PARAMETER DAN METODE UJI EKSTRAK
(Metode Uji Parameter Non Spesifik)
TIM DOSEN STANDARISASI DAN PENENTUAN MARKER OBA
TM KE 6
Parameter Non Spesifik
❖ Adalah semua aspek yang tidak terkait dengan aktifitas farmakologi secara langsung namun
mempengaruhi aspek keamanan dan stabilitas ekstrak serta sediaan yang dihasilkan
❖ Standarisasi dan analisis aspek nonspesifik
diarahkan pada batas maskimal yang diperkenan- kan terhadap material berbahaya yang ada di
dalam ekstrak
Parameter Non Spesifik
Meliputi :
1. Penetapan Kadar Air
2. Penetapan Susut Pengeringan 3. Penentuan Bobot Jenis
4. Penetapan Sisa Pelarut 5. Penetapan Kadar Abu
6. Penetapan Cemaran Mikroba
7. Penetapan Cemaran Logam Berat
8. Penetapan Residu Pestisida
1. Penetapan Kadar air
❖ Tujuan : menetapkan residu air setelah proses pengentalan atau pengeringan
❖ Pengukuran kadar air ditentukan dengan metode:
1. Titrasi (langsung dan tidak langsung), pereaksi yg digunakan adalah Karl-Fischer
2. Destilasi, pereaksi yang digunakan adalah toluen 3. Gravimetri (tidak sesuai untuk ekstrak dgn
kandungan minyak atsiri tinggi)
Penetapan Kadar air (lanjutan)
Titrasi langsung Titrasi tidak langsung
±20 ml methanol (dalam labu titrasi) → dititrasi dengan Karl Fischer s/d TAT → masukan
(dgn cepat) zat (mengandung
±10-50 mg air) → aduk 1
menit → titrasi dgn Karl Fischer yg telah diketahui kesetaraan airnya
±20 ml methanol (dalam labu titrasi) → dititrasi dengan Karl Fischer s/d TAT → masukan (dgn cepat) zat (mengandung ±10-50 mg air) → aduk 1 menit →
tambahkan Karl Fischer berlebih yg diukur seksama → titrasi dgn baku air-metanol
Sumber gambar: google image
b. Destilasi
Penetapan Kadar air
(lanjutan)
Sumber gambar: Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan, Jakarta
c . Metode Gravimetri (= susut pengeringan)
▪ Cawan kosong dipanaskan dalam oven pada suhu 105 0C
selama 30 menit, didinginkan dalam eksikator selama 15 menit, lalu ditimbang (W0).
▪ Masukkan + 10 gr ekstrak dalam wadah yg telah tara (W1).
▪ Keringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam → didinginkan dalam eksikator selama 15-30 menit → timbang
▪ Lanjutkan pengeringan dan timbang dg jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut2 tdk lebih dari 0,25% (W2).
Kadar air (%) = (W1 – W2) x 100 (W1 – W0)
❖ Prinsip : Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105
oC selama 30 menit atau sampai berat konstan yang dinyatakan sebagai nilai prosen (%)
❖ Dalam hal khusus, jika bahan tdk mengandung minyak menguap/m. atsiri & sisa pelarut organik menguap maka identik dg kadar air yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka
❖ Tujuan : memberi batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yg hilang pd proses pengeringan
2. Penetapan Susut Pengeringan
2. Penetapan Susut Pengeringan
Cara:
✓ botol timbang dangkal bertutup dalam kondisi kosong
dipanaskan 105 °C selama 30 menit, dinginkan & tara →
✓ masukan 1-2 g ekstrak, ratakan
→ masukan ke dalam oven, buka tutupnya, keringkan pada suhu 105 °C selama 30 menit →
✓ dlm keadaan tertutup dinginkan dlm eksikator hingga suhu
kamar, timbang
.Catatan:
❖ Sebelum tiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator
❖ Jika sulit kering dan mencair pada pemanasan, tambahkan 1 g silika yg telah ditimbang seksama (sebelumnya silika dikeringkan dan disimpan dulu dalam eksikator sampai suhu kamar) → campuran ekstrak+silika dipanaskan lagi pada suhu tersebut damapi bobot tetap
❖ Lakukan hingga bobot tetap: perbedaan 2x penim- bangan berturut-turut setelah dikeringkan/dipijar
selama 1 jam < 0,25% atau perbedaan penimbangan
tsb <0,5 mg
❖ Prinsip : masa persatuan volume pada suhu kamar tertentu (25 °C) yang ditentukan dg alat khusus
piknometer atau alat yg lainnya
❖Tujuan :
▪ memberikan batasan tentang besarnya masa per satuan volume yg merupakan parameter khusus
ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental) yg masih dapat dituang
▪ Memberikan gambaran kandungan kimia terlarut
3. Penentuan Bobot Jenis
3. Penentuan Bobot jenis
Prosedur:
piknometer (dlm kondisi bersih, kering dan telah dikalibrasi), ditimbang → Ekstrak cair (suhu ±20 °C) dimasukan ke dalam
piknometer → atur suhu piknometer+ekstrak hingga suhu ±25 °C), tutup → buang
kelebihan ekstrak cair → piknometer+ekstrak ditimbang. Lakukan hal yg sama thdp air.
