• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Batang Tumbuhan Mangga (Mangifera Indica L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Batang Tumbuhan Mangga (Mangifera Indica L)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG

TUMBUHAN MANGGA

(Mangifera indica L)

SKRIPSI

EKA MAULINA PASARIBU

080822024

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN MANGGA(Mangifera indica L)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana Sains

EKA MAULINA PASARIBU 080822024

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA

DARI KULIT BATANG MANGGA

(Mangifera indica L)

Kategori : SKRIPSI

Nama : EKA MAULINA PASARIBU

Nomor Induk Mahasiswa : 080822024

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Juni 2011

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

(Drs. Philipus. H. Siregar) (Sovia Lenny, Ssi, Msi )

NIP 195805041986011002 NIP 19751018200032001

Diketahui/Disetujui Oleh:

Departemen Kimia FMIPA USU

(DR.Rumondang Bulan, MS)

(4)

PERNYATAAN

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI KULIT BATANG TUMBUHAN MANGGA (Mangifera indica L)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

(5)

PENGHARGAAN

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kasih dan rahmatNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Ucapan terima kasih yag sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orangtua, Ayahanda P.Pasaribu, SH dan Ibunda M.br Sinaga atas segala doa, motivasi dan nasehat yang tiada henti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, dan kepada adik-adik penulis Cyputra Marcus, Nancy Yohana, Evan Nathanael dan Vina Anasthasia Pasaribu.

Dengan segala kerendahan hati penulis juga ingin menyampaikan terimakasih yang begitu besar kepada:

1. Ibu Sovia Lenny, S.Si, M.si, selaku dosen pembimbing 1 dan dosen akademis yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian penelitian dan penyempurnaan skripsi.

2. Bapak Drs. Philippus Siregar, M.si selaku pembimbing 2 yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi.

3. Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, M.S dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, Msc serta semua dosen di Departemen Kimia FMIPA USU Khususnya Dosen Kimia Bahan Alam.

4. Analis Laboratorium LIPI Serpong-Tangerang, pegawai di FMIPA USU.

5. Abang yang kukasihi Jolly Marpaung, Amd yang memberikan banyak dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. .

6. Teman-teman Kimia Ekstensi stambuk 2008 dan rekan-rekan asisten Kimia Bahan Alam yang selaku membantu penulis dalam melakukan penelitian. 7. Mariska Hutajulu selaku rekan satu penelitian penulis di laboratorium Kimia

Bahan Alam.

8. Kak Mia, Fransiska, Tini, Nova dan Neeta selaku sahabat-sahabat yang memberikan banyak dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Tuhan memberkati kita semua.

Medan, Juni 2011

Penulis

(6)

ABSTRAK

(7)

THE ISOLATION FLAVONOID COMPOUND FROM FRUITS OF MANGGO (Mangifera indica L)

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

3.3. Prosedur Penelitian 33

3.3.1. Penyedian Sampel 33

(9)

3.3.2.1. Uji Busa 33 3.3.2.2. Skrining Fitokimia 34

3.3.3. Prosedur Untuk Memperoleh Senyawa Kimia dari Ekstrak Kulit

Batang Tumbuhan Mangga 34

3.3.4. Analisis Kromatografi Lapis Tipis 35 3.3.5. Isolasi Senyawa Flavonoida Dengan Kromatografi Kolom 35

3.3.6. Pemurnian 36

3.3.7. Uji Kemurnian Hasil Isolasi Dengan Kromatografi Lapis Tipis 36

3.3.8. Penentuan Titik Lebur 37

3.3.9. Analisis Spektroskopi Senyawa Hasil Isolasi 37

3.4. Bagan Penelitian 38

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 39

4.2. Pembahasan 40

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 42

5.2. Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar Tumbuhan Mangga 45

Lampiran 2. Determinasi Tumbuhan Mangga 46

Lampiran 3. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Senyawa Hasil Isolasi Melalui

Penampakan Noda dengan Pereaksi 47 Lampiran 4. Spektrofotometri UV-Visible Senyawa Hasil Isolasi 48 Lampiran 5.Spektrum Infra Merah Senyawa Hasil Isolasi 49 Lampiran 6. Spektrum Senyawa Pembanding Inframerah 50 Lampiran 7. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Proton Senyawa Hasil Isolasi 51

(12)

ABSTRAK

(13)

THE ISOLATION FLAVONOID COMPOUND FROM FRUITS OF MANGGO (Mangifera indica L)

ABSTRACT

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Berbagai jenis tumbuhan mengandung senyawa metabolit sekunder, seperti alkaloid,

flavonoid, steroid, terpenoid, saponin dan lain-lain. Senyawa metabolit sekunder yang

terdapat dalam tumbuhan merupakan zat bioaktif yang berkaitan dengan kandungan

kimia dalam tumbuhan, sehingga sebagian tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan

obat. Tanpa adanya suatu senyawa bioaktif dalam tumbuhan secara umum tumbuhan

tersebut tidak dapat digunakan sebagai obat.

Menurut penelitian masa kini, obat-obat tradisional memang bermanfaat bagi

kesehatan dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau

masyarakat baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak

digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek

samping karena masih bisa dicerna oleh tubuh. Bagian dari obat tradisional yang bisa

dimanfaatkan adalah akar, rimpang, kulit batang, buah, daun dan bunga (Ulya,2007).

Salah satu dari tumbuhan yang biasa digunakan sebagai tumbuhan obat adalah

tumbuhan Mangga (Mangifera indica L) famili Anarcardiaceae. Tumbuhan Mangga

(Mangifera indica) tergolong kelompok buah berdaging dengan bentuk, ukuran,

warna, citarasa yang beranekaragam. Bagian tumbuhan Mangga yang paling penting

dan berguna dalam kehidupan manusia sehari-hari, terutama bagi kesehatan adalah

getah, kulit batang, buah muda, dan buah masak. Getah Mangga dari bagian batang

atau ranting dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk penyakit luar, seperti

eksim, kudis, dan gatal-gatal. Penyakit rematik atau persendian nyeri dapat diobati

(15)

digunakan sebagai manisan, juga berkhasiat sebagai obat beberapa jenis penyakit.

Di India Mangga yang masih hijau digunakan sebagai obat gangguan darah, empedu,

dan pencernaan, membantu pembentukan sel-sel baru, mencegah pendarahan, dan

menyembuhkan sariawan. Selain itu buah Mangga muda dapat berkhasiat untuk

mengatasi diare, disentri, wasir dan sembelit (Rukmana, 1997).

Buah Mangga memiliki kemampuan antioksidatif yang dihasilkan oleh berbagai

senyawa yang terdapat di dalamnya, yaitu betakaroten senyawa yang dapat

memberikan perlindungan terhadap kanker karena dapat menetralkan radikal bebas.

Vitamin E, vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta memperkecil

kemungkinan terjangkitnya berbagai bakteri dan kuman. Buah Mangga juga

mengandung senyawa flavonoid. Kandungan flavonoid dalam buah Mangga yang

mempunyai gugus hidroksi bebas dapat menghambat aktivitas sitokrom (Aminary,

2009).

Tumbuhan Mangga ini sudah pernah diteliti sebelumnya yang mengandung

senyawa kimia yaitu antosianin. Kandungan Antosianin ini dapat ditemukan pada

batang, kulit buah dan daun mangga. Antosianin pada kulit buah Mangga dijumpai

sebagai paenoidin 3-galactoside (Sukartini, 2008).

