• Tidak ada hasil yang ditemukan

e-journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "e-journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI PADA SISWA

KELAS VII B SMP NEGERI 2TAMPAKSIRING

Ni Ketut Sriani, I Made Sutama, Ida Ayu Made Darmayanti

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: Tutayu1@gmail.com, imadesutamaubd@gmail.com,

idaayumadedarmayanti@yahoo.com}@undiksha.ac.id Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis paragraf deskripsi dengan penerapan model pembelajaran experiential learning, mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran yang tepat melalui penerapan model pembelajaran experiential learning, dan mendeskripsikan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran experiential

learning dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi. Penelitian ini menggunakan

rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Tampaksiring dan guru bahasa Indonesia di kelas tersebut. Objek penelitian ini adalah keterampilan menulis paragraf deskripsi siswa, langkah-langkah pembelajaran menulis paragraf deskripsi, dan respons siswa terhadap pembelajaran menulis paragraf deskripsi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, tes, kuesioner, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan keterampilan menulis paragraf deskripsi siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Tampaksiring. Data refleksi awal menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas adalah 70 (cukup), kemudian menjadi 74,8 (cukup) pada siklus I dan meningkat menjadi 82,2(baik) pada siklus II. (2) Terdapat beberapa langkah penerapan model pembelajaran experiential learning untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi, dan (3) Siswa memberikan tanggapan sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran

experiential learning dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi. Berdasarkan hasil

penelitian ini, peneliti lain disarankan untuk mengadakan penelitian lanjutan yang sejenis degan penelitian ini, sehingga diperoleh hasil yang lebih meyakinkan serta sebagai sumbangan bagi guru untuk bahan kajian dan peningkatan mutu pendidikan.

Kata kunci : model pembelajaran experiential learning, paragraf deskripsi

Abstract

This research aimed at describing students’ competency in writing descriptive paragraph through the application of experiential learning method, describing the steps of experiential learning method and describing the students’ response to the experiential learning method in writing descriptive paragraph. This research was in the form of classroom action based research. The subjects of this research were VII B students at SMP Negeri 2 Tampaksiring and the teacher who teach Indonesian language subject in that class. The object of this research was the students’ competency in writing descriptive paragraph, the steps of writing descriptive paragraph, and students’ response to the experiential learning method in writing descriptive paragraph. Observation, test, questionnaire and interview were the method used by the researcer in collecting the data. The collected data were analyzed by using qualitative and

(2)

2

quantitative technique. The result of this research showed that (1) Application of experiential learning method can increase students’ competency in writing descriptive paragraph. The preliminary observation data reflect that the mean of the students in that was 70 (sufficient), increasing become 74,8 (sufficient) in cycle I and 82,2 (good) in cycle II. (2) There were some steps of experiential learning method that could be applied to increase the students’ competency in writing descriptive paragraph. (3) The students give positive response to the application of experiential learning method in writing descriptive paragraph. The result of this research reflect that the experiential learning method was good to apply in teaching writing descriptive paragraph in the classroom.

Keyword : experiential learning method, descriptive paragraph

PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan sumber atau salah satu alat dalam proses pendidikan. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah memberlakukan Kurikulum 2013 pada setiap jenjang pendidikan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia mulai tahun 2013. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar. Kurikulum 2013 dapat dikembangkan pada setiap sekolah sesuai dengan kondisi sekolah yang bersangkutan. Hal ini dilakukan pemerintah berdasarkan pemikiran bahwa setiap sekolah memiliki kondisi dan kebutuhan yang berbeda dan hanya sekolah itu sendiri yang dapat mengetahui secara pasti hal yang dibutuhkan oleh para siswanya.

Selain itu, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Kurikulum dalam pendidikan sangat memegang peranan penting. Dikatakan demikian karena pada hakikatnya, pendidikan berlangsung dalam suatu proses. Proses tersebut berupa traspormasi nilai-nilai, pengetahuan, teknologi, dan keterampilan. Dalam proses belajar mengajar, yang menerima proses pembelajaran adalah siswa yang sedang tumbuh dan berkembang menuju arah pendewasaan kepribadian dan penguasaan pengetahuan (Arsjad

dan Mukni, 1991: 12). Demi tercapainya hal tersebut, kurikulum yang berlaku harus mampu memberikan pedoman agar bisa mencapai tujuan. Melalui kurikulum inilah, akan diturunkan KI (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar).

