• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume II Nomor 1, Januari 2011 ISSN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume II Nomor 1, Januari 2011 ISSN:"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG REAKSI KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DPT/HB COMBO

DENGAN KECEMASAN IBU SEBELUM MELAKSANAKAN IMUNISASI

DI POLINDES DESA KARANGREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGASEM KEDIRI Sumy Dwi Antono*, Triatmi Andri Yanuarini*, Dian Novitasari*

ABSTRACT

There are the effects after doing DPT immunizitation that is famous of Adverse Events Following Immunization (AEFI). The role’s mother at immunization programs are very important. So that a knowledge about immunization program is very needed doing immunization. The most of children suffering a fever after getting the DPT immunization, but it is usual, nevertheless this condition makes most of mother feel worried. The aim this research is to know the relationship of baby’s mother knowledge about the adverse events following immunization (AEFI) DPT / Hb Combo with dread of mother before doing DPT / Hb Combo immunization in polindes karangrejo village of puskesmas ngasem, kediri district.

The Research Desain which is used analytic with Cross Sectional Corelation. The Subyek of this Research is the mother who having baby’s amoung 2nd-11th months. The data result of this research use kuesioner. Amount of sampel is 37 responder. Result of research will be analysed with Spearman Rank. From the result of this research is gotten the result of t calculate smaller than t of table, so Ho is received and H1 is rejected (price 0,75748 < 2,0315).

The conclusion there aren’t the relationship of baby’s mother knowledge about the adverse events following immunization (AEFI) DPT / Hb Combo with dread of mother before doing DPT / Hb Combo immunization

Keyword: Knowledge, Mother, Adverse Events Following Immunization (AEFI), Dread of Before Doing DPT / HB Combo Immunization

* = Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Jurusan Kebidanan, Kampus Kediri PENDAHULUAN

Latar Belakang

Imunisasi penting untuk mencegah penyakit berbahaya salah satunya adalah imunisasi DPT (Diphteria, Pertussis, Tetanus). Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus (A. Aziz, 2008).

Kalau anak tidak diberikan imunisasi DPT maka tubuhnya tidak mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut (Soedjatmiko, 2007).

Terdapat efek samping setelah pelaksanaan imunisasi DPT yang dikenal dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) merupakan suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga berhubungan dengan imunisasi (Depkes, 2000).

(2)

Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karena pengetahuan tentang program imunisasi amat diperlukan dalam pelaksanaan imunisasi (Mirzal Tawi, 2008). Pemahaman persepsi dan pengetahuan ibu tentang imunisasi membantu pengembangan program kesehatan (Manjunath U, 2003).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Lynda M. Baker (2007) di Amerika Serikat, pengetahuan ibu berkaitan imunisasi DPT hanya 4 ibu dari 30 ibu yang tahu nama dan tujuan dari pemberian vaksin pada anak anak mereka dan 26 ibu yang tidak tahu nama dan tujuan dari vaksin DPT (Lynda M. Baker 2007).

Kebanyakan anak menderita panas setelah mendapat imunisasi DPT, tetapi itu adalah yang wajar, namun seringkali ibu-ibu tegang, cemas dan khawatir (Tecyya 2009).

Selain itu, banyak ibu yang cemas sekali karena timbul bengkak di bekas tempat suntikan.

Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DPT tetap aman dan tidak membahayakan, tetapi banyak ibu yang cemas (Hemas 2007). Adapun penyebab kecemasan ibu dikarenakan pemberitaan miring tentang efek samping imunisasi (Ani M dan Ai S 2009).

Menurut laporan WHO angka cakupan imunisasi untuk DPT secara global adalah 78%. Berarti terdapat 28 juta anak di dunia yang belum mendapat imunisasi DPT. 75% dari anak-anak ini tinggal di 10 negara, diantaranya Indonesia (Harsono Salimo 2009).