O- Flavonol dan C- glikosida xanton juga merupakan hasil ekstraksi dari kulit

buah tumbuhan Mangga (Mangifera indica L) dan dikarakterisasi menggunakan alat

HPLC. Diantara komponen yang telah dianalisa, tujuh senyawa merupakan turunan quercetin O-glikosida, dan empat turunan xanton C-glikosida juga telah ditemukan

pada tumbuhan tersebut (Andreas, 2003)

Dari hasil skrinning fitokimia diketahui bahwa di dalam kulit batang Mangga

terdapat senyawa flavonoida. Dari uraian diatas dan berdasarkan literatur, maka

penulis tertarik untuk mengisolasi senyawa kimia bahan alam hayati dari golongan

(16)

1.2.Permasalahan

Bagaimana cara mengisolasi senyawa flavonoida yang terdapat di dalam kulit batang

tumbuhan Mangga (Mangifera indica L)

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa flavonoida dari kulit batang

tumbuhan Mangga (Mangifera indica L)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi ilmiah pada

bidang kimia bahan alam hayati dalam pengembangan ilmu kimia senyawa flavonoida

khususnya pada kulit batang tumbuhan Mangga (Mangifera indica L)

1.5.Lokasi Penelitian

Sampel yang digunakan merupakan kulit batang tumbuhan Mangga Udang dengan

umur sekitar ± 2 tahun diperoleh dari daerah Padangbulan Pasar II, Medan, Provinsi

Sumatera Utara. Penelitian dilakukan di laboratorium kimia Bahan Alam FMIPA

USU. Identifikasi struktur dengan spektrokopi UV-Visible, spektroskopi FT-IR, dan

spektroskopi H-NMR dilakukan di LIPI serpong-Tangerang.

1.6.Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, isolasi senyawa flavonoida dilakukan terhadap kulit batang

(17)

uji skrining fitokimia untuk senyawa flavonoida, yaitu dengan menggunakan pereaksi

FeCl3 5%, NaOH 10%, Mg-HCl dan H2SO4(p).

Tahap isolasi yang dilakukan :

1.Ekstraksi Maserasi

2.Ekstraksi Partisi

3.Analisis Kromatografi Lapis Tipis

4.Analisis Kromatografi Kolom

5.Rekristalisasi

Tahapan analisis hasil isolasi yang dilakukan adalah:

1. Analisis Kromatografi Lapis Tipis

2. Pengukuran titik lebur

3. Identifikasi dengan menggunakan Spektrometri UV-Visible,

Spektrofotometri Infra Merah (FT-IR) dan Spektrofotometri Resonansi

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Mangga

2.1.1. Morfologi Tumbuhan Mangga

Mangga adalah tanaman buah asli dari India. Kini, tanaman ini tersebar di berbagai

penjuru dunia termasuk Indonesia. Tanaman Mangga dapat tumbuh dengan baik di

dataran rendah dan berhawa panas. Akan tetapi, ada juga yang dapat tumbuh di daerah

yang memiliki ketinggian hingga 600 meter di atas permukaan laut. Batang pohon

Mangga tegak, bercabang agak kuat. Kulit tebal dan kasar dengan banyak celah-celah

kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna kulit batang yang sudah tua biasanya

coklat keabuan sampai hitam. Pohon Mangga yang berasal dari biji pada umumnya

tegak, kuat dan tinggi sedangkan yang berasal dari sambungan atau tempel lebih

pendek dan cabang membentang. Daun yang masih muda biasanya berwarna

kemerahan, keunguan, atau kekuningan yang kemudian hari akan berubah pada bagian

permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah

berwara hijau muda. Bunga Mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang

bertangkai panjang, dan berbau harum seperti bunga lili. Kelopak bunga biasanya

bertaju 5. Buah Mangga termasuk buah batu yang berdaging, dengan ukuran dan

bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat, bulat

telur, hingga lonjong memanjang. Panjang buah kira-kira 2.5 -3.0 cm. Kulit buah agak

tebal berbintik-bintik kelenjar, hijau kekuningan atau kemerahan bila masak. Daging

buah jika masak berwarna merah jingga, kuning, berserabut atau tidak, manis sampai

masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji berwarna putih, gepeng

memanjang tertutup endokrap yang tebal, mengayu dan berserat. Biji ini terdiri dari,

(19)

2.1.2. Sistematika Tumbuhan Mangga

Sistematika Tumbuhan Mangga adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

2.1.3. Manfaat Tumbuhan Mangga

Bagian tumbuhan Mangga yang paling penting dan berguna dalam kehidupan manusia

sehari-hari, terutama bagi kesehatan adalah getah, kulit batang, buah muda, dan buah

masak. Getah Mangga dari bagian batang atau ranting dapat dimanfaatkan sebagai

obat tradisional untuk penyakit luar, seperti eksim, kudis, dan gatal-gatal. Penyakit

rematik atau persendian nyeri dapat diobati dengan menggunakan kulit batang pohon

Mangga. Buah Mangga muda selain dapat digunakan sebagai manisan, juga berkhasiat

sebagai obat beberapa jenis penyakit. Di India Mangga yang masih hijau digunakan

sebagai obat gangguan darah, empedu, dan saluran pencernaan. Memakan buah

Mangga muda secara teratur mempunyai daya penyembuh gangguan darah, karena

menambah kelenturan pembuluh darah, membantu pembentukan sel-sel baru,

mencegah pendarahan, dan menyembuhkan sariawan. Selain itu buah Mangga muda

dapat berkhasiat untuk mengatasi diare, disentri, wasir dan sembelit (Rukmana, 1997).

2.1.4. Khasiat Tumbuhan Mangga

Para ahli meyakini mangga adalah sumber karotenoid yang disebut beta crytoxanthin,

yaitu bahan penumpas kanker yang baik. Mangga juga kaya vitamin, antioksidan

seperti vitamin C dan E. Satu buah mangga mengandung tujuh gram serat yang dapat

(20)

kolesterol agar tetap normal. Mangga memiliki sifat kimia dan efek farmakologis

tertentu, yaitu bersifat pengelat (astringent), peluruh urine, penyegar, penambah nafsu

makan dan antioksidan. Kandungan asam galat pada Mangga sangat baik untuk

saluran pencernaan. Sedangkan kandungan riboflavinnya sangat baik untuk kesehatan

mata, mulut, dan tenggorokan. Buah Mangga juga mengandung senyawa flavonoida.

Kandungan flavonoida dalam buah Mangga yang mempunyai gugus hidroksi bebas

dapat menghambat aktivitas sitokrom.

2.2. Senyawa Flavonoida

Flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam

dan yang memiliki potensial sebagai antioksidan serta bioaktifitas sebagai obat.

Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk

daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida ini

berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Namun ada juga flavonoida yang

terdapat pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang dan sekresi lebah.

Dalam sayap kupu - kupu dengan anggapan bahwa flavonoida berasal dari

tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di

dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada golongan tumbuhan yang

tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita (Markham, 1988).

Sekitar 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau

kira-kira 1 x 109 ton/tahun) diubah menjadi flavonoida atau senyawa yang berkaitan

dengannya. Sebahagian besar tanin pun berasal dari flavonoida. Jadi flavonoida

merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar.

Flavonoida merupakan senyawa 15 karbon yang umumnya tersebar di seluruh

dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoida yang berasal dari tumbuhan telah

diidentifikasi. Kerangka dasar flavonoida biasanya diubah sedemikian rupa sehingga

terdapat lebih banyak ikatan rangkap, menyebabkan senyawa itu dapat menyerap

(21)

Sebagian besar flavonoida yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul

gula sebagai glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa

senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari

flavonoida yang berbeda klas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang

berwarna merah, ungu dan biru. Piigmen ini juga terdapat di berbagai bagian

tumbuhan lain, misalnya buah tertentu batang, daun, dan bahkan akar. Sering

flavonoida terikat di sel epidermis. Flavonoida dalam tumbuhan mempunyai fungsi

sebagai pigmen warna, fungsi fisiologis dan patologi, aktivitas farmakologi dan

flavonoida dalam makanan.

