MAKALAH
BIAYA BERDASARKAN PESANAN
(JOB ORDER COSTING)
Nama : Rr. Atiqah Sekararum Dewanti Meliala NPM : 13320158
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA
2017
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis telah berhasil menyusun makalah tentang Biaya Berdasarkan Pesanan ini dengan baik.
Makalah ini diharapkan dapat membantu proses belajar mengajar. Dan juga diharapkan dapat menambah nilai yang ada.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun agar di masa yang akan datang akan lebih baik.
Jakarta, Juni 2017
DAFTAR ISI
Cover...i Kata Pengantar...ii Daftar Isi...iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 C. Tujuan Penelitian...2 BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Job Order Costing (Biaya Berdasarkan Pesanan)...3B. Akuntansi Untuk Bahan Baku...6
C. Akuntansi Untuk Tenaga Kerja...8
D. Akuntansi Untuk Biaya Overhead Pabrik...9
E. Akuntansi Untuk Barang Jadi dan Produk yang Dijual...12
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...13
B. Kritik dan Saran...13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam system perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order Costing atau Job
Costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah. Suatu
pesanan adalah output yang didentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item persediaan. Hal ini berbeda dengan sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, dimana biaya diakumulasikan untuk suatu operasi atau subdivisi dari suatu perusahaan, seperti departemen.
Agar permintaan biaya berdasarkan pesanan menjadi efektif, pesanan harus dapat didentifikasikan secara terpisah. Agar rician dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus terdapat perbedaan penting dalam biaya per-unit suatu pesanan dengan pesanan lain. Misalnya saja, jika suatu percetakan secara simultan mempersiapkan pesanan untuk label, kertas kado berwarna, dan gambar temple, maka selain pesanan-pesanan tersebut dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan tampilan fisiknya, biaya per unit dari pesanan-pesanan tersebut juga berbeda, sehingga perhitungan biaya berdasarkan pesanan digunakan. Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalam kartu biaya pesanan (Job Cost Sheet), yang dapat berbentuk kertas atau elektronik. Meskipun banyak pesanan dapat dikerjakan secara silmutan, setiap kartu biaya pesanan mengumpulkan rincian untuk satu pesanan tertentu saja.
Perhitungan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasikan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang diberikan ke setiap pesanan. Sebagai akibatnya, perhitungan biaya berdasarkan pesanan dapat dipandang dalam tiga bagian yang saling berhubungan. Akuntansi bahan baku memelihara catatan persediaan bahan baku, membebankan bahan baku langsung ke pesanan, dan membebankan bahan baku ke
overhead.
Akuntansi tenaga kerja memelihara akun-akun yang berhubungan dengan beban gaji, membebankan tenaga kerja langsung ke pesanan, dan membebankan tenaga kerja tidak langsung ke overhead. Akuntansi overhead mengakumulasikan biaya overhead, memelihara catatan terinci atas overhead, dan membebankan sebagian dari overhead ke setiap pesanan. Dasar dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan melibatkan hanya delapan tipe ayat jurnal akuntansi, yaitu pembelian bahan baku, pengakuan biaya tenaga
kerja pabrik, pengakuan biaya overhead pabrik, penggunaan bahan baku, distribusi beban gaji tenaga kerja, pembebanan estimasi biaya overhead, penyelesaian pesanan dan penjualan produk.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar job order costing (biaya berdasarkan pesanan).
2. Apa saja yang membebankan biaya produksi pada perhitungan biaya berdasarkan pesanan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar job order costing (biaya berdasarkan pesanan).
2. Mengetahui hal-hal yang membebankan biaya produksi pada perhitungan biaya berdasarkan pesanan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Job Order Costing (Biaya Berdasarkan Pesanan)
Job order costing (biaya berdasarkan pesanan) adalah salah satu metode
perhitungan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produksi pada suatu perusahaan yang berdasarkan pada sistem order atau pesanan. Dalam sistem perhitungan ini, biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah. Jadi jika suatu pesanan telah diterima, pabrik atau perusahaan akan membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-masing pesanan.
