• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 652011002 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 652011002 Full text"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

OF CHLOROPHORM EXTRACT OF MANGO (Mangifera indica L. Var Arumanis) SEED

Oleh, Happy Albertina NIM: 652011002

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains (Kimia)

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iii

(7)

1

OPTIMASI EKSTRAKSI MINYAK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KLOROFORM BIJI MANGGA (Mangifera indica L. Var Arumanis) OPTIMIZATION OF OIL EXTRACTION AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY

OF CHLOROPHORM EXTRACT OF MANGO (Mangifera indica L. Var Arumanis) SEED

Happy Albertina*, Hartati Soetjipto**, Silvia Andini** *Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika

**Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Jl. Diponegoro no 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah – Indonesia [email protected]

ABSTRACT

This research has determining the optimal time of oil extract of mango seed (Mangifera indica L. var Arumanis) as a purpose by soxhlet method with n-hexane as the solvent and its effect to the result of the mango seed oil physico-chemical characteristic. Physico-chemical determination of mango seed oil is determined based on SNI 01-3555-1998. The yield data and physico-chemical characteristic of mango seed oil is analyzed by Randomized Block Design (RBD), through 6 treatments: 3; 6; 9; 12; 15; and 18 hours, and 4 repetitions, while as a group is analysis time. The research result show that the highest oil yield is produced in the 15 hours extraction: 19,31 ± 0,76%. The extraction duration gives effect on the yield, oil water amount, sour nominal, lathering nominal, peroxide nominal, hence it doesn’t influence the mango seed oil density. GCMS analysis result, the mango seed oil ingredients content of 3 chemical components, they are heksadekanoat sour 12,16%, 9-octadecanoic 59,42%, and octadecanoic sour 28,42%. The act of determining antibacterial activity toward Salmonella sp. and Bacillus subtilis mango seed chlorophorm extract using Harborne method. Antibacterial activity is analyzed by Randomized Block Design (RBD) sub sampling in 8 ways, 3 replications, and 4 sub samples. As the treatments of chlorophorm extract dosage are 0; 0,5; 1; 1,5; 2; 3; 6 mg and positive control using tetracycline. Antibacterial power in 0,5 – 1 mg dosage included in low category, 1,5 – 3 mg included in medium category, and for 6 mg dosage include in the strong category toward bacteria Bacillus subtilis. For Salmonella sp bacteria in 0,5 – 1,5 mg dosage included in the low category and in 2 – 6 mg dosage included in medium category.

Keywords: antibacterial, chemical-physic characteristic, inhibition, mango seed,

(8)

PENDAHULUAN

Indonesia memberikan kontribusi produksi mangga sekitar 5% dari produksi mangga dunia. Negara produsen mangga terbesar adalah India (51%). Di Asia, negara penghasil mangga yang cukup berarti selain Indonesia ialah Cina (9%), Thailand (6%), Pakistan (4%), dan Filipina (2%). Ekspor mangga Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, tetapi dibanding dengan produksinya sendiri maka ekspor tersebut relatif masih sangat rendah, yaitu 0,07% (BPS, 2007 dalam Utama dkk., 2011). Setidaknya Indonesia menghasilkan limbah biji mangga sekitar 1 juta ton setiap tahunnya dan yang bisa dimanfaatkan sekitar 200 ribu ton per tahun (Sajarwo, 2012).

Biji buah mangga memberikan kontribusi sekitar 20% sampai 60% dari berat buah, tergantung pada varietasnya (Sahu et al, 2013). Daging biji mangga bambangan (Mangifera indica) mengandung: air (41,38%), karbohidrat total (38,68%), lemak (9,85%), serat kasar (4,79%), protein (3,08%), dan abu total (2,23%) (Ali, 2010).Selain itu, biji buah mangga juga memiliki kandungan flavonoid, tanin, steroid, dan saponin yang mampu berperan sebagai antibakteri (Sahu et al., 2013).

Minyak nabati merupakan minyak yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan ataupun tanaman yang diperoleh dari pengolahan bagian batang, daun, biji, kulit buah, maupun bunga melalui proses ekstraksi (Prapti dkk., 2011). Untuk keperluan industri, minyak nabati dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan sabun dan lotion

(produk kesehatan kulit dan kosmetik), agen pengering dalam pembuatan cat, maupun bahan bakar biodiesel (Tambun, 2006 dalam Wibowo, 2013).

Akhir-akhir ini, pemanfaatan herbal mulai dikembangkan kembali sebagai upaya

(9)

Berbagai macam cara atau metode dapat digunakan untuk memperoleh minyak nabati dari berbagai sumber. Salah satu cara dengan hasil terbaik adalah dengan menggunakan metode ekstraksi soxhlet dengan pelarut organik. Pada penelitian ini akan dilakukan optimasi ekstraksi minyak biji mangga dengan pelarut n-heksana dan diamati aktivitas antibakterinya ekstrak kloroform dari biji buah mangga jenis arumanis.

Tujuan

Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah:

1. Menentukan optimasi ekstraksi minyak biji mangga menggunakan pelarut n-heksana ditinjau dari lama ekstraksi.

2. Menentukan sifat fisiko-kimia minyak biji mangga yang meliputi: kadar air, rendemen, viskositas, massa jenis, bilangan asam, bilangan peroksida, dan bilangan penyabunan.

3. Mengidentifikasi komponen penyusun minyak biji mangga (Mangifera indica L.)

menggunakan Kromatografi Gas yang terhubung dengan Spektrofotometer Massa. 4. Menentukan efek antibakteri ekstrak kloroform biji mangga dengan metode cakram

kertas.

METODOLOGI Bahan dan sampel

Sampel yang digunakan berupa biji buah mangga Indonesia (Mangifera indica L.) jenis arumanis yang diperoleh dari pedagang buah-buahan di wilayah Salatiga. Bahan lain seperti n-heksana (teknis), etanol (pro analysis, Merck, Jerman), kloroform (pro analysis, Merck, Jerman), asam asetat glasial (Merck, Jerman), asam klorida (Merck, Jerman), akuades, kanji, natrium hidroksida (Merck, Jerman), kalium iodida (pra kristal, Merck, Jerman), kalium hidroksida (Merck, Jerman), metanol (teknis), Bacillus subtilis,

Salmonella sp., nutrient broth (Merck, Jerman), natrium klorida (Merck, Jerman), medium Mueller Hinton Agar (Merck, Jerman), tetrasiklin (Oxoid), dan paper disc

(10)

Piranti

Piranti yang digunakan antara lain moisturizer balance (Ohaus TAJ602, USA),

soxhlet, penangas air, neraca analitik 4 digit (Metler H 80, USA), neraca analitik 2 digit (Ohaus TAJ602, USA), drying Cabinet, rotary evaporator (Buchi R0114, Swiss), grinder, buret, spektrofotometer UV mini (Shimadzu U-1240, Jepang), autoklaf (Tomy Seiko SS-140, Jepang), inkubator, Kromatografi Gas Spektrofotometer Massa (Shimadzu QP 2010 SE, Jepang), dan peralatan gelas.