Senyawa flavonoida dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan

sehingga baik untuk pencegahan kanker. Manfat lain dari flavonoida ini adalah untuk

melindungi sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi, anti fertilasi,

antidiabetes, diuretik dan sebagai antibiotik (Ulya,2007).

2.2.1. Struktur dasar senyawa flavonoida

Senyawa flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom

karbon, dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga bentuk

susunan C6 –C3 – C6.

Struktur dasar flavonoida dapat digambarkan sebagai berikut:

C C C

A B

Gambar 1. Kerangka dasar senyawa flavonoida

Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol tersubstitusi.

(22)

Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :

Cincin B adalah karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5- terhidroksilasi

C3

Pola biosintesa flavonoida pertama kali disarankan oleh Birch. Menurut Birch, pada

tahap-tahap pertama dari biosintesa flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan

tiga unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2 + C2 + C2).Kerangka C15 yang dihasilkan

dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi

yang diperlukan.

Adapun cincin A dari struktur flavonoida berasal dari jalur poliketida, yakni

kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom

karbon dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur shkimat). Dengan

demikian, kerangka dasar karbon dari flavonoida dihasilkan dari kombinasi antara dua

jalur biosintesa yang utama untuk cincin aromatik, yakni jalur shkimat dan jalur asetat

(23)
(24)

Senyawa-senyawa flavonoida yang terdapat dalam semua bagian tumbuhan

tinggi, seperti bunga, daun, ranting, buah, kayu, kulit kayu, dan akar. Akan tetapi,

senyawa flavonoida tertentu seringkali terkonsentrasi dalam suatu jaringan tertentu,

misalnya antosianidin adalah zat warna dari bunga, buah dan daun.

Sebagian besar dari flavonoida alam ditemukan dalam bentuk glikosida,

dimana unit flavonoida terikat pada suatu gula. Oleh karena itu, ada baiknya bila pada

kesempatan ini diingatkan kembali bahwa secara umum, suatu glikosida adalah

kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui ikatan

glikosida. Pada prinsipnya ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari

alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula.

Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas

komponen-komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding, dan alkohol yang

dihasilkan ini disebut agliko. Lazimnya, residu gula dari glikosida flavonoida alam

ialah glukosa, ramnosa, galaktosa, dan gentibiosa sehingga glikosida tersebut

masing-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.

Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono, di atau triglikosida, dimana satu,

dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoida terikat oleh gula.

Poliglikosida larut dalam air dan hanya sedikit larut dalam pelarut-pelarut organik

seperti eter, benzen, klorofom, dan aseton.

Dari segi struktur, senyawa-senyawa flavonoida turunan flavon dapat dianggap

sebagai 2-arilkromon. Oleh sebab itu, sebagaimana kromon dan kumarin, flavonoid

dapat dideteksi berdasarkan warnanya dibawah sinar tampak atau sinar ultraviolet.oleh

karena itu, karakterisasi flavonoida akhir-akhir ini lazimnya dilakukan dengan

(25)

2.2.3. Klasifikasi Senyawa Flavonoida

Flavonoida merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau

kecuali alga. Flavonoida yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi

(angiospermae) adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O- glikosida, isoflavon C-

dan O-glikosida dan dihidrokhalkon, proantosinidin dan antosianin. Golongan flavon,

flavonol, khalkon, flavanon, dan isoflavon juga sering ditemukan dalam bentuk

aglikonnya.

Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari

kata flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoid yang terbesar jumlahnya dalam

tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana

posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari

1.3-diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin

heterosiklik yang baru (cincin C).

Senyawa-senyawa flavonoida terdiri dari beberapa jenis, tergantung pada

tingkat oksidasi dari rantai propan dari sistem 1,3 diaril propan. Dalam hal ini, flavan

mempunyai tingkat oksidasi yang terendah sehingga senyawa ini dianggap sebagai

senyawa induk dalam tatanama senyawa-senyawa turunan flavon.

Dari berbagai jenis flavonoid tersebut, flavon, flavonol, dan antosianin adalah

jenis yang banyak ditemukan di alam, sehingga seringkali dinyatakan sebagai

flavonoida utama. Sedangkan jenis-jenis flavonoida yang tersebar di alam dalam

jumlah yang terbatas ialah khalkon, flavanon dan leukoantosianidin.

Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga

menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum

sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan

(26)

Flavonoida O-Glikosida

Flavonoida biasanya terdapat sebagai flavonoida O-glikosida, pada senyawa tersebut

satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikat pada satu gula engan ikatan

hemiasetal yang tidak tahan asam. Pengaruh glikosilasi menyebabkan flavonoida

menjadi kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air (cairan). Sifat terakhir ini

memungkinkan penyimpanan flavonoida di dalam vakuol sel. Walaupun gugus

hidroksil pada setiap posisi dalam inti flavonoida dapat diglikosilasi.

Glukosa merupakan gula yang sangat penting umum terlibat, walaupun

galaktosa, ramnosa, xilosa dan arabinosa sering juga terdapat. Gula lain yang

kadang-kadang ditemukan ialah alosa, manosa, fruktosa, apiosa dan asam glukuronat

serta galakturonat.

Flavonoida C-glikosida

Gula juga terikat pada atom karbon flavonoida dan dalam hal ini gula tersebut terikat

langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tidak tahan asam.

Glikosida yang demikian disebut C-glikosida. Sekarang gula yang terikat pada atom C

hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoida. Jenis gula yang

terlibat ternyata jauh lebih sedikit daripada jenis gula pada O-glikosida, biasanya dari

jenis glukosa yang paling umum (misalnya viteksin, orientin), dan juga galaktosa

(misalnya apigenin 8-C galaktosida), ramnosa (misalnya violantin), xilosa (misalnya

visenin -1) dan arabinosa. Jenis aglikon flavonoida yang terlibat juga sangat terbatas.

Walaupun isoflavon, flavanon, dan flavonol kadang-kadang terdapat dalam bentuk

C-glikosida, sebegitu jauh hanya flavon C- glikosida yang paling lazim ditemukan.

Menurut Robinson (1995), flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan

keragaman pada rantai C3 yaitu :

1. Flavonol

Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon

(27)

antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan

merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana

basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada

pengerjaannya masih dapat dilakukan.

O

3-hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi

warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis

glikosida pada flavonol. Flavon stabil terhadap asam kuat dan eternya yang mudah

didealkilasi dengan penambahan HI atau HBr, atau dengan aluminium klorida dalam

pelarut inert. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan luteolin.

Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling

umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula melalui

ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida.

Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa

(28)

3. Isoflavon

Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai

fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai

pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya

tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein)

memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi

kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia

berubah menjadi coklat.

O

O

Struktur Isoflavon

4. Flavanon

Flavanon (biasanya sebagai glikosida) terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di

dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari

tanaman genus prenus dan buah jeruk ; dua glikosida yang paling lazim adalah

neringenin dan hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.

O

O

Struktur Flavanon

(29)

Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika

dibandingkan dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena

konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.

O

O

OH

Struktur Flavanonol

6. Katekin

Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.

Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir

dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat

sebagai antioksidan.

O HO

OH OH

OH OH

Struktur Katekin

7. Leukoantosianidin

Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan

berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin,

(30)

O

OH

HO

OH

Struktur Leukoantosianidin

8. Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam

tumbuhan. Pigmen yng berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir

semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan

buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu

struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin

ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau

glikosilasi. Antosianin ini umumnya tidak terdapat di lumut hati, ganggang, dan

tumbuhan tingkat rendah lainnya, walaupun beberapa antosianin dan flavonoida ada di

lumut tertentu. Antosianin jarang ditemui di gimnospermae, walaupun gimnospermae

mengandung jenis lain dari flavonoida.

O

OH

Struktur Antosianin

9. Khalkon

Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila

dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena

hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas

(31)

O

Struktur Khalkon

10.Auron

Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita.

Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi

kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah

menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995)

HC

O

O

Struktur Auron

Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida dimana

semua flavonoida, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan

semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni:

Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas

Antosianin

bergerak dengan BAA pada kertas. Menghasilkan antosianidin (warna dapat diekstraksi dengan amil alkohol) bila jaringan dipanaskan dalam HCl 2M selama setengah jam.

(32)

Flavon

setelah hidrolisis, berupa bercak coklat redup pada kromatogram Forestal; maksimal spektrum pada 330-350 nm. Mengandung gula yang terikat melalui ikatan C-C; bergerak dengan pengembang air, tidak seperti flavon biasa.

Pada kromatogram BAA beupa bercak redup dengan RF tinggi .

Dengan amonia berwarna merah maksimal spektrum 370-410 nm. Berwarna merah kuat dengan Mg / HCl; kadang – kadang sangat pahit .

Bergerak pada kertas dengan pengembang air; tak ada uji warna yang khas.

2.2.4. Metoda isolasi senyawa flavonoida

a. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Chowdhurry

Pada metoda ini, daun tumbuhan dikeringkan terlebih dahulu sebanyak 100 gram.

Lalu diekstraksi dengan Petroleum Eter (60-80 oC) dalam alat soklet selama 10 jam.

Selanjutnya diekstraksi dengan Benzena selama 10 jam. Ekstrak Benzena diuapkan

pelarutnya, menghasilkan semipadat berwarna coklat. Lalu dilarutkan dalam Eter dan

dipisahkan dalam suasana asam, basa dan netral. Fraksi pertama (ada empat macam)

masing-masing 50 ml dielusi dengan Benzena memberikan residu padat dengan titik

(33)

Kristalisasi dengan Metanol menghasilkan senyawa flavonoida (I), kristal

tidak berwarna dengan titik lebur 156 oC. Penelitian ini juga dilakukan oleh Dreyer,

L., D.,dengan melakukan pengukuran titik lebur, kromatografi lapis tipis dengan

Spektrum Infra Merah. Dari fraksi lima sampai delapan masing-masing dilarutkan

dengan Benzena lalu menghasilkan zat padat berwarna kuning terang dengan titik

lebur 191-193 oC. Kristalisasi dilakukan dengan Metanol menghasilkan Hibiscetin

Hepta Metil Eter, titik lebur 196-197 oC, kristal berwarna kuning sebanyak 50 gram

(Chowdhurry, 1971).

b. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Joshi

Daun tumbuhan yang telah dikeringkan diekstraksi dengan heksana, lalu ekstrak

n-heksana dikromatografi kolom dengan fasa diam alumina, menghasilkan kristal

dengan titik lebur 125-126 oC sebanyak 0,1%. Diidentifikasi, ekotin C23H26O10.

(Joshi, 1969).

c. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Dreyer, L.D

Dalam metoda ini, daun diekstraksi dengan Aseton, kemudian pelarut dievaporasi dan

diperoleh ekstrak pekat. Ektrak pekat yang diperoleh dikromatografi kolom dengan

menggunakan alumina sebagai fasa diam dan Benzena sebagai fasa gerak hingga

dihasilkan residu. Lalu direkristalisasi dengan campuran etil asetat : n-heksana dan

dilanjutkan dengan Metanol. Diperoleh kristal kuning terang, diidentifikasi sebagai

3,3`,4`,5,5`,6,7-hepta metoksi flavon dengan titik lebur 156-157oC (Dreyer, 1968).

d. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Harborne

Dalam metoda ini, daun yang segar dimaserasi dengan MeOH, lalu disaring. Ekstrak

MeOH dipekatkan dengan rotari evaporator. Lalu ekstrak pekat yang dihasilkan,

diasamkan dengan H2SO4 2M, didiamkan, lalu diesktraksi dengan Kloroform. Lapisan

Kloroform diambil, lalu diuapkan, sehingga dihasilkan ekstrak polar pertengahan

(34)

2.2.5. Sifat kelarutan flavonoida

Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa

fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat,

bila dibiarkan dalam larutan basa, dan disamping itu terdapat oksigen, banyak yang

akan terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil, atau suatu gula,flavonoida

merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoida cukup larut dalam pelarut polar

seperti Etanol (EtOH), Metanol (MeOH), Butanol (BuOH), Aseton, Dimetilsulfoksida

(DMSO), Dimetilformamida (DMF), Air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada

flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoida lebih

mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut yang disebut diatas

dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon

yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang

termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti Eter dan Kloroform

(Markham, 1988).

2.3. Teknik Pemisahan

Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan

ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan

komponen-komponen lainnya.

Ada 2 jenis teknik pemisahan:

1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya

perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran yang

akan dipisahkan.

2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada

perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-senyawa yang

(35)

2.3.1. Kromatografi

Kromatografi melibatkan pemisahan terhadap campuran berdasarkan perbedaan

tertentu yang dimiliki oleh senyawanya. Perbedaan yang dapat dimanfaatkan meliputi

kelarutan dalam berbagai pelarut serta sifat polar. Kromatografi biasanya terdiri dari

fasa diam (fasa stationer) dan fasa gerak (fasa mobil).

Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa yang

bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas (Underwood, 1981).

Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat – sifat dari fasa diam,

yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa diam berupa zat padat disebut

kromatografi serapan, jika berupa zat cair disebut kromatografi partisi. Karena fasa

gerak dapat berupa zat cair atau gas maka ada empat macam sistem kromatografi

yaitu:

1. Fasa gerak cair–fasa diam padat (kromatografi serapan):

a.kromatografi lapis tipis

b.kromatografi penukar ion

2. Fasa gerak gas–fasa diam padat, yakni kromatografi gas padat

3. Fasa gerak cair–fasa diam cair (kromatografi partisi), yakni kromatografi

kertas.

4. Fasa gerak gas–fasa diam zat cair, yakni :

a. kromatografi gas–cair

b. kromatografi kolom kapiler

2.3.1.1. Kromatografi lapis tipis

Kromatografi Lapis Tipis digunakan untuk memantau kemajuan reaksi dan untuk

mengenali komponen tertentu.

Kromatografi Lapis Tipis pada plat berlapis yang berukuran lebih besar,

biasanya 5x20 cm, 10x20 cm, atau 20x20 cm. Biasanya memerlukan waktu

(36)

yaitu fase diam atau sifat lapisan, dan fase gerak atau campuran pelarut pengembang.

Fase diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap

atau penyangga untuk lapisan zat cair. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam

pelarut atau campuran pelarut. Umumnya, fase diam bersifat polar, dan senyawa polar

akan melekat lebih kuat pada lempeng daripada senyawa tak polar akibat interaksi

tarik-menarik dipol. Senyawa polar cenderung berdekatan dengan tempat semula

dibandingkan senyawa tak polar. Senyawa tak polar kurang melekat erat pada fase

diam polar sehingga bergerak maju lebih jauh ke atas lempeng. Jadi, jarak tempuh ke

atas lempengan merupakan cerminan polaritas senyawa. Peningkatan polaritas pelarut

akan menurunkan interaksi senyawa dengan fase diam sehingga memungkinkan

senyawa dalam fase gerak bergerak lebih jauh pada lempeng.

Pemisahan senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis seperti senyawa organik

alam dan senyawa organik sintetik dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan alat

yang harganya tidak terlalu mahal. Jumlah cuplikan beberapa mikrogram atau

sebanyak 5 g dapat ditangani. Kelebihan KLT yang lain ialah pemakaian jumlah

pelarut dan jumlah cuplikan yang sedikit. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan

salah satu metode pemisahan yang cukup sederhana yaitu dengan menggunakan plat

kaca yang dilapisi silika gel dengan menggunakan pelarut tertentu (Gritter,1991).