Pada sistem ini terdapat suatu lembaran biaya yang digunakan sebagai perincian mengenai suatu pesanan atau sering disebut dengan kartu biaya pesanan (job cost
sheet). Lembar biaya tersebut digunakan untuk mengidentifikasi biaya produksi agar
diketahui hasil biaya tersebut terjadi karena produksi tertentu. Banyak sedikitnya kartu biaya pesanan (job cost sheet) dibuat sesuai dengan berapa banyaknya pesanan yang diminta. Sistem yang digunakan dengan menggunakan sistem urutan. Cara ini dibuat dengan memberi nomor urut pada pesanan disesuaikan waktu atau jenis dari pesanan yang diminta.
Di dalam lembaran biaya produksi dibebankan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Biaya bahan baku. Biaya bahan baku dibebankan pada bon permintaan. Jadi biaya bahan baku dibebankan secara langsung pada pesanan yang diminta. 2. Biaya tenaga kerja (upah). Biaya tenaga kerja berdasarkan job ticket (kartu
kerja). Sama halnya dengan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dibebankan secara langsung pada pesanan yang diminta.
3. Biaya overhead pabrik (BOP). BOP dibebankan kepada tiap-tiap pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
Untuk mengakumulasikan biaya bahan baku, tenaga kerja (upah) dan biaya
overhead pabrik (BOP) digunakan perhitungan untuk menentukan harga pokoknya.
Perhitungannya sebagai berikut.
Total Biaya Produksi HARGA POKOK PER UNIT =
Tujuan dari sistem perhitungan ini adalah untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan, baik harga pokok produk secara keseluruhan tiap pesanan maupun per satuan. Maka dari itu, sistem perhitungan ini sangat berperan penting di berbagai pabrik maupun perusahaan. Contoh perusahaan yang biasanya menggunakan sistem
job order costing adalah adalah perusahaan pembuatan pesawat udara, perusahaan
mebel, perusahaan modister, industri gelanggang kapal, pembuatan mesin atau alat berat khusus, jam tangan mewah, percetakan, dan lainnya. Umumnya, produknya dicirikan sebagai produk yang khusus (custome) dan tidak diproduksi secara masal. Kartu harga pokok di samping dipergunakan untuk menghitung harga pokok suatu pesanan juga berfungsi sebagi rekening pembantu (subsidiary account) dari rekening
control. Perhitungan biaya berdasarkan pesanan melibatkan delapan ayat jurnal yang
digunakan untuk mencatat transaksi. Ayat-ayat jurnal sebagai berikut. 1. Pembelian bahan baku
2. Pengakuan biaya tenaga kerja pabrik 3. Pengakuan biaya overhead pabrik 4. Penggunaan bahan baku
5. Distribusi beban gaji tenaga kerja 6. Pembebanan estimasi biaya overhead 7. Penyelesaian pesanan
Gambar 1 Kartu Pesanan Untuk Pabrik Yang Tidak Terdepartementalisasi
Calista Corporation
Pondok Jati 3 CL 3 Sidoarjo 61252. Pesanan No. 1234 Untuk : Rendy Arizona Co. Tanggal dipesan : 10/1 Produk : Papan Pengering No.14 Tanggal mulai dikerjakan : 14/1 Spesifikasi : 12” x 20” x 1” Pelitur Bening. Tanggal dibutuhkan : 22/1 Jumlah : 10 Tanggal selesai dikerjakan : 18/1
BAHAN BAKU LANGSUNG
TANGGAL NOMOR PERMINTAAN JUMLAH
