• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Fisika ( 32 Files )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Pembelajaran Fisika ( 32 Files )"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan

Authentic Problem Based Learning

(a-PBL) pada Materi

Fluida Statis Untuk Memperbaiki Kemampuan Pemecahan Masalah

Fisika Peserta Didik Kelas X MIA-4 MAN 1 MALANG

EMIROHANUM1), NURILMUNFARIDAH2)

1)Guru MAN Malang I. Jl. Baiduri Bulan No 40

E-mail: emi.rohanum@yahoo.com

2)Dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Jl. Semarang 5 Malang,

E-mail : nuril.munfaridah.fmipa@um.ac.id

*)PENULISKORESPONDEN

TEL:08125272119

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki kemampuan pemecahan masalah fisika pesertadidik kelas X Mia 4 MAN 1 Malang dengan menerapkan pembelajaran Authentic-Problem Based Learning (a-PBL) pada materi fluida statis. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus dengan disertai perbaikan pada setiap siklusnya. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap. Tahapan tahapan tersebut adalah perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA-4 MAN 1 Malang dengan jumlah 34 siswa. Instrumen penelitian terdiri atas RPP, silabus, lembar observasi dan soal kemampuan pemecahan masalah fisika materi fluida statis

.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Authentic-Problem Based Learning (a-PBL) dapat memperbaiki kemampuan pemecahan masalah fisika pada materi fluida statis. Hasil ini dapat dilihat dari perubahan kemampuan pemecahan masalah pada siklus I dan siklus II. Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah pada siklus I yaitu sebesar 80,18 dengan prosentase ketuntasan sebesar 71%. Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah pada siklus II sebesar 87,10 % dengan prosentase ketuntasan sebesar 88 %. Selain hasil skor pada masing-masing siklus, juga diperoleh prosesntase peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20,10 %.

Kata Kunci: tuliskan kata kunci di sini, maksimal 5 kata kunci, pisahkan dengan , (koma) dan akhiri dengan . titik.

PENDAHULUAN

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika SMA/MA (Depdiknas, 2013) menjelaskan bahwa pembelajaran fisika di sekolah memiliki tujuan yang diantaranya adalah peserta didik dapat memahami, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Tujuan ini berimplikasi pada pembelajaran fisika di SMA. Pembelataran fisika di SMA diharapkan mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga memiliki kemampuan pemecahan masalah sebagai bekal bagi peserta didik kelak dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar memecahkan masalah perlu dimiliki peserta didik dikarenakan pada dasarnya tujuan akhir dari pembelajaran adalah menghasilkan peserta didik yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi ketika hidup di masyarakat (Sanjaya, 2011).

(2)

Hasil observasi pembelajaran di kelas X MAN 1 Malang menunjukkan bahwa pembelajaran di sana telah menggunakan kurikulum 2013 yang salah satu metode pembelajarannya adalah Problem Based Learning (PBL). Hasil observasi juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata ulangan hariannya 78,2 sedikit diatas rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 75 dan persentase ketuntasan 79,5 %pada pokok bahasan yang menggunaan metode pembelajaran PBL. Hasil ini menunjukkan bahwa peserta didik di kelas tersebut masih belum terampil menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehingga masih perlu untuk ditingkatkan. Hasil observasi ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmat (2015) yang menyatakan bahwa peserta didik lebih mudah menyelesaikan hitungan matematis tanpa melalui proses analisis bagaimana memecahkan masalah. Padahal, jika ditinjau lebih jauh lagi, pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik secara bersama-sama dapat membuat pola piker peserta didik menjadi lebih fleksibel (Bentley, 2007).

Salah satu penyebab peserta didik mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah fisika adalah pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih jarang melatih dan memfasilitasi tercapainya kemampuan pemecahan masalah. Peserta didik dihadapkan pada kesulitan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep-konsep fisika, baik masalah yang diberikan oleh guru maupun masalah yang berhubungan dengan pengalaman dunia nyata di kehidupan sehari-hari. Cara untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika adalah dengan memperkenalkan suatu strategi pemecahan masalah kepada peserta didik dan mempraktekkan proses pemecahan masalah fisika secara sadar dan menerima umpan balik (Hedge, 2012). Model pembelajaran yang sesuai untuk dikembangkan adalah model yang menyediakan aktivitas pemecahan masalah bagi seluruh peserta didik di dalam kelas. Salah satu model pembelajaran tersebut adalahAuthentic-Problem based learning(a-PBL).

