• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802011018 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802011018 Full text"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER DAN

KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI PT. JATI KENCANA

BETON

Oleh

AMY FEBRIANI. B. A

802011018

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Amy Febriani. B. A

Nim : 802011018

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royalty freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI PT. JATI KENCANA BETON

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengalihmedia/mengaligformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 30 Juni 2015 Yang Menyatakan,

Amy Febriani. B. A

Mengetahui,

Pembimbing Utama

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Amy Febriani. B. A

Nim : 802011018

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI PT. JATI KENCANA BETON

Yang dibimbing oleh :

1. Prof. Dr. Sutarto Wijono, M.A.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan proposal ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta symbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 30 Juni 2015

Yang memberi pernyataan

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI PT. JATI KENCANA BETON

Oleh

Amy Febriani. B. A

802011018

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Mememnuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui, pada tanggal 30 Juni 2015

Oleh:

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Sutarto Wijono, M.A.

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprodi Dekan

Dr. Chr Hari S. MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, M.A.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(7)

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER DAN KEPUASAN KERJA

DI PT. JATI KENCANA BEETON

Amy Febriani. B. A

Prof. Dr. Sutarto Wijono

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan negatif dan signifikan antara

gaya kepemimpinan otoriter dan kepuasan kerja. Dalam proses penelitian digunakan

sampel sebanyak 98 orang karyawan PT. Jati Kencana Beton. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan skala gaya kepemimpinan otoriter dan skala kepuasan

kerja (Job Satisfaction Survey). Melalui hasil perhitungan uji korelasi Sperman Rho

yang dianalisa melalui SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0 yang

merupakan program khusus pengolahan data statistik untuk ilmu sosial, diperoleh r =

0,219 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara gaya

kepemimpinan otoriter dengan kepuasan kerja karyawan bagian produksi di PT. Jati

Kencana Beton.

(9)

ii

Abstract

This study aims to look at the negative and significant correlation between authoritarian

leadership style and job satisfaction. In the process of the research used a sample of 98

employees of PT. Jati Kencana Beton. Data collected by using a scale of authoritarian

leadership style and job satisfaction scale (Job Satisfaction Survey). Through the

calculation results Rho Spearman correlation test were analyzed by SPSS (Statistical

Product and Service Solution) version 17.0 which is a special program of statistical data

processing for the social sciences, obtained r = 0.219 (p <0.05). This shows that there is

a positive relationship between authoritarian leadership style with employee job

satisfaction in the production department of PT. Jati Kencana Beton.

(10)

PENDAHULUAN

Di tengah lesunya perekonomian negara-negara maju dan berkembang karena

krisis finansial yang menimpa Amerika pada tahun 2008, Indonesia justru mendapatkan

perhatian dunia karena mampu terus meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya di

atas 5% setelah China dan India selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2014 lalu

keadaan ekonomi Indonesia tumbuh 5% jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu, saat ini pada semester pertama di tahun 2015, ekonomi Indonesia tumbuh

2% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014. Hal ini merupakan suatu

prestasi yang harus dipertahankan oleh segenap masyarakat penggerak ekonomi di

Indonesia agar terus meningkatkan kualitas dan kompetensinya, baik secara

organisasional maupun individual agar dapat bersaing secara global (Badan Pusat

Statistik/BPS, 2015).

Organisasi itu sendiri adalah alat yang digunakan oleh perorangan maupun

kelompok untuk meraih tujuan (Hariandja, 2002). Lalu Wisnu & Nurhasinah (2005)

berpendapat bahwa aset terpenting dalam organisasi adalah individu/ Sumber Daya

Manusia (SDM) di dalam organisasi.Sementara itu, SDM menunjang organisasi dengan

karya, bakat, dan kreativitas. Dengan kata lain, organisasi membutuhkan SDM yang

berkualitas untuk dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu

kriteria SDM yang berkualitas ialah mereka yang memiliki motivasi yang tinggi dalam

menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dalam pekerjaan.

PT. Jati Kencana Beton adalah perusahaan yang memegang sekaligus

memproduksi bahan kontruksi bangunan, khususnya saat ini sebagai salah satu

perusahaan terbesar di wilayah Muntilan juga merasakan dampak dari peningkatan

ekonomi Indonesia. Perusahaan ini telah berdiri selama 17 tahun di Jawa Tengah

dengan total pekerja sejumlah 150 orang. Sebagian besar dari pekerja memiliki jenjang

pendidikan akhir; SD, SMP dan SMK.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 8 orang karyawan bagian produksi pada

tanggal 28 Februari 2015 terungkap bahwa ada beberapa karyawan yang mengeluh

dimana jumlah penghasilan yang mereka terima dan juga kondisi kerja tempat mereka

(11)

bekerja kurang optimal. Dari segi penghasilan (gaji) yang diterima terkadang tidak

menentu (di atas/ di bawah standar UMR), tergantung dari waktu dan hasil produksi

perusahaan. Pekerjaan yang dikerjakan juga sekedar sejadinya hanya untuk mengejar

target kuantitas dan deadline waktu yang telah diberikan oleh manajemen pusat. Mereka

merasa kurang nyaman bekerja karena kondisi kerjasama dengan pihak manajemen

yang kurang baik.