Metode

Preparasi Serbuk Biji Mangga

Biji mangga yang telah dicuci bersih dan dibebaskan dari selaput pembungkusnya, dipotong tipis dan dikeringkan dengan oven pada suhu 50ºC selama 5 jam. Lalu dihaluskan dengan grinder dan disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.

Ekstraksi Minyak biji mangga (Dewi, 2012 yang, dimodifikasi)

Sebanyak 100 g serbuk biji mangga di soxhlet dengan menggunakan n-heksana sebanyak 400 mL dengan variasi waktu 3; 6; 9; 12; 15; dan 18 jam pada suhu 80ºC. Hasil ekstraksi dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 50-60°C. Minyak hasil ekstraksi dipindahkan ke dalam botol sampel yang telah ditimbang lalu disimpan pada suhu 20°C sampai siap untuk dianalisis lebih lanjut.

Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia Minyak Aroma dan Warna

Penentuan aroma dan warna ditentukan secara deskriptif. Kadar Air

Sebanyak 1 gram minyak ditimbang dan diukur kadar airnya menggunakan

moisturizer balance dengan tiga kali pengulangan. Rendemen (Sudarmadji, 1997)

Penentuan rendemen dilakukan secara gravimetri dengan menggunakan neraca 4 digit.

Massa Jenis (Sudarmadji, 1997)

(11)

Bilangan Asam (SNI 01-3555-1998)

Sebanyak 2-5 gram minyak ditambahkan dengan 50 mL etanol 95%. Ditambahkan sebanyak 3 – 5 tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan NaOH 0,1 M hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selama 15 detik).

Bilangan Peroksida (SNI 01-3555-1998)

Minyak ditambah 30 mL campuran kloroform, asam asetat glasial dan etanol 95% dengan perbandingan 11 : 4 : 5. Satu gram kristal KI ditambahkan dalam campuran tersebut. Penentuan dilakukan dengan mengukur jumlah KI yang teroksidasi melalui titrasi dengan Na2S2O3 0,02 N.

Bilangan Penyabunan (SNI 01-3555-1998)

Sebanyak 2 gram minyak ditambah dengan 25 mL KOH 0,5 M, lalu direfluks selama satu jam. Ditambahkan sebanyak 0,5 - 1 mL indikator fenolftalein. Jumlah KOH yang tidak bereaksi dititrasi dengan HCl 0,5 M.

Analisis Komposisi Kimia Minyak Biji Mangga

Analisa GC dilaksanakan di Laboratorium Terpadu, Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia, Sleman Yogyakarta, pada kondisi operasional:

Kolom : Egilent J&W DB-5 Panjang : 30 meter x 0,25 mm Gas Pembawa : Helium

Flowrate : 0,75 mL/min Temperatur Injektor : 200ºC

Gradien Suhu :

60ºC (selama 5 menit awal) meningkat sampai 300ºC dengan kecepatan 10ºC/min

Pengionan MS : Electron impact (EI) Elektron Multiplier Energy : 0,80 Kv

Monitoring Unit Mass (m/z) : 30,00 sampai 400,00 Temperatur Interface : 300ºC

Temperatur Sumber Pengionan : 200ºC Detektor GC : FID-TCD

(12)

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kloroform Biji Mangga Pembuatan Ekstrak Kloroform Biji Mangga (Harborne, 1987) Fraksi heksana

Sebanyak 225,5 g serbuk biji mangga dimaserasi dengan total pelarut n-heksana 1000 mL selama 45 menit diulang sebanyak 3 kali. Ekstrak biji mangga dievaporasi pada suhu 80ºC.

Fraksi kloroform

Ampas hasil maserasi fraksi heksana ditambah dengan metanol 80% sebanyak 100 mL, kemudian dimaserasi selama 15 menit. Hasil ekstrak kemudian disaring, filtrat dimasukkan ke dalam corong pisah dan diasamkan dengan H2SO4 2 M. Ditambah pelarut kloroform 3 kali tahapan dengan total 300 mL. Lapisan kloroform dipisahkan, kemudian dievaporasi pada suhu 60ºC.

Persiapan Inokulum Bakteri

Bakteri Bacillus subtilis sebanyak satu ose diinokulasi ke dalam medium nutrient broth (NB), lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37C. Hal yang sama juga dilakukan untuk bakteri Salmonella sp.

Penentuan Aktivitas Antibakteri (Alim, 2009)

Larutan NB yang mengandung bakteri dimasukkan ke dalam larutan 25 mL natrium klorida 0,9% agar diperoleh kekeruhan suspensi bakteri yang sama dengan larutan baku Mc Farlan dengan cara diukur absorbansinya pada panjang gelombang 620 nm dengan blanko natrium klorida 0,9% (nilai absorbansi 0,08 – 0,13; suspensi bakteri 1,5 x 108 CFU/mL).

Penentuan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kloroform Biji Mangga (Alim, 2009, dimodifikasi)

(13)

Daerah terang pada sekitar cakram menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dan diukur sebagai Diameter Daerah Hambat (DDH).

Analisa Data

Data rendemen dan sifat fisiko-kimia dianalisis dengan menggunakan rancangan dasar RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Sebagai perlakuan adalah lama waktu ekstraksi yaitu 3; 6; 9; 12; 15; dan 18 jam, sedangkan sebagai kelompok adalah waktu analisis. Aktivitas antibakteri dianalisis dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sub sampling dengan 8 perlakuan, 3 ulangan, dan 4 sub sampel. Sebagai perlakuan adalah dosis ekstrak kloroform yaitu 0; 0,5; 1; 1,5; 2; 3; 6 mg dan kontrol positif. Pengujian antar rataan perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5% (Steel dan Torrie, 1980).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Minyak biji mangga yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan dengan aroma manis buah mangga. Warna kuning kecoklatan disebabkan oleh zat warna xanthofil yang secara alamiah ikut terekstrak bersama minyak pada saat proses ekstraksi (Ketaren, 1986).

