• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA SWASTA TELADAN MEDAN T.P. 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA SWASTA TELADAN MEDAN T.P. 2013/2014."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP KEMAMPUAN

MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS X SMA SWASTATELADAN MEDAN

T.P. 2013/2014

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Guna Memperoleh Gelar Master Pendidikan

Disusun Oleh

ASYMAH EVAYANTI PASARIBU NIM: 8126122006

PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP KEMAMPUAN

MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS X SMA SWASTATELADAN MEDAN

T.P. 2013/2014

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Guna Memperoleh Gelar Master Pendidikan

Disusun Oleh

ASYMAH EVAYANTI PASARIBU NIM: 8126122006

PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRACK

Asymah Evayanti Pasaribu. (2014). The Effect of Implementation Instructional Strategy and Numeric Ability to Students of KELAS XI SMA SWASTA TELADAN MEDAN. Thesis, State University Medan Of Pasca Sarjana.

The aims of this research is to find of : (1) the difference of instructional result of physics stundents taught by using the strategy computer simulation learning base on laboratory to the students by using strategy laboratory experiment instructional, (2) the interaction between instructional strategy and numerical ability to physics learning outcomes from the students ofSMP Negeri 9 Tebing Tinggi, (3) the students with high numerical competence which are taught by computer simulation learning base on laboratory instructional strategy have difference in taught to the students who are taught by strategy laboratory experiment instructional strategy, (4) the students who have low numerical competence which are taught by computer simulation learning base on laboratory instructional strategy have difference in taught to the students who are taught by strategy laboratory experiment instructional strategy.

The research was conducted to the students of SMP Negeri 9 Tebing Tinggi class for second semester in 2013/2014 period to the result physic learning. The way to taking sample is used cluster Random Sampling base on student’s numeric ability, so this sample research to each learning group consists of 28 for experiment group and 31 students for control group. The method used in this study is a quasi experimental treatment by level with 2 x 2 factorial . The analysis technique used is a two-track analysis of variance with a significance level α = 0.05 by F test , the continuity test used the Scheffe test. The research method uses experiment quasi treatmeny by level with desain factor 2 x 2.

(8)
(9)

ABSTRAK

Asymah Evayanti Pasaribu. (2014). Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Swasta Teladan Medan T.P. 2013/2014. Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan, Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa yang diajarkan dengan strategi Quantum Teaching dengan kemampuan membaca pemahaman siswa strategi pembelajaran Ekspositori (2) perbedaan kemampuan pemahaman antara kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi dan kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir rendah. (3) intraksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan berpikir kreatif terhadap kemampuan pemahaman membaca siswa kelas XI SMA Swasta Teladan Medan.

Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA Swasta Teladan Medan semester genap tahun ajaran 2013/2014 terhadap kemampuan pemahaman siswa. Teknik pengambilan sampel digunakan dengan Cluster Random Sampling berdasarkan kemampuan berpikir kreatif siswa, sehingga sampel penelitian ini pada kelompok pembelajaran masing-masing terdiri dari 40 orang untuk eksperimen dan 40 orang untuk kelompok kontrol. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan faktorial 2 x 2. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis varian dua jalur dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan Uji F, pengujian lanjut menggunakan Uji Tuckey.

(10)

Dengan demikian temuan penelitian menyimpulkan, bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi dengan kemampuan membaca pemahaman siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah, telah teruji kebenarannya sehingga hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak. (4)hasil perhitungan rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa untuk strategi pembelajaran X

�� = 36,10 dan � �� = 28,25 sedangkan X � � = 31,40 dan X � � =

30,25. Hasil perhitungan Anava Factorial 2x2 hasil perhitungan F = 5272,18 dan harga table �= 3,96 pada taraf signifikan 0,05% dengan dk = 1,76 adalah ��0,05 (1,76) = 3,96 sehingga di dapat �ℎ = 5272,18 > �� = 3,18, maka hipotesis

yang dirumuskan terdapat strategi pembelajaran

(11)
(12)
(13)
(14)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 11

C. Batasan Masalah ………. 12

D. Rumusan Masalah ……… 13

E. Tujuan Penelitian ……… 13

F. Manfaat Penelitian ……….. 13

BAB II : KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis 1. Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman dalam Bahasa Indonesia ………. 15

2. Hakikat Strategi Pembelajaran ………. 23

a. Strategi Pembelajaran Quantum Teaching …… 34

b. Strategi Pembelajaran Ekspositori ……….. 40

3. Hakikat Kemampuan Berpikir Kreatif ………. 46

B. Penelitian Yang Relevan ……… 58

C. Kerangka Berpikir ………. 59

D. Pengajuan Hipotesis ……… 67

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 69

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 69

C. Metode Penelitian ……… 71

D. Desain Penelitian ………. 71

E. Pengontrolan Perlakuan ………. 73

1. Pengontrolan Variabel Internal ……… 73

2. Pengontrolan Variabel Eksternal ………. 74

F. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ………... 75

(15)

2. Pelaksanaan Perlakuan ………. 76

G. Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian ………….. 78

1. Variabel Penelitian ……… 78

2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian …………... 79

H. Teknik dan Instrumen Penelitian 1. Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman …. 81 2. Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif …………. 83

3. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data ……… 86

a. Uji Coba Instrumen Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa ……… 86

b. Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif ………. 91

B. Pengujian Persyaratan Analisis ……… 108

1. Uji Normalitas Data ………. 108

2. Homogenitas Varian Sampel ……….. 110

C. Pengujian Hipotesis ……… 113

D. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 121

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Kemampuan Membaca

Pemahaman Siswa SMA Swasta Teladan Medan Tahun Pelajaran

2009 s/d 2014 ……… 5

2. Komponen – komponen dalam Strategi Pembelajaran ……….. 24

3. Pelaksanaan Perlakuan Strategi Pembelajaran Berbasis Quantum

Teaching ………. 38

4. Langkah-langkah Kegiatan Strategi Pembelajaran Ekspositori ……. 45

5. Sintesis Karakteristik Orang-Orang Kreatif (Semiawan, Munandar,

Anastasi)……….. 57

6. Perbedaan Startegi Pembelajaran Quantum Teaching dan Strategi

Pembelajaran Ekspositori ……….. 61

7. Jumlah Sampel Kelas SMA Swasta Teladan Medan ……… 70

8. Desain Penelitian Faktorial 2 x 2 ……….. 72

9. Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman …….. 82

10. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif ……….. 85

11. Indeks Kesukaran Soal ………. 87

12. Tabel Indeks Daya Beda Soal ……….. 88

13. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Yang Dibelajarkan

dengan Strategi Pembelajaran Quantum Teaching ……….. 95

14. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Dibelajarkan

dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori ……….. 97

15. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa dengan Kemampuan

Berpikir Kreatif Tinggi ………. 99

16. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa dengan Kemampuan

Berpikir Kreatif Rendah ………. 100

17. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Dibelajarkan dengan

(17)

Berpikir Kreatif Tinggi ……… 102

18. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Dibelajarkan dengan

Strategi Pembelajaran Quantum Teaching dengan Kemampuan

Berpikir Kreatif Rendah ……… 103

19. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Dibelajarkan dengan

Strategi Pembelajaran Ekspositori dengan Kemampuan Berpikir

Kreatif Tinggi ……… 105

20. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang Dibelajarkan dengan

Strategi Pembelajaran Ekspositori dengan Kemampuan Berpikir

Kreatif Rendah ………. 107

21. Hasil Analisis Uji Normalitas Kemampuan Membaca Pemahaman

Siswa dengan Strategi Pembelajaran Quantum Teaching dan

Ekspositori ……….. 109

22. Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Membaca Pemahaman

Siswa untuk Kemampuan Berpikir Kreatif Tinggi dan Rendah ….. 109

23. Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Membaca Pemahaman

Siswa dengan Strategi Pembelajaran Berdasarkan Kemampuan

Berpikir Kreatif ………. 110

24. Uji Homogenitas untuk Strategi Pembelajaran Quantum Teaching

Dan Strategi Pembelajaran Ekspositori ………. 111

25. Uji Homogenitas untuk Kemampuan Berpikir Kreatif Tinggi dan

Berpikir Kreatif Rendah ……….. 111

26. Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok

Strategi Pembelajaran Menurut Kemampuan Berpikir Kreatif Tinggi

dan Rendah ………. 112

27. Rangkuman Data Hasil Perhitungan Ananlisis Deskriptif ………… 113

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Komponen-komponen Utama dari Strategi Pembelajaran ……….. 31

2. Kerangka Teori Pembelajaran (adaptasi dari Reigeluth, 1983) …… 33

3. Strategi Pembelajaran Berbasis Quantum Teachig ……….. 40

4. Strategi Pembelajaran Ekspositori ……… 44

5. Histogram Kemampuan Membaca Pemahaman Siwa yang

Dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Quantum Teaching….. 96

6. Histogram Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang

Dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori ………….. 98

7. Histogram Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa dengan

Kemampuan Berpikir Kreatif Tinggi ………... 99

8. Histogram Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa dengan

Kemampuan Berpikir Kreatif Rendah ……… 101

9. Histogram Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang

Dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Quantum Teaching dengan

Kemampuan Berpikir Kreatif Tinggi ……... 102

10. Histogram Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang

Dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Quantum Teaching dengan

Kemampuan Berpikir Kreatif Rendah ……... 104

11. Histogram Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang

Dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori dengan

Kemampuan Berpikir Kreatif Tinggi ……… 106

12. Histogram Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa yang

Dibelajarkan dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori dengan

Kemampuan Berpikir Kreatif Rendah ………... 108

13. Interaksi Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Quantum Teaching ……….. 143

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ekspositori ……….. 172

3. Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia ………... . 196

4. Alat Evaluasi Pembelajaran ………. 200

5. Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif ………. 223

6. Skenario Pembelajaran Quantum Teaching ……….. .. 232

7. Skenario Pembelajaran Ekspositori ………. 237

8. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol dan Eksperimen … 239 9. Analisis Butir Soal Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa …… 240

10. Data Induk Penelitian ……… 253

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I tentang pendidikan sebagai

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dari proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spritual kemampuan membaca siswa, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan bukan saja sebagai proses pengembangan intelektual dan

kepribadian siswa dengan pendidikan lingkungan di mana ia berada, akan tetapi

pendidikan juga merupakan proses penanaman nilai-nilai kebebasan dan

kemerdekaan kepada siswa untuk menyatakan pikiran serta mengembangkan

totalitas dirinya. Salah satu pendidikan di sekolah-sekolah adalah pendidikan.