Cakupan imunisasi DPT di Indonesia secara global adalah 70,26% dimana jumlah anak yang tidak mendapatkan imunisasi terbesar ada di tiga propinsi di pulau Jawa (29%

dari angka nasional) yaitu propinsi Jawa Barat (46.863), Jawa Timur (47.332) dan Banten (28.359) (Pusat Komunikasi Publik 2010). Angka cakupan imunisasi DPT di Jawa timur secara global 70,79% dimana DPT 1 sejumlah 79%, DPT 2 sejumlah 72,69% dan DPT 3 sejumlah 60,68% (M. Faried K 2009).

Program imunisasi di Kabupaten Kediri masih dibawah standar. Adapun cakupan imunisasi DPT yang berada di bawah target 30% adalah di Puskesmas Ngasem sejumlah 29,6%. Adapun Data Kumulatif Pencapaian Imunisasi DPT bulan Desember 2009 di desa Karangrejo yaitu: DPT1 91,5%, DPT2 87,7%, DPT3 93,9 %.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan: 1) mengidentifikasi pengetahuan ibu, 2) mengidentifikasi kecemasan ibu, 3) menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan ibu sebelum melaksanakan imunisasi DPT/Hb Combo.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Mei – 17 Mei 2010 dengan menggunakan desain korelasi Cross Sectional. Populasi penelitian adalah 40 ibu yang mempunyai bayi usia 2-11 bulan di Polindes Karangrejo Puskesmas Ngasem Kediri. Besar sampel adalah 37 orang, yang diambil dengan teknik simple random sampling dengan cara undian. Alat ukur yang digunakan yaitu: kuesioner tentang pengetahuan reaksi KIPI dan kecemasan ibu sebelum melaksanakan imunisasi.

(3)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

1.Karakteristik Umur, Pendidikan, dan Pekerjaan

Distribusi umur terbanyak adalah 21-25 tahun, pendidikan terbanyak adalah SMA, sedangkan pekerjaan terbanyak adalah ibu murah tangga. Data lengkap ditampilkan pada Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3.

15-20 thn, 10.80%

21-25 thn, 45.90%

26-30 thn, 18.90%

31-35 thn, 13.50%

36-40 thn, 10.80%

Gambar 1. Distribusi Umur Responden

SD, 5.40%

SMP, 24.30%

SMA, 67.60%

PT, 2.70%

Gambar 2. Pendidikan Responden

IRT, 78.40%

SWASTA, 21.60%

, 0 , 0

Gambar 3. Pekerjaan Responden 2.Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Reaksi KIPI DPT/HB Combo

Baik, 35.10%

Cukup, 54.10%

Kurang, 10.80%

, 0

Gambar 4. Distribusi Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Reaksi KIPI DPT/HB Combo

(4)

Pengetahuan ibu bayi tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT/HB Combo sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup 54,1% (20 responden).

3.Kecemasan Ibu Sebelum Melaksanakan Imunisasi DPT/HB Combo

Tidak Cemas, 13.50%

Cemas Ringan, 67.60%

Cemas Sedang, 13.50%

Cemas Berat, 2.70%

Cemas Berat Sekali, 2.70%

Gambar 5. Distribusi Kecemasan Ibu Sebelum Melaksanakan Imunisasi DPT/HB Combo

Sebagian besar ibu mengalami cemas ringan (67,6%) sebelum melaksanakan imunisasi DPT/HB Combo.

4. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi KIPI Dengan Kecemasan Ibu Sebelum Melaksanakan Imunisasi DPT/HB Combo

Hasil t hitung sebesar 0,75748, dibandingkan dengan tabel t untuk taraf kesalahan 5%.

Dengan dk = 35 diperoleh harga t = 2,0315. Jadi hasil t hitung lebih kecil dari t tabel, maka H1

ditolak (harga 0,75748 < 2,0315), sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu bayi tentang reaksi KIPI DPT/Hb Combo dengan kecemasan ibu sebelum melaksanakan imunisasi DPT/Hb Combo.

