I , ..
ANALISIS PERMINTAAN DAN PENA WARAN
BASIL HUT AN KAYU DI SUM4.TERA UTARA
TESIS
<Di.aju~
(]una
!M.emenuJii
Salali
Satu Syarat
~!M.emperofefifJefa.r
:Magister
Sains
<Progrtmt.
Studi
Ifm.u
tE~iSUKli~NDRA
PURBA
NIM : 072188630033
PASCASARJANA
NEGERI MEDAN
ME DAN
ABSTRAK
Sukendra Purba, Analisis Pennintaan dan Penawaran Hasil Hutan Kayu di Sumatera Utara
Peran strategis sektor kehutanan sebagai modal dalam mewujudkan agenda target
pembangunan nasional, menuntut konsekuensi pemberdayaan potensi sumber daya hutan
dikelola seeara arif dan bijaksana. Relatiftingginya tingkat deforestasi akibat penebangan hutan
tidak dapat ditepaskan oleh semakin tingginya aktivitas produksi basil hutan kayu pada sisi
penawaran, a.kibat stimulus pada sisi pennintaan yang meliputi kegiatan sektor-sektor indus1ri
pengolah basil hutan kayu dan kegiatan sejenis laiMya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang
mempengaruhi pennintaan dan penawaran sebagai upaya untuk memahami intera.ksi antara
pennintaan dan penawaran basil hutan kayu dalam menciptakan pola pennintaan dan harga basil
hutan kayu Sumatera Utara.
Hasil penelitian menuqjukkan hubungan harga basil hutan kayu negatif terhadap
permintaan basil hutan kayu di Sumatera Utara dengan
tingkatresponsif
pennintaaninelastis. Hubungan tingkat pendapatan masyarakat) terhadap jumlah permintaan basil
hutan kayu di Sumatera Utara adalah positif dengan tingkat respon kuantitas permintaan
elastis. Hubungan tingkat output sektor industri
barangkayu, industri kertas dan
.,., percetakan
dan sektor bangunan dan konstruksi adalah positif terhadap jumlah
permintaan basil .llutan kayu di Sumatera Utara. Temuan laht adalah kuantitas
penawaran
produkbasil hutan kayu berhubungan positif
terhadapperubahan harganya,
dengan respon inelastis. Sedangkan naik turunnya
tingkat tarif dan upah tidaksecara
signifikan berpangaruh pada kuantitas
penawaranproduk basil hutan kayu
dan tingkatproduktifitas sektor kehutanan Surnatera Utara berhubungan positif terhadap
tingkatpenawaran produk
basilhutan kayu Sumatera
Kata Kunci: Basil Rutan Kayu, Permintaaa, Peaawaraa, Elastisitas
ABSTRACf
Sukendra Purba, Analisys on demand and Supply of forest Timber Crop in North Sumatera.
The strategic role of forestry sector as capital in realization of national development target agenda requires a consequence of using of forestry resources potency effectively and efficiently. The higher of deforestation rate caused by the felling of trees is not separated of the higher of production activity of the timber forest crops on the supply level caused by a stimulant on the demand level include the forest timber crops processing industrial sector and another ones.
This research aims to study the impact of factors influence the demand and supply in order to understand the interaction between demand and supply of forest timber crops in create the demand and price of timber forest crops of North Sumatera.
The results of research indicares a correlation between the negative forest timber crop price to the demand of forest timber crops in North Sumatera and the inelasticity of demand responsive. A correlation between the society income level to the number of demand on forest timber crops in North Sumatera ·is a positive with the elasticity demand quantity respond. A correlation of output level o{ timber product industrial sector, paper industry, printing. building and construction sector in positive to the number of demand of forest timber crops in North Sumatera. The other finding is a . quantity of demand of forest of timber crops has a positive correlation to the change of price in inelasticity respond. While the fluctuation of tari and wage has not a significant influence to the demand quantity if forest timber crops and the productivity level in forestry sector of North Sumatera has a positive correlation to the demand of forest timber crops on Sumatera.
Keywords : Forest Timber Crop, Demand, Supply, Elasticity.
DAFTARISI
BABIPENDAHULUAN
A.
~tar Bel~Penelitian ..•.•...• , •.•...••.. , •••.•.•.••...•• , ..•.•...•.•..•.•••..•••• , .••• 1
B. Perumusan Masalah ..•...•..••.•...••...•...•..••.•....•.•....•...•..••....•... ll
c.
Tl.ljuan Penelitian ... 13
D. Manfilat Penelitian ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Kerangka Teoritis ... 14
I.
Teori Penawaran ...•...•.•...•...•••.•... 14
2.
T~ri P~~..• ,.,, .. ,., ... , .• ,, .... .,, .. ,,.,,, ... ,,,,..., .... ,., .... ,.,,, .. 16
3. Mekanisme Pasar dan Analisis Keseimbangan ... 18
4.
