siswa
yang memiliki Proses berpikir Konseptual dan Siswa_
yang memiliki Proses berpikir Sekuensial... ... ... ... .. .. . . 119
3. Interaksi Strategi Pembelajaran dengan Proses berpikir siswa .
terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika ... 120
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... ... 125
I. Terdapat Perbedaan Kemampuan Komunikasi
Matematika siswa yang diajar dengan Penerapan Strategi
Pembelajaran Interaktif dengan Penerapan Strategi
Pembelajaran Ekspositori.... . ... . .. . ... ... .. . . 125
2. Terdapat Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematika
antara siswa yang memiliki Proses berpikir Konseptual
dan Siswa yang memiliki Proses berpikir Sekuensial... 129
3. Terdapat Interaksi Strategi Pembelajaran dengan Proses berpikir
Siswa terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika ... . . .... .. 136
F. Keterbatasan Penelitian... ... 141
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... ... ... . 143
B. Saran . . . .. . . .... ... .. .. .. ... ... .. ... ... .... .. .... .. 144
Tabell.l
Tabel2.1
Tabel2.2
DAFTAR TABEL
Halaman
Peringkat Akreditasi SMP Kota Pematangsiantar . . .. . .. . . .. .. . ... ... 21
Fase Strategi Pembelajaran Interaktif ... 37
Fase Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 44
Tabel 2.3 Perbedaan Pedagogi antara Pembelajaran interaktif
Dengan Pembelajaran Ekspositori ... ... ... ... 67
Tabel3.1 Tabel Winer tentang keterkaitan antara variabel bebas
V ariabel moderator dan terikat... ... ... . . ... .. ... ... .. ... 76
Tabel 3.2 Kisi-kisi tes kemampuan komunikasi matematika... 84
Tabel 3.3 Kisi-kisi tes proses berpikir... ... 86
Tabel 3.4 Keterkaitan permasalahan, Hipotesis dan Jenis
Uji statistik yang digunakan... ... 94
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kelompok KKM Proses Berpikir Konseptual
untuk Penerapan Strategi Pembelajaran ... ... ... 97
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi KKM Kelompok Proses Berpikir Sekuensial
untuk Penerapan Strategi Pembelajaran. .. . .. . .. .. . .. . . . ... ... . . .. . . ... 99
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Matematika
untuk Penerapan Strategi Pembelajaran Interaktif... 101
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Matematika
untuk Penerapan Strategi Pembelajaran Ekspositori... 103
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Matematika
Kelompok Proses Berpikir Konseptual untuk Penerapan Strategi
Pembelajaran Jnteraktif ... 105
Tabel4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Matematika
Kelompok Proses Berpikir Sekuensial untuk Penerapan Strategi
Pembelajaran Interaktif... ... ... ... ... 107
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Matematika
Kelompok Proses Berpikir Konseptual untuk Penerapan Strategi
Pembelajaran Ekspositori... ... 109
Tabel4.8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Matematika Kelompok Proses Berpikir Sekuensial untuk Penerapan Strategi Pembelajaran Ekpositori .... ... . .... ... ... ... ... ... . .. Ill Tabel 4. 9 Rangkurnan n, x, s ... . ... ... . .... ... . .. ... 113
Tabel4.10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 114
Tabel4.11 Hasil Observasi Aktivitas Guru!Peneliti... 115
Tabel4.12 Hasil Pengujian Nonnalitas Data. ... 117
Tabel4.13 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas .... ... 118
Tabel 4.14 Rangkurnan basil ANA VA... 118
[image:12.530.89.441.84.322.2]DAFfAR GAMBAR
Halaman
Gam bar 1.1. Proses Berpikir menurut Werthemer dalam Resnick... 4 7
Gambar 4.1 . Histogram K elompok KKM Proses Berpikir Konseptual untuk
Penerapan Strategi Pembelajaran ... ... .. 98
Gambar 4.2 Histogram KKM Kelompok Proses Berpikir Sekuensial untuk Penerapan Strategi Pembelajaran... 100
Gambar 4.3. Histogram Kemampuan Komunikasi Matematika untuk
Penerapan Strategi Pembelajaran Interaktif ... ... .. ... .. 102
Gambar 4.4. Histogram Kemampuan Komunikasi Matematika untuk
Penerapan Strategi Pembelajaran Ekspositori... 104
Gambar 4.5. Histogram Kemampuan Komunikasi Matematika Kelompok
Proses berpikir Konseptual untuk Penerapan Strategi
Pembelajaran Interaktif ... .. .. ... . ... ... .. .. .. ... .... . . 106
Gambar 4.6. Histogram Kemampuan Komunikasi Matematika Kelompok
Proses berpikir Sekuensial untuk Penerapan Strategi
Pembelajaran lnteraktif ... ... ... .. ... .. .. 108
Gambar 4.7. Histogram Kemampuan Komunikasi Matematika Kelompok
Proses berpikir Konseptual untuk Penerapan Strategi
Pembelajaran Ekspositori... ... 110
Gambar 4.8. Histogram Kemampuan Komunikasi Matematika Kelompok
Proses berpikir Sekuensial untuk Penerapan Strategi
Pembelajaran Ekspositori... ... 112
Gambar 4.9.Interaksi antara Strategi Pembelajaran matematika dan
Proses Berpikir Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika 124
DAFfARBAGAN
Bagan l .l.Taksonomi Variabel Pengajaran ... ... .... 12
Bagan 3 .l .Prosedur Penelitian .... ... ... ... ... 96
[image:13.516.83.452.97.560.2]Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran s
DAFT AR LAMPIRAN
Halaman
: Tes Awal, Proses Berpikir, akhir ... 153
: Pedoman Penskoran tes ... ... ... 159
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 166
: Daftar Induk Penelitian... .. . . . ... .. . . . .. .. . . .. . . ... . . 216
: Distribusi Frekuensi Data Penelitian... .. ... 218
: Uji Normalitas Data ... ... 224
: Uji Homogenitas Varians Sampel... ... ... ... 225
: Analisa V arians dua jalur ... ... .. . . . ... ... ... .. .... .. ... 227
: Pengujian Hipotesa ... .. . ... . ... .. .. . .... ... ... ... .. 228
: Uji Lanjutan dan Uji Scheffe ... ... . . .... ... . ... .... ... ... 229
: Hasil Uji coba tes awal, proses berpikir, akhir .. ... 234
: Lembar Observasi kegiatan Siswa ... 275
: Lembar Observasi kegiatan Guru ... .. . . . .. . . . ... ... .... .. .... .. . 278
ABSTRAK
Jooi Wilson Sitepu. NIM 0711888300.17. Peogaruh Peoerapao strategi pembelajaran dan Proses Berpikir terhadap Kemampuan Komuoikasi Matematika siswa SMP kota Pematangsiantar tahun pelajaran 2008/2009. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medaa.. 2009.
