• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dan Desain Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Siswa Baru Kelas X Unggulan Dengan Metode Promethee

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Dan Desain Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Siswa Baru Kelas X Unggulan Dengan Metode Promethee"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

PEMILIHAN SISWA BARU KELAS X UNGGULAN DENGAN

METODE PROMETHEE

SKRIPSI

NURINDA

061401075

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA BARU KELAS X UNGGULAN DENGAN METODE PROMETHEE

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer

NURINDA 061401075

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS DAN DESAIN SISTEM PENDUKUNG

KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA BARU KELAS

X UNGGULAN DENGAN METODE PROMETHEE

Kategori : SKRIPSI

Nama : NURINDA

Nomor Induk Mahasiswa : 061401075

Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 29 Desember 2010

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Syahril Efendi, S.Si, MIT M. Andri B., S.T, MCompSc, MEM NIP. 19671110199602 1 011 NIP. 19751008 200801 1 011

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,

(4)

PERNYATAAN

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN

SISWA BARU KELAS X UNGGULAN DENGAN METODE PROMETHEE

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur Saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan karuniaNya yang selalu menyertai Saya sehingga kertas kajian ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Ucapan terima kasih Saya sampaikan kepada Bapak M. Andri B., S.T, MComp.Sc, MEM dan Bapak Syahril Efendi, S.Si, MIT selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada Saya untuk menyempurnakan kajian ini. Ucapan terimakasih juga Saya sampaikan kepada Bapak Drs. Suyanto, M.Kom, dan Bapak Ade Chandra, S.T, M.Kom selaku dosen penguji. Panduan ringkas, padat, dan profesional telah diberikan kepada Saya agar dapat menyelesaikan tugas ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen S-1 Ilmu Komputer, Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Bapak Syahriol Sitorus, S.Si, MIT, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen pada Departemen Ilmu Komputer FMIPA USU, dan pegawai di S-1 Ilmu Komputer FMIPA USU.

Skripsi ini terutama saya persembahkan untuk kedua orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan dan motivasi, Ayahanda Morhan Lumban gaol dan Ibunda Sentiara Sihombing yang selalu sabar dalam mendidik saya dan memberikan cinta kasih. Untuk kakakku Risda, Sondang, Tulus dan Mesti yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada Saya. Kepada teman-teman saya mengucapkan terima kasih, khususnya kepada Diana Rika, Irma, Emnita Ginting, Lestari, Betty, Kadar, Friendly, Fery, Pangeran, Philips, Fahkreza dan teman-teman di Paduan Suara Gloria yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada saya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan limpahan karunia kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, serta dukungan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

ABSTRAK

(7)

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Metodologi Penelitian 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Kecerdasan 8

2.2 Konsep Dasar Sistem

2.3 Sistem Pendukung Keputusan 8

2.3.1 Definisi Sistem Pendukung Keputusan 8 2.3.2 Ciri-ciri dan Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan 9

2.3.3 Komponen DSS 10

2.3.4 Tujuan SPK 11

2.3.5 Tahapan Pemodelan dalam DSS 12

2.4Metode Preference Ranking Organization Method for

Enrichment Evaluation (Promethee)

12

2.4.1 Dominasi Kriteria 14

2.4.2 Rekomendasi Fungsi Preferensi 15

2.4.2.1 Kriteria Biasa 15

2.4.2.2 Kriteria Quasi 16

2.4.2.3 Kriteria Dengan Preferensi Linier 17 2.4.2.3 Kriteria Dengan Preferensi Linier 17

2.4.2.4 Kriteria Level 18

2.4.2.5 Kriteria Linier dan Area yang Tidak Berbeda 19

2.4.2.6 Kriteria Gaussian 20

2.4.3 Indeks Preferensi Multikriteria 21

2.4.4 Promethee Ranking 21

2.4.4.1 Promethee I 22

2.4.4.2 Promethee II 23

2.5 Perancangan Sistem 24

2.5.1 Pemodelan Proses Menggunakan Data Flow Diagram 24

2.5.2 Pemodelan Data 25

2.5.3 Entity Relationship Diagram (ERD) 26

(9)

2.5.4.1 Bentuk Normal Pertama(1NF) 30

2.5.4.2 Bentuk Normal Kedua 30

2.5.4.3 Bentuk Normal Ketiga(3NF) 30

2.5.4.4 Bentuk Normal Boyce Code 30

2.5.4.5 Bentuk Normal Keempat (4NF) 30

2.5.4.6 Bentuk Normal Kelima (5NF) 31

2.6 Perancangan Antarmuka Pengguna (User Interface) 31

2.6.1 Konstruksi Sistem 33

2.6.2 Implementasi Sistem 33

2.7 Konstruksi dan Implementasi sistem 33

2.7.1 Konstruksi Sistem 33

2.7.2 Implementasi Sistem 33

2.8 Database 34

2.9 MySQL 35

Bab 3 Analisis Dan Perancangan Sistem

3.1 Analisis 36

3.1.1 Identifikasi Masalah 36

3.1.2. Constraint 36

3.1.3 Analisis Kebutuhan Fungsional 37

3.1.4 Analisis Kebutuhan Pengguna 37

3.1.5 Analisis Kebutuhan Sistem 37

3.1.6Analisis Keluaran Sistem 38

3.2 Perancangan Logika 38

3.2.1 Pemodelan Proses 38

3.2.1.1 Bagan Alir Proses Promethee 39

3.2.1.2 Data flow Diagram(DFD) 39

3.2.1.2.1 Diagram Konteks 41

3.2.1.2.2 DFD Tingkat 1 42

3.2.2 Pemodelan Data 49

3.2.2.1 Identifikasi Entitas 50

3.2.2.2 Kamus Data 50

3.2.2.3 Model Data Beratribut Lengkap 52

3.3 Algoritma 53

3.4 Perancangan Inerface 56

3.4.1 Rancangan Form Utama 56

3.4.2 Rancangan Form Pendaftaran 57

3.4.3 Rancangan Form Kriteria 58

3.4.4 Rancangan Form Input Nilai TPA 59

3.4.5 Rancangan Form Input Tes Akademik 60

3.4.6 Rancangan Form Input Nilai anjutan 61

3.4.7 Rancangan Form Laporan 62

(10)

4.1 Lingkungan Implementasi 63

4.2 Implementasi Sistem 64

4.2.1 Form Utama 64

4.2.2 Form Pendaftaran Siswa 65

4.2.3 Form Input Nilai TPA 65

4.2.4 Form Input Nilai Tes Akademik 65

4.2.5 Form Input Nilai Tes Lanjutan 66

4.2.6 Form Input NilaiKriteria 66

4.2.7 Form Data Siswa 67

4.2.8 Form Laporan 67

4.3 Testing Kinerja Sistem 68

Bab 5 Penutup

5.1 Kesimpulan 89

5.2 Saran 90

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Dasar Analisis Promethee 13

Tabel 2.2 Notasi Kardinalitas 28

Tabel 3.1 Entitas Dasar 49

Tabel 3.2 Kamus Data 50

Tabel 4.1 Nilai Tes Contoh Kasus 67

Tabel 4.2 Promethee Tahap I 88

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Usual Criterion 15

Gambar 2.2 Quasi Crtierion 16

Gambar 2.3 Kriteria dengan Preferensi Linier 17

Gambar 2.4 Level Criterion 18

Gambar 2.5 Kriteria dengan Preferensi Linier dan Area yang Tidak

Berbeda 19

Gambar 2.6 Kriteria Gaussian 20

Gambar 2.7 Simbol Pelaku Eksternal 24

Gambar 2.8 Simbol Proses 24

Gambar 2.9 Simbol Simpanan Data 24

Gambar 2.10 Simbol Aliran Data 25

Gambar 2.11 simbol Entitas 25

Gambar 2.12 Simbol Atribut Biasa 26

Gambar 2.13 Simbol Atribut Komposit 26

Gambar 2 14 Simbol Atribut Bernilai Banyak 26

Gambar 2.15 Simbol Atribut Turunan 27

Gambar 2.16 Simbol Hubungan 27

Gambar 3.1 Flowchart Proses Promethee 39

Gambar 3.2 Konteks Diagram SPK Penerimaan Siswa Baru Unggulan 40 Gambar 3.3 DFD level 1 SPK Penerimaan Siswa Baru Unggulan 42 Gambar 3.4 DFD Tingkat 2 Proses Maintenance Data Siswa 43 Gambar 3.5 DFD Tingkat 2 Proses Maintenance Data Kriteria 44 Gambar 3.6 DFD Tingkat 2 Proses Maintenance Nilai 45