Cara hitung:
BJ = pikno+ekstrak/pikno+air x BJ air
Sumber gambar: google image
4. Penetapan Sisa Pelarut
❖ Tujuan : menetapkan kandungan sisa pelarut tertentu setelah pengeringan
❖ Metode: destilasi (penetapan kadar etanol), atau
metode lain seperti: Kromatografi gas-cair (kolom kaca berisi S3; gas pembawa = Nitrogen/Helium; detektor = FID)
❖ Nilai: maksimal yg diperbolehkan, namun jika pelarut tsb
berbahaya (co: kloroform) maka nilainya harus negatif
5. Penetapan Kadar
❖ Tujuan : memberikan gambaran
Abu
kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak
❖ Kadar abu dinyatakan dalam % (b/b)
❖ Prosedur :
➢ Penetapan kadar abu total,
➢ penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
➢ Penetapan kadar abu larut asam
Sumber gambar: google image
5. Penetapan Kadar Abu (lanjutan)
a. Penetapan kadar abu total
Pijar dan tara krus silikat → 2-3 g ekstrak (telah digerus)
dimasukan ke dlm krus silikat, ratakan → pijar perlahan suhu 500-600°C hingga arang habis (jadi abu putih), dinginkan
dlm desikator, timbang.
Catatan:
- Jika arang tidak hilang: tambahkan air panas 2 ml → saring dgn kertas saring bebas abu → filtrat masukan Kembali
dlm krus, uapkan dgn waterbath, pijarkan kembali bersama
kertas tersebut dalam krus yg sama hingga bobot tetap,
timbang.
5. Penetapan Kadar Abu (lanjutan)
b. Kadar abu larut dalam air
❖ Abu yang diperoleh dari kadar abu total, didihkan dengan 25 ml aquades (tutup dgn kaca arloji) selama 5 menit
❖ Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam air, saring dengan kertas saring bebas abu
❖ Bilas dengan dgn air panas, pijarkan bahan yg larut air dalam krus di dalam oven pada suhu >450 °C selama 15 menit hingga bobot tetap, dinginka dlm desikator 30 menit dan ditimbang
❖ Hitung kadar abu yang tidak larut asam terhadap bahan
yang telah dikeringkan
c. Kadar abu tidak larut dalam asam
Tujuan: ukur keberadaan cemaran silika dari pasir/tanah
❖ Abu yang diperoleh dari kadar abu total, didihkan dengan 25 ml H
2SO
4/ HCl encer P (tutup dgn kaca arloji) selama 5
menit
❖ Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring dengan kertas saring bebas abu
❖ Cuci dgn air panas, pijarkan kertas saring yang mengandung bahan yg tidak larut asam dalam krus di atas hotplate hingga bobot tetap, dinginka dlm desikator 30 menit dan ditimbang
❖ Hitung kadar abu yang tidak larut asam terhadap bahan yang telah dikeringkan
5. Penetapan Kadar Abu
(lanjutan)
6. Penetapan Cemaran Mikroba
❖ Definisi: menentukan adanya mikroba patogen secara analisis mikrobiologi
❖ Tujuan: memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba patogen dan non
patogen melebihi batas yang ditetapkan ➔ akan
berpengaruh pd stabilitas ekstrak dan berbahaya
bagi kesehatan
❖ Mikroba patogen : Salmonella thypi, E. Coli, Bacillus subtilis, Aspergillus flavus, S.aureus
❖ Batasan cemaran mikroba:
a) ALT : < 10
4kol/g
b) Angka kapang /kamir : < 10
3kol/g c) MPN coliform : < 3 kol/g
d) Mikroba patogen : negatif
❖ Prosedurnya :
1. Uji Angka Lempeng Total
2. Uji Nilai Duga Terdekat (MPN) Coiliform
Sterilisasi Ekstrak
1. Merendam semua ekstrak ke dalam etanol 70%
semalam kemudian diuapkan dengan tangas air stainless
2. Semua ekstrak disterilkan dengan sinar UV - 18
jam
Penetapan Angka Lempeng Total (ALT)
❖ Prinsip: pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai.
