• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDIDAYA UDANG VANAME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUDIDAYA UDANG VANAME"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BUDIDAYA UDANG VANAME

(Litopenaeus vannamei)

DI TAMBAK MILENIAL

Millenial Shrimp Farming (MSF)

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

(2)

Ucapan Terimakasih

 Ucapan terima kasih dihaturkan kepada bapak Ir. Nono Hartanto, M. Aq Direktur Perbenihan Ditjen Perikanan Budidaya yang telah memberikan bimbingan sehingga buku ini dapat terselesaikan dengan baik.

 Ucapan terima kasih dihaturkan kepada bapak Manijo, S.St.Pi sebagai Plt. Kepala BPBAP Situbondo yang banyak membantu memberikan arahan dan dorongan agar buku ini dapat selesai.

 Ucapan terima kasih dihaturkan kepada bapak Wendy Tri Prabowo, S.Pi, M.Sc sebagai koordinator Instalasi Gundil BPBAP Situbondo dimana lokasi MSF dibangun beserta materi dan pengalamannya selama budidaya udang di tambak MSF.

 Ucapan terima kasih dihaturkan kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung atau tidak langsung.

(3)

KATA PENGANTAR

Sejalan dengan target peningkatan produksi udang sebesar 250 persen hingga tahun 2024 oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan khususnya udang vaname, maka salah satu terobosan yang dilakukan oleh KKP adalah menggenjot produktifitas tambak udang nasional sekaligus mendorong kaum milenial menjadi enterpreneur baru, menumbuhkan lapangan kerja dan menjadi teknisi handal serta berdaya saing di bidang perikanan.

Buku “Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Milenial - Millenial Shrimp Farming (MSF)” disusun berdasarkan kajian dan pengalaman teknis yang dilakukan di Tambak Milenial BPBAP Situbondo di Dusun Gundil, Kab. Situbondo. Tujuan disusunnya buku ini adalah untuk memberikan gambaran berbagai aspek teknis dan non teknis budidaya udang agar menjadi role model bagi pembudidaya dan calon pembudidaya (kaum milenial). Teknologi yang diterapkan pada tambak milenial memungkinkan untuk dikerjakan di lahan terbatas, fleksibel karena bisa dibongkar pasang serta ukuran kolam yang dapat disesuaikan dengan lahan yang tersedia. MSF didukung dengan teknologi digital didukung oleh aplikasi budidaya berbasis data (smart farming) yaitu monitoring data melalui pusat data sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada data teknis yang terukur.

Dalam upaya mewujudkan cita-cita bangsa yaitu mewujudkan kedaulatan pangan (food sovereignty) dibangunnya tambak MSF di BPBAP Situbondo sebagai model teknologi budidaya percontohan bagi pembudidaya.

Hal ini dapat memberikan inspirasi untuk stakeholder di bidang perikanan budidaya untuk mengembangkan teknologi budidaya ini diberbagai wilayah.

BPBAP Situbondo menginisiasi penyusunan buku “Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Milenial - Millenial Shrimp Farming (MSF)”.

Semoga dengan tersusunnya buku ini dapat menjadi bahan referensi dan bahan rujukan bagi masyarakat khususnya pembudidaya dan calon pembudidaya.

Terima kasih kepada tim teknis dan tim penyusun atas dedikasi dan kerjasamanya, sehingga buku ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih ada kekurangan, untuk itu sumbangsih saran yang memotivasi sangat kami harapkan.

Situbondo, Agustus 2021 Plt. Kepala BPBAP Situbondo

Manijo, S.St.Pi.

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar iii

Daftar Isi iv

Daftar Tabel v

Daftar Gambar vi

BAB I. Gambaran Umum Budidaya Udang Vaname di Tambak Milenial (Millenial Shrimp Farming /MSF) 1

1.1. Budidaya Udang Vaname di Indonesia 1 1.2. Sebaran Potensi dan Peta Sentra Produksi 2 1.3. Peluang Pengembangan Berdasarkan Pasar 3 1.4. Kendala dan Solusi dalam Budidaya Udang 3

1.5. Definisi Teknologi MSF 4

1.6. Keunggulan Teknologi MSF 5

1.6.1. Aspek Lingkungan 5

1.6.2. Aspek Ekonomi 6

1.6.3. Aspek Sosial 6

1.6.4. Perbandingan MSF dengan Teknologi Konvensional 6

BAB II. Sistem Budidaya MSF 7

2.1. Desain MSF 7

2.1.1 Konstruksi dan Dimensi Kolam 7 2.1.2 Layout dan Sarana Pendukung 8

2.1.3 Teknologi Digitalisasi 12

2.2. Standar Operasional Prosedur 14

2.3. Peningkatan Produksi 25

BAB III. Kendala Teknologi MSF 26

BAB IV. Akses terhadap Input Produksi Benih Unggul, Pakan dan Obat 29

4.1. Benih Unggul 29

4.2. Pakan 31

4.3. Obat 34

BAB V. Peluang Investasi 36

5.1. Analisa Usaha 36

5.2. Analisa Pendorong, Penghambat & Rekomendasi 38

DAFTAR PUSTAKA 40

(5)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Parameter Air Media yang Siap Tebar untuk Udang Vaname 15

Tabel 2. Program Pakan Budidaya Udang MSF 18

Tabel 3. Pengelolaan Parameter Kualitas Air 23

Tabel 4. Persyaratan Kuantitatif Benih Vaname 29

Tabel 5. Syarat Mutu Pakan Udang Vaname Berdasarkan SNI 7549:2009 32

Tabel 6. Produsen Pakan Ikan/Udang Nasional 33

Tabel 7. Analisa Usaha MSF dengan Kapasitas Cash Flow Minimal Budidaya

36

(6)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Konstruksi Kolam Budidaya (tampak atas dan samping) 8

Gambar 2. Layout Kolam Budidaya 9

Gambar 3. Kolam Instalasi Pengolah Air Limbah: (1) dan (2) Petak Sedimentasi; (3) Petak Pembuangan Lumpur; (4) Petak Oksigenasi

9

Gambar 4. Konstruksi Kolam Pengolah Limbah 10

Gambar 5. Peralatan Suplai Oksigen 10

Gambar 6. Mesin pemberi pakan otomatis (automatic feeder) yang dioperasikan dengan aplikasi di telepon genggam

10

Gambar 7. Alat pengukur kualitas air 11

Gambar 8. Ruang Analisa Kualitas Air 11

Gambar 9. Data Collecting Center MSF 12

Gambar 10. Blok diagram alat monitoring kualitas air pada budidaya udang di tambak MSF Kluster BPBAP Situbondo

13

Gambar 11. Benih Udang Vaname 30

Gambar 12. Peta Persebaran Pembenihan Udang Nasional 31 Gambar 13. Peta Persebaran Produsen Pakan Ikan/Udang Nasional 33

(7)