Gambar 3.7 DFD Tingkat 2 Proses Promethee 46

Gambar 3.8 DFD Tingkat 2 Proses Pembuatan Laporan Hasil Seleksi 48

Gambar 3.9 Data Beratribut Lengkap 52

Gambar 3.10 Rancangan Form Utama 56

Gambar 3.11 Rancangan Form Pendaftaran 57

Gambar 3.12 Rancangan Form Kriteria 58

Gambar 3.13 Rancangan Form Input Nilai TPA 59

Gambar 3.14 Rancangan Form Input Nilai Tes Akademik 60 Gambar 3.15 Rancangan Form Input Nilai Tes Lanjutan 61 Gambar 3.16 Rancangan Form Laporan Hasil Seleksi 61

Gambar 4.1 Form Utama 63

Gambar 4.2 Form Input Data Siswa 63

Gambar 4.3 Form Input TPA 64

Gambar 4.4 Form Input Nilai Tes Akademik 64

Gambar 4.5 Form Input Nilai Tes Lanjutan 65

Gambar 4.6 Form Input Nilai Kriteria 65

Gambar 4.7 Form Data Siswa 66

(13)

ABSTRAK

(14)

ABSTRACT

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

mengamanatkan tentang perlunya memberikan pendidikan khusus bagi peserta didik

yang memiliki potensi dan kecerdasan istimewa. Hal ini dilakukan agar potensi yang

ada pada peserta didik dapat berkembang secara optimal dan pada gilirannya

memberikan kesempatan bagi mereka untuk tumbuh menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif

dan mandiri.

Perhatian khusus bagi siswa yang memiliki kecerdasan istimewa melalui

sekolah-sekolah yang didirikan untuk itu, dapat dianggap selaras dengan fungsi utama

pendidikan, yaitu mengembangkan potensi siswa secara utuh dan optimal.

Strategi pendidikan yang ditempuh selama ini bersifat massal, memberikan

perlakuan standar/rata-rata kepada semua siswa, sehingga kurang memperhatikan

perbedaan antarsiswa dalam kecakapan, minat, dan bakatnya. Dengan strategi

semacam ini, keunggulan akan muncul secara acak dan sangat tergantung kepada

motivasi belajar siswa serta lingkungan belajarnya. Oleh karena itu, perlu

dikembangkan keunggulan yang dimiliki oleh setiap siswa agar potensi yang dimiliki

dapat dikonversi menjadi prestasi yang unggul.

Promethee adalah salah satu metode penentuan urutan atau prioritas dalam

MCDM (Multi-Criterion Decision Making). Penggunaan Promethee adalah

menentukan dan menghasilkan keputusan dari beberapa alternatif. Di dalamnya semua

data digabung menjadi satu dengan bobot penilaian yang telah diperoleh melalui

(16)

Untuk menyeleksi calon siswa baru kelas unggulan digunakan metode

Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation (Promethee ),

karena Promethee berfungsi untuk mengolah data, baik data kuantitatif maupun

kualitatif sekaligus.

Mencermati hal di atas maka penulis membuat Desain dan Analisis Sistem

Pendukung Keputusan Penerimaan Siswa Baru Kelas Unggulan dengan Metode

Promethee .

1.2Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang dan membangun sistem pendukung keputusan penerimaan

siswa baru kelas X unggulan dengan menerapkan metode Promethee .

2. Bagaimana menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh panitia dalam

mengambil keputusan.

3. Bagaimana meningkatkan kualitas hasil penilaian.

1.3 Batasan Masalah

Ruang lingkup masalah ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Metode Promethee digunakan untuk menyeleksi calon siswa baru kelas

unggulan. Kategori yang digunakan dalam proses ini terdiri dari tiga kategori

yaitu, tes potensi akademik, tes akademik, tes lanjutan. Setiap kategori terdiri atas

beberapa kriteria. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan untuk kategori tes

potensi akademik adalah sinonim, antonim, tes gambar, silogisme, analogi, dan

deret angka, kategori tes akademik terdiri dari tes bahasa Indonesia, bahasa

Inggris, Matematika, dan IPA, kategori tes lanjutan terdiri dari tes kesamaptaan,

wawancara, jumlh nilai UN.

2. Tipe preferensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria biasa, kriteria

quasi, kriteria dengan preferensi linier, kriteria level, dan kriteria linier area yang

(17)

3. Proses Promethee dilakukan secara keseluruhan.

4. Untuk membangunPrototype sistem digunakan data bayangan calon siswa baru

kelas X unggulan SMAN 1 sibolga.

5. Aplikasi dirancang hanya untuk berjalan di atas sistem operasi Microsoft

Windows XP Professional.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membangun sistem pendukung keputusan yang membantu panitia penerimaan

siswa baru kelas unggulan untuk menyeleksi siswa yang akan diterima dengan

mengimplementasikan metode Promethee .

2. Meningkatkan kualitas hasil pennilaian dengan membandingkan nilai setiap siswa

untuk masing-masing kriteria.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membantu panitia penerimaan siswa baru dalam menyeleksi siswa baru kelas

unggulan yang akan dididik untuk memaksimalkan potensi sumber daya manusia.

2. Dapat membantu peningkatan kinerja program pendidikan khusus siswa unggul

karena siswa yang terpilih adalah siswa yang unggul dibandingkan dengan yang

lainnya berdasarkan kriteria yang digunakan.

1.6 Metodologi Penelitian

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Literatur

Tahap ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku referensi atau sumber-sumber

(18)

2. Studi Lapangan

Pada tahap ini dilakukan wawancara kepada panitia penerimaan siswa baru untuk

mengetahui parameter apa yang digunakan dalam seleksi penerimaan siswa baru

yang memiliki bakat istimewa.

3. Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan analisis dengan metode Promethee dalam menentukan

siswa unggul yang akan diterima.

4. Implementasi Program (Coding)

Pada tahap ini dilakukan pengkodean program untuk membuat sistem pendukung

keputusan dalam memilih siswa baru dengan metode Promethee dengan

menggunakan bahasa pemrograman PHP.

5. Pengujian Sistem (Testing)

Pada tahap ini dilakukan pengujian sistem untuk mengetahui apakah sistem

bekerja sesuai dengan yang diharapkan.

6. Pembuatan Laporan

Pembuatan laporan skripsi bertujuan untuk dijadikan sebagai dokumentasi hasil

penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari beberapa bagian utama sebagai

berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul skripsi “Analisis

dan Desain Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Siswa Baru Kelas X Unggulan

dengan Metode Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation

(Promethee)”, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

(19)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas mengenai tinjauan pustaka yang berkaitan dengan kecerdasan,

konsep dasar sistem, sistem pendukung keputusan, metode Promethee , perancangan

sistem, perancangan antarmuka pengguna, konstruksi dan implementasi sistem,

pangkalan data, MySQL.

BAB 3 ANALISIS PERANCANGAN

Bab ini membahas mengenai pendefinisian lingkup sistem dan pemodelan data.

BAB 4 IMPLEMENTASI

Bab ini berisi implementasi sistem pendukung keputusan penerimaan siswa baru kelas

X unggulan dengan metode Promethee dan pengujian sistem secara manual.

BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN

Bab ini akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya dan

saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat bermanfaat untuk

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecerdasan

Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan pikiran yang

mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan,

memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa

dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh

individu.

Menurut Thurstone terdapat tujuh faktor dalam kecerdasan yaitu sebagai

berikut (Syaifuddin, 2004):

1. Verbal, yaitu pemahaman akan hubungan kata, kosa-kata dan penguasaan

komunikasi lisan

2. Number, yaitu kecermatan dan kecepatan dalam penggunaan fungsi-fungsi hitung

dasar.

3. Spatial, yaitu kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam bentuk

visual

4. Word fluency, yaitu kemampuan untuk mencerna dengan cepat kata-kata tertentu.

5. Memory, kemampuan mengingat gambar-gambar, pesan-pesan, angka-angka,

kata-kata, dan bentuk-bentuk pola.

6. Reasoning, yaitu kemampuan untuk mengambil kesimpulan dari beberapa contoh,

aturan, atau prinsip. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan pemecahan

masalah.

7. Perceptual ability, yaitu kemampuan penginderaan.

Untuk mengetahui kemampuan calon siswa maka diadakan tes potensi

(21)

mengetahui bakat dan kemampuan seseorang di bidang keilmuan (akademis). Tes ini

juga sering dihubungkan dengan kecerdasan seseorang. Tes ini terdiri dari beberapa

soal yang di dalammnya tercakup faktor-faktor dalam kecerdasan.

