• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada korban erupsi gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada korban erupsi gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap."

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN

SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA KORBAN

ERUPSI GUNUNG MERAPI YANG TINGGAL DI HUNIAN

TETAP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Angela Merici Reviana Tika Wibawati

089114058

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

2

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN

SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA KORBAN

ERUPSI GUNUNG MERAPI YANG TINGGAL DI HUNIAN

TETAP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Angela Merici Reviana Tika Wibawati

089114058

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

5

Ci nt ai l ah per j u a ng an,

K ar ena per j u ang an me ndek at k an k i t a

K epada t er capai ny a ci t a-ci t a

( S oedi r man)

Kemauan adalah seper t i sebilah pedang t aj am,

Yang dapat membuat j alan melalui hut an r imba.

(Char les Dickens)

B anyak ide yang akan tumbuh lebih baik

Jika ditanamkan ke dalam pikiran orang lain

D aripada di dalam pikiran pencetus ide itu sendiri

( Oliver W H olmes)

(6)

6

K a r y a i n i sa y a p er sem ba h k a n u n t u k :

Tuhan Y esus K ristus dan B unda M aria,

Buat Bapak dan I bu tercinta.

Aku bukt ikan dapat memperolah jubah Sarjana ku sebelum

aku kenakan jubah pengant inku.

Buat Eyang, M as N anang, M bak N ing, D iana,

_Terimakasih D oanya_

(7)
(8)

8

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA KORBAN ERUPSI GUNUNG

MERAPI YANG TINGGAL DI HUNIAN TETAP

Angela Merici Reviana Tika Wibawati ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap. Hipotesis penelitian adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap. Subjek penelitian ini adalah 254 kepala keluarga yang berusia 20-60 tahun yang telah tinggal di hunian tetap minimal 1 bulan. Istrumen penelitian ini terdiri dari Skala Persepsi Terhadap Dukungan Sosial dan Skala Penyesuaian Diri yang disusun oleh peneliti. Uji reliabilitas skala penelitian menghasilkan koefisien reliabilitas 0,919 untuk Skala Persepsi Terhadap Dukungan Sosial, sedangkan untuk Skala Penyesuaian Diri adalah 0,923. Analisis data menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dengan uji satu ekor (one-tailed). Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,980 dan p < 0,000. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hipotesis diterima. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antar persepsi terhadap dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap.

Kata kunci: persepsi terhadap dukungan sosial, penyesuaian diri

(9)

9

CORRELATION BETWEEN PERCEPTION ABOUT SOCIAL SUPPORT AND SELF-ADJUSTMENT ON DISASTER VICTIM MERAPI VULCANO

ERUPTION LIVES IN FIXED RESIDENCE.

Angela Merici Reviana Tika Wibawati ABSTRACT

The purpose of this research was to find out correlation between perception of social support and self-adjustment on disaster victim of Merapi eruption lives in fixed residence. Hypothesis stated there is correlation between perception social support and self-adjustment on disaster victim of Merapi eruption lives in fixed residence. Subject were two hundred and fifty-four in the age of 20-60 years who have live in fixed residence at least for one months. Instruments in this research perception of social support scale and self-adjustment scale organized by researcher. The reliability coefficient of Perception Of Social Support scale was 0,919 and 0,923 for Self-Adjustment scale. Data analized using one tailed, Pearson Product Moment Correlations. The correlation coefficient was 0,980 and p < 0,000. The research showed that hypothesis was accepted. There is significant positive correlation between perception of social support and self-adjustment on disaster victim of Merapi eruption lives in fixed residence.

Keywords: perceptions of social support, self-adjustment

(10)
(11)

11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala berkat dan pendampinganNya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selama proses penyusunan skripsi ini saya mendapatkan banyak dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ingin mengucapkan limpahan terima kasih kepada semua pihak, yaitu:

1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si, selaku Ketua program studi.

3. Ibu Debri Pristinella, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan sabar selalu membimbing saya, memberikan saran, kritik, dan nasehat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Terima kasih ya bu, sudah sabar mengingatkan saya ketika mulai jenuh mengerjakan skripsi. 4. Ibu Agnes Indar E, S.Psi., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Si dan Ratri Sunar Astuti, M.Si, selaku dosen penguji.

6. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi atas kesabarannya dalam mendidik dan membimbing saya selama masih studi.

7. Seluruh Staf Sekretariat Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Muji, dan Mas Doni, yang telah membantu kelancaran pengurusan penelitian, studi, praktikum, skripsi, dan asistensi, matur nuwun sanget sedoyo kemawon.

(12)

12

8. Kedua orang tua saya, Antonius Suratmanto dan Dra. Chr. Ennie Soesiana terima kasih atas semua doa, perhatian, semangat dan pengorbanan yang kalian berikan untuk membiyayai pendidikan ku, walaupun belum seberapa karya ini ku persembahkan untuk kalian. Thank’s Mom and Dad, God Bless You, I always loving you.

9. Kakakku Fx. Nanang Widyatmoko, Elisabeth Riningsih, dan adikku Clara Diana Widyaswara terima kasih buat dukungan dan semangat yang kalian berikan, Ayo gek ndang makan-makan ki

10.Buat Mas Gani Sadat, terima kasih atas semua perhatian mu, kasih sayang bimbinganmu dan perjuanganmu dalam menjagaku. Atas kesabaranmu dalam menghadapi semua ego ku. Terima kasih atas semua pelajaran hidup yang telah kau berikan. You’re my inspirations. Terimakasih untuk bapak, ibu, denok atas penerimaan kalian terhadap semua kekuranganku.

11.Eyang putri, Eyang Kakung (Alm), Simbah putri (Alm), Simbah kakung (Alm), atas doa dan kasih sayang kalian, tambahan uang saku dari kalian benar-benar membantu dalam perjuanganku menuntut ilmu. He…He…He…

12.Sahabat-sahabatku Dini, Theot, Adriana, Eni, dan Radit senang bisa mengenal kalian, kehadiran kalian membuat hidupku lebih berwarna, spesial buat Caecilia Intan, ku susul kelulusan mu, thank’s for everything, you’re the best sister I have.

13.Buat Yudha yang telah mengajarkanku SPSS secara kilat, Mas Say yang sudah memberikan pinjaman buku tentang Merapi, Tiwi terima kasih telah menemaniku ke Manggong. Teman-teman Angkatan 2008 Fakultas Psikologi,

(13)

13

dan teman-teman KKN XLII (Sasa, Tine, Ellen, Ayu, Mengthy, Dea, Yudha, Gery) untuk kerja samanya selama ini serta semua warga dusun Pusmalang. 14.Seluruh Korban Erupsi Merapi yang tinggal di Hunian Tetap, terutama warga

dusun Manggong terima kasih banyak atas bantuannya, kehangatan kalian tak akan terlupakan.

15.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, atas dukungan yang diberikan sehingga karya ini dapat selesai dengan lancar.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih.