1.1. Budidaya Udang Vaname di Indonesia

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu udang putih yang cukup komersial (BBAP Situbondo, 2006). Udang vaname merupakan spesies asli perairan Pasific, yang banyak ditemukan di pantai Barat Meksiko hingga Peru. Udang ini mulai diperkenalkan untuk dibudidayakan di Asia pada tahun 1996 di Taiwan dengan mengimpor calon induk vaname dari Hawaii. Selanjutnya upaya ini menjalar ke Cina, Myanmar, Indonesia dan dibeberapa negara di Asia Tenggara. Udang vaname memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan spesies lainnya, beberapa keunggulan tersebut, antara lain:

- Laju pertumbuhan mencapai 1-1,5 gr/ minggu;

- Bisa dibudidayakan dengan padat penebaran tinggi (80 – 500 ekor/m2);

- Toleran terhadap salinitas (0,5 – 45 %0);

- Kebutuhan protein pakan lebih rendah (20 – 30%) dibandingkan spesies lain;

- FCR lebih rendah (1: 1.1-1.2);

- Ukuran panen seragam; dan jumlah yang under size rendah.

Budidaya udang vaname di Indonesia saat ini merupakan andalan sektor perikanan budidaya dan menjadi prioritas pengembangan akuakultur di Indonesia untuk meningkatkan perekonomian nasional. Dalam periode 2012 - 2018 kontribusi nilai ekspor udang terhadap nilai ekspor perikanan Indonesia rata-rata mencapai 36,27 % (BPS, 2019). Artinya komoditas udang memiliki peranan yang sangat signifikan terhadap kinerja ekspor komoditas perikanan Indonesia.

Produksi udang dunia berdasarkan FisStat (2019) tumbuh rata-rata 5,39 BAB I. GAMBARAN UMUM BUDIDAYA UDANG VANAME DI

TAMBAK MILENIAL (Millenial Shrimp Farming /MSF)

(8)

sebesar 9,59 % per tahun dan dari perikanan tangkap mencapai 0,92 % per tahun (Soebjakto, S. 2019). Produksi udang budidaya secara nasional meningkat pesat dalam 5 tahun terakhir dengan produksi 638.955 ton (2013) menjadi 920.051 ton (2017) dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 10,38%.

Pada tahun 2018 tercatat volume ekspor udang sebesar 197,43 ribu ton dengan nilai USD 1.742,12 juta (DJPB, 2019). Pada periode tahun 2019 capaian produksi udang 517.397 ton dan ditargetkan mengalami kenaikan sebesar 250 % pada tahun 2024 menjadi sebesar 1.290.000 ton dengan nilai produksi dari 36,22 Trilyun pada 2019 menjadi sebesar 90.30 Trilyun pada 2024 (KKP, 2020).

1.2. Sebaran Potensi dan Peta Sentra Produksi

Potensi sumberdaya akuakultur Indonesia sangat besar, total luas lahan indikatif mencapai 17,2 juta hektar dan diperkirakan memiliki nilai ekonomi langsung sebesar USD 250 milyar per tahun. Dari potensi itu, khusus untuk pengembangan budidaya air payau memiliki porsi potensi hingga mencapai 2,8 juta hektar. Namun pemanfaatannya diperkirakan baru sekitar 21,64 % atau seluas 605.000 hektar, dimana dari luas tersebut pemanfaatan lahan tambak produktif untuk budidaya udang diperkirakan mencapai 40% atau baru 242.000 hektar saja (KKP, 2018).

Saat ini jumlah petambak yang bekerja pada sektor budidaya air payau mencapai 389 ribu orang (KKP, 2019). Jumlah petambak atau sumber daya manusia yang dibutuhkan bekerja pada sektor ini akan terus meningkat dengan program peningkatan produksi perikanan hingga tahun 2024 terutama produksi udang yang akan menargetkan penambahan luas lahan 100.000 hektar (KKP, 2020).

Budidaya udang vaname di Indonesia sudah berkembang pesat di sentra produksi perikanan seluruh wilayah Indonesia dan akan dikembangkan

(9)

di beberapa wilayah baru terutama di wilayah Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku dan Maluku Utara. Saat ini produktivitas budidaya udang vaname berkisar antara 10 – 50 ton/hektar/siklus tergantung model budidaya yang dikembangkan mengikuti kemajuan teknologi dari sistem semi intensif hingga super intensif (KKP, 2020)

1.3. Peluang Pengembangan Berdasarkan Pasar

Menurut Research and Markets 2021, Pasar udang global bernilai USD 39,24 juta pada 2019 yang diproyeksikan tumbuh 1,5% per tahun dengan volume 4,2 juta MT pada tahun 2019 dan diproyeksikan tumbuh dengan estimasi 1,4% per tahun. Menurut data BPS tren ekspor udang indonesia 2015 – 2019 memiliki tren positif dengan kenaikan volume 4,21 % dan kenaikan nilai 0,55 % (BPS, 2019).

Pasar dunia diperkirakan membutuhkan 13 sampai 15 juta ton pasokan udang per tahun dengan suplai yang sudah terpenuhi berdasarkan data 2017 sebesar 8,77 juta ton dan didominasi oleh sektor budidaya sebesar 6,09 juta ton (Soebjakto, 2019). Berdasarkan data International Trade Center (2019) kontribusi nilai ekspor produk udang Indonesia tahun 2018 terhadap total nilai ekspor udang dunia mencapai 6,84 % dan menduduki posisi 5 terbesar dunia setelah India (18,63 %), Ekuador (12,96 %), Vietnam (12,75 %) dan China (9,01 %). Dengan luas lahan budidaya yang baru termanfaatkan hanya 21,64

%, dan permintaan udang dunia yang sangat besar maka Indonesia sangat potensial menjadi pemasok utama udang dunia.

1.4. Kendala dan Solusi Dalam Budidaya Udang

Secara umum, produksi udang global telah stabil tetapi wabah penyakit yang serius telah menyebabkan kerugian yang luas bagi tambak di negara- negara seperti India, Vietnam, dan Thailand. Kendala budidaya udang di Indonesia, antara lain:

(10)

a. Serangan penyakit.

Diatasi dengan menerapkan sistem budidaya udang yang berkelanjutan dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity dan keamanan pangan.

b. Permodalan dan teknis.

Diatasi dengan kolaborasi antara pemerintah dan perbankan.

Permasalahan teknis produksi dapat diatasi dengan memaksimalkan peran institusi riset untuk mengatasi masalah teknis produksi yang penerapannya langsung di masyarakat.

c. Regulasi yang rumit yang menyebabkan industri udang lambat dalam ekspansi/ pengembangan usaha.

Diatasi dengan adanya sinergitas antar lembaga untuk penyederhanaan ijin dan moratorium penindakan ijin usaha tambak.

d. Pembangunan infrastruktur yang tidak merata di berbagai sentra tambak udang dan kurangnya integrasi antara pemroses di hilir dan petambak di hulu.