Tujuan penelitian ini adalah : ( 1) untuk mengetahui dan mendiskripsikan kemampuan komunikasi matematika siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembclajaran Intera.ktif dan ekspositori, (2) untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa yang memiliki proses berpikir konseptual dan siswa yang memiliki proses berpikir sekuensial, dan (3) untuk mengetahui interaksi antara strategi pembelajaran dan proses berpikir terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas Vlll SMP kota Pematangsiantar TP. 2008/2009. Sampel penelitian berjumlah l 00 orang yang tersebar di Kelas VII.l dan Kelas VII.J SMP negeri l Pematangsiantar; kelas Vll.l dan VU.5 SMP negeri 7 Pematangsiantar. Kelas Vll.l untuk setiap sekolah dibelajarkan dengan strategi pembelajaran interaktif, sedangkan kelas VI1.3 dan VII.5 untuk masing-masing sekolah dibelajarkan dengan pendekatan ekspositori. Teknik penarikan sampel dilakukan deogan cluster random sampling. Instrumen penelitian untuk mengukur' Kemampuan komunikasi Matematika siswa digunakan tes berbentuk uraian dengan jumlah soal sebanyak 5 butir dengan koefisien reabilitas 0,506. Teknik anal isis data adalah Anava dua jalur pada taraf signifikao oc = 0 .0 5 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe.
Hasil penelitian diperoleb: (I) siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran interaktif secara keseluruhan memperoleh kemampuan komunikasi matematika siswa dengan
-
-X= 74,60 lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan strategi ekspositori dengan X= 69,59; diperoleh F bituna = 4,933 > F 1a~x 1 = 2, 70, (2) kemampuan komunikasi matematika siswa yang memiliki proses berpikir konseptual (X = 79,52) lebih tinggi daripada siswa yang memiliki proses berpikir sekuensial (X= 67,00) diperoleh F hitung
=
19,908 > F label = 2,70, dan (3)terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan proses berpikir siswa dalam memberikan pengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa diperoleh F bitung = 12,193 > F
tabel = 2, 70.
Dari hasiJ anaJisis data disimpulkan bahwa secara umum kemampuan komunikasi matematika siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajarao interakrif lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajarao ekspositori. Apabila dilihat dari karakteristik siswa, kemampuan komunikasi matematika siswa yang memiliki proses berpikir konseptual lebih tinggi daripada yang me miliki proses berpikir sekuensial. Untuk siswa yang memiliki proses berpikir sekuensial, strategi pembelajarao yang tepat digunakan adalah strategi eJcspositori sedangkan siswa dengao Jcarakteristik proses berpikir konseptuaJ strategi pembelajarao yang tepat digunakan adalah strategi pembelajaran interaktif. lmplikasi
dari penelitian ini ditujukan secara khusus kepada guru matematika yaitu dalam penerapan strategi pembelajara harus diperhatikan proses berpikir siswa.
ABSTRACT
Joni Wilson Sitepu. N1M.071188830017. the influence of assembling of teaching strategy and thinking process of communicative competence of junior high schools at mathematic at 2008/2009. This thesis is dedicating for a study of mathematic program at pasca sarjana Universitas Negeri medan, 2009.
The purposes of this research are: (1) Knowing and describing the ability of students at mathematic by using interactive and exposHory teaching strategy. (2) knowing communicative competence of students at mathematic that have conceptual thought process and sequential thought process, and (3) knowing the interaction between teaching and thinking process of communicative competence of students at mathematic.
The population of this research is the VII grade of junior high schools at pematangsiantar 2008/2009. The sample of research is 100 students spread in class Vll.l and Vll.3, SMP Negeri 1 Pematangsiantar, Class Vll.l and Vll.5 SMP Negeri 7 Pematangsiantar, Class VII.l for each schools using teaching interactive strategy mean while class VII.3 and VII.5 in each schools using teaching expository strategy. This technique is used by cluster random sampling. The instrument of research is used for to measure the communicative competence of students by giving them 5 items in essay test with coefficient reliability 0,506. Collecting data of communicative competence of students in 5 essay test given. Before use the analysis technique it is better for us to check the analysis conditions, they are normality and homogeneity data. Normality test can be proved by Liliefors test and homogeneity can be proved by Bartlett test. Analysis technique data is Anava two strips at significant a
= 0, 05. That continue with Scheffe test.
From research result gain: (1) Students that teach with interactive strategy as whole get communicative competence at mathematic at range X= 74,60 is higher
than students that teach with expository strategy with range X = 69,59, F count = 4,933 > F table = 2,70. (2) the communicative competence students at mathematic with conceptual thought ( X = 79,52 ) is higher than students with sequential thought
A.
Latar
BelakangBAD
I
PENDAHULUAN
Undang-tmdang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
bab IV pasaJ 10 menyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah berbak
mengarahkan, membimbing dan mcngawasi penyelenggaraan pcndidikan sesuai
dengan peraturan penmdang-undangan yang berlaku. Selanjutnya pasal 11 ayat ( 1)
menyatakan bahwa pemerintah dan pernerintah daerah wajih memberi layanan dan
kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bennutu bagi setiap
warga negara tanpa diskriminasi. Dengan lahimya undang-undang nomor 32 tahun
2004 tentang pemerintah daerah, maka wewenang pemerintah daerah dalam
peanyelenggaraan pendidikan didaerah mcnjadi semakin
besar.
Lahirnya keduaundang-undang tersebut menandai sistem baru dalam penyelenggaraan pendidikan
dari sistem yang cenderung sentralistik menjadi lebih desentralistik.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan
terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan
tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi sekolah atau daerah, dengan
demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kawenangan untuk merancang dan
menentukan materi pokoklprmbelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian basil
pembelajaran. Banyak hal yang perlu diperlu dipersiapkan oleb daerah karena
sebagian bcsar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi standard nasional
peodidikan dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus mcn;'USWl
l'Urikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang terdiri dari tujuan pendidi.k.an
tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, k.alender pendidik.an dan
silabus dcngan cara melakukan penjabarnn dan penyesuaian standar isi yang
ditetapkan dengan permcndi.k.nas No.22 tahun 2006 dan standar kompetensi lulusan
yang ditetapkan dengan kepmendiknas No.23 tahun 2006.
Tujuan utmna diselenggarakan proses belajar adalah demi tercapainya tujuan
untuk keberhasilan siswa dalam belajar, baik pada suatu mata pelajaran tertentu
maupun pendidikan pada wnumnya. Dalam upaya mewujudkan fungsi pendidi.k.an
sebagai wahana swnber daya manusia, perlu dikembangkan iklim belajar mengajar
yang konstruktif bagi berkembangnya potensi kreatif peserta didik seiring dengan
berkembangnya suasana, kebiasaan, dan strategi pembelajaran yang dilandasi dengan
kepahaman tentang ilmu- ilmu pengetahuan serta implikasinya dalam kegiatan belajar
mengajar bagi para guru di sekolah.
Pelajaran matemati.k.a adalah salah satu mata pelajaran pokok dalam setiap
jenjang pendidikan seperti pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi. Disamping itu matematika sebagai ilmu dasar mempunyai peran penting
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, ini terungkap dalam Kurikulwn K.BK 2004
dan KTSP 2006, bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah :
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya dalam
Melalui kegiatan penyelidikan, mengeksplorasi, eksperimen, menunjukan
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dapat mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan penyampaian informasi atau mekomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, diagram dalam
menjelaskan gagasan.
