• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Problem Solving: Waktu Pengerjakan Wiggly Block.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Problem Solving: Waktu Pengerjakan Wiggly Block."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Studi problem solving: Waktu pengerjakan Wiggly Block Wilis Srisayekti, Fitri Ariyanti Abidin

Laboratorium Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Disajikan pada temu ilmiah dalam rangka Dies Natalis Fakultas Psikologi Unpad ke-47 Jatinangor, 8 November 2008

Pengantar

Problem atau masalah dapat dijumpai dalam berbagai hal. Di dalam problem atau masalah tercermin adanya sivilisasi pengalaman manusia dan berbagai kebutuhan manusia secara umum. Problem atau masalah dapat berkenaan dengan berbagai aspek kehidupan nyata seperti dinyatakan Schönpflug & Schönpflug (1983) berikut ini:

 lingkungan hidup dan lingkungan kerja:

contohnya masalah bangunan, produksi, transportasi

 kehidupan bersama anggota suatu kelompok dan antar kelompok-kelompok:

misalnya masalah social, tertutama dalam keluarga, komunitas, hubungan antar suku atau masyarakat

 individual:

yaitu masalah individu, contohnya kesehatan atau cara keluar dari konflik dalam diri.

Penyelesaian terhadap problem atau masalah, dengan demikian bervariasi pula sesuai dengan problem atau masalah yang terjadi. Beberapa masalah menuntut adanya operasi penyelesaian matematika, sedangkan tugas lain memerlukan aktifitas politik seperti pembuatan keputusan bersama.

(2)

Dikemukakan oleh (Schönpflug & Schönpflug, 1983), bahwa problem atau masalah berbeda antara lain menurut kompleksitasnya (Komplexität), keterkaitannya (Vernetzheit), dan dinamikanya (Dynamik).

 Kompleksitas (Komplexität), dalam hal ini dimengerti sebagai banyaknya atau jumlah dari persyaratan yang terkait.

 Keterkaitan (Vernetzheit), yaitu bahwa bagian dari problem atau masalah yang berbeda dan penyelesaiannya terkait satu sama lain.

 dinamika (Dynamik), yakni adanya pemikiran terhadap perubahan jangka panjang dan dampaknya.

Namun demikian dalam menyelesaikan masalah yang benar-benar nyata, para peneliti penyelesaian masalah mempersyaratkan dua hal, yaitu (Schönpflug & Schönpflug, 1983):

 Pemahaman tentang keadaan masalah dan operasi penyelesaiannya, yang sering mempersyaratkan pengetahuan khusus, yang kerap tidak terpenuhi oleh pendidikan dan pengalaman yang dimiliki, seperti pengetahuan teknis dan pengetahuan tentang hukum).

 Kompleksitas, keterkaitan dan dinamika.

Penelitian psikologi tentang penyelesaian masalah kompleks dan dinamik seperti yang dikemukakan oleh Dörner dengan menggunakan Lohhausen-Studie (lihat Schönpflug & Schönpflug, 1983), memberikan pengecualian. Karenanya hinga kini banyak analisis dilakukan tanpa melibatkan dinamika dan persyaratan tambahan. Dalam hal ini soal-soal logika dan matematika tentunya memberikan keuntungan paling besar. Contohnya terlihat pada cara pengerjaan soal Kannibalen-Missionare (lihat Schönpflug & Schönpflug, 1983).

Agak berbeda dengan pendapat yang dikemukakan dalam buku Schönpflug & Schönpflug (1983), berkenaan dengan pemecahan masalah Matlin (1983), mengatakan bahwa problem terjadi jika terdapat kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diharapkan (Matlin, 2003). Dengan demikian pemecahan masalah atau problem solving adalah suatu upaya atau cara untuk menghilangkan kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diharapkan. Berkaitan dengan itu terdapat beberapa aturan (rules) yang harus diikuti. Lebih rinci, dalam buku Atkinson et al (1996) dikemukakan bahwa dalam pemecahan masalah seseorang berupaya untuk mencapai tujuan atau goal namun belum mengetahui caranya. Orang tersebut harus memecah tujuan menjadi beberapa sub tujuan atau subgoal, dan mungkin selanjutnya harus membagi sub tujuan ini menjadi sub tujuan yang lebih kecil, hingga memungkinkan orang tersebut untuk mendapatkan cara untuk mencapainya (Anderson, 1990, dalam Atkinson et al. 1996).