Secara umum, dalam bahasa Indonesia, ada empat keterampilan yang hubungannya sangat erat satu sama lainnya dan perlu dikuasai untuk dapat berkomunikasi. Keempat keteram pilan tersebut, meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam penggunaan bahasa, keempat keterampilan tersebut cenderung dilakukan secara integral oleh setiap orang sesuai dengan kebutuhannya dalam berkomunikasi. Hal ini tampak pada pandangan Tarigan (1986: 10) menyatakan, menyimak dan membaca merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis merupakan cara untuk mengekspresikan makna. Jadi, makin banyak seseorang menyimak atau membaca semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk diekspresikan secara tertulis.

Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, keterampilan menulis perlu diperhatikan karena merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif dan ekspresif yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi sehari-hari. Menulis merupakan suatu kegiatan yang bersifat produktif dan ekspresif. Artinya, keterampilan menulis digunakan untuk memproduksi dan mengekspresikan

(3)

3

ide, pikiran, atau gagasan. Menulis merupakan upaya mengekspresikan yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulis, informasi-informasi dan ide-ide tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan (Hakim, 2005: 15).

Sebagai keterampilan yang bersifat produktif dan ekspresif, keterampilan menulis sering dikatakan sebagai keterampilan yang paling kompleks. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun, merangkai pikiran, dan mengemukakan secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Dalam kegiatan menulis, seseorang harus terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata. Dalam pengertian, kejelasan tulisan bergantung kepada pikiran, organisasi, pemakaian, dan pemilihan kata, dan struktur kalimat.

Salah satu keterampilan menulis yang penting dikuasai adalah menulis deskripsi. Tulisan deskripsi adalah suatu bentuk tulisan atau karangan yang hidup dan berpengaruh. Dikatakan penting karena melalui deskripsi seseorang dapat memberikan suatu gambaran suatu tempat, suasana, dan keadaan. Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata mengenai suatu benda, tempat, suasana, atau keadaan. Dengan kata lain, deskripsi dipakai untuk menyiapkan dasar atau latar belakang suasana atau keadaan yang timbul dalam kerangka jalannya cerita. Latar belakang ini dapat memengaruhi perasaan hati seseorang dan suasana sekitarnya. Sehubungan dengan itu, Keraf (1981: 93) menyatakan bahwa dekripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian objek yang sedang dibicarakan.

Dengan deskripsi, penulis menciptakan sebuah bingkai berupa keindahan alam, letak dan model perumahan, perlengkapan atau perabot rumah tangga dan sebagainya untuk lebih menghidupkan perwatakan yang akan ditampilkan oleh penulis. Semua peristiwa atau tindakan yang muncul dalam bingkai deskripsi tadi akan tampak lebih menonjol dalam keserasian atau kontras menuju efek yang diinginkan. Oleh karena itu, deskripsi adalah suatu penggambaran mengenai peristiwa atau kejadian yang dialami dan dirasakan oleh penulis yang kemudian direalisasikan dalam bentuk tulisan deskripsi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis deskripsi merupakan keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan dalam berkomunikasi. Dalam hal ini, dengan penguasaan keterampilan menulis, seseorang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya melalui berbagai bentuk karangan terhadap orang lain. Namun di sisi lain, keterampilan menulis sangat kompleks karena dalam menulis, seseorang diharapkan mampu mengembangkan karangan dan juga cermat untuk memberikan informasi suatu peristiwa yang terjadi kepada pembaca dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Karena itu, dalam pengembangan dan peningkatan kemampuan menulis, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, berpeluang besar terjadi hambatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Trimantara (dalam Rakasiwi, 2013: 4) yang mengatakan bahwa penyebab terhadap tidak tercapainya tujuan pembelajaran menulis, meliputi (1) rendahnya tingkat penguasaan kosa kata sebagai akibat rendahnya minat baca; (2) kurangnya penguasaan mikrobahasa; seperti penggunaan tanda baca, kaidah-kaidah penulisan, diksi, penyusunan kalimat dengan struktur yang benar, dan penyusunan paragraf; (3) kesulitan menemukan metode pembelajaran

