• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTUALITAS ORNAMEN TRADISIONAL PADA BANGUNAN DI KABUPATEN KARO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKTUALITAS ORNAMEN TRADISIONAL PADA BANGUNAN DI KABUPATEN KARO."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

AKTUALITAS ORNAMEN TRADISIONAL PADA

BANGUNAN DI KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh :

FANESIA KRISTINA BR. SEMBIRING

NIM : 2113351014

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Fanesia Kristina Br. Sembiring, NIM 2113351014, Aktualitas Ornamen Tradisional Pada Bangunan Di Kabupaten Karo, Jurusan Seni Rupa, Program Studi S1 Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pada bangunan apa sajakah yang menerapkan ornamen tradisional di Kabupaten Karo, dan mengetahui motif apa yang paling banyak digunakan juga bagaimana penerapan ornamen tradisional pada bangunan masa kini.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah empatbelas (14) bangunan di Kota Berastagi dan Kabanjahe yang memiliki ornamen baik pada ayo-ayo juga dinding bangunannya, adapun sampel dalam penelitian ini adalah tigabelas (13) bangunan yang menerapkan ornamen pada ayo-ayo dan dinding bangunan di Kota Berastagi dan Kabanjahe.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian berbentuk deskriptif kualitatif yang mengumpulkan informasi mengenai suatu permasalahan yang ada menurut situasi yang diteliti pada saat penelitian berlangsung.

(7)

1

2. Wilayah Administratif Batak Karo ... 8

(8)

e. Unsur warna ... 18

b. Ornamen yang berfungsi sebagai hiasan ... 33

1) Duri ikan ... 33

2) Pakau-pakau ... 33

3) Pancung-pancung cekala ... 33

4) Anjak-anjak beru ginting ... 34

(9)

3

8. Teknik Pembuatan dan Pewarnaan Ornamen Karo Pada Rumah Adat Karo... 37

9. Faktor-faktor Mempengaruhi Aktualitas ... 39

a. Faktor Internal ... 39

b. Faktor Eksternal ... 39

10.Bangunan Berarsitektur Modern ... 40

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 44

B. Metode Penelitian ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Bangunan Hotel Sibayak ... 53

2. Bangunan Hotel Sinabung... 57

3. Bangunan Kantor Bupati Karo ... 60

(10)

4. Bangunan Kantor DPRD Kabupaten Karo ... 69

5. Bangunan Kantor Balai Pembinaan Wilayah II ... 75

6. Bangunan Museum Pusaka Karo ... 81

7. Bangunan Gereja Khatholik Inkulturatif ASISI ... 102

8. Bangunan Gereja GBKP Simpang Enam ... 121

9. Bangunan Gereja GBKP Kota Baru ... 128

10. Bangunan Jamburta Ras ... 134

11. Bangunan Gapura Desa Ketaren ... 143

12. Bangunan Gapura Kantor DPRD Kabupaten Karo ... 147

13. Bangunan Gapura Gereja GBKP Kabanjahe Kota... 155

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 162

1. Menurut Motif Ornamen Tradisional ... 165

2. Menurut Kategori Ornamen ... 167

C. Refleksi ... 180

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 185

B. Saran ... 186

DAFTAR PUSTAKA ... 188

GLOSARIUM ... 190

MATERI WAWANCARA ... 193

DAFTAR NAMA INFORMAN ... 194

LAMPIRAN

(11)

1

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Motif Raksasa ... 11

Gambar 2.2 Raja Sulaiman ... 11

Gambar 2.3 Motif Lipan nangkih tongkeh ... 12

Gambar 2.4 Motif Keret-keret ketadu ... 12

Gambar 2.5 Motif Tanduk kerbo payung ... 12

Gambar 2.6 Pengeret-ret ... 13

Gambar 2.7 Motif Bunga Gundur ... 13

Gambar 2.8 Motif Pucuk merbung... 13

Gambar 2.9 Motif Pantil manggis ... 14

Gambar 2.10 Bunga bincole ... 14

Gambar 2.11 Motif lukisan para-para ... 14

Gambar 2.12 Lumut-lumut lawit... 15

Gambar 2.13 Motif Embun sikawiten ... 15

Gambar 2.14 Motif Tumpak salah silima-lima ... 16

Gambar 2.15 Motif Tumpak salah sipitu-pitu ... 16

Gambar 2.16 Mata-mata lembu... 22

Gambar 2.17 Ampik-ampik alas ... 23

Gambar 2.18 Bunga Gundur sitelenen ... 24

Gambar 2.19 Ser-ser sigembal ... 24

(12)

