• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 652010021 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 652010021 Full text"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI DAN KOMPOSISI KIMIA MINYAK BIJI PETAI CINA (Leucaena Leucochepala (Lam.) de Wit)

Characterization and Chemical Composition of White Popinac Seed Oil (Leucaena Leucochepala (Lam.) de Wit)

Rizky Cahya Pradana*, Hartati Soetjipto**, A. Ign. Kristijanto** *Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika

**Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro no 52-60 Salatiga-50711 Jawa Tengah - Indonesia 652010021@student.uksw.edu

ABSTRACT

The aims of this study are: Firstly, to produce white popinac (L. leucochepala) seed oil as revealed by the extraction time. Secondly, characterization of white popinac seed oil in terms of physicochemical propeties, and thirdly, isolation and identification of the oil chemical composition of white popinac seed oil by GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry). White popinac seed oil extracted by soxhlet in different extraction time which are 5, 7, and 9 hours, respectively physicochemical properties of the oil was tested with SNI 01-3555-1998. Isolation method using coloumn chromatography and the identification of the oil by the GC-MS.

The results showed that the extraction time had no effect on the moisture and the saponification value. For the longer time of peroxide value extraction resulted the lower quality of oil, in the contrary, the longer time of time extraction produced the better quality of oil. The main compositions of white popinac seed oil are 9-octadecenoate acid (74,82%), pentadecanoic acid (20,51%) and heptadecanoic acid (4,67%). While the main composition of the neutral lipid fractions are linoleic acid, ricinoleic acid, and oleic acid. Glycolipid fractions are composed of linoleic acid, ricinoleic acid and elaidic acid, and phospholipid fractions are palmitic acid and linoleic acid.

Keywords : Extraction, fractions, L. leucochepala, vegetable oil, white popinac PENDAHULUAN

(2)

lotion, krim yang berfungsi sebagai pelembab kulit alami karena mampu mencegah kekeringan jaringan pada kulit. Data yang diperoleh dari Oil World (2008-2012) menunjukkan bahwa kebutuhan akan minyak nabati dunia mencapai 132.234.000 ton sedangkan produksi minyak nabati (minyak sawit, minyak canola, dan lainnya) hanya mencapai 108.512.000 ton. Melihat besarnya kebutuhan akan minyak nabati, maka diperlukan adanya sumber-sumber minyak nabati yang baru yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dan salah satu yang perlu diperhatikan adalah petai Cina (L. leucocephala).

Tanaman Petai Cina atau dikenal dengan lamtoro merupakan jenis tanaman yang dapat hidup dan berkembang subur di daerah tropis yang bercurah hujan teratur, bahkan mampu bertahan hidup di daerah-daerah yang kering atau tandus dan kurang curah hujan seperti Indonesia (Suprihatin, 2009).

Di Indonesia, petai Cina umumnya ditanam untuk pakan ternak, tanaman pagar dan tanaman pelindung untuk kopi dan vanili. Masyarakat memanfaatkan buah dan daun muda petai Cina untuk sayur. Tidak hanya itu, daun petai Cina dapat digunakan sebagai pakan ternak dan batang pohonnya dimanfaatkan sebagai perabotan dan kayu bakar (Arifin, 2013). Akan tetapi biji petai Cina kurang diminati dan terbuang sia-sia, sehingga biji petai Cina merupakan salah satu limbah yang kurang dimanfaatkan oleh manusia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji petai Cina memiliki kandungan protein sebesar 31,1% dan metabolisme energi sebesar 2573,26 kcal/kg. Kandungan asam amino dari biji petai Cina yaitu lisina 1,39%, metionina 0,36%, sisteina 0,35%, arginine 2,62%, asam glutamat 4,63%, treonina0,87%, glisina 1,38%, alanine 1,11%, valine 1,11%, isoleusina 0,93% dan leusina 1,81% (Elamin and Abbas, 2009).

(3)

Cina oles (lotion) mempunyai good pharmaceutical properties (Aderibigbe et al., 2011). Sampai sejauh ini, belum ada data penelitian yang mengupas tentang komposisi kimiawi dan karakterisasi minyak biji petai Cina di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menghasilkan minyak biji petai Cina (L. leucocephala ) ditinjau dari lama ekstraksi

2. Karakterisasi minyak biji petai Cina (L. leucocephala) ditinjau dari sifat fisiko-kimia

3. Isolasi dan identifikasi komponen penyusun minyak biji petai Cina (L. leucocephala) dengan KG-MS (Kromatografi Gas-Massa Spektrometri).

METODA PENELITIAN Bahan

Biji petai cina diperoleh dari daerah Kopeng-Salatiga, Jawa Tengah sedangkan bahan kimiawi yang digunakan adalah n-heksana (PA, Merck), Etanol 95% (PA, Merck), Indikator Fenolftalein (PA, Merck), NaOH (PA, Merck), Akuades, Asam Oksalat (PA, Merck), KOH (PA, Merck), HCl (PA, Merck), Natrium Tiosulfat (PA, Merck), Kanji, Asam Asetat Glasial (PA, Merck), Kloroform (PA, Merck), Kalium Iodida (PA, Merck) dan Na2SO4 Anhidrat (PA, Merck).

Alat

Piranti yang digunakan antara lain grinder, peralatan gelas, peralatan soxhlet,

waterbath (Memmert), kertas saring, rotary evaporator (Buchi), neraca analitik 4 digit (Mettler H80, Mettler Instrument Corp., USA), neraca analitik 2 digit (Ohaus TAJ602, Ohaus Corp., USA), dan Kromatografi Gas-Massa Spektromerti (Shimadzu, Japan). Metoda

Preparasi Sampel

(4)

Ekstraksi Minyak Biji Petai Cina yang dimodifikasi (Nehdi, 2011 dan Garcia-Fayos, 2010)

Biji petai Cina yang telah dihaluskan diekstrak dengan n-hexana pada suhu 800C menggunakan peralatan Soxhlet selama 5, 7 dan 9 jam. Hasil ekstraksi dipekatkan dengan evaporator putar pada suhu 600C. Minyak hasil ekstraksi dipindahkan ke dalam botol timbang yang telah ditimbang kemudian disimpan pada suhu 200C lalu dihitung rendemennya.

Pengujian Fisiko-Kimiawi Minyak Biji Petai cina

Dilakukan pengujian fisiko-kimiawi terhadap minyak hasil ekstraksi yang meliputi warna, kadar air (SNI 01-3555-1998), bilangan asam (SNI 01-3555-1998), bilangan peroksida (SNI 01-3555-1998), dan bilangan penyabunan dengan metoda titrasi (SNI 01-3555-1998).

Analisis Lemak Total Minyak Biji Petai Cina

Analisis komponen lemak total dilakukan dengan menggunakan KG-MS Shimadzu QP2010S dengan kondisi operasi pada tekanan 16.5 kPa, suhu kolom diatur dari 70°C sampai 280°C, dan suhu injeksi 310°C. Hasil spektroskopi massa dilakukan dengan membandingkan spektra senyawa sampel minyak bii petai Cina dengan data base Wiley8. Sebelum diinjeksikan, sampel minyak diesterifikasi terlebih dahulu.