Didalam rumusan tujuan pembelajaran matematika diatas, mengembangkan
kemampuan penyampaian informasi atau menkomunikasikan gagasan antara Jain
melalui pembicaraan lisan, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan. Kenyataan
dilapangan menunjukkan bahwa pengajaran matematika pada umumnya terpusat pada
guru, bukan pada siswa, sehingga pengajaran matematika menjadi tidak menarik
sehlngga siswa tidak tertarik belajar matematika yang pada akhirnya mengakibatkan
pengusaan tarhadap mata pelajaran matematika relatif rendah. Pembelajaran berpusat
pada guru sudah sewajarnya diubah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran KTSP diatas.
Menurut Gagne (1985) ada tiga fungsi yang dapat diperankan guru dalam
mengajar, yaitu merancang, mengelola dan mengevaluasi pengajaran. Pendapat ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Hamalik (1993) bahwa secara operasional
ada lima variabel utama yang berperan dalam proses belajar mengajar, yaitu tujuan
pengajaran, materi pelajaran, strategi, metode dan teknik mengajar, guru, murid dan
Jogistik. Semua komponen tersebut memiliki ketergantungan satu sama lain. Oleh
kareoa itu, dibutuhkan guru yang professional yaitu guru yang selalu membuat
persiapan-persiapan, mulai dari membuat perencanaan tujuan pembelajaran,
pengorganisasian materi. perencanaan model, metode, media. evaluasi, dan dapat
merealisasikan apa yang telah direncanakan dengan tepat.
Sejauh ini pendidikan k.ita masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus
pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, dan kemudian ceramah menjadi
pilihan utama metode pembelajaran. Dalam metode pembelajaran seperti ini siswa
hanya menerima informasi (pengetahuan) dari apa yang disampaikan oleh guru,
sehingga siswa kurang diberdayakan. Dengan kata lain siswa memperoleh
pengetahuan karena "diberitahukan" oleh gurunya dan bukan karena "menemukan
sendiri" oleh siswa secara langsung. Kegiatan belajar yang dilalrukan berorientasi
pada target penguasaan materi, sehingga hanya berhasil dalam kompetensi ingatan
jangka pendek saja, namun gagal dalam membekali siswa dengan ilmu dan
pengetahuan jangka panjang. Pembelajaran seperti ini akan mengak.ibatkan siswa
menjadi kurang mampu memahami apa makna belajar, apa manfaatnya, dan
bagaimana cara untuk mencapainya. Pada akhimya siswa merasa kesulitan dalam
memecahkan persoalan-persoalannya sendiri kareoa tidak memilik.i bekal
pengalaman, ilmu dan pengetahuan yang memadai. srategi pembelajaran seperti
inilah yang sering terjadi di kelas-kelas sekolah kita.
Proses penyelenggaraan pendidikan seperti dijelaskan di atas akan memberikan
pemilihan strategi atau strategi pembelajaran yang tidak sesuai. Untuk memperoleh
basil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang tepat, sebab strategi
pembelajaran merupakan hal terpenting yang harus diperbatikan dalam suatu proses
belajar mengajar. Strategi pembelajaran yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan
metode, media dan sumber belajar lainnya yang dianggap relevan dalam
penyampaian infonnasi, dan membimbing siswa agar terlibat secara optimal,
sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka
menumbuhkembangkan kemampuannya, seperti : mental, intelektual, emosional, dan
sosial serta keterampilan atau konitif, efektif dan psikomotor. Dengan demikian
pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dapat membangkitkan dan mendorong
timbulnya aktifitas siswa untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa untuk memperoleh komunikasi
belajar seperti yang diharapkan dibutuhkan suatu strategi atau pembelajaran yang
mampu untuk lebih memberdayakan siswa dalam suatu proses mengajar dan belajar.
Strategi pembelajaran interaktif adalah salah satu bentuk strategi pembelajaran yang
berorientasi kepada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan .
diciptakan sedemikian rupa agar terasa lebih ilmiah. Strategi pembelajaran interaktif
dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
Pembelajaran interaktif adalah konsep belajar yang membantu guru untuk
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa. Konsep
belajar ini juga akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam mengbadapi persoalan belajamya. Konsep
belajar ini mempunyai landasan filosofi konstruktivisme, yakni pemahaman
berkembang sebagai suatu proses infonnasi dan mengkonstruksi ide-ide secara
mental, sehingga anak akan menemukan sendiri apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya dari orang lain. Dengan demikian, komunikasi pembelajaran
diharapkan lebih bennakna bagi siswa, karena proses pembelajaran berlangsm1g
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa, adalah bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Barcheid and Struve
dalam Ratumanan (2000) yang menyatakan bahwa konsep-konsep teoritis tidak
cukup dengan hanya memfokuskan pada individu, justru sesungguhnya siswa yang
akan menemukan konsep-konsep, tetapi perlu adanya social impulses, araban dan
bimbingan dari guru di sekolah agar siswa dapat mengkonstruksikan konsep-konsep
yang diiginkan guna memperoleh ilmu pengetabuan, infonnasi dan keterampilan
yang bermanfaat bagi kepentingan belajarnya, sehingga dapat memperoleh
komunikasi belajar matematika yang lebih maksimal. Strategi pembelajaran
konseptual interaktif (ICl) merupakan landasan pembelajaran keterampilan berpikir.
Pembelajaran ini adalah salah satu alternative strategi pembelajaran perubahan
konseptual yang berbasis konstruktivistik.
ICI yang dikembangkan oleh Savinainen dan Scott(dalam Holmes 1995) sangat
mendukung perkembangan keterampilan berpikir siswa dimulai dari tingkatan
pemahaman konsep yang memerlukan suatu proses interaktif yang memberi peluang
empat tahapan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu 1). Conceptual focus, 2).
Classroom interaction, 3). Research-based materials, dan 4). Use of texts. Dalam
implementasinya, keempat komponen ini membentuk pembelajaran yang utuh.
1. Conceptual Focus, yaitu pengembangan ide-ide baru yang berfokus pada
pemahamankonseptual dengan sedikit atau bahkan tanpa formulasi matematik.
Pada tahap ini, pembelajaran dimulai dengan pendemonstrasian
fenomena-fenomena yang berkaitan dengan pokok bahasan yang akan dipelajari.
2. Classroom Interaction merupakan tahapan model ICI yang kedua. Pada tahapan
ini dilibatka interaksi-interaksi kelas. Siswa dibentuk menjadi
kelompok-kelompok yang heterogen. Tahapan ini didasari premis bahwa pembuatan makna
merupakan dialog antar komunitas kelas untuk megembangkan gagasan melalui
proses berpikir. Dalam interaksi kelas, teljadi pembelajaran yang melibatkan
ternan sebaya.
