• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan dan Analisis Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengolahan dan Analisis Data"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

METODE

PENELlTlAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini rnenggunakan rnenggunakan data sekunder yang berkaitan dengan rnasalah kerawanan pangan tahun 2004 atau 2005 serta intewensi yang telah dilakukan pada tahun 2006. Kegiatan penelitian dilakukan selarna satu tahun rnulai Februari 2007 hingga Mei 2008.

Penelitian analisis tingkat kerawanan pangan dilakukan di Kota Bogor.

Pernilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) atas pertirnbangan bahwa daerah tersebut rnerupakan daerah penyangga ibukota negara dan rnerupakan perkotaan bukan daerah produksi tanarnan pangan.

Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikurnpulkan adalah data sekunder yang berhubungan dengan akses pangan rneliputi jurnlah rurnahtangga rniskin, jurnlah rurnahtangga dengan akses listrik; kesehatan dan gizi rneliputi angka harapan hidup (AHH), prevalensi balita gizi kurang (BBIU), rasio jurnlah penduduk per dokter, jurnlah rurnahtangga dengan akses ke air bersih, dan jurnlah anak yang tidak rnendapat irnunisasi, konsurnsi pangan masing-masing kecarnatan serta jurnlah penduduk dari masing-masing kecarnatan; dan program yang berkaitan dengan pangan dan gizi

pada tahun 2006.

Data diperoleh dengan cara penelusuran pada instansi terkait, rneliputi Dinas Agribisnis, Badan Pusat Statistik (BPS), Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perusahaan Daerah Air Minurn (PDAM), Dinas Kesehatan, Kantor Kependu- dukan dan Catatan Sipil Kota Bogor. Data keadaan urnurn wilayah rneliputi garnbaran umurn lokasi penelitian, letak geografis, penggunaan lahan, penduduk, angka rnelek huruf, jenis pekerjaan dan ketersediaan pangan penduduk Kota Bogor.

Jenis data dari kornponen akses. pangan, kesehatan dan gizi serta realisasi program terdapat pada Tabel 1.

(2)

Tabel 1 Jenis, surnber dan tahun data yang diperlukan Korn~onen

kerawanan pangan- Jenis data Surnber data Tahun

realisasi program

Akses Pangan Jurnlah Kantor Kependudukan dan 2005 rumahtangga rniskin Catatan Sipil

Jurnlah PLN

rumahtangga yang rnendapat

sarnbungan listrik

Kesehatan dan Gizi Angka Harapan BPS 2004

Hidup

.

Prevalensi balita Dinas Kesehatan 2005 gizi kurang menurut

BBlU

.

Jumlah anak yang Dinas Kesehatan 2005 tidak mendapat

imunisasi

Jurnlah Dinas Kesehatan 2005

rurnahtangga yang rnendapat air bersih

* Jurnlah dokter Dinas Kesehatan 2005

* Konsurnsi pangan Dinas Kesehatan penduduk di

masing-masing kecarnatan

Kepadatan BPS

penduduk

Realisasi Program .Program yang Dinas Pendidikan, Dinas 2006 berkaitan dengan Agribisnis, Dinas Kesehatan, Pangan dan Gizi Dinas Tata Kota dan

Pertarnanan, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Dinas Perindagkop, Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil, Bappeda

Pengolahan dan Analisis Data

Gambaran urnurn wilayah Kota Bogor dianalisis dari data ketersediaan pangan yang berasal dari data produksi beras, jagung dan ubi kayu, ubi jalar dan jagung serta jumlah penduduk. Data tersebut diperoleh dari Dinas Agribisnis tahun 2005.

lndikator yang dipergunakan dalarn penilaian kerawanan pangan dari kornponen akses pangan dilihat dari: 1) jurnlah rurnahtangga miskin, 2) persentase rurnahtangga dengan akses listrik; kesehatan dan gizi dinilai dari 1) angka Harapan Hidup (AHH), 2) prevalensi balita gizi kurang, 3) jumlah

