• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum dan implikasinya terhadap pengembangan program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum dan implikasinya terhadap pengembangan program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA BERBICARA DI DEPAN UMUM DAN IMPILIKASINYA TERHADAP PENGEMBANGAN PROGRAM

BIMBINGAN PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA DI DEPAN KELAS

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Katerina Mangampang 131114064

N JUDUL

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

Raihlah dulu baju sarjanamu

sebelum engkau

meraih gaun pengantinmu.

Dz

TIDAK BOLEH

terjadi

seseorang tidak

melanjutkan

PENDIDIKAN

karena ia

MISKIN

dz

(Frans Seda)

Serahkanlah segala

kekuatiranmu kepada-Nya,

sebab Ia yang memelihara

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu mendengar ketika saya berkeluh kesah, tetap menuntun dan menyertai setiap langkah hidup saya.

Kakek dan Nenek saya yang sudah berbahagia di surga Kakek Tarru’ (Alm) dan Nenek Sumule (Almh)

Kakek Tato’ (Alm) dan Nenek Sattu (Almh)

Kedua Orang tua yang saya cintai Bapak Daniel Mangampang

Mama Yunita Rupang

Abang dan adik-adik yang saya sayangi Pasianus Risto Mangampang

Yosefita Mangampang Fiya Mangampang

Marwel Octaviano Mangampang

Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd yang setia dan sabar dalam mendampingi saya selama proses penulisan skripsi.

Teman-teman Angkatan 2013

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA BERBICARA DI DEPAN UMUM DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA

DI DEPAN KELAS

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma)

Katerina Mangampang Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan tingkat kecemasan mahasiswa dan mahasiswi berbicara di depan umum, (2) mengidentifikasi item pengukuran kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum yang memiliki capaian skor tinggi sebagai dasar penyusunan program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 84 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner Kecemasan Mahasiswa Berbicara di Depan Umum dengan 38 item. Reliabilitas instrumen diukur menggunakan Alpha Cronbach dengan reliabilitas 0,915. Teknik analisis data yang digunakan adalah norma kategorisasi Azwar yang terdiri atas 5 kategori yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma sebagai berikut: 1 (1,19%) mahasiswa berada di kategori sangat tinggi, 9 (10,71%) mahasiswa berada di kategori tinggi, 35 (41,67%) mahasiswa berada di kategori sedang, 35 (41,67%) mahasiswa berada di kategori rendah, 4 (4,76%) mahasiswa berada di kategori sangat rendah. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa tingkat kecemasan berbicara di depan umum antara mahasiswa dan mahasiswi sebagai berikut: tidak ada mahasiswa dan 1 (1,96%) mahasiswi berada di kategori sangat tinggi, 1 (3,03%) mahasiswa dan 8 (15,69%) mahasiswi berada di kategori tinggi, 9 (27,27%) mahasiswa dan 26 (50,98%) mahasiswi berada di kategori sedang, 21 (63,64%) mahasiswa dan 14 (27,45%) mahasiswi berada di kategori rendah, 2 (6,06%) mahasiswa dan 2 (3,92%) mahasiswi berada di kategori sangat rendah. Melalui hasil perhitungan skor item menunjukkan 8 item yang berada pada kategori tinggi sebagai dasar penyusunan program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas.

(9)

ix ABSTRACT

ANXIETY LEVEL OF UNIVERSITY STUDENTS WHEN SPEAKING IN PUBLIC AND ITS IMPLICATION FOR THE GUIDANCE PROGRAM OF

IN-CLASS PRESENTATION SELF-CONFIDENCE DEVELOPMENT (Descriptive Study on Students of Guidance and Counseling Departement

Batch 2016 Sanata Dharma University)

Katerina Mangampang compiling the guidance program of in-class presentation self-confidence development.

This was a descriptive quantitative research. The subjects were 84 students of batch 2016 of Guidance and Counseling Departement. Research instrument used was 38 items of a Students’ Anxiety when Speaking in Public Questionnaire. Instrument reliability was measured by Alpha Cronbach, with reliability of 0,915. Data analysis technique used was Azwar categorization norm consisting of 5 categories namely very high, high, medium, low, and very low.

The result of this research showed that anxiety level of students of Guidance and Counseling Departement of Sanata Dharma University batch 2016 when speaking in public was as follows: 1 (1,19%) student was categorized as very high, 9 (10,71%) students were categorized as high, 35 (41,67%) students were categorized as medium, 35 (41,67%) students were categorized as low, 4 (4,76%) students were categorized as very low. This research result also showed that anxiety level when speaking in public between female and male students is as follows: no male student and 1 (1,96%) female student was categorized as very high, 1 (3,03%) male student and 8 (15,69%) female students were categorized as high, 9 (27,27%) male students and 26 (50,98%) female students were categorized as medium, 21 (63,64%) male students and 14 (27,45%) female students were categorized as low, 2 (6,06%) male students and 2 (3,92%) female students were categorized as very low. Item score calculation result showed 8 items which were categorized as high were used as the basic of the compilation of the guidance program of in-class presentation self-confidence development.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat dan karunia-Nya yang sangat luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari tanpa adanya bantuan, bimbingan dan kerjasama yang baik dari pihak-pihak yang terlibat, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling dan juga selaku dosen pembimbing yang selalu setia dan sabar dalam mendampingi penulis selama ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing dan membagikan ilmunya kepada penulis selama empat tahun penulis menempuh pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

5. Stefanus Priyatmoko yang selalu sabar membantu penulis dalam hal administrasi selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

(11)

xi

7. Kedua orang tua yang saya cintai Bapak Daniel Mangampang dan Mama Yunita Rupang yang sudah memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada saya untuk bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Terima kasih buat dukungan dan doa yang selalu bapak dan mama berikan buat saya. Akhirnya saya sudah bisa menyelesaikan salah satu tanggung jawab yang bapak dan mama diberikan. Kurre’ Sumanga ambe’ sola indo’ku.

8. Abang Pasianus Risto Mangampang yang selalu memberikan semangat dan menjadi pesaing saya selama ini di dunia pendidikan. 9. Adik-adikku Yosefita Mangampang, Fiya Mangampang dan Marwel

Octaviano Mangampang yang selalu mendoakan, mendukung, menyemangati dan tidak pernah bosan menegur kalau kakaknya malas-malasan.

10.Para punggawa “Bongsoer Indomie Telur” Melly Haryati, Liku Arruan, Iftiah Syarif, Muhammad Sahrul yang setiap harinya menanyakan kapan lulus dan kapan balik ke Berau biar bisa kumpul lagi. Terima kasih buat pertanyaannya, itu yang membuat saya semangat menyelesaikan skripsi ini.