Pendidikan harus dapat dibina di kalangan siswa. Proses pembinaan pendidikan

tidak saja dalam aspek kognitif (pengetahuan teoretis), tetapi juga aspek afektif

(menyangkut bagaimana sikap dan pengalaman empiris) dan psikomotorik

(praktik secara nyata dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari).

Dalam menjalani kehidupannya setiap hari, manusia senantiasa melakukan

aktivitas berkomunikasi. Komunikasi itu berjalan secara alamiah dan mutlak

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Alat yang paling penting dalam

(21)

berupa lambang-lambang bunyi, manusia menyampaikan dan menerima

pesan-pesan yang dapat dipahami. Dengan bahasa, pikiran dan perasaan yang

dimilikinya, dapat diungkapkan kepada orang lain untuk dipahami atau

dimengerti. Dalam berkomunikasi setiap orang menyatakan dan memahami

pikiran dan perasaan, memproses pengertian dan gagasan, dan kemudian

mengimplementasikannya dalam tindakan. Lebih jauh lagi bahasa dapat dikatakan

sebagai alat pengembang kebudayaan. Begitu pentingnya kedudukan bahasa

dalam kehidupan manusia sehingga manusia dinamakan homo symbolicum, yaitu

makhluk yang mempergunakan simbol. Tanpa kegiatan berbahasa, kegiatan

berpikir secara sistematis tidak dapat dilakukan manusia dan manusia pun tidak

dapat mengembangkan kebudayaannya.

Dalam konteks berkomunikasi dengan bahasa, Tampubolon (1987: 3-4)

mengemukakan sebagai berikut.

Dalam berkomunikasi, lambang-lambang bahasa dapat dipergunakan secara langsung, dalam arti bahwa bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan langsung oleh pemberi informasi dan diterima langsung oleh penerima informasi. Komunikasi demikian ini disebut komunikasi lisan, yaitu dengan mempergunakan bahasa lisan. Tetapi lambang-lambang itu dapat juga digunakan secara tidak langsung, dalam arti bahwa bunyi-bunyi bahasa itu diubah menjadi lambang-lambang tulisan dalam menyampaikan informasi. Komunikasi demikian ini disebut komunikasi tulisan, yaitu dengan memakai bahasa tulisan.

Berdasarkan sistem komunikasi di atas, dalam pembelajaran bahasa ada

empat komponen kemampuan berbahasa yang harus dibina dan dikembangkan,

yaitu kemampuan menyimak (mendengarkan), berbicara, membaca, dan menulis.

Kemampuan menyimak dan berbicara dimanfaatkan dalam komunikasi lisan;

kemampuan membaca dan menulis dimanfaatkan dalam komunikasi tulis. Urutan

(22)

belajar menyimak bahasa dari lingkungan sekitarnya. Kemudian ia belajar

berbicara, membaca, dan menulis.

Berkaitan dengan hal itu, pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya

bertujuan agar siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik,

lisan maupun tulisan. Di semua jenjang pendidikan, khususnya di SMA

pencapaian tujuan itu dilakukan dengan pembelajaran kemampuan menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis.

Dari uraian di atas, dapat diketahui dengan jelas bahwa kemampuan

membaca merupakan salah satu aspek penting dalam kemampuan berbahasa. Pada

saat membaca, seseorang sebenarnya sedang berdialog dan berkata-kata dengan

penulis bacaan yang sedang dibacanya. Melalui membaca seseorang juga dapat

memahami pikiran orang lain, sekaligus mendapatkan sejumlah informasi yang

ada dalam bacaan tersebut.

Pada era globalisasi ini kemampuan membaca pemahaman benar-benar

diperlukan. Sebab kenyataan menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan teknologi

dan seni (IPTEKS) terus berkembang. Ini berarti bahwa pengetahuan sebagai

pengalaman umat manusia terus bertambah sesuai dengan kebutuhan umat

manusia yang semakin meningkat.

Lord Bacon dalam Sutikno (2006 : 95) menyatakan bahwa membaca

menjadikan seseorang itu berisi. Ini berarti bahwa membaca adalah aktivitas yang

membangunkan intelektual, membentuk pemikiran kreatif dan dinamis serta dapat

melahirkan masyarakat yang progresif dan berdaya saing, khususnya di era

(23)

Selama ini pandangan yang berkembang di masyarakat bahwa

kemerosotan kemampuan membaca pemahaman siswa disebabkan gagalnya

pendidikan bahasa karena memiliki kelemahan-kelemahan tertentu, mulai dari

jumlah jam pelajaran yang cukup minim, materi pendidikan yang terlalu banyak

teoretis, sampai pada pendidikan yang cenderung bertumpu pada aspek kognitif

daripada afektif dan psikomotorik siswa. Berhadapan dengan berbagai kendala, isi

kurikulum dan juga masalah-masalah seperti ini, pendidikan menjadi kurang

berfungsi maksimal.

