• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS JUAL BELI BARANG MELALUI TOKO ONLINE (E-COMMERCE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS YURIDIS JUAL BELI BARANG MELALUI TOKO ONLINE (E-COMMERCE)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurisprudentie | Volume I Nomor 2 Desember 2014 1

ANALISIS YURIDIS JUAL BELI BARANG MELALUI TOKO ONLINE (E-COMMERCE)

ANDI RISMA Universitas Muslim Indonesia

Email: permata.mitha@yahoo.com ABSTRACT

Online transaction is a process of buying and selling electronic products from a company by using computer as an intermediary. The regulation which is used for conducting online transactions is state No. 11 of 2008 (Information and Electronic Transaction) more known as UU ITE. Moreover, the rule No. 8 of 1999 about Consumer Protecting expressly provides regulation to protect the rights of people who use the goods / services.

Keyword: Online transaction

ABSTRAK

Jual beli barang melalui toko online adalah suatu proses membeli dan menjual produk secara elektronik oleh konsumen dari Perusahan dengan komputer sebagai perantara transaksi Bisnis. Payung hukum yang di jadikan dasar pelaksanaan perjanjian jual beli secara online adalah UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi Elektronik yang disingkat UU ITE. Disamping itu terdapat UU No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang secara tegas memberikan Payung Hukum untuk melindungi hak-hak masyarakat pengguna barang/jasa.

Kata Kunci: Tranksaksi online

(2)

Jurisprudentie | Volume I Nomor 2 Desember 2014 2 PENDAHULUAN

emenuhan kebutuhan hidup di dalam masyarakat sangatlah penting dan menjadi hal yang sangat utama. Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut masyarakat sering menggunakan transaksi jual beli. Hal ini dapat dilihat dari trend perkembangan pembelian suatu produk yang semakin pesat.

Transaksi jual beli dalam perdangangan dapat timbul jika terjadi pertemuan antara penawaran dan permintaan terhadap barang yang dikehendaki. Sehingga dalam kondisi ini masyarakat bisa saja merasa diuntungkan atau dapat juga merasa dirugikan, di untungkan apabila pemenuhan barang tersebut sesuai dengan permintaan konsumen, sedangkan dirugikan apabila barang yang dibeli oleh konsumen ternyata memiliki kecacatan. Hal inilah yang sering ditemui antara pelaku usaha dan konsumen.

Perkembangan internet yang semakin maju merupakan salah satu faktor pendorong berkembangnya e-commerce. Perkembangan e-commerce diatur di dalam undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik yang disingkat UU ITE. Sebagai konsumen, kita harus jeli di dalam membeli suatu barang. Biasanya di dalam suatu transaksi jual-beli secara e- commerce terdapat suatu perjanjian antara pelaku usaha dan konsumen.

Jual beli merupakan salah satu jenis perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata, sedangkan e-commerce pada dasarnya merupakan model transaksi jual beli modern yang mengimplikasikan inovasi tekhnologi seperti internet sebagai media transaksi. Kehendak para pihak yang diwujudkan dalam kesepakatan ialah merupakan dasar mengikatnya suatu perjanjian, kehendak itu dapat dinyatakan dengan berbagai cara baik lisan maupun tertulis dan mengikat para pihak dengan segala akibat hukumnya.

Di dalam pembelian barang secara online, seorang pembeli bisa melihat terlebih dahulu barang dan jasa yang hendak dibelanjakan melalui web yang konsumen suatu bidang usaha penjualan harus inovatif dan selalu memberikan yang terbaik bagi konsumen. Inovatif dalam arti harus menjual produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen di samping itu barang-barang yang ditawarkan mengikuti perkembangan. Kemudian memberikan yang terbaik berarti memberikan banyak alternatif barang, dan kemudahan dalam bertransaksi.

Media internet memiliki fungsi sebagai salah satu cara menjangkau pelanggan tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Perdagangan melalui e-commerce selalu meningkat jumlahnya, hal ini dapat dilihat dari pantauan DTO (Data Transfer Object) memperkirakan bahwa jumlah penjual online dan pengguna internet lain adalah 1:500 orang. Asumsi ini tentu dapat menjadi tolak ukur lain potensi e-commerce di Indonesia yang masih menyisakan peluang besar.