Menurut Howard (2007) a-PBL adalah metode pembelajaran yang mempunyai ciri-ciri:(1) menggunakan masalah otentik yang relevansi dengan dunia kerja. (2) bentuk penyajian masalah mengharuskan peserta didik untuk berpendapat secara bebas, dan pengembangan keterampilan menyelesaikan masalah. (3) proses pemecahan masalah dilakukan melalui pembelajaran mandiri dan kerja tim (4)menggunakan bermacam-macam sumber belajar dan pengetahuan dari berbagai area pelajaran, bidang dan disiplin ilmu yang berhubungan dengan masalah dan didapat dari area yang berbeda, (5) informasi yang didapatkan dievaluasi, disintesis dan dipadukan dengan pikiran peserta didikuntuk mendapatkan solusi, (6) solusi yang didaptkan bisa diterapkan pada masalah berikutnya, (7) diskusi interaktif antar pelajar (8) evaluasi diri, evaluasi teman dan evaluasi kelompok. a-PBL dirancang dengan tujuan agar peserta didik terampil menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah baru, dan bekerja secara efektif dalam tim. Proses a-PBL memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan semua keterampilan dan menjadi lebih mahir dalam proses belajar dan beranggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri. Langkah-langkah dalam model pembelajaran a-PBL terdiri dari 7 tahap sebagai berikut: (1) Orientation, (2)

encountering the problem, (3)tackling the learning issues, (4)reiterating the problem, (5)

summarizing and knowledge abstraction, (6)evaluating group, dan (7) evaluating tutor. Berdasarkan ciri-ciri a-PBL dan tahapan proses pembelajaran dalam a-PBL, maka dimungkinkan model pembelajaran ini dapat digunakan untuk memperbaiki kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik kelas X MAN 1 Malang.

METODE PENELITIAN

(3)

menit. Pertemuan pertama, kedua dan ketiga digunakan untuk menyampaikan materi sedangkan pertemuan keempat digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah fisika dengan tes tertulis. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIA-4 MAN 1 Malang dengan jumlah 34 peserta didik. Instrumen penelitian terdiri atas RPP, silabus, lembar observasi dan soal kemampuan pemecahan masalah fisika materi fluida statis yang berbentukessay.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kemampuan pemecahan masalah. Data tersebut didapatkan dari hasil evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Setelah diperoleh skor kemampuan pemecahan masalah dari peserta didik, kemudian dihitung prosentase ketuntasan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X MIA-4 MAN 1 Malang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Observasi awal dilakukan dengan dengan mengamati proses pembelajaran yang berlangsung dan mengumpulkan nilai ulangan harian di kelas X MIA-4 MAN 1 Malang yang menggunakan model pembelajaran PBL. Hasil observasi menunjukkan bahwa rata-rata nilai ulangan harian untuk pokok bahasan yang menggunakan model pembelajaran PBL adalah 78,2 sedikit diatas rata-rata KKM 75 dengan persentase ketuntasan 79,5 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa peserta didik di kelas tersebut masih belum terampil menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehingga masih harus ditingkatkan. Rincian data observasi awal selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Nilai kemampuan pemecahan masalah peserta didik diukur dengan menggunakan instrumen pemecahan masalah berupa tes pada pokok bahasan fluida statis. Instrumen kemampuan pemecahan masalah terdiri atas 10 soal yang berbentuk uraian. Deskripsi nilai pemecahan masalah fisika dari tiap siklus dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari data di atas diperoleh bahwa pada siklus 1 peserta didik yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 10 pserta didik. Perolehan ini telah melewati syarat ketuntasan belajar yaitu lebih dari 70% peserta didik mendapat nilai 75 dengan nilai rata- rata sebesar 80,18. Pada siklus 2 diperoleh bahwa pada siklus 1 peserta didik yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 4 pserta didik dengan nilai rata- rata sebesar 87,09. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah antara siklus I dan siklus II sebesar 20,10 %.