Hasil pengamatan peneliti pada sekolah SMA Swasta Teladan Medan,

pada pelaksanaan proses pembelajaran dapat diketahui adanya sebagian guru

dalam menerapkan kurikulum banyak mengalami kendala, sehingga proses

pembelajaran masih didominasi oleh guru sebagai sumber belajar dan penggunaan

metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa di kelas

sangat sering dipergunakan.

Sanjaya (2008:147) mengungkapkan bahwa guru belum merasa puas

manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah.

Metode ceramah adalah metode penyampaian pelajaran yang guru sebagai sumber

ilmu hanya memberikan pengetahuan saja tanpa memperhatikan karakteristik

siswa dan respon dari siswa terhadap pelajaran yang disampaikannya sehingga

siswa merasa bosan dengan metode ceramah.

Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori, sedangkan pada pihak

sekolah juga lebih memperhatikan mata pelajaran lain seperti mata pelajaran

(24)

olympiade yang dianggap dapat mengangkat martabat sekolah, selain itu sekolah

menyediakan sarana, fasilitas ruangan untuk pelajaran matematika dan sains,

sedangkan untuk pelajaran yang lain tidak tersedia.

Pengaruh strategi pembelajaran yang tidak efektif mengakibatkan sebagian

siswa di SMA Swasta Teladan Medan belum mencapai nilai ketuntasan yang telah

ditentukan yaitu 75, artinya bahwa nilai yang dicapai berkisar antara 0 – 70

demikian juga nilai harian maupun nilai akhir pada ujian akhir sekolah secara

rata-rata masih belum mencapai nilai optimal yaitu mencapai nilai rata-rata 80. Di

samping itu, sikap belajar yang rendah terhadap pelajaran kemampuan membaca

pemahaman siswa juga mempengaruhi rendahnya kemampuan membaca siswa,

hal ini dapat dilihat dari keseharian siswa yang kurang aktif dalam mempelajari

kemampuan membaca pemahaman siswa. Evaluasi hasil kemampuan membaca

siswa disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1.

Nilai Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa SMA Swasta Teladan Medan Tahun Pelajaran 2009/2012

NO. Tahun

Sumber : Tata Usaha SMA Swasta Teladan Medan

Ada beberapa kelemahan siswa SMA pada UN Bahasa Indonesia yang

berkaitan dengan kemampuan membaca pemahaman. Menurut guru-guru Bahasa

Indonesia SMA Swasta Teladan Medan, kelemahan siswa pada UN, antara lain

kurangnya kemampuan siswa dalam membaca wacana, menafsirkan makna

(25)

paragraf wacana. Selain itu, melalui artikelnya yang berjudul “Reposisi

Pendidikan Bahasa” dalam surat kabar Waspada, Syawal Gultom (2012)

menyatakan bahwa dalam UN Bahasa Indonesia siswa SMA mengalami kesulitan

dalam hal menentukan kalimat penjelas pendukung topik dan menentukan kalimat

sumbang dalam paragraf.

Mengacu pada silabus Bahasa Indonesia SMA, membaca artikel

merupakan salah satu kompetensi dasar dengan materi pokok artikel dalam media

massa yang harus diajarkan pada siswa kelas XI SMA. Namun, menurut

guru-guru di sekolah, kemampuan membaca artikel siswa belum memuaskan.

Perihal belum memuaskannya kemampuan membaca anak didik, dapat

dibuktikan dengan laporan Bank Dunia No. 16369-IND, dan studi IEA

(International Association fir the Evaluation of Educational Achievement) di Asia

Tenggara, yang dinyatakan Suyatno dalam Sutikno (2006:93-94), yaitu “Tingkat

terendah membaca anak-anak dipegang oleh negara Indoneesia dengan skor 51,7

di bawah Filipina skor 52,6, Thailand skor 65,1, Singapura skor 74,0, dan

Hongkong skor 75,5”. Senada dengan hal itu, Sutikno (2006:94) menyatakan

bahwa kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan rendah

hanya 30 persen.

Oleh sebab itu, kemampuan membaca pemahaman siswa dituntut untuk

dapat menerapkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga hasil yang dicapai

lebih maksimal. Salah satu strategi pembelajaran adalah quantum teaching yaitu

pengubahan pembelajaran yang meriah dengan segala nuansanya, juga

menyertakan segala ikatan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen

(26)

ditemukan dan dikembangkan oleh Bobby De Porter (2011), berdasarkan

eksperimen yang dilakukan oleh Dr. George Lasanov pendidik asal Bulgaria,

yaitu tentang suggestology dengan prinsip bahwa sugesti dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa.

Quantum Teaching memiliki filosofi interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Yang berarti dalam pembelajaran quantum, interaksi-interaksi

dalam pembelajaran mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi

cahaya yang bermanfaat bagi siswa itu sendiri dan bagi orang lain (DePoter

2011).