Karyawan juga mengeluhkan tidak adanya reward jika suatu pekerjaan dapat

diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan standar yang sudah ditentukan, dan sebagian

lain mengatakan bahwa dari pihak perusahan memilih-milih/ memperlakukan karyawan

secara tidak merata, seperti dalam hal pemberian penghargaan dimana penghargaan

hanya diberikan kepada orang-orang tertentu saja. Namun sebaliknya, ada sebagian dari

karyawan berpendapat bahwa mereka merasa puas karena mendapat kesempatan

berpartisipasi serta bertanggung jawab dalam mengambil kebijakan di perusahaan, dan

mereka juga mendapatkan penghargaan/reward dari hasil kerja mereka, salah satunya

seperti promosi kenaikan jabatan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, karena

sebagian besar karyawan yang bekerja di PT tersebut adalah buruh maka bentuk reward

dan juga promosi dari perusahaan untuk karyawan seperti: memberikan reward dalam

bentuk kenaikan gaji dan terkadang juga ditambah dalam bentuk sumbangan beberapa

dus sembako untuk mendukung kebutuhan karyawan tersebut. Kemudian promosi salah

satunya dalam bentuk karyawan diberikan kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi

ketua/ kepala tim dari kelompok-kelompok kecil dari bagian produksi tertentu yang

biasa dipegang oleh karyawan tersebut. Fenomena diatas sejalan dengan teori Herzberg

(1959) yang menjelaskan bahwa dalam bekerja terdapat dua faktor yang merupakan

bagian dari kepuasan dan ketidakpuasan karyawan, yaitu faktor motvasi (motivator)atau

instrinsik dan faktor kesehatan (hygiene) atau ekstrinsik. Faktor kepuasan kerja

karyawan adalah faktor motivasi atau intrinsik yang meliputi prestasi dan keberhasilan,

penghargaan, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan dan pertumbuhan, karier, serta

nilai intrinsik pekerjaan itu sendiri. Kemudian faktor ekstrinsik yang merupakan

kebutuhan-kebutuhan dasar individu, yaitu meliputi keamanan, hubungan pribadi,

supervisi, penyeliaan, hubungan dengan penyeliaan, kondisi kerja, kesehatan fisik, gaji,

hubungan dengan rekan kerja, hubungan dengan bawahan, status, dan kebijakan

(12)

karyawan bagian produksi di PT. Jati Kencana Beton memiliki permasalahan terkait

kepuasan kerja.

Atas dasar hal di atas maka penting untuk meneliti kepuasan kerja karyawan di

PT. Jati Kencana Beton. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Robbins, 2008) yang menyatakan bahwa seseorang dengan kepuasan

kerja yang tinggi akan menunjukkan sikap positif terhadap pekerjaan itu, dan sebaliknya

apabila seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang

negatif terhadap pekerjaan tersebut. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh (Devi,

2009; Haning et al, 2010; Soegandhi et al, 2013) mengungkapkan bahwa tingkat

kepuasan kerja sangat penting bagi karyawan dan juga bagi perusahaan itu sendiri,

seperti; meningkatnya komitmen pada organisasi, motivasi kerja, kinerja, prestasi kerja,

dan kepuasan pelanggan, dengan begitu tentu saja secara otomatis akan meningkatkan

produktivitas perusahaan dan pada akhirnya visi dan misi perusahaan pun dapat

tercapai. Namun hal sebaliknya yang akan terjadi apabila karyawan tidak memperoleh

kepuasan kerja, maka akan mengganggu performa kinerja, prestasi kerja kurang baik,

motivasi menurun, dan rendahnya komitmen pada organisasi.

Kepuasan maupun ketidakpuasan dari karyawan itu sendiri terhadap

pekerjaannya, tidak lain merupakan keadaan emosional karyawan tersebut yang terlihat

dari bagaimana mereka memandang menyenangkan dan atau tidak menyenangkannya

mengenai pekerjaan mereka, situasi kerja, hubungan dengan rekan kerja maupun

pimpinan perusahaan. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap

pekerjaan dan hal tersebut dapat terlihat dari sikap positif dan atau negatif dari pekerja

dalam bekerja dan segala sesuatu yang dihadapi pada lingkungan kerjanya (Handoko,

2001).