(4)

4

menulis yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa; dan (4) ketiadaan atau keterbatasan media pembelajaran menulis yang efektif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VII B SMP Negeri 2 Tampaksiring, diperoleh informasi bahwa siswa masih mengalami kesulitan saat menulis deskripsi. Skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam menulis deskripsi adalah 70, namun KKM yang telah ditetapkan oleh guru adalah 75. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala yang dialami oleh siswa. Kendala-kendala tersebut antara lain dari segi kejelasan tulisan, pengungkapan ide atau pokok pikiran kurang jelas, dan organisasi ide belum logis dan belum sistematis. Kenyataan ini tidak sesuai dengan standar penulisan deskripsi bahwa dalam menulis deskripsi dituntut adanya cara berpikir yang logis dan sistematis.

Kesulitan yang dialami dalam menulis deskripsi di kelas VII B disebabkan oleh tidak tepatnya strategi yang digunakan guru dalam mengajar. Selama melakukan aktivitas mengajar di kelas, guru biasanya menerapkan strategi pembelajaran yang kurang inovatif, tentu siswa cenderung bosan dan kurang berminat memperhatikan materi yang disampaikan sehingga mengakibatkan aktivitas belajar-mengajar kurang memadai karena tidak adanya variasi yang dilakukan oleh guru saat mengajar di kelas. Selain itu, proses pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered) dan juga guru kurang menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Disinilah perlu adanya upaya untuk penyempurnaan proses pembelajaran, terutama dalam pemilihan model pembelajaran inovatif yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran yang dapat mengembangkan keaktifan siswa, agar siswa lebih aktif dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak belajar sendiri, mengungkapkan berbagai gagasannya dalam menemukan idenya. Salah satu alternatifnya yaitu dengan menerapkan

model pembelajaran experiential learning.

Model pembelajaran experiential

learning adalah suatu model

pembelajaran yang mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pembelajaran akan lebih terpusat pada pengalaman-pengalaman belajar siswa yang bersifat terbuka dan siswa mampu membimbing diri sendiri sehingga pengalaman tersebut bisa dituangkan ke dalam sebuah tulisan. Model pembelajaran experiential learning

dipilih dalam pembelajaran menulis deskripsi karena melalui model pembelajaran ini pembelajaran tidak lagi hanya terfokus pada guru. Model pembelajaran experiential learning ini menekankan yang dialami, yang dilihat, dan yang dipahami oleh siswa sendiri, bukan orang lain. Cara ini dapat mengarahkan para siswa dalam hal memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan personal daripada siswa banyak melihat materi atau konsep. Melalui pengalaman-pengalaman tersebut, siswa lebih mampu membimbing diri sendiri sehingga pengalaman tersebut bisa dituangkan ke dalam sebuah tulisan.

Adapun penelitian sejenis yang sesuai dengan penelitian ini adalah yang pertama penelitian yang disusun oleh Made Weda Satwika yang berjudul “Penggunaan Teknik Menulis Semiterpimpin dengan Kartu Kata Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi Siswa Kelas XD.7 SMA Negeri 2 Singaraja” pada tahun 2012. Persamaan dengan penelitian ini, yakni sama-sama membahas aktivitas, hasil belajar siswa, dan membahas paragraf deskripsi. Perbedaannya adalah penelitian Made Weda Satwika membahas penggunaan teknik menulis semiterpimpin dengan kartu kata, sedangkan peneliti membahas model pembelajaran experiential learning.

Kedua, penelitian yang dilakukan Ni Nyoman Pura Lasmini yang berjudul “Penerapan Model pembelajaran Kontekstual Bermedia Gambar untuk

(5)

5

Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskriptif Siswa kelas VIII3 SMP Laboratorium Undiksha Singaraja” pada tahun 2013. Persamaan dengan penelitian ini, yakni sama-sama membahas aktivitas, hasil belajar siswa, dan menulis deskripsi. Perbedaannya adalah penelitian Ni Nyoman Pura Lasmini membahas penerapan model pembelajaran kontekstual bermedia gambar, sedangkan peneliti membahas model pembelajaran experiential learning.