P

(3)

Jurisprudentie | Volume I Nomor 2 Desember 2014 3 Chairman Sharing Vision Dimitri Mahayana dari Lembaga Riset Telematika Sharing Vision menyatakan bahwa perdagangan melalui internet di Indonesia pada tahun 2009 telah mencapai 3,4 juta dollar atau setara dengan 35 triliun rupiah. Hal ini dikarenakan para konsumen telah diberi kemudahan dalam melakukan pembelian suatu produk. Perkembangan e-commerce di Indonesia dan di dunia, di askes 17 September 2013)

Perkembangan saat ini banyak bermunculan toko-toko online. Sehingga banyak yang memanfaatkan untuk mengambil keuntungan pribadi dengan melakukan penipuan. Pada awal 2010-2011 banyak bermunculan toko online palsu baik melalui website maupun jejaring sosial. Mereka menjanjikan dengan harga yang jauh lebih murah dari harga normal. Dalam prakteknya biasanya mereka meminta transfer 50% di awal. Dan perjanjian akan mengirimkan barangnya segera, akan tetapi esoknya hanya mereka meminta pelunasan dengan alasan ada masalah administrasi. Dan berjanji akan mengirimkannya secepatnya.

Akan tetapi setelah pelunasan terjadi oleh pihak pembeli. Maka si penjual langsung menonaktifkan nomor telepon seluler yang dipakai untuk berhubungan denga pembeli tadi. Perkembangan e-commerce di Indonesia, di Askes 16 September 2013)

E-commerce memberikan kemanjaan yang luar biasa kepada konsumen, karena konsumen tidak perlu keluar rumah untuk berbelanja di samping itu pilihan barang/jasa pun beragam dengan harga yang relatif lebih murah. Dapat dikatakan adanya hal positif ataupun negatif. Dikatakan positif karena kondisi tersebut dapat memberikan manfaat bagi konsumen untuk memilih secara bebas barang/jasa yang diinginkannya. Konsumen memiliki kebebasan untuk menentukan jenis dan kualitas barang/jasa yang disesuai dengan kebutuhannya.

Namun disisi lain dapat dikatakan negatif karena kondisi tersebut menyebabkan posisi konsumen menjadi lebih lemah daripada pelaku usaha yang dapat mengakibatkan kekecewaan dan kerugian.

PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. Pengertian e-commerce

E-commerce adalah suatu proses membeli dan menjual produk-produk secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan computer sebagai perantara transaksi bisnis. (http://jurnal-sdm.blogspot.com).

E-commerce juga dapat diartikan bahwa adanya transaksi jual beli antara pelaku usaha dengan konsumen yang pembelian dan pemesanan barangnya melalui media online. Di dalam pengertian lain, e-commerce yakni transaksi

(4)

Jurisprudentie | Volume I Nomor 2 Desember 2014 4 komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah barang, pelayanan dan peralihan hak. (http://elib.unikom.ac.id, Aspek-aspek Hukum Tentang Pemalsuan Tanda Tangan Digital dam E-commerce diakses 11 September 2013)

Dari berbagai definisi, terdapat kesamaan. Kesamaan tersebut memperlihatkan bahwa e-commerce memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Terjadi transaksi antara dua belah pihak.

b. Adanya pertukaran barang, jasa atau informasi.

c. Internet merupakan medium utama dalam proses atau mekanisme perdagangan tersebut. (Hadi Faulidi Asnawi, 2004 : 17)

B. Syarat Sahnya Perjanjian Jual-beli Melalui E-commerce

Pada dasarnya syarat sahnya perjanjian jual beli yakni sudah tertuang di dalam Pasal 1320 KUHPerdata, hal ini juga dapat menjadi acuan syarat sahnya suatu perjanjian jual beli melalui e-commerce. Karena e-commerce juga merupakan kegiatan jual beli yang perbedaanya dilakukan melalui media online.