Rendemen Minyak

Hasil rataan rendemen minyak biji mangga (Mangifera indica L.) yang dihasilkan antar lama waktu ekstraksi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Rendemen (% ± SE) Minyak Biji Mangga antar Lama Waktu Ekstraksi

Keterangan :

*SE = Simpangan Baku Taksiran *W = BNJ 5 %

*Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata sedangkan angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata.

(14)

Tabel 1 menunjukkan bahwa rendemen minyak biji mangga tidak mengalami peningkatan untuk lama ekstraksi 3 sampai 9 jam. Peningkatan rendemen terjadi ketika ekstraksi diperpanjang menjadi 12 dan 15 jam. Pada ekstraksi selama 18 jam rendemen minyak yang dihasilkan tidak mengalami peningkatan. Peningkatan rendemen ekstrak seiring dengan lama waktu sampai dengan 15 jam diduga karena pada waktu ekstraksi yang relatif singkat, masih banyak molekul minyak yang terperangkap dalam jaringan sel (Handajani dkk., 2010). Sedangkan pada lama waktu ekstraksi 15 jam semua minyak telah terekstrak, sehingga sampai lama waktu 18 jam sudah tidak ada peningkatan lagi.

Hasil pengukuran sifat fisiko-kimia minyak biji mangga antar lama waktu ekstraksi ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Sifat Fisiko-Kimia Minyak Biji Mangga antar Lama Waktu Ekstraksi

Keterangan :

*SE = Simpangan Baku Taksiran *W = BNJ 5 %

*Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata sedangkan angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata.

Massa Jenis

(15)

Kadar Air

Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar air minyak biji mangga yang dihasilkan bersifat fluktuatif berkisar antara 1,25 ± 0,80% - 2,50 ± 0,92%. Minyak yang baik memiliki kadar air kurang dari 0,2%, karena minyak dengan kadar air yang tinggi dapat memperpendek masa umur simpan minyak dan akan menjadi pemicu pertumbuhan mikroba (Toscano, 2007). Kadar air merupakan salah satu parameter uji penting terhadap sifat kimia minyak, karena terkait dengan reaksi hidrolisis. Reaksi tersebut dapat menyebabkan kerusakan minyak, karena adanya kandungan sejumlah air dalam minyak (Ketaren, 1986). Tingginya kadar air dalam minyak biji mangga diduga karena proses penyerapan uap air pada minyak yang dipengaruhi oleh kelembaban udara sekitarnya (Winarno dkk., 1980).

Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida merupakan salah satu hal penting dalam menentukan derajat kerusakan pada minyak, asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida (Ketaren, 1986). Menurut Ojeh (1981) dalam Kittiphoom (2013) minyak dengan nilai bilangan peroksida yang tinggi bersifat tidak stabil dan akan mudah tengik. Minyak yang baik memiliki kadar bilangan peroksida rendah, sehingga semakin rendah bilangan peroksida semakin baik kualitas minyak (Arlene, 2010).

(16)

hidroperoksida, namun proses tersebut akan menurun dengan terbentuknya aldehid dan keton pada senyawa tersebut (Ketaren, 1986).

Bilangan Asam

Bilangan asam merupakan ukuran dari jumlah asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Bilangan asam yang kecil menunjukkan kandungan asam lemak bebasnya cukup kecil dan terjadi sedikit kerusakan (Handayani, 2008). Berdasarkan Tabel 2 tampak bahwa bilangan asam minyak biji mangga bersifat fluktuatif selama waktu ekstraksi.

Berdasarkan hasil penelitian, nilai bilangan asam minyak biji mangga berkisar antara 2,53 ± 0,52 – 5,47 ± 0,85 mg KOH/g minyak. Hasil ini berbeda dengan Kittiphoom (2013) yang melaporkan minyak biji mangga Thailand (Sam Roi Yot Co., ltd) memiliki bilangan asam 0,10 ± 0,012 mg KOH/g minyak. Tingginya bilangan asam diduga karena terjadi reaksi hidrolisis. Reaksi hidrolisis dapat disebabkan oleh lipase yang berasal dari mikroorganisme, serta adanya sejumlah air yang terkandung dalam minyak tersebut. Kandungan air yang tinggi akan menyebabkan minyak mudah terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas (Ketaren, 1986). Minyak biji mangga yang diperoleh pada penelitian ini mengandung air yang relatif tinggi sehingga peluang terjadinya reaksi hidrolisis relatif besar. Minyak dengan bilangan asam yang kecil mengindikasikan bahwa minyak tersebut memiliki kestabilan yang besar dan bersifat

non irritant bagi kulit (Kurnia, 2014). Bilangan Penyabunan

(17)

Identifikasi Senyawa Penyusun Minyak Biji Mangga (Mangifera indica L.)

Hasil analisa GCMS ekstrak minyak biji mangga disajikan dalam Gambar 1. Analisa minyak biji mangga dengan GCMS menunjukkan adanya 3 puncak yang muncul pada kromatogram dengan kadar yang berbeda.

Gambar 1. Kromatogram GCMS Minyak Biji Mangga (Mangifera indica L.)

Komponen tersebut selanjutnya dianalisa lebih lanjut dengan membandingkan dengan spektra referens dari Data Base Wileyyang disajikan pada Gambar 2.

2a

2b

Gambar 2. Perbandingan Spektrum Minyak Biji Mangga dengan data base Wiley (2a) Asam Heksadekanoat Minyak Biji Mangga

(18)

Spektrum 2a (sampel) merupakan spektrum dari puncak nomor 1 (Gambar 1), dan memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum 2b (Wiley), yang teridentifikasi sebagai asam heksadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 1 (Gambar 1) merupakan puncak dari asam heksadekanoat.

Dengan cara yang sama spektrum dari puncak nomor 2 (Gambar 1) spektrum 3a (sampel) serupa dengan spektrum 3b (Wiley) (Gambar 3), yang teridentifikasi sebagai asam 9-oktadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 2 (Gambar 1) adalah asam 9-oktadekanoat.

3a

3b

Gambar 3. Perbandingan Spektrum Minyak Biji Mangga dengan data base Wiley (3a) Asam 9-oktadekanoat Minyak Biji Mangga

(3b) Asam 9-oktadekanoat Wiley

Demikian pula untuk spektrum dari puncak nomor 3 (Gambar 1) spektrum 4a (sampel) serupa dengan spektrum 4b (Wiley) (Gambar 4), yang teridentifikasi sebagai asam oktadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 3 (Gambar 1) adalah asam oktadekenoat.

