• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM PETIK (Amaranthus hybridus L.) PADA BERBAGAI MEDIA KULTUR PASIR SEBAGAI PENUNJANG MATAKULIAH FISIOLOGI TUMBUHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM PETIK (Amaranthus hybridus L.) PADA BERBAGAI MEDIA KULTUR PASIR SEBAGAI PENUNJANG MATAKULIAH FISIOLOGI TUMBUHAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

199

PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM PETIK (Amaranthus hybridus L.) PADA BERBAGAI MEDIA KULTUR PASIR SEBAGAI PENUNJANG

MATAKULIAH FISIOLOGI TUMBUHAN

Vandalita Maria Magdalena Rambitan FKIP Universitas Mulawarman Samarinda

Email : vandalitammr@ymail.com

ABSTRAK

Penelitian mengenai pertumbuhan tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.) pada berbagai media kultur pasir sebagai penunjang mata kuliah Fisiologi Tumbuhan, sudah dilakukan di green house di Jl. A. W. Syahranie Samarinda, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimanakah pertumbuhan tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.) pada berbagai media kultur pasir, dan mengetahui media kultur pasir yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.).

Penelitian ini merupakan eksperimen sesungguhnya (True Experiment), dengan populasi dan sampel penelitian adalah tanaman bayam petik dengan sampel 24 bibit tanaman bayam petik yang sehat, tidak terdapat gejala serangan hama dan penyakit, memiliki ukuran yang relatif sama besar, dan akar yang kuat. Unit-unit percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yang diulang sebanyak 6 kali, masing-masing perlakuan antara lain P0 = kontrol, P1 = media pasir kali, P2

= media pasir pantai dan P3 = media pasir gunung. Parameter yang diukur yaitu pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering yang diukur pada saat tanaman berumur 15, 30 dan 45 hari setelah tanam, dan pada saat panen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media kultur pasir mempengaruhi pertumbuhan tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.), dan media kultur pasir yang tepat untuk pertumbuhan terbaik tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.) adalah media pasir sungai.

Pertumbuhan tanaman bayam petik dalam media kultur pasir menunjukkan bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penunjang mata kuliah Fisiologi Tumbuhan, khususnya dalam pokok bahasan Hara dan Nutrisi Tumbuhan, Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan, serta Produktivitas Tumbuhan.

Demikian pula, prosedur penelitian ini dapat digunakan sebagai penuntun praktikum mahasiswa untuk memahami pokok bahasan yang ada dalam mata kuliah Fisiologi Tumbuhan.

Kata Kunci: Media Kultur Pasir, Pertumbuhan Tanaman Bayam Petik

Kondisi pertanian di Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan dimana kesejahteraan petani yang masih rendah dan semakin sempitnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan pertanian ke pemukiman, sehingga memicu terhambatnya perkembangan pertanian.

Namun demikian, sekarang ini teknologi pertanian mengalami perkembangan yang cukup

pesat terutama dalam pertanian secara hidroponik.

Bercocok tanam secara hidroponik adalah

cara menumbuhkan tanaman dengan

memanfaatkan tempat - tempat yang berisi air

atau metode bertanam dengan media (perantara)

bukan tanah, seperti kerikil, pecahan genteng,

busa dan pasir, dimana keadaan media tanam

(2)

200 tersebut harus steril, sehingga hama dan penyakit tanaman yang berasal dari tanah akan mati.

Budidaya hidroponik ternyata memberikan hasil yang sangat memuaskan, bahkan bila disertai dengan perawatan yang baik, produksinya akan mencapai jumlah lebih tinggi dan mutu lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang dihasilkan melalui penggunaan media tanah, tetapi membutuhkan ketelatenan dan kesabaran.

Bercocok tanam secara hidroponik diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sayuran, terutama bagi masyarakat perkotaan yang memang sebagai konsumen utama. Oleh karena itu, bercocok tanam secara hidroponik pada saat ini lebih cocok bila dikembangkan pada masyarakat perkotaan terutama yang memiliki kegemaran berkebun tetapi tidak memiliki lahan yang cukup untuk bertanam, sedangkan melalui cara hidroponik dapat dilakukan di pot atau tempat bertanam yang dapat diatur dan hanya memerlukan tempat relatif lebih sempit.

Media tanam hidroponik yang sering digunakan selain media air adalah pasir. Pasir yang digunakan harus berstruktur baik dan sebelum digunakan harus diberi perlakuan terlebih dahulu yaitu dengan mensterilkan media tanam lewat pemanasan mencapai antara 100ºC - 150ºC agar media tanam bebas dari mikroba penyebab penyakit dan hama. Dalam pertanaman secara hidroponik, pasir bertindak sebagai media tumbuh tanaman, sementara sebagai suplai makanan bagi tanaman adalah air dan unsure- unsur hara lain yang dilarutkan dalam air. Pasir yang baik digunakan sebagai media tanam yaitu pasir kali, pasir pantai dan pasir gunung. Pasir tidak boleh langsung digunakan, tetapi harus melewati perlakuan terlebih dahulu (Lingga, 2006).

Setiap kegiatan budidaya tanaman, pupuk merupakan suatu faktor yang sangat penting.

Pupuk merupakan sumber makanan bagi tanaman yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam sistem hidroponik

pupuk dinamakan nutrisi, maka dalam penelitian ini digunakan larutan nutrisi hidroponik yaitu NASA. Keistimewaan nutrisi hidroponik ini, selain mengandung semua unsur hara yang diperlukan tanaman, juga menggunakan bahan - bahan yang 100% dapat larut dalam air, dan cara penggunaannya sangat praktis dan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama (Edi, 2008).

Salah satu sayuran yang banyak dibudidayakan dengan menggunakan sistem hidroponik adalah tanaman bayam petik. Karena selain mudah dibudidayakan sayuran ini juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan nilai gizi yang tinggi. Lepas dari peran nutrisionalnya, sayuran ini menduduki tempat khusus dalam sistem pertanian karena metode pengusahaannya yang sangat intensif, karena sayuran dipanen dalam bentuk segar maka hasilnya apabila diusahakan akan tinggi pula.

Bayam petik merupakan sayuran yang telah lama dikenal dan dibudidayakan secara luas oleh petani di seluruh wilayah di Indonesia.