Ela&tisitas Permintaan
dan
Penawaran ., . ., ...
~.. : ... ; ... 19
5. Teori Perilaku Produsen ... 22
6. Teori Perilaku Konsumen ... 22
B. Kerangka Konseptual ... 33
1. ~jarah
lndustri Perka)'ll&D
Indonesia ...33
2. Kondisi Perkayuan Nasional Saat
ini ...
383. Revitalisasi Sektor Kehutaoan Indonesia ... 38
C. Pembentukan Model Penelitian ... 39
o.
Penelitian
yangRelevan ... 40
E.
Hipotesis ... 42
BAD Ill METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ... 43
B.
Jenis
dan SUIIlber Data~ ... 43C.
M!=tode Penaksiran
danPengujian ...
~...
431.
Metode Penaksiran Model Penelitian ...•...•... 43
2. Metode Pengqjian Hasil Penaksiran., ... 47
'
BAD IV BASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian ... 52
l.
Perkcmbangan Pennintaan dan Harga Produk Hasil Hutan
K.ayu •.
52
·
2. Perkembangan Tmgkat PCQdapatan
~~... 55
3. Perkembangan Tmgkat Output Sektor Pengguua Produk .•...
~....
51B.
HasU
~ ~lJji
llasil &timasi ...
60
C. Analisis Permintaan
HasilHutan
K.ayu
di Sumatcra Utara •••••••.•••••••••••••••• 66
D. Analisis
PCllJJwarJ~DHasil HI$D
KaYJJ
di
S~ Utara ...71
DAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
I<.esi.nlpul.,., ...
76B. Saran ...
77
Daftar
PustakaDAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1. Luas Kawasan Hutan berdasarkan Keputusan Menhut tentang Penunjukan
Kawasan Hutan serta Tata Guna Hutan Kesepakatan ...
~...
4
1.2. Luas Penutupan Laban didalamlluar Kawasan Hutan Sumatera Utara ...
5
1.3. Kontribusi Sektor Kehutanan
terhadapProduk Domestik Bruto Indonesia
Atas Harga Dasar Berlaku periode 1997·2006 ...
7
1.4. Persentase Kontribusi sektor Pertanian terhadap PDRB Sumatera Utara atas
Dasar Harga Berlaku ... 8
1.5. Produksi Hasil Hutan di Sumatera Utara menurutjenis produksi ... 9
1.6. Perhitungan Deforestasi di Indonesia Tahun 2000·2005 (Ha/tahun) ... 10
4.1. Perkembangan Jumlah Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Produk
Hutan Kayu
diSumatera Utara ... 53
4.2. Perkembangan Tingkat Harga Produk Hasil Hutan Kayu di Sumatera Utara
Tahun 2000·2008 ...
55
4.3. Perk.embangan Output di Sektor·sektor Pengguna Produk Hasil Hutari K.ayu
Periode 2000·2008 ... 59
4.4. Hasil Estimasi Model Penelitian ... 62
4.5. Rasil Uji Stasioneritas Data Runtun Waktu ... 63
4.6. Rasil Uji Normalitas ... 65
4.7. Rasil Uji Autokorelasi ... 66
4.8. Rasil Uji Kointegrasi ... 66
4.9. Estimasi Fungsi Permintaan Hasil Rutan Kayu
diSumatera Utara ... 68
4.10. Estimasi Fungsi Penawaran Hasil Rutan Kayu di Sumatera Utara ... 74
[image:6.612.84.536.73.647.2]'
i>AFTAR.GAMBAR
Gam bar
Halaman
4.1. Garfik Perkembangan Jumlah Keseimbangan dan Tingkat Harga Produk Hasil Hutan Kayu di Sumatera Utara ... ... 56 4.2. Grafik Perkembangan Tingkat PDRB, Jumlah Penduduk dan Tingkat
Pendapatan Perkapita di Sumatera Utara 2000-2008 ... 57 4.3. Grafik Perkembangan output di sektor-sektor penggunan produk basil
Hutan kayu periode 2000-2008 ... 60
..
A.
Latar Belakang Masalah
BABl
PENDAHULUAN
Peran penting sektor kehutanan sebagai modal dalam upaya mewujudkan agenda
target pembangunan nasional, menuntut konsekuensi pemberdayaan potensi sumber daya
hutan yang dikelola secara arif dan bijaksana. Hal
ini
untuk menjaga kelangsungan fungsidan manfaat hutan sebagai sistem penyangga kehidupan, hingga dapat terus memberikan
manfaat ekologi, ekonomi, dan sosial budaya yang optimal bagi generasi sekarang maupun
yang
akan
datang.Sektor kehutanan melalui kegiatan pengusahaan hutan produksi dan industrialisasi
kehutanan selama tiga dekade . lebih telah memberikari kontribusi signifikan terhadap
proses pembangunan nasional. Selama periode tersebut sektor kehutanan telah berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pertambahan nilai investasi, peningkatan
kinerja ekspor, pendapatan negara melalui pendapatan pajak dan non pajak, serta
penciptaan peluang usaha dan penyerapan tenaga kelja.