(3)

penduduk per dokter sesuai dengan kepadatan penduduk, 4) persentase rumahtangga yang akses ke air bersih 5) persentase anak yang tidak diimunisasi dan 6) tingkat konsumsi pangan. lndikator dan definisi komponen kerawanan pangan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 lndikator dan definisi komponen kerawanan pangan

Kategori lndikator Definisi

Akses Pangan 1. Persen rurnahtangga Rurnahtangga Pra-sejahtera dan rniskin Rurnahtangga Sejahtera 1 karena

alasan ekonomi dalarn klasifikas Kesejahteraan BBKKBN

2. Persen RT terhubung Persen rurnahtangga yang rnernpunyai fasilitas listrik akses terhadap fasilitas listrik

Kesehatan dan 3. Angka Harapan Hidup Rata-rata jumlah tahun hidup yang

Gizi (AHH) diharapkan akan dicapai seorang anak

pada saat lahir

4. Prevalensi balita gizi Persentase anak di bawah urnur kurang (BBIU) 5 tahun dengan berat kurang dari

tingkat sedang sarnpai tinggi (kurang dari -2 SD berdasarkan standar NCHS) per kecarnatan

5. Rasio jurnlah penduduk Total populasi dibagi total dokter di per dokter terhadap kecarnatan dibagi dengan kepadatan kepadatanpenduduk penduduk

6. Populasi dengan akses Pernbagian jurnlah rurnahtangga yang ke air rninurn bersih rnernperoleh air bersih dengan total

rurnahtangga per kecarnatan

7 . Persen anak yang tidak Persen anak yang berumur 12 sarnpai diirnunisasi 13 bulan yang tidak diirnunisasi carnpak

per kecamatan

8. Tingkat konsumsi Rata-rata konsurnsi pangan pangan dibandingkan dengan Angka

Kecukupan Gizi (AKG)

- - - - -

Data konsumsi diambil dari Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) Kota Bogor. Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dalam rangka ketahanan pangan untuk mengetahui besaran rawan pangan, secara berkala setiap tiga tahun sekali. PKG ini menjadi sangat penting untuk dilaksanakan secara berkala, sehingga pemerintah daerah dapat melakukan kebutuhan konsumsi pangan di wilayah kerja masing-masing. PKG dilaksanakan agar ketahanan pangan tingkat rumahtangga bisa selalu diketahui. Hasil PKG dapat dianalisis sebagai masukan pemerintah daerah untuk rencana pembangunan pangan dan gizi.

(4)

Data dianalisis secara deskriptif, kemudian diklasifikasikan ke dalarn enarn kategori kerawanan pangan berdasarkan indikator yang ada. Suatu rumahtangga dikatakan tahan pangan jika Tingkat Konsurnsi Energi di atas 70 persen (TKE >70%). Jika Tingkat Konsurnsi Energi di bawah 70 persen (TKE

<70%), rnaka rurnahtangga tersebut dikatakan rawan pangan (Depkes 2000).

lndikator yang digunakan dalam analisis kerawanan pangan rnenyesuaikan dengan indikator FIA (Food lnsecurify Aflas) yang digunakan WFP (World Food Programme 2003) dalam analisis kerawanan pangan nasional.

Narnun telah dilakukan penyesuaian pengukuran untuk meningkatkan akurasinya yaitu indikator ketersediaan yang semula digunakan satuan berat kemudian diperbaiki dengan melihat kecukupan energi (satuan kalori).

Analisis kesesuaian program pernerintah daerah Kota Bogor dengan keadaan kerawanan pangan menggunakan analisis deskriptif. Analisis ini rneliputi situasi kerawanan pangan tingkat kecarnatan, kesesuaian program dengan situasi kerawanan pangan serta untuk menyusun rekornendasi jenis program.