Haning et al, (2010) menjelaskan dampak positif dan negatif dari kepuasan kerja

itu sendiri, karena kepuasan kerja adalah hal yang penting di dalam menjalankan roda

organisasi. Kepuasan kerja akan berdampak positif bagi perusahaan maupun karyawan

itu sendiri yaitu seperti, karyawan mampu memberikan kinerja yang optimal dan loyal

terhadap organisasi. Selanjutnya jika karyawan merasaan ketidakpuasan kerja akan

berdampak negatif bagi perusahaan, yaitu meningkatnya absensi, sering tidak masuk

(13)

menghasilkan kinerja yang buruk dan mengecewakan, serta dampak yang lebih buruk

adalah turn over/ perpindahan karyawan (Andini, 2006 & Amin et al, 2013).

Berlandaskan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh para ahli sebelumnya,

beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah gaji (Malik et al, 2012;

Zoubi, 2012), stres kerja (Trivellas, 2013), motivasi kerja (Kartika & Kaihatu, 2010)

dan gaya kepemimpinan (Loke, 2001; Amin et al, 2013).

Seperti yang telah disebutkan, gaya kepemimpinan menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi kepuasan kerja. Kepemimpinan sendiri merupakan suatu proses

dimana seorang individu mempengaruhi orang lain untuk rela dan antusias

mengarahkan upaya dan kemampuan mereka dalam mencapai kelompok yang

didefinisikan atau tujuan organisasi (Chipunza, 2011). Cahyana et al (2012) dalam

risetnya menjelaskan bahwa pada perusahaan yang tergolong dalam skala menengah

(memiliki tenaga kerja < 1000 orang), pemimpin perusahaan lebih cenderung memilih

mengadopsi gaya kepemimpinan yang otoriter. Gaya kepemimpinan ini secara jangka

pendek memang dirasakan efektif jika digunakan di dalam organisasi yang mayoritas

anggotanya berpendidikan rendah, akan tetapi secara jangka panjang dapat menjadi

berbahaya karena dapat membuat karyawan merasa tidak diperlakukan dengan adil

sehingga dapat mengacaukan jalannya roda orgnisasi. Pada dasarnya kepuasan kerja

merupakan hal yang bersifat individual, maka setiap individu akan memiliki tingkat

kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya.

Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pada masing-masing individu. Hasil

penelitian mengungkapkan hubungan gaya kepemimpinan otoriter dengan kepuasan

kerja (Newstrom & Davis, 1993) yang menemukan bahwa pemimpin yang otoriter

bercirikan; tidak mau mendengar pendapat bawahan, egois, tidak kooperatif, dan

berkuasa penuh. Hal ini membuat sebagian karyawan yang tidak puas dengan

pekerjaannya sehingga karyawan merasa kecewa dan antisipasi terhadap tugas yang

dikerjakan, akibatnya kualitas pekerjaan pun mereka akui menurun. Sementara itu dari

pihak manajemen mengaku bahwa adanya perbedaan pendapat antara atasan-bawahan

adalah hal yang biasa meski memang mereka pun mengakui bahwa kualitas pekerjaan

saat ini menurun meski dari segi kuantitas tidak ada perubahan. Pihak manajemen

menjelaskan bahwa memang saat ini sedang terjadi perubahan yang terkait dengan

(14)

supervisor lama ada yang telah mengundurkan diri dan pensiun, tentunya pimpinan baru

memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda jika dibandingkan pimpinan terdahulu.

Oleh karena itu, penulis memfokuskan penelitian gaya kepemimpinan otoriter tersebut

akan menjadi variabel bebas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli terkait hubungan gaya

kepemimpinan otoriter dan kepuasan kerja juga menunjukkan bahwa masih terdapat

perbedaan. Hasil penelitian dari Bhatti et al (2012) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan otoriter dan kepuasan

kerja di lingkungan guru sekolah swasta dan negeri di Amerika Serikat. Hasil serupa

juga di dapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Amin et al (2013) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifkan antara gaya kepemimpinan

otoriter dan kepuasan kerja di lingkungan pekerja swasta di Pakistan. Dari semua

penelitian diatas dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan

otoriter dan kepuasan kerja, akan tetapi terdapat hasil berlawanan ditunjukkan oleh

penelitian yang dilakukan Akerele (2007) dan Nadarasa & Thuraisingam (2014), yang

menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan otoriter dan

kepuasan kerja di lingkungan guru sekolah di Afrika dan Turki.

Hasil penelitian di atas masih menunjukkan hasil yang bertentangan, disatu sisi

terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan otoriter dan kepuasan kerja, sedangkan

disisi lain gaya kepemimpinan otoriter dan kepuasan kerja tidak terdapat hubungan.

