• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP SISTEM SARAF MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PETA KONSEP DI KELAS XI MIPA SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN TAHUN PEMEBELAJARAN 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP SISTEM SARAF MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PETA KONSEP DI KELAS XI MIPA SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN TAHUN PEMEBELAJARAN 2014/2015."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP SISTEM SARAF MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PETA KONSEP DI KELAS XI MIPA

SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

Oleh : Adelina Saragih NIM 4113141002

Program Studi Pendidikan Biologi

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

RIWAYAT HIDUP

(4)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik serta tepat waktu sesuai dengan yang telah direncanakan.

Skripsi berjudul “Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Sistem Saraf Manusia Dengan Menggunakan Peta Konsep Di Kelas XI MIPA Sma Negeri 1 Pantai Cermin Tahun Pembelajaran 2014/2015”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. Tri Harsono, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Melva Silitonga MS, Bapak Ir. Herkules Abdullah, MS, dan Bapak Halim Simatupang, S.Pd, M.Pd sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini.

(5)

vi

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melihat seisi dunia dan memasuki dunia pendidikan hingga ke perguruan tinggi . Terimakasih juga saya ucapkan kepada abang saya Muhammad Loli Saragih dan adik saya Fathur Rizki Saragih yang telah banyak membantu doa dan dukungan maupun materi yang diberikan kepada penulis.Dan terimakasih juga saya ucapkan kepada Chandra Prima Sakti Ritonga yang telah mendukung dan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa UNIMED khususnya mahasiswa Pendidikan Biologi A ‘11 UNIMED Khususnya Miftahul Khairani dan Devi Khairunnisa serta seluruh pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, 23 Juni 2015 Penulis,

(6)

iii

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP SISTEM SARAF MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PETA KONSEP DI KELAS XI MIPA

SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

Adelina Saragih (NIM 4113141002)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentasi miskonsepsi siswa dan penggunaan peta konsep sebagai upaya untuk menganalisis miskonsepsi siswa. Peta konsep merupakan alat yang digunakan dalam mengevaluasi proses pembelajaran. Pembelajaran dengan peta konsep dapat diterapkan untuk menyelidiki pengetahuan yang dimiliki siswa, cara belajar siswa, dan miskonsepsi pada siswa, sehingga dapat digunakanuntuk mengevaluasi proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan di kelas XI MIPA SMAN 1 Pantai Cermin. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel yang digunakan adalah total sampling diperoleh 90 siswa dari tiga kelas dengan ketentuan guru yang mengajar bidang studi tersebut sama. Materi yang digunakan untuk menganalisis miskonsepsi merupakan konsep yang telah dipelajari, yaitu konsep sistem saraf pada manusia. Instrumen yang digunakan adalah soal pilihan berganda danpeta konsep acuan. Penelitian dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan pengambilan kesimpulan. Data hasil penelitian dianalisis dengan statistik deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata peta konsep dalam kriteria rendah. Rendahnya peta konsep siswa disebabkanoleh miskonsepsi yang dialami siswa, miskonsepsi tersebut disebabkan oleh siswa itu sendiri dikarenakan dalam membuat peta konsep ini masih banyak kesulitan bagi siswa dalam menentukan dan meletakkan konsep dengan kata penghubung yang tepat. Terdapat sebaran pernyataan pengetahuan siswa dengan rata-rata miskonsepsi 8% , dan tidak tahu konsep 69,5% sehingga rata-rata siswa yang tahu konsep hanya sebesar 22,5%. Adapun hasil dari penyebaran peta konsep siswa yang memberikan persentase miskonsepsi terbesar, yaitu pada konsep saraf tak sadar dengan persentase sebesar 51%, pada penyusun konsep sistem saraf manusia dengan persentase sebesar 34,4%, dan pada subkonsep susunan sistem saraf 30,9%. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa peta konsep efektif digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa pada konsep sistem saraf pada manusia.