Gambar 2.20 Lumut-lumut lawit... 25

Gambar 2.21 Bunga Gundur ... 25

Gambar 2.22 Piseren kambing ... 26

Gambar 2.23 Embun sikawiten ... 26

Gambar 2.24 Gerga bindu matagah ... 27

Gambar 2.25 Bindu matagah... 27

Gambar 2.26 Tapak Raja Sulaiman ... 28

Gambar 2.27 Taiger tudung ... 29

Gambar 2.28 Tanduk kerbau ... 29

Gambar 2.29 Beraspati ... 30

Gambar 2.30. Motif Keret-keret ketadu ... 31

Gambar 2.31 Motif Tanduk kerbo payunng ... 31

Gambar 2.32 Motif Bunga gundur ... 32

Gambar 2.33 Bunga lawang ... 32

Gambar 2.34 Duri ikan ... 33

Gambar 2.35 Pakau-pakau ... 33

Gambar 2.36 Pancung-pancung cekala ... 33

Gambar 2.37 Anjak-anjak beru ginting ... 34

Gambar 2.38 Embun merkabun-kabun ... 34

Gambar 2.39 Tampune-tampune ... 35

(13)

3

Gambar 2.41 Tampuk-tampuk pinang ... 35

Gambar 2.42 Pantil manggis ... 36

Gambar 2.43 Embun sikawiten ... 36

Gambar 2.44 Bunga gundur dan pantil manggis ... 37

Gambar 2.45 Letak Gerga pada rumah adat Batak Karo di desa Lingga ... 42

Gambar 2.46 Bangunan kantor Bupati Karo ... 42

Gambar 2.47 Letak ornamen pada bangunan kantor Bupati Karo ... 43

Gambar 2.48 Gapura YKPC GBKP ALPA OMEGA ... 43

Gambar 4.1 Bangunan Hotel Sibayak ... 54

Gambar 4.2 Ayo-ayo Hotel Sinabung ... 57

Gambar 4.3 Bangunan Kantor Bupati Karo ... 60

Gambar 4.4 Bangunan Kantor DPDR Kabupaten Karo... 69

Gambar 4.5 Bangunan Kantor Balai Pembinaan Wilayah II Kabanjahe ... 75

Gambar 4.6 Bangunan Museun ... 81

Gambar 4.7 Bangunan Museum. ... 82

Gambar 4.8 Gereja Khatholik Inkulturatif ASISI. ... 103

Gambar 4.9 Bangunan ayo-ayo Gereja Khatholik Inkulturatif ASISI ... 103

Gambar 4.10 Bangunan Gereja GBKP Simpang Enam ... 121

Gambar 4.11 Bangunan GBKP Kota Baru ... 128

Gambar 4.12 Bangunan GBKP Kota Baru ... 129

Gambar 4.13 Bangunan Jamburta Ras ... 134

Gambar 4.14 Bangunan Gapura Desa Ketaren tampak depan ... 143

Gambar 4.15 Bangunan Gapura Desa Ketaren tampak belakang ... 144

Gambar 4.16 Bangunan Gapura Kantor DPRD Kabpaten Karo ... 147

(14)
(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Karo adalah satu daerah yang masih memiliki ornamen dalam

jumlah dan jenis yang relatif banyak dibanding dengan daerah lain. Melihat

kondisi yang ada di daerah Karo khususnya di perkotaan banyak dijumpai

bangunan-bangunan yang mengadopsi bentuk-bentuk bangunan tradisional, serta

penerapan ornamen pada bidang tertentu sebagai dekorasi bangunan tersebut. Dari

sejumlah bangunan dan penerapan ornamen tradisional sebagai dekorasinya

terlihat sejumlah perbedaan baik dari segi bentuk, warna, teknik, dan bahan.