❖ Media : Plate Count Agar (PCA)
❖ Pereaksi : Pepton dilution Fluid (PDF), Fluid Casein
Digest Soy Lecithin Polysorbat (FCDSLP), minyak
mineral (parafin cair), tween 80 dan 20
❖ Prosedur : Monografi ekstrak tumbuhan obat Indonesia, 2006 hal 219
❖ Penghitungan : dipilih cawan petri yang
menunjukkan jumlah koloni 30 - 300. Jumlah koloni dihitung kemudian dirata-rata dan
dikalikan dengan faktor pengencerannya. Hasil
dinyatakan dengan ALT dalam tiap gram.
Prosedur ALT
Sumber gambar : google image
Uji Nilai Dugaan Terdekat (MPN) Coliform
❖ Prinsip: melihat adanya pertumbuhan bakteri
coliform setelah cuplikan diinokulasi pada media yang sesuai.
❖ Adanya reaksi fermentasi dan pembentukan gas di dalam tabung durham menandakan adanya bakteri coliform
❖ Media dan Pereaksi : PDF, MCB/LB, BGLB, EMBA,
VRBA, MR-VP, Trypton Broth, Simmon’s Citrate Agar,
Nutrient agar
❖ Ada 3 tahap :
1. Uji Prakiraan / Presumtive Test → memakai media Mac Conkey Broth (MCB) atau Lactosa Broth (LB) dalam
tabung reaksi yg didalam nya ada tb durham → inokulasi sample dan inkubasi 24 - 48 jam pd suhu 37
oC → yg
positif lanjut ke uji konfirmasi
2. Uji Konfirmasi → memakai media BGLB dalam tabung reaksi yg didalam nya ada tb durham → inokulasi sample dan inkubasi 24 - 48 jam pd suhu 37
oC → jumlah tabung yg positif dirujuk dalam tabel MPN (Tabel MPN
menyatakan jumlah bakteri coliform dalam tiap gram
contoh yg diuji
3. Uji Lengkap : dg media selektif
Presumptive Test pada media LB
Confirmed Test pada media BGLB
Complete Test pada media selektif
Sumber gambar : google image
• Dari sample dipipetkan ke
tabung reaksi yg berisi media & tb durham
• Inkubasi pada
suhu 37C selama 24 – 48 jam
Sumber gambar : google image
• Tabel MPN
Jika semua tabung positif (3 3 3) maka nilai MPN > 2400
Sumber gambar : google image
Penetapan Angka Kapang dan Khamir
❖ Prinsip: menentukan adanya jamur secara mikrobiologis
❖ Tujuan: memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung cemaran jamur melebihi batas yang ditetapkan
❖ Media : Potato Dextrosa agar (PDA), Czapek Dox Agar (CDA) atau malt agar, air suling agar 0,05%
(ASA)
• Prosedur : Monografi ekstrak tumbuhan obat Indonesia, 2006 hal 222
• Penghitungan : jika pada pengenceran 10
-4terdapat sebanyak 40 koloni, maka nilai AKK
adalah 40 x 10
-4= 40.10
-4koloni per gram
Penetapan Keberadaan Aspergillus flavus
• Aspergillus flavus adalah jamur penghasil metabolit aflatoksin (bersifat hepatotoksik)
• Media: Potato Dekstrosa Agar (PDA), Czapex Dox Agar (CDA), dan Air
suling agar (ASA)
• Inkubasi: 5-7 hari pada suhu ruang.
• Keberadaannya ditandai dengan koloni berwarna hijau kekuningan
sangat cerah
Sumber gambar : google imagePenetapan Cemaran Aflatoksin
❖ Prinsip : pemisahan isolat aflatoksin secara KLT
❖ Metode: KLT (kualitatif)
✓ fase diam = silika gel
✓ Fase gerak = kloroform:aseton:heksana (85:15:20)
❖ pembanding: aflatoksin B1, B2, dan G1, G2
❖ deteksi: sinar UV 366 bercak berwarna biru/hijau kebiruan
❖ jika positif (secara kualitatif), maka dapat ditetapkan
kadarnya dengan metode KLT-densitometer atau HPLC
Hasil Reaksi IMVIC Bakteri E.coli
I INDO
L
M METIL- MERAH
V VOGES PROSKAU
ER
C
CITRAT BAKTERI
+ + - - E. Coli tipikal
- + - - E. Coli atipikal
+ + - + Intermediat
tipikal
- + - + Intermediat
atipikal
- - + + E. aerogenes
tipikal
+ - + + E. aerogenes
atipikal Sumber gambar : google image