Fraksinasi Komponen Penyusun Minyak Biji Petai Cina (Ramadan et. al, 2006) Proses fraksinasi minyak biji petai Cina dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom dengan elusi pelarut yang berbeda. Netral lipid dielusi sebanyak 3 kali dengan pelarut kloroform, glikolipid dielusi sebanyak 5 kali dengan pelarut aseton dan fosfolipid di elusi sebanyak 4 kali dengan pelarut metanol. Selanjutnya untuk menentukan komponen penyusun minyak biji petai Cina maka hasil fraksinasi minyak dianalisis dengan KG-MS.

(5)

Wiley229 dan NIST62. Sebelum diinjeksikan, sampel minyak diesterifikasi terlebih dahulu.

ANALISIS DATA

Data parameter fisiko-kimiawi dianalisis dengan menggunakan rancangan dasar RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan 3 perlakuan dan 9 ulangan. Sebagai perlakuan adalah lama waktu ekstraksi yaitu 5 jam, 7 jam dan 9 jam, sedangkan sebagai kelompok adalah waktu analisis. Pengujian antar rataan perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5% (Steel dan Torrie, 1980).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh lama waktu ekstraksi terhadap sifat fisiko-kimiawi minyak biji petai Cina

Hasil ekstraksi minyak biji petai Cina berwarna coklat kehijauan. Hasil penelitian ini sesuai dengan laporan penelitian Sethi dan Kulkarni (1995) dan Mohamed dan Khandiga (2009) yang menyatakan bahwa minyak biji petai Cina bewarna hijau hingga coklat. Rerata rendemen dan sifat fisiko-kimiawi minyak biji petai Cina antar berbagai lama waktu ekstraksi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rerata parameter fisiko-kimiawi minyak biji petai Cina antar variasi lama waktu ekstraksi

Keterangan : * SE : Simpangan Baku Taksiran * W : Beda Nyata Jujur 5%

* Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata sedangkan angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata.

(6)

Rendemen

Dari Tabel 1 terlihat bahwa rendemen minyak biji petai Cina meningkat sejalan dengan lama waku ekstraksi. Semakin lama waktu ekstraksi semakin tinggi rendemen yang diperoleh karena terjadinya kontak antara bahan dengan pelarut semakin besar sampai batas tidak ada yang terekstraksi (Suryandari, 1981).

Kadar Air

Pengujian kadar air merupakan salah satu parameter yang dapat mempengaruhi tingkat ketahanan minyak terhadap kerusakan. Terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak dapat mengakibatkan terjadinya reaksi hidrolisis. Minyak atau lemak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol (Ketaren, 1986).

Gambar 1. Reaksi Hidrolisis Minyak/ Lemak (Ketaren, 1986)

Dari Tabel 1 terlihat bahwa kadar air minyak biji petai Cina antar berbagai lama waktu ekstraksi 5, 7, dan 9 jam sama yaitu berkisar antara 6,68 ± 1,61% sampai 7,90 ± 1,75%.

Bilangan Asam

Bilangan asam merupakan salah satu parameter yang menentukan kualitas suatu minyak yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak akibat proses hidrolisis. Semakin tinggi nilai bilangan asam suatu minyak, maka akan semakin tinggi pula tingkat kerusakannya karena jumlah molekul trigliserida yang terhidrolisisnya pun lebih banyak. Dengan demikian, kualitas dari minyak tersebut akan semakin rendah (Wildan dkk., 2012).

(7)

itu, bilangan asam yang tinggi diakibatkan adanya kerja enzim lipase yang dapat menghidrolisa lemak akan tetapi enzim menjadi inaktif pada suhu tinggi (Ketaren, 1986).

Jika dibandingkan dengan anggota suku Leguminosae yang lain, standar mutu bilangan asam minyak kedelai yaitu maksimum 3 (Ketaren, 1986) dan minyak biji

Albizia julibrissin yaitu 5,08 ± 0,11 mg KOH/g lemak. Bilangan asam minyak biji petai Cina termasuk tinggi sehingga hal ini menandakan terjadinya reaksi hidrolisis pada saat proses ekstraksi (Nehdi, 2011).

Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan merupakan jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah contoh minyak dan besarnya bilangan penyabunan tergantung dari bobot molekul. Minyak yang berbobot molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang lebih tinggi daripada minyak yang berbobot molekul tinggi (Ketaren, 1986).

Tabel 1 menunjukkan nilai bilangan penyabunan sama antar lama waktu ekstraksi. Akan tetapi bilangan penyabunan minyak biji petai Cina terbilang rendah yaitu berkisar antara 46,75 ± 0,15 sampai 50,02 ± 0,15 mg KOH/g, jika dibandingkan dengan anggota suku Leguminosae yang lain. Standar mutu bilangan penyabunan minyak kedelai yaitu minimum 190 mg KOH/g (Ketaren, 1986) sedangkan minyak biji A. julibrissin yaitu 190,63 ± 0,73 mg KOH/g (Nehdi, 2011).

Rendahnya nilai bilangan penyabunan ini disebabkan karena kandungan asam lemak pada minyak biji petai Cina tersusun atas asam lemak jenuh dan tidak jenuh berantai panjang (Tabel 2) sehingga bobot molekulnya relatif besar.

Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Peroksida terbentuk karena asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya (Ketaren, 1986).

(8)

ini menunjukkan bahwa semakin tinggi lama waktu ekstraksi maka kualitas minyak yang dihasilkan semakin rendah. Jika dibandingkan dengan anggota suku Leguminose

yang lain, standar mutu bilangan peroksida minyak kedelai yaitu 1,52 ± 0,05 meq.O2/kg

dan minyak biji A. julibrissin yaitu 6,61 ± 0,18 meq.O2/kg (Nehdi, 2011).

Bilangan peroksida minyak biji petai Cina tergolong tinggi hal ini disebabkan proses pembentukan peroksida dapat dipercepat oleh panas (cahaya), suasana asam, kelembaban udara dan katalis (Ketaren, 1986).

Analisis Komposisi Kimia Minyak Biji Petai Cina

Kromatogram KG-MS metil ester minyak biji petai Cina ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 2. Kromatogram KG-MS metil ester minyak biji petai Cina

Hasil analisa minyak biji petai Cina dengan KG-MS menunjukkan adanya 3 puncak yang muncul pada kromatogram (Gambar 2). Sedangkan analisa data hasil spektroskopi massa dilakukan dengan membandingkan spektra senyawa sampel minyak bii petai Cina dengan data base Wiley8 yang diperlihatkan pada Gambar 3 - 5.

Spektrum a1 (sampel) merupakan spektrum dari puncak 1 pada Gambar 2 serupa

dengan spektrum a2 (Wiley8) pada Gambar 3. yang teridentifikasi sebagai senyawa

metil 9-oktadekenoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 2 adalah senyawa metil 9-oktadekenoat. Dari Gambar 3 - 5 terlihat bahwa spektra massa molekul asam lemak sampel untuk puncak 1 dan 3 memiliki puncak dasar 74 sementara puncak 2 memiliki puncak dasar 55. Puncak dasar spektra massa asam lemak sampel serupa dengan puncak dasar pustaka Wiley8.