(7)

iv

ANALYSIS OF STUDENTS’MISCONCEPTIONS ON THE CONCEPT OF THE HUMAN NERVOUS SYSTEM USING MAP CONCEPT

IN CLASS XI MIPA OF SMAN 1 PANTAI CERMIN ACADEMIC YEAR 2014/2015

Adelina Saragih (NIM 4113141002)

ABSTRACT

This study aims to determine the percentage of student misconceptions and use of concept maps in an attempt to analyze the misconceptions students. Concept maps are a tool used in evaluating the learning process. Learning with concept maps can be applied to investigate the knowledge of students, student learning, and misconceptions in students, so that it can be used to evaluate the learning process. This research was conducted in class XI MIPA SMAN 1 Pantai Cermin. The method used is descriptive. The samples are obtained by sampling a total of 90 students from three classes with the provisions of the teachers who teach the same subject areas. The material is used to analyze the misconceptions is a concept that has been studied, namely the concept of the nervous system in humans. The instrument used was multiple choice questions and the concept of reference. The study was conducted in three stages, namely preparation, implementation and conclusions. Data were analyzed with descriptive statistics quantitative and qualitative. Results showed that the average map concept in low criteria. The low student concept maps is caused by misconceptions experienced by students, such misconceptions caused by the students themselves because in making this concept maps are still many difficulties for students in deciding and putting the concept of the conjunctive statement tepat.There are spread knowledge to the average student misconceptions 8%, and 69.5% did not know the concept so that the average student knows the concept of only 22.5%. As a result of the spread of student concept maps that provide the biggest misconceptions percentage, namely the concept of the unconscious nerve with a percentage of 51%, the originators of the concept of the human nervous system with a percentage of 34.4%, and the composition of the nervous system subconcepts 30.9%. Thus , it can be stated that effective concept maps are used to determine students' misconceptions on the concept of the nervous system in humans .

(8)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN TEORITIS 10

2.1 Konsep 10

2.2 Konsepsi 12

2.3 Miskonsepsi 13

2.3.1 Pengertian Miskonsepsi dan Penyebabnya 13 2.3.2 Cara untuk mengetahui Miskonsepsi Siswa 16

2.4 Peta Konsep 17

2.4.1 Pengertian Peta Konsep 17

2.4.2 Ciri-ciri Peta Konsep 18

2.4.3 Macam-Macam Peta Konsep 19

2.4.4 Fungsi Peta Konsep 21

2.4.5 Langkah-Langkah Membuat Peta Konsep 22 2.4.6 Kelebihan dan Kekurangan Peta Konsep 23

2.4.7 Rubrik Penilaian Konsep Novak 24

2.5 Kerangka Berfikir 27

2.6 Sistem Saraf Manusia 28

BAB III METODE PENELITIAN 30

(9)

3.3.2 Instrumen Peta Konsep Acuan 32 3.3.3 Penilaian Peta Konsep Untuk Menganalisis Miskonsepsi 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data 34

3.5 Teknik Analisis Data 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40

4.1 Hasil Penelitian 40

4.1.1 Hasil Tes Soal Pilihan Berganda 40

4.1.2 Hasil Penilaian Peta Konsep Siswa 41

4.1.3 Penggunaan Peta Konsep untuk Menganalisis Miskonsepsi

Siswa pada Konsep Sistem Saraf 45

4.1.4 Persentase Miskonsepsi yang Ditemukan pada Peta Konsep

Siswa 45

4.2 Pembahasan 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 65

5.1 Kesimpulan 65

5.2 Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 67

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Soal Pilihan Berganda 69

Lampiran 2. Lembar jawaban Tes 73

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa 74

Lampiran 4. Peta Konsep Acuan 80

Lampiran 5. Tabel Kriteria Penskoran Peta Konsep 81

Lampiran 6. Tabel Nilai Peta Konsep 82

Lampiran 7. Tabel Nilai CRI Siswa 85

Lampiran 8. Persentase Siswa Berdasarkan Jawaban dan Index CRI

dalam Kategori Tahu Konsep (TK)), Miskonsepsi (M),

dan Tidak Tahu Konsep (TTK) 90 Siswa 90

Lampiran 9. Tabel Nilai Peta Konsep 94

Lampiran 10. Menetukan Kriteria Skor Penilaian Peta Konsep Siswa 97 Lampiran 11. Tabel Sebaran Pernyataan Pengetahuan Berdasarkan Peta

Konsep yang Dibuat Siswa Mengenai Konsep Sistem saraf

pada Manusia 99

Lampiran 12. Tabel Konsep Baru 123

Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian 126

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aktivitas usaha dari manusia untuk meningkatkan kepribadian dan kecerdasan. Usaha ini dapat dilakukan dengan membina potensi atau kemampuan yang ada di manusia itu sendiri. Proses usaha tersebut bertujuan mencerdaskan pendidikan Indonesia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional., Pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu, agar siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Sagala, 2010).