DePoter (2011) menyatakan bahwa :

Quantum Teaching adalah ilmu pengetahuan dan metodologi yang diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti; accelerated Learning (Lazanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neoro-Linguistic Programming (Gardner & Bandler), Experintial Learning (Hahn), Socratic Inguiry, Cooperative Learning (Johnson & Johnson) dan Elements of effective Instruction (Hunter), menjadi suatu paket multi sensori, multi kecerdasan dan kompatibel otak yang pada akhirnya akan mengetahui kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan siswa unutk berprestasi.

E = m.�2 dalam pembelajaran quantum teaching berarti E

energi (antusiasme, efektivitas belajar mengajar, semangat), m berarti massa

(semua individu terlibat, situasi, materi, fiisk) dan c berarti interaksi (hubungan

yang tercipta di kelas. Artinya bahwa interaksi yang tercipta dalam proses

pembelajaran akan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap efektivita dan

antusias peserta didik dalam belajar.

Untuk memudahkan pemahaman terhadap filosofi quantum teaching

terdapat beberapa kata kunci quantum teaching; (1) quantum, interaksi yang

(27)

interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini

mancakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan

siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa

menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain,

(2) pemercepatan belajar, menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses

belajar alamiah dengan cara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan

sekeliling, menyususn bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian dan

keterlibatan aktif. (3) fasilitas, memudahkan segala hal, ini merujuk pada

implementasi strategi yang menyingkirkan hambatan belajar, mengembalikan

proses belajar ke dalamnya menjadi mudah dan alami (DePorter, 2011).

Berdasarkan hal tersebut peneliti memilih strategi pembelajaran berbasis

quantum teaching yang terjadi interaksi belajar sesuai dengan karakteristik siswa. Strategi pembelajaran berbasis quantum teaching menekankan pembelajaran yang

menyenangkan sesuai dengan karakteristik siswa dan psikologis memberikan

dampak positif pada usia siswa SMA yang mereka lebih senang aktif daripada

hanya mendengarkan ceramah yang disampaikan guru.

Rentang usia siswa SMA kelas XI adalah 15 -17 tahun. Secara psikologis

pada rentang usia ini terjadi pengkonkritan tentang pola pikir anak yang akan

cenderung senang beraktivitas daripada mendengar ceramah yang sifatnya

monoton sehingga menimbulkan rasa bosan. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar, masih banyak guru yang mengalami kesulitan menangani kebosanan

yang timbul pada diri siswa dalam hal belajar sehingga berpengaruh terhadap

(28)

Rendahnya nilai kemampuan membaca pemahaman siswa di SMA Swasta

Teladan Medan, juga dilatarbelakangi adanya persepsi yang salah tentang

pelajaran kemampuan membaca siswa tersebut dan menganggap bahwa pelajaran

kemampuan membaca pemahaman siswa tidak diutamakan dan tidak digunakan

pada saat mereka bekerja. Salah satu faktor adalah rendahnya motivasi belajar,

kurangnya minat baca dan rendahnya tingkat kecerdasan siswa. Rendahnya hasil

belajar kemampuan membaca siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun,

secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal di antaranya

adalah kemampuan berpikir kreatif siswa, sedangkan yang merupakan faktor

eksternal adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Hal ini

ditegaskan oleh Pepak (2012:14), bahwa keberhasilan studi siswa yang

dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam dan luar siswa.

Faktor luar misalnya peranan guru, ingin mendapat manfaat praktis dari

pelajaran, ingin mendapat nilai yang baik sebagai bukti mampu berbuat,

sedangkan faktor luar mencakup lingkungan sosial yang membangun dalam

kelompok, lingkungan fisik yang memberi suasana nyaman, tekanan, kompetensi,

termasuk fasilitas belajar yang memadai, membangkitkan minat, sikap belajar

siswa dan sebagainya.

Salah satu cara untuk mendapat hasil belajar yang baik adalah merubah

paradigma pembelajaran kemampuan membaca siswa dari strategi pembelajaran

ekspositori ke arah strategi yang sesuai untuk mewakili kebutuhan dalam

pembelajaran kemampuan membaca siswa. Oleh sebab itu, sudah saatnya guru

(29)

konstruktivisme. Dalam pandangan ini para guru merencanakan dan

melaksanakan inovasi alternatif pembelajaran kemampuan membaca siswa

sehingga siswa tidak hanya belajar verbal yang bersifat monoton, tetapi juga

memiliki keterampilan-keterampilan untuk memecahkan masalah yang ditemukan

dalam kehidupan sehari-hari. Juga dapat membantu siswa dalam melaksanakan

tugas belajar yang berorientasi kepada siswa (student-centered).

Untuk mencapai prestasi yang optimal dibutuhkan kemampuan berpikir

kreatif siswa terhadap pelajaran kemampuan membaca siswa yang tinggi sehingga

hasil belajar siswa juga tinggi. Kenyataannya, kemampuan berpikir kreatif siswa

SMA Swasta Teladan Medan terhadap pelajaran kemampuan membaca

pemahaman siswa rendah menghasilkan belajar yang rendah juga (lihat Tabel 1)

oleh karena strategi pembelajaran yang tidak kontekstual dengan lingkungan

siswa.