Tabel 1. Rincian Data Hasil Observasi Awal

Nilai Jumlah Pesertadidik Persentase (%)

76-100 21 61.76

75 13 38,24

Tabel 2. Deskripsi kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Peserta didik Kelas X MIA 4 yang Belajar dengan a-PBL

Nilai

SIKLUS 1 SIKLUS 2

Jumlah Peserta didik

Persentase

(%) Jumlah Pesertadidik Persentase (%)

76-100 24 71 30 88,20

75 10 29 4 11,80

Dari hasil refleksi pada siklus 1 didapatkan bahwa pada tahap Encountering the problem peserta didik kesulitan menentukan masalah dan membuat rumusan masalah dari bacaan yang ada di Lembar Kerja (LK). Peserta didik tidak terbiasa menghadapi permasalahan fisika, sehinggga tahap Encountering the problem memerlukan waktu lebih lama dari yang direncanakan. Demikian juga pada tahap reiterating the problem,

(4)

ini terjadi karena peserta didik tidak terbiasa menerima kritik dari sesama temannya. Pada dasarnya, tahap reiterating the problem merupakan tahap pembangunan rasa percaya diri dan saling menghargai.

Nilai kemampuan pemecahan masalah fisika antara siklus I dan siklus II mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar 20,10 %. Adanya perubahan yang signifikan pada pengimplementasian a-PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah ini sesuai dengan pendapat Howard (2007) mengenai efektivitas a-PBL bagi kemampuan analisis dan pemecahan masalah. Howard menyatakan bahwa pembelajaran a-PBL dirancang dengan tujuan agar peserta didik terampil menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah baru, dan bekerja secara efektif dalam tim. Hasil ini juga sesuai dengan pernyataan Herrington (2006) bahwa pembelajaran yang otentik merupakan pembelajaran yang berfokus pada penciptaan lingkungan belajar berdasarkan dunia nyata, dengan cara menggali masalah-masalah yang kompleks untuk menyelesaikannya.

Selain itu, peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada penerapan a-PBL juga disebabkan adanya tahap summarizing and knowledge abstraction yang mengharuskan peserta didik membuat flow chart tentang bagaimana kelompok menyelesaikan masalah. Flow chart ini dapat digunakan untuk belajar memperbarui diri pada saat menghadapi masalah berikutnya oleh peserta didik. Flow chart ini juga dapat digunakan untuk melihat hubungan tentang konsep-konsep yang berkaitan sehingga lebih memudahkan peserta didik untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, a-PBL memberikan kesempatan yang luas untuk mencari hubungan, menganalisis pola, menemukan metode yang sesuai untuk menguji hasil, menilai dan mengkritik pemikiran temannya, serta memecahkan masalah fisika yang ada (Howard, 2007).

Menurut Lombardi (2007) salah satu ciri a-PBL adalah mengevaluasi, mensintesis dan memadukan informasi yang didapat dengan pikiran peserta didik untuk mendapatkan solusi. Informasi yang didapatkan oleh peserta didik dievaluasi, disintesis dan dipadukan dengan pikiran peserta didik untuk mendapatkan solusi. Banyak sedikitnya informasi yang diperoleh ini akan berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik (Kohl, 2008) sehingga dapat diketahui sejauh mana penguasaan konsep peserta didik. Informasi-informasi yang dapat digali siswa selama proses pembelajaran pemecahan masalah menjadi rujukan dalam melakukan pemecahan masalah. Penyelesaian masalah ini juga merujuk pada usaha siswa dalam menentukan penyelesaian dari masalah yang dihadapi (Selcuk, 2008; Gok, 2008; Gok, 2010). Pembelajaran dengan yang demikian inilah yang menjadi penyebab skor pemecahan masalah peserta didik menjadi lebih baik dengan diterapkannya a-PBL. KESIMPULAN

Temuan penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Authentic Problem Based Learning (a-PBL) dapat memperbaiki kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik kelas X Mia-4 MAN 1 Malang dengan prosentase peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20,10 %. Hasil ini mengindikasikan bahwa pemilihan model a-PBL efektif untuk digunakan memperbaiki kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

(5)

DAFTAR RUJUKAN

Bentley, Lonnie D, dan Jeffrey L Whitten. 2007. System Analysis and Design for the Global Enterprise Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.