3. Research-Based Materials. Pertanyaan dan jawaban pada tahap Conceptual
focus digunakan dalam pembuatan makana. Ulangan berbasis penelitian
berfungsi mengembangkan pemahaman siswa Ulangan berbasis penelitian juga
merupakan alat diagnostic, yaitu asesmen yang dapat mengukur pemahaman
siswa Tahapan ini dapat berfungsi sebagai acuan dalam pembelajaran lebih
Ian
jut.4. Use of texts. Penggw1aan buku teks dimaksudkan Wltuk meningkatkan
pemahaman siswa secara lebih mendalam. Belajar dengan menggunakan
buku teks dapat melibatkan siswa dalam metakognisi, proses-proses berpikir,
keterampilan berpikir kritis
dan
kreatif, keterampilan berpikir inti, danmengbubungkan pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi dengan
pengetahuan yang didapat pada buku.
Dari maian di a~ dapat dipahami bahwa ide kunci dari strategi pengajaran
interaktif ini adalah siswa harus diberi kesempatan untuk membangun konsep-konsep
atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri. Jadi, pada dasamya
strategi pengajaran ini sejalan dengan pandangan kontruktivisme, yakni membantu
siswa untuk membangun konsep-konsep atau prinsip-prinsip intemalisasi, sehingga
konsep-konsep atau prinsip-prinsip tersebut terbangun kembali (Hudoyo, 1998).
Menurut BfWler (1960), proses pembelajaran dikatakan efektif apabila tetjadi
transfer belajar, yaitu materi pembelajaran yang disajikan oleh guru dapat diserap
oleh struktur kognitif siswa. Siswa dapat menguasai materi tersebut tidak hanya
terbatas pada tahap inga1an tanpa pengertian (rote learning), tetapi diserap secara
bermakna (meaningful/earning). Agar terjadi transfer belajar yang efektif, maka guru
harus memperhatikan karakteristik setiap siswa untuk dapat disesuaikan dengan
materi yang dipelajarinya. Roger (1982) mengatakan bahwa pembelajaran akan
semakin efektif atau semakin berkualitas hila proses belajar mengajar dilakukan
Hamacheck (1990) mengemukakan bahwa karakteristik adalah aspek-aspek yang ada
dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi perilakunya. Menurut Dick and Carey
( 1996), seorang guru hendaknya mampu mengenal dan mengetahui karakteristik
siswa, sebab pemahaman yang baik terhadap karakteristik siswa akan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar siswa. Apabila seorang guru telah
mengetahui karakteristik peserta didiknya, maka selanjutnya
guru
dapatmenyesuaikan strategi atau teknik pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
siswa tersebut.
Salah satu karakteristik siswa adalah proses berpikir yang merupakan bagian
dari aspek kognitif taksonomi belajar. Dalam suatu proses belajar mengajar, seorang
guru hendaknya mampu mengetahui dan memahami proses berpikir yang telah
dimiliki oleh seorang siswa. Dengan mengetahui proses berpikir siswa, seorang dapat
menyesuaikan, menyusun dan membuat materi ajar yang relevan untuk membantu
dan mengarahkan kesiapan siswa untuk menerima materi selanjutnya. Willis ( 1998)
menyatakan bahwa tujuan pengajaran matematika akan dapat dicapai dengan baik
apabila guru mampu mengidentifikasi proses berpikir siswa, yakni mengetahui
bagaimana kesan-kesan yang dapat ditangkap oleh indera siswa (terutama mata), pada
saat pembelajaran berlangsung. Kesan-kesan yang ditangkap oleh indera siswa pada
saat pembelajaran berlangsung merupakan infonnasi dan pengetahuan yang diperoleh
dengan cara mencatat, dan menyimpannya dalam otak dan sewaktu-waktu dapat
dipanggil kembali dalam menyelesaikan persoalan belajar matematika siswa.
Dengan adanya suatu proses berpikir dalam diri siswa, maka seorang siswa
akan mampu untuk menyusun langkah-langkah dalam menerima, mengolah,
menyimpan dan memanggil kembali informasi dari dalam ingatan untuk kemudian
disesuaikan dengan skema yang telah ada dalam pikiran siswa. Dengan demikian,
siswa mampu untuk mengajukan berbagai pendekatan pemecahan masalah, mampu
melahirkan berbagai gagasan dan mampu menguraikannya secara terperinci. Proses
berpikir seperti ini akan sangat bermanfaat bagi perkembangan inteligensi dan
perkembangan pribadi seorang anak dalam mengbadapi persoalan-persoalan
akademik maupun masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Proses berpikir seperti dikemukakan di atas akan menimbulkan daya kreatifitas
dalam diri siswa, dan akan sangat bermanfaat bagi siswa, sebab dengan berpikir
kreatif, struktur kognitif siswa akan mampu untuk mencema pengetahuan yang
dipelajarinya pada pembelajaran sebelumnya, dan kemudian struktur kognitif dan
pengalaman belajar yang telah dirniliki tersebut akan berasimilasi dan berakomodasi
dengan pengetahuan yang baru, sehingga terjadi adaptasi dalam pembelajaran untuk
mencapai komunikasi belajar yang lebih maksimal.
Pemilihan strategi pembelajaran matematika yang tepat sangat dibutuhkan dan
harus disesuaikan dengan proses berpikir siswa, karena mata pelajaran matematika ini
menuntut proses berpikir, komunikasi, ketelitian, ketepatan perbitungan-perhitungan
di dalam penyCiesaiannya. Proses berpikir siswa adalah salah satu komponen yang
harus diperhatikan dengan seksama karena kemampuan seorang guru dalam
menentukan ,strategi, teori belajar, media belajar yang cocok uotuk digunakan. Hal
ini perlu dilakukan agar pelajaran yang disampaikan dapat menarik perhatian peserta
didik dan setiap jam pelajaran tidak terasa membosankan, tetapi mendapat perhatian
yang utuh terbadap materi pelajaran yang diajarkan. Jika seorang guru kurang
memperhatikan karakteristik siswa, maka besar kemungkinan guru akan salah
dalam
memilih strategi, teori belajar, teknik, dan media pembelajar~ sehingga siswa akan
menemukan kesulitan-kesulitan dalam belajamya. Pada akhimya tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan tidak akan tercapai dan komunikasi belajar menjadi rendah.
Dari paparan tentang strategi pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran, yaitu pola mutan kegiatan pembelajaran yang digunakan uotuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Berikut ini akan ditampilkan
taksonomi variabel siswa ~tasi Reigcluth dan Stein (1983) yang dapat digunakan
sebagai petunjuk mengapa komunikasi belajar siswa rendah.
Bagan.l.l
Taksonomi Varia bel Pengajaran
Tuj uan dati Keudala dan K.arakteristik Karakteristik Karakteristik Siswa Bidang Studi Bidang Studi
,
,
Strategi Strategi Strategi
Pengorganisasian Penyampaian Pengelolaan. Pengajaran Pengajaran Pengajaran ..