Dunia pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal ini disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan manusia dan seluruh aspek kepribadiannya. Seluruh proses pendidikan itu membentuk pengertian dan hubungan segala sesuatu tentang kehidupan. Perubahan dalam dunia pendidikan perlu terus menerus dilakukan untuk mendukung pembangunan di masa mendatang salah satunya melalui kegiatan proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa. Salah satu tujuan pembelajaran sains adalah agar siswa memahami konsep, aplikasi konsep dan mampu mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya. Pada proses pembelajaran inilah siswa diharapkan memahami konsep yang diajarkan bukan hanya sekedar hafal. Kemampuan siswa dalam memahami konsep merupakan hal yang sangat penting karena konsep merupakan landasan untuk berpikir.

(13)

2

baik khususnya dalam hal pemahaman siswa terhadap suatu konsep dalam pembelajaran di kelas.

Siswa memperoleh konsep berdasarkan pengalaman individu dan bisa pula dari hasil pemikiran sendiri. Konsep yang dibentuk berdasarkan pengalaman setiap inividu belum tentu sama dengan individu lain. Oleh karena itu konsep yang terbentuk karena pengaruh lingkungan sosial, membaca buku, dan dari penjelasan oleh guru mengenai suatu konsep saat prose belajar mengajar di sekolah. Suatu konsep dapat diterima oleh siswa tergantung tingkat kerumitan dan kedalaman dari konsep tersebut (Firmansyah, 2012).

Rendah dan lemahnya pemahaman konsep siswa di Indonesia disebabkan proses pembelajaran sains khususnya biologi yang dilakukan guru di kelas masih menerapkan belajar hanya menghapalkan konsep-konsep semata dalam prosesnya, bukan belajar bermakna dengan menemukan sendiri konsep-konsepnya. (Ausubel dalam Dahar, 2011) menyatakan pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang mengaitkan antar informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat pada struktur kognitif seorang siswa. Hal ini yang diharapkan melalui proses pembelajaran bermakna tersebut dapat membuat pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik dan tidak terjadi kesalahpahaman terhadap suatu konsep, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Masalah ini juga ditemukan khususnya pada sekolah menengah atas di SMA Negri 1 Pantai Cermin mengenai pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran biologi khususnya. Pemahaman siswa mengenai konsep-konsep biologi dan hubungan saling keterkaitan antar konsep merupakan masalah yang cukup memperihatinkan dalam pemikiran struktur kognitif siswa. Hal ini disebabkan dari beberapa faktor, yaitu pemahaman konsep awal atau prakonsepsi siswa yang berasal dari pengalaman, baik lingkungan maupun konsep yang telah didapatkan sebelumnya, guru, buku teks, dan lain sebagainya. Selain itu juga cara mengajar dalam proses pembelajaran sains khususnya biologi akan lebih efektif, jika pembelajaran tersebut didukung dengan metode yang tepat.

(14)

3

ketika belajar di kelas, salah satu pernyataan siswa yang menunjukkan miskonsepsi yaitu mengenai saraf pembau pada hidung, yaitu ketika flu hidung manusia tidak mampu mencium aroma apapun , hal itu karena hidung tersumbat cairan. Pernyataan tersebut sebenarnya adalah bahwa saraf pembau di hidung yaitu saraf olfaktori tersumbat oleh cairan sehingga tidak mampu mencium aroma. Pernyataan yang dimiliki oleh siswa tersebut itu dipengaruhi pengetahuan umum yang diperoleh dari masyarakat dan guru masih menggunakan strategi pembelajaran konvensional seperti metode ceramah yang biasanya sering digunakan setiap mengajar biologi. Strategi pembelajaran tersebut pada dasarnya tidak selalu cocok untuk semua konsep yang diajarkan kepada siswa, sehingga kurang maksimal. Kemudian Kebiasaan siswa pun mendukung pemahaman siswa terhadap pembelajaran biologi, yang terkadang malas membaca karena materi yang terlalu banyak dan tidak memperhatikan dengan baik ketika guru menjelaskan di kelas.

