• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE T.A 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE T.A 2012/2013."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan waktu yang direncanakan.

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe T.A 2012/2013” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penulisan skripsi ini sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd dan Bapak Mulyono, S.Si.,M.Si, yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Nerli Khairani, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf pegawai jurusan matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis. Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak kepala sekolah (Bapak Bastaria Sinulingga, S.Pd, M.Pd) dan Bapak guru matematika (Bapak J.Lubis ) di SMA Negeri 2 Kabanjahe yang telah banyak membantu selama penelitian ini.

(3)

v

penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga buat teman-teman seperjuangan DIK B’09 yang memberikan dukungan dan masukan kepada penulis. Khususnya terima kasih kepada yang terkasih Hendro Handoko Sihite yang telah banyak membantu, memberi masukan dan selalu memberi semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.

Medan, Agustus 2013

(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE T.A. 2013/2014

Charlely Tesi (409111016)

ABSTRAK

Masalah dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar matematika siswa yang masih rendah, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada bentuk pangkat dan akar di kelas X SMA negeri 2 Kabanjahe T.A. 2013/2014.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe T.A. 2013/2014 yang berjumlah 32 orang dan objek dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat dan akar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi dan tes.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Dalam pelaksanaan siklus I, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok asal secara heterogen berdasarkan tes awal. Kelompok tersebut terdiri dari 2 (berpasangan). Sedangkan pada pelaksanaan siklus II, kelompok asal dibentuk berdasarkan hasil THB I dimana setiap kelompok terdiri dari 2 orang (berpasangan) .

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Indikator Aktivitas Siswa 13

Tabel 2.2 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan konvensional 19 Tabel 2.3 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif 20 Tabel 3.1 Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran 38 Tabel 3.2 Kriteria Aktivitas Siswa 39

Tabel 4.1 Tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada tes awal 44

Tabel 4.2 Data Kesalahan siswa pada tes awal 45

Tabel 4.3 Deskripsi hasil observasi guru dalam pembelajara siklus I 51

Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Belajar siswa I 52

Tabel 4.5 Deskripsi Tes Hasil Belajar I 53

Tabel 4.6 Paparan nilai tes hasil belajar siswa 54

Tabel 4.7 Data kesalahan siswa pada tes hasil belajar I 56

Tabel 4.8 Deskripsi hasil observasi guru dalam pembelajaran siklus II 66

Tabel 4.9 Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa II 67

Tabel 4.10 Deskripsi Tes Hasil Belajar II 68

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(7)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP Siklus I 83

Lampiran 2. RPP Siklus II 93

Lampiran 3. Lembar Aktivitas Siswa I 106

Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa II 118

Lampiran 5. Kisi-kisi THB I 127

Lampiran 6. Kisi-kisi THB II 128

Lampiran 7. Tes Hasil Belajar I 129

Lampiran 8. Tes Hasil Belajar II 131

Lampiran 9. Alternatif THB I 133

Lampiran 10 Alternatif THB II 136

Lampiran 11 Validitas THB I 140

Lampiran 10. Validitas THB II 143

Lampiran 13. Lembar observasi aktivitas siswa 146

Lampiran 14. Pedoman penilaian aktivitas siswa 154

Lampiran 15 Lembar observasi pembelajaran 156

Lampiran 16 Pedoman penilaian pembelajaran 160

Lampiran 17 Data Hasil Observasi Aktivitas siswa 162 Lampiran 18 Keterkaitan antara aktivitas belajar dan hasil belajar siswa 175

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kualitas pembelajaran dan prestasi belajar matematika di Indonesia sampai saat ini masih belum mengalami perubahan yang menggembirakan. Secara umum prestasi belajar matematika siswa SMA di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan prestasi belajar mata pelajaran lainnya. Seperti yang diungkapkan dalam (http://sains.kompas.com/read/2012/06/02) “Siswa yang mengikuti ujian nasional 2012 yang tidak lulus terbanyak dalam mata pelajaran matematika, kemudian diikuti Bahasa Inggris, IPA, dan Bahasa Indonesia, ungkap Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan, Mohammad Nuh. “Seluruhnya 229 siswa tidak lulus mata

pelajaran matematika,” ungkap nya kepada pers saat menyampaikan hasil Ujian Nasional (UN) 2012. “Hal ini disebabkan siswa tidak dapat memenuhi batas minimal kelulusan yang ditargetkan”.

Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar tersebut adalah secara umum siswa masih menganggap bahwa matematika itu sulit. Abdurrahman

(2003:252) menjelaskan: “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah,

matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa baik yang berkesulitan belajar maupun bagi yang tidak berkesulitan belajar”. Disamping itu belum digunakannya pembelajaran yang variatif, interaktif, dan menyenangkan akan memicu siswa tidak menyukai matematika dan menganggap matematika sebagai pelajaran yang menakutkan. Pembelajaran lebih terpusat pada guru, bukan pada siswa. Guru mendominasi pembelajaran, sementara siswa hanya menjadi pendengar dan pencatat yang baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Turmudi (2008:10) menjelaskan bahwa:

“Ilmu pengetahuan (matematika) yang selama ini disampaikan

menggunakan system transmission knowledge (bagaikan menuangkan air dari poci ke dalam gelas), siswa disuruh diam dengan “manis”, mendengarkan expository (uraian dan penjelasannya) guru, menirukan ucapan guru, mengimitasikan proses menggambarnya guru, mengkopi apa

(10)

2

yang diberikan guru didepan kelas. Dengan kata lain semuanya adalah aktivitas pasif”.

Hal ini berdampak pada sikap siswa yang kurang mandiri, tidak berani mengungkapkan pendapat sendiri, selalu meminta bimbingan guru dan kurang gigih mencoba menyelesaikan masalah matematika, sehingga pengetahuan yang dipahami siswa hanya sebatas yang diberikan guru. Kenyataan pengajaran matematika seperti ini membuat pengajaran matematika menjadi tidak menarik, sehingga siswa tidak tertarik untuk belajar matematika yang pada akhirnya mengakibatkan penguasaan siswa terhadap matematika menjadi relatif rendah.

Dimyati (2006:238) menjelaskan: “Faktor intern yang berpengaruh dalam

proses belajar siswa adalah (1) Sikap terhadap belajar, (2) Motivasi belajar, (3) Konsentrasi belajar, (4) Mengolah bahan belajar, (5) Menyimpan perolehan hasil belajar, (6) Menggali hasil belajar yang tersimpan, (7) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, (8) Rasa percaya diri siswa, (9) Intelegensi dan keberhasilan belajar, (10) Kebiasaan belajar dan (11) Cita-cita siswa. Sedangkan faktor ekstern yang berpengaruh dalam proses belajar siswa adalah (1) Guru sebagai pembina siswa belajar, (2) Prasarana dan sarana pembelajaran, (3) Kebijakan penilaian, (4) Lingkungan sosial siswa di sekolah dan (5) Kurikulum

(11)

3

Melihat rendahnya hasil belajar siswa tersebut, pihak sekolah mengaku telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan antara lain melengkapi buku-buku perpustakaan, mendisplinkan proses belajar mengajar baik siswa maupun guru, dan mengikutsertakan guru dalam pelatihan-pelatihan, setiap guru mata pelajaran wajib membuat perangkat-perangkat pembelajaran seperti program tahunan, program semester, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran. Namun, walau demikian hasil belajar matematika siswa masih cenderung rendah. Hal ini melatarbelakangi peneliti untuk memilih SMA Negeri 2 Kabanjahe sebagai lokasi untuk melakukan penelitian.

Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi awal yang dilakukan pada february 2013, terhadap guru dan siswa yang hasil belajarnya rendah . Adapun hasil observasi dan wawancara terkait dengan siswa yang tidak tuntas ditemukan beberapa jawaban antara lain:

1. Siswa menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit dan rumit apalagi penyampaiannya dengan metode ceramah khususnya pokok bahasan bentuk pangkat dan akar,

2. Masih banyak siswa yang tidak memperhatikan guru dalam menjelaskan materi.

3. Sering kali ketika diberi kesempatan untuk bertanya siswa hanya berdiam, sementara siswa belum memahami materi yang disampaikan guru.

4. Kadang kala jika ada siswa yang bertanya kepada guru, teman-temannya malah melecehkannya.

(12)

4

Disamping itu , dari hasil wawancara terhadap guru matematika, Ibu S.N. Sinuraya, mengatakan bahwa salah satu nilai siswa yang agak rendah yaitu pada materi bentuk pangkat dan akar. Dan setelah peneliti melakukan tes awal terlihat bahwa siswa belum memahami sifat-sifat operasi aljabar pada bilangan yang sebenarnya itu merupakan prasyarat dalam materi tersebut. Menurut ibu S.N.:

“ Hasil belajar matematika siswa secara umum masih rendah, masih

banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata. Saya melihat, secara umum siswa memang kurang menyukai pembelajaran matematika, siswa sangat pasif, sehingga tidak ada keinginan untuk belajar matematika itu sendiri. Sudah sering dilakukan motivasi namun mereka memang seolah tidak berniat untuk mengikuti pembelajaran.”

Jika diperhatikan, secara umum siswa tidak memiliki keinginan untuk belajar matematika yang terlihat dari rasa bosan, jenuh siswa pada pembelajaran . Tidak ada ketertarikan sehingga siswa lebih memilih untuk pasif atau tidak aktif. Slavin (dalam Trianto, 2009: 30) mengatakan bahwa ”Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan

aktif berinteraksi dengan lingkungannya”. Dapat dikatakan bahwa aktivitas

merupakan salah satu hal yang mempengaruhi proses pembelajaran. Namun, jika permasalahan ini masih berlanjut aktivitas belajar siswa ini akan semakin menurun. Semakin lama siswa akan semakin bosan, dan menganggap matematika sebagai mata pelajaran tuntutan kurikulum saja . Siswa tidak dapat menerima makna dari pembelajaran matematika itu sendiri dan pada akhirnya akan berdampak pada hasil belajar siswa.