Yogyakarta, 20 Juni 2013

Angela Merici Reviana Tika Wibawati

(14)

14

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ……… iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… vi

ABSTRAK ……… vii

ABSTRACT ……… viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……… ix

KATA PENGANTAR ……… x

DAFTAR ISI ……….. xiii

DAFTAR TABEL ………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xviii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……… 11

C. Tujuan Penelitian ……… 11

D. Masalah Penelitian ……… 11

1. Manfaat Teoritis ……… 11

2. Manfaat Praktis ……… 12

(15)

15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 13

A. Persepsi ……… 13

1. Definisi Persepsi ……… 13

2. Macam - macam Persepsi ……… 14

3. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Persepsi ……… 14

B. Dukungan Sosial ……… 16

1. Definisi Dukungan Sosial ……… 16

2. Aspek – aspek Dukungan Sosial ……… 18

3. Sumber Dukungan Sosial ……… 20

4. Manfaat Dukungan Sosial ……… 22

5. Persepsi Terhadap Dukungan Sosial ……… 24

C. Penyesuaian Diri ……… 25

1. Definisi Penyesuaian Diri ……… 25

2. Karakteristik Penyesuaian Diri ……… 26

3. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri …… 29

D. Hunian Tetap ……… 30

1. Definisi Penyesuaian Diri ……… 30

2. Standar Minimum Hunian Tetap ……… 31

3. Jumlah Hunian Tetap yang Dibangun ……… 31

4. Kondisi Hunian Tetap Saat Ini ……… 32

E. Korban Merapi ……… 33

(16)

16

F. Dinamika Hubungan antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri

Korban Erupsi yang Tinggal di Hunian Tetap ……… 34

G. Hipotesis ……… 38

BAB III METODE PENELITIAN ……… 39

A. Jenis Penelitian ……… 39

B. Identifikasi Variabel Penelitian ……… 39

C. Definisi Operasional ……… 40

1. Persepsi Terhadap Dukungan Sosial ……… 40

2. Penyesuaian Diri ……… 41

D. Subjek Penelitian ……… 41

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ……… 44

1. Skala Persepsi Terhadap Dukungan Sosial ……… 44

2. Skala Penyesuaian Diri ……… 48

F. Prosedur Pengumpulan Data ……… 51

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ……… 51

1. Uji Validitas ……… 51

2. Seleksi Aitem ……… 52

3. Uji Reliabilitas ……… 56

H. Metode Analisis Data ……… 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 57

A. Persiapan Penelitian ……… 57

(17)

17

2. Pelaksanaan Uji Coba ……… 57

B. Pelaksanaan Penelitian ……… 58

C. Deskripsi Proses Penelitian ……… 58

D. Deskripsi Data Penelitian ……… 58

E. Hasil Penelitian ……… 61

1. Uji Asumsi ……… 61

2. Uji Hipotesis ……… 63

3. Uji Data Tambahan ……… 64

F. Pembahasan ……… 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 78

A. Kesimpulan ……… 78

B. Saran ……… 78

1. Bagi Pihak - pihak yang Berinteraksi Dengan Korban Erupsi … 78 2. Bagi Peneliti Selanjutnya ……… 79

3. Bagi Korban Erupsi yang Tinggal di Hunian Tetap ……… 79

DAFTAR PUSTAKA ……… 80

LAMPIRAN ……… 80

(18)

18

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Butir Pernyataan Skala Persepsi Terhadap Dukungan

Sosial ……… 46

Tabel 2 Blue print Skala Persepsi Terhadap Dukungan Sosial

(Sebelum Uji Coba) ……… 46

Tabel 3 Butir Pernyataan Skala Penyesuaian Diri ……… 49 Tabel 4 Blue print Skala Penyesuaian Diri (Sebelum Uj- Coba) ………… 50 Tabel 5 Perbandingan Jumlah Aitem Skala Persepsi Terhadap

Dukungan Sosial (Sebelum dan Setelah Uji-Coba) ……… 53 Tabel 6 Distribusi Aitem Persepsi Terhadap Dukungan Sosial

(Untuk Penelitian) ……… 54

Tabel 7 Perbandingan Jumlah Aitem Skala Penyesuaian Diri

(Sebelum dan Setelah Uji-Coba) ……… 54 Tabel 8 Distribusi Aitem Penyesuaian Diri (Untuk Penelitian) ………… 55 Tabel 9 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Subjek ………. 59 Tabel 10 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin …… 59 Tabel 11 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah

Anggota Keluarga ……… 60

Tabel 12 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Pekerjaan …… 60 Tabel 13 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Tinggal

Di Hunian tetap ……… 61

(19)

19

Tabel 15 Compare Means Test for Linearity ……… 63 Tabel 16 Korelasi Dukungan Emosional Dengan Penyesuaian Diri ……… 65 Tabel 17 Korelasi Dukungan Instrumental Dengan Penyesuaian Diri …… 65 Tabel 18 Korelasi Dukungan Penghargaan Dengan Penyesuaian Diri …… 66 Tabel 19 Korelasi Dukungan Informasi Dengan Penyesuaian Diri ……… 67 Tabel 20 Perbedaan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Berdasarkan

Kategori Usia ……… 68

Tabel 21 Perbedaan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Berdasarkan

Jumlah Anggota Keluarga ……… 69

Tabel 22 Perbedaan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Berdasarkan

Lama Tinggal Di Hunian Tetap ……… 69

(20)

20

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Skala Penelitian (try out) ……… 86

Lampiran 2 Angket Skala Penelitian ……… 99

Lampiran 3 Uji Reliabilitas Skala Persepsi terhadap Dukungan Sosial (try out) ……… 107

Lampiran 4 Uji Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri (try out) ………… 113

Lampiran 5 Uji Reliabilitas Skala Persepsi Terhadap Dukungan Sosial ……… 119

Lampiran 6 Uji Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri ……… 123

Lampiran 7 Uji Normalitas ……… 127

Lampiran 8 Uji Linearitas ……… 129

Lampiran 9 Uji Hipotesis ……… 132

Lampiran 10 Korelasi Dukungan Emosional dengan Penyesuaian Diri … 134 Lampiran 11 Korelasi Dukungan Instrumental dengan Penyesuaian Diri... 136

Lampiran 12 Korelasi Dukungan Penghargaan dengan Penyesuaian Diri .. 138

Lampiran 13 Korelasi Dukungan Informasi dengan Penyesuaian Diri…… 140

Lampiran 14 Uji Perbedaan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Berdasarkan Usia Subjek ……… 142

Lampiran 15 Uji Perbedaan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ……… 144

(21)

21

Lampiran 16 Uji Perbedaan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial

Berdasarkan Lama Tinggal Di Hunian Tetap ……… 146 Lampiran 17 Surat Izin Penelitian ……… 148

(22)

22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada periode bulan Oktober hingga bulan November 2010 telah membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat di sekitar puncak Gunung Merapi. Korban yang harus mengungsi karena bencana Gunung Merapi tersebut mencapai 320.090 jiwa. Belum lagi korban meninggal yang mencapai 151 jiwa terdiri atas 135 orang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan 16 orang di Jawa Tengah. Erupsi Gunung Merapi juga merusak 291 rumah dan 1 tanggul di desa Ngepos akibat luapan lahar dingin (Ketua BPPTK Yogyakarta, Subandriyo dalam Kompas.com

2010).

Setelah erupsi merapi, sebagian korban selamat harus tinggal di

shelter yang telah didirikan di beberapa wilayah Kecamatan Cangkringan.

Shelter-shelter tersebut adalah shelter Plosokerep, Gondang, Banjarsari, Watuadeg, Kuwang dan yang terakhir shelter Ketingan. Shelter yang didirikan dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti jalan lingkungan, bale warga, tempat ibadah, pasar, air bersih dan listrik. Meskipun telah tinggal di

shelter, para korban tetap membutuhkan tempat tinggal yang lebih layak. Hal ini membuat pemerintah merencanakan untuk membangun hunian tetap bagi para korban. Hunian tetap bagi para korban ini didanai oleh pemerintah.

(23)

23

Masyarakat sekitar juga memberikan bantuan tenaga sehingga pembangunan hunian tetap ini lebih cepat selesai.

Hunian tetap yang saat ini menjadi tempat tinggal bagi para korban dibangun seluas 36 di atas tanah 100 dengan fasilitas yang ada di dalamnya adalah dua ruang kamar tidur, satu ruang tamu, kamar mandi dan teras. Hunian tetap ini dibangun menggunakan batako dengan lantai semen. Kondisi ini jauh berbeda dengan shelter yang hanya menggunakan anyaman bambu. Jarak antara satu hunian tetap dengan hunian tetap yang lain kurang lebih 1 meter sehingga terlihat berhimpitan. Jalan lingkungan yang ada di hunian tetap juga masih berupa jalan tanah yang ketika kemarau mengakibatkan banyak debu dan pada saat hujan turun mengakibatkan genangan air dan menyebabkan jalanan menjadi becek. Tinggal di hunian tetap para korban memiliki lingkungan sosial yang baru, seperti tetangga baru dan lokasi rumah yang baru. Hal ini membuat para korban erupsi harus berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi lingkungannya saat ini. Sebelum terjadi erupsi Gunung Merapi, warga memiliki fasilitas jalan yang memadai. Fasilitas-fasilitas tersebut berupa jalan yang beraspal, rumah dengan dinding semen, dan fasilitas lain yang dimiliki warga seperti media hiburan (televisi) atau kamar tidur yang layak.