2.2 Konsep Dasar Sistem

Sistem adalah sekumpulan unsur/elemen yang saling berkaitan dan saling

mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.

Terdapat banyak pendapat mengenai definisi sistem antara lain sebagai berikut:

1. Davis (1985)

Sistem adalah bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk

mencapai beberapa sasaran atau maksud.

2. Lucas (1989)

Sistem adalah sebagai suatu komponen atau variable yang terorganisasi, saling

berinteraksi, saling bergantung satu sama lain dan terpadu. Sebuah sistem

mempunyai tujuan atau sasaran

3. McLeod

Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama

untuk mencapai suatu tujuan

4. Robert G. Murdik (1993)

Sistem adalah seperangkat elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang

sama untuk mencapai suatu tujuan bersama

5. Gerald, J (1991)

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau

(22)

2.3 Sistem Pendukung Keputusan

Definisi awal menunjukkan bahwa DSS sebagai sebuah sistem yang dimaksudkan

untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam situasi keputusan

semiterstruktur. DSS dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil

keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan

penilaian mereka. DSS ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan

penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh

algoritma.

Sistem pendukung keputusan (Decision Support Systems) adalah bagian dari

sistem informasi berebasis komputer, termasuk sistem berbasis

pengetahuan(manajemen pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung pengambilan

keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dapat juga dikatakan sebagai

sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan

dari masalah semiterstruktur yang spesifik.

2.3.1 Definisi Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Scott Morton DSS didefinisikan sebagai sistem berbasis komputer interaktif,

yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan bebagai

model untuk memecahkan masalah-masalah semiterstruktur dan tidak terstruktur.

Definisi klasik lainnya untuk DSS, diajukan oleh Keen dan Scott Morton

(1971), yaitu sistem pendukung keputusan memadukan sumber daya intelektual dari

individu dan kapabilitas dari komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan. DSS

adalah sistem berbasis komputer bagi para pengambil keputusan manajemen yang

menangani masalah-masalah tidak terstruktur.

Menurut Moore dan Chang (1980), DSS didefinisikan sebagai sistem yang

dapat diperluas agar mampu mendukung analisis data ad hoc dan pemodelan

keputusan, berorientasi terhadap perencanaan masa depan, dan digunakan pada

interval yang tidak regular dan tidak terencana.

Dengan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa sistem pendukung

(23)

sistem yang membantu pengambil keputusan dengan melengkapi mereka dengan

informasi dari data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk membuat

keputusan tentang suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat. Sehingga sistem ini

tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengambil keputusan dalam proses

pembuatan keputusan.

2.3.2 Ciri-ciri dan Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan

Sudirman dan Widjajani (1996) mengemukakan cirri-ciri DSS yang dirumuskan oleh

Alters Keen sebagai berikut:

1. DSS ditujukan untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan yang

kurang terstruktur dan umumnya dihadapi oleh para manajer yang berada di

tingkat puncak.

2. DSS merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan kumpulan data.

3. DSS memiliki fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan antara

manusia dengan komputer.

4. DSS bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang

terjadi.

Karakteristik yang diharapkan ada pada DSS adalah sebagai berikut (Turban, 2005):

1. Dukungan kepada pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur

dan terstruktur dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi yang

terkomputerisasi.

2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer

lini.

3. Dukungan untuk individu dan kelompok. Masalah yang kurang terstruktur sering

memerlukan keterlibatan individu dari departemen dan tingkat organisasional

yang berbeda atau bahkan tingkat organisasi lain.

4. Dukungan untuk keputusan independen dan/atau sekuensial. Keputusan bisa

dibuat satu kali, beberapa kali, atau berlang-ulang (dalam interval yang sama).

5. Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: inteligensi, desain,

pilihan, dan implementasi.

(24)

7. Adaptivitas sepanjang waktu. Pengambil keputusan seharusnya reaktif, bisa

menghadapi perubahan kondisi secara cepat, dan mengadaptasi DSS untuk

perubahan tersebut.

8. Pengguna merasa seperti di rumah. Ramah-pengguna, kapabilitas grafis yang

sangat kuat, dan antarmuka manusia mesin yang interaktif dengan satu bahasa

alami bisa sangat meningkatkan efektivitas DSS.

9. Peningkatan efektivitas pengambilan keputusan (akurasi, timelines, kualitas)

ketimbang pada efisiensinya (biaya pengambilan keputusan). Ketika DSS

disebarkan sering membutuhkan waktu lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik.

10. Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses

pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah. DSS secara khusus

menekankan untuk mendukung pengambil keputusan bukan untuk menggantikan.

11. Pengguna akhir bisa mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem sederhana.

Sistem yang lebih besar bisa dibangun dengan bantuan ahli sistem informasi.

12. Biasanya model-model digunakan untuk menganalisis pengambilan suatu

keputusan. Kapabilitas pemodelan memungkinkan eksperimen dengan berbagai

strategi yang berbeda di bawah konfigurasi yang berbeda

13. Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format, dan tipe mulai dari sistem

informasi geografis (GIS) sampai sistem berorientasi-objek.

14. Dapat digunakan sebagai alat standalone oleh seorang pengambil keputusan pada

suatu lokasi atau didistribusikan di suatu organisasi dan beberapa organisasi

sepanjang rantai persediaan.

2.3.3 Komponen DSS

Aplikasi sistem pendukung keputusan dapat terdiri dari beberapa subsistem antara lain

sebagai berikut:

1. Subsistem manajemen data

Subsistem manajemen data memasukkan satu database yang berisi data yang

relevan untuk suatu situasi dan dikelola oleh perangkat lunak Database

(25)

dengan data Warehouse perusahaan, suatu repositori untuk data perusahaan yang

relevan dengan pengambilan keputusan.

2. Subsistem manajemen model

Merupakan perangkat lunak yang memasukkan model keuangan, statistic, ilmu

manjaemen, atau model kuantitatif lain yang memberikan kapbilitas analitik dan

manajemen perangkat lunak yang tepat. Bahasa-bahasa pemodelan untuk

membangun model kustom juga dimasukkan.

3. Subsistem antarmuka pengguna

Pengguna berkomunikasi dengan dan memerintahkan sistem pendukung

keputusan melalui subsistem tersebut. Pengguna adalah bagian yang

dipertimbangkan dari sistem. Para peneliti menegaskan bahwa beberapa kontribusi

unik dari sistem pendukung keputusan berasal dari interaksi yang intensif antara

komputer dan pembuat keputusan.

4. Subsistem manajemen berbasis pengetahuan

Subsistem tersebut mendukung subsistem lain atau bertindak langsung sebagai

suatu komponen independen dan bersifat opsional.

2.3.4 Tujuan DSS

Tujuan DSS adalah sebagai berikut (Turban, 2005):

1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semiterstruktur.

2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan

untuk menggantikan fungsi manajer.

3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih daripada

perbaikan efisiensinya.

4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk

melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya rendah.

5. Penigkatan produktivitas.

6. Dukungan kualitas.

7. Berdaya saing.

(26)

2.3.5 Tahapan Pemodelan dalam DSS

Menurut Herbert A. Simon (Kusrini, 2007), tahap-tahap yang harus dilalui dalam

proses pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Studi kelayakan (Inteligence)

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian lingkup masalah serta

proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam

rangka mengidentifikasikan masalah.

2. Perancangan (Design)

Tahap ini merupakan proses pengembangan dan pencarian alternatif

tindakan/solusi yang dapat diambil. Tersebut merupakan representasi kejadian

nyata yang disederhanakan, sehingga diperlukan proses validasi dan vertifikasi

untuk mengetahui keakuratan model dalam meneliti masalah yang ada.

3. Pemilihan (Choice)

Tahap ini dilakukan pemilihan terhadap diantaraberbagai alternatif solusi yang

dimunculkan pada tahap perencanaan agar ditentukan/dengan memperhatikan

kriteria-kriteria berdasarkan tujuan yang akan dicapai.

4. Impelementasi (Implementation)

Tahap ini dilakukan penerapan terhadap rancangan sistem yang telah dibuat pada

tahap perancanagan serta pelaksanaan alternatif tindakan yang telah dipilih pada

tahap pemilihan.

2.4 Metode Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation

(Promethee)

Preference ranking organization method for enrichment evaluation (Promethee)

adalah suatu metode penentuan urutan (prioritas) dalam analisis multikriteria. Masalah

pokoknya adalah kesederhanaan, kejelasan, kestabilan. Dugaan dan dominasi kriteria

yang digunakan dalam Promethee adalah penggunaan nilai hubungan outranking

(Brans, 1982).