Miskonsepsi (kesalahan konsep) menurut Suparno (2005) merupakan konsepsi siswa hasil dari konstruksi mengenai pengetahuannya yang tidak sesuai atau berbeda dengan konsep para ahli ilmiah. Salah satu upaya mengatasi kesulitan siswa dalam pemahaman konsep yang menyebabkan miskonsepsi, yaitu dengan metode pembelajaran peta konsep yang digunakan untuk mendeteksi kesalahan konsep. Selain itu, peta konsep dapat digunakan untuk mengidentifikasi apa yang telah diketahui siswa, mempelajari cara belajar, mengungkap konsepsi salah (miskonsepsi), dan sebagai alat evaluasi.

(15)

4

dan siswa yang mengalami miskonsepsi. Karena CRI dapat mengidentifikasi keduanya berdasarkan tingkat keyakinan responden, sehingga dalam penerapan metode tersebut kejujuran siswa dalam menjawab CRI merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan (Hasan, 1999).

Pada penelitian ini untuk mendukung metode CRI maka digunakan metode Pembuatan peta konsep oleh siswa untuk mengetahui pernyataan setiap siswa yang didiagnosa memiliki jawaban miskonsepsi pada CRI. Pernyataan siswa mengenai konsep-konsep sistem saraf dapat digali lebih jauh. Sehingga peneliti dapat memperoleh informasi secara objektif . Dengan metode pembuatan peta konsep oleh siswa tersebut dengan mengacu kepada peta konsep acuan yang sudah divalidkan.

Peta konsep menurut Novak (2012) salah satu alasan yang kuat untuk memfasilitasi pembelajaran bermakna yang berfungsi sebagai dasar untuk membantu mengorganisasikan pengetahuan konsep dan struktur kognitif siswa. Pada pembelajaran dengan menggunakan peta konsep banyak aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa seperti menentukan konsep penting, membangun dan melengkapi peta konsep, berdiskusi dengan siswa lain, menanggapi pertanyaan guru, bertanya dan menyimpulkan materi pelajaran. Semua aktifitas ini bermanfaat bagi siswa karena siswa mencari pengalaman dan mengalami sendiri. Hal ini akan membuat belajar lebih menarik dan berhasil, sehingga dalam pembelajaran diharapkan siswa lebih paham konsep.

Peta konsep dikembangkan untuk menggali ke dalam struktur kognitif pelajar dan untuk mengetahui, baik bagi pelajar maupun guru, melihat apa yang telah diketahui pelajar. Kemudian dari peta konsep yang ddibuat oleh para pelajar, ada kalanya ditemukan miskonsepsi yang terjadi dari dikaitkannya dua konsep atau lebih yang membentuk preposisi yang “salah”. Misalnya dtemukan dalam pelajaran tentang indra penglihatan, yaitu mata. Mata mengeluarkan sinar (jadi mata itu merupakan suatu alat yang aktif) (Dahar,2006).

(16)

konsep-5

konsep disertai proposisi yang sesuai dapat menimbulkan kebermaknaan yang diharapkan tidak ditemukan miskonsepsi dalam konsep tersebut. Oleh sebab itu, peta konsep diharapkan efektif dalam pengetahuan bermakna, menggambarkan dan mengetahui kesalahpahaman konsep, dan menelusuri perubahan konseptual siswa dalam memahami suatu konsep.