(24)

24

kegiatan sehari-hari seperti mencuci pakaian, dan mandi. Untuk keperluan itu warga harus kembali ke shelter untuk mencuci pakaian, mandi dan membersihkan peralatan dapur. Selain itu, distribusi listrik yang belum sepenuhnya selesai membuat beberapa rumah di hunian tetap belum memiliki penerangan. Beberapa hunian tetap juga belum dipasang pintu dan jendela, sehingga para korban menutup jendela-jendela dengan triplex.

Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 tidak hanya meninggalkan kerugian secara fisik tetapi juga meninggalkan kerugian secara psikologis. Hal ini dikarenakan warga tidak hanya kehilangan tempat tinggal mereka tetapi juga kehilangan mata pencaharian dan orang-orang yang disayangi dalam sekejap mata. Dari wawancara singkat dengan Bapak Saidi, salah satu warga, erupsi Gunung Merapi juga memaksa warga untuk berpindah tempat pengungsian sebanyak 3 kali. Pengungsian yang pertama di Desa Hargobinangun, kemudian di Desa Harjobinangun dan yang terakhir di Stadion Maguwoharjo. Lokasi pengungsian yang berpindah-pindah ini membuat korban erupsi Gunung Merapi semakin tertekan (Menurut koordinator posko kesehatan barak pengungsian Kusumawati, kompas.com).

(25)

25

pembangunan hunian tetap. Hunian tetap tersebut dibangun di atas tanah kas Desa Umbulharjo dan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan yang merupakan bantuan dari pemerintah dan Rekompak. Pertolongan yang diberikan oleh pemerintah dan masyarakat luas membuat beban yang harus dihadapi korban erupsi Gunung Merapi sedikit teratasi.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 7 Tahun 2008 bab 2 dijelaskan bahwa hunian sementara atau hunian tetap merupakan tempat tinggal yang diberikan oleh pemerintah kepada korban bencana alam untuk setiap keluarga atau individu. Pembangunan hunian tetap harus terletak dikawasan aman yaitu minimal radius 10 kilometer (km) dari puncak Gunung Merapi. Selain merupakan tanggung jawab pemerintah, pembangunan hunian tetap sendiri dapat dilakukan karena perhatian yang diberikan oleh masyarakat kepada korban erupsi Gunung Merapi. Bapak Paidi (salah satu penghuni hunian tetap) mengatakan bahwa dana pembangunan hunian tetap diberikan oleh pemerintah, tetapi masyarakat sekitar merapi yang tidak terkena dampak erupsi dan beberapa organisasi juga membantu dalam pembangunan sehingga hunian tetap bagi korban erupsi cepat selesai.

(26)

26

korban sebelum erupsi terjadi. Para korban harus menyesuaikan diri dengan tetangga yang baru, kondisi rumah yang berbeda dengan rumah sebelum erupsi dan status sosial yang berbeda.

Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik dapat mengendalikan perasaan cemas, khawatir dan marah apabila mendapatkan tekanan dari lingkungan. Hal ini disebabkan adanya dorongan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan diri di lingkungan (Fahmy, 1982). Sedangkan menurut Gerungan (2000) penyesuaian diri adalah mengubah diri sendiri sesuai dengan keadaan lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri. Penyesuaian diri merupakan proses individu untuk memahami, mengerti, dan berusaha melakukan apa yang diingikan oleh dirinya maupun oleh lingkungannya.

Haber dan Runyon (1998) mengatakan ada beberapa karakteristik penyesuaian diri yang baik yang harus dimiliki oleh seseorang, yaitu: memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas/ kenyataan, mampu mengatasi atau menangani stres dan kecemasan, memiliki citra diri yang positif, mampu untuk mengekspresikan perasaan, memiliki hubungan interpersonal yang baik.

(27)

27

natural bersifat non-formal yang diterima secara spontan dari orang-orang sekitar, misalnya keluarga, teman dekat, atau relasi. Dukungan sosial artifisial

berupa dukungan yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya pembangunan hunian tetap bagi korban bencana yang kehilangan rumah atau dukungan bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

Pemberian dukungan sosial dari pemerintah dan masyarakat kepada korban erupsi merapi dapat dipersepsikan berbeda-beda oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan cara setiap orang memaknai dan menilai sesuatu yang diterima dari orang lain berbeda-beda. Persepsi para korban erupsi terhadap dukungan sosial dari pemerintah dan masyarakat dapat menimbulkan respon yang positif maupun negatif. Apabila mereka merespon positif terhadap dukungan sosial yang diterima, maka mereka akan merasa nyaman, mendapatkan perhatian, merasa dicintai dan penerimaan diri. Menurut Moskowitz dan Ogel (dalam Walgito, 2003) persepsi merupakan proses individu dalam mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterima sehingga merupakan sesuatu yang berarti dalam diri individu.

(28)

28

pemberian nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik. Dukungan jaringan adalah memberikan perasaan menjadi anggota dari sekelompok orang dari berbagai minat dan aktivitas sosial.

Adanya dukungan sosial menurut Jhonson and Jhonson (1991) meliputi pemberian perhatian, dukungan emosi, dukungan alat, umpan balik baik dari orang lain yang memperhatikan dan mencintai baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan manfaat antara lain: meningkatkan produktifitas kerja, dan penyesuaian diri seseorang yang memperkuat kondisi kesehatan fisik sehingga mampu memiliki ketrampilan mengatasi stres atau kondisi yang tidak menyenangkan.

Berdasarkan tipenya dukungan sosial yang diberikan kepada korban erupsi Gunung Merapi merupakan dukungan instrumental karena diberikan secara langsung yang berupa pertolongan dan pemberian dana pembanguan hunian tetap. Selain itu, dukungan dari masyarakat atau organisasi-organisasi yang menggalang dana dan memberikan simpati untuk korban erupsi Gunung Merapi merupakan dukungan emosional.

(29)

29

stress disorder (PTSD) pada penyitas bencana letusan gunung Merapi diketahui bahwa korban selamat dari letusan gunung merapi lebih membutuhkan dukungan emosional jika dibandingkan dengan dukungan materi. Hal ini dikarenakan, dukungan emosional yang diterima oleh para korban selamat dibutuhkan untuk menjaga kestabilan jiwa para korban.

Dukungan emosional merupakan bagian dari dukungan instrumental. Dukungan instrumental mencakup pemberian perhatian, dukungan emosi, dukungan alat, umpan balik, perhatian dan cinta, peningkatan produktifitas serta penyesuaian diri. Penelitian ini memfokuskan pada penyesuaian diri sebab, dengan adanya penyesuaian diri para korban dapat memperkuat kondisi fisik dan keterampilan mengatasi stres. Hal ini sesuai dengan Haber dan Runyon (1998) yang menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan proses yang berlanjut sepanjang kehidupan seseorang. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan situasi hidup yang membuat seseorang harus berubah, maka penyesuaian diri merupakan proses aktif dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan, mempertahankan stabilitas diri serta merupakan pilihan nyata dalam menghadapi kehidupan. Pada dasarnya kemampuan menyesuaikan diri telah dimiliki oleh setiap individu namun kemampuan tersebut berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.

(30)

30

penyesuaian diri yang baik (Feldman, 1998). Selain itu, penelitian mengenai hubungan antara dukungan sosial dan penyesuaian diri pernah dilakukan oleh Hendry (2007) terhadap anak panti asuhan dan Herdiana (2004) terhadap remaja pelajar SMP berusia 12-15 tahun.