(3)

(teoritik) yang terpikirkan tidak mengubah realitas sedikit pun. Akan tetapi kekuatannya adalah bahwa tidak setiap pemecahan yang terpikirkan mengubah realitas. Hal ini bisa jadi menggembirakan sebab seseorang dapat menguji dulu pemecahan masalah tersebut dalam pikiran atau ’im Kopf’ dan tidak langsung mengujinya dalam realitas atau secara nyata. Cara ini juga memerlukan waktu lebih sedikit, tidak memerlukan material untuk mengujinya, dan terhindar dari dampak atau akibat yang mungkin terjadi (lihat Schönpflug & Schönpflug, 1983).

Tahap pemecahan masalah atau problem solving:

Pemecahan masalah atau problem solving mengikuti tahap daur ulang sebagai berikut:

Menurut Matlin (2003) pemecahan masalah atau problem solving bisa dilakukan melalui pendekatan the Means-Ends Analysis, yaitu mirip dengan yang dikemukakan oleh Anderson (1990, dalam Atkinson et al. 1996), dan Analogy. Melalui pendekatan analogi, orang menyadari (aware) adanya problem atau masalah yang dihadapi (aware) namun mereka jarang secara spontan menarik analogi terhadap masalah atau problem yang pernah dihadapi sebelumnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi problem solving, adalah

Identifikasi

Masalah

Pengumpulan

Alternatif

Solusi

Pengujian

Solusi

Penilaian

Alternatif

(4)

keahlian atau expertise, ingatan atau memory, pengetahuan dasar atau knowledge base, representasi, mengapresiasi kesamaan struktural atau appreciating structural similarity, elaborasi pada saat awal atau elaborating on initial states, kecepatan dan efisiensi, keterampilan metakognitif.

Menurut Greeno (1977, dalam Matlin, 2003) mengetengahkan bahwa untuk memahami masalah terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu:

 Koherensi, dalam hal ini adalah representasi koheren, yaitu adanya pola yang berkaitan sehingga semua bagian secra keseluruhan memberikan makna

 Korespondensi, yaitu bahwa pemahaman masalah memerlukan hubungan yang dekat antara representasi internal dan material yang dimengerti.

 Latar belakang pengetahuan yang dimiliki, yakni bahwa materi yang harus dimengerti harus berkaitan dengan latar belakang pengetahuan yang dimiliki orang yang harus memahami masalah.

Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat waktu yang diperlukan subjek dalam menyelesaikan problem yang dipresentasikan dalam bentuk nyata atau konkrit (lihat Schönpflug & Schönpflug, 1983) tiga dimensi yaitu Wiggly Block. Wiggly Block merupakan tes yang bisa dipakai untuk manual dexterity. Wiggly block merupakan kubus kayu yang terpotong menjadi sembilan keping berbentuk ombak (wavy lines). Tugas subjek adalah menyusun kembali (reassemble) sembilan keping kayu tersebut menjadi bentuk kubus seperti semula (Chaplin, 1975: Wiggly block tests: a test of manual dexterity in which the task is to reassemble nine blocks cut from reactangular blocks in wavy lines). Dalam penelitian ini Wiggly block digunakan untuk melihat penyelesaian masalah atau problem solving seseorang.

Pertanyaan Penelitian:

Berapa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan Wiggly Block?

Metode:

Subjek penelitian

:

105 orang, berusia 17-45 tahun, laki-laki dan perempuan.

Material:

 Problem konkrit tiga dimensi Wiggly Block:

 Pada penelitian ini digunakan Wiggly Block bentuk I dan bentuk II

Analisis data

 Pencatatan dilakukan terhadap waktu penyelesaian subjek untuk Wiggly Block bentuk I dan Wiggly Block bentuk II

(5)

Wiggly Block Bentuk I

Wiggly Block Bentuk II

Prosedur pelaksanaan:

Subjek dihadapkan pada keping-keping Wiggly Block bentuk I

Subjek diminta untuk menyusunnya menjadi Wiggly Block bentuk I

Waktu pengerjaan subjek dicatat.