Kandungan gizi bayam petik tidak kalah dengan sejumlah sayuran lain, merupakan jenis sayuran hijau yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan. Daun bayam terdapat cukup banyak kandungan protein, mineral, kalsium, zat besi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Komposisi zat gizi per 100 g

Bayam mengandung nutrisi 2,3 gram protein, 3,2 gram karbohidrat, 3 gram zat besi dan 81 gram kalsium. Bayam juga kaya berbagai vitamin dan mineral, termasuk vitamin A, vitamin C, niacin, thiamin, phosphorus, riboflavin, sodium, kalium dan magnesium (Gunawan, 2013).

Tanaman bayam yang diusahakan secara hidroponik, dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan yang ditanam di lahan biasa.

Dengan demikian panen pun dapat dilakukan

lebih cepat. Pada umur 40 hari bayam yang

ditanam secara hidroponik sudah layak untuk

dikonsumsi. Cara panen dengan penanaman

(3)

201 secara hidroponik lebih mudah dibandingkan dengan penanaman pada lahan biasa. Bayam yang ditanam cukup dicabut dengan tangan dan bagian akarnya pun akan tercabut dengan mudah.

Hal ini disebabkan gemburnya media pasir yang digunakan untuk penanaman.

Fisiologi tumbuhan merupakan mata kuliah yang mempelajari dan membahas mengenai proses fisiologis yang terjadi dan berlangsung di dalam tumbuhan. Pokok bahasan yang ada kaitannya dengan penelitian ini yakni Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan, Hara dan Nutrisi Tumbuhan, serta Produktivitas Tumbuhan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai penunjang dalam pembelajaran Fisiologi Tumbuhan, khususnya dalam praktikum untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, serta akumulasi fotosintat yang dikandung tanaman bayam petik yang ditanam pada berbagai media kultur pasir. Pertumbuhan tanaman bayam petik yang ditanam di berbagai media kultur pasir yang digunakan dalam penelitian ini memperlihatkan adaptasi tumbuhan tersebut dalam mempertahankan pertumbuhannya sesuai dengan media tumbuh yang ada.

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka dirumuskan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui berbagai media kultur pasir dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.)? dan mengetahui media kultur pasir yang tepat bagi pertumbuhan terbaik tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.)?

Adapun hipotesis penelitian ini adalah berbagai media kultur pasir berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.), dan adanya media kultur pasir yang tepat bagi pertumbuhan terbaik tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen sesungguhnya (True Experiment) yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan berbagai media kultur pasir sebagai perlakuan, dan parameter yang diamati yakni tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, dan berat kering tanaman bayam petik.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Green House di Jln.

A. W. Syahranie Samarinda, pada pertengahan bulan Agustus 2013 sampai akhir bulan November 2013.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dilakukan dengan langkah-langkah: 1) mensterilkan pasir, 2) persemaian, 3) persiapan media tanam, 4) penanaman, 5) pemeliharaan tanaman (pengaturan cahaya, penyiraman, penyulaman, penyiangan, pemberian larutan nutrisi), dan 5) pengamatan.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur parameter sebagai berikut:

1) Pertambahan tinggi tanaman

Pengukuran pertambahan tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari, 30 hari dan 45 hari setelah tanam. Tinggi tanaman yang diukur dari pangkal batang di atas permukaan tanah yang telah diberi tanda sampai daun yang tertinggi.

2) Jumlah daun per tanaman

Jumlah daun per tanaman diketahui dengan cara menghitung daun yang tumbuh.

3) Berat basah tanaman

Untuk mengetahui berat basah tanaman

dilakukan dengan cara menimbang seluruh

bagian tanaman yang telah dibersihkan dari

(4)

202 tanah dan kotoran lain, pengamatan dilakukan pada saat panen.

4) Berat kering tanaman

Dilakukan dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman yang terdiri dari akar, batang dan daun yang telah dikeringkan di dalam oven pada suhu 100ºC hingga beratnya konstan, dilakukan pada saat panen.

Teknik Analisis Data

Rancangan lingkungan diatur berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan media kultur pasir (P), masing-masing:

P0 : Kontrol (tanah)

P1 : Media pasir kali yang disterilkan P2 : Media pasir pantai yang disterilkan P3 : Media pasir gunung yang disterilkan

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan selama kurang lebih 45 hari untuk mengamati pertumbuhan tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.) yang meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, dan berat kering, sehingga diperoleh data- data hasil penelitian dan hasil analisa sebagai berikut:

1) Tinggi Tanaman

Pengaruh media tanam hidroponik terhadap pertumbuhan tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.) umur 15 hari setelah tanam sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil pengukuran tinggi (cm) tanaman bayam petik umur 15 hari

Perla kuan

Ulangan

Yi Rer

1 2 3 4 5 6 ata

P0 5,2 5,5 5 5,7 6,2 6 33,6 5,6

P1 8,7 9,1 8,4 9 10,7 10,2 56,1 9,35

P2 7,8 8,9 8,6 8,3 9 9,2 51,8 8,63

P3 6,2 7 7,4 7 7,5 7,9 43 7,17

Yi 27,9 30,5 29,4 30 33,4 33,3 184, 5

30,7 5 (Sumber: Hasil Penelitian, 2013)

Tabel 1 memperlihatkan bahwa tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.) selama 15 hari setelah tanam rata-rata tinggi tanaman dengan perlakuan P

0

, P

1

, P

2

, P

3

adalah 5,6 cm;

9,35 cm; 8,63 cm; 7,17 cm. Pengukuran pada umur 15 hari rata-rata tinggi tanaman yang tertinggi adalah P

1

sebesar 9,35 cm dan yang terendah adalah P

0

sebesar 5,6 cm.

Hasil pengelolaan data pengamatan tinggi tanaman bayam umur 15 hari seperti tercantum pada tabel 1 dianalisis dengan sidik ragam, dimana sidik ragamnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut

Tabel 2. Hasil sidik ragam tinggi tanaman bayam umur 15 hari setelah tanam

Sumber

Variasi db Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah Fhitung

Ftabel 0,05 Perlakuan 3 49,72 16,57 41,42** 3,10

Galat 20 8,14 0,40

Total 23 57,86 Keterangan : ** : (sangat signifikan)

Uji hipotesis terhadap rata-rata tinggi tanaman bayam petik umur 15 hari yang dianalisis dengan sidik ragam diketahui bahwa F

hitung

(41,42) > F

tabel

(3,10), maka dapat diketahui bahwa penggunaan media kultur pasir hidroponik mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman bayam petik pada umur 15 hari.