Oleh karena itu, kiranya penelitian ini perlu dilakukan untuk membuktikan hubungan

gaya kepemimpinan otoriter dan kepuasan kerja karyawan bagian produksi. Hal tersebut

bukan semata-mata hanya karena ada perbedaan hasil penelitian sebelumnya yang

masih terdapat perbedaan hasil, akan tetapi juga dikarenakan adanya fenomena nyata di

organisasi, perbedaan tempat penelitian dengan penelitian terdahulu yang mayoritas

dilakukan di lingkungan sekolah/ pendidikan, dan adanya perbedaan teori yang

digunakan. Atas dasar indetifikasi masalah dan perbedaan-perbedaan tersebut, maka

penulis merumuskan permasalahan yang hendak diuji yakni; apakah terdapat hubungan

yang negatif dan signifikan antara gaya kepemimpinan otoriter dan kepuasan kerja pada

(15)

KEPUASAN KERJA

Kepuasan kerja sangat penting bagi perkembangan sebuah organisasi. Karyawan

dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan semakin giat bekerja, memiliki loyalitas

yang tinggi, dan berprestasi. Sementara itu karyawan yang memiliki kepuasan kerja

yang rendah akan cenderung malas bekerja, emosi tidak stabil, sering tidak masuk kerja,

dan semangat kerjanya rendah.

Newstrom & Davis (1993) menerangkan kepuasan kerja sebagai perasaan

menyenangkan atau tidak menyenangkan yang dirasakan seorang pegawai tentang

pekerjaan mereka. Lalu Spector (1997) menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah

derajat perbandingan antara harapan dan kenyataan di lingkungan kerja. Jika kenyataan

tidak sesuai dengan harapan maka akan timbul perasaan kecewa tehadap pekerjaan.

Sebaliknya, ketika harapan sesuai dengan kenyataan maka akan timbul perasaan puas

pada pekerjaan. Kemudian Timpe (2000) menjelaskan bahwa kepuasan kerja sebagai

perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dari dalam individu terkait dengan

pekerjaannya. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kepuasan kerja adalah suatu tingkat sejauh mana seseorang menyukai pekerjaannya.

Pada kesempatan Robbins (2008) merumuskan beberapa aspek kepuasan kerja,

yaitu; pekerjaan yang menarik dan menantang, adanya ganjaran (income & reward)

yang pantas, adanya kesempatan berprestasi (memperoleh penghargaan dan promosi),

adanya dukungan rekan kerja, kondisi kerja yang mendukung, dan adanya kesuaian

kepribadian dengan pekerjaan. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan

aspek-aspek kepuasan kerja yang dikemukakan oleh Spector (1997) yaitu kepuasan kerja

mencakup beragam sikap seseorang terhadap pekerjaannya kerena pekerjaan itu sendiri

memiliki aspek-aspek, seperti: besarnya imbalan (gaji) yang diterima dari sebuah

pekerjaan, promosi yang merupakan kemungkinan mendapatkan peluang kenaikan

pangkat atau posisi dalam suatu pekerjaan, supervise dimana adanya pengawasan dari

atasan secara langung, kemudian tunjangan yang merupakan bonus yang diberikan oleh

organisasi baik berupa uang ataupun non-uang, imbalan berupa penghargaan dari

organisasi untuk pekerjaan yang dinilai baik, prosedur operasi tidak lain adalah

(16)

bersama-sama di dalam organisasi, sifat kerja yang menjadi tugas dari pekerjaan itu sendiri, dan

komunikasi dalam proses menyampaikan pesan di dalam organisasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amin et al (2013)

menjelaskan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal

ini disebabkan karena pemimpin/ supervisor dalam suatu organisasi selalu berinteraksi

dengan anggota tim/ organisasi secara dinamis dan dalam janka lama, sehingga

bagaimana gaya seorang pemimpin dalam memimpin dapat memengaruhi kepuasan

kerja dari karyawan secara langsung.

Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan skala kepuasan kerja yang

dikemukakan oleh Spector (1997) dalam skala Job Satisfaction Survey yang telah

digunakan secara luas.

GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER

Pada suatu kesempatan Newstrom & Davis (1993) mendefiniskan

kepemimpinan otoriter sebagai gaya kepemimpinan yang mendasarkan pada kekuasaan

dan pengambilan keputusan hanya dapat terwujud dalam diri pimpinan seorang diri.

Para pemimpin mempunyai otoritas dan tanggung jawab secara penuh dalam

mengendalikan organisasi. Lalu Timpe (2000) menambahkan bahwa pemimpin otoriter

membuat keputusan sendiri karena kekuasaan terpusatkan dalam diri satu orang.Ia

memikul tanggung jawab dan wewenang penuh. Gaya kepemimpinan otoriter memang

dinilai efektif jika diterapkan pada organisasi level menengah karena dampak dari

sebuah kebijakan tidak dirasakan oleh banyak orang (Cahyana et al, 2012).

Berdasarkan pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa gaya

kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan

kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Newstrom & Davis (1993)

menerangkan bahwa gaya kepemimpinan otoriter memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu

kekuasan penuh ada di tangan pimpinan, gaya komunikasi yang satu arah, dan tidak ada

ruang partisipasi dari bawahan. Lalu Pratama (2012) menjelaskan ciri-ciri gaya

kepemimpinan otoriter adalah menganggap bawahan sebagai alat semata, tidak mau

(17)

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan ciri-ciri gaya kepemimpinan

otoriter yang dikemukakan oleh Newstrom & Davis (1993) karena ciri-ciri tersebut

sejalan dengan ciri kepemimpinan di PT. Jati Kencana Beton.