Pada Penelitian yang dilakukan oleh Amir dan Tamir (dalam Suparno, 2005), menemukaan adanya miskonsepsi dalam hal fotosintesis, suatu konsep yang penting dalam biologi. Siswa menjelaskan bahwa fotosintesis adalah suatu proses pernapasan oleh tanaman, padahal kedua konsep itu berlawanan. Banyak siswa, meskipun sudah mengikuti mata pelajaran biologi cukup lama, tetap beranggapan bahwa tanaman mendapatkan makanan langsung dsri tanah, padahal sebenarnya tidak demikian.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2011) yang berjudul “Penggunaan peta konsep untuk mengatasi miskonsepsi siswa pada konsep jaringan tumbuhan”, Berdasarkan identifikasi CRI diperoleh keterangan mengenai miskonsepsi yang banyak terjadi pada siswa kelas XI IPA MAN 10 Jakarta pada konsep jaringan dan organ tumbuhan, diantaranya: Siswa menganggap bahwa pertumbuhan primer dan sekundr terjadi pada waktu dan lokasi yang berlainan dan siswa menganggap bahwa pertambahan diameter batang dan akar diakibatkan oleh pertumbuhan primer . Penelitian tersebut menyatakan bahwa penggunaaan peta konsep sangat efektif dalam mengurangi miskonsepsi siswa sehingga terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa pada siklus I dan II, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan peta konsep dapat mengurangi miskonsepsi siswa pada konsep jaringan tumbuhan.

(17)

6

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu:

1. Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep sistem saraf manusia

2. Pembelajaran biologi masih menggunakan pembelajaran konvensional seperti metode ceramah, dimana pembelajaran hanya berpusat pada guru sedangkan siswa menjadi pasif, hal ini bisa menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi

3. Pada umumnya siswa menganggap biologi adalah mata pelajaran yang sulit banyak dan materi yang mengakibatkan rendahnya daya tarik siswa untuk memeperhatian pembelajaran pemahaman konsep-konsep biologi, sehingga dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa.

1.3Batasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka hanya dibatasi pada:

1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI-MIPA di SMAN 1 Pantai Cermin Tahun Pembelajaran 2014/2015

2. Penelitian berfokus pada konsep sistem saraf pada manusia yang telah diajarkan kepada siswa.

3. Penilaian miskonsepsi siswa berdasarkan soal pilihan berganda dengan metode CRI dan dengan analisis miskonsepsi yang terjadi menggunakan peta konsep acuan berdasarkan Novak dan Gowin, 1984.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(18)

7

2. Bagaimana penggunaan peta konsep dalam menganalisis miskonsepsi siswa kelas XI MIPPA pada konsep sistem saraf pada manusia di SMA Negeri 1 Pantai Cermin Tahun Pembelajaran 2014/2015?

1.5Tujuan Penelitian

Dari beberapa rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui persentase miskonsepsi siswa kelas XI MIPA pada konsep sistem saraf pada manusia di SMA Negeri 1 Pantai Cermin Tahun Pembelajaran 2014/2015

2. Mengetahui penggunaan peta konsep dalam menganalisis miskonsepsi siswa kelas XI MIPA pada konsep sistem saraf pada manusia di SMA Negeri 1 Pantai Cermin Tahun Pembelajaran 2014/ 2015

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait antara lain:

1. Sebagai perolehan pengalaman langsung bagi peneliti dalam mengetahui miskonsepsi siswa SMA pada konsep sistem safar manusia.

2. Informasi bagi guru, untuk menemukan strategi mengajar yang dapat menghindari terjadinya miskonsepsi.

3. Bagi siswa kelas XI-MIPA di SMA Negeri 1 Pantai Cermin sendiri kesempatan agar lebih memahami konsep sistem saraf manusia.

4. Untuk pihak penyususn kurikulum, sebagai masukan dalam menyusun kurikulum agar lebih memperhatikan pola pikir anak didiknya.

5. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

1.7 Definisi Operasional

(19)

8

1. Miskonsepsi adalah salah konsep yang menunjuk pada suatu konsep yang sistem saraf yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar mengenai konsep sistem saraf tersebut..