Peneliti sangat tertarik untuk menerapkan strategi pembelajaran berbasis

quantum teaching yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa SMA Swasta Teladan Medan. Quantum teaching adalah upaya mengajar untuk mengubah

suasana belajar yang monoton dan membosankan menjadi suasana belajar yang

meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa

menjadi suatu kesatuan kekuatan yang integral. Strategi pembelajaran berbasis

Quantum Teaching sangat dibutuhkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan. Quantum Teaching berisi prinsip-prinsip sistem perancangan

pengajaran yang efektif, efisien, dan progresif dengan metode penyajiannya untuk

(30)

B. Identifikasi Masalah

Peneliti mengidentifikasikan beberapa persoalan yang terkait dengan

pengembangan strategi pembelajaran berbasis Quantum Teaching sebagaimana

objek peneliti ini, anatara lain sebagai berikut : Bagaimana penguasaan siswa

SMA Swasta Teladan Medan terhadap konsep tentang kemampuan membaca

pemahaman? Strategi pembelajaran manakah yang tepat untuk mengajar

kemampuan membaca pemahaman siswa di SMA Swasta Teladan Medan?

Apakah ada perbedaan pembelajaran kemampuan membaca pemahaman siswa

dengan strategi pembelajaran berbasis quantum teaching dan strategi Ekspositori

terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa? Bagaimanakah respon guru

terhadap strategi pembelajaran dalam pembelajaran kemampuan membaca

pemahaman siswa di SMA Swasta Teladan Medan? Apakah strategi pembelajaran

berbasis quantum teaching yang dikembangkan dalam pembelajaran kemampuan

membaca pemahaman dapat bermanfaat bagi siswa SMA Swasta Teladan Medan?

Apakah strategi pembelajaran berbasis quantum teaching dapat meningkatkan

kinerja guru di SMA Swasta Teladan Medan? Apakah tinggi rendahnya

kemampuan berpikir kreatif dapat berpengaruh terhadap kemampuan membaca

pemahaman siwa? Apakah strategi pembelajaran berbasis quatunm teaching dapat

membangkitkan kemampuan berpikir kreatif siswa? Apakah ada pengaruh antara

strategi pembelajaran berbasis Quantum Teaching dan kemampuan berpikir

kreatif terhadap hasil belajar kemampuan membaca pemahaman siswa di SMA

(31)

C. Batasan Masalah

Disadari bahwa banyaknya faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil

belajar siswa, maka perlu pembatasan masalah dalam penelitian ini mengingat

keterbatasan dana dan waktu serta kemampuan peneliti. Penelitian ini dibatasi

pada ruang lingkup, lokasi penelitian, subjek penelitian, waktu penelitian, dan

variabel penelitian. Adapun pembatasan masalah yang diteliti dibatasi pada: (1)

penerapan strategi pembelajaran yaitu Quantum Teaching dan Ekspositori, (2)

melihat kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap kemampuan membaca

pemahaman di sekolah (kemampuan berpikir tinggi dan rendah), dan (3) hasil

belajar kemampuan membaca pemahaman siswa.

D. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah kemampuan membaca pemahaman antara kelompok siswa yang

diajarkan dengan strategi pembelajaran Quantum Teaching lebih

tinggi daripada hasil belajar kemampuan membaca pemahaman kelompok

siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran Ekspositori?

2. Apakah kemampuan membaca pemahaman antara kelompok siswa yang

memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih tinggi dari

kemampuan membaca pemahaman kelompok siswa yang memiliki

kemampaun berpikir kreatif rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan

(32)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Mengetahui perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa yang

diajarkan dengan strategi pembelajaran Quantum Teaching dengan hasil

belajar kemampuan membaca pemahaman siswa menggunakan strategi

pembelajaran Ekspositori

2. Mengetahui perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara kelompok

siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi dengan kemampuan

membaca pemahaman kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir

kreatif rendah

3. Mengetahui Interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan berpikir

kreatif terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti atau

bermakna bagi dunia pendidikan, antara lain:

a. Manfaat Teoretis

1. Mengembangkan khasanah pengetahuan tentang metode pembelajaran yang

sesuai dengan tujuan, materi pelajaran, dan karakteristik siswa.

2. Bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan strategi

pemmbelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran

mengenai pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar khususnya

(33)

b. Manfaat Praktis

1. Sumbangan pemikiran bagi guru-guru, pengelolah, pengembang, dan

lembaga-lembaga pendidikan dalam menjawab dinamika kebutuhan siswa.

2. Sebagai umpan balik bagi guru Bahasa Indonesia dalam upaya meningkatkan

kemampuan membaca pemahaman siswa melalui pemberian tugas.

3. Bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia khususnya pada tingkat SMA.

(34)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan

1. Kemampuan membaca pemahaman siswa SMA SwastaTeladan Medan yang

diajar dengan strategi pembelajaran quantum teaching lebih tinggi

dibandingkan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan

strategi pembelajaran ekspositori.