Konsurnsi normatif per kapita diukur dengan 1) Kornoditas yang dipertimbangkan adalah padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar yang diproduksi di daerah tersebut, 2) Ketersediaan pangan dalam satuan kalori, dan 3) Kebutuhan normatif dihitung dalam satuan 270 grlkaplhari atau 1100 kkallkapitalhari.

Penilaian pada masing-masing indikator kerawanan pangan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Penilaian pada masing-masing indikator kerawanan pangan

lndikator Uraian

1. % jurnlah Pengukuran

rumahtangga miskin A = Jurnlah rumahtangga Pra - Sejahtera (rurnahtangga)

.

B = Jurniah rumahtangga sejahtera I (rurnahtangga) C = Total rumahtangga di masing-masing kecamatan Rumusan indiaktor 2 adalah :

X2 = (A+B)/C * 100%

Penilaian

1. >30 3 Sangat Rawan

2.

.

2 5 - 30 3 Rawan 3. > 2 0 - 25 3 Agak Rawan 4. > 15-20

+

CukupTahan 5. 6.

.

< = 1 0 - 15 I 0

+

3 Sangat Tahan Tahan 2. % rumahtangga Pengukuran

dengan akses listrik

.

Rumahtangga yang menggunakan listrik, baik dari PLN maupun dari cara lain seperti diesel, kincir air, dl1

+

A

-

Jumlah rumahtangga yang terdapat di wilayah tersebut

+

B

= Rumusan indiaktor 3 : x 3 = (PlB)'100%

(5)

Tabel 3 Penilaian pada masing-masing indikator kerawanan pangan (Lanjutan)

lndikator Uraian

Penilaian

3. Angka Harapan Hidup (AHH)

1. <75 3 Sangat Rawan

2. 7 5 - c 8 0 3 Rawan 3. 60 - <85 -3 Agak Rawan 4. 85 - 4 0 3 CukupTahan 5. 90 - c95 -3 Tahan 6. >= 95 3 Sangat Tahan Pengukuran

= Rata-rata jumlah tahun hidup yang diharapkan akan dicapai Jumlah total anak berumur 1 tahun dibagi dengan jumlah total anak hidup saat dilahirkan

Penilaian - -

-.

3. 57 - <59 -3 Agak Rawan 4. 59 - <61 -3 Cukup Tahan

5. 61 - c63 3 Tahan

6. 5 6 3 -3 Sangat Tahan

4. % Balita Gizi kurang Pengukuran Jumlah balita

Jumlah balita gizi kurang Rumusan indiaktor 5 :

X5 = (NB) ' 100%

Penilaian

1 . > 5 0 3 Sangat Rawan

2. > 45- 50 -3 Rawan 3. > 4 0 - 45 3 Agak Rawan 4. > 3 5 - 4 0 3 CukupTahan

5. > 2 5 - 3 0 3 Tahan

6. c=25 3 Sangat Tahan

5. Jumlah penduduk Penaukuran per dokter sesuai

dengan kepadatan penduduk

~ ~~

~ i m l a h penduduk per dokter sesuai dengan kepadatan penduduk merupakan perhitungan dari total populasi dibagi total dokter di kecamatan menghasilkan jumlah penduduk per dokter.

= Hasilnya kemudian dibagi dengan kepadatan penduduk untuk memperoleh jumlah populasi terkoreksi yang dilayani per dokter.

Semakin banyak penduduk yang dilayani seorang dokter di wilayah tertentu menunjukkan semakin rendah akses penduduk terhadap pemeiiharaan kesehatan.