Pembahasan

1.Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Reaksi KIPI DPT/Hb Combo

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pengetahuan ibu cukup ke arah baik. Hal ini mungkin terjadi karena setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap suatu informasi yang telah didapatkan. Pengetahuan manusia diperoleh melalui alat indra dan pengetahuan yang cukup baik, hal ini dipengaruhi oleh faktor ingatan, pemahaman, penerapan tentang sesuatu yang dipelajari. Selain itu juga karena ibu kurang memperhatikan informasi yang diberikan atau ibu kurang konsentrasi dalam pemberian informasi, sehingga informasi yang diberikan tidak dapat diterima dengan baik.

Pada penelitian ini umur responden terbanyak adalah 21-25 th (45,9%). Faktor Umur mempengaruhi pengetahuan ibu, khususnya mengenai pengalaman ibu sehingga dengan perbedaan usia ibu berbeda pula pengalaman ibu. Hal ini sesuai dengan pendapat Noor (2000) yang dikutip oleh Mirzal Tawi bahwa perbedaan pengalaman ibu dipengaruhi oleh umur individu tersebut.

(5)

Pendidikan ibu pada penelitian ini terbanyak SMA (67,6%). Pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu karena semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin banyak pula informasi yang diperoleh. Meskipun pendidikan ibu cukup, dalam penerimaan informasi tentang reaksi KIPI DPT/HB Combo, ibu kurang/tidak mendapat informasi dari pendidikan formal. Informasi tentang KIPI banyak diperoleh dari pendidikan non formal yaitu penyuluhan dari bidan. Hal ini sesuai pendapat Soekidjo Notoatmodjo yang dikutip oleh Mirzal Tawi (2008), bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu sangat mempengaruhi terlaksananya kegiatan pelaksanaan imunisasi pada bayi.

2. Kecemasan Ibu Sebelum Melaksanakan Imunisasi DPT/HB Combo

Dari hasil penelitian responden yang mengalami cemas ringan 67,6% (25 responden), cemas sedang 13,5% (5 responden), tidak cemas 13,5% (5 responden), cemas berat 2,7% (1 responden), cemas berat sekali 2,7% (1 responden). Hal ini mungkin disebabkan karena setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda dalam menanggapi suatu respon yang telah didapatkan. Dalam setiap individu otak memiliki reseptor khusus yang membantu regulasi kecemasan sehingga setiap individu secara otomatis menanggapi rasa cemas berbeda. Sikap orangtua yang cenderung mengalami kecemasan ini karena akan adanya situasi yang mengancam pada bayinya. Hal ini sesuai dengan teori Biologik dikutip oleh Suliswati (2005) bahwa pada otak terdapat GABA (Gamma Amino Butyric Acid) yang mengontrol aktivitas kecemasan.

3.Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Reaksi KIPI Dengan Kecemasan Ibu Sebelum Melaksanakan Imunisasi DPT/HB Combo

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu bayi tentang reaksi KIPI DPT/HB Combo dengan kecemasan ibu sebelum melaksanakan imunisasi DPT/HB Combo. Setiap individu memiliki kecemasan, dan kecemasan akan tetap muncul secara otomatis bila tubuh merespon adanya suatu konflik. Hal ini sesuai dengan teori kajian keluarga dikutip oleh Suliswati (2005) bahwa kecemasan selalu ada pada tiap keluarga.

Meskipun telah memiliki pengetahuan yang baik tentang reaksi KIPI DPT/HB Combo, bila seorang ibu menganggap membahayakan bagi bayinya maka kecemasan tetap terjadi.

Sehingga seseorang yang mempunyai pengetahuan baik belum tentu tidak mengalami kecemasan. Sebaliknya seseorang yang memiliki pengetahuan cukup atau kurang tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT/HB Combo belum tentu mengalami kecemasan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan cukup tentang reaksi KIPI DPT/HB Combo.