METODE

Subjek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah 136 orang karyawan PT. Jati Kencana Beton.

Melihat jumlah populasi yang besar maka ditarik sampel penelitian menggunakan

rumus Slovin (dalam Supramono & Hadiyanto, 2008) dengan batas kesalahan 5%,

sehingga diperoleh sejumlah 98 orang responden.

Alat Ukur Penelitian

Alat ukur dalam penelitian ini disusun dalam bentuk angket (skala psikologi).

Alat ukur dari variabel gaya kepemimpinan otoriter terdiri atas 12 item, disusun

berdasarkan definisi dan ciri-ciri gaya kepemimpinan otoriter yang dikemukakan oleh

Newstrom dan Davis (1993). Kemudian untuk alat ukur dari variabel kepuasan kerja

terdiri dari 36 item yang telah penulis alih bahasakan ke dalam bahasa Indonesia dari

skala Job Satisfaction Survey yang diciptakan oleh Spector (1997). Kedua angket ini

disusun menggunakan skala likert.

Uji validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Uji Validitas

Alat ukur gaya kepemimpinan otoriter dalam penelitian ini menggunakan

skala yang dikemukakan oleh Newstrom dan Davis (1993) yang terdiri dari 12

item. Uji diskriminasi item dilakukan sebanyak 2 putaran sampai semua item

memenuhi kriteria, yaitu nilai koefisiennya > 0,25 (Azwar, 2002). Item yang

(18)

adalah r hitung < 0,25 dengan taraf signifikansi pada 0,05 (Axwar, 2002). Daya

diskriminasi item bergerak antara 0,287 – 0,484.

Selanjutnya untuk alat ukur kepuasan kerja dalam penelitian ini

menggunakan skala kepuasan kerja Job Satisfaction Survey yang diciptakan oleh

Spector (1997). Skala kepuasan kerja terdiri dari 36 item. Uji diskriminasi item

dilakukan sebanyak 2 putaran sampai semua item memenuhi kriteria, yaitu nilai

koefisien > 0,25 (Azwar, 2002). Hasil terdapat 11 item gugur, sehingga tersisa 25 item

yang bisa digunakan. Item dinyatakan gugur bila nilai r hitung < 0,25 dengan taraf

signifikan pada 0,05 (Azwar, 2002). Daya diskriminasi item bergerak antara 0,266

sampai dengan 0,466.

2. Uji Reliabilitas

Setelah masing-masing item gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja diuji

validitasnya, selanjutnya dari item-item yang valid dilakukan pengujian reliabilitas

dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan menggunakan teknik Alpha

Cronbach. Hasil pengujian diperoleh reliabilitas angket gaya kepemimpinan sebesar

0,718. Hal ini dapat dikatakan bahwa angket gaya kepemimpinan tersebut reliabel

(Ghozali, 2002). Kemudian untuk angket kepuasan kerja diperoleh hasil reliabilitas

sebesar 0,834. Hal ini dapat dikatakan bahwa angket kepuasan kerja tersebut reliabel

(Azwar, 2002). Hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi product

momment, penulis terlebih dahulu melakukan uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji

linearitas. Tujuan dilakukannya uji normalitas dan uji linearitas adalah sebagai salah satu syarat

dilakukannya uji korelasi product momment. Melalui uji normalitas, akan diketahui apakah

distribusi variabel tersebut normal atau tidak. Uji asumsi dilakukan dengan menggunakan SPSS

versi 17.0.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji one sample-Kolmogrov Smirnov.

Berdasarkan uji normalitas terhadap angket gaya kepemimpinan, didapat nilai Kolmogrov

Smirnov sebesar 1,212 dan signifikansi pada p = 0,106 (p > 0,05) dan nilai Kolmogrov

(19)

0,05). Hal ini berarti angket gaya kepemimpinan berdistribusi normal, sedangkan angket

kepuasan kerja tidak berdistribusi normal, sehingga uji korelasi dilakukan dengan

menggunakan uji korelasi spearman rho (Ghozali, 2002). Hasil uji normalitas dan grafik uji

normalitas dapat dilihat pada lampiran.

2. Uji linearitas

Berdasarkan hasil uji Linearitas diperoleh nilai f pada tabel anova sebesar 0,457

dengan probabilitas 0,965. Dapat disimpulkan bahwa data linear sebab probabilitas > 0,05.

Hasil Penelitian

1. Analisa Deskriptif Gaya kepemimpinan

Berdasarkan angket gaya kepemimpinan terdapat 8 item valid.