14/1 516 $ 1.420
17/1 531 $ 780
18/1 544 $ 310
$ 2.510
TENAGA KERJA LANGSUNG
TANGGAL J A M BIAYA 14/1 40 $ 320 15/1 32 $ 256 16/1 36 $ 288 17/1 40 $ 320 18/1 48 $ 384 $ 1.568 196
OVERHEAD PABRIK DIBEBANKAN
TANGGAL JAM MESIN BIAYA
14/1 16,2 $ 648
16/1 10 $ 400
17/1 3,2 $ 128
29,4 X $ 40 $ 1.176
Bahan Baku langsung $ 2.510 Harga Jual $ 7.860 Tenaga kerja langsung $ 1.568 Biaya pabrik $ 5.254 Overhead pabrik dibebankan $ 1.176 Beban pemasaran $ 776 Beban administrasi $ 420
Total biaya pabrik $ 5.254 Biaya untuk membuat $ 6.450 dan menjual
2.2 Akuntansi untuk Bahan Baku
Prosedur yang digunakan dalam pembelian dan pengeluaran bahan berbeda di tiap pabrik. Biasanya sebelum tanggal produksi dimulai, karyawan dibagian yang bertanggung jawab atas penjadwalan akan memberi informasi kepada bagian pembelian, dengan menggunakan formulir permintaan pembelian, tentang bahan-bahan yang ingin dibeli. Bagian pembelian kemudian megeluarkan pesanan pembelian kepada pemasok. Setelah itu, pegawai di bagian departemen penerimaan membuat laporan penerimaan barang dilihat dari kondisi dan kuantitas.
Perkiraan bahan dalam buku besar (general ledger) merupakan perkiraan pengendali. Perkiraan yang terpisah untuk masing-masing jenis bahan yang diselenggarakan dalam buku tambahan adalah buku bahan (materials ledge). Kegunannya adalah sebagai alat bantu memlihara kuantitas persediaan barang. Bentuk perkiraan dalam buku bahan dapat digambarkan sebagai berikut.
Bahan-bahan yang ingin di produksi, maka akan dipindahkan dari gudang ke pabrik dengan menyesuaikan dengan formulir permintaan bahan, yang sebelumnya telah dikeluarkan oleh bagian produksi atau bagian penjadwalan. Formulir ini berfungsi sebagai dasar pembukuan (pemasukan) data kuantitas dan jumlah dolar ke perkiraan buku bahan.
Formulir yang telah diisi akan dijadikan sebagai dasar pemindah harga pokok bahan dari perkiraan pengendalian dalam buku besar ke perkiraan pengendalian unuk barang dalam proses dan overhead pabrik. Arus bahan ke produksi digambarkan dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Barang dalam Proses………. 13.000
Overhead Pabrik……… 840
Bahan………. 13.840
Berikut merupakan gambar formulir permintaan barang FORMULIR PERMINTAAN BARANG
62 704
Pesanan No. ………. BPP No. …………
R A Sanders 10 Mei 2014
Disetujui oleh ………….. Tanggal: ………..
Kuantitas Kuantitas
Keterangan Harga Jumlah
yang Di- yang Di- Per setujui keluarkan Unit
Bahan No. 23 800 700 $0,50 $350
100 0,54 54
Total yang dikeluarkan $404
M.K. J B
Dikeluarkan oleh ……… Diterima oleh ……….
2.3 Akuntansi untuk Tenaga Kerja
Dalam akutansi untuk tenaga kerja berbeda dengan bahan. Oleh karena itu, dalam akutansi untuk tenaga kerja tidak ada perkiraan persediaan dengan sistem perpetual untuk pekerja. Namun dengan adanya akutansi untuk tenaga kerja ini dapat menentukan jumlah upah yang harus diberikan kepada setiap karyawan pada setiap periode pengupahan dan dapat mengalokasikan upah pekerja kepada overhead pabrik dan masing-masing produksi pesanan.