Akan tetapi dalam perkembangannya yang pesat selama
ini,
sektor kehutanan telahmenimbulkan persoalan-persoalan yang kompleks bagi pemerintah dan rakyat Indonesia.
Berkurangnya pasokan bahan baku kayu dari hutan alam, rendahnya realisasi
pembangunan hutan tanaman industri (HTI) untuk menghasilkan kayu pulp dan kayu
pertukangan, serta inefisiensi produksi telah menyebabkan produksi basil hutan menurun
sehingga banyak perusahaan pengolahan kayu yang rugi dan terlilit hutang. Beberapa
perusahaan pengolahan kayu bahkan diduga mengkonsumsi kayu ilegal dari hutan alam
. perkayuan di masa depan terancam, tapi juga kerusaican lingkungan seperti. deforestasi dan degradasi hutan semakin parah.
Hal
ini
menunjukkan kelemahan Indonesia sebagai negara tropis yang belum dapat memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimilikinya, khususnya dalam memanfaatkan produktivitas hutan tanaman yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara bukan tropis. Selain itu masalah lingkungan dan konflik akibat kelangkaan sumberdaya hutan pun meningkat, diiringi dengan menurunnya manfaat jasa lingkungan hutan serta keanekaragaman hayati. Di pihak lain, para penebang liar dan konsumen kayu ilegal terus menikmati keuntungan yang sangat menggiurkan, sementara masyarakat luas harusmenanggung dampak negatif yang luar biasa akibat kerusakan lingkungan yang terjadi. Untuk mengatasi persoalan yang sungguh berat dan pelik di sektor kehutanan, pemerintah melalui kementrian kehutanan telah menetapkan lima prioritas kebijakan sektor kehutanan. Karena keberhasilan pelaksanaan pembangunan kehutanan secara nasional tidak mungkin terlepas
dari
sukses pembangunan kehutanan di daerah. Olehkarena
itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara melaksanakan pembangunan kehutanan mengacu kepada 5 (lima) kebijakan prioritas bidang kehutanan sesuai keputusan Menteri Kehutanan No. SK 456/Menhut - VII /2004 tanggal29 November 2004, yaitu:1. Pemberantasan pencurian kayu (ilegal logging) dalam hutan negara dan perdagangan ilegal.
2. Rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan. 3. Revitalisasi sektor kehutanan.
4. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sektor kawasan hutan .
..
5. Pemantapan kawasan hutan. (RPJM Dinas Kehutanan SU 2006-2010)
Berkaitan dengan prioritas ketiga, yaitu revitalisasi sektor kehutanan khususnya
industri kehutanan
dan
prioritas keempat, yaitu pemberdayaan ekonomimasyarakat
didalam
dan
di sekitar kawasan hutan, pemerintah merencaoakan percepatan pembangunanhutan tanaman industri dengan target
5
juta hektar sampai tahun 2009. Disamping itu,Departemen Kehutanan menetapkan target untuk membangun
5,4
juta hek.tar hutantanaman rakyat, mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2016.
Akan tetapi pemerintah dan para praktisi sektor kehutanan menyadari selama
persoalan kesenjangan kebutuhan bahan baku bagi sektor industri perkayuan masih tetjadi,
akibat ketidakmampuan pasokan oleh produsen hasil hutan kayu, maka ditarnbah persoalan
pembalakan liar yang terus berlangsung faktor tersebut tetap akan menjadi penghambat
revitalisasi industri kehutanan. Masa depan industri perkayuan Indonesia pun disadari akan
tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kayu nasional.
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki kawasan
hutan relatif luas. Berdasarkan data mengenai luas kawasan hutan Indonesia yang
ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
44/Menhut-1112005 tentang Penunjukan
Kawasan
Hutandan
Perairan Provinsi,yang
disusun berdasarkan hasil pemaduserasian antara Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(RTR WP) dengan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK), dinyatakan bahwa luas
kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara mencapai 3.742.120 Ha. Meliputi jenis hutan
konservasi, lindung, produksi terbatas,
dan
sebagainya. Bila dibandingkan dengan luas [image:10.624.82.525.67.643.2]areal hutan lainnya di provinsi-provinsi lainnya di Pulau Sumatera seperti yang tersaji pada
Tabell.l, maka luas hutan di Provinsi Sumatera Utara menempati urutan kedua di bawah
luas hutan Provinsi Riau. Sedangkan untuk ruang lingkup nasional luas kawasan hutan di
Sumatera Utara mencapai 2,73 persen dari totalluas kawasan hutan di Indonesia
Tabell.l. Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Keputusan Menhut Tentang
Penunjukan Kawasan Hutan Serta Tata Guna Rutan Kesepakatan
TOTAL
Provinsi SKMENHUT KAWASAN PERSENTASE
BUTAN(Ha)
NAD
170/KPTS·II/2000 3.549.813 00.- 2.59Samatera Utara
44/MENHUT-DilOO!