Kemudian, dari hasil analisa dari angket gaya kepemimpinan di dapat skor

tertinggi adalah 40 dan skor terendah adalah 8. Kemudian akan dikategorikan

menjadi 5, yaitu gaya kepemimpinannya cenderung sangat tidak otoriter, tidak

otoriter, sedang, otoriter dan sangat otoriter. Berikut adalah rumus

pengkategorian tinggi rendahnya atau interval gaya kepemimpinan otoriter:

Tabel 4.3: Interval Gaya kepemimpinan

menganggap pemimpin tidak bergaya otoriter dalam memimpin pegawainya.

Sedangkan sebanyak 18 orang pegawai menganggap bahwa pemimpin mereka

memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter. Rata-rata pegawai menganggap

pemimpinya memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter dalam kategori sedang.

(20)

b. Kepuasan Kerja

Angket kepuasan kerja terdiri dari 25 item yang valid. Berdasarkan hasil

analisa dari angket kepuasan kerja di dapat skor tertinggi adalah 125 dan skor

terendah adalah 25. Kemudian akan dikategorikan menjadi 5, yaitu sangat

rendah kepuasan kerjanya, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi kepuasan

kerjanya. Berikut adalah rumus pengkategorian tinggi rendahnya atau interval

kepuasan kerja:

Dari tabel di atas diketahui bahwa ada 16 pegawai yang tingkat kepuasan

kerjanya sangat rendah. Sedangkan pegawai yang tingkat kepuasan kerjanya

sangat tinggi hanya berjumlah 4 orang saja. Rata-rata pegawai berada pada

kategori tingkat kepuasan rendah, yaitu sebanyak 52 orang pegawai.

Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di atas.

2. Uji Analisa

Dari hasi uji normalitas dan uji linearitas data, didapat hasil bahwa data

tidak berdistribusi normal namun data linear. Jadi, perhitungan korelasi yang

dilakukan adalah menggunakan korelasi spearman rho. Berdasarkan pada

perhitungan Uji korelasi sperman rho dari output SPSS terlihat bahwa nilai r =

0,219 (p < 0,05). Melihat hasil perhitungan tersebut maka Hi ditolak dan H0

diterima. Ini berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan

signifikan antara gaya kepemimpinan otoriter dengan kepuasan kerja di PT. Jati

(21)

Tabel 4.5: Tabel Hasil Korelasi Sperman Rho

Correlations

Gaya

Kepemimpinan Kepuasan Kerja Spearman's rho Gaya Kepemimpinan Correlation Coefficient 1.000 .219*

Sig. (1-tailed) . .014

N 100 100

Kepuasan Kerja Correlation Coefficient .219* 1.000

Sig. (1-tailed) .014 .

N 100 100

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

C. Pembahasan

Gaya kepemimpinan otoriter dirasa efektif sehingga kepuasan kerja juga

menjadi baik karena organisasi menjadi terkontrol.

Dengan menggunakan teknik korelasi sperman rho yang dianalisa melalui SPSS

(Statistical Product and Service Solution) versi 17.0 windows yang merupakan program

(software) khusus pengolahan data statistik untuk ilmu sosial, diperoleh r = 0,219 (p <

0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara gaya

kepemimpinan dengan kepuasan kerja karyawan bagian produksi di PT. Jati Kencana

Beton. Artinya semakin tinggi tingkat keotoriteran dari pemimpin maka akan semakin

tinggi pula tingkat kepuasan kerja karyawan. Hal ini mungkin dapat terjadi karena

pengaruh beberapa hal, pertama bahwa mayoritas subjek penelitian memiliki tingkat

pendidikan menengah ke bawah sehingga dalam bekerja memerlukan sosok pemimpin

yang bisa memegang kekuasan dan kendali untuk mengambil inisiatif dan keputusan

agar pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik (Situmorang, 2011). Kedua, hal ini

mungkin dipengaruhi oleh pekerjaan itu sendiri, subjek dari penelitian ini adalah

karyawan perusahaan beton yang menyediakan produk untuk jasa konstruksi, sehingga

sehari-hari karyawan selalu bekerja dalam tekanan deadline yang mengharuskan mereka

bekerja dalam tempo yang cepat tetapi menghasilkan hasil yang berkualitas baik

(Saliman, 2002). Hal tersebut tentu saja dapat mendorong para karyawan untuk

memerlukan sosok pimpinan yang mampu bekerja dalam tekanan dan mampu memberi

perintah/ mengambil keputusan dengan cepat, sehingga semakin otoriter maka mereka

(22)

otoritas dan tanggung jawab secara penuh dalam mengendalikan para bawahan,

sehingga mereka dapat lebih terpacu dalam menghasilkan output kerja yang maksimal.