Nilai utama Kromatografi Lapis Tipis pada penelitian senyawa flavonoida

ialah sebagai cara analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit. Menurut

Markham, Kromatografi Lapis Tipis terutama berguna untuk tujuan berikut:

1. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom

2. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom

3. Identifikasi flavonoida secara ko-kromatografi.

4. Isolasi flavonoida murni skala kecil

5. Penyerap dan pengembang yang digunakan umumnya sama dengan penyerap

dan pengembang pada kromatografi kolom dan kromatografi kertas

(37)

2.3.1.2. Kromatografi kolom

Kromatografi cair yang dilakukan dalam kolom besar merupakan metode

kromatografi terbaik untuk pemisahan dalam jumlah besar (lebih dari 1 g). Pada

kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada

bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam, dan

tabung plastik. Pelarut atau fasa gerak dibiarkan mengalir melalui kolom karena

aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita senyawa

linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan dikumpulkan

berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom (Gritter, 1991).

Dengan menggunakan cara ini, skala isolasi flavonoida dapat ditingkatkan

hampir ke skala industri. Pada dasarnya, cara ini meliputi penempatan campuran

flavonoida (berupa larutan) diatas kolom yang berisi serbuk penyerap (seperti

selulose, silika atau poliamida), dilanjutkan dengan elusi beruntun setiap komponen

memakai pelarut yang cocok. Kolom hanya berupa tabung kaca yang dilengkapi

dengan keran pada salah satu ujung (Markham, 1988).

2.3.1.3. Harga Rf (Reterdation Factor)

Mengidentifikasi noda-noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf yang

diidentifikasikan sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat dengan

jarak perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat. Jarak yang

ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk

mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf senyawa tersebut dapat dibandingkan

dengan harga Rf senyawa pembanding.

Jarak perambatan bercak dari titik penotolan

Rf =

Jarak perambatan pelarut dari titik penotolan

(38)

2.3.2. Kristalisasi

Pengkristalan kembali (rekristalisasi) melibatkan pemurnian suatu zat padat dengan

jalan melarutkan zat padat tersebut, mengurangi volume larutannya dengan

pemanasan, dan kemudian mendinginkan larutan. Dengan memanaskan larutan,

pelarut akan menguap hingga larutan mencapai titik lewat jenuh. Saat larutan

mendingin, kelarutan akan berkurang secara cepat dan senyawa mulai mengendap.

Agar rekristalisasi berjalan dengan baik, kotoran setidak-tidaknya harus dapat

larut dalam pelarut untuk rekristalisasi atau mempunyai kelarutan lebih besar daripada

senyawa yang diinginkan. Jika hal ini tidak dipenuhi, kotoran akan ikut mengkristal

bersama senyawa yang diinginkan (Stephen,2003).

2.3.3. Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan

bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang

diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan

suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap

komponen lain dalam campuran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:

1. Tipe persiapan sampel

2. Waktu Ekstraksi

3. Kuantitas pelarut

4. uhu pelarut

5. Tipe pelarut

Ekstraksi dapat dilakukan dengan metoda maserasi, sokletasi, dan perkolasi.

Maserasi merupakan cara penyaringan sederhana yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk dalam pelarut selama beberapa hari dengan temperatur kamar yang

terlindungi dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyaring serbuk halus

(39)

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya yang sederhana. Sedangkan

kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup

lama, pelarut yang digunakan lebih banyak.

Ekstraksi dengan metoda sokletasi dapat dilakukan secara bertingkat dengan

berbagai pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya n-heksana, Eter, Benzena,

Kloroform, Etil asetat, Etanol, Metanol, dan Air.

Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif

terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak yang pekat

biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotarievaporator

(Harborne, 1996).

2.4. Teknik Spektroskopi

Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia–fisika yang mengamati

tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.

Ada dua macam instrumen pada teknik spektroskopi yaitu spektrometer dan

spektrofotometer dan data yang keluar dari instrumen ini disebut spektrum atau

spektra. Spektra dapat diartikan berupa rentangan (range) panjang gelombang atau

frekuensi. Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada bidang fokus

disebut sebagai spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan

detektor yang bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer (Muldja, 1955).

Informasi Spektroskopi Inframerah menunjukkan tipe – tipe dari adanya gugus

fungsi dalam satu molekul dan Resonansi Magnetik Inti yang memberikan informasi

tentang bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen dan juga memberikan informasi

(40)

Walaupun spektrum Inframerah merupakan kekhasan sebuah molekul secara

menyeluruh gugus atom tertentu memberikan penambahan pita-pita pada kerapatan

tertentu, ataupun bangun molekul selebihnya. Keberlakuan seperti itulah yang

memungkinkan kimiawan memperoleh informasi tentang struktur yang berguna serta

mendapatkan acuan bagi peta umum frekuensi gugus khas (Silverstein,1986).

2.4.1. Spektrometri ultra violet

Serapan molekul di dalam derah ultra violet dan terlihat dari spektrum bergantung

pada struktur ultra elektronik dari molekul. Spektra ultraviolet dan terlihat dari

senyawa-senyawa organik yang berkaitan erat dengan transisi-transisi diantara

tingkatan-tingkatan tenaga elektronok. Disebabkan karena hal ini, maka serapan

radiasi ultraviolet/terlihat sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik.

Transisi-transisi tersebut biasanya antara orbital ikatan dan orbital ikatan atau orbital pasangan

bebas dengan orbital non ikatan tak jenuh atau orbital anti ikatan. Panjang gelombang

serapan adalah merupakan ukuran dari pemisahan tingkatan-tingkatan tenaga dari

orbital-orbital yang bersangkutan (Sastrohamidjojo,1991)

Spektrum Flavonoida biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut

Metanol (MeOH) atau Etanol (EtOH). Spektrum khas terdiri atas dua maksima pada

rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan

kekuatan nisbi maksima tersebut memberikan informasi yang berharga mengenai sifat

flavonoida dan pola oksigenasinya. Ciri khas spektrum tersebut ialah kekuatan nisbi

yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon serta

kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan antosianin yang terdapat pada

panjang gelombang yang tinggi.

Ciri spektrum golongan flavonoida utama dapat ditunjukkan sebagai berikut:

(41)

2.4.2. Spektrofotometri infra merah (FT-IR)

Spektrofotometri inframerah sangat penting dalam kimia modren, terutama dalam

daerah organik. Spektrofotometri jenis ini biasanya digunakan untuk menetapkan

gugus fungsional yang terdapat pada sampel. Namun demikian, spektroskopi

inframerah ini tidak dapat memberikan informasi mengenai struktur sebanyak yang

diberikan spektroskopi resonansi magnetik inti proton (1H-NMR).

Spektroskopi inframerah merupakan salah satu alat yang banyak dipakai untuk

mengidentifikasi senyawa, baik alami maupun buatan. Dalam bidang fisika bahan,

seperti bahan –bahan polimer, inframerah juga dipakai untuk mengkarakterisasi

sampel. Suatu kendala yang menyulitkan dalam mengidentifikasi senyawa dengan

inframerah adalah tidak adanya aturan yang baku untuk melakukan interpretasi

spektrum. Karena kompleksnya interaksi dalam vibrasi molekul dalam suatu senyawa

dan efek-efek eksternal yang sulit dikontrol seringkali diprediksi teoretik tidak lagi

sesuai. Pengetahuan dalam hal ini sebahagian besar diperoleh secara empiris dan

(42)

Spektrum inframerah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi

getaran yang berlainan. Pancaran inframerah yang kerapatannya kurang dari 100 cm -1

(panjang gelombang lebih daripada 100 µm) diserap oleh sebuah molekul organik dan

diubah menjadi putaran energi molekul.