Kemudian subjek dihadapkan pada keping-keping Wiggly Block bentuk II

Subjek diminta untuk menyusunnya menjadi Wiggly Block bentuk II

(6)

Hasil penelitian

(7)

Kesimpulan

Secara keseluruhan waktu pengerjaan bentuk I lebih cepat dibandingkan waktu pengerjaan bentuk II (Bentuk I min.=0.49 detik, M=4.5307 detik; Bentuk II min.=1.55 detik, M=7.2560 detik)

Diskusi

Penelitian ini memperlihatkan bahwa Wiggly Block dapat digunakan untuk melihat kemampuan pemecahan masalah atau problem solving seseorang. Dalam penelitian ini yang dilihat adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya.

Jika dilihat dari rata-rata waktu yang diperlukan subjek dalam menyelesaikan Wiggly Block bentuk I dan bentuk II, terlihat adanya perbedaan antara keduanya. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa bentuk Wiggly block mempengaruhi pula waktu pengerjaannya. Hal ini mengantar pada pengertian bahwa Wiggly block bentuk II memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi bagi subjek penelitian dibandingkan dengan Wiggly block bentuk I.

Sebagai problem yang dipresentasikan dalam bentuk nyata atau konkrit tiga dimensi (lihat Schönpflug & Schönpflug, 1983), masalah yang ditawarkan oleh Wiggly Block menjadi jelas. Dengan demikian dalam menyelesaikannya tidak diperlukan lagi kemampuan subjek untuk mempresentasikan. Kesulitan karenanya bisa berasal dari bentuk keseluruhan yang tiga dimensi atau bentuk kepingannya, apakah berbentuk ombak atau berbentuk sudut.

Penelitian lanjutan

 Penelitian selanjutnya dengan menggunakan Wiggly Block kiranya dapat dilakukan dengan subjek penelitian yang lebih banyak dan bervariasi, sehingga diperoleh data base yang lebih representatif untuk populasi di Indonesia.

 Penelitian juga dapat dilakukan dengan mengaitkan demografi subjek dengan jenis Wiggly Block.

 Penelitian lain dapat mengaji kaitkan waktu pengerjaan dengan faktor-faktor lain dalam problem solving, seperti persyaratan dalam memahami problem dan pendekatan problem solving.

Daftar pustaka

Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E.E., Bem, D.J., Noel-Hoeksema, S. (1996). Hilgard’s Introduction to Psychology, 12th edition. Philadelphia, San Diego, New York, Orlando, Austin, San Antonio: Harcourt Brace.

Chaplin, J.P., (1975). Dictionary of psychology, new revised edition. New York: Dell, a laurel original.

Matlin, M.W., (2003). Cognition, 4th Edition. New York: John Wiley & Sons

Schönpflug, W., & Schönpflug, U., (1983), Psychologie. München: Urban & Schwarzenberg. Townsend, J.C., (1953). Introduction to Experimental Method: for Psychology and the Social

Referensi

Dokumen terkait

of Entrepreneurial Skills and Entrepreneurial Intentions A Case of IT employees in Pakistan A Conceptual Development of Entrepreneurial Skills and Entrepreneurial

Itu sebabnya , tujuan di dalam karya ilmiah ini akan dipaparkan mengenai kecerdasan dalam konteks kecerdasan majemuk serta Karunia Roh Kudus dan relasi keduanya dalam

kesulitan ekonomi namun juga karena mereka menikmati kondisi lingkungan di jalan. Taman Bungkul yang merupakan kawasan wisata di kota Surabaya, tempat ini selalu ramai

592 103015921285 RURI FITRIYANI SMAN 1 GUNUNG TALANG Politeknik Negeri Padang-D4 TEKNOLOGI REKAYASA PERANGKAT

Interaksi antara panjang pipa dengan laju lair udara dan interaksi laju alir udara dengan laju alir air serta interaksi panjang pipa dengan laju alir mempunyai nilai yang

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop, aspek penguasaan konsep, dan kemampuan guru dalam membimbing kegiatan

Jatinegara TmrIV / 11JakTim (msk smpg RS. Villa Japos Ciledug.. 23 Dpn Stasiun Jatinegara Telp. Sdr KlgTwt Jcpt. Pejuangan Prisma Kedoya D22 / 23 JakBar HONDA CRV 2. Mandala