2. Siswa yang memilki kemampuan berpikir kreatif tinggi, penerapan strategi

pembelajaran quantum teaching memberi hasil belajar lebih tinggi

dibandingkan dengan penerapan strategi pembelajaran ekspositori.

3. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif

siswa terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa SMA Swasta Teladan

Medan

B. Implikasi

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, beberapa

implikasi dari hasil penelitian ini yaitu,

1. Strategi pembelajaran berbasis quantum teaching lebih efektif diterapkan

dalam peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa SMA. Hal ini

dikarenakan penerapan strategi pembelajaran berbasis quantum teaching ini

dalam kemampuan membaca pemahaman siswa SMA memberi pengaruh

(35)

berbasis quantum teaching ini diharapkan siswa mempunyai sikap yang tinggi

untuk mengikuti mata pelajaran pendidikan Bahasa Indonesia. Disamping itu

strategi pembelajaran quantum teaching mampu memotivasi siswa agarma

maupu membangun dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan

yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan persoalan belajarnya untuk

memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2. Strategi pembelajaran berbasis quantum teaching merupakan suatu strategi

pembelajaran yang pelaksanaanya menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan sesuai dengan karakteristik siswa dan memberikan dampak

positif pada siswa, di mana siswa dapat mengembangkan kemampuan

berpikirnya dengan bebas dalam menyampaikan pendapatnya guna

memecahkan masalah belajar secara tuntas. Siswa tidak hanya dituntut agar

menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat menggunakan

potensi yang dimilikinya. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif

tinggi akan memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi jika diajarkan dengan

strategi pembelajaran berbasis Quantum Teachig dibandingkan dengan

strategi pembelajaran ekspositori.

3. Penerapan strategi pembelajaran quantum teaching dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia yang berimplikasi terhadap perencanaan dan pengembangan

strategi pembelajaran Bahasa Indonesia. Penerapan strategi pembelajaran yang

bervariasi merupakan salah satu strategi untuk menciptakan suasana

pembelajaran lebih berrmakna, kreatif dan menarik, sehingga terjadi interaksi

antara guru dan siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar

(36)

pembelajaran. Suasana kelas dalam penerapan strategi pembelajaran berbasis

Quantum Teaching lebih ceria sebab suasana kelas sudah ditata sedemikian, sehingga siswa aktif untuk belajar.

4. Penerapan pembelajaran berbasis Quantum Teaching bukan difokuskan

terhadap Teacher-Centered tetapi lebih difokuskan terhadap

Student-Centered karena dengan strategi penyampaian dan pengelola pengajaran

dalam strategi pembelajaran berbasis Quantum Teaching diharapkan adanya

perpaduan antara siswa dan gurunya sebagaimana filosofi strategi

pembelajaran berbasis Quantum Teaching dimodelkan dengan sebuah simfoni.

Dalam hal ini siswa bukan saja terdidik belajar mandiri secara individu,

sebaliknya adanya kebersamaan antara siswa untuk maju bersama karena

dengan strategi penyampaian dan pengelola pengajaran dalam strategi

pembelajaran berbasis Quantum Teaching diharapkan tidak ada siswa yang

tidak termotivasi.

5. Dalam upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan situasi yang kondusif

dalam pembelajaran, guru hendaknya mengambil posisi sebagai fasilitator dan

mediator pembelajaran. Peran sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran

akan memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengemukakan

gagasan dan argumentasinya, sehingga siswa terhindar dari cara belaja

rmenghafal.

6. Hasil penelitian ini juga dapat memotivasi guru dalam mengembangkan

strategi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran quantum

teaching dan mempublikasikannya ke media cetak dan jaringan internet.

(37)

karakteristik siswa. Hasil penelitian ini diharapkan guru dapa

tmengembangkan kemampuannya untuk merancang pembelajaran dengan

memperhatikan materi yang tepat yang dapat digunakan dalam pembelajaran,

penyusunan skenario dan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dalam

proses pembelajaran akan membuat tercapai tujuan pembelajaran yang

bermakna.

7. Dalam mengembangkan khasanah pengetahuan di bidang pendidikan dalam

upaya pengenalan strategi pembelajaran berbasis quantum teaching dapat

dikembangkan melalui MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) ataupun

pelatihan-pelatihan bagi guru, workshop ataupun seminar yang memacu guru

dalam menggunakan strategi pembelajaran yang menyenangkan dan

disesuaikan dengan karakteristik siswa.

C. Saran

Beradasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan,

maka disarankan beberapa hal berikut ini :

1. Para guru Bahasa Indonesia disarankan untuk menggunakan strategi quantum

teaching. Strategi pembelajaran quantum teaching dapat menghilangkan kebosanan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

2. Kemampuan membaca pemahaman adalah kesanggupan dalam

mendayagunakan seluruh fungsi kognitif untuk memahami lambang-lambang

bahasa seperti kata, frase, atau kalimat yang terdapat dalam sebuah bacaan

bahasa Indonesia dengan tepat, sehingga dibutuhkan kemampuan berpikir

(38)

3. Penerapan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa dan

karakteristik mata pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Maka

guru perlu merancang dan mengembangkan strategi pembelajaran yang

berkaitan dengan Bahasa Indonesia.