Penyerapan energi elektromagnetik dari berbagai panjang gelombang

menghasilkan berbagai eksitasi dalam molekul. Radiasi Inframerah misalnya

bersesuaian dengan energi yang berkaitan dengan getaran molekul. Sebuah cuplikan

yang ditempatkan di dalam spektrofotometer Inframerah dan dikenal radiasi IR yang

berubah panjang gelombang secara berkesinambungan menyerap cahaya jika radiasi

yang masuk bersesuaian dengan energi getaran molekul tertentu. Spektrofotometer

Inframerah memayar daerah rentangan dan lenturan daerah molekul. Penyerapan

radiasi dicatat dan menghasilkan sebuah spektrum Inframerah. Satuan yang ada

kaitannya dengan frekuensi dikenal dengan bilangan gelombang yang dinyatakan

(cm-1) (Stanley, 1988).

Dalam molekul sederhana beratom dua atau beratom tiga tidak sukar untuk

menentukan jumlah dan jenis vibrasinya dan menghubungkan vibrasi-vibrasi tersebut

dengan energi serapan. Tetapi untuk molekul-molekul beratom banyak, analisis

jumlah dan jenis vibrasi itu menjadi sukar sekali atau tidak mungkin sama sekali,

karena bukan saja disebabkan besarnya jumlah pusat – pusat vibrasi, melainkan

karena juga harus diperhitungkan terjadinya saling mempengaruhi (interaksi) beberapa

pusat vibrasi.

Vibrasi molekul dapat dibagi dalam dua golongan , yaitu vibrasi regang dan vibrasi

lentur.

Vibrasi regang

Di sini terjadi terus menerus perubahan jarak antara dua atom di didalam suatu

molekul. Vibrasi regang ini ada dua macam yaitu vibrasi regang simetris dan tak

simetri.

2.Vibrasi lentur

Di sini terjadi perubahan sudut antara dua ikatan kimia. Ada empat macam vibrasi

(43)

vibrasi rocking dan vibrasi keluar bidang yang dapat berupa waging atau berupa

twisting (Noerdin, 1985)

2.4.3. Spektrofotometri resonansi magnetik inti proton (1H-NMR)

Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton merupakan alat yang berguna pada

penentuan struktur molekul organik. Teknik ini memberikan informasi mengenai

berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul. Struktur NMR memberikan informasi

mengenai lingkungan kimia atom hidrogen, jumlah atom hidrogen dalam setiap

lingkungan dan struktur gugusan yang berdekatan dengan setiap atom hidrogen

(Cresswell, 1982).

Spektroskopi resonansi magnetik nuklir yang paling umum dikenal sebagai

spektroskopi 1H-NMR, adalah nama yang diberikan kepada teknik yang

mengeksploitasi sifat magnetik inti tertentu. Frekuensi resonansi, penyerapan energi

dan intensitas sinyal sebanding dengan kekuatan medan magnet.

Spektrometri Resonansi Magnetik Inti pada umumnya digunakan untuk :

1. Menentukan jumlah proton yang dimiliki lingkungan kimia yang sama

pada suatu senyawa organik.

2. Mengetahui informasi mengenai struktur suatu senyawa organik.

Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua

proton-proton dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa

kadang-kadang menunjukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa

memberikan penaikan menjadi puncak absorbsi tungal dalam spektrum NMR. Di

dalam medan magnet, perputaran elektron-elektron valensi dari proton menghasilkan

medan magnet yang melawan medan magnet yang digunakan. Hingga setiap proton

dalam molekul dilindungi dari medan magnet yang digunakan dan bahwa besarnya

perlindungan ini tergantung pada kerapatan elektron yang mengelilinginya. Makin

besar kerapatan elektron yang mengelilingi inti, maka makin besar pula medan yang

(44)

Senyawa yang paling lazim dan paling berguna dipakai sebagai acuan adalah

tetrametilsilan (TMS). Senyawa ini mempunyai beberapa kelebihan; lamban seacara

kimia, isotop magnet, serta larut dalam kebanyakan pelarut organik; TMS

memberikan puncak serapan tajam tunggal serta menyerap pada medan lebih tinggi

(45)

BAB 3

9. Neraca Analitis Mettler PM 480

10. Alat pengering Memmers

11. Rotari evaporator Buchi B-480

12. Labu alas 500 ml Pyrex

13. Alat pengukur titik lebur

14. Statif dan klem

20. Bejana Kromatografi Lapis Tipis

21. Spektrofotometer FT-IR

22. Spektrofotometer UV-Visible

23. Spektrofotometer 1H-NMR

24. Kertas Saring

(46)

3.2. Bahan-Bahan

1. Kulit batang tumbuhan Mangga (Mangifra indica L)

2. Metanol

3. n-heksana

4. Klorofom p.a E.Merck

5. Aquades

6. Silika gel 60 Gtype G E.Merck Art. 554

7. Pereaksi Feri Klorida 5%

8. Pereaksi Natrium Hidroksida 10%

9. Pereaksi H2SO4(p)

10. Pereaksi Mg-HCl

11. Etil Asetat

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Penyediaan Sampel

Sampel yang diteliti adalah kulit batang tumbuhan Mangga yang diperoleh dari daerah

Padangbulan, Pasar II, Sumatera Utara. Kulit batang tumbuhan Mangga dikeringkan,

lalu dihaluskan sampai diperoleh serbuk kulit batang Mangga sebanyak 640 g.

3.3.2 Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Tumbuhan Mangga

Serbuk kulit batang tumbuhan Mangga diidentifikasi dengan menggunakan cara:

1.Uji busa

2.Skrining fitokimia

3.3.2.1. Uji Busa

Ekstrak metanol kulit batang tumbuhan Mangga sebanyak 10ml dimasukkan ke dalam

(47)

Lalu dikocok–kocok dengan kuat hingga terbentuk busa dan didiamkan selama 10

menit. Ternyata busa hilang yang membuktikan bahwa di dalam kulit batang

tumbuhan Mangga tidak terdapat senyawa glikosida .

3.3.2.2. Skrining Fitokimia

Untuk mengetahui adanya senyawa flavonoida pada kulit batang Mangga, maka

dilakukan uji pendahuluan secara kualitatif sebagai berikut :

Prosedur :

Dimasukkan ± 10 gram serbuk halus kulit batang tumbuhan Mangga (Mangifera

indica L) yang telah dikeringkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan metanol ± 10 ml. Didiamkan. Disaring. Dibagi ekstrak metanol ke dalam 4 tabung reaksi.

Ditambahkan masing-masing pereaksi

a. Tabung I : dengan Fecl3 5% menghasilkan larutan berwarna hitam

b. Tabung II : dengan H2SO4(p) menghasilkan larutan orange kekuningan

c. Tabung III : dengan Mg-HCl menghasilkan larutan berwarna merah muda

d. Tabung IV : dengan NaOH10% menghasilkan larutan berwarna biru violet

3.3.3. Prosedur Untuk Memperoleh Senyawa Flavonoida dari Ekstrak Pekat Kulit Batang Mangga

Serbuk kulit batang Mangga ditimbang sebanyak 640g, dimasukkan ke dalam bejana

dan ditambahkan dengan pelarut metanol sampai semua sampel terendam oleh pelarut

dan dibiarkan selama 48 jam dan sesekali diaduk. Maserat disaring dan diperoleh

ekstrak berwarna hijau. Maserasi dilakukan berulang kali dengan menggunakan

pelarut metanol sampai ekstrak metanol yang diperoleh memberikan hasil uji yang

(48)

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan alat rotarievaporator

sehingga diperoleh ekstrak pekat metanol, kemudian diekstraksi partisi dengan

menggunakan pelarut n-heksana, sehingga terbentuk lapisan n-heksana dan lapisan

metanol. Kemudian ditambahkan pelarut etil asetat, dan disaring. Selanjutnya fraksi

etil asetat dipekatkan dengan alat rotarievaporator sehingga diperoleh ekstrak pekat

etil asetat sebanyak 6,50 gram.