Perhitungan terlampir, maka untuk mengetahui lebih lanjut tingkat perbedaan yang nyata dari masing-masing perlakuan dilanjutkan dengan uji BNT, hasilnya terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Hasil uji BNT tinggi tanaman bayam umur 15 hari setelah tanam

Perla kuan

Rerat a

Berbeda Dengan BNT P0 P1 P2 P3 0,05

P0 5,6 - - - - 0,75

P1 9,35 3,75** - - -

P2 8,63 3,03** 0,72ns - - P3 7,17 1,57* 1,46* - - Keterangan: ** = (sangat signifikan)

* = (signifikan) ns = (non signifikan)

(5)

203 Berdasarkan uji BNT taraf 5% terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 15 hari setelah tanam menunjukkan bahwa perlakuan P

1,

P

2

dan P

3

berbeda nyata terhadap P

0.

P

2

berbeda nyata dengan P

1

.

Tabel 4. Hasil pengukuran tinggi (cm) tanaman bayam petik umur 30 hari

Perla kuan

Ulangan

Yi Rer ata

1 2 3 4 5 6

P0 10,6 12,3 11,7 12 12,7 11

,8 71,1 11,8 5 P1 19,2 19 17,2 19,1 19 17 110,

5 18,4

2 P2 14 17,1 15 16 16,5 16 94,6 15,7 P3 15 16,3 16 14,5 15,7 15 92,5 15,4 Yi 58,8 64,7 59,9 61,6 63,9 59

,8 368,

7 61,3

7 (Sumber: Hasil Penelitian, 2013)

Tabel 4 menunjukkan bahwa tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.) selama 30 hari setelah tanam rata-rata tinggi tanaman dengan perlakuan P

0,

P

1

, P

2

dan P

3

adalah 11,85 cm; 18,42 cm; 15,7cm; 15,4 cm. Pengukuran pada umur 30 hari seperti tercantum pada pada tabel 4 dianalisis dengan analisis sidik ragam, dimana sidik ragamnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil sidik ragam tinggi tanaman bayam umur 30 hari setelah tanam

Sumber

Variasi db Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah Fhitung

Ftabel 0,05 Perlakuan 3 130,99 43,66 53,90** 3,10

Galat 20 16,31 0,81

Total 23 147,3

Keterangan: ** : (sangat signifikan)

Uji hipotesis terhadap rata-rata tinggi tanaman bayam petik umur 30 hari yang dianalisis sidik ragam diketahui hasilnya menunjukkan perbedaan yang sangat nyata atau sangat signifikan karena F

hitung

(53,90) > F

tabel

(3,10), maka dapat diketahui bahwa penggunaan media kultur pasir hidroponik memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap pertumbuhan tanaman bayam petik pada umur 30 hari,

perhitungan terlampir, untuk mengetahui lebih lanjut tingkat perbedaan yang nyata dari masing- masing perlakuan maka dilanjutkan dengan uji BNT, hasilnya terlihat pada tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Hasil uji BNT tinggi tanaman bayam petik umur 30 hari setelah tanam

Perlaku

an Rerata Berbeda Dengan BNT

P0 P1 P2 P3 0,05

P0 11,85 - - - - 1,08

P1 18,42 6,75** - - -

P2 15,7 3,85** 2,72* - - P3 15,4 3,55** 0,3ns _ _ Keterangan: ** = (sangat signifikan)

* = (signifikan) ns = (non signifikan)

Berdasarkan uji BNT terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 30 hari setelah tanam menunjukkan bahwa perlakuan P

1

, P

2

dan P

3

berbeda sangat nyata dengan perlakuan P

0

. Dengan perlakuan P

2

berbeda nyata dengan perlakuan P

1

.

Untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh media kultur pasir hidroponik maka dilakukan lagi pengukuran tanaman bayam petik pada umur 45 hari dan data yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil pengukuran tinggi tanaman (cm) bayam petik umur 45 hari

Perla kuan

Ulangan

Yi Rer

1 2 3 4 5 6 ata

P0 16,2 15,8 16,6 17,4 18,1 19,2 103, 3

17,2 2 P1 22,4 22,1 20,3 21,5 23,3 22,8 132,

4 22,0

7 P2 18,4 20,1 22,5 17,3 22,4 21 121,

7 20,2

8 P3 19,3 18,2 18,5 19 18,9 19,4 113,

3 18,8

8 Yi 76,3 76,2 77,9 75,2 82,7 82,4 470,

7 78,4

5 (Sumber: Hasil Penelitian, 2013)

Tabel 7 menunjukkan bahwa tanaman

bayam petik (Amaranthus hybridus L.) selama 45

hari setelah tanam rata-rata tinggi tanaman

dengan perlakuan P

0,

P

1,

P

2

dan P

3

adalah 17,22

(6)

204 cm; 22,07 cm; 20,28 cm; 18,88 cm. Pengukuran pada umur 45 hari rata-rata tinggi tanaman yang tertinggi adalah P

1

sebesar 22,07 cm dan yang terendah adalah P

0

sebesar 17,22 cm.

Hasil pengolahan data pengamatan tinggi tanaman bayam petik umur 45 hari seperti tercantum pada tabel 7 dianalisis dengan analisis sidik ragam, dimana sidik ragamnya dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Hasil sidik ragam tinggi tanaman bayam petik umur 45 hari setelah tanam

Sumber

Variasi db Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah Fhitung Ftabel 0,05 Perlakuan 3 76,47 25,49 13,70** 3,10

Galat 20 37,24 1,86

Total 23 113,71 Keterangan: ** : (sangat signifikan)

Uji hipotesis terhadap rata-rata tinggi tanaman bayam petik umur 45 hari yang dianalisis sidik ragam diketahui hasilnya menunjukkan perbedaan yang sangat nyata atau sangat signifikan karena F

hitung

(13,70) > F

tabel

(3,10), maka dapat diketahui bahwa penggunaan media kultur pasir hidroponik sangat pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bayam petik pada umur 45 hari, dimana pada umur 45 hari ini tanaman sudah siap di panen, perhitungan terlampir, untuk mengetahui lebih lanjut tingkat perbedaan yang nyata dari masing-masing perlakuan maka dilanjutkan dengan uji BNT, hasilnya terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 9. Hasil uji BNT tinggi tanaman bayam petik umur 45 hari setelah tanam

Perlak uan

Rerat a

Berbeda Dengan BNT P0 P1 P2 P3 0,05

P0 17,22 - - - - 1,62

P1 22,07 4,85** - - -

P2 20,28 3,06** 1,79* - - P3 18,88 1,66* 1,4ns - - Keterangan: ** = (sangat signifikan)

* = (signifikan) ns = (non signifikan)

Berdasarkan uji BNT taraf 5% terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 45 hari setelah tanam menunjukkan bahwa perlakuan P

1

, P

2

dan P

3

berbeda sangat nyata dengan perlakuan P

0

atau kontrol, P

2

berbeda nyata dengan P

1

.