4. Untuk kesempurnaan penelitiaan ini, disarankan kepada peneliti untuk

mengadakan penelitian lanjutan dengan melibatkan variabel moderator lain

seperti IQ, gaya belajar, motivasi, dan lain-lain. Perlu juga menambah

populasi dan sampel yang lebih besar lagi, untuk mengecilkan tingkat

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham. H. Maslow. 1954. Motivation and personality.

Aiken, lewis R. 1997. Psychological Testing and Assessment. Boston: Bacon

Anderson, O. W. Krathwohl. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing. New York: Addison Wesley Longman, Icn

Arikunto, S. 2008. Dasar - dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi revisi), Jakarta: Bumi Aksara

Buzan, T. 2002. Gunakan Kepala Anda: Teknik Berpikir Belajar dan Membangun Otak. Alih Bahasa: Toni Rinaldo. Jakarta

Buzan, T. 2003. The Power Of Creative Inteligence : Sepuluh Cara Jadi Orang yang Jenius Kreatif. Terjemahan oleh Susi Purwoko. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum

Dahar, R. W. 1991. Teori- teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Degeng I N. S. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud

Deporter Et.al. 2011. Quantum Teaching. Bandung. Kaifa

Deporter & Hernacki 2000. Quantum learning. Bandung. Kaifa

Dick and Carey 2005. The systematic Design of Instructional. New York: Harper Collins Publishers

, 2005. The Systematic Design Of Instruction. Baston : Allyn and Bacon

Gagne, Robert M. Leslie J. Briggs, and Walter W. Wager. 1992. Principles of Instructional Design. New york: Holt, Rinerhart and Winston Inc.

Harjasujana, A. S. & Mulyati, Y. 2006. Membaca Dalam Teori dan Praktik. Bandung: Mutiara

Harras, Kholid A dan Lilis Sulistianingsih. 1997. Membaca I. Jakarta: Depdikbud

Hasan, S. Hamid. 2007. Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud

http:// kangsuryo. Multiply. com/journal

(40)

Munandar, S. C. U. 2004. Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Grasindo

Pidarta, M. 2005. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rianeka Cipta

Popham, J.W. 1981. Modern Educationani Measurement. London: Routledge Terbuka

Rahayu. 2009. Penggunaan Strategi Pembelajaran Berbasis Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Prestasi Belajae Georaphy XI IPS Ditinjau Dari Intelejensi Siswa SMAN-7 Swakarta (Suatu Penelitian Tindakan Kelas). Tesis. Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Reigeluth, C. M. 1983. Instructional Design Theories and Models: An Overview of Their Current Status. Instructional desig n: what is it? New Jersey: Publishers Hildshale

Rohani, 2004. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir

Logis Terhadap Hasil Belajar Biologi SMA Negeri 2 Binjai. Tesis Medan: Program Pascasarjana Unimed

Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sanjaya. W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sibuea, N. 2005. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Verbal Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMP Negeri 38 Medan. Tesis Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Soedarso. 1989. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia

Sternberg, Robert J. 2008. Psikologi Kognitif. Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Suparman, Atwi. 2004. Design Instructional. Jakarta: PAU-PPAIUT

Susi Handayani. 2009. Perbedaan Hasil Belajar Bahasa Indonesia dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dan Strategi Pembelajaran Ekspositori. Tesis: Universitas Negeri Medan

(41)

Tampubolon, D. P. 1987. Kemampuan Membaca : Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung : Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung

Vinacke, W. Edgar. 2003. The Psychology of Thinking. New York: Mc Hall Book Company

Gambar

Gambar
Tabel 1. Nilai Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Kemampuan Membaca

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian anak dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 1 butir 1 ditegaskan bahwa “anak adalah seorang yang belum berusia 18 tahun

Oleh karena tingginya prevalensi diabetes mellitus dan tingginya risiko penyakit arteri koroner (aterosklerosis koroner) sebagai komplikasi,dan mengambarkan bagaimana

Siswa  yang  memiliki  gaya  belajar  ini  mempunyai  beberapa  ciri­ciri  khas  tertentu.  Siswa  dengan  gaya  belajar  field  independent 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas air sungai Tallo ditinjau dari Parameter, kadar Timbal (Pb) ,BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD

Untuk itu penulis mencoba mengamati dari dekat lewat kerja praktek di PT.Exelcomindo Pratama,tbk bagaimana kebutuhan akan tenaga Listrik pada penyedia layanan telekomunikasi

Atas dasar pemikiran tersebut maka penulis mencoba membuat suatu alat yang dapat menguras kadar air dalam tangki bahan bakar tersebut dengan judul “PERANCANGAN DAN

kami untuk mendaftar sebagai calon mahasiswa baru di Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) pada Tahun 2015 melalui Jalur PMDK.

Demikian kami i nformasikan kepada Saudar a/ i untuk diketahui , atas per hatian dan ker jasamanya diucapkan ter ima kasih.. Dhar