Crebert., G., Patrick.C.J. & Cragnolini, V. 2011.Problem Solving Skills Toolkit.Griffith University, 1-36, (Online), (http://www.griffith.edu.au/gihe/resources-support/graduate-atrributes),diakses 13 Desember 2012.

Gok. T, Silay. I, 2008. Effect of Problem Solving Strategy Teaching on the ProblemSolving Attitude of Cooperating Learning Group in Physics Education. Journal of Theory and Practice in Education.

Gok. T, Silay. I.. 2010. The Effects of Problem Solving Strategies on Students Achievement, Attitude and Motivation. Latin-American Journal of Physics Education, 4(1), pp 7-21.

Hedge, B. & Meera, B.N. 2012.How Do They Solve It? An Insight into the Learner s approach to the mechanism of physics problem solving. Physics Education research, 8(1): 1-9.

Herrington, T & Herrington, J. 2006. Authentic Learning Environtments in Higher Education.Tukkish Online Journal of Distance Education-TOJDE.ISSN 1302-6488. Vol 7 (1):175-191.

Howard, B.S. & Wee Keng Neo Lynda. 2007. Principles and Practice of aPBL. Prentice Hall Pearson Education South Asia Pte Ltd. Singapore.

Kohl P. B & Finkelstein, N. D. 2008.Patterns of multiple representation use by experts and novices during physics problem solving. University of Colorado.4 (3):1-42, (Online), (http://www.colorado.edu/physics/EducationIssues/research/papers prst-per.aps.org/abstract/PRSTPER/v4/i1/e010111), diakses tanggal 20 Sepetember 2012.

Lombardi, M.M. 2007a. Approaches That Work: How Authentic Learning is Transforming Higher Education.Educause Learning Initiative. Advance learning

Through IT innovation. (Online),

(http://net.educause.edu/ir/library/pdf/ELI3009.pdf), diakses tanggal 7 Oktober 2012.

Mobilangan, R.A. 2012. Problem Solving Strategiesof High School Students onNon-Routine Problems: A Case Study. (Online), (http://journals.upd.edu.ph/index.php/ali/article/viewFile/2759/2580), diakses tanggal 3 Januari 2013.

Rahmat, Maulidi, Muhardjito, & Zulaikah, Siti.2014. Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Strategi Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Siswa Kelas X SMA. Jurnal Fisika Indonesia No: 54, Vol XVIII, Edisi Desember 2014 ISSN: 1410-2994.

Sanjaya, W. 2012.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(6)

Gambar

Tabel 1. Rincian Data Hasil Observasi Awal

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan gambaran elektrokardiogram pasien PPOK meliputi gelombang P Pulmonal (14.6%), P mitral (9.8%), blokade irama (15.9%),

Manfaat secara teoritis dari penelitian ini, diharapkan mampu memberikan wawasan dan ilmu tentang pengaruh iklim kelas yang meliputi student cohensiveness, teacher

dapat diketahui bahwa pemberian air kelapa memberikan respon positif terhadap kandungan sulforaphane microgreens tanaman brokoli pada semua media tanam yang

Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih strategi untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat.. memilih satu strategi yang tepat

Pengaruh tingkat substitusi konsentrat dengan daun murbei pada pakan berbasis jerami padi terhadap nilai pH, konsentrasi amonia, VFA total dan produksi gas media in vitro

Optimisasi Proses Koagulasi Flokulasi untuk Pengolahan Air Limbah.. Industri Jamu (Studi Kasus PT.

penulis dari segala usia untuk mengubah gambar menjadi sebuah cerita yang segar dan mengasyikkan. SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat merupakan SD yang terkemuka

Proses pendaftaran melalui telepon genggam, dimana pelanggan akan memasukkan data yang diperlukan agar dapat melakukan transaksi pemesanan tiket.. Aplikasi pada pihak