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah subjek penelitian. Subjek dalam penelitian ini berada dalam rentang usia dewasa awal sampai dengan dewasa akhir. Sementara penelitian tentang penyesuaian diri biasanya dilakukan pada remaja. Subjek penelitian juga merupakan korban selamat dari erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap.

Sebagian besar korban erupsi Gunung Merapi merupakan petani dan peternak sedangkan sawah dan ternak mereka sudah tidak ada karena erupsi. Hal ini merupakan kondisi yang tidak menyenangkan dan membuat para korban erupsi mengalami stres. Tekanan yang dialami oleh korban selamat dari erupsi Gunung Merapi adalah hilangnya anggota keluarga, hilangnya mata pencaharian dan perubahan kondisi lingkungan tempat tinggal serta perubahan fasilitas yang dimiliki. Minimalnya fasilitas yang dimiliki membuat korban erupsi yang tinggal di hunian tetap harus dapat memenuhi segala macam kebutuhannya. Menurut Bapak Rajiman, salah satu korban erupsi, saat ini banyak warga yang kemudian bekerja mencari pasir dan batu atau menjadi

(31)

31

Masyarakat sekitar juga turut membantu para korban untuk mendapatkan tambahan penghasilan dengan cara memberikan pelatihan keterampilan seperti pembuatan makanan khas daerah setempat, penjualan dokumentasi erupsi Gunung Merapi. Hal ini merupakan salah satu bentuk nyata dukungan sosial yang diberikan oleh masyarakat kepada para korban agar dapat melanjutkan hidup setelah erupsi Gunung Merapi. Dukungan sosial dari masyarakat tentu sangat membantu para korban untuk kembali bangkit dan mulai menata kehidupan kembali. Oleh karena itu, dengan penyesuaian diri yang baik dari korban selamat maka pemulihan kehidupan para korban akan semakin cepat karena para korban dapat mengatasi hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan dirinya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri sangat dibutuhkan agar seseorang dapat mencapai keselarasan dan keharmonisan baik dengan diri sendiri maupun lingkungannya. Penyesuaian diri yang baik dibutuhkan oleh para korban erupsi Gunung merapi agar dapat mengendalikan perasaan cemas, takut dan khawatir terhadap perubahan kondisi hidup setelah erupsi Gunung Merapi terjadi. Persepsi para korban terhadap dukungan sosial yang diberikan oleh masyarakat dan pemerintah dapat membantu terbentuknya penyesuaian diri yang baik bagi para korban selamat.

(32)

32

menentukan sikap dan tindakan dalam menyesuaikan diri di tempat yang baru. Beberapa penelitian yang telah diuraikan di atas membuktikan bahwa terdapat kaitan antara persepsi seseorang tentang apa yang dialami dengan penyesuaian diri. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan bahwa masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara persepsi dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

(33)

33

bencana mengenai persepsi terhadap dukungan sosial dan penyesuaian diri pada korban erupsi Gunung Merapi.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan persepsi para korban erupsi Gunung Merapi khususnya yang tinggal di hunian tetap bahwa dirinya mendapatkan dukungan sosial, agar para korban dapat meningkatkan kemampuan penyesuaian diri.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak terkait dalam memberikan dukungan sosial bagi korban bencana erupsi Gunung Merapi. Terkait dengan pemberian bantuan, baik secara fisik maupun dukungan psikologis agar dapat tersalurkan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

(34)

34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Definisi Persepsi

Aktivitas yang kita lakukan setiap hari selalu diawali dengan adanya stimulus. Stimulus ini kemudian dipersepsikan secara berbeda-beda oleh setiap individu. Menurut Desideranto (dalam Rakhmat, 2007) persepsi adalah pengamatan atau penafsiran yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu objek, peristiwa, atau informasi dengan dilandasi pengalaman terdahulu.

Pendapat lain mengatakan bahwa persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan infomasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2007). Menurut Kartono dan Gulo (2003), persepsi adalah proses dimana individu menyadari akan segala sesuatu yang ada di lingkungannya.

Walgito (2003) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh individu, sehingga merupakan aktivitas yang untuh dalam diri individu. Persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra (Sobur, 2003).

(35)

35

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan, pengorganisasian, dan penginterpretasian yang dilakukan oleh individu terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan sekitarnya. Proses tersebut dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu yang dialami oleh individu.

2. Macam-macam Persepsi

Walgito (1993) mengungkapkan ada dua macam persepsi, yaitu:

external perception adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu dan self perception adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri individu seperti pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, dan motivasi. Dalam hal ini, yang menjadi objek adalah diri sendiri.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Siagian (1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :

a. Diri orang yang bersangkutan

(36)

36 b. Sasaran persepsi

Sasaran persepsi dapat berupa orang, benda, peristiwa yang memiliki sifat dapat mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya. Hal-hal lain yang turut mempengaruhi persepsi seseorang adalah gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dari sasaran persepsi.

c. Faktor situasi

Dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara kontekstual artinya individu perlu berada dalam situasi dimana persepsi itu muncul.

Selain itu, Irwanto (dalam Mahvud, 2000) juga merumuskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi seseorang, seperti:

a. Perhatian yang selektif

Setiap saat individu menerima banyak sekali rangsangan atau gejala-gejala dari lingkungannya, akan tetapi tidak semua rangsangan tersebut harus ditanggapi. Untuk melakukan persepsi, individu harus memusatkan perhatian pada satu rangsangan saja. Sehingga, macam-macam rangsangan yang timbul tidak semua tampil sebagai objek yang harus diamati.

b. Ciri-ciri stimulus

(37)

37

besar dari rangsangan yang lain dan yang intensitas rangsangannya paling kuat akan lebih menarik.

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Seseorang yang memiliki nilai sosial dan yang tinggi seperti kebutuhan untuk mendapat bantuan ketika mengalami bencana, akan memberikan persepsi yang berbeda terhadap suatu objek atau rangsangan, bila dibandingkan dengan orang lain yang memiliki nilai sosial yang rendah.

d. Pengalaman terdahulu

Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi seseorang dalam mempersepsikan dunianya, contohnya seseorang yang pernah mengungsi akibat bencana alam, akan memiliki pandangan yang berbeda terhadap bencana alam dibandingkan orang lain yang belum pernah mengungsi.

Dari pendapat di atas, dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang menggunakan pendapat Irwanto tahun 1998 (dalam Mahvud, 2000) yaitu perhatian yang selektif, ciri-ciri stimulus, nilai dan kebutuhan individu, serta pengalaman terdahulu.

B. Dukungan Sosial

1. Definisi Dukungan Sosial

(38)

38

menyenangkan. Dukungan sosial dapat berupa bantuan informasi, emosional, penghargaan dan bantuan nyata yang kita terima dari orang yang menyayangi, menghormati, dan memberikan perhatian. Oleh karena itu, dukungan sosial memberikan manfaat baik materi maupun non materi bagi penerimanya.

Menurut Cobb (dalam Smet, 1994) individu yang mendapatkan dukungan sosial akan merasa dirinya dicintai, dipedulikan, dihargai, dan menjadi bagian dalam jaringan sosial yang menyediakan tempat bergantung ketika dibutuhkan. Zautra (dalam Taylor, 1999) mendefinisikan dukungan sosial sebagai hubungan sosial yang diperoleh dari hubungan dengan orang lain yang dianggap sebagai pemuasan emosional dari kehidupan. Hubungan tersebut diharapkan dapat membantu individu dalam menanggulangi dan menghadapi keadaan yang menegangkan dan menyedihkan.

(39)

39

Peneliti menggunakan definisi dukungan sosial menurut Smet (1994), bahwa dukungan sosial adalah sumbangan atau bantuan dari orang lain baik berupa materi maupun non materi yang diharapkan dapat membantu dan meringankan beban individu yang menerimanya.