Prinsip yang digunakan adalah penetapan prioritas alternatif yang telah

(27)

MaX{f1 (X), f2 (X), f3 (X), … fk (X) | X ∈ℜ},

dimana K adalah sejumlah kumpulan alternatif, dan fi (i = 1, 2, 3, …, K) merupakan

nilai/ukuran relaltif kriteria untuk masing-masing alternatif. Dalam aplikasinya

sejumlah kriteria telah ditetapkan untuk menjelaskan K yang merupakan penilaian dari

(Real).

Promethee termasuk dalam keluarga metode outranking yang dikembangkan

oleh B. Roy dan meliputi dua fase:

1. Membangun hubungan outranking dari K.

2. Eksploitasi dari hubungan ini memberikan jawaban optimasi kriteria dalam

paradigma permasalahan multikriteria.

Dalam fase pertama, nilai hubungan outranking berdasarkan pertimbangan

dominasi masing-masing kriteria indeks preferensi ditentukan dan nilai outranking

secara grafis disajikan berdasarkan preferensi dari pembuat keputusan. Data dasar

untuk evaluasi dengan metode Promethee disajikan sebagai berikut (Daihani dan

Dadan, 2001):

Tabel 2.1 Data Dasar Analisis Promethee

Aternatif Kriteria

f1 (.) f2 (.) f3 (.) f4 (.) f5 (.) f6 (.)

a1 f1 (a1) f2 (a1) f3 (a1) f4 (a1) f5 (a1) f6 (a1)

a2 f1 (a2) f2 (a2) f3 (a2) f4 (a2) f5 (a2) f6 (a2)

ai f1 (ai) f2 (ai) f3 (ai) f4 (ai) f5 (ai) f6 (ai)

… … … …

an f1 (an) f2 (an) f3 (an) f4 (an) f5 (an) f6 (an)

Keterangan:

1. a1, a2, …, ai, an: n alternatif potensial.

2. f1, f2, …, fj, fk: k kriteria evaluasi. (Brans).

2.4.1 Dominasi Kriteria

Nilai f merupakan nilai nyata dari suatu kriteria dan tujuan berupa prosedur optimasi:

(28)

Untuk setiap alternatif a ∈ K, f (a) merupakan evaluasi dari alternatif tersebut

untuk suatu kriteria. Pada saat alternatif dibandingkan, a1, a2 ∈ K, harus dapat

ditentukan perbandingan preferensinya.

Menurut Brans penyampaian intensitas (P) dari preferensi alternatif a1 terhadap

alternatif a2 sedemikian rupa sehingga:

a. P (a1, a2) = 0, berarti tidak ada beda antara a1 dan a2, atau tidak ada preferensi dari

a1 lebih baik dari a2

b. P (a1, a2) ~ 0, berarti lemah, preferensi dari a1 lebih baik dari a2.

c. P (a1, a2) ~ 1, berarti kuat, preferensi dari a1 lebih baik dari a2.

d. P (a1, a2) = 1, berarti mutlak, preferensi dari a1 lebih baik dari a2.

Dalam metode ini, fungsi preferensi seringkali menghasilkan nilai fungsi yang

berbeda antara dua evaluasi, sehingga:

P (a1, a2) = P{f(a1) – f (a2)}

Untuk semua kriteria, suatu alternatif akan dipertimbangkan memiliki nilai

kriteria yanglebih baik ditentukan oleh nilai f dan akumulasi dari nilai ini menentukan

nilai preferensi atas masing-masing alternatif yang akan dipilih.

2.4.2 Rekomendasi Fungsi Preferensi

Pada metode Promethee terdapat enam bentuk fungsi preferensi kriteria antara lain

kriteria biasa (usual criterion), kriteria quasi (quasi criterion), kriteria dengan

preferensi linier (U-shape criterion), kriteria level (level criterion), kriteria dengan

preferensi linier dan area yang tidak berbeda (V-shapecriterion), kriteria gaussian

(Gaussian criterion). Hal ini tentu saja tidak mutlak, tetapi bentuk ini cukup baik

untuk beberapa kasus. Untuk memberikan gambaran yang lebih baik terhadap area

yang tidak sama, digunakan fungsi selisih nilai kriteria antaralternatif H(d) dimaan hal

(29)

2.4.2.1 Kriteria Biasa

Pada preferensi ini tidak ada beda antara a dan b jika dan hanya jika f(a) = f(b),

apabila nilai kriteriapada masing-masing alternatifmemiliki nilai berbeda, pembuat

keputusan membuat preferensi mutlak untuk alternatif yang memiliki nilai yang lebih

baik.

H(d) = ...…………..…….………...(1)

Keterangan:

1. H(d) : fungsi selisih kriteria antaralternatif

2. d : selisih nilai kriteria {d = f(a)-f(b)}

Untuk melihat kasus preferensi pada kriteria biasa, ilustrasinya dapat dilihat

dari perlombaan renang, seorang peserta denganpeserta lainnya akan memiliki

peringkat yang mutlak berbeda walaupun hanya dengan selisih nilai (waktu), yang

teramat kecil, dan kan memiliki peringkat yang sama jika dan hanya jika waktu

tempuhnya sama atau selisih nilai diantara keduanya sebesar nol (Brans, 1982). Fungsi

H(d) untuk preferensi disajikan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Usual Criterion (Sumber: Brans, 1982)

2.4.2.2 Kriteria Quasi

Dalam fungsi preferensi quasi criterion atau kriteria quasi, selisih hasil evaluasi untuk

masing-masing nilai kriteria antaralternatif H(d) berpreferensi mutlak jika nilai H(d)

(30)

H(d) = ……….………...(2)

Keterangan:

1. H(d) : fungsi selisih kriteria antaralternatif

2. d : selisih nilai kriteria {d = f(a) – f(b)}

3. Parameter (q) : harus merupakan nilai yang tetap

Gambar 2.2 Quasi Criterion (Sumber: Brans, 1982)

Gambar 2.2 menjelaskan dua alternatif memiliki preferensi yang sama penting

selama selisih atau nilai H(d) dari masing-masing alternatif untuk kriteria tertentu

tidak melebihi nilai q, dan apabila selisih hasil evaluasi untuk masing-masing

alternatif melebihi nilai q maka terjadi bentuk preferensi mutlak (Brans, 1982).

Kasus pembuat keputusan dengan menggunakan kriteria kuasi, terlebih dahulu

harus menentukan nilai q, dimana nilai ini dapat menjelaskan pengaruh yang

signifikan dari suatu kriteria. Dalam hal ini, preferensi yang lebih baik diperoleh

apabila terjadi selisih antara dua alternatif di atas nilai q.

2.4.2.3 Kriteria dengan Preferensi Linier

Kriteria preferensi linier dapat menjelaskan bahwa selama nilai selisih memiliki nilai

yang lebih rendah dari p, preferensi dari pembuat keputusan meningkat secara linier

(31)

H(d) = ……….………(3)

Keterangan:

1. H(d) : fungsi selisih kriteria antaralternatif

2. d : selisih nilai kriteria {d = f(a) – f(b)}

3. p : nilai kecenderungan atas

Jika nilai d lebih besar dibandingkan dengan nilai p, maka terjadi preferensi

mutlak. Fungsi kriteria ini digambarkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Kriteria dengan Preferensi Linier (Sumber: Brans, 1982)

Pada saat pembuat keputusan mengidentifikasi beberapa kriteria untuk tipe ini,

pembuat keputusan harus menentukan nilai dari kecenderungan atas (nilai p). Dalam

hal ini nilai d di atas p telah dipertimbangkan akan memberikan preferensi mutlak dari

satu alternatif. Misalnya, akan terjadi preferensi dalam hubungan linier kriteria

kecerdasan seseorang dengan orang lain apabila nilai ujian seseorang berselisih

dibawah 30, apabila di atas 30 poin maka mutlak orang itu lebih cerdas dibandingkan

dengan orang lain.

2.4.2.4 Kriteria Level

Dalam kasusu in, kecenderungan tidak berbeda dengan q dan kecenderungan

preferensi ditentukan secara simultan. Jika d berada di antara nilai p dan q, hal ini

berarti situasi preferensi yang lemah (H(d) = 0,5) (Brans, 1982). Fungsi ini disajikan

(32)

H(d) = .………(4)

Keterangan :

1. H(d) : fungsi selisih kriteria antaralternatif

2. p : nilai kecenderungan atas

3. parameter (q) : harus merupakan nilai yang tetap

Fungsi ini disajikan pada Gambar 2.4 dan pembuat keputusan telah

menentukan kedua kecenderungan untuk kriteria ini.