2. Sebagian besar ibu sebelum melaksanakan imunisasi DPT/HB Combo mengalami cemas ringan.

3. Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu bayi tentang reaksi KIPI dengan kecemasan ibu sebelum melaksanakan imunisasi DPT/HB Combo

(6)

Saran

1. Bagi Tempat Penelitian diharapkan Petugas kesehatan memberikan pengertian dan adanya perlindungan kesehatan jika ada KIPI kepada ibu bayi sehingga kecemasan ibu berkurang

2. Bagi Institusi Pendidikan sebagai masukan bahwa perlu dikaji lebih lanjut tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu dalam melaksanakan imunisasi, selain factor pengetahuan ibu bayi tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DPT/HB Combo.

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat. (2005)Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

(2007)Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data. Jakarta:

Salemba Medika

(2008)Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.

Jakarta: Salemba Medika.

A. H Markum. (2002)Imunisasi. Jakarta: PT Grapik Grapos Indonesia

Ani M dan Ai S.”Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio dengan Tingkat Kecemasan Pasca Imunisasi Polio Pada Anaknya di Posyandu Margasari Tasikmalaya Tahun 2007.” 26-12-2009 <http://www.skripsistikes.wordpress.com>

Dinkes Prop Jatim. (2000)Pedoman Operasional Pelayanan Imunisasi.Surabaya.

Gail Wiscarz Stuart. (2003)Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Harsono Salimo.”Peran Imunisasi untuk Menunjang Tumbuh Kembang Balita Anak Indonesia Berkualitas.” 8 April 2009 <http://pustaka.uns.ac.id>

Heas.”Efek dari Imunisasi.” 23 Nopember 2007 <http://info.balitacerdas.com>

Huliana, M. (2003)Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa Swara

Lynda M. Baker.”Ibu Pengetahuan dan Kebutuhan Informasi Berkaitan dengan Imunisasi Anak.” 2 Jan 2007 <http://translate.google.co.id>

M. Faried K.”Pengembangan Program Imunisasi di Jawa Timur.” 13 April 2010

<http://www.kalbe.co.id/files >

Manjunath U, Pareek. ”Pengetahuan dan Persepsi Ibu tentang Imunisasi Rutin di Rajasthan.”

27 Januari 2010 <http://translate.google.co.id>

Mirzal Tawi.”Imunisasi dan Faktor yang Mempengaruhinya. 12 May 2009

<http://syehaceh.wordpress.com>

Nursalam.(2008)Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2.

Jakarta : Salemba Raya

Schwartz, M. (2004)Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC

Soedjatmiko. ”Imunisasi Penting untuk Mencegah Penyakit Berbahaya. ” 26 Desember 2009

<http://www.ykai.net.com>

Soekidjo Notoatmodjo. (2003)Ilmu Kesehatan Mayarakat, Jakarta: PT Rineka Cipta Sugiyono. (2007)Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta

Suharsimi A. (2006)Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Tecyya. ”Demam Sehabis Imunisasi. 25-12-2009 http://ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/

268/demam-sehabis-imunisasi

Gambar

Gambar 1. Distribusi Umur Responden
Gambar 5. Distribusi Kecemasan Ibu Sebelum Melaksanakan Imunisasi DPT/HB Combo

Referensi

Dokumen terkait

Kehidupan adalah anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada manusia. Tuhan menciptakan manusia dengan segala kelebihan serta kekurangannya. Ada sebagian manusia yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem jaminan mutu yang sistem jaminan mutu yang mendasarkan kepada kesadaran atau penghayatan bahwa hazard (bahaya)

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Inspirasi dari kutipan ilmiah yang dituangkan ke dalam suatu kreasi, disusun dan digunakan untuk mendukung kegiatan kerja di kantor... TABEL PENGHITUNG CURAH HUJAN TERHADAP

Tahap kedua yang sangat penting untuk menunjang kegiatan pelatihan kesenian gejog lesung pada pemuda pemuda di Dusun Gunturan, Triharjo, Pandak, Bantul adalah

Nilai rasio diatas menunjukkan predikat kesehatan Bank Muamalat Syariah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan kesimpulan

Penurunan yang signifikan terjadi pada indikator-indikator stres akademik setelah diberi intervensi, meliputi: berpikir negatif, prestasi menurun, tidakbisa menentukan