2. Aspek - aspek Dukungan Sosial

Menurut House (dalam Smet, 1994) aspek yang terdapat dalam dukungan sosial meliputi:

a. Dukungan Emosional

Yaitu dukungan yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi atau ekspresi. Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian yang diberikan pada orang yang mengalami stressfull. b. Dukungan Instrumental

(40)

40 c. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan penghargaan yang positif untuk seseorang. Dukungan ini juga merupakan dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain.

d. Dukungan Informasi

Yaitu dukungan yang berhubungan dengan informasi-informasi berharga yang diberikan seseorang kepada orang lain. Misalnya: saran, nasehat, dan petunjuk.

Penjelasan tersebut didukung oleh penelitian Sari (2012) yang menunjukan dampak positif dari dukungan sosial yang diterima oleh penderita kanker payudara dalam mengatasi tekanan psikologis. Gambaran dari dukungan penghargaan dirasakan dari saran mengenai kesehatan dan tidak mengucilkan subjek. Dukungan instrumental yang diterima berupa bantuan kesediaan mengantarkan subjek berobat, dan dukungan informasi berupa pemberian informasi mengenai kanker payudara dari keluarga dan teman.

Selain pendapat House (dalam Smet, 1994), Rohman (1997) juga menjelaskan bahwa dukungan sosial memiliki beberapa aspek, yaitu: a. Dukungan emosional

(41)

41

mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri, sehingga dapat lebih menerima dan menghargai dirinya.

b. Dukungan penilaian

Meliputi dukungan yang diberikan dalam melakukan pekerjaan, perbandingan sosial dan persetujuan terhadap ide atau perasaan orang lain

c. Dukungan instrumental

Dukungan yang menyediakan piranti guna yang menunjang kelancaran dalam penyesuaian diri seseorang. Dimana secara langsung akan meringankan beban yang akan ditanggung seseorang.

Dari penjelasan-penjelasan diatas, aspek dukungan sosial yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan House (dalam Smet, 1994) yaitu dukungan emosional, instrumental, penghargaan dan informasi.

3. Sumber Dukungan Sosial

Menurut Taylor (1999) dukungan sosial dapat bersumber dari : a. Keluarga

(42)

42

masalah yang dihadapi dengan memberikan pertolongan emosional dan membantu menyelesaikan masalah.

b. Teman

Teman yang menjadi sumber dalam dukungan sosial adalah teman dekat. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2009) teman dekat disebut juga sahabat yaitu orang menyenangkan dalam pergaulan yang dapat memberikan dukungan positif. Orang-orang yang dekat akan membentuk suatu kelompok. Pembentukan kelompok memiliki 3 elemen yaitu kegiatan, interaksi, dan perasaan satu sama lain. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan bersama maka akan semakin besar perasaan kebersamaan dalam kelompok.

c. Kontak sosial dan komunitas

Sumber dukungan ini diperoleh individu dengan melakukan interaksi dan menjadi bagian dari suatu kelompok dalam masyarakat. Kelompok ini jauh lebih besar daripada kelompok yang dibuat oleh teman akrab. Kelompok ini tidak hanya dapat memecahkan masalah tetapi juga memberikan dukungan moril maupun material yang dapat membantu individu bersangkutan.

(43)

43

kelompok inti pada keterampilan pendamping meningkat setelah mendapat lokakarya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam penelitian ini sumber dukungan sosial berasal dari keluarga, teman, dan komunitas sosial menurut Taylor (1999). Ketiga sumber tersebut bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh individu.

4. Manfaat Dukungan Sosial

Dukungan sosial memiliki manfaat yang berbeda-beda sesuai dengan bentuk dukungan yang diberikan, (Sarafino, 1990). Manfaat tersebut adalah:

a. Dukungan instrumental berupa fisik yang dapat mengurangi beban kesulitan yang dihadapi individu.

b. Dukungan informatif dapat membantu individu memperoleh informasi yang dibutuhkan, membantu dalam mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi, dan memperoleh solusi dari kesulitan.

c. Dukungan emosional, mencakup pernyataan empati dan melindungi yang memberikan manfaat agar individu merasa nyaman, tentram, merasa ada dilingkungan dan dicintai pada saat menghadapi kondisi

stressfull.

(44)

44

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lindawati (2009) mengenai dukungan keluarga, diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan emosional dan dukungan penghargaan dengan kejadian depresi. Penelitian tersebut menyatakan bahwa melalui dukungan emosional dan penghargaan seseorang akan terhindar dari depresi pada saat mengalami masalah.

Selain itu, menurut Will (dalam Sears et al, 2000) ada beberapa manfaat dari dukungan sosial yaitu:

a. Dukungan keberhargaan bermanfaat untuk meningkatkan harga diri seseorang.

b. Dukungan informasi bermanfaat dalam memberikan informasi yang relevan terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi dan alternatif penyelesaiannya.

c. Dukungan instrumental bermanfaat untuk memberikan bantuan dalam bentuk materi atau penyelesaian masalah.

d. Dukungan emosional dapat memberikan keyakinan bahwa masalah yang sedang dihadapi seseorang dapat terselesaikan.

(45)

45

5. Persepsi Terhadap Dukungan Sosial

Persepsi adalah proses dimana individu menyadari akan segala sesuatu yang ada di lingkungannya (Kartono dan Gulo, 2003). Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap stimulus yang diterima dari lingkungan sekitar. Dukungan sosial yang diterima oleh korban bencana merapi juga akan dipersepsikan berbeda-beda oleh para korban. Persepsi terhadap dukungan sosial akan mempengaruhi para korban dalam menyesuaikan diri setelah bencana alam terjadi. Hal ini dikarenakan persepsi yang muncul pada setiap individu dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, ciri-ciri stimulus, perhatian yang selektif, serta nilai dan kebutuhan individu. Persepsi korban erupsi terhadap dukungan sosial yang diterima juga dapat meningkatkan motivasi untuk memiliki kehidupan yang lebih baik setelah erupsi merapi terjadi.

(46)

46

Menurut Sarason (dalam Kuntjoro, 2002) persepsi terhadap dukungan sosial dapat ditinjau dari dua pendekatan, yaitu secara kuantitas dan kualitas. Persepsi individu terhadap dukungan sosial secara kuantitas adalah individu mempersepsikan jumlah sumber dukungan yang didapatkan, contohnya seperti jumlah orang yang membantu pada saat individu membutuhkan bantuan, jumlah bantuan yang diberikan baik berupa uang atau benda. Sedangkan secara kualitas, individu mempersepsikan apakah kebutuhannya akan terpenuhi dengan adanya dukungan sosial yang diterima.

Persepsi yang positif terhadap dukungan sosial terjadi apabila dukungan sosial tersebut dipersepsikan sebagai sesuatu yang menguntungkan. Sebaliknya, jika persepsi terhadap dukungan sosial itu negatif karena individu yang menerima dukungan sosial tidak memahami dukungan tersebut sebagai dukungan bagi dirinya. Jadi, dukungan sosial yang diterima oleh individu akan bermakna apabila menimbulkan persepsi yang positif mengenai ketepatan dari dukungan tersebut.

C. Penyesuaian Diri

1. Definisi Penyesuaian Diri

(47)

47

dan lingkungannya, hingga dapat mempertahankan eksistensinya, serta memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah.

Gerungan (2000) mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah mengubah diri sendiri agar sesuai dengan keadaan lingkungan dan sebaliknya juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri. Selain itu, menurut Mu’tadin (2002) penyesuaian diri merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu secara dinamis untuk mengubah perilaku agar terbentuk hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Bangun (2010), mengenai kemampuan penyesuaian diri pada mahasiswa baru menunjukan bahwa, mahasiswa baru yang mampu menyesuaikan diri dengan baik dapat bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku disekitarnya. Hal ini membuat mahasiswa baru dapat diterima oleh lingkungannya dan dapat menerima keadaan lingkungannya.

Dalam penelitian ini, penyesuaian diri didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan seseorang dalam memahami dan mengubah diri sendiri agar sesuai dengan keadaan lingkungan. Sebaliknya, mengubah lingkungan agar sesuai dengan keinginan.