Hasil pengamatan sementara dapat dikatakan perbedaan ini menunjukkan

perkembangan dan sekaligus sebagai upaya pelestarian nilai-nilai tradisional. Hal

ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk menanamkan cinta budaya bagi

masyarakat yang berhadapan langsung dengan arus perubahan modernisasi. Salah

seorang sumber yang membuat ornamen yaitu bapak Damson Tarigan di desa

Lingga pada tanggal 23 Desember 2014, menjelaskan awalnya ornamen dibuat

hanya sebagai alat penangkal atau penolak bala, dan mengusir roh-roh jahat.

Namun dalam perkembangannya dari waktu ke waktu, ornamen tersebut tidak lagi

berfungsi sebagai penangkal atau penolak bala, melainkan hanya untuk keindahan

saja.

(16)

2

Awalnya penerapan ornamen Karo di tempatkan para pembuat di berbagai

bangunan seperti: Rumah Adat, Jambur, dan Geriten. Juga dibuat pada benda-

benda pakai, pakaian Adat Karo, dan berbagai perhiasan Karo lainnya. Bentuk

ornamen yang terdapat pada rumah adat Karo terdiri dari beberapa pola, ornamen

tersebut tercipta dan diciptakan didukung atas adanya pengaruh dari

bentuk-bentuk di alam seperti: binatang, tumbuh-tumbuhan, dan alam. Hal ini dapat

dilihat dari nama dan motif ornamen tersebut di antaranya ornamen Keret-Keret

Ketadu, Lipan nangkih Tongkeh, ornamen Ipen- Ipen, Bunga Lawang, Cekili

Kambing, Embun Sikawiten, Pucuk Tenggiang, dan lain-lain. (Baginda, Sirait

1977:91)

Ditinjau dari ornamen yang terdapat pada Rumah Adat Karo, ornamen

memiliki makna dan fungsi yang sakral, di mana nilai sakral yang ada pada

ornamen sangat dihormati oleh masyarakat. Ornamen-ornamen tersebut

masing-masing mempunyai makna seperti : Tapak Raja Sulaiman sebagai penolak bala,

Desa Siwaluh sebagai mata angin (penunjuk arah) dunia, Embun Sikawiten

melambangkan kemakmuran, Bunga Gundur dan Pantil Manggis dipakai sebagai

hiasan, Cimba Lau dan Takal Dadu bermakna kecerahan, Taiger Tudung

bermakna ketampanan dan kebibawaan, Beraspati (Pengeret-ret) sebagai simbol

kekuatan penangkal setan dan persatuan masyarakat untuk menyelesaikan

masalah. (Sirait. 1977/1980:91)

Masyarakat yang masih bertempat tinggal di Kabupaten Karo tidak lagi

(17)

3

Rumah Adat itu dapat dikatakan hampir hilang, tetapi penerapan ornamen tetap

banyak di sekitar tempat tinggal masyarakat Karo. Penerapan ornamen Karo

tersebut antara lain pada bangunan rumah, perkantoran, hotel, pemakaman,

gapura, dan juga fasilitas umum lainnya. Penerapan ornamen Karo pada bangunan

kini sudah semakin meluas. Perubahan ini harus tetap diperhatikan mulai dari

bentuk dan penempatannya. Selanjudnya ditemukan bahwa berdirinya

rumah-rumah adat Batak Karo, karena sistem kepercayaan kuno, dan hindu dalam konsep

triloka, dengan bidang kosmo debata datas, teruh, dan tengah. Berdasarkan

pembagian ini pula, bentuk dan makna simbolik gerga merupakan representasi

religi (sakral), kekerabatan (semi sakral), dan hiasan (profan). (Erdansyah, Fuad.