2) Jumlah Daun Pertanaman

Pengaruh media kultur pasir terhadap pertambahan jumlah daun tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.), setelah tanam adalah:

Tabel 10. Hasil perhitungan jumlah daun (helai) tanaman bayam petik umur 15 hari setelah tanam

Perlak uan

Ulangan

Yi Rerata 1 2 3 4 5 6

P0 6 6 6 7 7 6 38 6,33

P1 8 9 8 8 9 9 51 8,5

P2 7 8 8 7 8 9 47 7,83

P3 7 6 7 7 8 8 43 7,17

Yi 28 29 29 29 32 32 179 29,83 (Sumber : Hasil Penelitian, 2013)

Hasil pengolahan data pada pengamatan jumlah daun tanaman bayam petik umur 15 hari seperti yang tercantum pada tabel 10 dianalisis dengan analisis sidik ragam, dimana sidik ragamnya dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11. Hasil sidik ragam jumlah daun tanaman bayam petik

Sumber

Variasi db Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah Fhitung Ftabel 0,05 Perlakua

n 3 15,46 5,15 12,26** 3,10

Galat 20 8,5 0,42

Total 23 23,96

Keterangan: ** : (sangat signifikan)

Uji hipotesis terhadap rata-rata jumlah

daun tanaman bayam petik umur 15 hari yang di

analisis dengan analisis sidik ragam diketahui

hasilnya menunjukkan perbedaan yang sangat

nyata atau sangat signifikan karena F

hitung

(12,26)

(7)

205

> F

tabel

(3,10), maka dalam hal ini media kultur pasir hidroponik memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan jumlah daun pada umur 15 hari, untuk mengetahui lebih lanjut tingkat perbedaan yang nyata dari masing-masing perlakuan maka dilanjutkan dengan uji BNT, hasilnya terlihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Hasil uji BNT jumlah daun tanaman bayam petik umur 15 hari

Perlaku

an Rerata Berbeda Dengan BNT P0 P1 P2 P3 0,05

P0 6,33 - - - - 0,77

P1 8,5 2,17** - - -

P2 7,83 1,5* 0,67ns - - P3 7,17 0,84* 0,66ns - - Keterangan: ** = (sangat signifikan)

* = (signifikan) ns = (non signifikan)

Berdasarkan uji BNT terhadap rata-rata jumlah daun umur 15 hari menunjukkan bahwa P

1

, P

2

, P

3

berbeda nyata dengan perlakuan P

0

artinya bahwa pada masing-masing perlakuan menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Perhitungan jumlah daun tanaman bayam petik umur 30 hari adalah:

Tabel 13. Hasil perhitungan jumlah daun (helai) tanaman bayam petik umur 30 hari

Perlak uan

Ulangan

Yi Rerata 1 2 3 4 5 6

P0 8 9 9 8 9 8 51 8,5

P1 15 18 16 15 17 17 98 16,3 P2 12 11 15 12 11 13 74 12,3 P3 10 11 10 12 10 12 65 10,8 Yi 45 49 50 47 47 50 288 47,9 (Sumber: Hasil Penelitian, 2013)

Hasil pengamatan jumlah daun tanaman bayam petik umur 30 hari setelah tanam menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun tanaman bayam petik yang tertinggi adalah perlakuan P

1

sebesar 16,3 dan yang terendah adalah perlakuan P

0

yaitu sebesar 8,5.

Hasil pengolahan data pada pengamatan jumlah daun tanaman bayam petik umur 30 hari seperti yang tercantum pada tabel 13 dianalisis dengan analisis sidik ragam, dimana sidik ragamnya dapat dilihat pada tabel 14 berikut:

Tabel 14. Hasil Sidik Ragam jumlah daun tanaman bayam petik umur 30 hari setelah tanam

Sumber Variasi

db Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

Fhitung Ftabel 0,05

Perlakuan 3 195 65 52** 3,10

Galat 20 25 1,25

Total 23 220

Keterangan: ** : (sangat signifikan)

Uji hipotesis terhadap rata-rata jumlah daun tanaman bayam petik umur 30 hari yang dianalisis dengan analisis sidik ragam diketahui hasilnya menunjukkan F

hitung

(52) > F

tabel

(3,10), maka dapat diketahui bahwa media kultur pasir hidroponik memberikan pengaruh penambahan jumlah daun, untuk mengetahui lebih lanjut tingkat perbedaan yang nyata dari masing-masing perlakuan maka dilanjutkan dengan uji BNT, hasilnya terlihat pada tabel berikut:

Tabel 15.Hasil uji BNT jumlah daun tanaman umur 30 hari

Perlaku an

Rer ata

Berbeda Dengan BNT P0 P1 P2 P3 0,05

P0 8,5 - - - - 1,33

P1 16,3 7,8** - - -

P2 12,3 3,8** 4,0** - - P3 10,8 2,3* 1,5* _ _ Keterangan: ** = (sangat signifikan)

* = (signifikan) ns = (non signifikan)

Berdasarkan uji BNT taraf 5% terhadap

rata-rata jumlah daun bayam petik umur 30 hari

setelah tanam menunjukkan bahwa perlakuan P

1

,

P

2

dan P

3

berbeda nyata dengan perlakuan P

0,

hal

ini menunjukkan bahwa masing-masing

perlakuan sangat signifikan dan P

3

berbeda nyata

dengan P

1

.

(8)

206 Pertambahan jumlah daun tanaman bayam petik umur 45 hari, dimana data yang di dapat adalah sebagai berikut:

Tabel 16. Hasil perhitungan jumlah daun (helai) bayam petik umur 45 hari

Perlak uan

Ulangan

Yi Rerata 1 2 3 4 5 6

P0 14 15 15 18 19 18 99 16,5 P1 20 25 19 23 22 22 131 21,83 P2 20 20 22 20 21 20 123 20,5 P3 19 19 20 18 21 19 116 19,3 Yi 73 79 76 79 83 79 469 78,13 (Sumber: Hasil Penelitian, 2013)

Hasil pengamatan jumlah daun tanaman bayam petik umur 45 hari setelah tanam menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun tanaman bayam petik yang tertinggi adalah perlakuan P

1

sebesar 21,83 dan yang terendah adalah perlakuan P

0

sebesar 16,5.