(19)

4b

Gambar 4. Perbandingan Spektrum Minyak Biji Mangga dengan Data Base Wiley (4a) Asam Oktadekanoat Minyak Biji Mangga

(4b) Asam Oktadekanoat Wiley

Berdasarkan perbandingan spektrum minyak biji mangga dengan data base Wiley, maka komposisi kimiawi penyusun minyak biji mangga disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Kimiawi Penyusun Minyak Biji Mangga No

Puncak

Indeks Retensi

Komponen Kimia

Rumus

Molekul BM

Kandungan relatif

(%) 1 17,673 Asam heksadekanoat

(asam palmitat) C17H34O2 270 12,16

2 19,492 Asam 9-oktadekanoat (asam oleat)

C19H36O2 296 59,42

3 19,703 Asam oktadekenoat

(asam stearat) C19H38O2 298 28,42

Puncak nomor 1 dengan waktu retensi 17,673 sesuai dengan spektra referens senyawa metil heksadekanoat (gambar 2) dengan kadar 12,16%. Begitupun dengan hasil analisa selanjutnya Selanjutnya puncak nomor 2 dengan waktu retensi 19,408 sesuai dengan spektra referensi senyawa asam 9-oktadekanoat dengan kadar 59,42% dan merupakan senyawa paling dominan dalam minyak biji mangga. Puncak terakhir pada waktu retensi 19,703 sesuai dengan spektra referens asam oktadekanoat dengan kadar 28,42%.

(20)

Asam stearat banyak ditemukan pada lemak atau minyak yang berasal dari biji-bijian. Sedangkan asam oleat sendiri sering dikenal dengan asam lemak esensial yang berfungsi untuk membantu proses pertumbuhan dan mampu mempertahankan kesehatan kulit terutama mencegah terjadinya peradangan kulit (Marsetyo, 1991 dalam Desnelli, 2009).

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kloroform Biji Mangga (Mangifera indica L.)

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak kloroform biji mangga dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar cakram kertas. Terbentuknya zona terang menunjukkan Daerah Diameter Hambatan (DDH) pada cakram dengan berbagai konsentrasi ekstrak setelah masa inkubasi. Hasil pengukuran DDH ekstrak kloroform biji mangga disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Diameter Zona Hambat (cm) Terhadap Bakteri Bacilllus subtilis dan

Salmonella sp.

*Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata sedangkan angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata.

(21)

positif Bacillus subtilis berkisar antara 0,00 ± 0,0000 sampai 0,65 ± 0,0147 cm, sedangkan terhadap bakteri gram negatif Salmonella sp. berkisar antara 0,00 ± 0,0000 sampai 0,46 ± 0,0101 cm.

Pada cawan yang berisi kontrol negatif bakteri tetap tumbuh dengan subur, ini berarti media yang digunakan sesuai untuk pertumbuhan bakteri uji. Sedangkan pada cakram yang berisi tetrasiklin menunjukkan adanya DDH yang cukup kuat yakni memiliki rata-rata DDH 1,68 ± 0,0610 cm terhadap Bacillus subtilis dan 1,41 ± 0,0352 cm untuk Salmonella sp.. Pemilihan tetrasiklin sebagai antibiotik pembanding karena tetrasiklin memiliki sifat antibiotik yang kuat dan spektrum luas (Pelczar dan Chan, 1988).

Tabel 4 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis ekstrak biji mangga, sifat antibakteri penghambat pertumbuhan bakteri Bacilllus subtilis dan Salmonella sp.

semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan Pelzar dan Chan (1988) menyatakan semakin tinggi konsentrasi zat antibakteri maka semakin besar kemampuannya untuk mengendalikan penghambat dan membunuh mikroorganisme. Dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak berarti semakin besar bahan aktif yang berfungsi sebagai antibakteri (Lathifah, 2008). Besarnya zona hambat dipengaruhi oleh kemampuan difusi senyawa antibakteri pada media, kemampuan difusi yang baik yaitu yang memiliki sifat yang sama dengan media yakni bersifat polar.

Untuk penentuan kategori penghambatan antibakteri dapat dibandingkan dengan Tabel 5.

Tabel 5. Kategori Penghambatan Antibakteri Berdasarkan Diameter Zona Hambat

Diameter (cm) Respon Hambatan

0-0,3 Lemah

0,3-0,6 Sedang

> 0,6 Kuat

Sumber: Pan, Chen, Wu, Tang, and Zhao (2009)

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa kekuatan antibakteri ekstrak kloroform biji mangga pada dosis 0,5 – 1 mg termasuk kategori lemah, 1,5 – 3 mg masuk kedalam kategori sedang, dan untuk dosis 6 mg termasuk dalam kategori kuat terhadap bakteri

(22)

antibakteri termasuk kedalam kategori lemah dan pada dosis 2 – 6 mg tergolong kedalam kategori sedang.

Aktivitas antibakteri yang dimiliki biji mangga berasal dari unsur-unsur yang terkandung di dalam biji mangga antara lain flavonoid, tanin, steroid, dan saponin (Sahu

et al., 2013). Penghambatan ekstrak biji mangga terhadap Salmonella sp. lebih lemah dibandingkan dengan Bacillus subtilis. Perbedaan penghambatan disebabkan karena adanya perbedaan kepekaan pada struktur dinding sel antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.

Bakteri gram positif memiliki komponen penyusun dinding sel yang lebih tipis dibandingkan bakteri gram negatif. Latifah (2008) melaporkan bahwa antibakteri diartikan sebagai bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme bakteri, cara kerja antibakteri antara lain dengan merusak dinding sel, merubah permeabilitas sel, menghambat kerja enzim, merubah molekul protein dan asam nukleat, serta menghambat sintesis asam nukleat dan protein. Oleh sebab itu ketahanan bakteri gram positif lebih lemah dibandingkan bakteri gram negatif.

Branen dan Davidson (1993) menyatakan bahwa bakteri gram negatif mempunyai sistem seleksi terhadap zat aktif yaitu pada lapisan lipopolisakarida. Menurut Pelczar dan Chan (1988) struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks, lapisan luar berupa lipoprotein, lapisan tengah berupa lipopolisakarida, dan lapisan paling dalam adalah peptidoglikan. Sedangkan dinding sel pada bakteri gram positif lebih sederhana sehingga memudahkan senyawa antibakteri untuk berdifusi dan menembus membran sel.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1)Hasil minyak biji mangga (Mangifera indica L.) paling optimal sebesar 19,31 ± 0,76 % dalam waktu ekstraksi 15 jam.