Ketiga, penelitian yang dilakukan Ni Kadek Susanti yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

Experiential Learning untuk

Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Kelas V SD Nomor 3 Duda Timur Karangasem” pada tahun 2010. Persamaan dengan penelitian ini, yakni sama-sama menggunakan model pembelajaran experiential learning.

Perbedaanya penelitian Ni Kadek Susanti membahas kemampuan menulis puisi, sedangkan peneliti membahas kemampuan menulis paragraf deskripsi.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memiliki pemikiran untuk menggunakan model pembelajaran

experiential learning untuk

meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Tampaksiring. Penelitian yang menggunakan model pembelajaran

experiential learning dalam

pembelajaran menulis belum pernah dilakukan sebelumnya khususnya dilingkungan jurusan PBSI dan belum pernah dilakukan di SMP Negeri 2 Tampaksiring. Sehingga hal tersebutlah yang membuat penulis berkeinginan melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

Experiential Learning untuk

Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Tampaksiring”.

Berdasarkan hal tersebut permasalahan dalam peneltian ini adalah (1) bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis deskripsi dengan penerapan model pembelajaran

experiential learning pada siswa kelas

VII B SMP Negeri 2 Tampaksiring?; (2) bagaimanakah langkah-langkah yang tepat dalam penerapan model pembelajaran experiential learning

untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Tampaksiring?; dan (3) bagaimanakah respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran experiential learning

untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Tampaksiring?

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan pening-katan kemampuan menulis paragraf deskripsi dengan penerapan model pembelajaran experiential learning

siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Tampaksiring, (2) mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran yang tepat melalui penerapan model pembelajaran experiential learning

untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi kelas VII B SMP Negeri 2 Tampaksiring, dan (3) mendeskripsikan respons siswa ter-hadap penerapan model pembelajaran

experiential learning dalam

pembelajaran menulis paragraf deskripsi.

Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoretis dan praktis. Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk menguatkan keberadaan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu, penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya model pembelajaran

experiential learning sebagai model

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia terkait menulis paragraf deskripsi. Manfaat praktis penelitian ini berupa sumbangan bagi semua kalangan yang terlibat dalam pendidikan, antara lain: (1) bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai pembelajaran keterampilan menulis serta model pembelajaran

(6)

6

bahasa Indonesia yang menarik minat siswa dalam meningkatkan prestasi belajar; (2) bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bandingan dan sebagai referensi yang membantu peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis; (3) bagi guru bahasa Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang sesuai agar mampu menarik minat siswa dan dapat menjadi masukan dalam menyusun perencanaan pembelajaran yang lebih bervariasi; dan (4) bagi siswa, penelitian ini diharapkan memberikan pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa, khususya, dalam menulis paragraf deskripsi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Pelaksanaan PTK dimaksudkan dalam rangka perbaikan hasil pembelajaran yang dilakukan secara bertahap atau multisiklus. Kegiatan setiap siklus meliputi refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif. Peneliti dan guru bersama-sama mempersiapkan rancangan pembelajaran. Guru bertindak langsung atau tanpa campur tangan peneliti dalam proses pembelajaran untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sementara itu, peneliti sebagai pengamat dan bersama guru melakukan refleksi guna melihat kelebihan dan kelemahan tindakan yang telah dilakukan untuk merencanakan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru bahasa Indonesia di kelas VII B SMP Negeri 2 Tampaksiring. Siswa tersebut terpilih sebagai subjek penelitian karena pada kenyataannya siswa mengalami kesulitan dalam

menulis paragraf deskripsi. Sementara itu, guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas tersebut juga dipilih sebagai subjek karena beliau yang mengajar dan menilai keberhasilan model pembelajaran experiential

learning. Sementara itu, objek

penelitian ini adalah kemampuan menulis paragraf deskripsi dengan menerapkan model pembelajaran

experiential learning, langkah-langkah

yang tepat yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi dengan menerapkan model pembelajaran experiential learning di kelas VII B SMP Negeri 2

Tampaksiring, serta respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran experiential learning di kelas VII B SMP Negeri 2 Tampaksiring.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, metode observasi, kuesioner, dan wawancara. Metode tes digunakan untuk mengetahui kemampuan menulis paragraf deskripsi siswa dengan penerapan model pembelajaran experiential learning.