= Rumusan indiaktor 6 : X6 = (NB)/C '100 A = Jumlah penduduk (jiwa)

B = Jumlah dokter (orang)

C = Kepadatan penduduk (jiwalkm2) Penilaian

1. > = l o o 3 Sangat Rawan 2. 8 0 - < I 0 0 3 Rawan 3. 60 - < 8 0 -3 Agak Rawan 4. 4 0 - <60 -3 CukupTahan 5. 20 - <40 3 Tahan 6. <20 -3 San at Tahan 6. % rumahtangga Pengukuran

akses ke air bersih * Jumlah RT yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari- hari tahun 2005 (A)

Jumlah RT menggunakan sumur gali, PAM,

sumur Pornpa, hidrant umum, perpipaan air, mata air (B)

-

Rumusan indiaktor 6 : X6 = (BIA) ' 100%

(6)

Tabel 3 Penilaian pada masing-masing indikator kerawanan pangan (Lanjutan)

indikator Uraian

Penilaian

1. < = 4 0 3 Sangat Rawan

2. > 4 0 - 5 0 3 Rawan

3. > 5 0 - 6 5 3 Aaak Rawan

4. > 65 - 80 3 c i k u p Tahan 5. > 80 - 90 3 Tahan

6. > = 9 0 3 Sangat Tahan

7. % anak yang tidak Pengukuran

diimunisasi ~ersentase anak yang berumur 12 - 13 bulan yang diimunisasi (A).

Ju'mlah anak yang terdapat di wilayah tersebut (B).

Rurnusan indiaktor 7 : X7 = (1-(BIA) * 100 % Peniiaian

1. > 2 0 3 Sangat Rawan

2. 1 5 - < 2 0 3 Rawan

3. 1 0 - < 1 5 3 Aaak Rawan 4. 5 - < 10 3 ~ i k u p Tahan

5. 2.5 - <5 3 Tahan

6. <2.5 3 Sangat Tahan

8. Tingkat konsumsi Pengukuran

pangan c70%

-

~iasifikasi tingkat konsumsi pangan yang dipergunakan adalah klasifikasi menurut Departemen Kesehatan (1996)

Penilaian

1. >50 3 Sangat Rawan

2. 4 0 - < 5 0 3 Rawan

3. 30 -<40

+

Agak Rawan

4. 2 0 - <30 3 Cukup Tahan

5. 10 - <20 3 Tahan

6. < I 0 3 Sangat Tahan

Hasil analisis seluruh indikator yang sangat mempengaruhi kerawanan pangan pada masing-masing kecamatan kemudian diurutkan menurut kategori dengan menggunakan metode ranking. Untuk mengetahui tingkat kerawanan dihitung berdasarkan tingkat kerawanan yang dibagi menjadi enam status tingkat kerawanan (Dewan Ketahanan Pangan RI & Program Pangan Dunia 2003) yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rangking tingkat kerawanan pangan

Tingkat kerawanan Total Skor

Sangat Rawan 8-1 4

Rawan Agak Rawan Cukup Tahan

Tahan 35-41

Sangat Tahan 42-48

(7)

Definisi Operasional

1. Tingkat kerawanan pangan adalah keadaan ketidakcukupan pangan rurnahtangga untuk mernenuhi kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan (hidup aktif dan produktif) pada waktu tertentu yang dilihat dari akses pangan dan kesehatan dan gizi.

2. Akses pangan adalah keadaan ekonorni rurnahtangga dan sarana penunjang

d"

peningkatan ekonorni yang rnendukung kemudahan rurnahtangga untuk rnemperoleh pangan.

2a. Persen miskin adalah persentase rurnahtangga yang rnasuk kategori Rurnahtangga Pra-Sejahtera dan Rumahtangga Sejahtera I dibandingkan total rumahtangga di masing-masing kecarnatan

2b. Persen listrik adalah persentase rurnahtangga yang rnendapat sambungan listrik di kecamatan tersebut yang tecatat resmi di PLN.

3. Kesehatan dan gizi adalah salah satu aspek kerawanan pangan yang berkaitan dengan sarana dan pelayanan yang rnendukung kesehatan rumahtangga di kecamatan Kota Bogor.

3a. Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata jurnlah tahun hidup yang diharapkan akan dicapai seorang anak pada saat lahir.