1

2

(9)

(a1)

(a2)

Gambar 3. Perbandingan spektrum massa metil ester minyak biji petai Cina dengan data base

Wiley8 (b1) metil 9-oktadekenoat minyak biji petai Cina (b2) metil 9-oktadekenoat Wiley8

Dengan cara yang sama spektrum b1 (sampel) merupakan spektrum dari puncak

nomor 1 pada Gambar 2 dan memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum b2

(Wiley8) pada Gambar 3 yang teridentifikasi sebagai senyawa metil pentadekanoat.

(b1)

(b2)

Gambar 4. Perbandingan Spektrum massa metil ester minyak biji petai Cina dengan database

Wiley8 (a1) metil pentadekanoat minyak biji petai Cina (a2) metil pentadekanoat Wiley8

Spektrum c1 dari puncak 3 pada Gambar 2 serupa dengan spectrum c2 (Wiley8)

(10)

(c1)

(c2)

Gambar 5. Perbandingan Spektrum massa metil ester minyak biji petai Cina dengan data base Wiley (b1) metil heptadekanoat minyak biji petai Cina (b2) metil heptadekanoat Wiley8

Menurut Mc.Lafferty, umumnya metil ester rantai panjang tidak bercabang menunjukkan puncak dasar 74 yang merupakan ekspresi dari kation (CH3COOCH3).

Selanjutnya beberapa pemecahan yang khas seperti m/e 56, 42 dan 28 kemungkinan merupakan fragmen alkena (Ismiyarto dkk., 2006) yang ditunjukkan pada Gambar 6 dan 7.

(11)

Gambar 7. Usulan Pola Fragmentasi Metil 9-Oktadekenoat

Komposisi kimia penyusun minyak biji petai Cina pada Tabel 2. menunjukkan adanya 3 komponen utama yaitu metil pentadekanoat, metil 9-oktadekenoat dan metil heptadekanoat. Kandungan metil 9-oktadekenoat dalam minyak biji petai Cina sangat dominan dalam minyak nabati yaitu sebesar 74.82%.

Tabel 2. Komposisi Senyawa-Senyawa Penyusun Minyak Biji Petai Cina (L. leucochepala)

No Puncak

Indeks

Retensi Komponen Kimia

Rumus

Molekul (BM)

Kandungan (%) 1 24.058 metil 9-oktadekenoat C19H36O2 296 74,82

2 22.275 metil pentadekanoat C16H32O2 256 20,51

(12)

Dari Tabel 2 terlihat bahwa kandungan asam lemak jenuh pada minyak biji petai Cina mencapai 25,18% sedangkan kandungan asam lemak tidak jenuh mencapai 74.82%. Hasil ini tidak berbeda jauh dari penelitian Sethi dan Kulkarni (1995) yang melaporkan bahwa minyak biji petai Cina mengandung 26 - 29% asam-asam lemak jenuh dan 71 - 73% asam-asam lemak tidak jenuh. Akan tetapi hasil komposisi kimia minyak biji petai Cina tidak sesuai dengan penelitian oleh Khaliq et. al (1989) dalam Aderibigbe et al. (2011) yang menyatakan bahwa komposisi utama minyak biji petai Cina adalah asam linoneat, asam eikosanoat dan asam lignoserat. Menurut Trustinah dan Kasno (2012) perbedaan ini disebabkan karena komposisi asam lemak dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan interaksi antara keduanya.

Fraksinasi Minyak Biji Petai Cina

Pada hasil penelitian ini didapatkan tiga fraksi lemak yaitu netral lipid, glikolipid dan fosfolipid.

Netral Lipid

Fraksi netral lipid diidentifikasi kandungan asam lemak yang terkandung didalamnya dengan menggunakan KG-MS (Kromatografi Gas-Massa Spektrometri). Kromatogram fraksi netral lipid ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Kromatogram KG-MS Fraksi Netral lipid Minyak Biji Petai Cina

Komponen senyawa utama penyusun fraksi netral lipid minyak biji petai Cina disajikan pada Tabel 3.

1

2 3

4

(13)

Tabel 3. Komposisi Senyawa Penyusun Fraksi Netral lipid Minyak Biji Petai Cina (L. leucochepala)

No Puncak

Indeks

Retensi Komponen Kimia

Rumus

Molekul (BM)

Kandungan (%)

1 40,175 Asam Linoleat C18H32O2 280 57,46

2 36,742 Asam Risinoleat C18H34O3 298 16,71

3 40,265 Asam Oleat C18H34O2 282 12,64

4 40,705 Asam Stearat C18H36O2 284 5,57

5 45,551 Dioktil adipate C22H42O4 370 3,6

6 47,692 Asam Dokosanoat C21H42O2 326 1,47

7 40,342 Asam 14-Oktadekenoat C18H34O2 282 1,32

8 44,336 Asam Eicosanoat C19H38O2 298 1,22

Dari Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa komposisi utama senyawa penyusun fraksi netral lipid terdiri dari asam lemak tidak jenuh yaitu asam linoleat sebesar 57,46%, asam risinoleat sebesar 16,71% dan asam oleat sebesar 12,64%.

Glikolipid

Hasil analisis dengan KG-MS dari asam lemak fraksi Glikolipid menghasilkan kromatogram dengan 5 puncak seperti disajikan pada Gambar 9 berikut ini:

Gambar 9. Kromatogram KG-MS Fraksi Glikolipid Minyak Biji Petai Cina

Komponen senyawa utama penyusun fraksi glikolipid minyak biji petai Cina disajikan pada Tabel 4.

1

2 3

5

(14)

Tabel 4. Komposisi Senyawa Penyusun Fraksi Glikolipid Minyak Biji Petai Cina (L. leucochepala)

No Puncak

Indeks

Retensi Komponen Kimia Rumus Molekul (BM)

Kandungan

Dari Tabel 4. dapat disimpulkan bahwa komposisi utama senyawa penyusun fraksi glikolipid terdiri dari asam lemak tidak jenuh yaitu asam linoleat sebesar 50,43% dan asam risinoleat sebesar 23% dan asam elaidat sebesar 15,91%.

Fosfolipid

Hasil analisis dengan KG-MS dari asam lemak fraksi Fosfolipid menghasilkan kromatogram dengan 14 puncak seperti disajikan pada Gambar 10 berikut ini,

Gambar 10. Kromatogram KG-MS Fraksi Fosfolipid Minyak Biji Petai Cina

(15)

Tabel 5. Komposisi Senyawa Penyusun Fraksi Fosfolipid Minyak Biji Petai Cina (L. leucochepala)

No Puncak

Indeks

Retensi Komponen Kimia

Rumus

Molekul (BM)

Kandungan (%) 1 36,803 Asam Palmitat C16H32O2 256 30,68

2 40,2 Asam Linoleat C18H32O2 280 27,39

3 45,615 Dioktil adipate C22H42O4 370 15,16

4 40,743 Asam Stearat C18H36O2 284 7,14

5 40,289 Asam Petroselinat C18H34O2 282 3,58

6 50,003 Tak teridentifikasi 3,1

7 34,62 Asam etil Heksanedioic C8H14O4 174 2,93

8 44,167 Tak teridentifikasi 2,65

9 47,299 Asam Palmitat, n-oktil C22H44O2 340 1,92

10 44,349 Asam Eikosanoat C19H38O2 298 1,56

11 40,991 Cocomonoetanolamida C13H27O2N 217 1,18

12 37,160 3 (3,5 diterbutil 4

hidroksipenil) propinat C17H26O3 278 1,06 13 40,367 Asam 11-Oktadekenoat C18H34O2 282 0,85

14 47,694 Asam Dokosanoat C21H42O2 326 0,8

Dari Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa komposisi utama senyawa penyusun fraksi fosfolipid terdiri dari asam lemak tidak jenuh yaitu asam palmitat sebesar 30,68% dan asam linoleat sebesar 27,39%.