3. 742.120,00.- 2.73Sumatera Barat 442/KPTS-II/1999 2.600.286,00.- 1.90
Riau 173/ K.PTS-II/1986 9.456.160,00.- 6.90
Jambi 421/ K.PTS-II/1999 2.179.440,00.- 1.59
Bengkulu 420/KPTS-II/1999 920.964,00.- 0.67
Sumatera Selatan 76/K.PTS-II/200 I 3. 759.327 00.- 2.74
Bangka Belitung 357/MENHUT-II12.004 657.510 00.- 0.48
Lampung 256/ KPTS-ll/2000 . 1'.004~735_.00.- 0.73
Papua 89InKJYfS-III1999 42.224.840,00.- 30.80
Provinsi Lainn_ya 66.995.273,00.- 48.87
TOTAL 137.090.468,00.- 100
Surnber: Badan Planolog1 Kehutanan-DEPHUT, 2007
Dengan luas kawasan hutan yang relatif luas, maka dari sisi ekonomis sektor
kehutanan di Sumatera Utara memiliki potensi yang relatifbesar. Sehingga hafapan bahwa
sektor kehutanan masih mampu memberikan kontribusi ekonomi seperti, pembentukan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), ekspor non migas, peningkatan pendapatan
masyarakat meialui penyerapan tenaga ketja dan mengurangi tingkat kemiskinan di
Provinsi Sumatera Utara.
Secara spsesifik jika dilihat
dari
luas penutupan laban didalam dan diluar kawasanhutan berdasarkan jenis dan kegunaan hutan di Sumatera Utara, maka jenis dan kegunaan
hutan yang dapat dLproduksi yaitu: Hutan Produksi (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT),
dan Hutan Produksi Konversi meliputi kawasan hutan maupun non hutan luasnya cukup
signifikan bagi pengembangan potensi sektor kehutanan. Untuk hutan produksi saja
luasnya sekitar 546.490 ha, kemudian untuk hutan produksi terbatas luasnya mencapai
1.741.990 ha, dan kawasan hutan produksi konversi sebesar 360.430 ha. Kondisi luas
penutupan laban didalam dan luar kawasan hutan Sumatera Utara tersaji pada Tabel 1.2.
Tabell.l. Luas Penutupan Laban Didalam /Luar Kawasan Hutan Sumatera Utara
Kawasan Batao
HutanTetap APL Total
Kawasan
KSA- HPK Jumlah (lOOOka) (lOOOiaa)
HL HPT HP
KPA
Hutan
237,63 725,10 632,07 237,59 59,70 1.892,10 91,97 1.984,06 NonHutan 31,97, 773,61 1.049,76 305,54 295,59 2.456,47 2.551,01 5.007,48Tdkadadata 0,32 51,64 60,16 3,80 5,13 121,07 24,88 145,94
269,93 1.550,35 1.741,99 546,94 360,43 4.469,63 2.667.85 7.137,48 Ket : Data pc:nutupan l8ban dari baSd pensf$tn111 Citra lAndsat 7 ETM+ liputan tlhun 200212003, Dat.a bW8S811 butan Slllllltln lhara
~~~~murut TGHK KSA-KPA ; Kawasan Suaka Allm, K a -Pelestarian Aban dan Teman Buru HL : Hutan Lindung HPT : Hutan Produksi Tcrbalas HP : Hutan Produksi APL : Areal Pengunun Lain HPK ; Hutan Produbi yana dapat dikonversi
Apabila dikaitkan dengan kebijakan priori~ sektor kehutanan di Indonesia seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dua point penting yang harus segera dicapai oleh sektor kehutana di Sumatera Utara pertama adalah revitalisasi sektor kehutanan. Hal-hal yang mendorong perlunya revitalisasi kehutanan baik di tingkat nasional maupun Sumatera Utara adalah: (l) menurunnya peran dan fungsi kehutanan dalam pembangunan nasional akibat meningkatnya degradasi sumberdaya hutan; (2) masih dirnilikinya keunggulan komparatif sektor kehutanan, dimana Indonesia masih menyisakan kawasan hutan yang cukup luas dan bisa berfungsi sebagai paru-paru hijau dunia yang kaya dengan keanekaragaman hayati; (3) dalamjangka panjang sektor kehutanan dapat kembali m~adi salah satu penggerak perekonomian nasional (devisa, lapangan kerja, dll); (4) meningkatnya permintaan pasar
at8S
produk kehutanan secara nasional mailpun global; (5) industri kehutanan dalam arti luas (pengelolaan hutan lestari: ljin Usaha PemanfaatanHasil
HutanK.ayu
/Hak Pengusahaan Hutan, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman/Hutan Tanaman lndustri; industri pengolahan dan jasa lingkungan) · masih mempunyai daya saing yang mampu berkompetisi secara global; (6) untuk meningkatkantaraf
perekonomian masyarakat didalam
dan di sekitar hutan, dimana10,2
juta orang dari48,8 juta orang yang bergantung kehidupannya pada sumber daya hutan tergolong miskin;
dan (7) rendahnya resistensi industri-industri sektor kehutanan, dimana rata-rata hanya
berbasiskan pada keunggulan bahan baku.