Di dalam perusahaan terdapat sebuah kartu absensi yang berguna untuk mencatat waktu kedatangan dan waktu pulang dari setiap karyawan atau pekerja pada absen individual yang bisa berbentuk ketas atau elektronik. Kartu tersebut disebut sebagai kartu jam kerja (time tickets). Dengan adanya kartu ini jumlah waktu yang dipakai oleh seorang karyawan dan biaya pekerja untuk tiap pesanan, atau overhead pabrik
dapat dicatat dan diperoleh dengan mudah. Kartu ini digunakan untuk menghitung penghasilan dari karyawan dengan upah per jam.
Berikut merupakan gambar kartu jam kerja (time tickets) KARTU JAM KERJA
Gail Berry 4521
Nama Karyawan : ………. No: …………
240 10 Mei 2014
Karyawan No. …….. Tanggal: ………..
Keterangan Pekerjaan
Penyelesaian (Finishing) 62
……… Pesanan No. ….
Waktu Waktu Jam Upah Biaya
Mulai Berhenti Bekerja per Jam
10:00 12:00 2 $6,50 $13,00
1:00 2:00 1 6,50 6,50
Total biaya $19,50
Disetujui oleh ……
T.D.
Dari segi hubungan dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja langsung adalah pekerja atau karyawan yang secara langsung ikut berpartisipasi dalam proses produksi dan yang upahnya merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk. Upah tenaga kerja langsung diperlakukan sebagai biaya tenaga kerja langsung dan diperhitungkan langsung sebagai unsur biaya produksi. Sedangkan tenaga kerja tak langsung adalah pekerja atau karyawan yang secara tidak langsung ikut berpartisipasi dalam proses produksi. Upah tenaga kerja tak langsung ini disebut biaya tenaga kerja tak langsung. Jadi upah tenaga kerja tak langsung dibebankan pada produk tidak secara langsung, tetapi melalui tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka.
Untuk mengidentifikasi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung, setiap karyawan membuat satu atau lebih kartu jam kerja karyawan setiap hari. Setiap kartu jam kerja karyawan merupakan dokumen yang menunjukkan waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja untuk sutu pesanan tertentu (tenaga kerja langsung) atau untuk
tugas-tugas lain (tenaga tidak langsung). Tenaga kerja yang tidak digunakan dalam proses produksi dibebankan ke akun beban pemasaran atau beban administratif. Kartu jam kerja biasanya dihitung biayanya dan diikhtisarkan secara periodik, dan jumlah jam kerja setiap karyawan yang tertera di kartu jam kerja dicocokkan dengan jumlah jam kerja menurut kartu absen.
Jumlah waktu yang telah dicatat dalam kartu jam kerja (time tickets), kemudian dibandingkan dengan kartu karyawan (clock cards). Gunanya untuk dijadikan sebagai pengecekan internal (internal check) dari ketepatan pengeluaran upah. Arus biaya pekerja ke dalam produksi digambarkan dengan ayat jurnal berikut ini.
Barang dalam Proses... 10.000 Overhead Pabrik……... 2.200
Hutang Upah……….... 12.200
2.4 Akuntansi untuk Biaya Overhead Pabrik
Overhead pabrik mencakup semua biaya produksi kecuali bahan langsung dan
pekerja langsung. Contoh dari biaya overhead selain dari bahan tak langsung dan pekerja tak langsung adalah penyusutan listrik, bahan bakar, asuransi, dan pajak kekayaan. Merupakan hal biasa untuk memiliki perkiraan pengendali overhead pabrik dalam buku besar. Perinci dari berbagai jenis biaya diakumulasikan dalam buku besar.
Pendebetan pada perkiraan overhead dapat berasal dari berbagai sumber. Sebagai contoh, biaya bahan tak langsung diperoleh dari ikhtisar formulir permintaan bahan, biaya pekerja tak langsung diperoleh dari ikhtisar kartu jam kerja, biaya listrik dan air yang diperoleh dari faktur, dan biaya penyusutan serta asuransi (yang telah habis manfaatnya) dapat dicatat sebagai penyesuaian pada akhir periode akuntansi.