(16)

Menurut Bruckert (2001, dalam Nehdi, 2011) asam linoleat (Omega 6) sangat bermanfaat untuk kesehatan pertumbuhan kulit Omega 6 juga berperan penting dalam transpor dan metabolisme lemak. Sedangkan asam oleat (Omega 9) merupakan asam

lemak tidak jenuh yang mekanisme kerjanya adalah menghambat produksi glukosa dan juga bersifat antioksidan yang dapat menangkal terbentuknya radikal bebas dalam tubuh (Sediarso dkk., 2008). Tidak hanya itu, Trustinah dan Kasno (2012) menambahkan bahwa asam oleat dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kadar HDL.

Asam elaidat merupakan bentuk trans dari asam oleat. Terbentuknya asam

lemak trans ini disebabkan terjadinya proses hidrogenasi yang melibatkan penggunaan

suhu tinggi dan tekanan (Sulistyowati, 2009). Asam palmitat merupakan sumber kalori

penting namun memiliki daya antioksidasi yang rendah dan dapat meningkatkan

kolesterol serum serta kadar lipoprotein LDL (Droke and Lukaski 2008 dalam Donna,

2009).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Antar lama waktu ekstraksi tidak berpengaruh terhadap kadar air dan bilangan penyabunan minyak biji petai Cina (L. leucochepala). Sedangkan untuk bilangan peroksida semakin lama waktu ekstraksi maka kualitas minyak biji petai Cina semakin rendah, sebaliknya untuk bilangan asam semakin lama waktu ekstraksi maka kualitas minyak biji petai Cina semakin bagus.

2. Komponen utama penyusun minyak biji petai Cina adalah asam oleat 74,82%, asam pentadekanoat 20,51%, dan asam heptadekanoat 4,67%.

3. Komposisi utama fraksi netral lipid adalah asam linoleat, asam risinoleat, dan asam oleat. Fraksi glikolipid adalah asam linoleat, asam risinoleat dan asam elaidat. Fraksi fosfolipid adalah asam palmitat dan asam linoleat.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Aderibigbe S.A., Adetunji O. A. and Odeniyi M.A., 2011. Antimicrobial and Pharmaceutical Properties of The Seed Oil of Leucaena leucocephala (Lam.) De Wit (Leguminosae). African Journal of Biomedical Research 14, 63-68.

Ahmad Kadir K., Ishak Isa dan Weny JA Musa, 2011. Analisis Kadar Asam Linoleat dan Asam Linolenat pada Tahu dan Tempe yang Dijual di Pasar Telaga Secara GC-MS.

Arifin, L., 2013. Pematahan Dormansi Benih pada Benih Lamtoro (Leucaena leucocephala).

Badan Standarisasi Nasional Indonesia. SNI 01-3555-1998: Cara Uji Lemak dan Minyak

Dessy, 2000. Pengaruh Suhu Pemanasan Biji Jarak, Waktu dan Tekanan Pengempaan Dingin Terhadap Mutu Minyak Biji Jarak (Ricinus communis L.)

Donna Marselia, 2009. Analisis Kandungan Asam Lemak pada Gonad Bulu Babi

(Tripneustes gratilla L.). Ichthyos Vol.8 No.2, 75-79.

Garcia-Fayos, B., J. M. Arnal, G. Verdu, A. Sauri, 2010. Study of Moringa Oleifera Oil Extraction and Its Influence in Primary Coagulant Activity for Drinking Water.

International Conference on Food Inovation.

Ismiyarto, S. A. Halim dan P. J. Wibawa. 2006. Identification of Fatty Acid Compotition in Turi Seed Oil. JSKA IX, 1.

Ketaren S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan, Ed. 1. UI-Press, Jakarta.

Mohamed EA and Khadiga AA., 2009. Chemical composition and amino acids profile of Leucaena leucocephala seeds. International Journal of Poultry Science 8, 10: 966-970.

Nehdi, I., 2011. Characteristics, Chemical Composition and Utilisation of Albizia Julibrissin Seed Oil. Science Direct Industrial Crops and Products 33, 30-34. Oil World, 2012. Production and Consumption of Vegetable Oil. www.Oilworld.biz [16

Desember 2013].

Ramadan, M.F., G. Sharanabasappa, Y. N. Seetharam, 2006. Characterisation of Fatty Acids and Bioactive Compounds of Kachnar (Bauhinia purpurea L.) Seed Oil.

Sience Direct Food Chemistry 98, 359-365.

Sediarso, H. Sunaryo dan Nurul Amalia, 2008. Efek Antidiabetes dan Identifikasi Senyawa Dominan dalam Fraksi Kloroform Herba Cipluka (Physalis angulate L.). Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 2, 63-69.

Sethi, P. and P.R. Kulkarni, 1995. Leucaena leucocephala: A Nutrition Profile. Food and Nutrition Bulletin 16, 3.

Steel , R.G.D dan J.H. Torrie, 1980. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia, Jakarta.

Suprihatin. 2009. Hidrolisis Protein dari Buah Lamtoro. UNESA University Press. Suryandari, S., 1981. Pengambilan Oleoresin Jahe dengan cara Solvent extraction.

BBIHP. Bogor. 15hal.

(18)
(19)
(20)
(21)

Lampiran 1. (Lanjutan) Seminar Nasional SEMIRATA Institut Pertanian Bogor, 9-11 Mei 2014

besarnya kebutuhan akan minyak nabati, maka diperlukan adanya sumber-sumber minyak nabati yang baru yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dan salah satu yang perlu diperhatikan adalah petai Cina (L. leucocephala).

Petai cina merupakan pohon serba guna yang berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko. Di Indonesia, petai cina umumnya ditanam untuk pakan ternak, tanaman pagar dan tanaman pelindung untuk kopi dan vanili. Masyarakat memanfaatkan buah dan daun muda petai cina untuk sayur. Tidak hanya itu, daun petai cina dapat digunakan sebagai pakan ternak dan batang pohonnya dimanfaatkan sebagai perabotan dan kayu bakar [2].

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji petai Cina memiliki kandungan protein sebesar 31,1% dan metabolisme energi sebesar 2573,26 kcal/kg. Kandungan asam amino dari biji petai cina yaitu lisina 1,39%, metionina 0,36%, sisteina 0,35%, arginine 2,62%, asam glutamat 4,63%, treonina0,87%, glisina 1,38%, alanine 1,11%, valine 1,11%, isoleusina 0,93% dan leusina 1,81% [3].

Minyak biji petai cina juga mengandung sterol (berupa 55% β-sitosterol ), metil sterol, alkohol triterpenoid, tokoferol (α-tokoferol), glikolipida, hidrokarbon dan karotenoid [4]. Lebih lanjut, minyak biji petai cina mengandung 26-29% asam-asam lemak jenuh dan 71-73% asam-asam lemak tidak jenuh [5], sedangkan penelitian lain melaporkan bahwa minyak biji petai cina mempunyai aktivitas antimikroba gram positif dan gram negatif dan minyak biji petai cina oles (lotion) mempunyai good pharmaceutical properties [4].