Gambar 2.4 Level Criterion (Sumber: Brans, 1982)

Bentuk kriteria level inidapat dijelaskan misalnya dalam penetapan nilai

preferensi jarak tempuh antarkota. Misalnya jarak antara Surabaya-Bromo sebesar 60

km, Bromo-Kaliburu sebesar 68 km, Kaliburu-Ijen sebesar 45 km, Bromo-Ijen 133

km. Dan telah ditetapkan bahwa selisih dibawah 10 km maka dianggap jarak

antarkota tersebut adalah tidak berbeda, selisih jarak sebesar 10-30 km relatif berbeda

dengan preferensi yang lemah, sedangkan selisih di atas 30 km relatif berbeda dengan

preferensi yang lemah, sedangkan selisih di atas 30 km diidentifikasi memiliki

preferensi mutlak berbeda (Daihani, 2001).

Dalam kasus ini, selisih jarak antara Surabaya-Bromo dan Bromo-Kaliburu

dianggap tidak berbeda (H(d) = 0) karena selisih jaraknya dibawah 10 km, yaitu

(68-60) km = 8 km, sedangkan preferensi jarak antara Bromo-Kaliburu dan Kaliburu-Ijen

dianggap berbeda dengan preferensi lemah (H(d) = 0,5) karena memiliki selisih yang

berada pada interval 10-30 km , yaitu sebesar (68-45) km = 23 km. Dan terjadi

preferensi mutlak (H(d) = 1) antara jarak Bromo-Ijen dan Kaliburu-Ijen karena

(33)

2.4.2.5 Kriteria Linier dan Area yang Tidak Berbeda

Pada kasusu ini, pengambil keputusan mempertimbangkan peningkatan preferensi

secara linier dari tidak berbeda hingga preferensi mutlak dalam area antara dua

kecenderungan q dan p (Brans, 1982).

H(d) = ……..………(5)

Keterangan:

1. H(d) : fungsi selisih kritaria antara alternatif

2. d : selisih nilai kriteria {d = f(a) – f(b)}

3. parameter (p) : nilai kecenderungan atas

4. parameter (q) : harus merupakan nilai yang tetap

Dua parameter p dan q telah ditentukan nilainya. Fungsi H(d) adalah hasil

perbandingan antara alternatif, seperti pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Kriteria dengan Preferensi Linier dan Area yang Tidak Berbeda

(Sumber: Brans, 1982)

2.4.2.6 Kriteria Gaussian

Fungsi ini bersyarat apabila telah ditentukan nilai g, yang dapat dibuat berdasarkan

distribusi normal dalam statistic. Nilai H(d) tidak akan pernah bernilai satu (Brans,

(34)

H(d) = …...………. (6)

Pada penerapannya kriteria Gaussian akan digunakan pada distribusi normal

statistik seperti penilaian terhadap tingkat keamanan lingkungan. Nilai g merupakan

batas antara keamanan buruk sampai dengan tingkat aman sekali. Pada kriteria

Gaussian tidak ada parameter yang tetap dalam menentukan nilai batas parameter (g).

fungsi kriteria Gaussian dijelaskan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Kriteria Gaussian (Sumber: Brans, 1982)

2.4.3 Indeks Preferensi Multikriteria

Tujuan pembuat keputusan adalah menetapkan fungsi preferensi P, dan πi untuk

semua kriteria fi (i = 1, 2, 3, …, K) dari masalah optimasi kriteria majemuk. Bobot

(wigth) πi merupakan ukuran relatif untuk kepentingan kriteria fi, jika semua kriteria

memiliki kepentignan yang sama dalam pangambilan keputusan maka semua nilai

bobot adalah sama.

Indeks preferensi multikriteria ditentukan berdasarkan rata-rata bobot dari

fungsi preferensi Pi.

ϕ ( ) merupakan intensitas preferensi pembuat keputusan yang menyatakan

(35)

dari seluruh kriteria. Hal ini dapat disajikan dengan nilai antara nilai 0 dan 1, dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. ϕ ( ) = 0 menunjukkan preferensi yang lemah untuk alternatif > alternatif

berdasarkan semua kriteria.

2. ϕ ( ) = 1 menunjukkan preferensi yang kuat untuk alternatif > alternatif

berdasarkan semua kriteria. (Daihani, 2001).

2.4.4 Promethee ranking

Perhitungan arah preferensi dipertimbangkan berdasarkan nilai indeks (Brans,1982):

a. Leaving flow

..…..………..(8)

b. Entering flow

…..….………..(9)

c. Net flow

………...………(10)

Keterangan:

1. = menunjukkan preferensi bahwa alternatif lebih baik dari alternatif

x.

2. = menunjukkan preferensi bahwa alternatif x lebih baik dari alternatif

.

3. = Leaving flow, digunakan untuk menentukan urutan prioritas pada proses

Promethee I yang menggunakan urutan parsial.

4. = Entering flow, digunakan untuk menentukan urutan priorotas pada

proses Promethee I yang menggunakan urutan parsial.

5. = Net flow, digunakan untuk menghasilkan keputusan akhir penentuan

(36)

Penjelasan dari hubungan outranking dibangun atas pertimbangan untuk

masing-masing alternatif pada grafik nilai outranking, berupa urutan parsial

(Promethee I) atau urutan lengkap (Promethee II) pada sejumlah alternatif yang

mungkin, yang dapat diusulkan kepada pembuat keputusan untuk memperkaya

penyelesaian masalah.

2.4.4.1Promethee I

Nilai terbesar pada Leaving flow dan nilai yang kecil dari entering flow merupakan

alternatif yang terbaik. Leaving flow dan entering flow menyebabkan:

Promethee I menampilkan partial preorder (PI, II, RI) dengan

mempertimbangkan interseksi dari dua preorder:

Partial preorder diajukan kepada pembuat keputusan, untuk membantu pengambilan

keputusan masalah yang dihadapinya. Dengan menggunakan metode Promethee I

masih menyisakan bentuk incomparable, atau dengan kata hanya memberikan solusi

(37)

2.4.4.2Promethee II

Dalam kasus complete preorder dalam K adalah penghindaran dari bentuk

incomparable, Promethee II complete preorder (PII, III) disajikan dalam bentuk net

flow disajikan berdasarkan pertimbangan persamaan:

Melalui complete preorder, informasi bagi pembuat keputusan lebih realistik

(Daihani, 2001).

2.5 Perancangan Sistem

Tahap perancangan sistem merupakan tahap lanjutan dari analisis sistem. Perancangan

sistem yang baik akan menghasilkan sistem yang baik dan mampu mengatasi

masalah-masalah yang dihadapi pada sistem yang lama. Perancangan sistem merupakan proses

transformasi dari usulan analisis yang terbaik ke dalam bentuk spesifikasi fungsi dan

struktur data agar sistem dapat ditransformasikan. Perancangan sistem harus berguna,

mudah dipahami, efisien, efektif dan mudah digunakan.

2.5.1 Pemodelan Proses Menggunakan Data Flow Diagram

Pemodelan proses merupakan teknik untuk mengelola dan mendokumentasikan

struktur, aliran data, dan proses yang terjadi di dalam sistem. Data Flow Diagram

(DFD) adalah alat yang digunakan untuk menggambarkan aliran data melalui sistem

dan kerja atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem tersebut. Berikut adalah

simbol-simbol yang digunakan dalam memodelkan DFD menggunakan notasi Gane dan

Sarson:

(38)

Pelaku eksternal mendefinisikan kesatuan di lingkungan luar sistem yang dapat

berupa orang, unit, organisasi, waktu ataupun sistem lain yang dapat berinteraksi

dengan sistem seperti memeberikan input atau menerima output dari sistem.

Pelaku eksternal disimbolkan dengan persegi empat seperti Gambar 2. 7.

Gambar 2.7 Simbol Pelaku Eksternal

2. Proses

Proses menggambarkan bagian dari sistem yang mentransforamsikan masukan

menjadi keluaran. Proses menggambarkan satu atau lebih masukan diubah menjadi

keluaran. Proses disimbolkan dengan persegi panjang bersudut tumpul seperti yang

terlihat pada Gambar 2.8.

No.

Proses

Gambar 2.8 Simbol Proses

3. Simpanan Data (data store)

Simpanan data digunakan untuk menggambarkan sekumpulan data yang diam (data et

rest) di dalam suatu wadah penampung data (umumnya berkas atau database).