(23)

mg KOH

/g minyak), sebaliknya tidak berpengaruh terhadap massa jenis minyak biji mangga.

3)Komposisi penyusun minyak biji mangga tersusun atas 3 komponen kimiawi yaitu asam 9-oktadekenoat 59,42%, asam oktadekenoat 28,42%, dan asam heksadekanoat 12,16%.

4)Aktivitas antibakteri ekstrak kloroform biji mangga memiliki purata penghambatan bakteri (DDH) dengan dosis 0 sampai 6 mg/cakram terhadap bakteri gram positif

Bacillus subtilis berkisar antara 0,00 ± 0,0000 sampai 0,65 ± 0,0147 cm, sedangkan terhadap bakteri gram negatif Salmonella sp. berkisar antara 0,00 ± 0,0000 sampai 0,46 ± 0,0101 cm.

SARAN

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, S. 2010. Biji Mangga Sebagai Bahan Baku Produksi Dekstrin. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik, 10 (1), pp. 6-10.

Alim, A., 2009. Antimicrobial activity of the essential oil of Cyclotrichium niveum (Boiss.) Manden. Et Scheng. Microbiology Research, III(8), p.423.

Ardiana, D. S. dan S. Saktika, 2010. Pembuatan biodiesel dari Asam Lemak Jenuh Biji Karet. Prosiding Seminar Rekayasa Kimia dan Proses 2010 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang.

Arlene, Ariestya., Steviana, K., dan Ign Suharto. (2010). Pengaruh Temperatur dan F/S terhadap Ekstraksi Minyak dari Biji Kemiri Sisa Penekanan Mekanik. Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. Universitas Diponegoro Semarang.

Badan Standarisasi Nasional Indonesia. SNI 01-3555-1998: Cara Uji Lemak dan Minyak . Jakarta: Badan Standarisasi Nasional Indonesia.

Brannen, L. A., dan Davidson P. M., 1993. Antimicrobial in Food. Marcell Dekker, Inc., New York.

Dewi, R. K. 2012. Studi Awal Pemanfaatan Minyak Biji Mangga (Mangifera indica L. var Arumnis) Sebagai Bahan Pembuatan Lotion. Skripsi. Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Desnelli. dan Z. Fanani. 2009. Kinetika Reaksi Oksidasi Asam Miristat, Atearat, dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, serta Tanpa Medium.

Jurnal Penelitian Sains, 12 (1), pp. 12107-1 – 12107-6.

Handajani, S., Godras & Baskara, 2010. Pengaruh Suhu Ekstraksi Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia, dan Sensoris Minyak Wijen (Sesamum indicum L.).

Majalah Agritech, Vol. 30, No 2.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. ITB : Bandung.

Ketaren S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan, Ed. 1. Jakarta: UI-Press.Prapti , C. M., Wiwik & A. Fatoni, 2011. Perbandingan Minyak Nabati Kasar Hasil Ekstraksi Buah Kepayang Segar dengan Luwek. Prosiding Seminar Nasional VoER ke-3, hal 471-481, Universitas Sriwijaya, Palembang, 26-27 Oktober 2011.

(25)

Kittiphoom, S., Sutasinee, S. 2013. Mango seed kernel oil and its physic chemical properties. International Food Research Journal, 20 (3), pp.1145-1149.

Kurnia , M. D., Hartati & A. Ign. Kristijanto, 2014. Karakterisasi dan Komposisi Kimia Minyak Biji Tumbuhan Kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.) Bunga Merah Muda. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX, hal 11-17, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 21 Juni 2014.

Lathifah, Q. 2008. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut. Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi.Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

Nasiyah, S. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak n-Heksana dan Etanol Daun Sirih (Piper betle Linn.) serta identifikasi Senyawa Aktifmya. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Nichols, D.S. dan K. Sanderson, 2003. The Nomenclature, Structure, and Properties of Food Lipids. In: Sikorski, Z.E and A. Kolakowska, Ed. Chemical and Functional Properties of Food Lipids. CRC Press Washington. Pp. 29-59.

Pan, X., Chen, F., Wu, T., Tang, H., and Zhao, Z. 2009. The acid, Bile Tolerance and Antimicrobial property of Lactobacillus acidophilus NIT. J. Food Control 20 : 598-602.

Pleczar M J, dan S Chan, 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2, Indonesia University Press, Jakarta.

Prapti , C. M., Wiwik & A. Fatoni, 2011. Perbandingan Minyak Nabati Kasar Hasil Ekstraksi Buah Kepayang Segar dengan Luwek. Prosiding Seminar Nasional VoER ke-3, hal 471-481, Universitas Sriwijaya, Palembang, 26-27 Oktober 2011.

Sahu, S., B. Kumar., B. Kumar, 2013. Multiple Antibacterial and Phytochemical Analysis of Mango Kernel Extracts on Aquatic and Animal Pathogens.

International Journal of Pharm and Bio Sciences, 4 (2), pp. 809-818.

Sajarwo, G., Mahasiswa UGM Ciptakan Es Biji Mangga Kaya Antioksidan. 2012, http://health.kompas.com/read/2012/05/15/14494957/Mahasiwa.UGM.Ciptakan.Es.Biji.Mangga. Kaya.Antioksidan. (11 Maret 2015).

(26)

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhandi. 1997. Prosedur untuk Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Sultan, R., Massa jenis. 2013, http://sijagofisika.blogspot.com/2013/02/massa-jenis.html, (10 Maret 2015)

Toscano, G. And E. Maldini, “Analysis of The Physical and Chemical Characteristics of

Vegetable Oils as Fuel”. J. Of Ag. Eng. Vol 3, pp. 39-47, 2007.

Utama, I. M., Y. Setiyo., I. Ayu Rina & N. S. Antara, 2011. Kajian Atmosfir Terkendali untuk Memperlambat Penurunan Mutu Buah Mangga Arumanis selama

Penyimpanan. J. Hort. Indonesia, 2 (1), pp. 27-33.

Wibowo, D. 2013. Kombinasi Metode Spektrofotometri Inframerah dan Kalibrasi Multivariat untuk Autentikasi Minyak Biji Jinten Hitam. Skripsi.Fakultas Famasi, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Winarno, F. G., Srikandi Fardiaz, dan Dedi Fardiaz, 1980, Pengantar Teknologi Pangan, P.T. Gramedia, Jakarta.