2013)

Berdasarkan observasi yang peneliti amati pada bangunan di Kabupaten

Karo kini penerapan, bentuk, teknik, dan pewarnaan ornamen mengalami

perubahan. Namun di dalam perkembangannya seiring dengan berkurangnya

rumah adat maka ornamen maupun fungsi-fungsi ornamen pada rumah adat

tersebut juga ikut berkurang. Tetapi yang menarik dalam penelitian ini adalah

masih terdapat beberapa ornamen yang dikembangkan yang digunakan

masyarakat Karo pada bangunan-bangunan modern, mengapa ornamen tersebut

masih digunakan pada bangunan modern, apa alasannya, dan bagaimana cara

membuatnya.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas ,maka peneliti mengambil

(18)

4

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Pemahaman masyarakat Karo pada ornamen yang semakin lemah dan rendah.

2. Banyak terdapat bangunan yang penerapan ornamennya yang sudah berubah

dari ornamen yang ada pada Rumah Adat.

3. Jenis-jenis ornamen yang ada pada bangunan masa kini mengalami

penambahan dan perubahan.

4. Ada beberapa hal yang membedakan penerapan ornamen pada bangunan dulu

dan ornamen pada bangunan masa kini.

5. Teknik dan pewarnaan ornamen pada bangunan masa kini berkembang dengan

warna-warna yang baru.

6. Tata letak (komposisi) ornamen tradisional pada bangunan masa kini tidak

sesuai.

C. Pembatasan Masalah

Dalam hal ini penulis membatasi permasalahan karena banyaknya kajian

yang dapat dilakukan sehubungan dengan bangunan memakai ornamen Karo yang

memiliki daya tarik untuk dibahas, di antaranya apa-apa saja yang membedakan

penerapan ornamen pada bangunan dulu dan ornamen pada bangunan masa kini,

bagaimana teknik dan pewarnaan ornamen pada bangunan masa kini, bagaimana

(19)

5

itu yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana aktualitas

ornamen tradisisonal pada bangunan di Kabupaten Karo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian

ini adalah bagaimana aktualitas ornamen Tradisional Karo pada masyarakat

Kabupaten Karo dewasa ini?

1. Pada bangunan apa sajakah ornamen tersebut masih diterapkan?

2. Motif apakah yang paling banyak diterapkan pada bangunan yang ada di

Kabupaten Karo?

3. Bagaimanakah penempatan ornamen tradisional pada bangunan masa kini?

4. Dengan motif apa saja ornamrn etnis Karo digabungkan pada aktualisasi

penggunaannya?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian haruslah jelas dan terarah. Hal ini dimaksudkan

supaya penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari hal yang diinginkan.

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah :

1. Untuk mengetahui pada bangunan apa sajakah yang menerapkan ornamen

tradisional di Kabupaten Karo?

2. Untuk mengetahui motif apakah yang paling banyak digunakan?

3. Untuk mengetahui apakah ada ketidaksesuian penerapan jenis-jenis ornamen

(20)

6

4. Untuk mengetahui bagaimanakah tata letak ornamen tradisional pada bangunan

masa kini?

5. Untuk mengetahui apakah ada perubahan bentuk dan warna pada penerapan

ornamen di bangunan tersebut?

F. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah :

1. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat digunakan untuk bahan pembahasan

masalah ornamen yang ada di bangunan di Kabupaten Karo. Sehingga dapat

diketahui jenis ornamen apa saja yang banyak digunakanpada bangunan

modern saat ini.

2. Sumber informasi kepada generasi muda dan masyarakat mengenai penerapan

ornamen tradisional Karo.

3. Secara teoritis, hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi peneliti sendiri

untuk dapat mengetahui perkembangan ornamen di masa dahulu, dan sekarang.

4. Sebagai tambahan literatur bagi jurusan Seni Rupa, Universitas Negeri Medan.

5. Sebagai masukan dan perbandingan bagi penelitian yang bermaksud refrensi

pada penelitian yang berkaitan dengan ornamen Karo.

6. Sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya di

(21)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yangndikemukakan pada

bab 4 maka dapat hasil penelitian dapat disimpilkan sebagai berikut:

1. Bangunan yang masih menerapkan Ornamen Tradisional Karo saat

ini yaitu bangunan Hotel, Kantor pemerintahan, Gereja, Museum,

Jambur dan Gapura.

2. Motif ornamen yang paling banyak diterapkan pada

bangunan-bangun tersebut yaitu : Ayo-ayo terdiri dari Tampune-tampune,

Ipen-ipen, Duri ikan, Anjak-anjak Beru Ginting, Tapak Raja Sulaiman,

Tutup dadu, Taiger tudung (motif geometris) Bunga Gundur, Bunga

Lawang, Pakau-pakau, Pucuk Merbung, Embun sikawiten, Pantil

manggis, Bunga Bincole, Pucuk Tenggiang, Kurung tendi (motif

tumbuh-tumbuhan), Pengeret-ret, Keret-keret Ketadu, Tanduk Kerbo

payung (motif hewan).

3. Penempatan ornamen mengalami perubahan. Beberapa ornamen pada

bangunan tradisional ditempatkan pada derpih (dinding) kini ada yang

di tempatkan di pagar tembok, di tiang gapura. ( gambar 58, 66).

4. Beberapa motif yang digunaksan dalam penggabungan motif

tradisional adalah dengan lambang salib, malaikat, roti dan anggur,

(22)

burung, ikan, manusia, dapat dilihat pada bangunan Museum Pusaka

Karo dan Gereja Katholik Inkulturatif ASISI di Berastagi.

1. Saran

Ornamen adalah salah satu ciri khas dari hasil kebudayaan etnis tertentu.

Penduduk Kabupaten Karo umumnya adalah terdiri dari etnis Karo. Etnis ini

memiliki banyak peninggalkan motif-motif ornamen tradisional, yang masih dapat

digunakan sebagai icon etnis tersebut. Kabupaten Karo adalah salah satu daerah

tujuan wisata di Sumatera Utara. Para wisatawan yang berkunjung umumnya

tertarik pada bentuk-bentuk hasil budaya masing-masing etnis daerah

kunjungannya. Ornamen adalah salah satu hasil kebudayaan khas etnis Karo, yang

dapat diperlihatkan kepada wisatawan sebagai ciri hasil budaya tradisional etnis

Karo yang dapat menimbulkan kenangan dari daerah tersebut. Berdasarkan

pemikiran di atas. Saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini antara lain

Penampilan ornamen pada bangunan-bangunan di Kabupaten Karo, khususnya di

daerah wisata dan kantor-kantor pemerintahan sebaiknya menggunakan ornamen

dengan bentuk yang masih sesuai paling tidak mendekati bentuk tradisionalnya.

Walaupun ada pengembangan disarankan masih tetap dapat mengingatkan bentuk

ornamen tradisionalnya. Kemudian disarankan kepada :

1. Bagi Pemda Karo, disarankan untuk lebih mensosialisasikan

bentuk-bentuk asli ornamen Karo dalam berbagai kepentingan baik berupa

terbitan buku, penggunaan ornamen dalam surat-surat berharga,

dikartu-kartu undangan dan dikeperluan lainnya.

(23)

2. Bagi masyarakat Karo agar tetap memelihara dan menjaga serta

mengembangkan bentuk ornamen tradisional Karo yang merupakan ciri

khas daerah. Serta berupaya mengenalkan kepada generasi muda.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Budiwiwaramulja, Wiratma dan Misgiya. 2013. Pengemasan Hasil Penciptaan Ragam Hias Dengan Aplikasi Elearning Authoring System. Seni Rupa: jurnal Seni Rupa FBS-Unimed, vol.10 No. 01 83-93.