(RPJM 2004-2009)
Menurunnya peran dan fungsi kehutanan dalam pembangunan nasional dapat
dilihat melalui kontribusi sektor kehutanan terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia. Berdasarkan data mengenai kontribusi sektor kehutanan
terhadap
PDBIndonesia seperti yang disajikan pada tabel
1.3,
terlihatbahwa
dalamdasawarsa
terakhirkontribusi sektor kehutanan memang telah mengalami trend penurunan yang
sangat
signifikan.
Jika
pada tahun 1997 nilai output sektor kehutanan sebesar Rp. 9.806,5 milyarrupiah
atau mencapai 1,56 persen dari total PDB Indonesia, maka pada tahun 2006,kontribusi sek.tor kehutanan terhadap pembentukan PDB Indonesia "hanya" mencapai
0,90
persen dengan nilai output sekitar Rp.
30.017,1
miliyar.Turunnya kontribusi sek.tor kehutanan khususnya dan sektor pertanian umumnya
pada pembentukan PDB Nasional terutama disebabkan dengan terjadinya pergeseran
struktur perekonomian daerah-daerah di Indonesia, hal ini ditandai dengan semakin
meningkatnya sumbangan sektor kegiatan eknomi sekunder dan tersier di perekonomian
regional di Indonesia.· Beberapa fak.tor lain yang juga menekan peningkatan laju output
sektor kehutanan di Indonesia adalah dengan diberlakukannya beberapa regulasi yang
membatasi eksploitasi hutan secara berlebihan terkait isu lingkungan yang semakin gencar
dilakukan.
Pararel dengan kondisi nasional, fenomena semakin menurunnya peran sektor
kehutanan dalam pembangunan ekonomi di tingkat nasional juga terjadi di Sumatera Utara.
Jika
dilihat kontribusi sektor kehutanan dalam pembentukan Produk Domestik RegionalBruto (PDRB) Sumatera Utara dalam bebefapa tahun ·
terakhir
walaupun mengalami fluktuasi, namun secara umum dapat disimpulkan mengalami kondisi yangsemakin
menurun.Tabel.1.3. Kontribusi Sektor Kehutanao Terhadap Produk Domestik Bruto Indooesia Atas Dasar Harga Berlaku, Periode 1997-2006
PROD UK DOMESTIK BRUTO (PDB) Kontribusi Sektor
TAHUN
Sektor Kehutanan TOTALPDB Kehutanan Terhadap PDB (%)
1997 9.806,5 627.695,9 1,56
1998 1 1.700,5 955.753,9 1,22
1999 1 3.803,8 1.099.731,8 1,26
2000 1 6.343,0 1.389.769,9 1,18
2001 1 6.962 1 1.646.322,0 1,03
2002 1 7.602,4 1.821.833,0 0,97
2003 1 8.414,6 2.013.674,6 0,91
2004 2 0.290,0 2.295.826,2 0,88
2005 2 2.561,8 2.784.960,4 0,81 ~
2006 3 0.017,0 3.338.195, 7 0,90
Sumber: BPS 2008
Dalam struktur perhitungan PDRB Sumatera Utara, sektor kehutanan merupakan salah satu sub-sektor
dari
lima sub-sektor di sektor pertanian. Peranan sektor pertaniandalam
pembentukan PDRB SumateraUtara
masih relatif dominan,dimana
kontribusi sektor pertanian (tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan, petemakandan
perikanan) merupakan sektor yang mampu menyumbang rata-rata sekitar 24 persendari
total PDRB Sumatera Utara. Sedangkan kontribusi sektor kehutanan sendiri seperti yang te1ah dijelaskan sebe1umnya, kondisinya re1atif pararel dengan sektor kehutanan nasional, yang mengalami penurunan kontribusi bagi pembentukan PDRB Sumatera Utara..Berdasark.an Tabe1 1.4. dapat dilihat bahwa di tahun 2000 kontribusi sektor kehutanan Sumatera
Utara
mencapai 1,36 persen. Kemudian di tahun 2001 mengalami peningkatan ke level 1,40 persen,dan
selanjutnya kontribusi sektor kehutanan semakinmenunm, seiring dengan menurunnya
peran
sektor pertanian terhadap pembentukan PDRBSumatera Utara. Untuk tahun 2006 sumbangan sektor kehutanan dalam pembentukan
PDRB Sumatera Utara "menyusut" ke level 1,07 dan terus menurun
pada
tahun 2007sebesar 0,98 persen dan merupakan level terendah
dalam
dasawarsa terakhir. Pada tahun2008 kontribusi sektor kehutanan kembali meningkat ke tingkat 1,07 persen
dari
total [image:15.612.84.531.57.644.2]PDRB Sumatera Utara.