Sampai sejauh ini, belum ada data penelitian yang mengupas tentang komposisi kimiawi dan karakterisasi minyak biji petai cina di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk:

4. Menghasilkan minyak biji petai cina yang optimal ditinjau dari lama ekstraksi

5. Identifikasi komposisi penyusun minyak biji petai cina dengan menggunakan KG-MS 2. METODE PENELITIAN

2.1 Bahan

(22)

Lampiran 1. (Lanjutan) Seminar Nasional SEMIRATA Institut Pertanian Bogor, 9-11 Mei 2014

2.2 Alat

Piranti yang digunakan antara lain grinder, peralatan gelas, peralatan soxhlet,

waterbath (Memmert), kertas saring, rotary evaporator (Buchi), neraca analitik 4 digit (Mettler H80, Mettler Instrument Corp., USA), neraca analitik 2 digit (Ohaus TAJ602, Ohaus Corp., USA), Kromatografi Gas-Spektrometri Massa(KG-SM).

2.3 Metode

2.3.1 Preparasi Sampel

Biji petai cina dikering-anginkan lalu dilumat hingga halus dan selanjutnya disimpan dalam tempat yang tertutup rapat.

2.3.2 Ekstraksi Minyak Biji Petai Cina yang dimodifikasi [6, 7]

Biji petai Cina yang telah dihaluskan diekstrak dengan n-hexana pada suhu 800C menggunakan peralatan Soxhlet selama 5, 7 dan 9 jam. Hasil ekstraksi dipekatkan dengan evaporator putar pada suhu 600C. Minyak hasil ekstraksi dipindahkan ke dalam botol timbang yang telah ditimbang kemudian disimpan pada suhu 200C lalu dihitung rendemennya.

2.3.3 Analisis Kimia Minyak Biji Petai Cina

Analisis komponen kimia dilakukan dengan menggunakan KG-SM Shimadzu QP2010S dengan kondisi operasi pada tekanan 16.5 kPa, suhu kolom diatur dari 70° sampai 280°C, dan suhu injeksi 310°C. Hasil spektroskopi massa dilakukan dengan membandingkan spektra senyawa sampel minyak bii petai cina dengan data base Wiley8. Sebelum diinjeksikan, sampel minyak di esterifikasi terlebih dahulu.

2.4 Analisis Data

(23)

Lampiran 1. (Lanjutan) Seminar Nasional SEMIRATA Institut Pertanian Bogor, 9-11 Mei 2014

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Rendemen

Hasil ekstraksi minyak biji petai cina berwarna coklat kehijauan. Hasil penelitian ini sesuai dengan laporan penelitian [5,9] yang menyatakan bahwa minyak biji petai Cina bewarna hijau hingga coklat. Rerata rendemen ekstraksi minyak biji petai cina antar Lampiran 1. (Lanjutan) Seminar Nasional SEMIRATA Institut Pertanian Bogor,

9-11 Mei 2014

berbagai lama waktu ekstraksi berkisar antara 3,53 ± 0,13% sampai 3,82 ± 0,15% (Tabel 1).

Tabel 1. Rerata rendemen minyak biji petai cina dengan variasi lama waktu ekstraksi Waktu Ekstraksi

(Jam)

Rendemen (% ± SE)

5 3,53 ± 0,13a

7 3,69 ± 0,12b

9 3,82 ± 0,15c

Keterangan : * SE : Simpangan Baku Taksiran

* Beda Nyata Jujur 5% : W = 0,0712

* Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda

nyata sedangkan angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan

antar perlakuan tidak berbeda nyata.

Dari Tabel 1. terlihat bahwa rendemen minyak biji petai cina meningkat sejalan dengan lama waku ekstraksi. Semakin lama waktu ekstraksi semakin tinggi rendemen yang diperoleh karena terjadinya kontak antara bahan dengan pelarut semakin besar sampai batas tidak ada yang terekstraksi[10].

3.2 Analisis Komposisi Kimia Minyak Biji Petai Cina

Kromatogram KG-SM metil ester minyak biji petai Cina ditunjukkan pada Gambar 1 dibawah ini.

(24)

Lampiran 1. (Lanjutan) Seminar Nasional SEMIRATA Institut Pertanian Bogor, 9-11 Mei 2014

Hasil analis minyak biji petai Cina (L. leucochepala) dengan KG-SM menunjukkan adanya 3 puncak yang muncul pada kromatogram (Gambar 1.). Sedangkan analisa data hasil spektroskopi massa dilakukan dengan membandingkan spektra senyawa sampel minyak bii petai Cina dengan data base Wiley8 yang diperlihatkan pada Gambar 2.

Spektrum a1 (sampel) merupakan spektrum dari puncak nomor 1 (Gambar 1.) dan

memiliki fragmentasi yang serupa dengan spektrum a2 (Wiley8) yang teridentifikasi

sebagai senyawa metil pentadekanoat. Dari Gambar 3 s.d 5 terlihat bahwa spektra massa molekul asam lemak sampel untuk puncak 1 dan 3 memiliki puncak dasar 74 sementara puncak 2 memiliki puncak dasar 55. Puncak dasar spektra massa asam lemak sampel serupa dengan puncak dasar pustaka Wiley8.

(a1)

(a2)

Gambar 2. Perbandingan Spektrum massa metil ester minyak biji petai cina dengan data base Wiley8 (a1) metil pentadekanoat minyak biji petai cina (a2) metil pentadekanoat

Wiley8

Dengan cara yang sama spektrum dari puncak 2 (Gambar 1.) serupa dengan spektrum b2 (Wiley8) (Gambar 4.) yang teridentifikasi sebagai senyawa metil

(25)

Lampiran 1. (Lanjutan) Seminar Nasional SEMIRATA Institut Pertanian Bogor, 9-11 Mei 2014

(b1)

(b2)

Gambar 3. Perbandingan spektrum massa metil ester minyak biji petai cina dengan data base

Wiley8 (b1) metil 9-oktadekenoat minyak biji petai cina (b2) metil 9-oktadekenoat

Wiley8

Spektrum dari puncak 3 (Gambar 1.) serupa dengan spectrum c2 (Wiley8) (Gambar

5.) yang teridentifikasi sebagai senyawa metil heptadekanoat, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 3 (Gambar 1.) adalah senyawa metil heptadekanoat.

(c1)

(c2)

Gambar 4. Perbandingan Spektrum massa metil ester minyak biji petai cina dengan data base

Wiley8 (b1) metil heptadekanoat minyak biji petai cina (b2) metil heptadekanoat Wiley8

Menurut Mc. Lafferty umumnya metil ester rantai panjang tidak bercabang menunjukkan puncak dasar 74 yang merupakan ekspresi dari kation (CH3COOCH3).