Pemerintah perlu membangun infrastruktur yang mendukung sektor swasta agar lebih tertarik untuk berinvestasi pada sektor budidaya udang.

e. SDM dan keterlibatan kaum muda untuk bekerja di dunia perudangan.

Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengembangkan unsur teknologi digital dalam budidaya udang yang saat ini menjadi tren bagi kaum milenial dalam melakukan pekerjaan di berbagai bidang.

1.5. Definisi Teknologi MSF

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan peningkatan produksi udang nasional sebesar 250% dalam lima tahun ke depan (2019- 2024). Untuk mencapai target tersebut harus didukung dari berbagai aspek salah satunya adalah pemanfaatan teknologi digital. Pemanfaatan teknologi digital sangat erat hubungannya dalam era Revolusi Industri ke-4 atau lebih dikenal dengan nama Industri 4.0.

(11)

Salah satu program KKP yang mengusung semangat Industri 4.0 adalah pembangunan Millenial Shrimp Farming (MSF) atau generasi milenial bertambak udang. Program ini dilaksanakan sebagai upaya pemerintah untuk melibatkan kaum milenial untuk mencoba mengembangkan budidaya udang.

Model tambak ini diyakini cocok untuk generasi milenial dalam hal kepraktisannya untuk berbudidaya saat ini. Berbeda dengan tambak konvensional, model tambak ini tidak membutuhkan lahan luas, berbentuk bulat, fleksibel karena bisa dibongkar pasang dengan ukuran kolam yang bisa disesuaikan dengan lahan yang ada.

1.6. Keunggulan Teknologi MSF

Pembangunan MSF salah satunya di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo. Konsep pelaksanaan progam ini adalah tambak kluster sebagai pusat pelatihan bagi kaum milenial untuk berlatih budidaya udang. Keunggulan utama dari tambak MSF adalah sistem pencatatan data secara digital sehingga setiap mengambil keputusan didasarkan pada data teknis yang terukur. Digitalisasi ini juga didukung oleh aplikasi budidaya berbasis data (smart farming). Disamping keunggulan dalam sistem pencatatan data, juga unggul dalam beberapa aspek yaitu:

1.6.1. Aspek Lingkungan

MSF yang telah dibangun di lengkapi dengan sistem instalasi pengolah air limbah (IPAL) budidaya udang sehingga air buangan limbah relatif aman bagi lingkungan. Disamping itu dapat meminimalisir konflik kepentingan (konflik sosial) dengan usaha budidaya perikanan lainnya atau masyarakat sekitar MSF.

1.6.2. Aspek Ekonomi

Pembangunan MSF di masyarakat dapat diterapkan dengan skala yang kecil hingga skala besar, sehingga setiap orang dapat berkesempatan untuk

(12)

menerapkan teknologinya sesuai dengan skala modal yang dimiliki. Biaya investasi yang dibutuhkan juga lebih murah karena konstruksi MSF lebih fleksibel yang bisa dibongkar pasang. Biaya investasi yang murah memungkinkan keuntungan yang dihasilkan menjadi lebih besar.

1.6.3. Aspek Sosial

Pelaku usaha tambak pada saat ini mayoritas merupakan petambak yang sudah lama menekuni usaha tersebut serta menjadi usaha turun temurun, selain itu didominasi oleh petambak yang memiliki modal besar. Teknologi MSF ini dapat mendorong SDM generasi milenial, untuk dapat berusaha atau berbisnis di sektor budidaya udang dengan skala yang lebih masif di masyarakat, sehingga penyerapan tenaga kerja lebih meningkat. Hal ini tidak terlepas dari gaya bekerja kaum milenial yang cenderung memanfaatkan teknologi digital di semua aspek pekerjaan.

1.6.4. Perbandingan MSF dengan Teknologi Konvensional

Keunggulan utama dari MSF adalah sistem pencatatan data secara digital sehingga setiap pengambilan keputusan didasarkan pada data teknis yang terukur. Penerapan teknologi digital meliputi pengecekan kualitas air, biomass, pakan harian, serta pertumbuhan harian. Digitalisasi ini juga didukung oleh aplikasi budidaya berbasis data (smart farming).

(13)

2.1. Desain MSF

Seiring dengan meningkatnya teknologi budidaya udang tidak hanya menghasilkan produksi dan produktifitas yang tinggi tetapi juga sangat menguntungkan dari sisi ekonomis. Milenial Shrimp Farming (MSF) adalah suatu sistem budidaya dengan pemanfaatan efisiensi input produksi dan intensifikasi teknologi budidaya mampu menghasilkan produksi udang hingga 25 ton/hektar/siklus.

2.1.1. Konstruksi dan Dimensi Kolam Kolam pembesaran udang vaname:

 Bentuk : Bundar (Circular) Volume : 314

m3

 Diameter : 20 m Konstruksi :

lining HDPE

 Kedalaman air : 1.0 – 1.2 m Kemiringan ke tengah : 2- 3%

Konstruksi kolam MSF berbentuk bundar yang membedakan dengan tambak pada umumnya. Kolam dilengkapi dengan central drain yaitu sistem pembuangan yang berada di bagian tengah kolam. Dengan bantuan arus dari kincir maka kotoran yang berada didasar kolam akan terkumpul di tengah dan secara berkala akan dibuang melalui central drain. Konstruksi seperti itu memberikan keuntungan karena tidak adanya titik mati pada kolam budidaya.

BAB II. SISTEM BUDIDAYA MSF

(14)

Gambar 1. Konstruksi Kolam Budidaya (tampak atas dan samping)

2.1.2. Layout dan Sarana Pendukung

 Kolam budidaya 40 unit Alat ukur parameter kualitas air digital

 Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Ruang analisa kualitas air

 Sumber Oksigen Ruang data

 Automatic feeder

(15)

Gambar 2. Layout Kolam Budidaya

Gambar 3. Kolam Instalasi Pengolah Air Limbah: (1) dan (2) Petak Sedimentasi;

(3) Petak Pembuangan Lumpur; (4) Petak Oksigenasi

KOLAM BUDIDAYA 40 UNIT

1

3

2 4

(16)

Gambar 4. Konstruksi Kolam Pengolah Limbah

Gambar 5. Peralatan Suplai Oksigen

Gambar 6. Mesin Pemberi Pakan Otomatis (automatic feeder) yang Dioperasikan dengan Aplikasi di Telepon Genggam

AUTOMATIC FEEDER

(17)

Gambar 7. Alat Pengukur Kualitas Air

Gambar 8. Ruang Analisa Kualitas Air

ALAT UKUR PARAMETER KUALITAS AIR DIGITAL

(18)

Gambar 9. Data Collecting Center MSF

2.1.3. Teknologi Digitalisasi

Digitalisasi merupakan salah satu aspek yang dikembangkan pada program tambak udang milenial. Data dalam budidaya merupakan salah satu aspek terpenting dalam proses decission making atau pembuatan keputusan.