Hasil pengolahan data pada pengamatan jumlah daun tanaman bayam petik umur 45 hari yang tercantum pada tabel 16 di analisis dengan analisis sidik ragam, dimana sidik ragamnya dapat dilihat pada tabel 17 di bawah ini:

Tabel 17. Hasil sidik ragam terhadap perhitungan jumlah daun tanaman bayam petik umur 45 hari setelah tanam

Sumber Variasi

db Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

Fhitung Ftabel 0,05 Perlakuan 3 92,79 30,93 16,80* 3,10

Galat 20 36,83 1,84

Total 23 129,62 Keterangan: * : (signifikan)

Uji hipotesis terhadap rata-rata jumlah daun tanaman bayam petik umur 45 hari yang di analisis dengan analisis sidik ragam yang diketahui hasilnya menunjukkan perbedaan yang sangat nyata atau sangat signifikan karena F

hit

(16,80) > F

tab

(3,10), maka dalam hal ini media kultur pasir hidroponik memberikan pengaruh

terhadap pertambahan jumlah daun umur 45 hari, untuk mengetahui lebih lanjut tingkat perbedaan yang nyata dari masing-masing perlakuan maka dilanjutkan dengan uji BNT, hasilnya terlihat pada tabel 18 berikut:

Tabel 18. Hasil uji BNT jumlah daun tanaman bayam petik umur 45 hari

Perlak

uan Rerata Berbeda Dengan BNT

P0 P1 P2 P3 0,05

P0 16,5 - - - - 1,62

P1 21,83 5,33** - - -

P2 20,5 4,0** 1,33ns - -

P3 19,3 2,8* 1,2ns _ _

Keterangan: ** = (sangat signifikan)

* = (signifikan) ns = (non signifikan)

Berdasarkan uji BNT terhadap rata-rata jumlah daun tanaman bayam petik umur 45 hari setelah tanam menunjukkan bahwa perlakuan P

1,

P

2,

P

3

berbeda nyata terhadap P

0

, perlakuan P

1

berbeda sangat nyata dengan perlakuan P

0

. 3) Berat Basah

Pengaruh media kultur pasir terhadap berat basah tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.) adalah:

Tabel 19. Hasil perhitungan berat basah (gram) tanaman bayam petik setelah panen

Perla kuan

Ulangan

Yi Rer 1 2 3 4 5 6 ata

P0 58,7 51,2 86,0 89,7 66,3 74,3 426 ,2 71,0 P1 202,

3 228,

3 159,

0 130,

5 128,

5 232,

0 108

0,6 180,

1 P2 63,0 111,

2 90,8 115, 2

109, 0

167, 1

656 ,3

109, 4 P3 60,4 188,

6 83,0 118,

4 89,7 97,1 637 ,2

106, 2 Yi 384,

4 579,

3 418,

8 453,

8 393,

5 570,

5 280

0,3 466,

7 (Sumber: Hasil Penelitian, 2013)

Hasil pengamatan berat basah tanaman

bayam petik pada saat panen menunjukkan

bahwa rata-rata berat basah tanaman bayam petik

(9)

207 yang tertinggi adalah perlakuan P

1

sebesar 180,1 gram dan terendah adalah perlakuan P

0

sebesar 71,0 gram.

Hasil pengolahan data pada pengamatan berat basah tanaman bayam petik setelah panen seperti pada tabel 19 dianalisis dengan analisis sidik ragam, dimana sidik ragamnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 20. Hasil sidik ragam berat basah tanaman bayam petik setelah panen

Sumber

Variasi db Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah Fhitung

Ftabel 0,05 Perlakuan 3 37612,72 12537,57 10,40** 3,10 Galat 20 24097,49 1204,87

Total 23 61710,21 Keterangan: ** : (sangat signifikan)

Uji hipotesis terhadap rata-rata berat basah tanaman bayam petik setelah panen yang dianalisis dengan analisis sidik ragam diketahui hasilnya menunjukkan perbedaan yang sangat nyata atau sangat signifikan karena F

hitung

(10,40)

> F

tabel

(3,10), maka dapat diketahui bahwa media kultur pasir hidroponik mempengaruhi berat basah tanaman, untuk mengetahui lebih lanjut tingkat perbedaan yang nyata dari masing-masing perlakuan maka dilanjutkan dengan uji BNT, dimana hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 21. Hasil uji BNT berat basah tanaman bayam petik setelah panen

Perla

kuan Rerata Berbeda Dengan BNT P0 P1 P2 P3 0,05

P0 71,0 - - - - 41,80

P1 180,1 109,1

** - - -

P2 109,4 38,4ns 70,7** - - P3 106,2 35,2ns 3,2ns _ _ Keterangan: ** = (sangat signifikan)

* = (signifikan) ns = (non signifikan)

Berdasarkan uji BNT terhadap rata-rata berat basah tanaman bayam petik setelah panen

menunjukkan bahwa perlakuan P

1,

P

2,

P

3

dan P

0

menunjukkan perbedaan yang nyata.

4) Berat Kering

Pengaruh media kultur pasir terhadap berat kering tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.) sebagai berikut:

Tabel 22. Hasil perhitungan berat kering (gram) bayam petik setelah panen

Perla kuan

Ulangan

Yi Rer 1 2 3 4 5 6 ata

P0 1,32 1,22 1,43 1,46 1,20 1,38 8,01 1,34 P1 2,67 1,84 1,95 2,75 2,83 2,82 14,8

6 2,47 P2 1,53 2,60 2,75 1,92 1,71 1,94 12,4

5 2,07 P3 1,48 1,22 1,60 2,30 1,46 2,53 10,5

9 1,76 Yi 7 6,88 7,73 8,43 7,2 8,67 45,9

1 7,64 (Sumber: Hasil Penelitian, 2013)

Hasil pengamatan berat kering tanaman bayam petik pada saat panen menunjukkan bahwa rata-rata berat kering tanaman bayam petik yang tertinggi adalah perlakuan P

1

sebesar 2,47 gram dan yang terendah adalah perlakuan P

0

sebesar 1,34 gram.