Hanya saja dalam jual beli melalui e-commerce dilakukan melalui media internet yang bisa mempercepat, mempermudah dan transaksi jual beli tersebut. Dalam UU ITE juga menambahkan beberapa persyaratan lain, misalnya:

a. Beritikad baik (Pasal 17 ayat 2)

b. Ketentuan mengenai waktu pengiriman dan penerimaan informasi dan/atau Transaksi Elekstronik (Pasal 8)

c. Menggunakan Sistem Elektronik yang andal dan aman serta bertanggung jawab (Pasal 15). (Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik)

Dalam perjanjian e-commerce, terdapat proses penawaran dan proses jenis barang yang dibeli maka transaksi antara penjual (seller) dengan pembeli (buyer) selesai. Penjual menerima persetujuan jenis barang yang dipilih dan pembeli menerima konfirmasi bahwa pesanan atau pilihan barang telah diketahui oleh penjual. Setelah penjual menerima konfirmasi bahwa pembeli telah membayar harga barang yang dipesan, selanjutnya penjual akan melanjutkan atau mengirimkan konfirmasi kepada perusahaan jasa pengiriman untuk mengirimkan barang yang dipesan ke alamat pembeli. Setelah semua proses terlewati, dimana ada proses penawaran, pembayaran, dan penyerahan barang maka perjanjian tersebut dikatakan selesai seluruhnya atau perjanjian tersebut berakhir.

(5)

Jurisprudentie | Volume I Nomor 2 Desember 2014 5 C. Tanggung jawab Para Pihak Dalam Jual Beli Melalui Internet.

Transaksi e-commerce dilakukan oleh pihak yang terkait, walaupun pihak- pihaknya tidak bertemu secara langsung satu sama lain melainkan berhubungan melalui media internet. Dalam e-commerce, pihak-pihak yang terkait tersebut antara lain:

a. Penjual atau merchant yang menawarkan sebuah produk melalui internet sebagai pelaku usaha.

b. Pembeli yaitu setiap orang tidak dilarang oleh undang-undang yang meneriam penawaran dari penjual atau pelaku usaha dan berkeinginan malakukan transaksi jual beli produk yang ditawarkan oleh penjual.

c. Bank sebagai pihak penyalur dana dari pembeli atau konsumen kepada penjual atau pelaku usaha/merchant, karena transaksi jual beli dilakukan secara elektrinik, penjual dan pembeli tidak berhadapan langsung, sebab mereka berada pada lokasi yang berbeda sehingga pembayaran dapat dilakukan melalui perantara dalam hal ini yaitu Bank.

d. Provider sebagai penyedia jasa layanan akses internet.

Pada dasarnya pihak-pihak dalam jual beli secara elektronik tersebut di atas, masing-masing memiliki hak dan kewajiban, penjual/pelaku usaha/merchant merupakan pihak yang menawarkan produk melalui internet, oleh karena itu penjual bertanggung jawab memberikan secara benar dan jujur atas produk yang ditawarkan kepada pembeli atau konsumen (UU ITE Pasal 9).

Di samping itu, penjual juga harus menawarkan produk yang diperkenankan oleh undang-undang maksudnya barang yang ditawarkan tersebut bukan barang yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, tidak rusak atau mengandung cacat tersembunyi dan sesuai dengan pesanan, sehingga barang yang ditawarkan adalah barang yang layak untuk diperjual belikan (UUPK Pasal 8).

Penjual juga bertanggung jawab atas pengiriman produk atau jasa yang telah dibeli oleh seorang konsumen. Dengan demikian, transaksi jual beli termaksud tidak menimbulakan kerugian bagi siap pun yang membelinya. Di sisi lain, seseorang , seorang penjual atau pelaku usaha memiliki hak untuk mendapatkan pembayaran dari pembeli/konsumen atas harga barang yang di jualnya dan juga berhak untuk mendapatkan perlindungan atas tindakan pembeli/konsumen yang beritikad tidak baik dalam melaksanakan transaksi jual beli elektronik ini. Jadi, pembeli berkewajiban untuk membayar sejumlah harga atas produk atau jasa telah dipesannya pada penjual tersebut.

(6)

Jurisprudentie | Volume I Nomor 2 Desember 2014 6 Bank sebagai perantara dalam transaksi jual beli secara elektronik, berkewajiban dan bertanggung jawab sebagai penyalur dana atas pembayaran suatu produk dari pembeli kepada penjual produk itu karena mungkin saja pembeli/konsumen yang berkeinginan membeli produk dari penjual melalui internet yang letaknya berada saling berjauhan sehingga pembeli termaksud harus menggunakan fasilitas Bank untuk melakukan pembayaran atas harga produk yang telah dibelinya dari penjual, misalnya dengan proses pertransferan dari rekening pembeli kepada rekening penjual (acount to acount).