2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Soal pilihan berganda dengan metode CRI dan peta konsep yang dibuat oleh siswa yang dinilai berdasarkan peta konsep acuan yang sudah divalidkan. 3. Penggolongan tahu konsep, miskonsepsi, dan tidak tahu konsep dengan

metode CRI berdasarkan kriteria jawaban yaitu:

a. jika jawaban benar tetapi nilai CRI rendah (< 2,5) maka siswa dikatakan tidak tahu konsep

b. Jika jawaban benar tetap nilai CRI tinggi (>2,5) maka siswa dikatakan tahu konsep

c. Jika jawaban salah tetapi nilai CRI rendah (<2,5) maka siswa dikatakan tidak tahu konsep

d. Jika jawaban salah tetapi nilai CRI tinggi (>2,5) maka siswa dikatakan miskonsepsi

4. Kriteria yang dinilai dari peta konsep ada empat yaitu:

a. Proposisi. Apakah hubungan antara dua konsep ditunjukkan

dengan garis penghubung dan kata penghubung? Apakah menunjukkan hubungan yang valid? Untuk setiap hubungan yang bermakna , ditunjukkan oleh proposisi yang valid, Skor 1 poin. b. Hirarki. Apakah peta konsep menunjukkan hierarki? Apakah setiap

konsep bawahan lebih spesifik dan lebih khusus daripada konsep yang yang sudah dibuat di atasnya? (dalam konteks materi yang dipetakan)? Skor 5 poin untuk setiap tingkatan hierarki yang valid

c. Kaitan Silang. Apakah peta konsep menunjukkan hubungan yang

(20)

9

proposisi terkait. Kaitan silang yang unik atau kreatif mungkin diterimadengan pengakuan khusus atau tambahan poin

d. Contoh: peristiwa tertentu atau benda yang valid contoh yang menunjukkan ciri khas dari konsep maka diberi 1 poin .

5. Penggolongan tahu konsep, miskonsepsi, dan tidak tahu konsep pada peta konsep yang dibuat oleh siswa yang mengacu pada peta konsep acuan, yaitu:

a. Apabila pada peta konsep siswa, pernyataan antar konsep ada proposisi/hierarki/kaitan silang yang sahih dan disertai kata penghubung yang tepat sehingga menimbulkan kebermaknaan. Maka dikatakan tahu konsep

b. Apabila pernyataan antar konsep tidak terdapat hubungan yang tepat dari proposisi/hierarki/kaitan silang yang tidak disertai dengan kata penghubung yang tepat sehingga menimbulkan makna yang rancu dan tidak sesuai dengan para ahli. Maka dikatakan miskonsepsi.

(21)

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah dilakukan, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Persentase miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Pantai Cermin pada konsep sistem saraf pada manusia adalah 8%. Siswa mengalami mikonsepsi tertinggi pada subkonsep saraf tak sadar (51,1%), pada konsep sistem saraf manusia (34%), dan pada subkonsep susunan sistem saraf (32,3 %).

2. Penggunaan Peta konsep untuk menganalisis miskonsespsi siswa pada sistem saraf dapat dilihat dari ketepatan susunan peta konsep yang dibuat oleh siswa, seperti ketepatan proposisi, hierarki, kaitan silang dan contoh dalam pembuatan peta konsep sistem saraf manusia. Jika proposisi yang digunakan untuk mengubungkan dua konsep sistem saraf maka konsep tersebut dinyatakan miskonsepsi, kemudian jika kata pengubung kaitan silang antar konsep dari hierarki yang berbeda tidak tepat itu juga dinyatakan miskonsepsi. Kemudian siswa juga dinyatakan miskonsepsi dari ketidaklengkapan konsep-konsep sistem saraf yang tercantum

5.2 Saran

Berikut ini beberapa saran yang diajukan peneliti, yaitu:

(22)

66

2. Memberikan evaluasi pada siswa dalam bentuk peta konsep yang lebih sering kepada siswa agar terhindar dari kesalahan dalam membuat peta konsep dan dalam penyusunannya harus didukung dengan motivasi, sehingga peta konsep yang dibuat menjadi bermakna serta diharapka tidak ditemukan miskonsepsi pada peta konsepnya.

3. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai miskonsepsi pada konsep-konsep biologi dengan melakukan teknik analisis yang lainya, seperti CRI, pilihan ganda beralasan, analogi, two-tier test, wawancara klinis, test esai tertulis, dan atau gabungan dari

(23)

67

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H., 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, S., 2012, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT.Bumi Aksara.

---. 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Concept Map Rubrics, Tersedia di http://centeach.uiowa.edudiakses tanggal 10 Januari 2015.

Dahar, R. W., 2006, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga.