Melalui data budidaya ini, petambak dapat menganalisa kondisi tambak. Pada praktiknya, kegiatan budidaya memang familiar dengan banyaknya jumlah data seiring dengan meningkatnya skala budidaya. Oleh karena itu, akurasi dan keamanan data dapat lebih terjamin dengan penyimpanan secara digital, sehingga perhitungan untuk analisis usaha budidaya dapat dihitung secara lebih presisi.

Digitalisasi manajemen data budidaya merupakan salah satu penyesuaian proses koleksi data dengan teknologi 4.0 yang memanfaatkan internet of think atau IoT. Aplikasi dari teknologi ini membuat big data dapat disimpan secara online dan diolah untuk analisa tertentu. Digitalisasi data budidaya juga menjadi penting karena dengan bantuan sistem cloud maka data-data tersebut akan tersimpan secara otomatis dan juga memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi. Resiko data yang hilang akibat human error juga akan berkurang. Penyimpanan secara online ini juga membantu petambak

(19)

Proses ini akan membantu petambak mengelola kolam walaupun sedang tidak berada di tempat.

Gambar 10. Blok Diagram Alat Monitoring Kualitas Air pada Budidaya Udang di Tambak MSF Kluster BPBAP Situbondo

a. Aplikasi

Aplikasi atau start up dalam negeri yang bergerak di bidang pengolahan data akuakultur meliputi pengukuran kualitas air, pakan serta biomass.

Meskipun demikian, aplikasi yang digunakan saat ini masih memiliki kelemahan yaitu para petambak harus mengukur kualitas air setiap petakan secara manual. Oleh karena itu, pengukuran kualitas air, kualitas lingkungan serta otomatisasi peralatan seperti kincir air dan pompa sedang dilakukan pengembangan.

b. Tata cara operasional

Aplikasi yang dijalankan selama ini pada tambak milenial masih memerlukan pengukuran kualitas air secara manual dan dimasukkan ke dalam program data di komputer. Hal ini memiliki kelemahan yaitu masih

NODE 1 Suhu Air, DO,

pH

NODE Suhu & 2 kelembaban udara, Curah

Hujan NODE Pompa, Kincir, 3 Automatic Feeder

CONTROLL ER

Internet

(20)

adanya kemungkinan kesalahan manusia atau “human error” dalam memasukkan data. Untuk mengatasi hal tersebut, pengembangan prototipe pengukuran kualitas air secara “real time” dengan menggunakan probe yang ditempatkan di setiap kolam perlu dilakukan sehingga data yang didapat langsung bisa dibaca di dalam program pengolah data di komputer.

c. Pusat data

Salah satu persyaratan dalam digitalisasi data pada MSF adalah adanya pusat data. Pusat data merupakan ruangan tempat menyimpan data secara digital baik berupa kualitas air, jumlah pakan, biomass dan lain-lain.

Pusat data juga dapat menjadi dasar bagi petambak dalam menentukan suatu keputusan untuk keberlanjutan usahanya.

2.2. Standar Operasional Prosedur

Millenial Shrimp Farming (MSF) dalam pelaksanaannya menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk memastikan hasil dari suatu kegiatan. SOP yang diterapkan antara lain:

a) Persiapan Kolam

Persiapan kolam MSF meliputi pembersihan, pengeringan, perbaikan jika terjadi kebocoran, perbaikan sarana dan prasarana lapang serta peasangan peralatan aerasi. Setelah persiapan kolam selesai selanjutnya mempersiapkan air media pemeliharaan yang meliputi:

- Pengendapan

- Sterilisasi air (enzim 1 ppm, Bacillus sp 1 ppm, dolomit 5 ppm, dan omya 5 ppm)

- Penumbuhan plankton dengan NPK 1 ppm, KNO3 1 ppm selama 5 hari berturut.

(21)

- Pengukuran parameter kualitas air media yang siap tebar sesuai dengan Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Air Media yang Siap Tebar untuk Udang Vaname

No Parameter Air Kisaran Nilai

1 pH 8.1 – 8.3

2 Alkalinitas >150 ppm

3 Bahan Organik Air < 90 ppm

4 DO > 4 ppm

5 Kecerahan 30 – 40 cm

6 Warna air Coklat kehijauan

7 Salinitas 20 – 32 gram/liter

8 Plankton jenis BGA dan Dinoflagelata

< 5%

9 Kepadatan Total Bakteri Minimal 103 CFU/ml 10 Dominasi Bakteri Vibrio < 5% CFU/ml dari Total Bakteri

b) Penebaran Benih

- Penebaran benih dilakukan pada intensitas sinar matahari yang rendah (pagi atau sore).

- Benih dalam kantong plastik tertutup diapungkan ditambak selama kurang lebih 15-30 menit.

- Pengikat kantong plastik dibuka.

- Pengukuran salinitas dan suhu dari air diwadah benih dan air media di tambak dengan refraktrometer, thermometer, dan pH meter dilakukan sebelum penebaran benih.

- Perbedaan salinitas air dalam wadah dan air tambak tidak lebih dari 5 ppt, suhu tidak lebih dari 2ºC.

- Pemasukan air tambak sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan kedalam wadah/ kantong plastik hingga suhu dan salinitas antara air dalam plastik telah menyamai air tambak.

(22)

- Penebaran benih: (1). Untuk penebaran langsung, keluarkan benih dari kantong plastik atau dengan sendirinya benih akan keluar; (2).

Tambahkan artemia (fase instar) dengan jumlah 60 gram untuk 100.000 ekor benur kedalam wadah penampungan. Setelah 30 menit benih dikeluarkan secara gravitasi melalui selang.

c) Pemberian Pakan

- Program Pakan Blind Feeding untuk DOC 1-30 hari disusun berdasar target pertumbuhan dan estimasi SR DOC 30 hari.

- Program Pakan DOC 30 hari sampai panen disusun berdasarkan persentase kebutuhan pakan perhari dan hasil sampling/ mingguan serta kontrol anco harian (jumlah pakan bisa berubah sewaktu waktu).

- Melakukan perhitungan kebutuhan pakan yang akan diberikan.

- Cara cek anco: Menggunakan Automatic Feeder, menempatkan anco pada jarak yang terjangkau dengan lemparan Automatic Feeder, penentuan kebutuhan pakan dengan cara cek pakan di anco dengan memperhatikan sisa pakan di anco antar waktu lemparan pakan.

- Melakukan penimbangan pakan secara akurat sesuai kebutuhan yang sudah diprogramkan.

- Pemberian pakan disesuaikan dengan tingkatan bobot udang, ukuran/ jenis pakan dan frekuensi pakan harian.

- Cara pemberian pakan powder dan crumble dilakukan secara manual sedangkan pakan pellet dilakukan dengan automatic feeder;

d) Sampling Pertumbuhan

- Pengambilan contoh sampel udang dilakukan dengan jala atau anco.

(23)

- Penghitungan dan penimbangan dilakukan terhadap sampel dengan parameter berat total dan jumlah total (ekor).