(26)

Lampiran 1. (Lanjutan) Seminar Nasional SEMIRATA Institut Pertanian Bogor, 9-11 Mei 2014

Gambar 5. Mekanisme fragmentasi homolitik gugusan metil ester asam lemak menurut Mc.Laferty

Komposisi kimia penyusun minyak biji petai Cina (L. leucochepala) menunjukkan adanya 3 komponen utama yaitu metil pentadekanoat, metil 9-oktadekenoat dan metil heptadekanoat (Tabel 2.). Kandungan metil 9-oktadekenoat dalam minyak biji petai Cina sangat dominan dalam minyak nabati yaitu sebesar 74.82%.

(27)

Lampiran 1. (Lanjutan) Seminar Nasional SEMIRATA Institut Pertanian Bogor, 9-11 Mei 2014

Tabel 2. Komposisi Senyawa-Senyawa Penyusun Minyak Biji Petai Cina (L. leucochepala) No

Dari Tabel 2. terlihat bahwa kandungan asam lemak jenuh pada minyak biji petai cina mencapai 25,18% sedangkan kandungan asam lemak tidak jenuh mencapai 74.82%. Hasil ini tidak berbeda jauh dari penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa minyak biji petai cina mengandung 26-29% asam-asam lemak jenuh dan 71-73% asam-asam lemak tidak jenuh [5]. Akan tetapi hasil komposisi kimia minyak biji petai cina tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa komposisi utama minyak biji petai cina adalah asam linoneat, asam eicosanoat dan asam lignoserat [4]. Perbedaan ini disebabkan karena komposisi asam lemak dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan interaksi antara keduanya [13].

4. KESIMPULAN DAN PROSPEK

(28)

Lampiran 1. (Lanjutan) Seminar Nasional SEMIRATA Institut Pertanian Bogor, 9-11 Mei 2014

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] Oil World, 2012. Production and Consumption of Vegetable Oil. www.Oilworld.biz (Diunduh pada tanggal 16 Desember 2013).

[2] Arifin, L., 2013. Pematahan Dormansi Benih pada Benih Lamtoro (Leucaena leucocephala).

[3] Elamin, M. and K. Abbas, 2009. Chemical Composition and Amino Acids Profile of Leucaena leucocephala Seeds. International Journal od Poultry Science, 966-970. [4] Aderibigbe S.A., Adetunji O. A. and Odeniyi M.A., 2011. Antimicrobial and

Pharmaceutical Properties of The Seed Oil of Leucaena leucocephala (Lam.) De Wit (Leguminosae). Afr. J. Biomed Res., 63-68.

[5] Sethi, P. and P.R. Kulkarni, 1995. Leucaena leucocephala: A Nutrition Profile. Food and Nutrition Bulletin, 16: 3.

[6] Garcia-Fayos, B., J. M. Arnal, G. Verdu, A. Sauri, 2010. Study of Moringa Oleifera Oil Extraction and Its Influence in Primary Coagulant Activity for Drinking Water.

International Conference on Food Inovation.

[7] Nehdi, I., 2011. Characteristics, Chemical Composition and Utilisation of Albizia Julibrissin Seed Oil. Science Direct Industrial Crops and Products, 30-34.

[8] Steel , R.G.D dan J.H. Torrie, 1980. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta: Gramedia.

[9] Mohamed EA and Khadiga AA. (2009). Chemical composition and amino acids profile of Leucaena leucocephala seeds. International Journal of Poultry Science 8, 10: 966-970.

[10] Suryandari, S., 1981. Pengambilan Oleoresin Jahe dengan cara Sol-vent extraction. BBIHP. Bogor. 15hal.

[11] Ismiyarto, S. A. Halim dan P. J. Wibawa. 2006. Identification of Fatty Acid Compotition in Turi Seed Oil. JSKA. Vol IX. No 1.

(29)
(30)
(31)

2. menentukan pengaruh lama waktu ekstraksi

terhadap sifat fisiko-kimiawi minyak biji petai

Cina.

(PA, Merck), Kloroform (PA, Merck), Kalium Iodida

(PA, Merck) dan Na2SO4 Anhidrat (PA, Merck).

Piranti

Piranti yang digunakan antara lain grinder,

peralatan gelas, soxhlet, waterbath (Memmert),

pendingin tegak, kertas saring, rotary evaporator

(Buchi), neraca analitik 4 digit (Mettler H80,

Mettler Instrument Corp., USA), neraca analitik 2

digit (Ohaus TAJ602, Ohaus Corp., USA) dan

Kromatografi Gas- Massa Spektrometri

(Shimadzu, Japan).

Metoda

Preparasi Sampel

Biji petai Cina dikering-anginkan lalu

dihaluskan dan selanjutnya disimpan dalam

wadah tertutup rapat.

Ekstraksi Minyak Biji Petai Cina yang

dimodifikasi [5 dan 6]

Biji petai Cina yang telah dihaluskan diekstrak

dengan n-hexana pada suhu 800C menggunakan

peralatan Soxhlet selama 5, 7 dan 9 jam. Hasil

ekstraksi dipekatkan dengan evaporator putar

pada suhu 600C. Minyak hasil ekstraksi

dipindahkan ke dalam botol timbang yang telah

ditimbang kemudian disimpan pada suhu 200C lalu

dihitung rendemennya.

Analisis Kimia Minyak Biji Petai Cina

Analisis komponen kimia dilakukan dengan

menggunakan KG-MS Shimadzu QP2010S

dengan kondisi operasi pada tekanan 16.5 kPa,

suhu kolom diatur dari 70° sampai 280°C, dan

suhu injeksi 310°C. Hasil spektroskopi massa

dilakukan dengan membandingkan spektra

senyawa sampel minyak bii petai Cina dengan

data base Wiley8. Sebelum diinjeksikan, sampel

minyak diesterifikasi terlebih dahulu.

Pengujian Fisiko-Kimiawi Minyak Biji Petai

Cina [7]

Dilakukan pengujian fisiko-kimiawi terhadap

minyak hasil ekstraksi yang meliputi warna, kadar

air (SNI 3555-1998), bilangan asam (SNI

1998), bilangan peroksida (SNI

01-3555-1998), dan bilangan penyabunan dengan metoda

titrasi (SNI 01-3555-1998).

Analisis Data

Data parameter fisiko-kimiawi dianalisis

dengan menggunakan rancangan dasar RAK

(Rancangan Acak Kelompok) dengan 3 perlakuan

dan 9 ulangan. Sebagai perlakuan adalah lama

waktu ekstraksi yaitu 5 jam, 7 jam dan 9 jam,

sedangkan sebagai kelompok adalah waktu

analisis. Pengujian antar rataan perlakuan

dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata

(32)

HASIL DAN DISKUSI

Analisis Komposisi Kimia Minyak Biji Petai

Cina

spektroskopi massa dilakukan dengan

membandingkan spektra senyawa sampel minyak

bii petai Cina dengan data base Wiley8 yang

diperlihatkan pada Gambar 2. ( dan Lampiran 1).

Spektrum a1 (sampel) merupakan spektrum

dari puncak nomor 1 pada Gambar 1. (Lampiran

1) dan memiliki fragmentasi yang serupa dengan

spektrum a2 (Wiley8) pada Gambar 2. (Lampiran

1) yang teridentifikasi sebagai senyawa metil

pentadekanoat. Dari Gambar 2 s.d 4 (Lampiran 1)

terlihat bahwa spektra massa molekul asam lemak

sampel untuk puncak 1 dan 3 memiliki puncak

(Lampiran 1) yang teridentifikasi sebagai senyawa

metil 9-oktadekenoat, sehingga dapat disimpulkan

bahwa puncak nomor 2 adalah senyawa metil

9-oktadekenoat.