Simpanan data berhubungan dengan semua contoh entitas tunggal di dalam model

data. Simpanan data disimbolkan dengan persegi panjang dengan ujung terbuka

seperti Gambar 2.9.

Data Store Data Store

Gambar 2.9 Simbol Simpanan Data

4. Aliran data (data flow)

Aliran data digunakan untuk menggambarkan paket informasi dari suatu bagian sistem

ke bagian sistem yang lainnya. Oleh Karena itu aliran data menggambarkan data yang

bergerak (data in motion). Aliran data disimbolkan dengan panah yang menuju atau

keluar dari suatu proses seperti diperlihatkan pada Gambar 2.10. Pelaku

(39)

Aliran Data

Gambar 2.10 Simbol Aliran Data

2.5.2 Pemodelan Data

Pemodelan data merupakan teknik untuk mendefinisikan persyaratan bisnis untuk

sebuah database. Pemodelan data menggunakan Entity Relationship Diagram (ERD)

untuk menjelaskan data dalam konteks entitas dan hubungan yang digambarkan oleh

data tersebut. ERD memungkinkan perekayasa perangkat lunak mengidentifikasi

objek data dan hubungannya dengan menggunakan notasi grafis. Pada konteks analisis

terstruktur, ERD menetapkan semua data yang dimasukkan, ditransformasi, dan

diproduksi pada suatu aplikasi.

2.5.3. Entity Relationship Diagram (ERD)

Entity Relationship (ERD) merupakan gambaran sistematis model data yang berisi

himpunanentitas dan himpunan relasi yang masing-masing dilengkapi dengan

atribut-atribut yang mempresentasikan seluruh fakta. Berikut adalah notasi-notasi yang

digunakan dalam ERD:

1. Entitas

Entitas merupakan sesuatu yang diperlukan bisnis untuk menyimpan data. Entitas

merupakan sesuatu atau objek di dunia nyata yang dapat dibedakan dari sesuatu

atau objek yang lain. Entitas dapat berupa orang, tempat, objek, peristiwa, dan

konsep. Entitas disimbolkan dengan persegi panjang seperti diperlihatkan pada

Gambar 2.11 berikut ini.

(40)

2. Atribut

Atribut merupakan sifat atau karakteristik deskriptif suatu entitas. Simbol untuk

menyatakan suatu atribut bisa diperlihatkan pada Gambar 2.12 berikut ini.

Gambar 2.12 Simbol Atribut Biasa

Atribut dapat dibagi secara logis menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Atribut komposit

Atribut komposit merupakan atribut yang dapat dipecah menjadi atribut-atribut

lainnya. Simbol atribut komposit diperlihatkan pada Gambar 2. 13 berikut ini.

Gambar 2.13 Simbol Atribut Komposit

b. Atribut bernilai banyak

Atribut bernilai banyak merupakan atribut yang memiliki nilai lebih dari satu

untuk suatu entitas tertentu. Simbol atribut bernilai banyak diperlihatkan pada

Gambar 2.14 berikut ini.

Gambar 2.14 Simbol Atribut Bernilai Banyak

c. Atribut turunan

Atribut turunan merupakan atribut yang nilainya bisa didapatkan dari atribut yang

lainnya. Simbol atribut turunan diperlihatkan pada Gambar 2.15 berikut ini. AB

(41)

Gambar 2.15 Simbol Atribut Turunan

3. Hubungan (Relation)

Hubungan merupakan asosiasi bisnis alami antara satu entitas atau lebih.

Hubungan dapat menyatakan kejadian yang menghubungkan entitas atau hanya

persamaan logika yang ada di antara entitas. Hubungan selalu dibaca dari entitas

induk (yang memiliki kardinalitas minimum) ke entitas anak (yang memiliki

kardilitas maksimum). Simbol hubungan diperlihatkan pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16 Simbol Hubungan

Untuk menentukan kompleksitas atau tingkat hubungan antarentitas dapat

dilihat dari segi banyak atau tidaknya hubungan antarentitas tersebut. Hal ini disebut

konsep kardinalitas. Kardinalitas merupakan jumlah minimum dan maksimum

kemmunculan satu entitas yang dapat dihubungkan dengan kemunculan tunggal

entitas lain. Kardinalitas yang dapat terjadi diantara entitas dapat berupa:

1. One to One (1:1)

Suatu kejadian tunggal dari entitas A dapat berhubungan dengan kejadian tunggal

dari entitas B dan sebuah kejadian dari entitas B dapat berhubungan dengan satu

kejadian pada entitas A.

2. One to Many (1:N)

Suatu kejadian tunggal dari entitas A dapat berhubungan dengan satu atau lebih

kejadian dari entitas B, tetapi sebuah kejadian dari entitas B dapat berhubungan

dengan satu kejadian dari entitas A

3. Many to Many (N:M)

Suatu kejadian dari entitas A dapat berhubugnan dengan satu atau lebih kejadian

dari entitas B dan sebuah kejadian dari entitas B dapat berhubungan dengan satu

(42)

Karena semua hubungan bersifat dua arah, maka kardinalitas harus

didefinisikan untuk setiap hubungan. Notasi grafis yang digunakan untuk menyatakan

kardinalitas diperlihatkan pada Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Notasi Kardinalitas

Interpretasi kardinalitas Contoh

minimum

Contoh

maksimum

Notasi grafis

Tepat satu) 1 1

atau

Nol atau satu 0 1

Satu atau lebih 1 Banyak(>1)

Nol, satu atau lebih 0 Banyak(>1)

Lebih dari satu >1 >1

(43)

Normalisasi adalah teknik analisis data yang mengatur atribut data dalam kelompok

untuk membentuk entitas yang nonredundan, stabil, fleksibel, dan mudah beradaptasi.

Esensi dari proses normalisasi ini adalah setiap relasi yang dinormalisasi harus

mempunyai satu tema. Sementara setiap relasi yang mempunyai dua atau lebih tema

harus dipecah ke dalam dua atau lebih relasi, yang masing-masing mempunyai satu

tema tersendiri.

2.5.4.1 Bentuk Normal Pertama(1NF)

Secara sederhana entitas berada dalam first normal form jika tidak ada atribut yang

dapat memiliki lebih dari satu nilai untuk contoh entitas tunggal. Atribut yang

memiliki banyak nilai mendeskripsikan entitas terpisah, mungkin sebuah entitas atau

hubungan. Relasi pada form normal pertama mungkin mempunyai anomali

modifikasi. Untuk menghilangkan anomali tersebut maka relasi yang ada dipecah ke

dalam dua atau lebih relasi.

2.5.4.2 Bentuk Normal Kedua

Entitas berada dalam second normal form (2NF) jika sudah berada dalam 1NF dan

jika seluruh atribut nonprimary-key tergantung pada primary key. Suatu relasi

mempunyai atribut tunggal sebagai primary key, maka relasi tersebut secara otomatis

berada pada form normal kedua.

2.5.4.3 Bentuk Normal Ketiga(3NF)

Entitas berada dalam third normal form jika telah berada dalam 2NF dan jika nilai

atribut nonprimary key tidak bergantung pada atribut nonprimary key lainnya. Atribut

nonkey yang tergantung pada atribut nonkey lainnya harus dipindahkan atau dihapus.

(44)

Semua anomali yang tersisa dari hasil penyempurnaan kebergantungan fungsional

telah dihilangkan.

2.5.4.5 Bentuk Normal Keempat (4NF)

Semua ketergantungan bernilai banyak (multivalued dependencies) telah dihilangkan.

2.5.4.6 Bentuk Normal Kelima (5NF)

Pada bentuk 5NF, semua anomali yang tertinggal telah dihilangkan.

Langkah-langkah normalisasi terus dilakukan dalam tahapan analisis model

data sehingga tidak ditemukan anomali-anomali lagi (baik anomali penyisipan,

penghapusan, maupun pembaharuan). Pada praktiknya, normalisasi hingga 3NF

seringkali sudah cukup memadai untuk menghilangkan anomali-anomali tersebut,

namun bentuk BCNF, 4NF, dan 5NF juga dilakukan untuk lebih mengefisienkan

perancangan database. Tidak ada standar baku sejauh mana langkah-langkah

normalisasi dilakukan.