TABEL 1.4.Penentase Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku, Periode 2000-2008.
KLASIFIKASI
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
USAHA
SEKTOR
27.42 26.95 26,94 24,94 24,47 23,98 22,18 21,08 22,22
PERTANIAN
- Bahan Makanan 10.15 10.14 10,02 9,15 8,52 8,63 772 6.14 7.42
-Tanaman
9.86 9.37 9,67 9,08 .· 9,87 9,50 9,06
Perkebunan 9.51 9.26
- Petemakan 2.88 2.79 2,85 2,66 2,40 2,24 2,06 2.23 2.16
-Kehutanan 1.36 1.40 1,38 1,39 1,27 1,19 1,07 0.98 1.07
- Perikanan 3.17 3.25 3,01 2,67 2,41 2,42 2,26 2.21 2.30
BUKAN
72,58 73,05 73,06 75,06 75,53 76,02 77,82 78,92 77,78 PERTANIAN
TOTALPDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber: BPS 2008
Sedangkan khusus sektor kehutanan Provinsi Sumatera Utara maka menurut
jenisnya produksi hasil hutan masih dinominasi oleh hasil hutan kayu. Dari beberapa jenis
kayu ter,sebut maka jenis kayu log pinus merupakan produksi hasil kayu terbesar di
Sumatera Utara pada tahun 2005. Pada tahun 2005 hasil hutan kayu log pinus mencapai
874.056 M3 jauh lebih rendah
dari
pada produksi tahun 2003 yang mencapai 1.011.910,61M3• Hal ini juga teijadi pada produksi log rimba yang produksinya pada tahun 2005 adalah
sebesar 77.072,11 M3, juga jauh dengan tingkat produksi pada tahun 2002 yang mencapai
972.062,00 M3• Secara umum seluruh basil utama produksi hutan kayu Sumatera Utara
[image:16.612.86.526.73.648.2]mengalami trend menurun, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.5. berikut.
Tabell.S. Produksi Hasil Sumatera Utara menurut Jenis Produksi
Jeais
Produksi
Uait 2002Basil Utama
LogRimba
M3 972.062.00Loa Pinus M3 14.153,00
Kavu Ger)lajjan M' 102.269,63
KayuLapis M3 142.176 17
Pulp Ton
-Block Board M' 33.953,38
Moulding M3 33.953 38
Basil lkutaa
Rotan
I
Ton 18.134.00Arang Ton 393.057 00
GetahTusam Ka 1.344,00
Surnber: Dmas Kehutan Prov. Surnatera Utara •)Batang
2003 2004
70.900.76 74.550
1.011.910.61 700.462,84
90.652,41 73.723 79
173.589.25 lll.801 19
113.266,77 124.716 50
1.358.77 337.73
26.116,14 5.036,77
672.995
oo•
682185,57 18742
174.067,00 295,63
2005 77.073,11 874.056,00 88.195,63 155.062,09 171.248,26 71498 34.462 00 25.380 00
-1285,39Untuk meningkatkan produksi basil hutan kayu pada saat
ini
menghadirkan kondisiyang dilematis. Keberadaan hutan memang memiliki nilai ekonomi tinggi dan disamping
itu juga memegang
peranan
yang sangat vital dalam mengatur sistem kehidupan. Disatusisi hutan merupakan penghasil kayu dan juga merupakan penghasil produkljasa
lingkungan sebagai kompetisinya. Artinya, jika hutan dibiarkan akan menjadi produk dan
menyediakan jasa lingkungan,
dimana
tanaman hutan dapat berfungsi sebagai penyerapkarbon (sink) di udara, terutama sekali untuk tanaman-tanaman yang masih muda. Tidak
bisa dibayangkan jika hutan di muka bumi ini semuanya habis, maka berapa besar biaya
yang hams ditanggung untuk mengurangi emisi karbon tersebut. Dengan demikian,
h8rus
disadari bahwa sumber daya hutan mempunyai daya dukung dan pemanfaatan yang
terbatas, meskipun merupakan sumber daya yang dapatdiperbarui (renewable resources).
Belakangan ini marak di berbagai media masa baik lokal maupun nasional, bahwa
hutan Indonesia sedang mengalami sakit parah
(high crisis).ltu diwamai oleh laju
deforestasi yang terus meningkat dengan cepat. Dibeberapa kawasan seperti pulau. Papua,
Sumatera, dan Jawa tingkat deforestasi relatif tinggi, dimana mencapai lebih dari 140.000
ribu ha pertahunnya, bahkan di kawasan Pulau Sumatera tingkat deforestasi mencapai
rata-rata 269.00 ha pertahunnya dan merupakan tingkat deforestasi hutan tertinggi si Indonesia
Untuk skala nasional secara umum tingkat deforestasi rata-rata l juta ha
pertahunnya, sehingga dengan tingkat deforestasi tersebut maka diperhitungkan 60 tahun
[image:17.618.75.524.74.645.2]ke depan hutan di Indonesia akan segera habis.