Spektrum dari puncak 3 pada Gambar 1.

(Lampiran 1) serupa dengan spectrum c2 (Wiley8)

pada Gambar 4. (Lampiran 1) yang teridentifikasi

sebagai senyawa metil heptadekanoat, sehingga

dapat disimpulkan bahwa puncak nomor 3 adalah

senyawa metil heptadekanoat.

Menurut Mc. Lafferty umumnya metil ester

rantai panjang tidak bercabang menunjukkan

puncak dasar 74 yang merupakan ekspresi dari

kation (CH3COOCH3) .

Selanjutnya beberapa

pemecahan yang khas seperti m/e 56, 42 dan 28

kemungkinan merupakan fragmen alkena [9] yang

ditunjukkan pada Gambar 5 dan 6 (Lampiran 1).

Komposisi kimia penyusun minyak biji petai Cina

pada Tabel 1.(Lampiran 2) menunjukkan adanya 3

komponen utama yaitu metil pentadekanoat, metil

9-oktadekenoat dan metil heptadekanoat.

Kandungan metil 9-oktadekenoat dalam minyak

biji petai Cina sangat dominan dalam minyak

nabati yaitu sebesar 74.82%.

Dari Tabel 1. (Lampiran 2) terlihat bahwa

kandungan asam lemak jenuh pada minyak biji

petai Cina mencapai 25,18% sedangkan

kandungan asam lemak tidak jenuh mencapai

74.82%. Hasil ini tidak berbeda jauh dari penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa minyak biji

petai Cina mengandung 26-29% asam-asam

lemak jenuh dan 71-73% asam-asam lemak tidak

jenuh [4]. Akan tetapi hasil komposisi kimia

minyak biji petai Cina tidak sesuai dengan

penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa

komposisi utama minyak biji petai Cina adalah

asam linoneat, asam eicosanoat dan asam

lignoserat [3]. Perbedaan ini disebabkan karena

komposisi asam lemak dapat dipengaruhi oleh

faktor genetik, lingkungan, dan interaksi antara

(33)

Pengaruh lama waktu ekstraksi terhadap sifat

fisiko-kimiawi minyak biji petai Cina

Hasil ekstraksi minyak biji petai Cina berwarna

coklat kehijauan. Hasil penelitian ini sesuai

dengan laporan penelitian [4 dan 11] yang

menyatakan bahwa minyak biji petai Cina

bewarna hijau hingga coklat. Rerata rendemen

dan sifat fisiko-kimiawi minyak biji petai Cina antar

berbagai lama waktu ekstraksi disajikan pada

Tabel 2 (Lampiran 2).

Rendemen

Dari Tabel 2. (Lampiran 2) terlihat bahwa

rendemen minyak biji petai Cina meningkat

sejalan dengan lama waku ekstraksi. Semakin

lama waktu ekstraksi semakin tinggi rendemen

yang diperoleh karena terjadinya kontak antara

bahan dengan pelarut semakin besar sampai

batas tidak ada yang terekstraksi [12].

Kadar Air

Pengujian kadar air merupakan salah satu

parameter yang dapat mempengaruhi tingkat

ketahanan minyak terhadap kerusakan.

Terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau

lemak dapat mengakibatkan terjadinya reaksi

hidrolisis yang ditunjukkan pada gambar 7

(Lampiran 1). Minyak atau lemak akan diubah

menjadi asam lemak bebas dan gliserol [13].

Dari Tabel 2 (Lampiran 2) terlihat bahwa kadar

air minyak biji petai Cina antar berbagai lama

waktu ekstraksi 5, 7, dan 9 jam sama yaitu

berkisar antara 6,68 ± 1,61% sampai 7,90 ±

1,75%.

Bilangan Asam

Bilangan asam merupakan salah satu

parameter yang menentukan kualitas suatu

minyak yang menunjukkan jumlah asam lemak

bebas yang terkandung dalam minyak akibat

proses hidrolisis. Semakin tinggi nilai bilangan

asam suatu minyak, maka akan semakin tinggi

pula tingkat kerusakannya karena jumlah molekul

trigliserida yang terhidrolisisnya pun lebih banyak.

Dengan demikian, kualitas dari minyak tersebut

akan semakin rendah [14].

Tabel 2 (Lampiran 2) menunjukkan bahwa

bilangan asam minyak biji petai Cina dalam waktu

ekstraksi 9 jam lebih rendah. Hal ini terkait dengan

asam lemak bebas berantai pendek yang bersifat

mudah menguap [13]. Sehingga pada lama waktu

ekstraksi 9 jam diperkirakan asam lemak bebas

pada minyak sebagian akan menguap. Di samping

itu, bilangan asam yang tinggi diakibatkan adanya

kerja enzim lipase yang dapat menghidrolisa

lemak akan tetapi enzim menjadi inaktif pada suhu

tinggi [13].

Jika dibandingkan dengan anggota suku

Leguminosae yang lain, standar mutu bilangan

asam minyak kedelai maksimum 3 [13] dan

minyak biji Albizia julibrissin yaitu 5,08 ± 0,11 mg

KOH/g lemak. Bilangan asam minyak biji petai

Cina termasuk tinggi sehingga hal ini menandakan

terjadinya reaksi hidrolisis pada saat proses

ekstraksi [6].

Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan merupakan jumlah

alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan

sejumlah contoh minyak dan besarnya bilangan

(34)

Minyak yang berbobot molekul rendah akan

mempunyai bilangan penyabunan yang lebih

tinggi daripada minyak yang berbobot molekul

tinggi [13].

Tabel 2 (Lampiran 2) menunjukkan nilai

bilangan penyabunan sama antar lama waktu

ekstraksi. Akan tetapi bilangan penyabunan

minyak biji petai Cina terbilang rendah yaitu

berkisar antara 46,75 ± 0,15 sampai 50,02 ± 0,15

mg KOH/g, jika dibandingkan dengan anggota

suku Leguminosae yang lain, dengan standar

mutu minyak kedelai yaitu minimum 190 mgKOH/g

[13] sedang minyak biji A. julibrissin yaitu 190,63 ±

0,73 mg KOH/g [6].

Rendahnya nilai bilangan penyabunan ini

disebabkan karena kandungan asam lemak pada

minyak petai Cina tersusun atas asam lemak

jenuh dan tidak jenuh berantai panjang (Tabel 1.)

sehingga bobot molekulnya relatif besar.

Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida adalah nilai terpenting

untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak

atau lemak. Peroksida terbentuk karena asam

lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada

ikatan rangkapnya [13].

Dari Tabel 2 (Lampiran 2) terlihat bahwa

bilangan peroksida minyak biji petai Cina

meningkat sejalan dengan lama waku ekstraksi

dan sama pada waktu ekstraksi 7 dan 9 jam. Hasil

ini menunjukkan menandakan bahwa semakin

tinggi lama waktu ekstraksi maka kualitas minyak

yang dihasilkan semakin rendah.