2. Karakteristik Penyesuaian Diri

(48)

48

oleh individu berkaitan dengan penerimaan dirinya dan kemampuan untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan lingkungan sosialnya.

Karakteristik penyesuaian diri menurut Vembriarto (1993) disebut sebagai kriteria penyesuaian diri. Penyesuaian diri dibagi menjadi dua yaitu berhasil dan tidak berhasil. Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan perasaan senang, bahagia dan nyaman. Sedangkan, yang tidak berhasil akan menimbulkan perasaan gelisah, depresi dan stress. Kriteria penyesuaian diri sendiri yang terdiri dari:

a. Kepuasan Psikis

Individu yang berhasil melakukan penyesuaian diri akan merasa senang, tenang dan aman sehingga menimbulkan kepuasan psikis. Sedangkan, individu yang gagal atau tidak berhasil melakukan penyesuaian diri akan menimbulkan perasaan kecewa, gelisah dan depresi.

b. Efisiensi Kerja

Keberhasilan penyesuaian diri akan terlihat apabila idividu dapat melakukan pekerjaan atau kegiatannya dengan baik, sebaliknya penyesuaian diri yang gagal terlihat pada individu yang melakukan pekerjaan atau kegiatannya dengan tidak efisien.

c. Gejala Fisik

(49)

49

baik seperti sakit perut, pusing dan pencernaan terganggu sedangkan yang berhasil menyesuaikan diri fisiknya selalu baik.

d. Penerimaan Sosial

Bagi individu yang berhasil dalam menyesuaikan diri, akan diterima baik oleh masyarakat, sebaliknya yang tidak berhasil melakukan penyesuaian diri akan mendapat penolakan dari masyarakat.

Pendapat lain mengatakan individu yang berhasil menyesuaikan diri dengan baik memiliki ciri-ciri (Gunarsa, 1985):

a. Dapat diterima di suatu kelompok b. Dapat menerima dirinya sendiri

c. Dapat menerima kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri

Pendapat ini didukung oleh penelitian Bangun (2010) mengenai kemampuan penyesuaian diri pada mahasiswa baru: sebuah studi deskriptif. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa subjek yang berhasil menyesuaikan diri dengan baik, dapat bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku disekitarnya. Sehingga subjek dapat diterima oleh lingkungannya dan subjek juga dapat menerima keadaan lingkungannya.

(50)

50

3. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Daradjat (1996) mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu, seperti:

a. Tekanan Perasaan (Frustasi)

Individu yang mengalami frustasi merasa bahwa dirinya memiliki hambatan ketika memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Hal ini membuat individu tersebut menjadi pesimis pada saat menghadapi tuntutan dari lingkungan, sehingga dirinya merasa sulit untuk berpikir, mengorganisasikan perasaan dan tingkah laku. Penyesuaian diri yang baik terjadi apabila individu tersebut dapat memenuhi segala tuntutan dari dalam dirinya maupun lingkungan. Sebaliknya, ketika tuntutan tidak terpenuhi maka penyesuaian diri akan menurun

b. Konflik

(51)

51 c. Kecemasan

Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses ketika individu mengalami frustasi dan konflik, yang berupa rasa takut, terkejut serta rasa tak berdaya. Penyesuaian diri yang baik apabila individu dapat mengatasi proses emosi yang terjadi sehingga tuntutan dari dalam dirinya dan lingkungan dapat terpenuhi. Tetapi, individu yang tidak dapat mengatasi emosinya akan menyebabkan penyesuaian diri menurun. Hal ini dikarenakan individu tidak dapat memenuhi tuntutan dari dalam dirinya dan lingkungannya.

Pada penelitian ini, faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu sesuai dengan yang disampaikan oleh Daradjat (1996) yaitu tekanan perasaan, konflik, dan kecemasan.

D. Hunian Tetap

1. Definisi Hunian Tetap

Hunian tetapmerupakan tempat tinggal permanen yang diberikan oleh pemerintah kepada korban bencana dengan fasilitas umum dan dibangun di tempat yang berada dalam radius aman sehingga para korban bencana akan merasa aman dan nyaman.

(52)

52

untuk digunakan sebagai relokasi korban bencana. (Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 7 Tahun 2008, bab 2).

Dengan demikian, hunian tetapadalah rumah yang dibangun oleh pemerintah dan masyarakat sekitar untuk korban erupsi Gunung Merapi dengan berbagai fasilitas umum agar para korban merasa aman dan nyaman.

2. Standar Minimum Hunian Tetap

Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 7 Tahun 2008 bab 2, pembangunan hunian tetap memiliki standar minimum, yaitu:

a. Berukuran 3 meter persegi per orang.

b. Memiliki persyaratan keamanan dan kesehatan. c. Memiliki aksesibilitas terhadap fasilitas umum.

d. Menjamin privasi antara jenis kelamin dan berbagai kelompok usia.

3. Jumlah Hunian Tetap yang Dibangun

Hunian tetap yang dibangun oleh pemerintah dan masyarakat bagi korban erupsi Gunung Merapi terletak di Desa Umbulharjo dan Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan. Adapun jumlah hunian tetap pada masing-masing Kecamatan adalah sebagai berikut:

a. Desa Umbulharjo di Karangkendal 88 unit.

(53)

53

c. Desa Glagaharjo di Gading 59 unit, Jetis Sumur 77 unit, dan Banjarsari 169 unit.

4. Kondisi Hunian TetapSaat Ini

Menurut Yuni Zaffria (Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sleman dalam VIVAnews) hunian tetap yang menjadi tempat tinggal para korban erupsi Gunung Merapi memiliki luas 36 dan dibangun di lahan kavling 100 . Hunian tetaptersebut dibangun dengan dinding dari batako dan memiliki dua kamar tidur, satu ruang tamu dan satu kamar mandi serta dapur.

Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain sekitar 1 meter. Menurut Bapak Benu (salah satu warga Dusun Manggong, penghuni Hunian Tetap), pembagian lokasi rumah dilakukan dengan cara diacak, sehingga tetangga yang saat ini di hunian tetap berbeda dengan tetangga ketika masih di shelter.

Hunian tetap juga tersebut dibangun dengan fasilitas umum seperti masjid, balai desa, dan jalan umum yang masih terbuat dari tanah. Para korban menempati hunian tetap tersebut dalam keadaan kosong. Hunian tersebut diisi oleh para korban dengan barang-barang yang diterima ketika tinggal di shelter.

(54)

54

Heri Suprapto dalam Kompas.com 2012). Selain itu, penerangan yang memadai juga belum diterima oleh para korban erupsi yang tinggal di hunian tetap karena saluran listrik belum disediakan.

E. Korban Merapi

Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 lebih besar jika dibandingkan dengan erupsi yang terjadi pada tahun 1872. Hal ini diukur dari indeks letusan yaitu jumlah material vulkanik yang dilontarkan. Pada letusan tahun 1872 jumlah material yang dilontarkan Gunung Merapi mencapai 100 juta meter kubik. Sementara pada tahun 2010 jumlah material yang dilontarkan Gunung Merapi mencapai 140 juta meter kubik. Korban yang selamat dari erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada periode bulan Oktober hingga bulan November 2012 sebanyak 320.090 jiwa. Sedangkan korban yang meninggal dunia sebanyak 151 jiwa terdiri atas 135 jiwa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan 16 jiwa di Jawa Tengah (Ketua BPPTK Yogyakarta, Subandriyo dalam Kompas.com 2010).

(55)

55

F. Dinamika Hubungan antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial dengan

Penyesuaian Diri Korban Erupsi yang tinggal di Hunian tetap

Korban selamat erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap masih mengalami banyak masalah, baik masalah pekerjaan, keuangan, dan juga penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru. Masalah-masalah yang harus dihadapi tak jarang menimbulkan tekanan sehingga mereka sering dihadapkan pada keadaan stressfull (Oktaviyani, 2011). Salah satu faktor yang dapat mengurangi tingkat stres adalah dukungan sosial yang diterima oleh masyarakat yang tinggal di hunian tetap. (Smet, 1994). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2011) mengenai analisis pengaruh tipe dukungan emosional terhadap tingkat post traumatic stress disorder

(PTSD) pada penyitas bencana letusan gunung Merapi. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa semakin sering dukungan emosional diberikan maka semakin kecil pula peluang para penyitas bencana untuk terkena post traumatic stress disorder (PTSD).