Model Makro ModelMikro
I
I
l
K~f e ktifan,l:flsiensi, dan Daya Taiik Pengaj-aran
Talcsonond Variabel Pengajaran (Adaptasi dari Reigeluth dan Stein 1983 dalam lJegeng, 191Jll)
Dari ba2an di atas dapat dilihat bahwa den2an menRgunakan teori deskriptif,
maka variabel kondisi dan metode merupakan variabel bebas dan kedua variabel ini
berinteraksi sehingga menghasilkan efek pada komunikasi belajar sebagai variabel
terikat. Hamzah B (2008)) menRemukakan bahwa kondisi peop;aiaran yan2 barus
dijadikan pijakan dalam mengembangkan atau menetapkan strategi pembelajaran
adalah karakteristik siswa Agar hasil belajar dapat mendekati atau sesuai dengan
tujuan pembel~iaran, strategi pembelaiaran yanp; di~an harus sesuai den2an
karakteristik siswa Karakteristik siswa adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi
memilih dan mengembangkan proses bel~jar mengajar (Dick dan Reiser, 1989). Jadi,
agar PBM yang dikembangkan dapat memudahkan siswa belajar. PBM itu harus
sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam hal
ini.
perancang pembelajaran atau
guruharus meletakkan karak1eristik siswa sebagai acuan di dalam mendisain strategi
pembelajaran (Pokay dan Blumenfeld, 1990).
Dalam pembelajaran matematika pada penelitian
ini.
karakteristik siswasebagai variabel kondisi siswa perlu diperhatikan gtma menentukan atau memilih
strategi pembelajaran dengan teknik yang tepat Namun yang terpenting pada
karakteristik siswa dalam penelitian ini adalah proses berpikir dengan asumsi
karakteristik yang lain sudah given. Siswa yang memiJiki proses beJ~jar tingkat tinggi
akan lebih mampu melatih diri daJam menyelesaikan soal-soaJ matematika yang
relatif berbeda dengan yang diberikan guru di sekolah, karena siswa tersebut akan
mampu untuk menemukan altematif-altematif pemecahan masalah secara bijak,
efektif, dan efisien, serta memberikan gagasan-gagasan yang relevan dan berdaya
guna. Siswa akan mampu untuk memanfaatkan pengetahuan atau keterampilan yang
telah dimiliki untuk memahami materi selanjutnya yang relatif lebih sulit. SeQ1akin
mampu siswa mengintegrasikan perseptual baru atau pola perilakunya, maka ia akan
semakin mampu melatih diri untuk memecahkan berbagai masalah (Sutherland, 1992,
dalam Hamzah B,UNO 2008).
Dengan kata lain, semakin tinggi daya proses berpikir siswa dalam pelajaran
matematika, maka siswa akan semakin mampu menggunakan berbagai informasi dan
keterampilan yang telah dimilikinya untuk. memecahkan masaJah baru atau
latihan soal yang dihadapinya. Sebaliknya, jika siswa memiliki daya pikir yang
rendah, maka diprediksi akan menemukan kesulitan dalam melatih diri untuk
menyelesaikan soal-soal matematika yang kompleks karena tidak memiliki
kemampuan dan keterampilan dalam menemukan altematif pemecahan masalah
maupun gagasan-gagasan yang relevan dan bermanfaat untuk menyelesaikan
soal-soal tersebut.
Selan,jutnya komunikasi matematika dalam pembel~jaran matematika juga
penting untuk diperhatikan, hal ini dikarenakan melalui komunikasi matematika dapat
membantu siswa dalam proses berfikir matematis baik secara mereflesikan dan
me~jelaskan proses berfikir siswa tentang ide matematika, merumuskan nilai-nilai
matematika dan mengekspresikan secara umum dan menemukan jawaban melalui
pertanyakan (investigasi), mengekspresikan ide matematika secara lisan dan tulisan,
membaca presentasi tulisan matematika dengan pemahaman, menanyakan pe~jelasan
dan mengajukan pertanyakan yang berhubungan dengan matematika yang telah
dipelajari, (NCTM, 1989).
Baroody (1993) berpendapat, sedikitnya ada dua alasan yang me~jadi
komunikasi matematika dalam pembelajaran matematika menjadi penting yaitu, (1)
mathematics as language dan (2) mathematics learning as social activity.
Matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir ( a tool to aid thinxkinx). alat
untuk menemukan pola, atau menyelesaikan masalah, namun matematika juga an
invaluable tool for communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succintly
deogan siswa merupakao bagian peoting dalam pembel~jaran matematika untuk
nurturing children's mathematics potential. Menurut Baroody (1993), pada
pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional, kemampuan komunikasi
siswa sangat terbatas hanya pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai
pertanyakan yang diajukan oleh guru. Cai dan Patricia (2000) betpendapat, guru
dapat mempercepat peningkatan komunikasi matematika dengan cara memberikan
tugas matematika dalam berbagai variasi. Komunikasi matematika akan berperan
effektif manakala guru mengkondisikan siswa agar mendengar secara aktif (listen
actively) sebaik mereka mempercakapkannya. Oleh karena itu perubahan pandangan
bel~jar dari guru mengajar kesiswa bel~jar harus me~jadi fokus utama dalam setiap
kegiatan pembelajaran matematika
Berdasarkan uraian diatas, NC1M ( 1989) menyebutkan beberapa aktivitas guru
yang memuogk.iokan untuk dapat meownbuhkembangkan komunikasi matematika
siswa, diantaranya adalah : 1) menyelidiki pertanyaan dan tugas-tugas yang
diberikan, menarik hati, dan menantang siswa untuk berfikir, 2) mendengarkan
peouh pematian dengan ide-ide siswa, 3) meminta siswa untuk merespon dan menilai
ide mereka secara lisan dan tulisan, 4) menilai kedalaman pemahaman atau ide yang
dikemukan siswa dalam diskusi, 5) memutuskan kapan dan bagaimana untuk
meny~jikan notasi matematika dalam bahasa matematika pada siswa, 6) memonitor
partisipasi siswa dalam diskusi, memutuskan kapan dan bagaimana untuk memotivasi
masing-masing siswa untuk berpartisipasi.
Sebagai basil survey awal yang telah dilakukan di Pematangsiantar, pengajaran
bidang studi matematika disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan
pengajaran hanya terbatas pada fakta, konsep dan teori saja. Mata pelajaran
matematika adalah salah satu ilmu dasar semua jenjang pendidikan, harus memiliki
kemampuan berfikir, proses dan sikap, sehingga arti pembelajaran matematika adalah
pemberian kesempatan yang sebesar-besarnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif
dalam proses belajar, yang berarti siswa barus diarahkan agar dapat berinteraksi
secara langsung dengan lingkungan belajarnya dengan memberi kesempatan kepada
siswa membangun pengetahuannya sendiri baik secara induvidu maupun secara
kerjasama dengan ternan dalam kelompok belajar melalui kegiatan nyata dengan
bimbingan guru untuk mengarahkan siswa.