Tabel1.6. Perbitungan Deforestasi
DiIndonesia Tahun 2000-2005 (Ha/fahun)
Pula a 1001 1001 1003 1004 1005
Total
RerataSumatera 259.500 202.600 339.000 208.700 335.700 1.345.500 269.100
KaUmantan 212.000 129.700 480.400 173.300 234.700 1.230.100 246.020
Sulawesi 154.000 150.400 385.800 41.500 134.600 866.300 173.260
Maluku 20.000 41.400 132.400 10.600 10.500 214.900 42.980
Papua 147.200 160.500 140.800 100.800 169.100 718.400 143.680
Jawa 118.300 142.100 343.400 71.700 37.300 712.800 142.560
Bali,NTI
107.200 99.600 84.300 28.100 40.600 359.800 71.960Iadonesia 1.018.200 926.300 1.906.100 634.700 962.500 5.447.800 1.089.560
Sumber: Badan Planolog1 Kehutanan-DEPHUT, 2007
Kerusakan dan kehilangan hutan' merupakan kondisi yang tidak
diinginkan
oleh
siapapun. Namun, bukan
berarti kitatidak boleh optimal menggunakan hutan. Yang perlu
dihindarkan
adalah
eicspolitasi hutan secara berlebihan. Pengrusakan hutan yang biasa
teijadi pada hutan meliputi 3 kegiatan yaitu, pertama ketika teijadi pembukaan laban hutan
untuk wilayah transmigrasi (adanya tekanan penduduk), kedua
padahutan ekstraktif
dengan tujuan komersil termasuk illegal logging dan tidak
terkait
dengan tekananpenduduk. Jenis terak.hir yaitu butan industri dengan penyalahgunaan HPH dan
penyimpangan wewenang lainnya. (Hartwick
dan
Ollewiler, 1998)Dari kacamata ekonomi, kegiatan produksi butan kayu dan prilaku produsen tidak
dapat disalahkan sepenuhnya terh8dap tingkat kerusakan·l\utan. Selama permintaan pasar
tetap tinggi maka sisi penawaran akan tetap berusaha untuk memenuhi permintaan
tersebut. Tingginya permintaan basil butan kayu, terutama terdapat pada sektor-sektor
industri yang merupakan penyerap utama basil hutan yaitu industri kayu dan barang
dari
kayu serta industri kertas dan barang
cetakan.
Sektor lain yang juga merupakati konsumenbasil butan kayu adalah sektor bangunan dan konstruksi. Dengan semakin meningkatnya
permintaan masyarakat akan perumahan dan fasilitas-fasilitas umum lainnya, maka tingkat
permintaan akan basil butan kayu akan tetap tinggi.
B; Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan interakasi antara penawaran dan permintaan basil butan
kayu, yakni dengan menentukan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penawaran dan
permintaan basil butan kayu tersebut, maka dengan pendekatan ekonometrika dapat dibuat
sebuah model pasar atas basil hutan kayu, khusus dalam ruang lingkup Sumatera Utara.
Model ekonometrik dengan memperhitungkan faktor penaw8.ran dan permintaan
tersebut akan dapat menganalisis pola konsumsi dan prediksi harga atas produk basil hutan
kayu. Sehingga akan dapat ditentukan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi penawaran
dan permintaan basil butan kayu, serta peramalan akan konsumsi dan tingkat harga di masa
mendatang.
Sebagai tambahan relatif tingginya tingkat deforestaSi
ak:ibat
penebangan butan disebabkan oleb semakin tingginya tingkat produksi butan kayu. Hal ini terdorong olebsemakin
tingginya juga aktivitas produksi sektor-sektor industri pengolah basil butan kayu dan kegiatan sejenis lainnya untuk memenuhi permintaan masyarakat- Permasalahan yang muncul kemudian adalah bagaimana sebenarnya interaksi antarapermintaan
dan penawaran basil hutan kayu dalam menciptakan pola permintaan dan harga basil butankayu.
Melalui pembentukan model ekonometrika pasar butan kayu di Sumatera Utara, dapat dilihat bawa faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran dan permintaan basil
butan kayu
di
Sumatera Utara. Faktor yang mempengaruhi penawaran adalah: Biaya produksi yang meliputi tingkat harga basil butan kayu, upah, energi dan produktivitas. Sedangkan faktor yang mempengaruhipermintaan
adalah: tingkat output sektor industri k.ayu dan barangdari
kayu di Sumatera Utara. sektor industri kertas dan barang cetakandi
sumatera Utara, sektor bangunan dan kontrUksidi
Sumatera Utara. tingkat harga basil butan kayu, dan tingkat pendapatan masyarakat sumatera Utara.Secara spesifik perumusan
masalah
dalam
penelitianini
adalah:1. Seberapa besar pengaruh dan stimulus
perubahan
variabel tingkat b!U'ga basil butan kayu, upah, tarif, dan produktivitasdi
sektor kebutanan terhadap tingkat penawaranbasil butan kayu di Sumatera Utara?