3.3.4. Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Analisis Kromatografi Lapis Tipis dilakukan terhadap ekstrak etil asetat dengan

menggunakan fasa diam silika gel 60F254. Fasa gerak yang digunakan adalah

campuran kloroform : metanol dengan perbandingan (90 : 10)v/v ; (80 : 20)v/v;

(70:30)v/v; (60:40)v/v;(50:50)v/v.

Prosedur:

Dimasukkan 10 ml larutan fase gerak kloroform : metanol (90:10)v/v ke dalam bejana

kromatografi kemudian dijenuhkan .Ditotolkan ekstrak pekat etil asetat pada plat

KLT. Dimasukkan plat ke dalam bejana yang telah berisi pelarut yang telah

dijenuhkan, lalu ditutup dan dielusi. Plat yang telah dielusi dikeluarkan dari bejana,

lalu dikeringkan. Diamati warna bercak yang timbul dan dihitung harga Rf yang

diperoleh. Perlakuan yang sama dilakukan untuk perbandingan pelarut etil asetat :

metanol (90:10)v/v ; (80:20)v/v ;(70 :30)v/v ;(60:40)v/v ;(50:50)v/v. Hasil pemisahan

yang baik diberikan pada fase gerak kloroform : metanol (90:10)v/v.

3.3.5. Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatografi Kolom

Isolasi senyawa flavonoida secara kromatografi kolom dilakukan terhadap ekstrak

pekat etil asetat kulit batang mangga yang telah diperoleh. Fasa diam yang digunakan

adalah silika gel 60 G dan fasa gerak adalah campuran pelarut Kloroform : Metanol

(49)

Prosedur:

Dirangkai seperangkat alat kolom kromatografi. Terlebih dahulu dibuburkan silika gel

60 G dengan menggunakan n-heksan, diaduk-aduk hingga homogen lalu dimasukkan

ke dalam kolom kromatografi. Kemudian dielusi dengan menggunakan n-heksan

100% hingga silika gel padat dan homogen. Dimasukkan 6.50 g ekstrak etil asetat

kulit batang mangga ke dalam kolom kromatografi yang telah berisi bubur silika gel di

puncak kolom, lalu ditambahkan fasa gerak kloroform : metanol (90 : 10) ; (80 : 20) ;

(70 : 30) ; (60 : 40)v/v secara perlahan – lahan, dan diatur sehingga aliran fasa yang

keluar dari kolom sama banyaknya dengan penambahan fasa gerak dari atas . Hasil

yang diperoleh ditampung dalam botol vial setiap 10 ml , lalu di KLT dan digabung

fraksi dengan harga Rf yang sama. Setelah itu diuji flavonoida dan diuapkan sampai

pelarutnya habis sehingga terbentuk kristal.

3.3.6. Pemurnian

Kristal yang diperoleh dari fraksi yang terbanyak yaitu pada fraksi 29-33 dilakukan

pemurnian kristal untuk memastikan kemurniannya.

Prosedur:

Senyawa pada fraksi 29-33 dilarutkan dengan etil asetat, kristal hasil isolasi larut

sedangkan pengotor tidak larut, kemudian filtrat dipisahkan dan diuapkan kembali.

3.3.7. Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Uji kemurnian kristal dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan

fasa diam silika gel 60 F254 dengan fasa gerak kloroform : metanol (90:10) v/v.

Prosedur:

(50)

Ditotolkan kristal yang sebelumnya dilarutkan pada plat KLT .Dimasukkan plat KLT

tersebut ke dalam bejana kromatografi yang telah jenuh . Setelah pelarut fasa gerak

merembes sampai batas tanda plat KLT dikeluarkan dari bejana, dikeringkan dan noda

yang terlihat di bawah lampu UV berwarna kuning kemudian difiksasi dengan

menggunakan pereaksi FeCl3 5% menghasilkan noda berwarna hitam yang

menunjukkan bahwa senyawa tersebut positif flavonoida.

3.3.8. Penentuan Titik Lebur

Senyawa hasil isolasi yang telah murni, dimasukkan ke dalam alat pengukur titik

lebur, diamati perubahan temperatur sampai diperoleh kristal melebur.

3.3.9. Analisis Spektroskopi Kristal Hasil Isolasi

Analisis Spektrofotometer UV-Visible, Spektrofotometer Inframerah,

Spektrofotometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) dilakukan di LIPI

(51)

3.4. Bagan Penelitian

Diskrining fitokimia

Dimaserasi dengan methanol selama ±48 jam Disaring

Ditampung setiap fraksi sebanyak 10 ml dalam botol vial

Di KLT tiap fraksi dengan menggunakan eluen klorofom : metanol (90 :10)v/v

Ekstrak etil asetat Ekstrak metanol ( tak diteliti lebih lanjut ) Lapisan metanol Lapisan n-heksana

(52)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Dari hasil skrining pendahuluan terhadap ekstrak metanol dari kulit batang Mangga

dengan adanya penambahan pereaksi-pereaksi warna untuk menentukan golongan

senyawa kimia yang dikandung dengan menggunakan pereaksi flavonoid yakni;

H2SO4(p), NaOH 10 % , FeCl3 5 % dan Mg – HCl menunjukkan bahwa di dalam kulit

batang Mangga mengandung adanya senyawa flavonoida.

Dari hasil kromatografi lapis tipis dengan menggunakan adsorben silika gel

60F254, dapat diketahui bahwa pelarut yang baik untuk mengisolasi senyawa

flavonoida dari kulit batang tumbuhan Mangga adalah kloroform : metanol pada

perbandingan (90:10)v/v.

Dari hasil isolasi kulit batang Mangga diperoleh senyawa berwarna kuning

berbentuk kristal sebanyak 41 mg dengan titik lebur 150-152oC.

Dari hasil analisis Spektrofotometer ultra violet –visible ( UV – Visible )

dengan pelarut metanol memberikan panjang gelombang maksimum ( λ maks ) 280,4

nm dan 212 nm(Lampiran D).

.

Hasil analisis Spektrofotometer FT-IR dari senyawa hasil isolasi menunjukkan

pita serapan sebagai berikut :

1. Pada bilangan gelombang 3493,09 cm-1, menunjukkan adanya vibrasi dari

(53)

2. Pada bilangan gelombang 1639,49 cm-1, menunjukkan adanya vibrasi C = O

3. Pada bilangan gelombang 1512,19 cm-1-1608,63 cm -1 menunjukkan adanya

vibrasi C=C

4. Pada bilangan gelombang 1460,11 cm-1, menunjukkan vibrasi CH2

5. Pada bilangan gelombang 1371,39 cm-1 menunjukkan vibrasi CH3

6. Pada bilangan gelombang 1031,92 cm-1 - 1263,37 cm-1 menunjukkan C-O

dari gugus eter.

7. Pada bilangan gelombang 817,72 cm-1 menunjukkan vibrasi C-H dari senyawa

aromatik.

Hasil analisis Spektrofotometer Resonansi Magnetik Proton (1HNMR) memberikan

pergeseran kimia pada daerah sebagai berikut :

1. Pergeseran kimia pada daerah δ = 0,9377 ppm merupakan puncak singlet

menunjukkan pergeseran kimia proton dari CH3-C-

2. Pergeseran kimia pada daerah δ = 3,3025 ppm merupakan puncak singlet,

3,7777 ppm merupakan puncak singlet menunjukkan pergeseran kimia proton

dari CH3- O –

3. Pergeseran kimia pada daerah δ = 6,8652, merupakan puncak doublet, 7,0988

ppm merupakan puncak singlet menunjukkan pergeseran kimia proton gugus

aromatis.

4. Pergeseran kimia pada daerah δ = 8,1340 ppm merupakan puncak singlet

menunjukkan pergeseran kimia proton gugus OH yang terikat pada cincin

aromatis.