Metode observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa dalam langkah-langkah pembelajaran menulis paragraf deskripsi dengan penerapan model pembelajaran

experiential learning. Metode kuesioner

serta wawancara digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran

experiential learning dalam

pembelajaran menulis paragraf deskripsi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis paragraf deskripsi, lembar pedoman observasi guru dan siswa, angket, dan pedoman wawancara.

Dalam penelitian ini, digunakan dua teknik analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Teknik deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data dengan cara menginterpretasikan data yang diperoleh dengan menggunakan kata-kata. Teknik deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data

(7)

7

dengan cara menginterpretasikan data yang diperoleh dengan menggunakan angka-angka. Data hasil tes menulis paragraf deskripsi dianalisis dengan menggunakan analisis data deskripstif kuantitatif. Data hasil observasi mengenai langkah-langkah pembelajaran menulis deskripsi melalui penerapan model pembelajaran

experiential learning dianalisis dengan

menggunakan analisisis data deskriptif kualitatif. Data mengenai kuesioner siswa terhadap penerapan model pembelajaran experiential learning

dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif dan data hasil wawancara dianalisis dengan teknik analisis data kualitatif.

Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, keberhasilan penelitian tindakan ditandai oleh adanya perubahan menuju arah perbaikan. Indikator keberhasilan yang dicapai dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan prestasi belajar dan tindak belajar siswa. Meningkatnya prestasi belajar menulis paragraf deskripsi siswa dapat diketahui dengan cara melihat perbandingan nilai yang diperoleh sebelum diberikan tindakan dan sesudah diberikan tindakan.

Kriteria keberhasilan yang digunakan sebagai patokan dalam mengakhiri penelitian ini adalah sebagai berikut. Kriteria keberhasilan tindakan (yang menggambarkan perbaikan kualitas pembelajaran) adalah 75% tindakan yang direncanakan sudah tercapai. Kriteria respons siswa ditunjukkan dengan 75% dari siswa merespons positif. Standar keterampilan menulis paragraf deskripsi dapat dikatakan berhasil apabila 75% dari jumlah siswa memperoleh nilai 75 ke atas, yaitu sesuai dengan standar ketuntasan minimal pelajaran bahasa Indonesia yang ditetapkan di SMP Negeri 2 Tampaksiring. Dengan tercapainya kriteria keberhasilan yang telah ditentukan di atas, penelitian dapat dihentikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus dilaksanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 3x45 menit. Setiap siklus digunakan untuk menerapkan perencanaan tindakan yang telah peneliti dan guru susun bersama serta untuk mengetahui respons siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi.

Dalam penelitian ini terdapat tiga temuan penting sehubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dan peningkatan dalam pembelajaran keterampilan menulis selama penelitian berlangsung. Tiga temuan penting tersebut antara lain (1) kemampuan menulis paragraf deskripsi siswa meningkat setelah diterapkan model pembelajaran experiential learning, (2) langkah-langkah yang tepat penerapan model pembelajaran experiential

learning dalam meningkatkan

kemampuan menulis paragraf deskripsi, (3) siswa memberikan respons sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran

experiential learning dalam

pembelajaran menulis paragraf deskripsi. Temuan-temuan tersebut diuraikan sebagai berikut.

Temuan pertama yaitu peningkatan kemampuan siswa menulis paragraf deskripsi dengan diterapkan model pembelajaran

experiential learning. Hal ini terlihat dari

peningkatan rata-rata skor siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I rata-rata skor yang diperoleh siswa yaitu 74,8 meningkat menjadi 82,2 pada siklus II. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa (64,2%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 siswa (35,7%).

Temuan di atas sejalan dengan temuan pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Pura Lasmini pada tahun 2013. Penelitian tersebut berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Bermedia Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis

(8)

8

Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII 3 SMP Laboratorium Undiksha Singaraja”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual bermedia gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas VIII 3 SMP Laboratorium Undiksha Singaraja.