(12)
(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...7

C. Pembatasan Masalah ...8

D. Rumusan Masalah ...8

E. Tujuan Penelitian ...8

F. Manfaat Penelitian ...9

(14)

xiv

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...12

A. Kecemasan Berbicara di Depan Umum ...12

1. Pengertian Kecemasan Berbicara di Depan Umum ...12

2. Aspek-aspek Kecemasan Berbicara di Depan Umum ...14

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Berbicara di Depan Umum ...17

4. Ciri-ciri Kecemasan Berbicara di Depan Umum ...20

B. Kepercayaan Diri ...22

1. Pengertian Kepercayaan Diri ...22

2. Ciri-ciri Kepercayaan Diri ...23

C. Mahasiswa Sebagai Remaja Akhir ...24

1. Pengertian Remaja Akhir ...24

2. Tugas Perkembangan Remaja Akhir ...24

3. Usaha-usaha Remaja Meningkatkan Kemampuan Berbicara di Depan Umum ...25

D. Keterampilan Berbicara di Depan Umum Bagi Guru BK ...26

E. Kajian Penelitian Relevan ...27

F. Kerangka Pikir ...28

BAB III METODE PENELITIAN ...30

A. Jenis dan Desain Penelitian ...30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...32

C. Subjek Penelitian ...32

(15)

xv

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...33

1. Teknik Pengumpulan Data ...33

2. Instrumen Pengumpulan Data ...35

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...37

1. Validitas ...37

2. Reliabilitas ...41

G. Teknik Analisis Data ...43

1. Menentukan Skor dan Pengolahan Data ...44

2. Menentukan Kategori ...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...48

A. Hasil Penelitian ...48

1. Deskripsi Tingkat Kecemasan Mahasiswa Berbicara di Depan Umum Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ...48

2. Deskripsi Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Umum Antara Mahasiswa dan Mahasiswi Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ...50

3. Skor Item Tingkat Kecemasan Mahasiswa Baru Saat Berbicara di Depan Umum ...52

B. Pembahasan ...54

(16)

xvi

2. Deskripsi Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Umum Antara Mahasiswa dan Mahasiswi Angkatan 2016 Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ...56

3. Implikasinya Terhadap Pengembangan Program Peningkatan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Kelas ...57

BAB V PENUTUP ...59

A. Kesimpulan ...59

B. Keterbatasan Penelitian ...60

C. Saran ...60

DAFTAR PUSTAKA ...62

(17)

xvii DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 32 Tabel 3.2 Skor Kuesioner Kecemasan Mahasiswa Berbicara

di Depan Umum ... 35 Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Berbicara

di Depan Umum Sebelum Uji Coba ... 36 Tabel 3.4 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Kuesioner Kecemasan

Mahasiswa Berbicara di Depan Umum (Uji Coba) ... 39 Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Mahasiswa Berbicara di

Depan Umum (Final) ... 40 Tabel 3.6 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Kuesioner Kecemasan

Mahasiswa Berbicara di Depan Umum (Final) ... 41 Tabel 3.7 Kriteria Guilford ... 42 Tabel 3.8 Nilai Koefisien Reliabilitas Instrumen ... 43 Tabel 3.9 Kategorisasi Skor Kecemasan Mahasiswa Berbicara di

Depan Umum ... 45 Tabel 3.10 Kategorisasi Data Skor Tingkat Kecemasan Mahasiswa

Berbicara di Depan Umum ... 46 Tabel 3.11 Penggologan Tinggi Rendahnya Skor Item Kecemasan

Mahasiswa Berbicara di Depan Umum ... 47 Tabel 4.1 Tingkat Kecemasan Mahasiswa Berbicara di Depan Umum ... 48 Tabel 4.2 Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Umum Antara

Mahasiswa dan Mahasiswi ... 50 Tabel 4.3 Penggolongan Skor Item Tingkat Kecemasan Mahasiswa

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir………. 30 Gambar 4.1 Diagram Kategorisasi Tingkat Kecemasan Mahasiswa

Berbicara di Depan Umum... 49 Gambar 4.2 Diagram Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Umum Antara

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Kecemasan Mahasiswa Berbicara di Depan Umum

Final ... 65

Lampiran 2 Tabulasi Data Final... 70

Lampiran 3 Tabulasi Data Mahasiswa ... 72

Lampiran 4 Tabulasi Data Mahasiswi ... 73

Lampiran 5 Tabel Data Validitas Final ... 74

Lampiran 6 Program Bimbingan Peningkatan Kepercayaan Diri Berbicara di Depan Kelas ... 77

Lampiran 7 Program Bimbingan Pengurangan Kecemasan Berbicara di Depan Umum ... 84

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Program studi Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu program studi yang berada dilingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Program studi ini menghasilkan lulusan yang nantinya menjadi seorang guru Bimbingan dan Konseling. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, guru Bimbingan dan Konseling adalah pendidik yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetensi di bidang Bimbingan dan Konseling.

(21)

Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional Bimbingan dan Konseling. Pembentukan kompetensi akademik konselor ini merupakan prosespendidikan formal jenjang strata satu (S-1) bidang Bimbingan dan Konseling yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd) bidang Bimbingan dan Konseling.

Kompetensi profesional merupakan penguasaan kiat penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam konteks otentik Pendidikan Profesi Konselor yang berorientasi pada pengalaman dan kemampuan praktik lapangan, dan tamatannya memperoleh sertifikat profesi Bimbingan dan Konseling dengan gelar profesi Konselor, yang disingkat Kons.

Kompetensi akademik dan kompetensi professional dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Sesuai dengan Peraturan yang telah dibuat oleh Pemerintah maka mahasiswa calon guru BK dituntut untuk memiliki semua kompetensi yang ada. Di dalam salah satu kompetensi yakni kompetensi sosial disebutkan bahwa seorang guru BK harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif.

(22)

verbal terkait dengan pemakaian simbol-simbol bahasa yaitu kata atau rangkaian kata yang mengandung makna tertentu. Komunikasi non verbal merupakan semua aspek komunikasi selain kata-kata, tidak hanya gerakan dan bahasa tubuh tetapi juga bagaimana seseorang mengucapkan kata-kata: infleksi, jeda, nada, volume, dan aksen. Tanda-tanda non verbal terlihat dari tampilan wajah dan gerakan tangan. Maka dari itu, sebagai calon guru Bimbingan dan Konseling diharapkan memiliki kemampuan komunikasi baik secara verbal maupun non verbal.

Komunikasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari baik di masyarakat maupun di kampus karena dengan komunikasi, seseorang dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain. Komunikasi juga menggambarkan bagaimana seseorang mendengarkan, memahami, melihat dan berinteraksi dengan lingkungannya. Komunikasi ini dapat dilatih maupun diasah secara terus menerus selama masa perkuliahan sebagai bekal ketika sudah menjadi guru nantinya. Komunikasi yang efektif dalam proses perkuliahan di kampus yakni adanya interaksi yang baik antara dosen dan mahasiswa sehingga proses perkuliahan dapat berjalan lancar.