(27)

LAMPIRAN

I

MAKALAH SEMINAR I

SN-KPK VII 2015

UNS, SURAKARTA

(28)

arum manis. Berbagai macam cara atau metode dapat digunakan untuk

memperoleh minyak nabati dari berbagai sumber. Salah satu cara dengan hasil terbaik adalah dengan menggunakan metode ekstraksi soxhlet

dengan pelarut organik. Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menentukan optimasi ekstraksi minyak biji mangga menggunakan metoda ekstraksi pelarut n-heksana ditinjau dari lama ekstraksi.

2. Menentukan sifat fisiko-kimiawi minyak biji mangga meliputi: warna, aroma, rendemen, massa jenis, kadar air, bilangan peroksida, bilangan asam, dan bilangan penyabunan.

METODE PENELITIAN Bahan dan alat

(29)

digunakan yaitu jenis mangga arum manis.

Berbagai macam cara atau metode dapat

digunakan untuk memperoleh minyak

nabati dari berbagai sumber. Salah satu

cara dengan hasil terbaik adalah dengan

menggunakan metode ekstraksi soxhlet

dengan pelarut organik. Penelitian ini

bertujuan untuk:

3. Menentukan optimasi ekstraksi minyak

biji mangga menggunakan metoda

ekstraksi pelarut n-heksana ditinjau

dari lama ekstraksi.

4. Menentukan sifat fisiko-kimiawi minyak

biji mangga meliputi: warna, aroma,

rendemen, massa jenis, kadar air,

bilangan peroksida, bilangan asam,

dan bilangan penyabunan.

METODE PENELITIAN Bahan dan alat

Biji buah mangga Indonesia

(Mangifera indica L.) jenis arumanis

diperoleh dari pedagang buah-buahan di

wilayah Salatiga dan sekitarnya. Bahan

kimiawi yang digunakan adalah n-heksana

(teknis), etanol (pro analysis, Merck),

kloroform (pro analysis, Merck), asam

asetat glasial (Merck), asam klorida

(Merck), akuades, kanji, natrium tiosulfat

(Merck), indikator fenolftalein (Merck),

natrium hidroksida (Merck), kalium iodida

(pra kristal, Merck), kalium hidroksida

(Merck).

Piranti yang digunakan antara lain

moisturizer balance (Ohaus TAJ602, Ohaus

Corp, USA), soxhlet, penangas air

(Memmert., Germany), neraca analitik 4

digit (Metler H 80, Mettler Instrument Corp.,

USA), neraca analitik 2 digit (Ohaus

TAJ602, Ohaus Corp., USA), drying

cabinet, rotary evaporator (Buchi R0114,

Swiss), grinder, buret, dan peralatan gelas.

Metode

Preparasi sampel

Biji mangga (Mangifera indica L.)

yang telah dicuci bersih dan dibebaskan

dari selaput pembungkusnya, dipotong

tipis-tipis dan dikeringkan dengan drying

cabinet dengan suhu 50ºC selama 5 jam.

Kemudian biji dihaluskan dengan grinder

dan disimpan dalam wadah yang tertutup

rapat.

Ekstraksi minyak biji mangga ([6], dimodifikasi)

Sebanyak 100 gram serbuk biji

mangga diekstraksi menggunakan soxhlet

dengan pelarut n-heksana sebanyak 400

mL dengan variasi waktu 3; 6; 9; 12; 15;

dan 18 jam pada suhu 80ºC. Hasil ekstraksi

dipekatkan dengan rotary evaporator pada

suhu 50-60°C. Minyak hasil ekstraksi

dipindahkan ke dalam botol sampel yang

telah ditimbang lalu disimpan pada suhu

20°C sampai siap untuk dianalisis lebih

lanjut.

Penentuan Sifat Fisiko-Kimiawi Minyak Biji Mangga

Penentuan aroma dan warna

ditentukan dengan pemaparan secara

deskriptif, rendemen, massa jenis, penentuan kadar air, bilangan peroksida

(SNI 01-3555-1998), bilangan asam (SNI

01-3555-1998), dan bilangan penyabunan

(SNI 01-3555-1998).

Analisa Data

Data rendemen minyak biji mangga

dianalisis dengan rancangan dasar

(30)

perlakuan dan 4 kali ulangan. Sebagai

perlakuan adalah lama waktu ekstraksi

yaitu 3; 6; 9; 12; 15; dan 18 jam,

sedangkan sebagai kelompok adalah waktu

analisis. Pengujian antar rataan perlakuan

dilakukan dengan uji Beda Nyata Jujur

(BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5%

[7].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Minyak biji mangga yang dihasilkan

berwarna kuning kecoklatan dengan aroma

manis buah mangga. Warna kuning

kecoklatan disebabkan oleh zat warna

xanthofil yang secara alamiah ikut

terekstrak bersama minyak pada saat

proses ekstraksi [8].

Rendemen

Hasil rataan rendemen dan sifat fisiko

kimia minyak biji mangga (Mangifera indica

L.) yang dihasilkan antar lama waktu

ekstraksi disajikan pada Tabel 1. Pada

Tabel 1 tampak rendemen minyak biji

mangga tidak mengalami peningkatan

untuk lama ekstraksi 3 sampai 9 jam.

Peningkatan rendemen terjadi ketika

ekstraksi diperpanjang menjadi 12 dan 15

jam. Pada ekstraksi selama 18 jam tidak

meningkat lagi rendemen minyak yang

dihasilkan. Peningkatan rendemen ekstrak

seiring dengan lama waktu sampai dengan

15 jam diduga karena pada waktu ekstraksi

yang relatif singkat, masih banyak molekul

minyak yang terperangkap dalam jaringan

sel [9]. Sedangkan pada lama waktu

ekstraksi 15 jam semua minyak telah

terekstrak, sehingga sampai lama waktu 18

jam sudah tidak ada peningkatan lagi.

Massa Jenis

Massa jenis merupakan pengukuran

massa setiap satuan volume benda.

Semakin tinggi besarnya massa jenis

benda, maka semakin besar pula massa

setiap volumenya. Minyak memiliki massa

jenis sebesar 0,8 g/mL [10]. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan, massa jenis

minyak biji mangga berkisar antara 0,82 ±

0,04 – 0,85 ± 0,01 g/mL dan lama

pemanasan tidak berpengaruh terhadap

massa jenis minyak (Tabel 2). Setiap jenis

minyak mempunyai massa jenis yang khas,

tergantung pada jenis asam lemak

penyusun minyak tersebut [11].