(13)

5

siswa duduk secara pasif menerima informasi Kondisi ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan guru masih kurang bervariasi.

Lie ( 2010; 3) mengemukakan bahwa :

“Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama bahwa jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti dapat mengajar. Banyak guru masih menganggap paradigma lama ini satu-satunya alternative. Mereka mengajar dengan metode ceramah mengharapkan siswa Duduk, Diam , Dengar , Catat dan Hapal ( 3DCH) serta mengadu siswa satu sama lain.”

Oleh karena itu Lie (2010; 4-5) juga mengemukakan bahwa :

“Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut :

1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan siswa. 2. Siswa membangun pengetahuan secara aktif

3. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa.

4. Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi guru dan siswa.”

Strategi yang paling sering dilakukan untuk mengaktifkan siswa adalah diskusi kelas, Namun kenyataannya, strategi ini tidak terlalu efektif karena meskipun guru sudah mendorong siswa untuk aktif dalam berdiskusi , kebanyakan siswa hanya diam dan menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai oleh beberapa siswa saja. Menurut Isjoni ( 2009; 20)

(14)

6

Ada beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe TPS ( Think Pair Share) . Model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini melibatkan siswa

berperan aktif , aktif untuk diri sendiri, aktif untuk berdiskusi dalam kelompok, dan aktif untuk berbagi hasil dengan yang lain. Menurut Frang Lyman (dalam Trianto 2009; 81)

“Strategi Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan , dan prosedur yang digunakan dapat memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir,untuk merespon dan saling membantu.”

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE T.A. 2013/2014

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu:

1. Siswa masih menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit 2. Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas

3. Rendahnya hasil belajar matematika siswa

4. Pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru kurang bervariasi

1.3. Batasan Masalah

(15)

7

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share di kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe tahun ajaran 2013/2014 ?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share di kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe tahun ajaran 2013/2014 ?

1.5. Tujuan Penelitian :

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share di kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe tahun ajaran 2013/2014.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share di kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe Tahun ajaran 2013/2014.

1.6. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas , maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berikut :

1. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran matematika

2. Sebagai alternatif bagi guru mata pelajaran matematika dalam upaya meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa

3. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

(16)

81

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., dkk., (2008), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Bumi Aksara, Jakarta.

Daryanto.2011. Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian Tindakan Sekolah. Gava Media : Yogyakarta

Dimyati, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,

(2009), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed.

Hamalik, O, (2008), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.

Isjoni, (2009), Pembelajaran kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Gramedia : Jakarta.

Muntazhimah, (2011), Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat melalui Model Pembelajaran Kooperatif

tipe STAD Berbantuan Chip Bilangan pada Siswa Kelas VII SMP N 1

Lubuk Pakam T.A 2011/2012, FMIPA UNIMED, Medan.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(17)

82

Slameto,(2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Slavin, Robert .2005. Cooperative Learning. Nusa media: Bandung.

Sudjana, Nana, (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Trianto,(2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta.

Turmudi, (2008), Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika, Leuser Cita Pustaka, Jakarta

Laporan Mendikbud dalamhttp://sains.kompas.com/read/2012/06/07 diakses Rabu, 27 januari 2013. Pukul 14.00 WIB.

Gambar

Gambar 3.1   Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Grafik 4.1.  Peningkatan proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II

Referensi

Dokumen terkait

1) Adaptasi terhadap kenaikan harga BBM, yaitu deskripsi respon nelayan garuk untuk menentukan opsi rasional dan efektif dalam menangani dampak kenaikan harga BBM pada

Mengingat akan pentingnya rencana pembangunan dalam dimensi jangka panjang, seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Kegiatan Rintisan Rumah Pintar dilakukan dalam bentuk penataan kelembagaan, peningkatan sarana dan prasarana, pembelajaran dan/atau pelatihan, serta pendampingan. Kegiatan yang

Hasil : Dari hasil penelitian 40 orang mahasiswa yang diukur dengan tes bangku QCST didapatkan V02 maks yaitu 28 orang ( 70 % ) memiliki kriteria baik (42,45 ml- 55,86 ml), 12 orang

Oleh karena itu, penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh dari empat inisiatif jasa manajemen (dukungan manajemen organisasi, penghargaan, empowerment ,

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.

Hal ini menunjukkan bahwa penjadwalan dengan menggunakan algoritma FFLL dapat menghasilkan throughput yang lebih besar dan work in process yang lebih kecil daripada

Dengan pemberian infra red dan terapi latihan berupa active exercise, dan hold relax pada kasus Fraktur radius 1/3 distal sinistra didapatkan adanya perubahan