Hudoyo, (1998) mengatakan, selama
ini,
guru memberikan konsep dan .prinsip-prinsip matematika dalam bentuk " utuh " kepada siswa, dan tidak
membiasakan siswa memecahkan masalah. Selanjutnya kebiasaan guru mengajar
sangat sulit diubah, guru tidak yakin bahwa siswa mampu membangun pengetahuan
matematika melalui masalah yang diajukan. Guru lebih yakin berhasil membelajarkan
siswa berdasarkan pengalaman sebelumnya (Sinaga, 1999). Hal ini terbukti dari
aktivitas siswa, siswa sungkan bertanya pada guru dan temannya (khususnya siswa
yang lemah) walaupun diberi dorongan dan motivasi. Siswa yang pintar lebih senang
bekerja sendm dan jika mengalami kesulitan langsung bertanya pada guru tanpa
Selain itu, guru kuraog mampu mengelola pembelajaran disebabkan lemahnya
pemahaman guru terhadap
teori-teori
pembelajaran konstruktivistik (Sinaga, 1999),Pendekatan behavioristik yang jauh berbeda dari pendekataan konstruktivistik, cukup
memaksa siswa dan guru mengubah perilaku bel~jar meng~jamya. Senada dengan
pendapat diatas, Annanto (2001: 2) menyatakan, pembelajaran selama ini
menghasilkan siswa yang kurang mandiri, tidak berani punya pendapat sendiri, selalu
mohon petunjuk dan kurang gigih dalam melakukan
U:ii
coba. Lebih .iauh Muhaimin (2000) menyatakan bahwa, kemampuan siswa dan guru terhadap ilmu-ilmu dasarpendidikan pada umurnnya masih rendah, terlebih mutu pendidikan berpusat pada
guru dan siswa dijadikan sebagai o~jek pembel~jaran . Siswa menyelesaikan Jatiban
sesuai dengan contoh-contoh yang disajikan guru, mereka tidak mempunyai cukup
waktu mengonstruksi pengetahuan
yang
dimilikinya dalam belajar matcmatika,konsep dan prinsip dalam matematika diberikan langsung dari guru kesiswa tanpa
melalui proses pengonstruksian oleh siswa. Sukmadinata (1992) mengatakan, yang
paling mendapat sorotan masyarakat tentang pekerjaan guru adalah mutu pendidikan,
lebih khusus adalah mutu lulusannya. Sel~jutnya dikemukakan, sebab-sebab lulusan
kurang bennutu atau belum memenuhi harapan adalah : (1) input yang kurang baik
kualitasnya, (2) guru dan personal yang kurang tepat, (3) materi yang tidak atau
kurang cocok, (4) metode meng~jar dan system evaluasi yang kurang memadai, (5)
kurangnya sarana penunjang, dan (6) sistem administrasi yang kurang tepat.
Dalam rangka mengatasi persoalan komunikasi matematika yang masih relatif
rendah, berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan
pemahaman siswa dalam pela:iaran matematika khususnya di Kota Pematangsiantar.
Upaya-upaya ini dilakukan oleh berbagai pihak,
baik
pemerintah, maupun sekolah.Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Pengajaran Pematangsiantar telah
bekerja sama dengan salah satu bimbingan tes/studi terkemuka di Swnatera Utara,
dalam rangka pembuatan dan penyusunan soal-soal tes untuk mata pelajaran yang di
ujikan secara nasional. Ujian semester dilakukan secara kolektif atau serentak di
seluruh SMP se kota Pematangsiantar dengan harapan agar siswa terbiasa dan terlatih
dalam mengbadapi soal-soal ujian yang berstandar nasional.
Pihak sekolah sendiri telah melakukan berbagai upaya pembinaan dan
peningkatan kualitas sekolah, baik pembinaan terhadap guru maupun siswa. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi para guru
matematika, baik untuk tingkat daerah, tingkat propinsi maupun nasional, seperti
kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk mata pelajaran yang
diujikan secara nasional yang dibina dan dibimbing oleh guru-guru inti untuk setiap
jenis mata pelajaran. Pelaksanaan Sistem Penerimaan Siswa Baru (PSB) dilakukan
secara selektif dan obyektif, untuk merekrut siswa baru yang dianggap berkualitas
sesuai dengan peroleban nilai yang tertera di daftar nilai ujian nasional siswa yang
bersangkutan. Persiapan untuk menghadapi ujian nasional juga dilaksanakan dengan
memberikan bimbingan intensive atau les tambaban di luar jam belajar selama 2
(dua) semester, bagi siswa kelas III (tiga) setiap tabunnya. Meskipun berbagai upaya
matematika, namWl sejauh
ini
masih tetap rendah ( dibawah KKM) dan tidakmenunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti (signifikan).
Dengan melihat fenomena di atas, tentunya dibutuhkan peran aktif dan
perhatian yang lebih serius oleh berbagai pihak terkait untuk dapat meningkatkan
kualitas sekolah khususnya dalam mata pelajaran matematika seperti apa yang
diharapkan. Dalam hal
ini
guru mempunyai tugas yang sangat berat guna mengatasipersoalan dimaksud, karena guru memiliki penerapan strategi pembelajaran dalam
kegiatan proses belajar mengajar. Strategi ini adalah mentranformasikan
pengetahuan., keterampilan dan nilai-nilai kepada peserta didik.
Menurut pengamatan penulis, penggunaan strategi mengajar oleh guru masih
seeing diabaikan, guru lebih cenderung menggunakan strategi ceramah dalam
menyampaikan materi, sehingga tidak sedikit siswa mengalami kesulitan dalam
memabami materi pel~jaran yang disajikan oleh guru, kesenjangan tersebut diduga
sebagai salah satu penyebab siswa tidak dapat berprestasi dengan baik. Dampak lain
dari kesenjangan yang ada, siswa belum dapat secara maksimal Wltuk menuangkan
kembali pengetahuan yang di~oleh pada ruang dan waktu yang berbeda.
Penggunaan strategi yang sesuai dengan materi pelajaran yang disajikan akan dapat
membantu siswa yang belum memahami isi pokok materi. Begitu juga dengan
kemampuan proses berfikir siswa dalam mengikuti kegiatan pembel~jaran juga akan
mengalami perubahan, pola fikir siswa akan baik dalam memecahkan masalah serta
menyimpulkan basil- basil pemecahan masalah. Maka dalam hal ini penerapan
strategi pembel~jaran yang digunakan oleh pemberi materi akan berperan dan
memberikan kemudahan dan sekaligus menumbuhkan kemampuan berftkir siswa.
Strategi pembelajaran tidak hanya sekedar cara atau teknik pengajaran yang
dilakukan bagi seorang guru. akan tetepi juga dapat meningkatkan pemahaman bagi
yang membaca atau yang mencermatinya. Siswa yang telah memahami suatu materi
pelajaran melalui pengetahuan awal yang diperoleh dari lingkungan lebih mudah
merespon materi yang diberikan dengan bantuan strategi yang berperan sebagai tahap
lanjut belajar dengan menggunakan konsep untuk meningkatkan retensi otak, dengan
kata lain strategi mempunyai daya tarik untuk merespon materi yang diberikan.
Dengan demikian peogajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai
akan dapat mempermudah dan mempercepat daya serap otak seseorang dalam
memahami informasi atau pesan pembelajaran.