(23)

ditugaskan untuk melakukan diskusi kelompok mengenai suatu tema dan melaporkan hasil diskusi itu melalui presentasi. Diskusi kelompok membantu mahasiswa untuk mengeksplor kemampuan mereka dalam memahami tema yang didapatkan dan dapat menjadi sarana tutor sebaya, dimana sesama anggota kelompok bisa saling melengkapi dan membantu jika ada anggota kelompok yang kurang memahami tema yang didapatkan. Kemampuan mahasiswa berbicara di depan umum yang dimaksud ialah mahasiswa aktif didalam kelompok seperti menyampaikan masukan atau ide ketika berdiskusi di dalam kelompok, mengajukan pertanyaan kepada dosen jika merasa materi yang disampaikan dosen belum jelas, aktif menyampaikan ide ketika perkuliahan sedang berlangsung, menjawab pertanyaan yang diberikan dosen, mempresentasikan tugas dengan baik, berani menjawab pertanyaan yang diberikan teman ketika presentasi di depan kelas.

(24)

Menurut Sigmund Freud (Boeree, 2013) Ego berdiri ditengah-tengah kekuatan yang dahsyat: realitas, masyarakat, sebagaimana yang direpresentasikan oleh Id. Ketika terjadi konflik diantara kekuatan-kekuatan ini untuk menguasai Ego, maka sangat bisa dipahami kalau Ego merasa terjepit dan terancam, serta merasa seolah-olah akan lenyap digilas kekuatan-kekuatan tersebut. Perasaan terjepit dan terancam ini disebut kecemasan (anxiety).

Penelitian yang dilakukan oleh Ririn, dkk pada tahun 2013 kepada Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang Angkatan 2011 mengenai hubungan antara keterampilan komunikasi dengan kecemasan berbicara di depan umum didapatkan hasil bahwa keterampilan komunikasi mahasiswa berada pada kategori rendah (48,53%) dan kecemasan berbicara di depan umum mahasiswa berada pada kategori tinggi (42,65%). Maka terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan komunikasi dengan kecemasan berbicara di depan umum. Pearson Correlation sebesar -0,785 p 0,001 dengan tingkat hubungan kuat. Tanda korelasi menunjukkan arah negatif, artinya semakin tinggi keterampilan komunikasi mahasiswa maka semakin rendah kecemasannya berbicara di depan umum. Sebaliknya semakin rendah keterampilan komunikasi mahasiswa maka semakin tinggi kecemasannya berbicara di depan umum.

(25)

beberapa kelompok mempresentasikan tugasnya di depan kelas. Proses diskusi berjalan kurang baik karena mahasiswa yang menjadi pembahas kurang aktif dalam bertanya karena merasa apa yang dijelaskan sudah lengkap. Peneliti juga melihat anggota kelompok yang hanya diam saja dan mengandalkan teman lain untuk menjelaskan ketika apa yang dijelaskan tidak dimengerti oleh pembahas.

Tidak hanya terjadi pada angkatan 2016 saja, pengalaman peneliti ketika masa perkuliahan, mahasiswa kurang aktif ketika perkuliahan maupun presentasi. Mahasiswa hanya mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda bahwa sudah mengerti terhadap materi yang telah dijelaskan dosen maupun teman-teman ketika persentasi, namun setelah perkuliahan selesai mahasiswa menjadi bingung kembali mengenai materi yang telah dibahas.

Pengalaman pribadi peneliti, sering juga terjadi saat mendapatkan tugas untuk dipresentasikan, peneliti terlebih dahulu menyiapkan diri dengan baik dan mendalami materi yang akan dipresentasikan. Namun sesampainya dikampus dan akan memulai presentasi, peneliti terkadang merasa cemas dan takut salah sehingga membuat peneliti menjadi deg-degan dan bingung mengenai apa yang akan dijelaskan nantinya. Hal ini sering membuat peneliti terbata-bata dalam berbicara.

(26)

tidak didengarkan. Dengan berbagai macam alasan ini membuat mahasiswa kurang aktif dalam perkuliahan sehingga mereka lebih memilih diam dan mendengarkan saja. Dampak dari kecemasan berbicara di depan umum ialah mahasiswa akan lebih banyak diam saat perkuliahan maupun presentasi, mengandalkan kemampuan satu orang saja ketika berdiskusi di dalam kelompok, menjadi semakin takut untuk mempresentasikan tugas di depan kelas.

Berdasarkan pengalaman tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Tingkat Kecemasan Mahasiswa Berbicara Di Depan Umum dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Program Bimbingan Peningkatan Kepercayaan Diri Berbicara Di Depan Kelas (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma).

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa kurang aktif dalam proses perkuliahan.

2. Mahasiswa merasa cemas dalam memberikan pendapat atau bertanya.

3. Mahasiswa merasa deg-degan saat akan presentasi di depan kelas. 4. Mahasiswa tidak memiliki keterampilan berbicara di depan umum

(27)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan untuk mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum dan implikasinya terhadap pengembangan program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas pada mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

D. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini secara spesifik masalah-masalah yang ingin dipecahkan adalah sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma?

2. Seberapa tinggi tingkat kecemasan berbicara di depan umum antara mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma?

3. Item-item pengukuran kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma manakah yang memiliki capaian skortinggi sebagai dasar penyusunan program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas?

E. Tujuan Penelitian

(28)

1. Mendeskripsikan tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Mendeskripsikan tingkat kecemasan berbicara di depan umum antara mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Mengidentifikasi item pengukuran kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang memiliki capaian skor paling tinggi sebagai dasar penyusunan program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tambahan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang bimbingan dan konseling khususnya tentang kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum dan implikasinya terhadap pengembangan program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling

(29)

mengenai tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum dan implikasinya terhadap pengembangan program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas, yang kiranya dapat memberikan inspirasi mengenai kegiatan yang perlu dilakukan oleh prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma untuk membantu mahasiswa mengatasi kecemasannya.

b. Bagi Mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling

Penelitian ini diharapkan mampu membantu mahasiswa untuk mengetahui seberapa tinggi kecemasan berbicaradi depan umum mereka sehingga mahasiswa dapat mengurangi kecemasannya.

c. Bagi Peneliti

Menambah informasi bagi peneliti mengenai kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum yang dialami oleh angkatan 2016dan implikasinya terhadap pengembangan program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas.

d. Bagi Peneliti Lain

(30)

G. Definisi Istilah

1. Kecemasan adalah suatu kondisi yang membuat individu merasa terancam dan tidak nyaman terhadap kondisi tersebut sehingga individu memberikan respon yang kurang baik terhadap kondisi tersebut.

2. Berbicara di depan umum merupakan suatu perkataan atau percakapan yang melahirkan pendapat dalam bentuk ucapan, tulisan dan sebagainya yang dilakukan dihadapan banyak orang atau khalayak ramai.

(31)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan kecemasan berbicara di depan umum, kepercayaan diri, mahasiswa sebagai remaja akhir, keterampilan berbicara di depan umum bagi guru BK, kajian penelitian relevan, dan kerangka berpikir.