- Udang sample tidak dimasukkan kembali ke dalam tambak.

- Hasil pengukuran digunakan untuk menghitung berat udang rata- rata (ABW), size (jumlah udang dalam 1kg berat udang), pertumbuhan (ADG), SR, FCR, biomass dan penentuan kebutuhan pakan.

Rumus ABW = Berat udang (dalam gram) : Jumlah udang Rumus Size = 1.000 : ABW (dalam gram)

Rumus ADG = ABW 2 – ABW 1

Selisih hari sampling 2 dan sampling 1 Rumus SR = Populasi x 100%

Jumlah Tebar Benur Rumus Biomass = Populasi x ABW

Rumus FCR = Jumlah pakan akumulatif (dalam kg) : Biomass (dalam kg)

e) Program Pakan

Program Pakan disusun berdasarkan persentase kebutuhan pakan perhari dan hasil sampling/ mingguan serta kontrol anco harian.

Program pakan budidaya udang MSF dapat dilihat pada Tabel 2.

(24)

Tabel 2. Program Pakan Budidaya Udang MSF

f) Monitoring Kesehatan Udang 1) Visual

- Monitoring dilakukan pada saat pemberian pakan (harian) maupun ketika ditemukan udang mati/ sakit.

- Pengamatan dilakukan pada udang dengan memperhatikan kelengkapan organ tubuh, warna tubuh, isi usus, warna dan ukuran hepatopankreas, kekenyalan tubuh, keberadaan organisme penempel dan tingkah laku udang.

- Lakukan pemeriksaan skala laboratorium apabila udang ada gejala terkena penyakit.

2) Pengamatan Laboratorium secara mikroskopis

(25)

- Dilakukan secara periodik, setiap 7-10 hari dan/ atau sewaktu- waktu dalam kondisi darurat.

- Pengambilan sampel udang dilakukan dengan menggunakan anco dan/ atau alat lain.

- Sampel udang dibawa kelaboratorium dalam kondisi hidup atau segar- sesuaikan dengan tata cara pengambilan contoh sampel.

- Dilakukan analisa skala laboratorium yang terkait dengan kesehatan udang.

- Hasil data yang didapat merupakan gambaran dan kondisi kesehatan udang yang dipelihara serta rekomendasi tindakan yang harus dilakukan.

3) Pengamatan mikrobiologi

- Dilakukan secara periodik, dua kali per minggu atau sewaktu- waktu dalam kondisi darurat.

- Air media diambil pada tambak dan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan penghitungan total bakteri dan total vibrio.

4) Pengamatan laboratorium secara biologi molekuler

- Dilakukan secara periodik, setiap satu bulan sekali atau sewaktu-waktu dalam kondisi darurat.

- Pengambilan sampel udang dilakukan dengan menggunakan anco dan/ atau alat lain.

- Sampel udang dibawa ke laboratorium dalam kondisi hidup atau mati disesuaikan dengan tata cara pengambilan contoh sampel.

- Dilakukan analisa secara molekuler (PCR).

- Hasil data yang didapat merupakan gambaran dan kondisi kesehatan udang yang dipelihara serta rekomendasi tindakan yang harus dilakukan

(26)

g) Monitoring Kualitas Media Pemeliharaan

- Pengamatan kualitas air harian dilakukan pagi dan sore hari untuk parameter suhu, DO, salinitas, pH, Total Suspended Solid (TSS), kecerahan dan warna air. Pengukuran paramater tersebut kedepannya akan dilakukan secara realtime.

- Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan botol plastik mengacu pada SNI Tata Cara Pengambilan Sampel Air dan/ atau diamati langsung dengan alat portable pada air media pemeliharaan.

- Pengamatan kualitas air secara periodik (pengambilan sampel seminggu satu kali) dilakukan terhadap parameter alkalinitas, ammonia, nitrit, bahan organik, mikrobiologi, kepadatan dan identifikasi plankton.

- Pengamatan terhadap kandungan logam berat (Pb, Hg, Cd) dan E.

Coli dalam air pasok dilakukan setahun sekali atau bila diperlukan.

h) Panen

Panen dilakukan apabila bobot udang per individu mencapai ukuran konsumsi (> 10 gram/ ind). Panen dapat dilakukan secara parsial dan total. Panen parsial dilakukan untuk mengurangi populasi udang, sedangkan panen total adalah mengangkat semua udang yang ada di kolam. Panen parsial dapat dilakukan beberapa kali misalnya panen parsial I (pertama) diangkat 20% dari biomassa total pada bobot udang 10 gram/ind, panen parsial II (kedua) diangkat 20% dari biomassa total pada bobot udang 15 gram/ind, sedangkan panen total diangkat semua biomassa di kolam pada bobot udang 25 gram/ind.

Penanganan udang pasca panen dilakukan dengan memperhatikan keamanan pangan (food safety) dan mempertahankan kualitas udang.

i) Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL)

(27)

1) Operasional IPAL

- Air limbah dialirkan dan diendapkan ke kolam sedimentasi.

Endapan lumpur secara periodik diangkat dan dikeringkan.

- Limbah cair dari kolam sedimentasi dialirkan ke kolam aerasi.

- limbah dari kolam aerasi dialirkan ke kolam ekualisasi yang berisi kerang, makro algae dan ikan sebagai biofilter dan bioindikator.

- Jika mutu air pada kolam ekualisasi belum mencapai hasil yang diinginkan maka perlu dilakukan pemompaan kembali ke kolam aerasi dalam rangka mengulang proses biofiltrasi.

2) Monitoring dan Evaluasi

- Monitoring dilakukan minimal 2 kali selama masa pemeliharaan.

Parameter yang dipantau antara lain: Total Suspended Solid (TSS), Bahan Organik Total (BOT), Biochemical Oxygen Demand (BOD), Total Ammonia Nitrogen (TAN), Nitrit, Nitrat, Total Nitrogen dan Fosfat, Total Bakteri, Total Vibrio.

- Efisiensi kinerja IPAL dinilai dengan membandingkan parameter masing-masing di inlet dan outlet IPAL.

EFISIENSI IPAL (%) = (A-B)/ A x 100

Keterangan A: Nilai parameter influent (inlet); B: Nilai parameter effluent (outlet) Tingkat efisiensi IPAL: • Sangat efisien: x > 80%; • efisien: 60% < x = 80%; • cukup efisien: 40% < x = 60%; • kurang efisien: 20% < x = 40%; • tidak efisien: x =<20 %

- Kinerja IPAL dievaluasi dengan: 1) Membandingkan kualitas air hasil pengolahan IPAL dengan mutu perairan sekitar IPAL; 2) Membandingkan tingkat efisiensi kinerja IPAL selama beroperasional.

(28)

j) Biosekuriti

- Biosekuriti yang diterapkan bagi personil dan pengunjung pada saat berada di area tambak yaitu mencuci tangan dengan sabun, menyemprot tangan dengan etanol/ isopropanol 70%, mencelup sepatu ke footbath setiap memasuki area.