Echols, J. M., dan Hassan, S., 1996, An English-Indonesia Dictionary, Jakarta: Gramedia.

Firmansyah, R.,. 2012, Penerapan Kartun Konsep sebagai Umpan Balik untuk

Memperbaiki Miskonsepsi Siswa pada Konsep Sistem Saraf, Skripsi Sarjana FPMIPA UPI, Bandung: FPMIPA UPI/

Hamalik, O., 2011, Proses Belajar Mengajar, Jakarta :Bumi Aksara. 2011.

Haris, V., (2013), Identifikasi Miskonsepsi Materi Mekanika Dengan Mengguna-kan Cri (Certainty Of Response Index), Ta’dib 16(1): 77-86.

Mc Mclure, J. R., et. al., 1999, Concept Map Assessment of Classroom Learning: Reliability, Validity and Logistical Practicality, Journal of Research in

Science Teaching, Vol. 36, No. 4.

Meena, K., 2009, Concept Mapping for Eliciting Students Understanding of Science, (Mumbai: Journal Indian Educational Review), Vol. 45, No. 2.

Murni, D., 2013, Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Pada Konsep Substansi Genetika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI), Semirata

FMIPA UNILA.

Nabila, I. N., 2011, Upaya mengurangi Miskonsepsi Siswa dengan

(24)

68

Novak, J. D., The Theory Underlying Concept Maps and How to Construct Them ,http://.stanford.edu/dept/SUSE/projects/ireport/articles/concepts_maps/The %20Underlying%20Concept%Maps.pdf diakses tanggall 15 Januari 2015.

Prawirahartono, S., dan Sri H., 2007, Sains Biologi 2 SMA/MA Kelas XI, Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, M.. N., (1990), Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Pe-nerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Rahayu, A. A., 2011, Penggunaan Peta Konsep untuk Mengatasi Miskonsepsi

Siswa pada Konsep Jaringan Tumbuhan, Skripsi.UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Rohana, Yusuf. H., dan Purwoko, 2009, Penggunaan Peta Konsep dalam Pembelajaran Statistika Dasar di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas PGRI Palembang, Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 3, No.2.

Sagala, S., 2010, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.

Sudjana,N., 2001. Metode Statistika, Bandung: Tarsito.

Suparno, P., 2005, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.

Suhirman, 1998, Prakonsepsi, Miskonsepsi, dan Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Sains, Jurnal Teknologi Pembelajaran: Teori dan Penelitian, No. 2.

Tekkaya, C., 2002, Misconceptions as Barrier to Understanding Biology, Hacettepe Universites Egitium Fakultesi Dergisi 23, Ankara.

Trianto, 2010, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Yarden, H., et al., 2004, Using the Concept Map Technique in Teaching Introductory Cell Biology to College Freshmen, Journal Bioscene,Vol. 30 (1).

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bentuk penerapan model pembelajaran quantum untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa di sekolah dasar.. Penelitian

Uraian di atas menjadi alasan penelitian ini dilakukan, yaitu untuk merancang alat pengupas kulit tanduk kopi yang bisa mengolah kopi gabah menjadi kopi beras

Lebih jauh Charles mempertajam tujuan-tujuan ekonomi yang mencakup (i) produksi ikan ( production of fish ) yang sangat penting dalam konteks pemenuhan pasokan bahan pangan,

Tujuan penelitian ini antara lain adalah untuk menganalisis postur tubuh ABK pancing layur selama operasi penangkapan ikan berlangsung, menganalisis data antropometri

Ditandatangani oleh Pemimpin/Direktur Utama atau penerima kuasa dari Direktur Utama yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya, atau kepala

Cadangan penurunan nil ai diakui ket ika ada bukt i obj ekt if (sepert i kesulit an keuangan signif ikan pada pihak lawan at au gagal bayar at au penundaan pembayaran signif

Hasil Observasi Peneliti Terhadap Siswa dalam Meningkatkan Kontrol diri dalam bergaul Melalui Layanan Informasi Teknik Self Management Siklus I Pertemuan 1... Laporan,

Saldo dan transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa pada tanggal 30 Juni 2012 dan 2011, dan 31 Desember 2011 serta untuk masa-masa enam bulan dan tahun yang berakhir