A. Kecemasan Berbicara di Depan Umum

1. Pengertian Kecemasan Berbicara di Depan Umum

Menurut Chaplin (2006) kecemasan merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai rasa-rasa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Artinya bahwa kecemasan merupakan perasaan takut dan perasaan prihatin akan sesuatu yang akan dihadapi disaat mendatang tanpa ada alasan yang jelas mengenai rasa takut dan prihatinnya.

Menurut Nevid, dkk (2005) kecemasan adalah suatu keadaan yang mempunyai ciri ketergantungan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif. Aprehensif merupakan keadaan khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Artinya bahwa kecemasan merupakan sebuah keadaan dimana seseorang mengalami ketergantungan fisiologis karena adanya perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan perasaan khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk.

(32)

memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat. Perasaan tidak menyenangkan ini biasanya samar-samar dan sulit dipastikan tetapi selalu terasa. Artinya, kecemasan adalah suatu kondisi tidak menyenangkan yang dirasakan oleh seseorang dan menimbulkan perasaan-perasaan tertentu dan perasaan itu menjadi kuat sehingga seseorang mengalami sensasi fisik.

Menurut Durand & Barlow (2006) kecemasan adalah keadaan suasana hati yang berorientasi pada masa yang akan datang yang ditandai oleh adanya kekhawatiran karena individu tidak dapat memprediksi dan mengontrol kejadian yang akan datang. Artinya bahwa kecemasan adalah perasaan khawatir dengan keadaan yang akan datang.

Sedangkan Philips (Ririn dkk, 2013) menyebut kecemasan berbicara di depan umum dengan istilah reticence, yaitu ketidakmampuan individu untuk mengembangkan percakapan yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi karena adanya ketidakmampuan menyampaikan pesan secara sempurna, yang ditandai dengan adanya reaksi secara psikologis dan fisiologis.

(33)

mengakibatkan seseorang menjadi tidak mampu dalam menyampaikan pesannya secara sempurnanya dihadapan orang banyak.

2. Aspek-aspek Kecemasan Berbicara di depan Umum

Semium (2006) menyebutkan ada empat aspek yang mempengaruhi kecemasan. Aspek-aspek ini merupakan aspek-aspek kecemasan secara umum namun dapat juga dijadikan sebagai aspek-aspek kecemasan berbicara di depan umum, yaitu:

a. Aspek suasana hati

Suasana hati merupakan perasaan-perasaan yang cenderung kurang intens dibandingkan dengan emosi dan sering kali tanpa rangsangan kontekstual. Aspek-aspek suasana hati dalam gangguan kecemasan berbicara di depan umum adalah adanya perasaan cemas, tegang, panik dan khawatir. Individu yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum memiliki perasaan terancam dari sumber tertentu. Misalnya ketika mahasiswa melakukan presentasi di depan kelas, mahasiswa merasa terancam karena diperhatikan oleh banyak orang. Aspek-aspek suasana hati yang lainnya adalah depresi dan sifat mudah marah.

(34)

kecemasan yang berkepanjangan dan membuatnya menjadi tidak bisa tidur.

b. Aspek kognitif

Aspek-aspek kognitif dalam gangguan kecemasan berbicara di depan umum menunjukkan kekhawatiran dan keprihatinan mengenai bencana yang diantisipasi oleh individu misalnya seseorang yang takut berada ditengah khalayak ramai menghabiskan banyak waktu untuk mengkhawatirkan mengenai hal-hal yang baginya tidak menyenangkan atau mengerikan dan mungkin akan terjadi pada dirinya. Individu tersebut merencanakan atau merancang bagaimana cara yang harus dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan atau mengerikan itu.

Individu menjadi terpusat pada masalah-masalah yang mungkin terjadi tetapi tidak memperhatikan masalah-masalah real

(35)

c. Aspek somatik

Aspek-aspek somatik merupakan aspek-aspek yang terjadi di tubuh kita atau terjadi secara fisiologis. Aspek-aspek somatik dari kecemasan berbicara di depan umum terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, aspek-aspek yang terjadi secara langsung ketika individu tersebut sedang mengalami kecemasan, seperti berkeringat, mulut kering, bernapas pendek, denyut nadi cepat, tekanan darah meningkat, kepala terasa berdenyut-denyut, otot terasa tegang. Aspek-aspek ini menunjukkan tingkat rangsangan dari sistem saraf dan respon-respon yang sama juga terjadi saat individu mengalami ketakutan.

Kedua, apabila kecemasan itu berkepanjangan maka individu akan mengalami tekanan darah meningkat secara kronis, sakit kepala, dan gangguan usus, kesulitan dalam pencernaan, dan rasa nyeri pada perut dapat terjadi. Aspek-aspek ini merupakan gangguan fisiologis yang disebabkan oleh rangsangan yang berkepanjangan dan menyebabkan kerusakan jaringan yang berat. d. Aspek motorik

(36)

individu menjadi mudah kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba.

Aspek-aspek motorik yang terjadi merupakan gambaran dari rancangan kognitif dan somatik yang tinggi pada individu dan merupakan usaha yang dilakukan individu untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam sehingga menganggu individu untuk berfungsi secara efektif. Contoh dari aspek ini adalah ketika mahasiswa mempresentasikan tugas di depan kelas, karena merasa cemas maka mahasiswa menggerak-gerakkan tangan sambil menjelaskan materi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Berbicara di

Depan Umum

Durand dan Barlow (2006) berpendapat bahwa kecemasan tidak memiliki penyebab yang berdimensi tunggal yang sederhana tetapi berasal dari banyak sumber antara lain:

a. Kontribusi Biologis

Kontribusi-kontribusi kecil dari banyak gen di wilayah-wilayah kromosom yang berbeda secara kolektif membuat seseorang rentan mengalami kecemasan.

b. Kontribusi Psikologis

(37)

c. Kontribusi Sosial

Peristiwa yang menimbulkan stress memicu kerentanan kita terhadap kecemasan. Tekanan sosial dapat menimbulkan stress yang cukup kuat sehingga memicu terjadinya kecemasan.

Menurut Rogers (2004), pola pikir yang keliru sangat berpengaruh terhadap kecemasan berbicara di depan umum. Seseorang yang hendak berbicara di depan umum berpikir bahwa dirinya sedang “diadili”, merasa bahwa penampilan, gerak-gerik, dan ucapannya sedang menjadi perhatian banyak orang.

Menurut Elliot dan Chong (2004), perbedaan jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum dimana wanita memiliki tingkat kecemasan berbicara yang lebih tinggi dibandingkan pria. Menurut Sunaryo (2004), laki-laki mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam dirinya dibandingkan perempuan sehingga dengan mental yang kuat itu dapat membuat laki-laki merasa percaya diri untuk berbicara di depan umum.

(38)

lebih mementingkan perasaan apa yang dirasakan ketika ia tidak berhasil melakukan hal yang memang bukan kemampuannya (Stuart & Laraia, 2006).