Meskipun overhead pabrik tidak dapat diidentifikasikan secara khusus dengan pekerjaan tertentu, tetapi overhead pabrik merupakan bagian yang sama biaya pabrikasi sebagaimana halnya bahan langsung dan pekerja langsung. Sejalan dengan meningkatnya penggunaan mesin dan otomasi, maka overhead pabrik mewakili bagian –bagian yang lebih besar dari total biaya. Sebagian jenis biaya overhead pabrik terjadi untuk keseluruhan pabrik dan tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan produk jadi. Masalah menjadi rumit, karena beberapa jenis biaya overhead pabrik relatf
besarnya tetap, sementara yang lainnya cenderung bergerak sesuai dengan perubahan produktifitas.
Menunggu sampai akhir periode akuntansi untuk mengalokasikan overhead pabrik ke berbagai pekerjaan merupakan hal yang sangat dapat diterima dari sudut pandang keakuratan (accurancy), namun hal ini sangat tidak memuaskan jika ditinjau dari ketepatan waktu (timesliness). Agar sistem biaya dapat mempunyai kegunaan yang sebesar-besarnya, maka kehendaknya data biaya dapat tersedia pada saat setiap pekerjaan selesai, meskipun ada pengorbanan dalam ketelitian. Hanya melalui pelaporan yang tepat waktu manajemen dapat membuat penyesuaian yang dipandang perlu dalam penetapan harga dan metode produksi, untuk mencapai kombinasi terbaik yang mungkin dari pendapatan dan dari biaya pekerjaan di masa mendatang. Oleh karena itu, dengan maksud agar data biaya dari pekerjaan dapat selalu tersedia, terdapat kebiasaan untuk membebankan overhead pabrik pada produksi dengan penggunaan tarif overhead pabrik yang ditentukan terlebih dahulu (predetermined
factory overhead rate).
Tarif overhead pabrik yang ditentukan dengan menghubungkan estimasi jumlah overhead pabrik untuk tahun yang akan datang dengan beberapa dasar kegiatan yang umum, yaitu dasar yang dapat membebankan secara adil pada barang yang diproduksi. Pada saat biaya (overhead pabrik) terjadi, biaya tersebut didebet ke perkiraan
overhead pabrik. Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke produksi secara periodik
dikresit keperkiraan overhead pabrik dan didebet ke perkiraan barang dalam proses. Pembebanan biaya overhead pabrik tersebut ke produksi digambarkan dengan ayat jurnal, sebagai berikut:
Barang dalam Proses……… 8000
Overhead Pabrik……… 8000
Biaya overhead pabrik yang dibebankan biasanya ditutup ke pengendali overhead pabrik pada akhir tahun. Berikut merupakan ayat jurnal penutupnya:
Overhead Pabrik ……… 8000
Akun tersendiri pabrik dibebankan, memiliki keuntungan dalam hal memisahkan catatan overhead dibebankan dengan overhead actual. Catatan terpisah memberi kemudahan bagi manajer mengevaluasi tarif overhead dengan cara membandingkan total overhead dibebankan dan total overhead actual dengan jumlah yang telah dianggarkan. Perusahaan-perusahaan yang tidak menggunakan akun overhead pabrik dibebankan akan mengkredit pengendali overhead pabrik ketika mengkredit barang dalam proses. Hal ini meniadakan kebutuhan untuk membuat ayat jurnal penutup dan memiliki dampak akhir yang sama pada pengendali overhead pabrik, seperti ayat-ayat jurnal yang diilustrasikan di atas.
Jika jumlah yang dibebankan melebihi jumlah yang sesungguhnya, maka perkiraaan overhead pabrik akan memiliki saldo kredit. Ini disebut dengan overapplied atau overabsorbed (kelebihan pembebanan). Sedangkan jika jumlah yang dibebankan kurang dari biaya sesungguhnya, maka perkiraaan overhead pabrik akan memiliki saldo debet. Ini yang disebut dengan underapplied atau underabsorbed (kelebihan pembebanan).