Hasil pengolahan data pada pengamatan berat kering tanaman bayam petik setelah panen seperti tercantum pada tabel 22 dianalisis dengan analisis sidik ragam, dimana sidik ragamnya dapat dilihat pada tabel 23 berikut :

Tabel 23. Hasil sidik ragam berat kering tanaman bayam petik setelah panen

Sumber

Variasi db Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah Fhitung Ftabel 0,05 Perlakuan 3 4,2 1,4 7,78** 3,10

Galat 20 3,64 0,18

Total 23 7,84

Keterangan: ** : (sangat signifikan)

Uji hipotesis terhadap rata-rata berat kering

tanaman bayam petik setelah panen yang di

(10)

208 analisis dengan analisis sidik ragam diketahui hasilnya menunjukkan perbedaan yang sangat nyata atau sangat signifikan karena F

hitung

(7,78)

> F

tabel

(3,10), maka dapat diketahui bahwa media kultur pasir memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap berat kering tanaman bayam petik, untuk mengetahui lebih lanjut tingkat perbedaan yang nyata dari masing-masing perlakuan maka dilanjutkan dengan uji BNT, hasilnya terlihat pada tabel berikut :

Tabel 24. Hasil uji BNT berat kering tanaman bayam petik setelah tanam

Perla kuan

Rerat a

Berbeda Dengan BNT P0 P1 P2 P3 0,05

P0 1,34 - - - - 0,50

P1 2,47 1,13** - - -

P2 2,07 0,73* 0,4ns - - P3 1,76 0,42ns 0,31ns _ _ Keterangan: ** = (sangat signifikan)

* = (signifikan) ns = (non signifikan)

Berdasarkan uji BNT terhadap rata-rata berat kering tanaman bayam petik setelah panen menunjukkan bahwa perlakuan P

1

, P

2,

P

3

berbeda nyata terhadap P

0

.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh media kultur pasir terhadap pertumbuhan tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.), serta untuk mengetahui media kultur pasir yang tepat untuk pertumbuhan terbaik tanaman bayam petik. Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, yang diamati pada umur 15, 30 dan 45 hari setelah tanam, serta berat basah dan berat kering tanaman setelah panen.

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pengaruh Media Kultur Pasir Terhadap Tinggi Tanaman Bayam Petik (Amaranthus hybridus L.)

Pengukuran tinggi tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.) dilakukan pada hari ke-15, 30 dan 45 setelah tanam. Pengukuran tinggi tanaman diukur dari pangkal batang yang ada di atas permukaan tanah hingga ujung daun yang paling tinggi.

Media kultur pasir berpengaruh terhadap rata-rata tinggi tanaman bayam petik terlihat dari masing-masing perlakuan yang menunjukkan perbedaan sangat signifikan pada umur 15, 30 dan 45 hari setelah tanam. Berdasarkan uji BNT pada rentang waktu umur 15 hari dan 30 hari setelah tanam menunjukkan perbedaan, pada saat tanaman berumur 15 hari tanaman menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap semua perlakuan, dimana pada umur tersebut sistem perakaran tanaman sudah mulai kuat dan mulai dapat beradaptasi dengan lingkungan baru (media tumbuhnya), dengan memanfaatkan cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh tanaman itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjosaputro (1996), akar tanaman akan beradaptasi dalam penyerapan unsur hara setelah dipindahkan dari tanah yang berbeda. Pada awalnya pertumbuhan tanaman masih memerlukan waktu untuk dapat aktif dalam proses metabolisme yang berlangsung di dalam tubuh tanaman.

Media yang digunakan adalah tanah, pasir kali (sungai), pasir laut (pantai) dan pasir gunung.

Pada umur 15 hari setelah tanam perkembangan

tanaman belum terlihat jelas, tetapi pertumbuhan

yang lebih baik terlihat pada media kultur pasir

sungai, dimana tinggi tanaman bayam petik

mengalami pertumbuhan lebih cepat

dibandingkan dengan pada media tanam yang

lainnya. Hal ini dapat dijelaskan bahwa media

tumbuh pasir sungai sebagai pendukung larutan

hara yang diperlukan tanaman memiliki sifat-

sifatnya yang khas, seperti kepadatan, porositas,

(11)

209 kemampuan menahan air dan suhu yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar. Hal ini menyebabkan tanaman bayam petik mampu mempertahankan pertumbuhan dan perkembangannya meskipun masih di awal masa tanam. Hal ini sejalan dengan Hartus (2001), sifat-sifat media tanam menentukan tersedianya oksigen, mobilitas air dalam media, kandungan air, serta penetrasi akar sehingga memungkinkan tanaman melangsungkan pertumbuhannya.

Pada saat tanaman umur 30 hari, terlihat perbedaan yang sangat signifikan, dimana pertumbuhan tanaman bayam petik sudah mulai memperlihatkan tinggi tanaman yang jelas perbedaannya antar perlakuan. Fase pertumbuhan tanaman sangat membutuhkan unsur hara (nutrisi) untuk memacu pertumbuhan tinggi batang, maupun organ vegetatif lainnya.

Sehingga pada fase ini tanaman bayam petik menghendaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung unsur hara yang mencukupi kebutuhan tanaman, baik unsur hara makro maupun mikro.

Pada media tumbuh pasir sungai tinggi tanaman bayam petik menunjukkan rata-rata yang tertinggi namun perbedaan yang sangat kecil dengan pasir pantai (laut) dan yang terendah terlihat pada bayam petik yang ditaman pada media tumbuh pasir gunung. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pasir adalah media penyokong tumbuhan yang memiliki aerasi yang baik, yang di sekelilingnya terdapat debu atau liat yang lebih aktif. Pasir sungai memiliki persentase kandungan partikel atau ruang pori-pori makro yang tinggi dibandingkan dengan pasir pantai dan pasir gunung, sehingga dapat memperlancar gerakan air dan udara. Dengan penambahan nutrisi yang tepat, memungkinkan tanaman bayam petik bertumbuh lebih baik dibandingkan kedua media pasir yang lain, meskipun pertumbuhan yang sama juga terjadi di kedua media tumbuh pasir pantai dan pasir gunung..