(56)

56

antara para korban erupsi yang tinggal di hunian tetap dengan lingkungan mereka, sehingga menghindarkan para korban dari depresi.

Dukungan sosial yang diterima dapat dipersepsikan berbeda-beda oleh penerimanya. Persepsi para korban yang tinggal di hunian tetap akibat erupsi Gunung Merapi terhadap dukungan sosial yang diterima dapat berupa persepsi positif dan negatif. Persepsi yang positif dari korban erupsi Merapi yang tinggal di hunian tetap terhadap dukungan sosial yang diterima, dapat mempengaruhi penyesuaian dirinya. Hal ini dikarenakan, dukungan sosial dapat membantu para korban yang tinggal di hunian tetap untuk membangun hubungan yang harmonis dengan lingkungannya. Hal ini didukung oleh Hendri (2007) yang meneliti hubungan antara penyesuaian diri dan persepsi mengenai dukungan sosial pada anak panti asuhan. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa anak panti asuhan yang merasa banyak menerima dukungan sosial akan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya, individu yang merasa menerima sedikit dukungan sosial akan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang rendah. Dalam penelitian ini, Hendri mengukur variabel penyesuaian diri menggunakan karakteristik penyesuaian diri.

(57)

57

(58)

58 Korban Erupsi Gunung Merapi

- Dapat menerima keadaan lingkungan dan diri sendiri.

- Diterima oleh masyarakat.

- Mampu melakukan kegiatan secara efisien.

BAGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN

SOSIALDENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA KORBAN ERUPSI

GUNUNG MERAPI TANG TINGGAL DI HUNIAN TETAP

Tinggal dirumah sendiri Tinggal di hunian tetap

- Perubahan tempat tinggal - Perubahan mata pencaharian - Perubahan relasi sosial

Dukungan sosial dari keluarga, teman, dan komunitas (pemerintah dan masyarakat)

- Dukungan Informasi - Dukungan Penghargaan - Dukungan Emosional - Dukungan Instrumental

- Memberikan kertampilan mengatasi stress.

- Membantu membangun hubungan harmonis dengan lingkungan. - Menghindarkan dari depresi.

Dipersepsikan positif Dipersepsikan negatif

Penyesuaian diri tinggi Penyesuaian diri rendah

- Tidak dapat menerima keadaan lingkungan dan diri sendiri.

- Tidak diterima oleh masyarakat - Melakukan kegiatan dengan tidak

(59)

59

G. HIPOTESIS

Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap. Semakin positif persepsi terhadap dukungan sosial maka semakin tinggi kemampuan penyesuaian diri korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap.

(60)

60

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk menyelidiki kaitan antara suatu variabel dengan satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 1999). Menurut Kuncoro (2003) penelitian korelasional bertujuan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih, serta menunjukan seberapa kuat hubungan antara dua variabel-variabel tersebut.

Metode kuantitatif korelasional akan diperoleh signifikasi hubungan antar variabel-variabel yang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap. Artinya, semakin positif persepsi terhadap dukungan sosial maka semakin tinggi kemampuan penyesuaian diri korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap. Sebaliknya, semakin negatif persepsi terhadap dukungan sosial maka semakin rendah kemampuan penyesuaian diri korban erupsi Gunung Merapi yang tinggal di hunian tetap.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Best (dalam Narbuko, 2007) adalah suatu kondisi yang dimanipulasi, dikontrol, dan diobservasi oleh peneliti dalam

(61)

61

penelitian. Pendapat lain mengatakan variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Narbuko, 2007). Dalam penelitian ini, variabel penelitian yang akan diteliti ada dua macam, yaitu:

1. Variabel bebas (independen) : persepsi terhadap dukungan sosial 2. Variabel tergantung (dependen) : penyesuaian diri

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian-penelitian ini adalah:

1. Persepsi Terhadap Dukungan Sosial

Persepsi terhadap dukungan sosial adalah skor kemampuan individu dalam menyadari kuantitas dan kualitas bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh orang lain, dan diukur menggunakan skala persepsi terhadap dukungan sosial. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka persepsi subjek terhadap dukungan sosial semakin positif. Aspek persepsi terhadap dukungan sosial yang akan diukur mengacu pada dukungan sosial menurut House (dalam Smet, 1994) yaitu:

(62)

62

2. Penyesuian Diri

Penyesuaian diri adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk memahami dan mengubah diri sendiri sesuai dengan keadaan lingkungan, serta mengubah lingkungan agar sesuai dengan keinginan dirinya untuk mencapai kepuasan dan kebahagiaan, dan diukur dengan menggunakan skala penyesuaian diri. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula penyesuaian diri yang dimiliki subjek.

Berdasarkan empat karakteristik yang dikemukakan Vembriato (1993) maka penyesuaian diri yang baik ditandai oleh komponen:

a. Kepuasan Psikis b. Efisiensi Kerja c. Gejala Fisik d. Penerimaan Sosial

D. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan subjek (sampling)

menggunakan metode purposive sampling. Dalam teknik ini pemilihan subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004). Kriteria populasi dalam penelitian ini adalah:

(63)

63

2. Memiliki tingkat pendidikan minimal Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang dimaksudkan agar para subjek penelitian dapat memahami pernyataan-pernyataan pada skala dengan baik.

3. Sudah berkeluarga dan menjadi tulang punggung keluarga. Subjek penelitian memiliki tanggung jawab yang lebih besar daripada kelompok usianya.

4. Subjek penelitian adalah warga korban erupsi merapi yang menempati hunian tetap di Dusun Pagerjurang.

Pada penelitian ini, peneliti membuat beberapa kriteria dalam menentukan subjek penelitian dengan alasan bahwa subjek yang menjadi tulang punggung keluarga akan menanggung beban tanggung jawab yang lebih besar. Perubahan kondisi dan keadaan setelah subjek tinggal di shelter

kemungkinan akan menambah beban yang harus ditanggung. Hal ini dikarenakan, subjek harus menyesuaikan diri di lingkungan yang baru sedangkan subjek harus mencari penghasilan untuk menghidupi keluarganya. Tekanan yang diterima subjek sebagai kepala keluarga ini lebih besar jika dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain.

(64)

64

psikologis. Dengan kematangan psikologis yang dimiliki, subjek sudah dapat menentukan apakah dukungan sosial yang diterima bermanfaat atau tidak bagi diri subjek dan keluarganya. Peneliti menentukan subjek hingga dewasa akhir karena peneliti ingin mengetahui perbedaan persepsi terhadap dukungan sosial berdasarkan usia subjek.

Warga dusun Pagerjurang dipilih oleh peneliti sebagai subjek penelitian karena hunian tetap yang ada di dusun Pagerjurang terbagi lagi menjadi tiga bagian yaitu warga dari dusun kepuh, warga dusun manggong dan warga dusun pagerjurang sendiri. Hal ini membuat warga yang tinggal di hunian tetap dusun Pagerjurang harus menyesuaiakan diri dengan lingkungan dan tetangga yang dulu tidak mereka kenal. Peneliti memilih hunian tetap di dusun Pagerjurang karena jumlah warga yang menempati hunian tersebut paling banyak dibandingkan dengan hunian tetap yang lain.

Azwar (2003), mengungkapkan bahwa sebaiknya sampel penelitian diambil sepuluh persen dari populasi sebagai aturan kasar, tetapi apabila populasi terlalu besar maka prosentase dapat dikurangi dengan pertimbangan sumber daya. Dalam penelitian korelasional digunakan jumlah subjek minimal 30 orang (Singarimbun dan Effendi, 1995). Dengan demikian, jumlah subjek penelitian dalam penelitian ini minimal 30 orang.