PERKIRAAN OVERHEAD PABRIK
Saldo
Tanggal Keterangan Debet Kredit
Mei 1 Saldo 200
31 Biaya yang terjadi 8.320
31 Biaya yang dibebankan 8.000 120
Saldo underapplied
Saldo overabsorbed
2.5 Akuntansi untuk Barang Jadi dan Produk Yang Dijual
Dalam akuntansi untuk barang jadi terdapat perkiraan barang jadi yang selalu ada dalam buku tambahan. Buku tambahan tersebut yang mempunyai perkiraan pada setiap jenis barang yang diproduksi, disebut buku barang jadi (finished goods ledger) atau buku persediaan (stock ledger). Buku barang jadi ini dipergunakan untuk
mencatat kuantitas dan harga pokok produksi, kuantitas dan harga pokok barang yang dikirim, dan kuantitas, total biaya dan harga pokok per unit barang yang masih ada di tangan. Berikut contoh perkiraan buku barang jadi yang telah dijelaskan.
Setelah pencatatan buku barang jadi selesai, kemudian diteruskan dengan pencatatan untuk tembuasan pesanan pengiriman tersebut dengan harga pokok per unit dan jumlah hahrga pokok yang dijual. Data biaya dalam pesanan pengiriman ini menjadi dasar ayat jurnal, sebagai berikut.
Harga Pokok Penjualan ……… 30.168
Barang Jadi ………... 30.168
Pada penjualan barang jadi, diperlukan agar mencatat atau menjaga baik itu harga pokok (cost price) ataupun harga jual (selling price) barang-barang yang telah dijual. Untuk setiap penjualan, harga pokok penjualan dicatat dengan mendebitkan harga pokok penjualan dan mengkreditkan barang jadi. Harga jual dari barang yang terjual dicatat dengan mendebit piutang usaha (kas) dan mengkreditkan penjualan. Jika barang dikembalikan oleh pembeli dan dimasukan kembali kedalam persediaan, maka harus dilakukan pendebitan barang jadi dan mengkreditkan harga pokok penjualan sejumlah harga pokoknya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa konsep dasar dari Job order costingJob order
costing (biaya berdasarkan pesanan) yaitu perhitungan biaya produksi untuk menentukan
harga pokok produksi pada suatu perusahaan yang berdasarkan pada sistem order atau pesanan. Dalam sistem perhitungan ini, biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah. Jadi jika suatu pesanan telah diterima, pabrik atau perusahaan akan membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-masing pesanan. Metode perhitungan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produksi pada suatu perusahaan yang berdasarkan pada sistem order atau pesanan. Dalam sistem perhitungan ini, biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah. Jadi jika suatu pesanan telah diterima, pabrik atau perusahaan akan membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-masing pesanan.
Adapun hal-hal yang membebankan biaya produksi pada perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job order costingJob order) yaitu; biaya bahan baku yang dibeban kan pada bon permintaan. Jadi, biaya bahan baku dibebankan secara langsung pada pesanan yang diminta. Biaya tenaga kerja atau upah ini berdasarkan job ticket (kartu kerja). Sama halnya dengan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dibebankan secara langsung pada pesanan yang diminta. Biaya overhead pabrik (BOP) dibebankan kepada tiap-tiap pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
3.2 Kritik dan Saran
Berhubungan dengan makalah yang telah penulis buat ini semoga bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya. Namun penulis menyadari bahwa makalah yang telah kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis perlukan agar bisa memperbaikinya dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Chen dan Lin. 2000. Manajemen Biaya-biaya Dengan Tekanan Strategik. Jilid 1. Salemba Empat, Mc-Hill Companies, Inc
Hansen dan Mowen. 1997. Akutansi Mnajemen. Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Mulyadi dan Setyawan.2001.Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta:Selemba Empat