- Seluruh peralatan teknis didesinfeksi sebelum dan sesudah digunakan

- Kendaraan yang memasuki Kawasan tambak milenial wajib melewati wheelbath dan mengikuti prosedur biosekuriti.

- Penanganan yang dilakukan jika terjadi kontaminasi yaitu: 1) Kontaminan/ pathogen/ virus terhadap air media pemeliharaan didesinfeksi menggunakan desinfekan (sodium hypoclorite); 2) Jika terdapat kontaminan/pathogen/virus terhadap udang peliharaan, maka akan dilakukan tindakan treatment, panen, atau karantina menggunakan bahan desinfeksi.

k) Penggunaan Probiotik

1. Kultur Probiotik Air (Bacillus sp)

- Mencampurkan air, probiotik, sagu, dan gula pada satu wadah;

- Homogenkan bahan tersebut dan kultur 3 hari

- Aplikasikan probiotik pada air kolam dengan dosis 1 – 3 ppm setiap hari

2. Kultur Probiotik Pakan (Lactobacillus sp)

- Mencampurkan air, probiotik, sagu, dan gula pada satu wadah;

- Homogenkan bahan tersebut dan kultur 3 hari

- Aplikasikan probiotik pada pakan dengan dosis 100 ml/kg pakan;

- Campurkan pakan dengan probiotik sampai merata, anginkan sebentar hingga tidak menggumpal.

(29)

l) Cara Pengelolaan Parameter Kualitas Air

Upaya untuk mendukung pemeliharaan udang dilakukan agar supaya parameter kualitas air sesuai dengan kebutuhan hidup udang yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. Pengelolaan Parameter Kualitas Air

Parameter Metode Perbaikan

1. Oksigen terlarut

< 4 ppm - Pergantian air

- Menambahkan alat dan bahan penambah oksigen

- Mengurangi populasi dengan panen parsial 2. Suhu

- Lebih tinggi

>32 C

- Menaikkan ketinggian air - Penggantian air

- Memasang shading net - Lebih rendah

<26 C

- Memasukkan air pada malam hari dari tandon

- Menurunkan ketinggian air pada siang hari 3. Salinitas

- Lebih tinggi

>35 ppt

- Menambahkan air tawar

- Meningkatkan frekuensi pergantian air - Lebih rendah

<20 ppt

- Menambahkan air laut dari tandon

4. pH

- Lebih tinggi

>8.3

- Menambahkan molase, fermentasi - Pergantian air

- Lebih rendah

<7.6

- Aplikasi kapur - Pergantian air 5. Alkalinitas

- Lebih tinggi

>400 ppm

- Aplikasi probiotik - Pergantian air - Lebih rendah

<150 ppm

- Pergantian air

- Ditambahkan air tawar - Aplikasi kapur

6. Bahan Organik

(30)

- Lebih tinggi

>120 ppm

- Pengenceran/penambahan air - Aplikasi probiotik

- Siphon

- Flushing pada central drain 7. TAN

- Lebih tinggi .4 ppm

- Ganti air

- Aplikasi probiotik 8. Kecerahan air

- Lebih tinggi >40 cm

- Penumbuhan/ inokulasi plankton (fitoplankton)

- Lebih rendah

< 25 cm

- Pengenceran/ penambahan air masuk

m) Padat Tebar

Benih udang vaname berasal dari hatchery (panti pembenihan) dengan ukuran PL (post larva) 9-10. Padat tebar per kolam adalah 250 – 500 ind/m3. Jumlah padat tebar dipilih dengan mempertimbangkan beberapa aspek yaitu :

1. Aspek teknis : - Oksigen terlarut

Oksigen berperan penting dalam proses respirasi dan metabolisme. Oksigen yang tersedia di air berupa oksigen terlarut.

Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk budidaya udang vaname adalah 4 ppm.

- Prasarana pendukung

Input prasarana suplai oksigen dapat membantu menaikkan kadar oksigen terlarut dalam kolam misalnya penggunaan kincir, blower, liquid oksigen, pompa sirkulasi dan atau Oxy-mix.

2. Aspek ekonomis :

Pemilihan padat tebar juga berdasarkan produktifitas dan daya dukung kolam namun tetap memperhatikan konsep budidaya berkelanjutan untuk menghasilkan keuntungan yg maksimal.

(31)

2.3. Peningkatan Produksi

Alternatif cara meningkatkan produktivitas pada tambak udang milenial dapat dengan menggunakan teknologi sebagai berikut:

1) Standarisasi konstruksi kolam tambak

 Ukuran kolam : Diameter 20-30 m

 Kemiringan : 2-3%

 Ukuran inlet dan oulet : 4-8 inch

 Pemanenan : manual atau melalui central drain

 Kapasitas tandon : 20-30% volume petakan

 Petakan IPAL : 10% volume petakan

2) Manajemen pakan

Penambahan probiotik maupun imunostimulan pada pakan

Pemberian pakan dengan automatic feeder

Penggunaan pakan dengan kadar protein yang tepat 3) Benih

Penggunaan benih yang tepat serta bebas penyakit

Padat tebar benih yang disesuaikan dengan daya dukung lingkungan 4) Manajemen kualitas air

Peningkatan kandungan serta nilai kelarutan oksigen dalam air dengan menggunakan kincir, blower, liquid oksigen, pompa sirkulasi dan atau oxy- mix.

Pemantauan kualitas air secara otomatis dan “real time” antara lain untuk parameter oksigen terlarut, salinitas, suhu, pH serta ORP.

Pemantauan parameter kualitas air lainnya diukur di laboratorium antara lain nitrit, nitrat, amoniak, alkalinitas, kesadahan, TOM, dan phospat.

Menjaga keseimbangan mineral terutama magnesium, kalsium, silika, kalium serta karbonat (alkalinitas) dalam air budidaya.

(32)

Sebelum berbicara tentang kendala teknologi pada MSF, terlebih dahulu kita harus sepakat dengan definisi atau batasan maupun kriteria yang dimaksud dengan MSF. Secara umum, tambak udang milenial telah mengakomodasi penggunaan teknologi 4.0 dalam sistem operasionalnya sehingga diharapkan mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam meningkatkan produktivitas udang. Selain itu, tambak udang milenial merupakan tambak udang yang berkelanjutan dalam artian dalam proses produksinya selalu memperhatikan aspek kelestarian lingkungan sehingga usaha tambak milenial merupakan usaha yang berkelanjutan.

Sebelum memulai usaha tambak milenial, para calon petambak milenial harus lebih dulu paham dan mengetahui kelebihan serta kekurangan dari model tambak tersebut. Model tambak ini diyakini cocok untuk generasi milenial dalam hal kepraktisannya untuk berbudidaya saat ini. Berbeda dengan tambak konvensional, model tambak milenial ini tidak membutuhkan lahan luas, berbentuk bulat, fleksibel karena bisa dibongkar pasang dengan ukuran kolam yang bisa disesuaikan dengan lahan yang ada.