4.2 Pembahasan

Kulit batang tumbuhan Mangga dinyatakan mengandung senyawa flavonoida

berdasarkan hasil skrinning fitokimia yang dilakukan dengan pereaksi FeCl3 5%,

NaOH 10%, H2SO4(p), Mg-HCl.

Dari data spektrum UV-Vis dengan menggunakan pelarut metanol menghasilkan

(54)

panjang gelombang pendek sekitar 283 nm yang menunjukkan bahwa adanya gugus

hidroksil (OH) dari struktur flavon pada posisi C-6 (Albach,2003).

Spektrum UV kristal senyawa yang diperoleh juga bersesuaian dengan spektrum UV

pembanding (Lampiran F) dari senyawa Quarcetin anhydrate

(3,3’,4’,5,7)-pentahydroxyflavone (Charles,1977). Dan hal ini dapat disesuaikan dengan spektrum

1

H-NMR senyawa flavonoida (Lampiran H.1. ).

Dari hasil interpretasi spektrum Resonansi Magnetik Inti Proton (1HNMR),

senyawa hasil isolasi dengan menggunakan pelarut Aseton diperoleh :

1. Pergeseran kimia pada daerah δ = 0,9377 ppm merupakan puncak singlet

menunjukkan pergeseran kimia proton dari CH3 - C.

2. Pergeseran kimia pada daerah δ = 3,32025 ppm merupakan puncak singlet dan

pada daerah δ = 3,7777 ppm merupakan puncak singlet, menunjukkan proton- proton dari CH3-O– yang diduga merupakan substituen berada pada C-3 dan

H-4’ cincin C senyawa flavonoida (Lampiran H.2.) (Mabry,1970)

3. Pergeseran kimia pada daerah δ = 7,0988 ppm merupakan puncak singlet

menunjukkan proton H-8 pada cincin A flavonoida (Lampiran H.2.)

(Mabry,1970)

4. Pergeseran kimia pada daerah δ = 8,1340 ppm merupakan puncak singlet

menunjukkan adanya proton OH yang terikat pada cincin aromatis pada C-6

pada cincin A senyawa flavonoida (Lampiran H.1.) (Mabry,1970).

Berdasarkan analisis data dan interpretasi yang dilakukan pada spektrum UV,

spektrum Infra Merah (FT-IR) dan spektrum Resonansi Magnetik Inti Proton

(1H-NMR) dapat diduga bahwa kristal bewarna kuning yang telah diisolasi dari kulit

batang tumbuhan Mangga (Mangifera indica L) adalah senyawa flavonoida jenis

(55)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Hasil isolasi yang diperoleh dari 640 g kulit batang Mangga merupakan

senyawa berwarna kuning berbentuk kristal sebanyak 41mg.

2. Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia dan analisis Kromatografi Lapis Tipis

dengan penampakan noda menggunakan pereaksi Feri Klorida yang

menghasilkan larutan hitam, Natrium Hidroksida yang menghasilkan larutan

biru violet, pereaksi H2SO4(p) yang menghasilkan larutan orange kekuningan

dan pereaksi Mg-HCl yang menghasilkan larutan merah muda dapat

disimpulkan kristal kuning hasil isolasi merupakan senyawa flavonoida.

3. Dari hasil interpretasi spektrum Inframerah (FT-IR), spektrofotometer

UV-Visible dan juga berdasarkan literatur bahwa kristal hasil isolasi

merupakan senyawa flavonoida jenis flavon.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan analisis Spektroskopi Massa dan 13C-NMR, agar diperoleh

data-data yang lebih mendukung untuk menentukan struktur senyawa

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Albach, Dirk. C.2003.’ Acylated Flavone glycosides from Veronica’Phytochemistry 64,1295-1301.

Andreas, 2003.’Identification of Flavonol and Xanthone Glycosides from Mango (Mangifera indica L) Peels by High-Performance Liquid Chromatography Electrospray Ionization Mass Spectrometry’. Institute of Food Technology, Section Plant Foodstuff Technology, Hohenheim University.Germany.

Aminary, 2009, ‘Pengaruh Perasan Buah Mangga Terhadap Farmakokinetika Parasetamol yang diberikan Bersama secara oral pada Kelinci Jantan’, Skripsi Sarjana. Universitas Muhammadyah Surakarta: Surakarta.

Biemann,K.1983. Tables of Spectral Data for Structure Determination of Organic Compounds ,2nd edition .Spinger –Verlag Berlin Heidelberg. Germany.

Charles,J.P. 1977. The Aldrich Library of Infrared Spectra. Edirtion III. New York.

Creswell, C. J. 1982. Analisa Spektrum Senyawa Organik. Edisi ke-2. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB.

Chowdurry, B.K.1971. Hibiscetin Heptamethyl Ether,a Natural Flavone. Journal Indian Chem .48(1) : halaman.80-82

Dreyer,L.D.1986. Chemataxonomy of The Rutaceae ,Constituent of Murrayapaniculata(Linn.)Jack.The Journal of Organic Chemistry .33(3658): halaman. 3575

Gritter, R. J. 1991. Pengantar kromatografi. Terbitan ke-2. Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB: Bandung.

Harborne, J. B. 1996. Metoda Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Terbitan ke-2. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. ITB. Bandung

Joshi,B.S.1969 .Structure of Exoticin ,a Flavone from the Leaves of Murraya exotica (Linn.). Journal Indian Chem .7, halaman. 636

Mabry, T. J. Dkk. 1970. The Systematic Identification of Flavonoids. New York: Springer Verlag.

(57)

Markham, K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoida. Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung

Muldja, M.H.1995 .Analisis Instrumental.Cetakan ke-1. Airlangga Universitas Press. Surabaya

Nakanishi,K.1974. Natural Products Chemistry.2. Kodansha Ltd. New York

Rukmana, H. 1997. Budidaya Mangga. Kanisius. Yogyakarta.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4. Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung

Stanley, H. 1988. Kimia Organik 1. ITB Press. Bandung.

Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Silverstein, R. M. 1986. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Edisi ke-4. Terjemahan A. J. Hartomo dan Anny Victor Purba. Erlangga. Jakarta

Simanjuntak.2007. Ringkasan Kuliah Kimia Organik Bahan Alam. UNIMED:MEDAN.

Stephen, M.D. 2003.Intisari Kimia Organik. Penerbit Hipokrates. Jakarta.

Sudjadi.1986. Metode Pemisahan, Kanisius. Yogyakarta.

Sukartini. 2008. ‘Potensi Kandungan Antosianin Pada Daun Muda Tanaman Mangga sebagai Kriteria Seleksi Dini Zuriat Mangg’. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika:Solok.

Torsell,K.B.G.1983.Natural product Chemistry ,A Mechanistic aand Biosynthetic Approach to Secondary Metabolism. John Wiley And Sons. New York Limited.halaman 138.

(58)
(59)
(60)

Lampiran 3. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Senyawa Hasil Isolasi

No. Penampakan Bercak Pereaksi Warna Noda Rf

1. I FeCl3 Hitam 0,73

(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)

Gambar

Gambar 2. Hubungan jenis monomer Flavonoida

Referensi

Dokumen terkait

[r]

controlled experiments to determine the extent of toxicity, we found that trout died after several hours exposure to 0.75 ppm and died in 24 h after exposure to 0.075 ppm. Exposure

Tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan kapital dalam suatu perioda yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh

KI: Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.. KD: Menguasai bahasa Inggris lisan dan tulisan, reseptif

Dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, pemegang Hak Rahasia Dagang tetap dapat melaksanakan sendiri atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga

[r]

Good Corporate Governance adalah:.. 1) Mempermudah proses pengambilan keputusan, sehingga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Penelitian membuktikan bahwa penerapan GCG

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Dokumen pengadaan, dengan terlebih dahulu melakukan registrasi