Burgoon dan Ruffner, Geist (Astrid, 2010), meyebutkan faktor yang menyebabkan kecemasan berbicara di depan umum yaitu:

a. Pengalaman Individu

Kurangnya pengalaman atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan yang dirasakaan individu. Hal ini mengakibatkan individu cenderung mempunyai pikiran dan perasaan yang negatif terhadap dirinya dan kemudian menghindari untuk berbicara di depan umum. Individu menyakini bahwa kejadian yang buruk akan terjadi meskipun pada kenyataannya tidak semua pikirannya akan menjadi kenyataan.

b. Citra diri individu

(39)

c. Perspektif negatif

Individu merasa dirinya tidak mampu untuk melakukan sesuatu hal sehingga menimbulkan perasaan cemas dalam dirinya. Individu mempersepsikan situasi disekitarnya tidak mendukungnya. Dengan situasi tersebut, individu menilai dirinya tidak mampu.

4. Ciri-ciri Kecemasan Berbicara Di Depan Umum

Menurut Bucklew (Triantoro, 2012), ciri-ciri kecemasan berbicara di depan umum yakni:

a. Ciri fisiologis.

(40)

tangan, dahi, leher berkeringan dan denyut jantung tang berdetak cepat.

b. Ciri psikologis.

Ciri-ciri ini berasal dari psikologis seseorang namun dapat terlihat secara langsung karena seseorang mengalami kesulitan dalam menyusun pikiran atau mengungkapkan kata-kata ketika berbicara di depan umum. Contohnya adalah ketika perkuliahan berlangsung, dosen menunjuk salah satu mahasiswa dan memberikan pertanyaan kepada mahasiswa tersebut mengenai materi yang sedang dijelaskan tetapi mahasiswa tersebut merasa kaget karena ditunjuk secara tiba-tiba, mahasiswa tersebut mengetahui jawabannya tetapi karena kaget sehingga mahasiswa tersebut terbata-bata dalam menjawab dan kalimat yang digunakan juga tidak tersusun dengan baik.

c. Ciri perilaku secara umum.

(41)

B. Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Menurut Hakim (2005), percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimiliki seseorang dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu mencapai tujuan hidupnya. Artinya bahwa seseorang memiliki keyakinan di dalam dirinya bahwa dengan kelebihan yang dimiliki dapat membuatnya dapat mencapai tujuan hidupnya.

Menurut Lauster (2002), kepercayaan diri merupakan sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam melakukan tindakan-tindakan tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri, tidak mementingkan diri sendiri, tidak membutuhkan dorongan orang lain dan selalu optimis serta selalu merasa gembira. Artinya bahwa kepercayaan diri membuat individu yakin akan kemampuan yang dimilki dan membuatnya dapat melakukan segala sesuatunya dengan mudah.

(42)

dan yakin bahwa apa yang kita miliki membuat kita melakukan sesuatu sesuai dengan target yang akan dicapai.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan akan kemampuan diri sendiri dalam melakukan segala sesuatu untuk mencapai sebuah tujuan atau target yang ingin dicapai.

2. Ciri-ciri Kepercayaan Diri

Hakim (2005) menyebutkan ciri-ciri individu mempunyai kepercayaan diri:

a. Selalu merasa tenang dalam mengerjakan segala sesuatu. Perasaan tenang tersebut membuat segala pekerjaan yang dilakukan dapat terselesaikan dengan baik.

b. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi dengan caranya sendiri.

c. Memiliki kecerdasan yang cukup sehingga membantu individu dalam melakukan kegiatan apapun.

d. Memiliki potensi dan kemampuan lain yang mendukung kehidupannya.

e. Memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan bersosialisasi yang baik dengan orang lain dan sekitarnya.

(43)

g. Selalu berpikir dan beraksi secara positif dalam menghadapi persoalan.

C. Mahasiswa Sebagai Remaja Akhir

1. Pengertian Remaja Akhir

Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Remaja berada diantara masa anak-anak dan masa dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Pada umumnya, remaja masih belajar di sekolah Menengah atau Perguruan Tinggi.

Menurut Salzman dan Pikunas (Yusuf, 2010) mengatakan bahwa masa remaja ditandai dengan berkembangnya sikap dependen kepada orang tua kearah independen, minat seksualitas dan kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika dan isu-isu moral.

2. Tugas Perkembangan Remaja Akhir

(44)

diterima secara universal. William Kay mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja akhir sebagai berikut:

a. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan teman sebaya atau orang lain baik secara indivual maupun kelompok.

b. Menemukan sosok model yang dapat dijadikan panutannya. c. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri.

d. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.

e. Mampu meninggalkan reaksi atau sifat kekanak-kanakan dan mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitar.

3. Usaha-usaha Remaja Meningkatkan Kemampuan Berbicara di

Depan Umum

Balqis Khayyirah (2013), mengemukakan cara-cara yang menunjang keberhasilan dalam berbicara di depan umum dan juga dapat digunakan sebagai acuan untuk memulai melatih diri dalam meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas yakni:

a. Menguasai materi yang hendak disampaikan. b. Meningkatkan rasa percaya diri.

c. Menghilangkan rasa grogi dan cemas.

d. Menguasai teknik-teknik berbicara di depan umum. e. Menguasai teknik bahasa tubuh.

(45)

g. Menguasai teknik membuka dan menutup pembicaraan. h. Menguasai teknik menjawab pertanyaan.

i. Membuat slide yang memukau dan memikat j. Selalu berlatih.

D. Keterampilan Berbicara di Depan Umum Bagi Guru BK

Berbicara di depan umum merupakan suatu kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam rangka komunikasi. Pembicara memiliki ide yang dapat berupa pengetahuan, pengalaman, cita-cita, keinginan, perasaan dan sebagainya itu akan disampaikan dihadapan banyak orang dalam suasana yang formal maupun nonformal.

Berbicara di depan umum dapat dilakukan oleh siapa saja terlebih oleh seorang guru BK. Dimana kemampuan berbicara di depan umum ini harus dimiliki seorang guru BK karena akan digunakan ketikamelakukanbimbingan klasikal. Jika seorang guru BK memiliki kemampuan berbicara di depan umum yang baik maka proses bimbingan klasikal dapat berjalan dengan baik dan interaksi antara siswa dan guru BK sangat dekat sehingga materi yang diberikan saat bimbingan klasikal dapat diterima dengan baik oleh siswa.

(46)

klasikal, guru BK juga harus memperhatikan volume dan intonasi suara agar seluruh siswa di dalam kelas mendengarkan dan siswa menjadi antusias mengikuti bimbingan kalsikal. Tidak hanya itu, bahasa tubuh yang digunakan juga harus diperhatikan agar siswa merasa bahwa mereka diterima keberadaannya di dalam kelas, tetap bersikap ramah dan selalu melakukan kontak mata dengan siswa. Siswa juga sebaiknya diajak untuk berdiskusi ataupun menjawab pertanyaan.