3b. Prevalensi gizi kurang adalah penjurnlahan antara prevalensi balita yang berstatus gizi kurang dan buruk di masing-masing kecarnatan yang diambil dari data hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Balita (0-59 bulan) tahun 2006.

3c. Rasio jurnlah penduduk per dokter adalah perbandingan antara total populasi dengan total dokter di kecamatan dibagi dengan kepadatan penduduk.

3d. Persen akses air bersih adalah persentase pembagian antara jumlah rumahtangga yang rnernperoleh air bersih yang berasal dari sumur gali, PAM, sumur pornpa, hidrant urnum, perpipaan air, mata air dengan jumlah rurnahtangga di masing-masing kecamatan.

3e. Persen anak tidak irnunisasi adalah persentase anak yang berumur 12 - 13 bulan yang tidak mendapat irnunisasi campak. lmunisasi yang dipakai sebagai patokan adalah irnunisasi campak dengan asurnsi anak yang telah diimunisasi carnpak berarti telah rnendapat irnunisasi sebelumnya (BCG, DPT, dan Polio).

(8)

3f. Tingkat konsurnsi pangan adalah perbandingan jurniah kebutuhan energi yang dikonsurnsi dengan angka kecukupan energi (AKE) yang dianjurkan.

4. Ketersediaan (tingkat kecamatan) adalah jurnlah pangan yang harus tersedia untuk rnernenuhi kebutuhan pangan rurnahtangga di kecarnatan.

5. Konsurnsi norrnatif adalah rasio kebutuhan pangan pokok penduduk per tahun dibandingkan dengan produksi tanaman pangan setara beras per tahun di tiap kecamatan.

6. Prograrnlintervensi pernerintah adalah kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pernerintah Kota Bogor rnelalui instansi terkait untuk rnencegah dan menanggulangi kerawanan pangan.

7. Rekornendasi adalah saran yang diajukan sesuai dengan hasil kajian untuk rnencegah dan rnenanggulangi rnasalah yang berkaitan dengan kerawanan pangan di tiap kecarnatan.

8. lndikator adalah sesuatu yang dapat rnernberikan indikasi terjadinya kerawanan pangan di suatu wilayah.

Gambar

Tabel  1 Jenis, surnber dan tahun data yang diperlukan  Korn~onen
Tabel  2  lndikator dan definisi komponen kerawanan pangan
Tabel 3  Penilaian pada masing-masing indikator kerawanan pangan (Lanjutan)  lndikator  Uraian  Penilaian  3
Tabel 3  Penilaian pada masing-masing indikator kerawanan pangan (Lanjutan)  indikator  Uraian  Penilaian  1

Referensi

Dokumen terkait

kegiatan menonton guru terlebih dahulu melaksanakan kegiatan pengembangan seperti menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, membuat kelompok anak, dan membuat

Penelitian ini dilakukan untuk menerapkan LKS yang berbasis pendekatan keterampilan proses pada materi ekosistem dan mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas

Jotta kiinteistövero olisi metsänomistajan verorasituksen kannalta neutraali, puun myyntitulon verotuksen kanssa päällekkäinen kiinteistövero tulisi voida vähentää puun

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script menggunakan Mind Mapping pada materi Ekosistem

menafsirkan grafik gerak kecepatan tetap untuk mendapatkan kecepatan/ kelajuan, posisi awal, dan jarak/perpind ahan suatu benda melalui kegiatan diskusi kelompok

1) Traksi: jaringan mengalami tarikan yang cukup kuat melebihi batas kelenturan sehingga mengakibatkan kerobekan otot atau ligamentum, misalnya: tarikan tendo

Saat kemudian iklan tidak terbatas dibuat untuk korporasi, melainkan juga dibuat untuk kepentingan-kepentingan politik, maka semakin lama muncullah ketergantungan

Berdasarkan asumsi bahwa UMPTN benar dan dapat dipercaya, penulis mengungkapkan bahwa banyak sekali lulusan SMTA dari Jawa yang cukup potensial dan tidak diterima di manapun,