Provider merupakan pihak lain dalam transaksi jual beli secara elektronik, dalam hal ini provider memiliki kewajiban atau tanggung jawab untuk menyediakan layanan akses 24 jam kepada calon pembeli untuk dapat melakukan transaksi jual beli secara elektronik melalui media internet dengan penjualan yang menawarkan produk lewat internet tersebut, dalam hal ini terdapat kerja sama antara penjual/pelaku usaha dengan provider dalam menjalankan usaha melalui internet ini. Transaksi jual beli secara elektronik merupakan hubungan hukum yang dilakukan dengan mamadukan jaringan (network) dari sistem yang informasi berbasis computer dengan sistem komunikasi yang berdasarkan jaringan dan jasa telekomunikasi.

Terkait dengan hal tersebut di atas Pasal 12 Ayat (3) Undang-undang ITE menjelaskan bahwa “Setiap Orang yang Melakukan Pelanggaran Ketentuan Sebagaimana yang dimaksud Pada Ayat 1 bertanggung jawab atas segala kerugian dan konsekuensi hukum yang timbul”. Artinya para pihak bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul akibat pelanggaran yang dilakukan terhadap pemberian pengamanan dalam perjanjian jual beli online.

PENUTUP

Berdasarkan uraian mengenai tanggung jawab toko online terhadap pembelian barang tidak sesuai dengan pesnan maka dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut:

Tanggung jawab para pihak dalam jual beli dalam internet yaitu pihak penjual bertanggung jawab atas semua produk atau jasa yang telah di iklankannya di internet serta bertanggung jawab atas pengiriman barang/jasa yang telah dipesan oleh seorang pembeli sedangkan pembeli bertanggung jawab untuk membayar sejumlah harga dari produk atau jasa yang telah dibelinya dari penjual.

Pasal 15 dan 16 undang-undang ITE menjelaskan bahwa sistim penyelenggara informasi dan transaksi elektronik harus dilakukan secara aman andal dan beroprasi sebagaimana mestinya. Pemyelenggaraan sistim elektronik bertanggung jawab atas sistim yang diselenggarakannya. Namun, apabila adanya

(7)

Jurisprudentie | Volume I Nomor 2 Desember 2014 7 pihak lain yang secara tanpa izin melakukan tindakan sehingga sistim tidak berjalan semestinya, maka penyelenggara sistim elektronik tidak bertanggung jawab atas akibatnya.

(8)

Jurisprudentie | Volume I Nomor 2 Desember 2014 8 DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Raja Grafindo Persada, 2008

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009

Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis e-commerce Perspektif Islam, Magistra Insania Press, Yogyakarta, 2004

Lia Sautunnida, Jual Beli Melalui Internet (E-Commerce) Kajian Menurut Buku III KUH Perdata dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, 2008

Mariam Darus Badrilzaman, Komplikasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Citra Umbara, Bandung 2011.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

Referensi

Dokumen terkait

2017 SAKTI yang diselenggarakan oleh FKTI Universitas Mulawarman ini dengan harapan semoga memberikan pencerahan bagi kita khususnya yang selalu telibat dalam penelitian,

Gowa, dapat diidentifikasi permasalahan yang terkait dengan proses belajar mengajar, antara lain : (1) kurangnya peran guru dalam menciptakan strategi pembelajaran

Makna yang terkandung dalam syair Peuayôn Aneuk di Gampong Lhok Dalam Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur adalah tentang nasehat pentingnya mengakui adanya

Metode untuk menilai kepatuhan menghasilkan analisis gap yang kemudian diteruskan dengan analisis resiko untuk setiap gap yang ada, hasil dari analisis resiko dikembalikan

Walaupun pada penelitian ini hasil yang didapatkan adalah terdapat adanya hubungan antara kelengkapan imunisasi dasar dengan kejadian stunting , namun perlu diketahui

Terkait dengan semakin beragamnya media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar, pemilihan media hendaknya memperhatikan beberapa prinsip, yaitu: (a)

35 Ibid... 1) Pertama, larangan menerima pinangan (khitbah). Laki-laki asing tidak diperbolehkan meminang perempuan yang sedang dalam masa iddah secara terang-terangan,