Kadar Air

Tabel 2. menunjukkan bahwa kadar

air minyak biji mangga yang dihasilkan

bersifat fluktuatif, berkisar antara 1,25 ±

0,80% - 2,50 ± 0,92% dan relatif tinggi jika

dibandingkan dengan kriteria minyak yang

baik, yaitu kandungan air kurang dari 0,2%

[12]. Kadar air merupakan salah satu

parameter uji yang penting terhadap sifat

kimia minyak, karena terkait dengan reaksi

hidrolisis. Reaksi tersebut dapat

menyebabkan kerusakan minyak, karena

adanya kandungan sejumlah air dalam

minyak [8]. Minyak dengan kadar air yang

tinggi dapat memperpendek masa umur

simpan minyak dan akan memicu

pertumbuhan mikroba [12].

Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida juga merupakan

salah satu hal penting dalam menentukan

derajat kerusakan pada minyak. Asam

lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen

(31)

membentuk peroksida [8]. Menurut Ojeh

(1981) dalam [13] minyak dengan nilai

bilangan peroksida yang tinggi bersifat

tidak stabil dan akan mudah tengik. Minyak

yang baik memiliki kadar bilangan

peroksida rendah, sehingga semakin

rendah bilangan peroksida semakin baik

kualitas minyak [14].

Tabel 2. menunjukkan bahwa bilangan

peroksida antar lama waktu ekstraksi

meningkat. Hal ini merupakan suatu

indikasi bahwa persenyawaan peroksida

bersifat tidak stabil terhadap panas [8]. Nilai

bilangan peroksida yang diperoleh berkisar

antara 40,00 ± 4,50 – 59,00 ± 1,84 mgek/kg.

Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan

penelitian Kittiphoom (2013), dimana nilai

bilangan peroksida minyak biji mangga

Thailand (Sam Roi Yot Co., ltd) hanya 8,72

± 3,4 mg/g minyak. Tingginya bilangan

peroksida diduga karena terjadinya

autooksidasi pada minyak. Autooksidasi

merupakan pembentukan radikal bebas

pada asam lemak tidak jenuh yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang

mempercepat reaksi seperti cahaya dan

panas [15]. Dalam penelitian ini, ekstraksi

minyak biji mangga dilakukan dengan

metoda soxhlet yang menggunakan panas

untuk waktu yang relatif panjang yaitu

sampai dengan 18 jam, sehingga peluang

terjadinya proses autooksidasi sangat

besar. Minyak mengalami proses

autooksidasi menjadi senyawa peroksida

dan hiperperoksida, namun proses tersebut

akan menurun dengan terbentuknya

aldehid dan keton pada senyawa tersebut

[8].

Bilangan Asam

Tabel 2. menunjukkan bahwa

bilangan asam minyak biji mangga

berfluktuasi selama ekstraksi. Nilai bilangan

asam minyak biji mangga berkisar antara

2,53 ± 0,52 – 5,47 ± 0,85 mg KOH/g minyak.

Hasil ini berbeda dengan Kittiphoom (2013)

yang melaporkan minyak biji mangga

Thailand (Sam Roi Yot Co., ltd) memiliki

bilangan asam 0,10 ± 0,012 mg KOH/g minyak.

Bilangan asam merupakan ukuran dari

jumlah asam lemak bebas dari satu gram

minyak atau lemak [8]. Bilangan asam yang

kecil menunjukkan kandungan asam lemak

bebasnya cukup kecil dan terjadi sedikit

kerusakan [16]. Tingginya bilangan asam

diduga karena terjadi reaksi hidrolisis.

Reaksi hidrolisis dapat disebabkan oleh

lipase yang berasal dari mikroorganisme,

serta adanya sejumlah air yang terkandung

dalam minyak tersebut. Kandungan air

yang tinggi akan menyebabkan minyak

mudah terhidrolisis menjadi gliserol dan

asam lemak bebas [8]. Minyak biji mangga

yang diperoleh pada penelitian ini

mengandung air yang relatif tinggi sehingga

peluang terjadinya reaksi hidrolisis relatif

besar. Minyak dengan bilangan asam yang

kecil mengindikasikan bahwa minyak

tersebut memiliki kestabilan yang besar dan

bersifat non irritant bagi kulit [17].

Bilangan Penyabunan

Tabel 2. menunjukkan bahwa bilangan

penyabunan minyak biji mangga antar

perlakuan waktu ekstraksi berbeda. Nilai

bilangan penyabunan yang diperoleh

berkisar antara 282,48 ± 4,07 – 288,22 ±

2,24 mg KOH/g minyak. Nilai bilangan

(32)

berbeda dibandingkan dengan penelitian

Kitiphoom (2013) yang mempunyai

bilangan penyabunan 207,5 ± 14,2 mg KOH/g

minyak. Bilangan penyabunan merupakan

jumlah alkali yang dibutuhkan untuk

menyabunkan sejumlah sampel minyak

atau lemak [6]. Bilangan penyabunan

menunjukkan rata-rata massa molekul atau

panjang rantai asam lemak bebas [18].

Menurut Ketaren (1986) perbedaan ini

disebabkan karena varietas yang

digunakan berbeda, perbedaan iklim, serta

keadaan tempat tumbuh [8].

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil penelitian menunjukkan rendemen

minyak tertinggi dihasilkan pada

soxhletasi selama 15 jam yaitu 19,31 ±

0,42%.

2. Lama waktu ekstraksi berpengaruh

terhadap rendemen, kadar air minyak,

bilangan peroksida, bilangan asam, dan

bilangan penyabunan. Namun, tidak

berpengaruh terhadap massa jenis

minyak biji mangga.

3. Massa jenis tertinggi terdapat pada lama

waktu ekstraksi ke 6 jam sebesar 0,85±

0,01 g/mL, kadar air terendah pada lama

waktu ekstraksi ke 3; 6; dan 12 jam yaitu

sebesar 1,25± 0,80%, bilangan

peroksida terendah pada lama ekstraksi

ke 3 jam sebesar 40,00 ± 4,50 mgek/kg,

bilangan asam terendah pada lama

waktu ekstraksi ke 12 jam sebesar 2,53

± 0,52 mg KOH/g minyak, dan bilangan

penyabunan tertinggi pada lama

ekstraksi ke 9 sebesar 288,22 ± 2,24 mg KOH

/g minyak.