Pengamatan selanjutnya pada hari ke-45 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata atau sangat signifikan dengan rata-rata tinggi tanaman pada masing-masing perlakuan mengalami peningkatan. Masing-masing perlakuan dapat dilihat perbedaannya dimana pada umur 45 hari tanaman ini cenderung lebih baik dibandingkan dengan taraf tanaman umur 30 hari, hal ini disebabkan kebutuhan unsur hara tanaman tercukupi, sehingga menunjukkan selisih perbedaan yang kecil. Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa pengaruh media tumbuh tanaman sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman bayam petik karena data yang didapat semuanya menunjukkan hasil sangat signifikan. Sesuai dengan pendapat Nicholls (2000), bahwa sayuran dan buah-buahan yang ditanam secara hidroponik dapat masak lebih cepat dan berkualitas baik dibandingkan dengan penggunakan media tanah.

Berdasarkan pengamatan terhadap

pertumbuhan bayam petik selama kurang lebih 45

hari, dapat diketahui bahwa pada masing-masing

perlakuan mulai dari P

0

, P

1

, P

2

dan P

3

, yang

paling bagus adalah P

1

(pasir sungai) hai ini

disebabkan pasir adalah media tanam pengganti

tanah yang masih terdapat debu atau liat yang

lebih aktif, sehingga pasir sungai mengandung

partikel, dan ruang pori-pori makro yang tinggi,

yang memungkinkan gerakan air dan udara

berlangsung dengan lebih baik. Dengan demikian

media pasir sungai lebih baik digunakan sebagai

media tanam hidroponik dibandingkan pasir

gunung dan pasir laut. Menurut Gunawan (2013)

jika tanaman bayam petik tumbuh pada tanah

yang gembur dan bahan organiknya cukup akan

mempercepat pertumbuhan dan produksi tanaman

bayam petik. Dalam perkembangannya tanaman

bayam petik menghendaki penyinaran dan nutrisi

yang cukup. Dengan mendapatkan sinar matahari

dan nutrisi yang cukup, tanaman bayam petik

dapat tumbuh secara normal, subur dan

meningkatkan produksi tanaman.

(12)

210 Dengan demikian hipotesis penelitian adanya pengaruh media kultur pasir terhadap tinggi tanaman bayam petik ini terbukti diterima secara analisis maupun kenyataan di lapangan memperlihatkan hasilnya yang dapat dilihat secara visual.

2. Pengaruh Media Kultur Pasir Terhadap Jumlah Daun Tanaman Bayam Petik (Amaranthus hybridus L.)

Perhitungan jumlah daun tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.), dilakukan pada saat umur 15, 30 dan 45 hari setelah tanam. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah daun pada umur 15 hari setelah tanam yang tertinggi adalah P

1

(pasir sungai) sebesar 8,5 helai dan yang terendah adalah P

0

sebesar 6,33 helai.

Sedangkan pada umur 30 hari rata-rata yang tertinggi adalah P

1

sebesar 16,3 dan yang terendah adalah P

0

sebesar 8,5. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan tanaman tergantung pada laju fotosintesis dan proporsi fotosintat yang digunakan untuk pembentukan bagian tanaman yang akan berguna untuk kegiatan fotosintesis. Pada awal pertumbuhan tanaman menggunakan sebagian besar hasil fotosintesis untuk pembentukan organ vegetatifnya. Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa daun-daun muda bertindak sebagai limbung menggunakan kembali hasil kegiatan fotosintesis untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini menyebabkan sedikitnya jumlah daun yang dihasilkan di awal pertumbuhan tanaman bayam petik.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan selama 15 dan 30 hari setelah tanam diketahui bahwa pertumbuhan daun tanaman bayam petik berlangsung sangat cepat, hal ini dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya yang berperan penting dalam pertumbuhan daun tanaman adalah kalium yang berperan penting dalam proses fotosintesis, karena secara langsung meningkatkan pertumbuhan jumlah dan luas daun, seperti yang dipaparkan oleh Sitompul dan

Guritno (1995), luas daun merupakan parameter utama, laju fotosintesis tanaman ditentukan sebagian besar oleh luas daun.

Pengukuran selanjutnya yang dilakukan pada hari ke-45 menunjukkan rata-rata jumlah daun tertinggi P

1

(pasir sungai) sebesar 21,83 dan yang terendah adalah P

0

(tanah/kontrol), yang sangat signifikan terhadap P

0

, P

2

dan P

3

, ini berarti bahwa media kultur pasir sangat berpengaruh terhadap perkembangan jumlah daun dan larutan nutrisi berperan penting dalam merangsang pertumbuhan daun tanaman bayam petik, sehinggga mampu menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak.

Jumlah daun tanaman bayam petik tertinggi adalah yang ditanam menggunakan media pasir sungai, sehingga dapat dikatakan bahwa media tumbuh yang tepat untuk pertumbuhan jumlah daun tanaman bayam petik adalah dengan menggunakan pasir sungai. Secara langsung dapat dibedakan jumlah daun dalam media pasir sungai dibandingkan media pasir pantai, dan pasir gunung, serta kontrol/media tanah. Media kontrol tidak mendapatkan perlakuan khusus dibandingkan dengan media kultur yang lain sehingga ketika panen, jumlah daun yang dihasilkan tidak maksimal, bahkan banyak daun yang layu dan akhirnya mati.

Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa adanya pengaruh media kultur pasir terhadap jumlah daun tanaman bayam petik terbukti diterima sesuai hasil analisis dan secara visual di lapangan.

3. Pengaruh Media Kultur Pasir Hidroponik Terhadap Berat Basah Tanaman Bayam Petik (Amaranthus hybridus L.)

Pengukuran berat basah tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.) dilakukan dengan menimbang seluruh tanaman bayam petik mulai dari akar, batang, daun, bunga, dan buah, yang terlebih dulu sudah dibersihkan pada saat panen.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa rata-rata

(13)

211 berat basah tanaman bayam petik menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan. Hasil uji lanjut BNT menunjukkan bahwa P

1

(media kultur pasir sungai) berbeda sangat nyata terhadap P

0

, P

2

dan P

3

.

Hal ini disebabkan media pasir sungai merupakan media tanam yang memiliki aerasi yang lebih baik dibandingkan media pasir pantai dan pasir gunung, sehingga akar tanaman bayam petik mampu menopang tanaman dengan baik, akibatnya tanaman dapat melangsungkan pertumbuhannya dengan baik pula. Pertumbuhan tanaman yang baik sekaligus membuat aliran hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh tanaman dapat berlangsung tanpa gangguan yang berarti. Hal ini menyebabkan bobot tanaman menjadi bertambah, sehingga ketika ditimbang berat basah tanaman menjadi bertambah juga.