Erdansyah, Fuad.2010. ” Gerga Pada rumah Adat Batak Karo di Sumatera Utara

(Kajian Simbol dan Pemaknaannya)”. Tesis S2 Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

. 2013. Gerga Rumah Adat Batak Karo, Simbol dan pemaknaannya”. Medan: Penerbit Unimed Press.

Ensiklopedia, Indonesia. Kamus Ensiklopedia Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Jakarta.

Ginting, Samaria. 1995. Ragam Hias Ornamen Rumah Adat Batak Karo. Medan:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Jusuf, Herman. 2010. Ornamen Sebagai Suatu “ Psychological Necessity. Seni Rupa: Jurnal Seni Rupa dan Desain. Vol 2. No.1

Kata, Sada dan Saragi. 2012. Ornamen tradidional Karo pada Geriten di desa rumah Kabanjahe Kabupaten Karo. Seni Rupa: Jurnal Seni Rupa, FBS-Unimed, Vol.7 No. 2

KBBI. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesi Edisi Ke-3. Jakarta: Balai Pustaka.

Meyer, 1892. Hand Book of Ornament. Carlsuhe: Dower Publisher.

Nawawi. 1983. Pengantar Metodologi Penelitian. Bandung: Gadjah Mada University Press.

Nazir. 1999. Seni Ornamen Indonesia.Yogyakarta: STSRI ASRI.

Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Prinst, Darwan. 2002. Kamus Karo Indonesia. Medan: Penerbit Bina Media Perintis.

Prinst Darwan, H.S. 1980. Sejarah dan Kebudayaan Karo. Jakarta: Yrama.

(25)

Sibeth, Achim1991. The Batak. Jerman: United States of America.

Sinulingga, Desnalri. 2010 ”Analisis Perkembangan Ornamen Ayo-ayo Rmah Adat Karo Pada Bangunan Berarsitektur Modern Di Kabupaten

Karo”. Skripsi S1 Universitas Negeri Medan.

Sirait, Baginda. 1980. Desain Ornamen Tradisional di Sumatera Utara. Medan: UNIMED.

Sitepu, A.G. 1997. Ragam Hias Ornamen Tradisional Karo Seri-A. Medan: Ulih Seber.

Sitepu, A.G. 1997. Ragam Hias Ornamen Tradisional Karo Seri-B. Medan: Ulih Seber.

Tarigan, Sarjani. 2009. Lentera Kehidupan Orang Karo Dalam Berbudaya. Medan.

Tarigan, Vindryan. 2011. “Analisis Penerapan Ornamen Tradisional Karo Pada

Bangunan Jambur Modern”. Skripsi S1 Universitas Negeri Medan.

Gambar

Gambar 4.17 Bangunan Gapura Gereja GBKP Runggun Kabanjahe Kota ... 155

Referensi

Dokumen terkait

relationship betu'een Lortregarden size and plant species rictrness is w-ell docu- nrerrtcd irr the literature (Section 2.3). The statcmcnt br. euiroz et al.

mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

POKJA PENGADAAN BARANG I Gedung Komplek Sekretariat Daerah Kabupaten Klaten Jalan Pemuda Nomor 294, Telp. Keputusan Bupati Klaten

Hal ini berarti dalam penyusunan laporan perubahan modal pada saat ulangan harian siswa sudah banyak yang benar yaitu dengan persentase 69,2%. Perbedaan skor nilai

pasal 84 ayat 1.c, maka seleksi sederhana dinyatakan GAGAL dan akan dilakukan. SELEKSI ULANG (dimulai dari

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui jumlah produk yang dihasilkan agar mencapai keuntungan optimal, (2) Mengidentifikasi keterbatasan yang dihadapi Soma Unggas Farm

Bobot total hasil tangkapan utama yang didapat adalah 1700 kg, terdiri dari 9 jenis ikan, sedangkan bobot total hasil tangkapan sampingan adalah 1615 kg, terdiri dari 16

Sehingga aplikasi yang sudah diterapkan pada produk pasca panen dan pengawetan bahan makanan, akan dapat diaplikasikan pada peningkatan mutu