(65)

65

E. Metode dan Alat Pengumpul Data

Dalam mengumpulkan data penelitian ini menggunakan skala psikologi, yaitu instrumen yang dapat dipakai untuk mengukur atribut psikologi (Azwar, 2003). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert adalah skala yang mengukur kekuatan persetujuan dari pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mengukur sikap dan perilaku (Gable dalam Azwar, 2003).

Pada masing-masing aitem akan diberikan 4 kategori jawaban. Dimana setiap aitem jawaban yang bersifat favorable diberi rentang penilaian 4, 3, 2, 1 untuk jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Sebaliknya, pada pernyataan unfavorable setiap jawaban diberi rentang penilaian 1, 2, 3, 4 untuk jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

1. Skala Persepsi Terhadap Dukungan Sosial

Peneliti menyusun skala persepsi terhadap dukungan sosial berdasarkan teori House (dalam Smet, 1994) yang memuat empat aspek dukungan sosial. Adapun skor persepsi terhadap dukungan sosial disusun berdasarkan:

a. Dukungan Emosional

(66)

66 b. Dukungan Instrumental

Yaitu dukungan yang berupa bantuan langsung biasa disebut dukungan nyata dan dukungan alat. Dukungan Instrumental mencakup bantuan langsung yang dapat meringankan beban yang ditanggung seseorang. Meliputi bantuan suatu benda, membantu pelaksanaan pekerjaan, dan memberikan peluang waktu Misalnya: memberi pinjaman, barang atau uang.

c. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan penghargaan yang positif untuk seseorang. Dukungan ini juga merupakan dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain.

d. Dukungan Informasi

Yaitu dukungan yang berhubungan dengan informasi-informasi berharga yang diberikan seseorang kepada orang lain. Misalnya: saran, nasehat, dan petunjuk.

(67)

67

Tabel 1

Butir Pernyataan Skala

Persepsi terhadap Dukungan Sosial

No. Aspek – Aspek Favorable Unfavorable Total

1. Dukungan Emosional 8 8 16

2. Dukungan Instrumental 8 8 16

3. Dukungan Penghargaan 7 7 14

4. Dukungan Informasi 7 7 14

Total 30 30 60

Skala persepsi terhadap dukungan sosial berisi 85 aitem pernyataan yang terdiri dari 43 aitem favorable dan 42 aitem unfavorable

yang disusun berdasarkan empat aspek peyesuaian diri menurut House (dalam Smet, 1994) dengan distribusi aitem dapat dilihat pada blue print

berikut

Tabel 2

Blue print Skala Persepsi Terhadap Dukungan Sosial (Sebelum Uji-Coba)

Aspek

Aitem Jumlah

Aitem Favorabel Unfavorabel

1. Dukungan Emosional a. Ungkapan empati b. Kepedulian

14, 21, 22, 26, 33, 39, 46, 54, 60, 64, 71, 73,

4, 6, 8, 16, 18, 19, 28, 57, 63, 68,

[image:67.595.99.528.185.757.2]
(68)

68

c. Perhatian 77. 76.

2. Dukungan Instrumental a. Memberikan pinjaman b. Penyediaan sarana untuk

pemenuhan kebutuhan individu c. Bantuan dalam melakukan

pekerjaan dan kegiatan

24, 30, 31, 36, 45, 49, 55, 58, 81, 85.

2, 5, 13, 17, 25, 41, 56, 65, 66, 69, 82.

21

3. Dukungan Penghargaan

a. Ungkapan penghargaan positif dari orang lain untuk individu b. Dorongan untuk maju

c. Persetujuan terhadap pendapat atau gagasan

d. Perbandingan positif dari orang lain

7, 23, 27, 29, 32, 35, 50, 51, 62, 72.

11, 20, 34, 38, 44, 47, 48, 75, 78, 83.

20

4. Dukungan Informasi

a. Pemberian informasi mengenai sesuatu

b. Pemberian saran, nasehat, dan atau pengarahan

9, 12, 37, 40, 52, 67, 70, 74, 79, 84.

1, 3, 10, 15, 42, 43, 53, 59, 61, 80.

(69)

69

2. Skala Penyesuaian Diri

Skala penyesuaian diri disusun oleh peneliti berdasarkan empat karakteristik yang dikemukakan oleh Vembriato (1993), yaitu:

a. Kepuasan Psikis

Individu yang berhasil melakukan penyesuaian diri akan merasa senang, tenang dan aman sehingga menimbulkan kepuasan psikis. Sedangkan, individu yang gagal atau tidak berhasil melakukan penyesuaian diri akan menimbulkan perasaan kecewa, gelisah dan depresi.

b. Efisiensi Kerja

Keberhasilan penyesuaian diri akan terlihat apabila idividu dapat melakukan pekerjaan atau kegiatannya dengan baik, sebaliknya penyesuaian diri yang gagal terlihat pada individu yang melakukan pekerjaan atau kegiatannya dengan tidak efisien.

c. Gejala Fisik

Individu yang tidak berhasil melakukan penyesuaian diri akan gelisah dan depresi dengan memperlihatkan gejala-gejala fisik kurang baik seperti sakit perut, pusing dan pencernaan terganggu sedangkan yang berhasil menyesuaikan diri fisiknya selalu baik.

d. Penerimaan Sosial

(70)

70

melakukan penyesuaian diri akan merasa mendapat penolakan dari masyarakat.

[image:70.595.103.513.231.601.2]

Skala ini terdiri dari 60 butir pernyataan, yang terdiri dari 30 butir pernyataan favorable dan 30 butir pernyataan unfavorable. Berikut adalah butir pernyataandari skala penyesuaian diri sebelum dilakukan uji coba.

Tabel 3

Butir pernyataan Skala

Penyesuaian Diri

No. Aspek – Aspek Favorable Unfavorable Total

1. Kepuasan Psikis 8 8 16

2. Efisiensi Kerja 7 7 14

3. Gejala Fisik 7 7 14

4. Penerimaan Sosial 8 8 16

Total 30 30 60

(71)

71

[image:71.595.101.537.137.726.2]

Tabel 4

Blue print Skala Penyesuaian Diri (Sebelum Uji Coba)

Aspek

Aitem Jumlah

Aitem Favorabel Unfavorabel

1. Kepuasan Psikis

a. Perasaan nyaman, aman, dan tenang b. Suasana hati senang

2, 7, 20, 26, 35, 36, 51, 58, 81, 83.

4, 22, 29, 37, 39, 45, 50, 57, 61, 65, 66, 72.

22

2. Efisiensi Kerja

a. Mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik

b. Dapat melakukan pekerjaan sehari-hari

c. Dapat

Gambar

Tabel 15 Compare Means Test for Linearity
Blue print  Tabel 2 Skala Persepsi Terhadap Dukungan Sosial
Tabel 3 Butir pernyataan Skala
Blue print Tabel 4 Skala Penyesuaian Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa sifat fisikokimia madu yang paling baik (sesuai SNI) dari desa Bonto Manurung kabupaten

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MATARAM.. Gede Vendi Cahyadi Riandika, Ida Ayu Eka Widiastuti,

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang telah terungkap di persidangan berdasarkan keterangan saksi-saksi dan terdakwa, tabrakan antara mobil Pick Up Suzuki Carry

Penulis menduga penyebab variabel kebijakan utang tidak berpengaruh signifikan terhadap investment opportunity set karena utang bagi perusahaan industri makanan dan

Dari survei sebelum dan setelah intervensi dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui hubungan kejadian kematian bayi karena birth asfiksia dengan intervensi pasca

UUD 1945. BP MPR yang dibentuk setelah Sidang Umum MPR 1999 menetapkan mekanisme pembahasan untuk perubahan UUD 1945 melalui tahapan Pembahasan Pertama di PAH III SU MPR

Dalam kajian ini, pengkaji mengenal pasti ujaran yang mengandungi kesantunan bahasa dalam drama Zahira dan seterusnya menghuraikannya berdasarkan Prinsip Kesopanan yang

[r]