Guru sebagai tenaga professional dan bertindak sebagai pendukung kelancaran
proses belaj ar harus marnpu memilih strategi yang tepat sesuai dengan materi yang
diajarkan. Hal ini didukung oleh pemahaman terhadap karekteristik siswa yang diajar,
bukao bertindak sebagai tenaga pendidik yang hanya berusaha menyampaikan materi
kepada siswa dengan harapan dapat menyampaikan materi dengao w8ktu yang
singkat dan dapat menjangkau jumlah murid secara keseluruhan tanpa memabami
Keberhasilan dalam belajar akan dicapai oleh siswa jika program pengajaran
dirancang dengan cennat dan semua factor yang berkaitan dengan ciri perseorangan
siswa dipertimbangkan dengan matang.(Kemp, 1985, dalam Hamzah, B UN0,2008).
Dengan memahami strategi dan komponen komponen pendukung kegiatan belajar
mengajar, siswa yang akan diajar akan mengalami perubahan didalam dirinya sesuai
dengan kapasitas yang diperoleh pada saat proses belajar berlangsung. Perubahan
yang terjadi pada siswa diharapkan dapat berkelanjutan dan dapat diterapkan pada
tempat dan waktu yang berlainan.
Dari pengamatan peneliti ada 49 SMP Negeri dan Swasta dikota
Pematangsiantar dan memiliki peringkat akreditasi sekolah sebagai berikut ;
Tabelt.t. Peringkat akreditasi SMP kota Pematangsiaatar
No. SMP Peringkat Akreditasi Jumlah
A B
c
1.
Negeri 76
-
132
Swasta 823
1136
Jumlab 15
29
11 49Sumber: Dinas Pendidilran dan Pengajaran kota Pematangs1antar
Peringkat akreditasi SMP berdasarkan evaluasi diri sekolah yang berdasarkan ;
(1) Kurikulum dan pembelajaran, (2) Administrasi dan manajemen sekolah, (3)
Organisasi dan kelembagaan sekolah, (4) Sarana dan prasarana sekolah, (5)
Ketenagaan, (6) Pembiayaan dan pendanaan, (7) Peserta didik, (8) Peran serta
masyaarakat, (9) Lingkungan dan budaya sekolah.
Sekolah yang memiliki peringkat akreditasi A adalah sekolah yang sangat baik
dari basil evaluasi diri sekolah tersebut, baik penggmtaan kurikulum dan
pembelajaran maupun basil belajar peserta didiknya, nilai rata-rata ujian nasional
mata pelajaran matematika memiliki klasifikasi A. Sedangkan sekolah yang memiliki
peringkat akreditasi B dan C masih ada kekurangan, hal ini dapat dilihat dari
penggunaan kurik.ulum dan pembelajaran disekolah serta basil belajar peserta didik
yang masih rendah, Nilai rata-rata ujian nasional mata pelajaran matematika
memiliki klasifik:asi C. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk membuat penelitian
pada kajian penerapan strategi pembelajaran dan proses berfikir terhadap
komunikasi matematika siswa sesuai tuntutan KTSP 2006 pada SMP kota
Pematangsiantar yang memiliki peringkat akreditasi A dan B.
Melihat pentingnya penerapan strategi pembelajaran pada setiap proses
pembelajaran, maka peneliti mencoba mengkaji keefektivan penerapan strategi
pembelajaran interaktif dan penerapan strategi pembelajara ekspositori serta proses
berflkir siswa dari materi yang akan disajikan kepada siswa \mtuk meningkatkan
komunikasi matematika. Secara operasional penelitian ini akan mengkaji pengaruh
penerapan strategi pembelajaran interaktif dan penerapan strateagi pembelajaran
ekspositori serta proses berfikir konseptual dan sekuensial terhadap komunikasi
belajar siswa untuk memecahkan masalah dalam proses kegiatan belajar mengajar
B. ldentUikasi Masalab
. Berda'Wkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah antara lain
sebagai berikut :
(1) Pembelajaran matematika pada umumnya terpusat pada guru. bukan pada
siswa, sehingga pembelajaran matematika menjadi tidak menarik sehingga
siswa tidak tertarik belajar matematika yang pada akhimya mengakibatkan
penguasaan tarhadap mata pelajaran matematika relatif rendah.
(2) Guru kurang mampu mengelola pembelajaran disebabkan lemahnya
pemahaman guru terhadap teori-teori pembelajaran konstruktivistik.
(3) Kemampuan siswa dan guru terbadap ilmu-ilmu dasar pendidikan pada
wnumnya masih rendah.
(4) Komunikasi belajar matematika masih tetap rendah (dibawah KKM)
dan
tidak menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti (signi:fikan).
(5) Penerapan strategi pembelajaran dan penyampaian bahan ajar matematika
masih kurang baik.
(6) Penerapan strategi pengorganisasian isi pembelajaran dan karakteristik siswa
dengan komunikasi belajai ·matematika siswa · tidak. sesuai dengan
kurikulwn yang berlaku.
(7) Penerapan strategi pembelajaran matematika tidak. sesuai dengan daya
proses berpikir siswa
(8) Pemilihan strategi pembelajaran terhadap komunikasi pembelajaran belajar
matematika siswa kurang tepat.
C.
Pembatasan Masalab
Disadari banyaknya faktor yang mempengaruhi rendahnya komunikasi belajar
siswa, sebingga perlu pembatasan masalah dalam penelitian ini mengingat
keterbatasan dana, waktu, dan kemampuan peneliti. Penelitian ini dibatasi pada ruang
lingkup lokasi penelitian, subjek penelitian, waktu penelitian dan variable penelitian.
Berkaitan dengan lokasi penelitian, penelitian ini terbatas pada 2 (dua) SMP di
kota Pematangsiantar. Penelitian ini melibatkan siswa kelas Vll (tujuh) semester II,
dan akan dilakukan pada bulan Mei 2009 s/d Juni 2009. Dibatasi dengan beberapa
masalah berikut ini : ( 1) perbedaan kemampuan komunikasi matematika dibatasi
pada penerapan strategi pembelajaran interaktif dengan penerapan strategi
pembelajaran ekspositori. (2) kar~~eristik siswa yang dalam hal ini proses berpikir
konseptual dan proses berpikir sekuensial yang diperoleh dari basil tes proses berpikir
siswa (3) kemampuan komunikasi matematika diperoleh dari post tes dan dibatasi
pada materi belajar yang akan dilakukan selama 8 kali pertemuan, antara lain :
jenis-jenis segitiga, jwnlah sudut segitiga, sifat-sifat segitiga, keliling dan luas segiempat.
Materi yang disampaikan tersusun secara sistematis serta disesuaikan dengan
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latai' belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa
yang diajar dengan strategi pembelajaran interaktif dan siswa yang diajar dengan
strategi pembelajaran ekspositori?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa
yang memiliki proses berpikir konseptual dan siswa yang memiliki proses
berpikir sekuensial?
3. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan proses
berpikir siswa terhadap kemampuan komunikasi matematika?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
pengaruh penerapan strategi pembelajaran dan proses berpikir terhadap komunikasi
belajar matematika siswa. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan korn\Jnikasi matematika siswa yang
diajar dengan strategi pembelajaran lnteraktif dengan kemampuan komunikasi
matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori.