Sementara itu, pada penelitian ini mekipun gaya kepemimpinan otoriter

diterapkan namun karyawan tetap merasa nyaman, karena hubungan antara atasan dan

bawahan terjalin dengan baik. Melalui hubungan yang terjalin dengan baik, maka salah

satu pihak (pekerja) yang bekerja dengan tuntutan yang tinggi bukanlah suatu bentuk

tekanan yang berlebihan. Dengan kata lain para pekerja memiliki asumsi bahwa tanpa

adanya pihak yang memegang kendali penuh, maka target pekerjaan tidak dapat

diselesaikan secara efektif daan efisien (Cahyana et al, 2012). Hubungan yang baik

antara atasan dan bawahan merupakan dasar yang baik dalam membangun interkasi

selama bekerja. Atas dasar hasil penelitian ini, maka secara umum dapat disimpulkan

dengan kemampuan pemimpin yang mengambil inisiatif dan keputusan dalam

lingkungan kerja, maka karyawan dapat lebih maksimal tingkat kepuasan kerjanya dan

akan semakin giat bekerja, memiliki loyalitas yang tinggi, dan berprestasi.

Nilai sumbangan efektif dari hubungan di atas adalah 4,79%. Sementara itu,

sisanya sebanyak 95,21% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti

dalam penelitian ini. Sebagaimana dinyatakan oleh Newstrom & Davis (1993)

kepemimpinan otoriter merupakan gaya kepemimpinan yang mendasarkan pada

kekuasaan dan pengambilan keputusan hanya dapat terwujud dalam diri pimpinan

seorang diri. Pada hakikatnya salah satu hal yang dapat memengaruhi kepuasan kerja

adalah gaya kepemimpinan dari atasan di dalam organisasi (Loke, 2001; Amin et al,

2013).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data penelitian, maka diperoleh kesimpulan

bahwa adanya hasil hubungan positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan

otoriter dan kepuasan kerja karyawan di PT. Jati Kencana Beton. Hal ini

ditunjukkan dengan hasil r = 0,219 (p < 0,05). Hal ini berarti semakin tinggi

(23)

Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti mengajukan saran bagi

beberapa pihak sebagai berikut:

1. Bagi Pimpinan PT. Jati Kencana Beton

 Pemimpin sebagai atasan memberi peluang kepada setiap karyawan untuk melakukan pertemuan 1 bulan sekali untuk membahas tentang

atasan memperdulikan anggota kelompoknya dengan penuh

ketegasan dan arahan yang lebih positif agar karyawannya tetap

menunjukkan kepuasan yang tinggi dalam bekerja.

 Pemimpin menyediakan tempat dan fasilitas yang dapat digunakan karyawan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang produktif, dan

memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mendapatkan

latihan agar karyawan dapat berlatih untuk menjadi seorang

pemimpin/leader.

2. Bagi Karyawan PT. Jati Kencana Beton

 Setiap karyawan harus memiliki persepsi positif terhadap gaya kepemimpinan otoriter dalam mencapai target secara tepat dan lebih

produktif melalui diskusi atau pertemuan-pertemuan untuk lebih

meningkatkan kepuasan kerja mereka.

 Setiap karyawan diharapkan dapat mengalami pengalaman kerja dengan menggunakan kesempatan untuk mengikuti simulasi dalam

memainkan peran menjadi seorang pemimpin yang menerapkan gaya

kepemimpinan otoriter, kemudian karyawan berbagi pengalaman

tersebut melalui diskusi.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Untuk meningkatkan kualitas peneliti lebih lanjut, khususnya yang

berhubungan dengan gaya kepemimpinan otoriter dan kepuasan kerja.

(24)

misalnya saja dengan menambah variabel bebas lain yang dapat

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Akerele S. A. (2007). Principals leadership style and teahers’ job performance in Lagos State Public Secondary Schools. Thesis. University of Ado-Ekiti, Nigeria.

Al-Ababneh, M. & Lockwood, A. (2006).The Influence of Managerial Leadership Style on Employee Job Satisfaction in Jordanian Resort Hotels. Journal of International Hospitality Management. 02 (2).

Amin, M., Shah, S. & Tatlah, I. A. (2013). Impact of Principals/ Directors’ Authocratic Leadership Styles on Job Satisfaction of the Faculty Members: Perceptions of The Faculty Members in A Public University of Punjab, Pakistan. Journal of Research and Reflections in Education. 7 (2), 97 -112.

Andini, R. (2006). Analisis Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasi terhadap Turn Over Intention (Studi pada RS. Roemani Muhammadiyah Semarang). Tesis. Universitas Diponegoro.

Azwar, S. (2002). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Sigma Alpha.

Badan Pusat Statistik. (2015). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I - 2015. Berita Resmi Statistik Negara. No. 83.

Bhatti, N., & Maitlo, G. M. (2012). The Impact of Autocratic and Democratic Leadership Style on Job Satisfaction. Canadian Center of Science and Education. Vol 5,(2).

Cahyana, A. S., Subakati, C. & Noer, B. A. (2012).Pengembangan Model Kerja Industri Kecil dan Menengah (IKM). Review Ilmiah. Simposium Nasional RAPI XT FT UMS.