Saat ini industri perikanan dunia sudah memasuki era evolusi industri yang keempat atau biasa disebut industri 4.0, ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomatisasi yang terintegrasi dengan jaringan internet. Revolusi industri 4.0 dalam sektor perikanan ternyata lebih dominan terjadi di Eropa, sedangkan di Indonesia revolusi industri 4.0 terutama di sektor perikanan belum begitu berkembang. Beberapa kendala antara lain:

(1) Sumberdaya manusia (2) Kondisi lahan akuakultur

(3) Kondisi sosial budaya masyarakat (4) Kondisi infrastruktur

(5) Akses permodalan

BAB III. KENDALA TEKNOLOGI MSF

(33)

Pada era digital seperti saat ini, dunia akuakultur dipenuhi dengan isu Revolusi Industri 4.0, dimana akuakultur diharapkan dapat melibatkan digital dalam proses pengembangannya. Salah satu tujuan Revolusi Industri 4.0 di sektor akuakultur adalah meningkatkan produksi akuakultur secara efektif dan efisien. Selain dukungan peralatan, juga diperlukan SDM yang berkualitas.

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam penerapan teknologi 4.0 pada tambak milenial diantaranya:

1. Belum seluruh petambak milenial menguasai teknologi digital.

2. Lokasi tambak tidak berada dalam satu kawasan budidaya atau berada di daerah remote area.

3. Pola pikir masyarakat dalam menerima teknologi baru.

4. Lemahnya infrastruktur untuk menerapkan Internet of Thing (IoT) untuk mengakses internet secara baik, mengingat luasnya potensi wilayah pertambakan Indonesia.

5. Meyakinkan perbankan dan lembaga keuangan untuk mendukung pengembangan MSF.

Melihat beberapa kendala serta tantangan penerapan teknologi 4.0 pada tambak milenial di atas, solusi yang ditawarkan antara lain:

1. Pelatihan sumber daya manusia (petambak milenial) minimal 1 tahun. Hal ini untuk membentuk jiwa kewirausahaan yang tangguh serta mampu mengatasi berbagai permasalahan yang timbul pada usaha tambak milenial.

2. Membentuk kawasan-kawasan budidaya.

3. Melaksanakan sosialisasi tentang teknologi MSF kepada petambak.

4. Pengembangan teknologi berbasis pada produksi dalam negeri. Berbagai start up dalam negeri yang berkaitan dengan akuakultur mulai bermunculan di Indonesia. Oleh karena itu, hal tersebut perlu didukung serta diberikan umpan balik yang positif dari para pengguna start up tersebut. Perlu penambahan dan perbaikan infrastruktur untuk menerapkan Internet of Thing (IoT) agar petambak dapat mengakses internet secara

(34)

5. Akses modal yang mudah. Pada umumnya, kesulitan utama dari para petambak milenial pemula adalah kurangnya permodalan. Hal ini perlu dicarikan solusi agar pihak perbankan dapat menyalurkan modal kepada para petambak milineal.

(35)

4.1. Benih unggul

Usaha budidaya tambak Milenial Millenial Shrimp Farming (MSF) harus secara konsisten menerapkan kaidah Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) atau Good Aquaculture Practices (GAP) sebagai syarat mutlak agar dapat memperkuat preferensi konsumen dan bisa mendorong keberterimaan udang Indonesia di pasar ekspor. Salah satu persyaratan dalam CBIB/GAP adalah penggunaan benih udang unggul. Persyaratan benih udang vaname unggul didasarkan pada Standar Nasional Indonesia No. 01-7252-2006 tentang persyaratan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar.

SNI 01-7252-2006 mempersyaratkan bahwa benih udang vaname unggul yaitu benih berwarna transparan dengan isi usus yang tidak terputus.

Gerakan benih aktif; mampu melawan arus dengan kepala yang cenderung mengarah kebawah. Benih PL10 yang akan ditebar harus memiliki organ tubuh yang sudah sempurna, ekornya mengembang, dan bebas penyakit. Secara kuantitatif persyaratan benih udang vaname unggul untuk budidaya udang di tambak milenial tertera pada Tabel 2.

Tabel 4. Persyaratan Kuantitatif Benih Vaname

No. Kriteria Satuan Benur

1 Umur Post Larva Min. PL 10

2 Panjang minimum mm 8,5

3 Prevalensi parasit (terhadap populasi) maksimum

% 20

4 Infeksi virus (TSV, IHHNV, WSSV, EMS, IMNV, EHP)

% 0

5 Keseragaman ukuran minimum % 80

6 Daya tahan terhadap:

- Penurunan salinitas dari 30 ke 0 % 80 BAB IV. AKSES TERHADAP INPUT PRODUKSI BENIH

UNGGUL, PAKAN DAN OBAT

(36)

selama 5 menit minimum

- Perendaman formalin 200 (ml/m3) selama 30 menit minimum

% 80

7 Prevalensi nekrosis (terhadap populasi), maksimum*

% 5

Catatan* ditentukan berdasarkan adanya infeksi bakteri yang menyebabkan terjadinya pembusukan organ tubuh

Gambar 11. Benih Udang Vaname

Oleh karena itu distribusi benih unggul ke berbagai petambak di beragam daerah merupakan salah satu elemen penting dalam rangka meningkatkan kinerja produktivitas komoditas udang nasional.

(37)

Sumber: DJPB, 2021

Gambar 12. Peta Persebaran Pembenihan Udang Nasional 4.2. Pakan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen pakan meliputi mutu pakan (formulasi, kandungan nutrien, proses pembuatan, karakteristik fisik), transportasi, metode penyimpanan, metode pemberian, kompetensi personil, faktor lingkungan serta biota budidaya. Faktor mutu dan proses pembuatan dikontrol oleh produsen, sedangkan faktor metode pemberian dan lingkungan budidaya dikontrol oleh petambak. Oleh karena itu input pakan yang berkualitas serta manajemen pakan yang baik akan menjamin produktifitas budidaya yang tinggi.

Berdasarkan SNI 7549:2009 pakan buatan untuk udang vaname dibagi menjadi tiga persyaratan mutu yaitu starter, grower dan finisher. Pakan starter adalah pakan awal berbentuk crumble yang digunakan untuk udang sampai dengan bobot 4 gram. Pakan grower adalah pakan berbentuk pelet yang digunakan untuk pembesaran udang dari bobot 4 gram sampai dengan 10 gram. Pakan finisher adalah pakan yang digunakan untuk pembesaran udang mulai dari bobot 10 gram sampai dengan panen. Pada tabel berikut ditampilkan persyaratan mutu pakan udang vanamei sesuai SNI.