2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi rnatematika antara siswa·
yang memiliki proses berpikir konseptual dan siswa yang memiliki proses
berpikir sekuensial.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh interaksi antara strategi
pembelajaran dan proses berpikir siswa terhadap kemampuan komunikasi
matematika siswa.
F. Manfaat Penelitiaa
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara
teoritis dan praktis. Manfaat teoritis penelitian ini antara lain adalah : (l) untuk
memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas
pembelajaran· khususnya yang berkaitan dengan strategi- pembelajaran- matematika·
dan proses berpikir siswa, dan (2) sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru,
pengelola, pengembang, lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya yang ingin
mengkaji secara lebih mendalam tentang penerapan strategi pembelajaran dan proses
berpikir serta pengaruhnya terbadap kemampuan komunikasi matematika.
Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini antara lain adalah : (1) sebagai
bahan pertimbangan dan altematif bagi guru· tentang penerapan strategi pembelajaran
interaktif, sehingga guru dapat merancang suatu rencana pelaksanaan pembelajaran
yang berorientasi bahwa belajar akan lebih baik jika siswa dapat diberitahukan oleh
guru, sehingga· dapat meningkatkan .kemampuan komunikasi matematika, dan· .(2}
memberikan gambaran bagi
guru tentang efektivitas
dan efesiensi penerapan strategipembelajaran interaktif dan ekspositori berdasarkan karakteristik proses berpikir
G. Defeniai Operasional Variabel Penelitian
1. Strategi Pembelajaran lnteraktif adalah pola pembelajaran yang direncanakan
dan dilaksanakan secara bersama·sama oleh guru dan siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran interaktif terdiri
atas 5 (lima} fase, yakni : (1) fase pengantar, yang berfungsi untuk
mengorganisasi kelas untuk belajar, baik secara individu maupun kerja
kelompok, (2) fase aktivitas atau pemecahan masalah, yaitu melibatkan siswa
secara .aktif untuk berpikir secara rasional dan matematis dalam proses
pemecaban masalah. (3) fase saling berbagi dan berdiskusi, dimana guru
berperan sebagai pemimpin diskusi untuk mencapai tujuan pembelajaran, ( 4)
fase meringkas, yakni· siswa· memeriksa kembali basil· kerja .atau aktivitasnya
dan kemudian mendemonstrasikannya di depan kelas dengan cara saling
bertukar informasi dengan siswa lainnya, (5) fase penilai belajar unit materi,
yakni melakuk.an proses penilaian terhadap basil kerja sisw.a .dengan berbagai
variasi penilaian yang lebih dititik beratkan kepada penilaian yang dilakukan
sendiri oleh siswa.
2. Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru pada sekelompok siswa dengan mak.sud agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori terdiri atas
4 {empat) fase yakni, 1) fase persiapan, langkah ini untuk mempersiapkan
siswa untuk menerima pelajaran. 2) fase pertautan bahan tedahulu, langkah ini
guru bertanya tentang pelajaran terdahulu dan memberikan uraian singkat
untuk mengarahkan perhatian sisea kepada materi pembelajaran. 3) fase
peny.ajian, langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan
yang telah dilakukan. 4) fase evaluasi, langkah evaluasi pada siswa tentang
penguasaan dan pemahaman materi pelajaran, guru memberi tugas dan tes
kepada siswa..
3. Proses berpikir lronseptual, yakni : (a) merumuskan kembali masalah dengan
kalimat sendiri, (b) tidak mampu mengaitkan masalah dengan masalah lain
yang sudah .dikenal, (c) memecahkan- masalah dengan ide yang belum jelas
memecahkan masalah secara tindakan dengan menguraikan langkah-langkah
pemecahan secara terperinci, (e) cenderung memecahkan masalah terlepas dari
penggunaan konsep, .(f) jika menggunakan konsep, mampu menyebutkan
unsur- unsur yang terdapat dalam konsep, (g) mampu menjelaskan kembali
langkah yang sudah ditempuh, dan (h) jika penyelesaian salah kurang mampu
memperbaiki kesalahan. Pr.oses berpikir sekuensial adalah sebagai berikut : (a)
memulai penyelesaian dengan ide yang belum jelas, (b) penyelesaian masalah
dilakukan selalu berorientasi pada tujuan, (c) mencari sepotong penyelesaian
antara yang menjadi dasar tindakan selanjutnya untuk mencapai basil akhir, (d)
berorientasi pada tindakan, (e) cenderung menyelesaikan masalah secara lepas
dari hubungan dengan konsep dan terlepas dari masalah lain yang sudah
4. Kemampuan lromunikosi matematika adalah proses berpikir matematis baik
secara mereflesikan dan menjelaskan proses berpikir siswa tentang ide
.mat.ematika.
.mcrmnuskan nilai -nilai matematika dan mengekspresikan secaraumum dan menemukan jawaban melalui pertanyakan (investigasi),
mengekspresikan ide matematika secara lisan dan tulisan, membaca presentasi
tulisan matematika .dengan .pemahaman, menanyakan .penjelasan .dan
mengajukan pertanyakan yang berhubungan dengan matematika yang telah
dipelajari.
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kemarnpuan komunikasi matematika siswa SMP kota Pematangsiantar yang
diajar dengan penerapan strategi pembelajaran interaktif lebih baik
dibandingkan dengan penerapan strategi pembelajaran ekspositori.
2. Siswa yang memiliki proses berpikir konseptual memperoleh kemampuan
komunikasi matematlka yang Jebih baik dibandingkan dengan siswa yang
memiliki proses berpikir sekuensial.
3. Terdapat interaksi antara penerapan strategi pembelajaran dan proses berpikir
dalarn mempengaruhi kemampuan komunikasi matematika siswa SMP kota
Pematangsiantar sebagai berikut ;
a. Kemarnpuan komunikasi matematika siswa jika diajar dengan penerapan
strategi pembelajaran interaktif lebih baik dibandingkan dengan penerapan
strategi pembelajaran ekspositori untuk siswa yang memiliki proses
berpikir konseptual.
b. Kemampuan komunikasi matematika siswa jika diajar dengan penerapan
strategi pembelajaran interaktif lebih baik dibandingkan dengan penerapan
strategi pembelajaran ekspositori untuk siswa yang memiliki proses
c. Kernampuan kornunikasi matematika stswa dengan proses berpikir
konseptual jika diajar dengan menggunakan penerapan strategi
pembelajaran interaktif akan lebih baik dibanding siswa yang memiliki
proses berpikir sekuensial.
d. Kemampuan komunikasi matematika siswa dengan proses berpikir
konseptual jika diajar dengan penerapan strategi pembelajaran ekspositori
tidak ada perbedaan dengan siswa yang rnemiliki proses berpikir
sekuensial.
e. Kemampuan komunikasi matematika siswa dengan proses berpikir
konseptual jika diajar dengan penerapan strategi pembelajaran interaktif
akan lebih baik dibandingkan dengan siswa