Chipunza, C., Samuel & Mariri, T. (2011), Leadership Style, Employee Motivation andCommitment: Empirical Evidence from aConsolidated Retail Bank Operating in aDepressed Economy. African Journal of Business Management. 5, pp. 8337-8346

Devi, E. K. D. (2009). Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Karyawan Outsourcing PT. Semeru Karya Buana). Tesis. Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2002). Aplikasi Analisis Multivariant dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia Cetakan ke-15, Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta

Haning, M. T., Maruf, A. A. & Tikson, T. D. (2010). Hubungan Kepuasan Kerja dengan Komitmen Organisasi Pegawai Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Makassar. Review Ilmiah. Universitas Hassanudin.

Hariandja, B. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grafindo.

(26)

Kartika, E. W. & Kaihatu, T. S. (2010). Analisis Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja. Jurnal Nasional Ekonomi & Bisnis. Vol 3 (1), 100-112.

Komara, Y. (2001). Analisis Kepuasan Kerja Ditinjau dari Segi Pelaksanaan dan Harapan (Kasus di PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas, Cisarua-Bogor). Tesis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Loke, J. C. F. (2001). Leadership Behaviours: Effect on Job Satisfaction, Productivity and Organizational Commitment. Journal of Nursing Management. Vol 09, pp 191-204.

Malik, E. M., Danish, R. Q., & Munir, Y. (2012). The Impact of Pay and Promotion on Job Satisfaction: Evidence from Pakistan. American Journal of Economics. 6 (09), 6-9.

Muhadi, M. (2007).Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Komitmen Organisasional dalam Memengaruhi Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan Administrasi UNDIP). Tesis. Universitas Diponegoro.

Nadarasa, T. & Thuraisingam, R. (2014).The Influence of Principals Leadership Style on School Teachers Job Satisfaction. International Journal of Sciencetific and Research Publications. 04 (01), 2250-3153

Newstorm, J. W. & Davis, K. (1993). Organizational Behavior; Human Behavior at Work. New York: McGraw-Hill Inc.

Pratama, C. Y. (2012). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Otokrasi Terhadap Kepuasan Kerja. Journal of Social and Industrial Psychology. Vol. 1, No. 2.

Robbins, S. P. dan Timothy, A. J. (2008). Perilaku Organisasi Edisi ke-12. Jakarta: Salemba Empat

Saliman. (2002). Kepemimpinan, Konflik dan Strategi Penanganannya. Artikel Ilmiah. Simposium XII UNY.

Situmorang, A. S. (2012). Gaya Kepemimpinan Pelatih Dalam Upaya Meraih Prestasi. Jurnal Sosial dan Pendidikan. Vol. 5 (1).

Soegandhi, V. M., Sutanto, E. M., & Setiawan, R. (2013).Pengaruh Kepuasan Kerja dan Loyalitas Kerja Terhadap Organizational Citizenship Pada Karyawan PT. Surya Timur Sakti JATIM. Jurnal Manajemen Bisnis AGORA. 01 (01).

Spector, P. E. (1997). Job Satisfaction; Applications, Assessment, Causes and Consequences. New York: Sage Publication

Supramono & Hadiyanto, J. O. (2008). Metode Penelitian Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Timpe, A. D. (2000). Seri Sumber Daya Manusia : Kepemimpinan. Jakarta: Gramedia Elex Komputindo.

Trivellas, P. (2013). The Effect of Job Related Stress on Employee’s Satisfaction: A Survey on Health Care. Journal of Social and Behavioral Science. 73, 718-726.

Wisnu, D. & Nurhasinah, S. (2005). Teori Organisasi. Lembah Semeru: UMM Press.

Gambar

Tabel 4.3: Interval Gaya kepemimpinan
Tabel 4.4: Interval Kepuasan Kerja
Tabel 4.5: Tabel Hasil Korelasi Sperman Rho

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya semua konstruksi peralatan mekanik yang menerima beban harus mampu menahan beban tersebut, hal ini sangat tergantung dari jenis konstruksi yang dirancang,

Gejala klinis yang paling sering muncul pada pasien SDH kronik dengan kista arakhnoid adalah sakit kepala yang disertai dengan muntah, sedangkan gangguan berjalan dan

penanganan serta pelaksanaan Sistem Monitoring ORARI. 4) Melaksanakan pembinaan kegiatan monitoring kepada segenap disiplin monitoring didaerahnya tentang teknik

Abdullah

Dengan demikian kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam melaksanakan suatu aktivitas yang diakibatkan

Fauzan Saleh ini terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, karena itu, periu dilihat sebagai satu model perkembangafl wacana teologis Islam yang setara (bukan yang

la menjelaskan, keran besar dibuka tahun ini dalam dua bentuk untuk calon mahasiswa mis- kin atau berasal dari golongan menengah ke ba- wah.. Kuotanya 650 bangku atau 20 persen