Metode yang digunakan ketika memberikan bimbingan pun harus disesuaikan dengan keadaan siswa agar siswa tidak menjadi bosan mengikuti bimbingan. Guru BK mengajak siswa menjadi aktif seperti memberikan permainan yang sesuai dengan topik bimbingan sehingga siswa mau untuk mengeksplor diri mereka. Sebagai guru BK juga harus memiliki kepercayaan akan kemampuan yang dimilikinya.

E. Kajian Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Ririn, dkk pada tahun 2011 dengan judul “Hubungan Antara Keterampilan Komunikasi Dengan Kecemasan

(47)

artinya semakin tinggi keterampilan komunikasi mahasiswa maka semakin rendah kecemasannya berbicara di depan umum. Sebaliknya semakin rendah keterampilan komunikasi mahasiswa maka semakin tinggi kecemasannya berbicara di depan umum. Penelitian yang dilakukan oleh Ririn, dkk memiliki relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan dalam hal kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang Angkatan 2011.

Penelitian yang dilakukan oleh Astrid pada tahun 2010 dengan judul “Hubungan antara Self-efficacydengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara” didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif antara self efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum dengan nilair = -0,670, � (0,01). Artinya semakin tinggi self efficacy mahasiswa maka akan semakin rendah tingkat kecemasannya berbicara di depan umum, dan sebaliknya semakin rendah self-efficacy mahasiswa maka tingkat kecemasan berbicara di depan umum akan semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Astrid memiliki relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan dalam hal kecemasan berbicara di deoan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi Sumatera Utara.

F. Kerangka Pikir

(48)

kecemasan yang dipengaruhi oleh pola pikir yang keliru karena menganggap dirinya salah, jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan ketika berbicara di depan umum pada masa lalu, citra diri yang rendah dan perspektif negatif.

Seseorang yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum dapat dilihat dari fisiknya dimana adanya gerakan-gerakan atau bahasa tubuh yang menggambarkan jika orang tersebut mengalami kecemasan, psikologis dimana hal ini dirasakan oleh orang tersebut namun tak dapat dilihat oleh orang lain dan perilaku yang umum terjadi dimana perilaku ini dilakukan untung menghindar. Aspek suasana hati, aspek kognitif, aspek somatik, dan aspek motorik merupakan ciri-ciri atau tanda seseorang mengalami kecemasan berbicara di depan umum.

(49)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir

Kec

Kecemasan Berbicara di depan Umum

Faktor-faktor yang

Alat Ukur Kecemasan Berbicara di Depan Umum Mahasiswa

(50)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan jenis dan desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, teknik dan instrument penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013), penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Desain penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif. Sugiyono (2013), penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan variabel-variabel bebas tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

(51)

program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan diProgram Studi Bimbingan dan Konseling, Kampus III Paingan, Universitas Sanata Dharma yang beralamatkan Dusun Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2016- April 2017. Uji coba instumen dilaksanakan pada hari selasa tanggal 28 Februari 2017.Penyebaran instrumenfinal dilaksanakan pada tanggal 28 Maret –3 April 2017.

C. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2016 Universitas Sanata Dharma yang terbagi di dalam 2 kelas yakni kelas A dan kelas B. Subjek penelitian ini adalah sampel sebanyak 84 orang mahasiswa.

Tabel 3.1 Subjek Penelitian Jenis Kelamin Jumlah

(52)

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki satu variabel yakni tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum. Philips (Ririn dkk, 2013) menyebut kecemasan berbicara di depan umum dengan istilah reticence, yaitu ketidakmampuan individu untuk mengembangkan percakapan yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi karena adanya ketidakmampuan menyampaikan pesan secara sempurna, yang ditandai dengan adanya reaksi secara psikologis dan fisiologis. Aspek-aspek kecemasan berbicara di depan umum yang digunakan menurut semium (2006) yakni aspek suasana hati, kognitif, somatik, dan motorik.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Menurut Sugiyono (2013), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

(53)

Menurut Furchan (2007), kuesioner tertutup artinya alternatif jawaban sudah disediakan dan subjek penelitian hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan diri dan pengalamannya.

Kuesioner terdiri dari pernyataan-pernyataan favorable dan

unfavorable. Peryataan favorable adalah pernyataan yang sesuai atau yang menggambarkan kecemasan mahasiswaberbicara di depan umum.Sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak sesuai atau tidak menggambarkan kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2013). Instrumen penelitian yang menggunakan skala

likert dibuat dalam bentuk checklist (√) ataupun pilihan ganda. Tanda checklist diberikan pada kolom yang tersedia dan pernyataan itu sesuai dengan keadaan subjekAlternatif jawaban yang digunakan adalah Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor untuk kedua pernyataan ini berbeda.

(54)

Tabel 3.2

Skor Kuesioner Kecemasan Mahasiswa BerbicaraDi Depan Umum

Alternatif Jawaban Item Favorabel

Item Unfavorabel

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai(S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Teknik pengumpulan data ini melalui beberapa tahap, sebagai berikut:

a. Menyusun instrumen atau kuesioner kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum.

b. Penilaian instrumen atau kuesioner kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum yang dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi.

c. Melakukan uji coba instrumen atau kuesioner kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum kepada 30 orang subjek. d. Menghitung validitas dan reliabilitas hasil uji coba.

e. Mengumpulkan data dengan menyebar instrumen atau kuesioner final kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum.

f. Menghitung validitas dan reliabilitas hasil penelitian serta melakukan analisis data yang terkumpul.

2. Instrumen Pengumpulan Data

(55)

mahasiswa berbicara di depan umum. Instrumen yang peneliti gunakan disusun berdasarkan aspek-aspek kecemasan berbicara di depan umum menurut Semium (2006). Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini, sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Kuesioner Kecemasan Mahasiswa Berbicara Di Depan Umum Sebelum Uji Coba

(56)

F. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas

Menurut Sugiyono (2013), instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid atau tidaknya suatu tes atau instrumen pengukuran tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat (Azwar, 2011).

Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity).Validitas isi adalah validitas yang diukur lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat

(57)

komputer SPSS 20. Rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut:

= ∑XY−∑X ∑Y /n

[∑ X −∑x /n][∑Y −∑Y /n]

Keterangan Rumus:

x dan y : Skor masing-masing skala n : banyaknya subjek

Pemeriksaan perhitungan validitas dilakukan dengan cara memberi skor pada setiap item dan mentabulasi data. Tahap pelaksanaannya menggunakan programkomputerSPSS 20. Di dalam program SPSS sudah tersedia nilai probabilitas (Pv) maka penentuan keterpenuhan indeks konsistensi internal ditetapkan berdasarkan Pv, yaitu apabila Pv < 0,05 dianggap item tersebut memenuhi konsistensi internal atau dapat dikatakan valid. Apabila Pv > 0,05 dianggap item tersebut tidak memenuhi konsistensi internal maka item tersebut di drop atau tidak valid.