2. Seberapa besar pengaruh dan stimulus tingkat harga basil butan kayu tingkat, pendapatan masyarakat, output sektor banguruU1 dan konstruksi, sektor industri kayu
dan barang
dari
kayu sektor industri kertas dan percetakan terhadap tingkat permintaan basil hutan kayu di Sumatera Utara?C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari perumusan masalah
di
atas,maka
tujuan penelitian ini adalah untuk:I. Menganalisis pengaruh dan
besaran
stimulusperubahan
keseluruhan variabeltingkat
harga hasil butan kayu, upah, tarif, dan produktivitas
di
sektor kebutanan terhadap polapenawaran basil butan kayu
di
Sumatera Utara.2. Menganalisis pengaruh dan besaran stimulus tingkat harga hasil butan kayu tingkat
pendapatan masyarakat, output sektor barigunan dan konstruksi, sektor industri kayu
dan barang dari kayu sektor industri kertas dan percetakan terhadap pola tingkat
pennintaan hasil butan kayu di Sumatera
Utara.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dan praktis yang dapat diambil adalah:
I. Menguji secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan pennintaan
hasil butan kayu di Sumatera Utara, dengan melihat tingkat elastisitas faktor-faktor
. tersebut
dalain
menipengaruhi pennintaan dan penawaran produk hasil butan kayu.2. Sehagai masukan yang berguna bagi pembuat kebijaksanaan di Sumatera Utara, yaitu
dengan cara memberikan ramalan
akan
pola konsumsi dan produk harga basil butan diSumatera Utara di masa mendatang.
A. Kesimpulan
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari basil analisis fungsi permintaan dan penawaran produk basil hutan kayu Sumatera Utara beberapa kesimpulan yang dapat ditarik adalah:
1. Hubungan antara tingkat harga basil hutan kayu (Pk) dan permintaan basil hutan kayu di Surnatera Utara (Dk) adalah negatif dengan tingkat respon kuantitas permintaan basil hutan kayu terhadap perubahan harganya digolongkan inelastis.
2. Hubungan tingkat pendapatan masyarakat (Ym) berhubungan positif terhadap jumlah permintaan basil hutan kayu di Sumatera Utara dengan tingkat respon kuantitas permintaan basil hutan kayu terhadap perubahan tingkat pendapatan masyarakat digolongkan elastis.
3. Hubungan tingkat output sektor industri barang kayu, industri kertas dan
percetakan
serta sektor bangunandan
konstruksi sesuai dengan ekspektasi penelitianyakni
berhubungan positif terhadap jumlah permintaan basil hutan kayu di Sumatera Utara. Walaupun demikian tingkat responsif perubahan jumlah permintaan hasil hutan kayu di Sumatera Utara terhadap perubahan tingkat output sektor industri barang kayu, industri kertas dan percetakan serta sektor bangunan dan konstruksi sifatnya inelastis.4. Hubungan secara positif antara kuantitas penawaran produk hasil hutan kayu dengan tingkat respon kuantitas penawaran hasil hutan kayu terhadap perubahan harganya digolongkan inelastis.
5. Naik
turwmya tingkat tarif dan upah tidak secara signifikan berpengaruh pada kuantitas penawaran produk hasil hutan kayU.6.
Tingkat produktifitas sektor kehutananSumatera
Utara berhubungan positif terhadap tingkat penawaran produk hasil hutan kayu Sumatera Utara dengan tingkat respon tergolong inelastis.B. Saran
1. Tingkat respon yang elastis perrnintaan produk hasil hutan kayu dan tingkat pendapatan masyarakan perlu mendapat perhatian khusus, disebabkan dengan semakin membaiknya perforrna perekonomian secara umum dan meningkatnya pendapatan masyarakat beberapa tahun ke depan. Hal ini akan menyebabkan tingkat perrnintaaan produk hasil hutan kayu tetap akan terus meningkat, oleh karena itu dari sisi penawaran perlu juga diupayakan peningkatan produksi untuk mencegah terjadinya dampak dari ketidakseimbangan pasar yakni peningkatan harga produk hasil hutan kayu secara drastis.
2. Sejalan dengan itu perlunya pengembangan sektor-sektor kegiatan ekonomi yang mampu menghasilkan barang-barang subtisutusi atau alternatif bagi produk hasil hutan kayu, terutama untuk menutupi perrnintaan
dari
sektor-sektor industri pengguna produk hasil hutan kayu.