Jika dibandingkan dengan anggota suku

Leguminosae yang lain, standar mutu bilangan

peroksida minyak kedelai 1,52 ± 0,05 meq.O2/kg

dan minyak biji A. julibrissin yaitu 6,61 ± 0,18

meq.O2/kg [6]. Bilangan peroksida minyak biji

petai Cina tergolong tinggi hal ini dikarenakan

proses pembentukan peroksida ini dapat

dipercepat oleh panas (cahaya), suasana asam,

kelembaban udara dan katalis [13].

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Komponen utama penyusun minyak biji petai

Cina adalah asam oleat 74,82%, asam

pentadekanoat 20,51%, dan asam

heptadekanoat 4,67%.

2. Antar lama waktu ekstraksi tidak berpengaruh

terhadap kadar air dan bilangan penyabunan,

untuk bilangan peroksida semakin lama waktu

ekstraksi maka kualitas minyak semakin

rendah, sebaliknya untuk bilangan asam

semakin lama waktu ekstraksi maka kualitas

minyak semakin bagus.

Ditelaah dari kandungan asam lemak tidak

jenuh yang relatif tinggi yang terdapat dalam

minyak biji petai Cina maka minyak biji petai Cina

sangat bermanfaat sebagai bahan dasar kosmetik,

pangan maupun energi, sehingga berpotensi

(35)

DAFTAR RUJUKAN

[1] Suprihatin. Hidrolisis Protein dari Buah Lamtoro.

UNESA University Press, 2009.

[2] Arifin, L., “Pematahan Dormansi Benih pada

Benih Lamtoro (Leucaena leucocephala)”,

2013.

[3] Aderibigbe S.A., Adetunji O. A. and Odeniyi

M.A.,“Antimicrobial and Pharmaceutical

Properties of The Seed Oil of Leucaena

leucocephala (Lam.) De Wit

(Leguminosae)”. Afr. J. Biomed Res.,

63-68, 2011.

[4] Sethi, P. and P.R. Kulkarni, “Leucaena

leucocephala: A Nutrition Profile”. Food and

Nutrition Bulletin, 16: 3, 1995.

[5] Garcia-Fayos, B., J. M. Arnal, G. Verdu, A.

Sauri, “Study of Moringa Oleifera Oil Extraction and Its Influence in Primary

Coagulant Activity for Drinking Water”.

International Conference on Food

Inovation, 2010.

[6] Nehdi, I., “Characteristics, Chemical

Composition and Utilisation of Albizia

Julibrissin Seed Oil”, Science Direct

Industrial Crops and Products, 30-34, 2011.

[7] Badan Standarisasi Nasional Indonesia. SNI

01-3555-1998: Cara Uji Lemak dan Minyak

[8] Steel, R.G.D dan J.H. Torrie, Prinsip dan

Prosedur Statistika Suatu Pendekatan

Biometrik. Gramedia, 1980.

[9] Ismiyarto, S. A. Halim dan P. J. Wibawa. 2006.

Identification of Fatty Acid Compotition in

Turi Seed Oil. JSKA. Vol IX. No 1.

[10] Trustinah dan A. Kasno, 2012. Karakterisasi

Kandungan Asam Lemak Beberapa

Genotipe Kacang Tanah. Malang.

[11] Mohamed EA and Khadiga AA., “Chemical

composition and amino acids profile of

Leucaena leucocephala seeds”.

International Journal of Poultry Science 8,

10: 966-970, 2009.

[12] Suryandari, S., 1981. Pengambilan Oleoresin

Jahe dengan cara Solvent extraction.

BBIHP. Bogor. 15hal.

[13] Ketaren S., Minyak dan Lemak Pangan, Ed. 1.

UI-Press, 1986.

[14] Wildan A., D. Ingrid A., I. Hartati, Widayat,

“Optimasi Pengambilan Minyak dari Limbah

Padat Biji Karet dengan Metode

Sokhletasi”. Momentum Vol. 8, No.2, pp 52-55, 2012.

[15]Dessy, “Pengaruh Suhu Pemanasan Biji Jarak,

Waktu dan Tekanan Pengempaan Dingin

Terhadap Mutu Minyak Biji Jarak (Ricinus

(36)

Lampiran 1.

Gambar 1. Kromatogram KG-MS metil ester minyak biji petai Cina

(a1)

(a2)

Gambar 2. Perbandingan Spektrum massa metil ester minyak biji petai Cina dengan database Wiley8

(a1) metil pentadekanoat minyak biji petai Cina (a2) metil pentadekanoat Wiley8

(b1)

(b2)

Gambar 3. Perbandingan spektrum massa metil ester minyak biji petai Cina dengan data base Wiley8

(37)

Lampiran 1. (Lanjutan)

(c1)

(c2)

Gambar 4. Perbandingan Spektrum massa metil ester minyak biji petai Cina dengan data base Wiley (b1)

metil heptadekanoat minyak biji petai Cina (b2) metil heptadekanoat Wiley8

(38)

Gambar 6. Usulan Pola Fragmentasi Metil 9-Oktadekenoat

(39)

Lampiran 2. (Lanjutan) SN-KPK VI Universitas Sebelas Maret, 21 Juni 2014 Lampiran 2.

Tabel 1. Komposisi Senyawa-Senyawa Penyusun Minyak Biji Petai Cina (L. leucochepala) Indeks

Tabel 2. Rerata parameter fisiko-kimiawi minyak biji petai Cina antar variasi lama waktu ekstraksi

Keterangan : * SE : Simpangan Baku Taksiran * W : Beda Nyata Jujur 5%

* Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata sedangkan angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata.

Gambar

Tabel 1.  Rerata parameter fisiko-kimiawi minyak biji petai Cina  antar variasi
Gambar 1. Reaksi Hidrolisis Minyak/ Lemak (Ketaren, 1986)
Gambar 2. Kromatogram KG-MS metil ester minyak biji petai Cina
Gambar 4. Perbandingan Spektrum massa metil ester minyak biji petai Cina dengan database Wiley8 (a1) metil pentadekanoat minyak biji petai Cina (a2) metil pentadekanoat Wiley8 Spektrum c1 dari puncak 3 pada Gambar 2 serupa dengan spectrum c2 (Wiley8) pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Waters (2015) mengenai “Strength-Based Parenting dan Kepuasan Hidup pada remaja” menunjukkan bahwa remaja memiliki kepuasan hidup yang

Sehubungan dengan pelaksanaan ibadah online bersama gereja-gereja di dalam lingkungan GKI Klasis Priangan, yang dikoordinasi oleh BPMK GKI Klasis Priangan, pada hari ini,

Hasil yang menunjukkan bahwa perputaran persediaan ini memiliki pengaruh terhadap profitabilitas menjadikan hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan

Loyalitas para SPG ini merupakan salah satu insentif yang juga menambah kenyamanan para calon konsumen untuk menggunakan atau mencoba produk yang ditawarkan,

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro angkatan 2014 mengenai pengalaman stres yang mempengaruhi

Nanopartikel logam memiliki elektron bebas sehingga dapat memberikan pita serapan Resonansi Permukaan Plasma (SPR) dikarenakan terdapat getaran gabungan elektron

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas

Hasil pengelompokkan dan distribusi patotipe bakteri Xoo yang berasal dari areal pertanaman padi di Sulawesi Selatan menunjukkan keragaman varietas dengan