(58)

Tabel 3.4

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Kuesioner Kecemasan Mahasiswa BerbicaraDi Depan Umum (Uji Coba)

No Aspek Indikator

(59)

kering. Item-item ini kemudian disajikan dalam bentuk kuesioner final yang digunakan untuk penelitian. Berikut kisi-kisi kuesioner kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum (final).

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Kuesioner Kecemasan Mahasiswa Berbicara di Depan Umum (Final)

(60)

Tabel3.6

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Kuesioner Kecemasan Mahasiswa Berbicara di Depan Umum (Final)

No Aspek Indikator

(61)

kecermatan pengukuran. Teknik analisis reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach.

Siregar (2013), teknik analisis reliabilitas Alpha Cronbachdigunakan untuk menghitung reliabilitas suatu tes yang tidak mempunyai pilihan “benar atau salah” maupun “ya atau tidak”, melainkan digunakan untuk

menghitung reliabilitas suatu tes yang mengukur sikap atau perilaku. Rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

� =2 [1-� + � � ] Keterangan rumus:

� dan � : Varian skor belahan 1 dan varian skor belahan 2.

� : Varian skor skala.

Butir item dikatakan reliabel jika Alpha Croncbach berada dalam rentang 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitasnya dan mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya semakin rendah koefisien reliabilitasnya dan mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Setelah dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS 20, hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford.

Tabel 3.7 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 2 0,71 – 0,90 Tinggi

3 0,41 – 0,70 Cukup

(62)

Berdasarkan hasil dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 20, diperoleh perhitungan reliabilitas kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8 Nilai Koefisien Reliabilitas Instrumen

Hasil perhitungan diatas, peneliti sesuaikan dengan kriteria Guilford. Reliabilitas kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum termasuk dalam kategori sangat tinggi karena α yang diperoleh adalah sebesar 0,915. G. Teknik Analisis Data

Pada penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh subjek terkumpul. Analisis data digunakan untuk mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan (Sugiyono, 2013).

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan perhitungan statistik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program menganalisis data secara statistik menggunakan program SPSS 20. Untuk menganalisis rumusan masalah pertama, kedua dan ketiga, peneliti menggunakan deskriptif kategorisasi dimana subjek akan menjawab salah

Cronbach's Alpha

N of Items

(63)

satu data kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu, skala pengukuran ini lebih fleksibel dan tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi juga dapat digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya (Sugiyono, 2013).

Tahap-tahap yang dilakukan peneliti untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan skor dan pengolahan data

a. Setiap item diberi skor sesuai dengan norma skoring yang sudah tersedia yaitu untuk variabel kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum.

b. Membuat tabulasi data dan menghitung frekuensi untuk setiap item berdasarkan skoring.

c. Menghitung jumlah skor dari masing-masing subjek, skor yang diperoleh tersebut dapat memberikan petunjuk tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum.

d. Menghitung jumlah skor tiap item dari variabel sehingga yang diperoleh dapat menjadi petunjuk item-item yang skornya rendah dan item-item yang skornya tinggi.

e. Menghitung persentase pada tiap frekuensi.

2. Menentukan kategori

(64)

kategorisasi disusun berdasarkan pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2009). Tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum terdiri atas lima kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Norma kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 3.9

Kategorisasi Skor Tingkat Kecemasan Mahasiswa Berbicara Di Depan Umum

Norma/Kriteria Skor Kategori

� + ,5 � < � Sangat Tinggi

� + ,5 � < � ≤ � + ,5 � Tinggi

� − ,5 � < � ≤ � + ,5 � Sedang

� − ,5 � < � ≤ � − ,5 � Rendah

� ≤ � − ,5 � Sangat Rendah

Keterangan:

Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala. Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek

penelitian berdasarkan perhitungan skala.

Standar deviasi (�/ � : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

Mean teoritik (� : Rata-rata teoritik skor maksimum dan minimum.

(65)

Kategorisasi ini juga digunakan untuk menghitung deskriptif kategorisasi untuk melihat tingkat kecemasan berbicara di depan umum antara mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan hal tersebut diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut:

a. Perhitungan capaian skor subjek variabel kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, sebagai berikut:

Skor maksimal teoritik : 4 x 34 = 136 Skor minimum teoritik : 1 x 34 = 34 Luas jarak : 136-34 = 102 Standar deviasi (�/ �) : 102:6 = 17 Mean teoritik (� : (136+34):2 = 85

Hasil perhitungan data skor subjek disajikan dalam norma kategorisasi tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 3.10

Kategorisasi Data Skor Tingkat Kecemasan Mahasiswa Berbicara di Depan Umum

Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori

� + ,5 � < � 110,5 < X Sangat Tinggi

� + ,5 � < � ≤ � + ,5 � 93,5 < X ≤ 110,4 Tinggi

� − ,5 � < � ≤ � + ,5 � 76,5 < X ≤ 93,4 Sedang

� − ,5 � < � ≤ � − ,5 � 59,5 < X ≤ 76,4 Rendah

(66)

b. Peneliti menggunakan deskriptif kategorisasi seperti pada point (a) untuk melihat tingkat kecemasan berbicara di depan umum antara mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

c. Mencari kategorisasi perolehan skor item kecemasan mahasiswa saat berbicara di depan umum secara keseluruhan dengan menggunakan N = 84. Perhitungannya sebagai berikut: Skor maksimal teoritik : 4 x 84 = 336

Skor minimum teoritik : 1 x 84 = 84 Luas jarak : 336-84 = 252 Standar deviasi (�/ �) : 252 : 6 = 42 Mean teoritik (� : (336+84): 2 = 210

Tabel 3.11

Penggolongan Tinggi Rendahnya Skor Item Kecemasan Mahasiswa Berbicara

di Depan Umum

Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori

� + ,5 � < � 273< X Sangat Tinggi

� + ,5 � < � ≤ � + ,5 � 231< X ≤ 272 Tinggi

� − ,5 � < � ≤ � + ,5 � 189< X ≤ 230 Sedang

� − ,5 � < � ≤ � − ,5 � 147 < X ≤ 188 Rendah

(67)

48 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Tingkat Kecemasan Mahasiswa Berbicara di Depan

Umum Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan diolah diketahui tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum angkatan 2016, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Tingkat Kecemasan Mahasiswa Berbicara Di Depan Umum

Rentang Skor Frekuensi Persentase Kategori 110,5-136 1 1,19 % Sangat Tinggi 93,5-110,4 9 10,71 % Tinggi

76,5-93,4 35 41,67 % Sedang 59,5-76,4 35 41,67 % Rendah

(68)

Gambar 4.1

Diagram Kategorisasi Tingkat Kecemasan Mahasiswa Berbicara Di Depan Umum

Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa: terdapat 1 (1,19%) mahasiswa yang tingkat kecemasan berbicara di depan umum masuk dalam kategori sangat tinggi, 9 (10,71%) mahasiswa yang tingkat kecemasan berbicara di depan umummasuk dalam kategori tinggi, 35 (41,67%) mahasiswa yang tingkat kecemasan berbicara di depan umummasuk dalam kategori sedang, 35 (41,67%) mahasiswa yang tingkat kecemasan berbicara di depan umummasuk dalam kategori rendah, 4 (4,76%) mahasiswa yang tingkat kecemasan berbicara di depan umummasuk dalam kategori rendah. Jadi, berdasarkan dari data diatas dapat disimpulkan bahwa lebih dari separuh mahasiswa memiliki tingkat kecemasan berbicara di depan umum berada pada kategori sedang dan rendah.