(38)

Tabel 5. Syarat Mutu Pakan Udang Vaname Berdasarkan SNI 7549:2009

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan mutu

starter grower finisher

1 Kadar air, maksimum % 12 12 12

2 Kadar protein, minimum

% 32 30 28

3 Kadar lemak, minimum % 6 6 5

4 Kadar serat kasar, maksimum

% 4 4 5

5 Kadar abu, maks % 15 15 15

6 Kestabilan dalam air, minimum

% 90 90 90

7 Nitrogen bebas, maksimum

% 0,15 0,15 0,15

8 Cemaran mikroba/toksin - Kapang,

maksimum

Kol/g 50 50 50

- Salmonela Kol/g negatif negatif negatif

- Aflatoksin, maksimum

µg/kg 50 50 50

9 Kandungan antibiotik µg/kg 0 0 0

10 Bentuk dan diameter mm Crumble (<1,6)

Pelet (1,6-2) Pelet ( >2)

Catatan : nilai pada tabel ini berdasarkan pada kondisi pakan apa adanya (as fed)

Pengelolaan pakan harus dilakukan sebaik mungkin dengan memperhatikan jenis, jumlah, waktu, frekuensi dan metode pemberian.

Penerapan feeding regime hendaknya disesuaikan dengan tingkah laku udang, serta siklus alat pencernaan guna memaksimalkan penggunaan pakan.

Disamping itu, upaya mengurangi limbah pakan tidak hanya berpengaruh terhadap biaya produksi tetapi juga berdampak pada terpeliharanya lingkungan budidaya.

Akses terhadap input pakan bagi Pembudidaya udang vanamei di Indonesia juga cukup mudah karena terdapat sekitar 44 perusahaan produsen pakan ikan/udang dengan total kapasitas produksi sebesar 3.408.485 ton.

(39)

Sebaran pabrik pakan sebagian besar berada di pulau Jawa dan Sumatra, sehingga perlu ada pabrik pakan diluar daerah tersebut.

Gambar 13. Peta Persebaran Produsen Pakan Ikan/Udang Nasional Tabel 6. Produsen Pakan Ikan/Udang Nasional

No. Provinsi Perusahaan

Kapasitas Produksi

(Ton/th)

1 SUMUT (587.800 Ton)

1. PT. Central Proteina Prima*

2. PT. Mabar Feed Indonesia 3. PT. Intraco Agroindustri 4. PT. Aquafarm Nusantara 5. PT. Leong Hup Jayaindo*

6. PT. Indojaya Agrinusa*

7. PT. Cargil Indonesia

29.400 198.000 40.000 8.400 250.000 32.000 30.000

2 LAMPUNG (340.640 Ton)

1. PT. Central Pertiwibahari*

2. PT. CJ Feed Lampung

3. PT. Gold Coin Specialities, Lampung*

4. PT. Evergreen Agriculture 5. PT. Suri Tani Pemuka-

Lampung*

180.000 50.000 12.000 14.400 84.240

3 BANTEN (444.000 Ton)

1. PT. Grobest Indomakmur*

2. PT. Cargil Indonesia

72.000 200.000

(40)

4. PT. New Hope Aqua Feed Indonesia

5. PT. CJ Superfeed

6. PT. Citra Mandiri Kencana

100.000 24.000 24.000

4 JAWA BARAT (738.037 Ton)

1. PT. Allieds Feed

2. PT. Central Pangan Pertiwi*

3. PT. Universal Agri Bisnisindo 4. PT. Gold Coin Indonesia*

5. PT. Sinta Prima Feedmil

6. PT. Suri Tani Pemuka Purwakarta*

7. PT. Tong Wei Indonesia*

159.984 200.000 24.000 40.800 150.000 113.253 50.000 5

JAWA TENGAH (192.900 Ton)

1. PT. CJ Feed Semarang 2. PT. Havindo Pakan Optima*

3. PT. Cargil Indonesia

24.900 150.000 18.000 6 DKI

(222.768 Ton)

1. PT. Malindo Feedmill 222.768 7 JAWA TIMUR

(726.340 Ton)

1. PT. Central Proteina Prima*

2. PT. Matahari Sakti*

3. PT. CJ Feed Jombang 4. CV. Mentari Nusantara 5. PT. Wirifa Sakti

6. PT. Sekar Golden Harvesta Indonesia

7. PT. Panca Patriot

8. PT. Wonokoyo Jaya Corporindo 9. PT. Sarifeed

10. PT. Haida Agriculture Indonesia*

11. PT. Suri Tani Pemuka-Gresik*

12. PT. Suri Tani Pemuka- Banyuwangi*

189.540 108.000 48.000 24.000 13.000 34.800 72.000 24.000 25.000 50.000 97.200 40.800

Sumber: DJPB, 2021

4.3. Obat

Obat-obat ikan yang dapat digunakan dalam budidaya udang adalah obat yang sudah terdaftar resmi di Direktorat Pakan dan Obat Ikan yang ditunjukkan dengan nomer pendaftaran KKP pada kemasannya. Obat ikan ini terbagi menjadi kelompok antiseptik, desinfektan, suplemen pakan, feed aditif, sediaan probiotik, obat herbal, vaksin dan vitamin premiks. Daftar obat ikan yang dapat digunakan dapat diakses dengan mudah melalui sistem Informasi Obat Ikan dari Direktorat Jenderal Pakan dan Obat Ikan (SIBATIK) atau melalui Indeks Obat Ikan Indonesia (INOI).

Referensi

Dokumen terkait

Angka tersebut lebih besar dari nilai chi-square tabel yang berarti bahwa biaya yang digunakan dalam budidaya udang vaname dengan masa pembesaran kurang dari 80 hari, antara

Laporan yang terdapat dalam sistem informasi ini meliputi, laporan harian, laporan terima pakan, DOC ( day old chicks ), obat, laporan mutasi pakan, laporan hasil panen,

Berdasarkan pengamatan di tambak budidaya udang vaname pola intensif di Desa Laikang Kabupaten Takalar, dengan padat tebar 150 ekor/m 2 dan jumlah pakan yang diberikan per hari

Sintasan udang vanamei antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan nyata, karena persentase pemberian pakan sebesar 10% dari bobot biomassa perhari adalah ukuran

Berdasarkan pengamatan di tambak budidaya udang vaname pola intensif di Desa Laikang Kabupaten Takalar, dengan padat tebar 150 ekor/m 2 dan jumlah pakan yang diberikan per hari

Data yang telah dikumpulkan kemudian disusun dan dikelompokkan sesuai dengan waktu pengukuran, yaitu harian, mingguan. Data yang telah terstruktur kemudian dianalisis

Hasil penelitian setelah 40 hari perlakuan pemberian sinbiotik dengan dosis berbeda memiliki nilai laju pertumbuhan, rasio konversi pakan, ukuran panen, dan biomassa yang tidak

20 PEMBERIAN PAKAN PADA BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei INTENSIF DENGAN SISTEM INDEX Feeding Method for Whiteleg Shrimp Litopenaeus vannamei Using Index System In