2.6 Perancangan Antarmuka Pengguna (User Interface)

Dalam proses desain antarmuka pengguna (User Interface) harus memahami

unusur-unsur yang sering menyebabkan user mempunyai kesulitan dengan sistem yang

ditawarkan. Masalah-masalah antarmuka yang sering muncul antara lain sebagai

berikut (Wilbert Galitz dalam Jefferey, 2004):

1. Terlalu banyak menggunakan jargon atau akronim komputer.

2. Desain yang tidak jelas atau kurang intuitif.

3. Tidak mampu membedakan antara tindakan pilihan.

4. Pendekatan pemecahan masalah yang tidak konsisten.

(45)

Perancangan antarmuka pengguna juga harus memperhatikan kemampuan fisik

dan mental user. Manusia normal (rata-rata) memiliki memori jangka pendek yang

terbatas sehingga sangat rentan melakukan kesalahan terutama saat menangani banyak

data atau informasi atau berada di bawah tekanan.

Kemampuan pengguna merupakan dasar dari prinsip-prinsip perancangan

antarmuka. Berikut adalah prinsip-prinsip umum yang dapat diterapkan ke semua

perancangan antarmuka dan seharusnya diinstansiasi sebagai panduan perancangan

yang lebih rinci untuk organisasi atau tipe sistem tertentu yaitu sebagai berikut:

1. Kebiasaan pengguna

Antarmuka harus menggunakan istilah dan konsep yang diambil dari pengalaman

orang-orang yang akan paling sering menggunakan sistem tersebut.

2. Konsistensi

Jika memungkinkan, antarmuka harus konsisten dalam berbagai hal.

Operasi-operasi yang hampir sama harus diaktifkan dengan cara yang pula.

3. Meminimalisasi kejutan

Pengguna harus tidak dikejutkan oleh perilaku sistem.

4. Kemampuan pemulihan

Antarmuka harus mencakup mekanisme untuk memungkinkan sistem pulih dari

kesalahan-kesalahan (errors).

5. Panduan pengguna

Antarmuka harus menyediakan umpan balik yang berarti ketika terjadi kesalahan

dan menyediakan fasilitas bantuan yang bebas konteks(conteXt-sensitive).

6. Keragaman pengguna.

Antarmuka pengguna harus menyediakan fasilitas interaksi yang sesuai untuk

berbagai tipe pengguna sistem.

2.7 Konstruksi dan Implementasi Sistem

Pada tahap ini akan dilakukan konstruksi dan implementasi sistem berdasarkan hasil

perancangan.

(46)

Konstruksi sistem adalah pengembangan, instalasi, dan pengujian

komponen-komponen sistem. Tujuan fase konstruksi adalah untuk membangun dan menguji

sebuah sistem fungsional yang memenuhi persyaratan bisnis dan desain untuk

mengimplementasi antarnuka antara sistem baru dan sistem produksi yang telah ada.

Pemrograman biasanya dikenal sebagai aspek utama dari fase konstruksi. Berikut

adalah beberapa tugas pada fase kontruksi:

1. Membangun struktur fisik database

Membangun struktur fisik database dilakukan sebelum perancangan program.

Masukan utama pada tugas ini adalah skema database yang tetah ditentukan

selama desain sistem. Produk jadi dari sistem ini adalah struktur database yang

belum dipopulasikan(unpopulated) untuk database baru yang dapat digunakan

dalam sistem yang dibangun.

2. Menulis dan menguji program baru

Masukan utama dari tugas ini adalah pernyataan desain teknis, rencana untuk

pemrograman, dan pengujian yang dikembangkan selama desain sistem. Hasil

utama aktivitas ini adalah suatu perangkat lunak yang baru serta dokumentasi.

2.7.2 Implementasi Sistem

Implementasi sistem adalah pengiriman keseluruhan sistem ke produksi. Sistem

fungsional dari fase konstruksi adalah input kunci bagi fase implementasi. Hasil dari

fase implementasi adalah sistem operasional yang akan masuk ke tahapan operation

dan dukungan (support) dari siklus hidupnya. Berikut adalah beberapa tugas yang

terlibat dalam fase implementasi:

1. Pengujian sistem

Msukan utama dari tugas ini meliputi perangkat lunak yang sudah dibangun dan

program yang membentuk sistem baru. Pengujian sistem mungkin menghasilkan

modifikasi yang diperlukan oleh program, sehingga tugas ini akan mendorong

untuk kembali ke tugas fase konstruksi. Iterasi ini akan dilanjutkan sampai

pengujian sistem dianggap berhasil.

(47)

Pembuatan sistem baru membuat pengguna sistem harus dilatih dan dilengkapi

dengan dokumentasi (manual pengguna) yang akan memandu mereka untuk

menggunakan sistem baru tersebut.

3. Beralih ke sistem baru

Kepemilikan sistem secara resmi beralih dari analis sistem dan programmer (pihak

pengembang perangkat lunak) kepada pengguna akhir.

2.8 Database

Database adalah kumpulan data, umumnya mendeskripsikan aktivitas satu atau

beberapa organisasi yang berhubungan. Secara umum database adalah sekumpulan

tabel yang berhubungan yang menggambarkan dirinya sendiri. Dengan

menggambarkan dirinya sendiri, berarati bahwa deskripsi struktur database

terkandung dalam database itu sendiri. Jadi kita dapat menemukan isi database

dengan melihat ke dalamnya (David, 2004).

Database management system (DBMS) adalah perangkat lunak komputer

khusus yang disediakan dari vendor-vendor komputer yang digunakan untuk

membuat, mengakses, mengontrol, dan mengelola database. DBMS sering disebut

database engine. Mesin ini merespon perintah-perintah khusus untuk membuat

struktur database kemudian membuat, membaca, memperbaharui, dan menghapus

record-record pada sebuah database.

Keunggulan menggunakan DBMS untuk mengelola data adalah sebagai

berikut, (Raghu, 2004):

1. Kemandirian data. Data program aplikasi idealnya tidak diekspos pada detail

representasi dan penyimpanan data. DBMS menyediakan suatu pandangan abstrak

tentang data yang menyembunyikan detail tersebut.

2. Akses data efisien. DBMS memanfaatkan berbagai teknik yang canggih untuk

menyimpan dan mengambil data secara efisien.

3. Integritas dan keamanan data. Jika data selalu dilihat melalui DBMS, maka DBMS

dapat memanfaatkan batasan integritas. DBMS juga dapat memanfaatkan kontrol

akses yang menentukan data apa yang dapat dilihat oleh kelas pengguna yang

(48)

4. Administrasi data. Ketika beberapa pengguna berbagi data, pemusatan

administrasi data dapat memberikan perbaikan yang signifikan.

5. Akses konkurensi dan crash recovery. DBMS menjadwalkan akses konkuren pada

data dalam cara tertentu sehingga pengguna dapat memahami bagaimana

kelompok pengguna dapat memandang data sebagai data yang hanya diakses oleh

satu pengguna pada satu waktu.

6. Waktu pengembangan aplikasi terkurangi.

Dengan menggunakan database dapat membantu user untuk mengolah data

dengan mudah. Selain itu, database digunakan untuk memenuhi tujuan (objektif)

diantaranya sebagai berikut:

1. Mencegah terjadinya redundansi dan inkonsistensi data

2. Menjaga integritas (integrity) data

3. Menjaga keamanan (security) data

4. Menjaga kebebasan data (independent of data)

5. Untuk efisiensi ruang penyimpanan (space)

6. Mengontrol pemakaian data secara bersama-sama

2.9 MySQL

MySQL adalah sebuah sistem manajemen database relasi (relational database

management sistem) yang bersifat “terbuka” (open source). Terbuka maksudnya

MySQL boleh di-download oleh siapa saja, baik versi kode program aslinya maupun

versi binernya dan bisa digunakan secara gratis baik untuk dimodifikasi sesuai dengan

kebutuhan seseorang maupun suatu program aplikasi komputer. MySQL

menggunakan bahasa standar SQL (Structure Query Language) sebagai bahasa

interaktif dalam mengelola data.

Keunikan MySQL adalah sebuah database akan memiliki satu direktori data

yang berdiri sendiri, tidak bercampur dengan database lainnya yang ada di dalam

server tersebut.

Ada sembilan pertimbangan mengapa memilih MySQL yaitu sebagai berikut:

1. Kecepatan. Berdasarkan hasil pengujian, MySQL memilki kecepatan yang lebih

(49)

2. Mudah digunakan. Perintah-perintah dan aturan-aturan pada MySQL maupun

proses instalasinya relatif mudah digunakan

3. Open Source. Dengan konsep ini siapa pun dapat berpartisipasi untuk

mengembangkannya MySQL dan hasil pengembangan itu diserahkan kepada

umum atau kepada komunitas Open Source.

4. Kompatibilitas. MySQL telah digunakan untuk mengelola database dengan

jumlah 50 juta record.