DAFTAR RUJUKAN

[1] Prapti , C. M., Wiwik & A. Fatoni, 2011.

Perbandingan Minyak Nabati Kasar

Hasil Ekstraksi Buah Kepayang Segar

dengan Luwek. Prosiding Seminar

Nasional VoER ke-3, hal 471-481,

Universitas Sriwijaya, Palembang,

26-27 Oktober 2011.

[2] Wibowo, D. 2013. Kombinasi Metode

Spektrofotometri Inframerah dan

Kalibrasi Multivariat untuk Autentikasi

Minyak Biji Jinten Hitam.

Skripsi.Fakultas Famasi, Universitas

Gajah Mada Yogyakarta.

[3] Utama, I. M., Y. Setiyo., I. Ayu Rina &

N. S. Antara, 2011. Kajian Atmosfir

Terkendali untuk Memperlambat

Penurunan Mutu Buah Mangga

Arumanis selama Penyimpanan. J.

Hort. Indonesia, 2 (1), pp. 27-33.

[4] Sajarwo, G., Mahasiswa UGM Ciptakan

Es Biji Mangga Kaya Antioksidan.

2012,

http://health.kompas.com/read/2012/05/15/1

4494957/Mahasiwa.UGM.Ciptakan.Es.Biji.

Mangga.Kaya.Antioksidan. (11 Maret

2015).

[5] Ali, S. 2010. Biji Mangga Sebagai

Bahan Baku Produksi Dekstrin.

Jurnal Penelitian Ilmu Teknik, 10 (1),

pp. 6-10.

[6] Dewi, R. K. 2012. Studi Awal

Pemanfaatan Minyak Biji Mangga

(Mangifera indica L. var Arumnis)

(33)

Skripsi. Fakultas Sains dan

Matematika, Universitas Kristen

Satya Wacana, Salatiga.

[7] Steel, R.G.D dan J.H. Torrie, 1989.

Prinsip dan Prosedur Statistika. PT.

Gramedia, Jakarta.

[8] Ketaren S. 1986. Minyak dan Lemak

Pangan, Ed. 1. Jakarta: UI-Press.

[9] Handajani, S., Godras & Baskara,

2010. Pengaruh Suhu Ekstraksi

Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia,

dan Sensoris Minyak Wijen

2003. The Nomenclature, Structure,

and Properties of Food Lipids. In:

Sikorski, Z.E and A. Kolakowska, Ed.

Chemical and Functional Properties

of Food Lipids. CRC Press

Washington. Pp. 29-59

[12]Toscano, G. And E. Maldini, “Analysis

of The Physical and Chemical

Characteristics of Vegetable Oils as

Fuel”. J. Of Ag. Eng. Vol 3, pp. 39 -47, 2007.

[13] Kittiphoom, S., Sutasinee, S. 2013.

Mango seed kernel oil and its physic

chemical properties. International

Food Research Journal, 20 (3),

pp.1145-1149.

[14] Arlene, Ariestya., Steviana, K., dan

Ign Suharto. (2010). Pengaruh

Temperatur dan F/S terhadap

Ekstraksi Minyak dari Biji Kemiri Sisa

Penekanan Mekanik. Seminar

Nasional Rekayasa Kimia dan

Proses. Universitas Diponegoro

Semarang

(Terminalia catappa L.) sebagai

suatu Alternatif Sumber Minyak

Nabati. Majalah Obat Tradisional,

Vol. 13, No. 45.

[17] Kurnia , M. D., Hartati & A. Ign.

Kristijanto, 2014. Karakterisasi dan

Komposisi Kimia Minyak Biji

Tumbuhan Kupu-kupu (Bauhinia

purpurea L.) Bunga Merah Muda.

Prosiding Seminar Nasional Sains

dan Pendidikan Sains IX, hal 11-17,

Universitas Kristen Satya Wacana,

Salatiga, 21 Juni 2014.

[18] Kittiphoom, S. 2012. Utilization of

Mango Seed. International Food

Research Journal, 19 (4), pp.

(34)

Lampiran 1

Tabel 1. Rataan Rendemen (% ± SE)Minyak Biji Mangga antar Lama Waktu Ekstraksi

Tabel 2. Rataan Sifat Fisiko-Kimia Minyak Biji Mangga antar Lama Waktu Ekstraksi

(35)
(36)

Gambar

Tabel 2. Rataan Sifat Fisiko-Kimia Minyak Biji Mangga antar Lama Waktu Ekstraksi
Gambar 1. Kromatogram GCMS Minyak Biji Mangga (Mangifera indica L.)
Gambar 3. Perbandingan Spektrum Minyak Biji Mangga dengan data base Wiley
Gambar 4. Perbandingan Spektrum Minyak Biji Mangga dengan Data Base Wiley
+4

Referensi

Dokumen terkait

Isolasi senyawa flavonoida yang terkandung di dalam kulit batang Mangga (Mangifera indica L) telah dilakukan dengan cara ekstraksi maserasi dengan menggunakan metanol..

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan amilum yang terdapat biji mangga arumanis (Mangifera indica Linn), yang dapat dijadikan sebagai sirup glukosa melalui proses

“ Perbandingan Aktivitas Antioksidan Kombucha Teh Hijau ( Camelia sinensis ) dengan Kombucha Daun Mangga ( Mangifera indica ) Dipengaruhi Lama Fermentasi ”.. Skripsi

Pengaruh pH, Intensitas Cahaya, dan Lama Waktu Paparan Cahaya terhadap Kestabilan Karoten Kulit Buah Alkesa (Kurniati dkk, 2012 yang dimodifikasi).. Hasil ekstraksi kulit

Acuminate Balbisiana) Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Mangga (Mangifera Indica) Sebagai Bahan Untuk Mengembangkan Sumber Belajar Biologi Video Materi

Dari penelitian yang telah dilakukan, parameter fisiko-kimia dari minyak biji B.purpurea bunga merah muda antara lain: bewarna kuning, berbau khas, memiliki pH 6, massa jenis

menyatakan bahwa skripsi berjudul Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Flavonoid dari Biji Mangga Arummanis (Mangifera indica L) dan Uji Aktivitasnya sebagai

Penelitian ini bertujuan untuk mencari perlakuan penda- huluan yang baik pada ekstraksi minyak biji saga-pohon agar supaya dihasilkan minyak dengan rendemen dan