(69)

2. Deskripsi Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Umum Antara

Mahasiswa dan Mahasiswi Angkatan 2016 Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan berbicara di depan umum antara mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan diolah diketahui tingkat kecemasan berbicara di depan umum antara mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2

Tingkat Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Antara Mahasiswa dan Mahasiswi

Rentang Skor Frekuensi Persentase Kategori

L P L P

110,5-136 0 1 0 % 1,96 % Sangat Tinggi 93,5-110,4 1 8 3,03 % 15,69 % Tinggi

76,5-93,4 9 26 27,27 % 50,98 % Sedang 59,5-76,4 21 14 63,64 % 27,45 % Rendah

34-59,4 2 2 6,06 % 3,92 % Sangat Rendah

(70)

Gambar 4.2

Diagram Tingkat Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Antara Mahasiswa dan Mahasiswi

Dari tabel 4.2 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa: Tidak ada mahasiwa dan 1 (1,96%) mahasiswi yang tingkat kecemasan berbicara di depan umum masuk dalam kategori sangat tinggi, 1 (3,03%) mahasiswa dan 8 (15,69%) mahasiswi yang tingkat kecemasan berbicara di depan umum masuk dalam kategori tinggi, 9 (27,27%) mahasiswa dan 26 (50,98%) mahasiswiyang tingkat kecemasan berbicara di depan umum masuk dalam kategori sedang, 21 (63,64%) mahasiswa dan 14 (27,45%) mahasiswi yang tingkat kecemasan

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

(71)

berdasarkan dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan berbicara di depan umum mahasiswa berada pada kategori rendah dan tingkat kecemasan berbicara di depan umum mahasiswi berada pada kategori sedang.

3. Skor Item Tingkat Kecemasan Mahasiswa Baru Saat Berbicara

Di Depan Umum

Kategori item tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma digolongkan dalam lima kategori yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Hasil kategorisasi item tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Penggolongan Skor Item Tingkat Kecemasan Mahasiswa Berbicara Di Depan Umum

(72)

item yang berada pada kategori tinggi, 21 item yang berada pada kategori sedang, dan 5 item yang berada pada kategori rendah. Dengan demikian maka, 8 item yang berada pada kategori tinggi dijadikan sebagai dasar untuk menyusun program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas. Item-item tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4

Item yang Memiliki Skor Tinggi

No Aspek Item Skor

1. Suasana Hati

Ketika dosen memberikan pertanyaan, saya

langsung menjawab pertanyaan itu. (13) 237 Saya merasa takut salah dengan apapun yang

akan saya jelaskan ketika presentasi. (26) 251 Saya merasa kesal ketika mendapat banyak

pertanyaan dari teman-teman ketika presentasi. (38) Saya tergesa-gesa untuk menjelaskan materi

presentasi agar presentasi cepat berakhir. (37) 237 3. Kognitif Walaupun saya tahu jawaban dari pertanyaan

yang diberikan dosen tetapi karena saya bingung mengkalimatkan kata-kata dengan baik maka saya memilih untuk tidak menjawab. (20)

249

Sebelum presentasi saya merasa deg-degan sehingga saya meletakkan alat tulis di sembarang tempat. (27)

249 4. Motorik Karena gugup, suara saya bergetar ketika

menjawab pertanyaan dari dosen sehingga apa yang saya katakan tidak jelas. (23)

(73)

B. Pembahasan

1. Deskripsi Tingkat Kecemasan Mahasiswa Berbicara di Depan

Umum Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma menunjukkan bahwa terdapat 1 mahasiswa yang tingkat kecemasan berbicara di depan umum masuk dalam kategori sangat tinggi, 9 mahasiswa yang tingkat kecemasan berbicara di depan umum masuk dalam kategori tinggi, 35 mahasiswa yang tingkat kecemasan berbicara di depan umum masuk dalam kategori sedang, 35 mahasiswa yang tingkat kecemasan berbicara di depan umum masuk dalam kategori rendah, 4 mahasiswa yang tingkat kecemasan saat berbicara di depan umum masuk dalam kategori rendah. Artinya bahwa, mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma mengalami kecemasan berbicara di depan umum dalam kategori sedang dan rendah.

(74)

otor terasa tegang. Aspek-aspek ini terjadi secara langsung sehingga mudah sekali terlihat oleh orang lain.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil terdapat 10 orang yang tingkat kecemasan berbicara di depan umum berada dalam kategori sangat tinggi dan tinggi. Menurut Rogers (2004), salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum adalah pola pikir yang keliru. Seseorang yang hendak berbicara di depan umum berpikir bahwa dirinya sedang “diadili”, merasa bahwa penampilan,

gerak-gerik, dan ucapannya sedang menjadi perhatian banyak orang. Kemungkinan hal ini yang dirasakan oleh mahasiswa ketika harus berbicara di depan umum seperti saat mempresentasikan tugas di depan kelas. Mahasiswa merasa apa yang akan dilakukannya di depan kelas itu menjadi tontonan dan berpikir apa yang dilakukannya salah dan akan mendapatkan kritikan dari teman-teman yang lain.

Gambar

Gambar 2.1     Skema Kerangka Berpikir……………………………………. 30
Tabel Data Validitas Final  ......................................................... 74
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan Kecemasaan Berbicara saat Di depan Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Hasil ini menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara berpikir positif dengan kecemasan berbicara di depan umum, sehingga hipotesis penelitian

self efficacy ( p value 0,000) dengan kecemasan berbicara didepan umum pada mahasiswa keperawatan S1 angkatan 2010 di Unversitas Muhammadiyah Purwokerto.. Kesimpulan: Ada

Kecemasan berbicara di depan umum yang dimaksud peneliti adalah kecemasan yang terjadi pada individu ketika tampil berbicara di depan publik, menjadi presenter, menjadi MC, menjadi

Menggambarkan tentang pengaruh kecemasan berbicara di depan khalayak terhadap kepercayaan diri mahasiswa/I IAIN Samarinda, dari beberapa hasil wawancara tersebut

Tabel di atas memperlihatkan bahwa tidak ada responden yang memiliki kepercayaan diri tinggi dan merasakan kecemasan tinggi saat berbicara di depan kelas, sedangkan responden

Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa yang memiliki kecemasan berbicara di depan umum dalam mengelola emosi-emosi negatif maladaptif

Dari uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan kecemasan berbicara di depan umum, yang artinya apabila efikasi diri