5. Replikasi data. Dengan adanya fasilitas replikasi data ini, Anda dapat mempunyai

beberapa database bayangan pada beberapa server ‘anak’ lainnya yang berasal

dari satu database induk sehingga akan meningkatkan kinerja dan kecepatan

MySQL.

6. Biaya rendah.

7. Konektivitas dan keamanan. MySQL mendukung dan menerapkan sistem

keamanan dan izin akses tingkat lanjut, termasuk dukungan pengamanan dengan

cara pengacakan lapisan data.

8. Fleksibilitas/Portabilitas. MySQL mendukung perintah-perintah ANSI SQL 99

beberapa perintah database alternatif lainnya sehingga memudakan untuk beralih

dari dan ke MySQL.

9. Lintas platform sistem operasi. MySQL dapat dijalankan pada beberapa sistem

operasi yang berbeda, seperti Linux, Microsoft Windows, FreeBSD, Sun Solaris,

IBM’s AIX, Mac OS, HP-UX, AIX, QNX, Novell NetWare, SCO OpenUnix, SGI

(50)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1Analisis

Tujuan analisis sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini

adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu mencakup

masukan dan keluaran yang harus disediakan oleh sistem, serta informasi yang

dibutuhkan oleh pengguna. Proses tersebut akan menjadi masukan bagi proses

perancangan sistem secara keseluruhan.

3.1.1 Identifikasi Masalah

Proses penilaian dalam menyeleksi calon siswa baru kelas unggulan yang

selama ini dilakukan secara manual dan kurang memperhatikan potensi yang dimiliki

oleh siswa. Penilaian yang dilakukan selama ini dengan menggunakan persentase

untuk setiap kategori tanpa memperhatikan keunggulan yang dimiliki siswa untuk

masing-masing kriteria.

3.1.2. Constraint

Nilai setiap peserta yang akan diterima dibandingkan dengan nilai peserta lainnya.

Panitia tidak memiliki standar nilai tertentu. Panitia memberikan nilai parameter dan

bobot untuk masing-masing kriteria. Nilai parameter dan bobot yang diberikan

(51)

penilaian berupa ranking yang terurut secara ascending. Selanjutnya panitia yang akan

menentukan siswa yang lulus seleksi.

3.1.3 Analisis Kebutuhan Fungsional Sistem

Kebutuhan fungsional sistem mendefinisikan hal-hal yang dibutuhkan oleh sistem

yang akan dibangun, diantaranya :

1. Dukungan untuk perubahan basis data, mencakup proses update, edit dan Delete

terhadap basis data.

2. Membuat laporan hasil seleksi dengan metode preference ranking organization for

enrichment evaluation untuk seluruh kriteria.

3.1.4 Analisis Kebutuhan Pengguna

Pengguna sistem pendukung keputusan ini adalah admin dalam hal ini panitia

penerimaan siswa baru kelas X Unggulan. Interaksi admin dengan sistem adalah

sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk melakukan proses insert, delete dan update data kriteria, dan

data peserta.

2. Memberikan informasi data siswa.

3. Memberikan informasi hasil perangkingan.

3.1.5 Analisis Masukan Sistem

Masukan yang dibutuhkan perangkat lunak Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan

Siswa Baru Kelas X Unggulan adalah sebagai berikut:

1. Masukan data kriteria untuk penerimaan siswa baru yang sudah ditentukan.

2. Masukan data calon siswa.

3. Masukan nilai ujian.

(52)

3.1.6 Analisis Keluaran Sistem

Keluaran sistem adalah laporan hasil seleksi dengan metode preference ranking

organization for enrichment evaluation untuk seluruh kriteria yang terurut secara

ascending.

3.2 Perancangan Logika

Pemodelan memiliki perananan yang sangat penting dalam pengembangan sistem,

karena melalui model proses dan model data yang dikembangkan pada tahapan

perancangan logika, analis sistem dan pengguna dapat saling berkomunikasi untuk

memperhalus persyaratan dan fungsionalitas sistem tanpa harus merepotkan pengguna

dengan istilah-istilah teknologi informasi yang dapat menyulitkan mereka.

3.2.1 Pemodelan Proses

Pemodelan proses merupakan teknik mendokumentasikan bagaimana data diproses

oleh sistem, atau dapat juga dikatakan bahwa pemodelan proses menunjukkan

bagaimana data mengalir melalui serangkaian langkah pemrosesan. Subbab ini akan

membahas pemodelan proses dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD)

dengan memakai notasi Gane dan Sarson yang dimulai dari pembuatan diagram

konteks kemudian secara bertingkat dilakukan pemecahan (dekomposisi) terhadap

diagram konteks menjadi fungsi-fungsi dan tugas-tugas yang lebih spesifik.

Data Flow Diagram adalah suatu diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk

menggambarkan arus data dalam sistem, yang penggunaannya sangat membantu

(53)

3.2.1.1 Bagan Alir Proses Promethee

Gambar 3.1 di bawah ini menjelaskan bahwa proses Promethee berawal dari

inputan data nilai siswa yang diinputkan user. Dari data input-an tersebut pada analisis

multikriteria terdapat 6 rekomendasi fungsi preferensi kriteria yang telah disiapkan.

Masing-masing kriteria terdapat berbagai parameter yang berbeda-beda. proses

selanjutnya administrator menginputkan nilai parameter pembanding yang akan

digunakan dalam rekomendas fungsi.

mulai

f1(x),f2(y),...fk(n) = kriteria yang akan diuji

Net Flow = Leaving Flow – Entering Low

Hitung indeks

(54)

Dengan menggunakan data nilai siswa, fungsi preferensi kriteria yang telah

disiapkan beserta parameter dibandingkan dengan data nilai siswa untuk menghasilkan

urutan parsial (Promethee I). hasil dari proses Promethee I yang berupa nilai leaving

flow dan entering flow kemudian dikurangkan untuk menghasilkan net flow yang

merupakan urutan lengkap atau Promethee II.

3.2.1.2 Data Flow Diagram (DFD)

Perancangan sistem ini dilakukan untuk mendesain DFD dari sistem tersebut.

Langkah pertama dalam perancangan Data Flow Diagram dengan membuat konteks

diagram untuk menjelaskan gambaran umum dari sistem. Berikut ini merupakan

konteks diagram level 0, level 1, dan level 2.

3.2.1.2.1 Diagram Konteks (Context Diagram)

admin

Spk penerimaan siswa baru Dengan promethee Data siswa

Tipe kriteria Parameter preferensi

Laporan hasil seleksi

Gambar 3.2 Konteks Diagram SPK Penerimaan Siswa Baru Kelas Unggulan

Diagram konteks pada Gambar 3.2 dibangun untuk memodelkan batasan dan ruang

lingkup sistem. Diagram konteks tersebut merepresentasikan antarmuka utama sistem

yang ditandai dengan nomor proses 0 beserta interaksinya dengan lingkungan

eksternalnya. Admin memiliki data login sebagai hak akses untuk memasuki sistem.

Admin memasukkan data mentah seperti data siswa, nilai tes, tipe preferensi untuk

Gambar

Gambar 2.2 Quasi Criterion (Sumber: Brans, 1982)
Gambar 2.3 Kriteria dengan Preferensi Linier (Sumber: Brans, 1982)
Gambar 2.4 Level Criterion (Sumber: Brans, 1982)
Gambar 2.5 Kriteria dengan Preferensi Linier dan Area yang Tidak Berbeda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan uji t untuk melihat apakah ada hubungan yang signifikan atau tidak antar variabel, dan ternyata tolak H0, dengan kata lain terdapat hubungan yang signifikan

Dari beberapa pengumpulan data yang ada ( data primer dan sekunder ), berikut ini adalah hasil data survey yang diperoleh agar dapat dianalisa dalam perhitungan

Permasalahan yang dimiliki bu heni selaku Mitra 1 adalah proses pengadaan krupuk dilakukan dengan membeli pada pihak ke dua kemudian dikemas secara mandiri di rumah namun

Hasil perhitungan alat ialah sistem penggerak excavator dengan daya motor bensin yang digunakan 2 Kw untuk menggerakan pompa hidrolik sehingga daya yang dikeluarkan pompa

menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “Dampak Faktor-Faktor Keagenan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biaya Transaksi Terhadap Rasio Pembayaran Dividen ” tidak

[r]

Program keselamatan kerja merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko dan paparan

produktivitas kerja karyawan pada PT. Utami Agribisnis Gorontalo. Semakin baik motivasi komunikasi interpersonal, maka produktivitas kerja.. karyawan akan meningkat. Nilai