Berat basah tanaman berkaitan erat dengan banyaknya unsur hara yang diserap oleh tanaman, dimana kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara yang ada dalam pasir sungai didukung oleh perakaran yang baik dan media tumbuh yang tepat (Karsono, dkk., 2002).

Dengan demikian media kultur pasir mempengaruhi berat basah tanaman bayam petik pada saat dipanen, dimana penggunaan media pasir yang tepat akan memberikan hasil pertumbuhan tanaman bayam petik yang semakin baik dan bagus hasilnya.

4. Pengaruh Media Kultur Pasir Hidroponik Terhadap Berat kering Tanaman Bayam Petik (Amaranthus hybridus L.)

Penentuan berat kering tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L.) dilakukan dengan terlebih dulu membersihkan tanaman dari kotoran atau pasir yang menempel dengan mencucunya dengan air yang mengalir, setelah itu ditiriskan sampai benar-benar kering, selanjutnya dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 100°C selama ± 4 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa

media kultur pasir sungai memiliki berat kering yang paling tinggi.

Bobot kering merupakan biomassa tumbuhan yang juga merupakan hasil fotosintesis yang terakumulasi dalam tumbuhan, bobot kering juga dapat dilihat sebagai efisiensi penyerapan unsur hara tumbuhan. Larutan hara yang tepat pada tanaman hidroponik akan meningkatkan bobot tanaman tersebut (Wijayani dan Widodo, 2005).. Dimana pengeringan tanaman bertujuan untuk menghilangkan semua kandungan air bahan yang dilakukan pada suhu yang relatif tinggi selama jangka waktu tertentu, sehingga bahan yang dikeringkan mencapai berat kering yang konstan. Meskipun kenyataannya berat kering tumbuhan tidak pernah konstan. Menurut Sitompul dan Guritno (1995), prinsip pengeringan tanaman adalah aktivitas metabolisme yang dihentikan, hal itu berarti bahwa suhu maksimum pengeringan harus dicapai dalam jangka waktu yang singkat dan merata pada semua bagian tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN a) Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1) Media kultur pasir mempengaruhi pertumbuhan tanaman bayam petik seperti pada tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, dan berat kering tanaman tersebut.

2) Media kultur pasir yang tepat untuk pertumbuhan terbaik tanaman bayam petik adalah media pasir sungai dibandingkan dengan pasir pantai dan pasir gunung.

b) Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh, maka dapat disarankan beberapa hal,

yaitu:

(14)

212 1) Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan

terperinci mengenai pertumbuhan tanaman bayam petik, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di lapangan.

2) Media pasir yang dipakai dalam sistem hidroponik sebaiknya menggunakan pasir yang sudah disterilkan terlebih dahulu, untuk mencegah hama dan penyakit, serta pertumbuhan gulma.

3) Kepada masyarakat yang memiliki kegemaran berkebun tetapi tidak memiliki lahan yang cukup untuk bertanam, disarankan untuk menanam di dalam pot atau polybag yang dapat diatur, dan memerlukan tempat yang relatif lebih sempit.

4) Bagi petani yang ingin melakukan penanaman secara hidroponik, perlu mempelajari dengan baik tentang pengetahuan mengenai bercocok tanam secara hidroponik, karena selain membutuhkan biaya juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus.

DAFTAR RUJUKAN

Dwijosapoetro, D. 1996. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta

Edi, Suwarna. 2008. Pupuk Hidroponik,

(http://ediskoe.blogspot.com/2008/03/pup

uk-hidroponik.html.) Diakses 10 Juli

2013.

Gunawan, Tatang. S. 2013. Manfaat Nutrisi Yang

Dikandung Dalam Bayam.

http://www.aura-

ilmu.com/2013/02/Manfaat-Nutrisi-Yang- Terkandung-Dalam-Bayam.html. Diakses

11 Juli 2013.

Hartus, Tony. 2001. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya: Jakarta

Karsono, Sudibyo, dkk. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Agromedia Pustaka.

Jakarta

Lingga, Pinus. 2006. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Trigenda Karya:

Bandung

Nicholls, E. Richard. 2000. Hidroponik. Dahara Prize. Semarang

Sitompul, S. M dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Wijayani, A. dan Widodo, W. 2005. Usaha

Meningkatkan Kualitas Beberapa

Varietas Tomat Dengan Sistem Budidaya

Hidroponik. Jurnal Ilmu Pertanian

Volume 12 Nomor 1 Tahun 2005 : 77 –

83

Gambar

Tabel  2.  Hasil  sidik  ragam  tinggi  tanaman  bayam umur 15 hari setelah tanam
Tabel  4.  Hasil  pengukuran  tinggi  (cm)  tanaman  bayam petik umur 30 hari
Tabel  8.  Hasil  sidik  ragam  tinggi  tanaman  bayam  petik  umur  45  hari  setelah  tanam  Sumber  Variasi  db  Jumlah  Kuadrat  Kuadrat Tengah  F hitung F tabel 0,05  Perlakuan  3  76,47  25,49  13,70 ** 3,10  Galat  20  37,24  1,86  Total  23  113,71
Tabel 12. Hasil uji BNT jumlah daun tanaman  bayam petik umur 15 hari
+4

Referensi

Dokumen terkait

suatu trayek, dimana penyigi mencatat jumlah penumpang yang naik dan turun dan atau waktu perjalanan pada tiap segmen. Dilaksanakannya survei dinamis adalah untuk

• Hal yang terpenting adalah bagaimana kita melakukan tindak lanjut berdasar diagnosa yang dihasilkan dari survei diagnostik PISA • Siswa harus dibiasakan dengan

Tipe kajian dalam penelitian yuridis normatif lebih menggunakan pendekatan optik yang preskriptif, karena optik yang preskriptif adalah suatu optik (cara pandang) yang memihak

Penyusunan Tugas Perencanaan Unit Pengolahan Pangan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Program Sarjana Strata-1 (S-1), Program Studi Teknologi

Tidak memunculkan data pribadi, lokasi keberadaannya, aktifitas yang sedang dilakukan oleh para User WhatsApp Messenger pada fitur pada aplikasi WhatsApp Messenger

Sebagai pembuktian tiga generasi segaris ibu dilakukan konfirmasi urutan nukleotida dari sampel pasien DM tipe 2 yang mempunyai mutasi A3243G mtDNA dengan anak cucunya

Peneliti ingin menjelaskan implikatur dalam kampanye calon Presiden Republik Indonesia pemilu tahun 2019 yang digunakan untuk menguraikan pesan yang tersembunyi dibalik setiap