Faktor lainnya adalah pemberian bimbingan dan penghargaan oleh guru dapat mendorong siswa menjadi lebih aktif. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam keseluruhan proses pembelajaran. Upaya guru dalam membimbing siswa harus didasari dengan kesabaran dan iklhas. Guru harus tetap menghargai usaha siswa baik yang belum berhasil maupun yang sudah berhasil. Bimbingan yang diberikan guru dalam menulis paragraf deskripsi dapat mempermudah siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan. Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran dapat segera teratasi karena bimbingan yang diberikan oleh guru. Guru mampu memotivasi siswanya untuk belajar. Djamarah (2002: 182) menyatakan, “Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar”. Maka dari itu, guru perlu memberikan motivasi kepada siswa selama proses belajar berlangsung. Selain itu, guru juga memegang peranan penting dalam memengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Motivasi belajar oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam mengemukakan pendapat secara lisan. Mudjiono (2006:85) menyatakan bahwa motivasi memiliki manfaat untuk membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. Dalam penelitian ini, guru mulai memberikan motivasi kepada siswa saat siswa mengalami hambatan. Motivasi yang

diberikan guru, tidak hanya di depan kelas, melainkan langsung mendekati dan berkomunikasi dengan siswa. Dari pe-laksanaan langkah-langkah yang diterapkan, guru telah berupaya semaksimal mungkin untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Temuan penting kedua adalah terdapat beberapa langkah tepat yang harus ditempuh guru dalam menerapkan model pembelajaran

experiential learning untuk

meningkatkan hasil belajar siswa menulis paragraf deskripsi. Adapun beberapa langkah utama yang harus ditempuh oleh guru dalam penerapan model pembelajaran experiential

learning untuk meningkatkan

kemampuan menulis paragraf deskripsi, antara lain terletak pada (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir. Penerapan model pembelajaran experiential learning

diaplikasikan pada saat siswa mengikuti kegiatan inti pembelajaran menulis paragraf deskripsi. Pada kegiatan awal, guru melakukan tanya jawab bersama siswa terkait dengan materi dan aspek penilaian yang belum dipahami siswa. Guru juga harus memaparkan secara jelas pembuatan kerangka tulisan kepada siswa sebelum siswa diminta untuk membuat paragraf deskripsi. Setelah itu, aktivitas inti dilakukan dengan guru membangkitkan semangat belajar siswa, memfasilitasi kegiatan siswa menemukan ide/gagasan berdasarkan pengalaman siswa, memfasilitasi siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas tentang paragraf deskripsi, guru kemudian menugaskan siswa menulis paragraf deskripsi sesuai dengan langkah-langkah menulis paragraf deskripsi, saat siswa menulis paragraf, guru berkeliling memberikan bimbingan kepada siswa, memfasilitasi siswa untuk membacakan hasil paragraf deskripsi mereka, dan menyuruh siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran hari itu.

Mahmuf (2000: 238) mengatakan pembelajaran berbasis

(9)

9

pengalaman terjadi ketika pembelajar, (1) berpartisipasi dalam suatu aktivitas, (2) menyelidiki secara kritis aktivitas pengalaman untuk diklarifikasi, (3) menarik pemahaman yang berguna dari analisis terhadap pengalaman yang diperoleh, dan (4) menggunakan pengalaman yang telah diperoleh untuk beklerja pada situasi yang baru.

Belajar dari pengalaman mencangkup keterkaitan antara berbuat dan berpikir. Jika seseorang terlibat aktif dalam proses belajar maka orang itu akan belajar jauh lebih baik. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar tersebut pembelajar secara aktif berpikir tentang apa yang dipelajari dan kemudian bagaimana menerapkan apa yang telah dipelajari dalam situasi nyata dan dari pengalaman tersebut akan muncul pemahaman baru atau proses belajar.

Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek Susanti (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Experiential

Learning untuk Meningkatkan

Kemampuan Menulis Puisi Kelas V SD Nomor 3 Duda Timur Karangasem” menunjukkan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan menerapakan model pembelajaran experiential

learning dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis puisi. Penerapan langkah-langkah pembelajaran pada penelitian yang dilakukan oleh Susanti ini memberikan kesempatan kepada siswa secara bebas menuangkan ide/gagasan sesuai dengan pengalaman dan kondisi siswa, pembelajaran tidak lagi hanya terfokus pada guru, karena model ini menekankan yang dialami, yang diingat, dan yang dipahami oleh siswa sendiri, bukan orang lain. Melalui pengalaman-pengalaman tersebut siswa lebih mampu membimbing diri sendiri, sehingga pengalaman tersebut akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi.

Temuan ketiga, yaitu siswa menjadi sangat senang dan aktif mengikuti pembelajaran menulis

paragraf deskripsi. Ini merupakan temuan penting terakhir dalam penelitian ini. Rasa senang dan aktif tersebut dapat dilihat dari rata-rata respons yang diberikan oleh siswa dalam pembelajaran ini. Sebagian besar siswa memberikan respons yang positif terhadap tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada siklus I skor rata-rata respons siswa adalah 43,8 (positif), kemudian skor rata-rata respons siswa meningkat menjadi 46 (sangat positif) pada siklus II. Siswa merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran ini karena divariasikan. Apabila individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari berbagai bentuk tekanan atau hambatan yang dapat mengganggu sikapnya, dapat diharapkan bahwa bentuk-bentuk perilaku yang ditampakkannya merupakan ekspresi sikap yang sebenarnya (Azwar, 2003:18).

Secara teoretis, temuan ini didukung oleh pernyataan Sudjana (2005:174) mengenai kelebihan model pembelajaran experiential learning,

antara lain (1) meningkatkan semangat dan gairah siswa, (2) membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif, (3) memunculkan kegembiraan dalam proses belajar, dan (4) mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif. Temuan ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek Susanti (2010). Susanti menunjukkan bahwa berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, siswa merasa senang dan terbantu dalam menulis puisi dengan menerapkan model pembelajaran

experiential learning.

Jadi, penerapan model pembelajaran experiential learning

dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil tes keterampilan menulis pada siklus II dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I dan peningkatan hasil belajar dapat pula dilihat dari perbandingan nilai awal siswa terhadap siklus I. Aktivitas belajar siswa juga mengalami

(10)

10

peningkatan yang terlihat pada siklus I dan siklus II. Untuk mengatasi beragam permasalahan yang ditemukan oleh guru ataupun siswa dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi, guru dapat mengaplikasikan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran experiential learning yang dapat dijadikan sebagai

salah satu pilihan alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa hal yang menjadi simpulan penelitian ini. Pertama, penerapan model pembelajaran experiential learning

dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi siswa. Peningkatan hasil belajar siswa tergolong baik hingga tercapai tingkat ketuntasan hasil belajar pada kegiatan menulis paragraf deskripsi. Peningkatan ini terlihat pada perolehan skor tes menulis paragraf deskripsi siswa pada siklus I dan II yang mengalami peningkatan dan mencapai KKM, yaitu 75. Pada setiap tahap pembelajaran skor siswa selalu mengalami peningkatan, baik dari refleksi awal, siklus I, maupun sampai dengan siklus II. Pemerolehan skor rata-rata yang dicapai oleh siswa pada refleksi awal adalah 70, skor rata-rata yang dicapai siswa pada siklus I meningkat menjadi 74,8, dan perolehan skor rata-rata pada siklus II menjadi 82,2. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tindakan telah berhasil.

Kedua, penerapan model pembelajaran experiential learning

dengan langkah-langkah yang tepat sangat efektif dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Tampaksiring. Langkah-langkah yang tepat dalam dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi adalah (1) menjelaskan apersepsi terkait materi yang dijelaskan, (2) menjelaskan materi pembelajaran paragraf deskripsi

dengan penerapan model pembelajaran experiential learning, (3) melakukan tanya jawab terkait dengan materi pembelajaran (4) memberikan siswa contoh paragraf deskripsi

(5) menyuruh siswa untuk membaca dan mencermati struktur dan isi dari paragraf tersebut, (6) menyuruh siswa untuk menentukan topik yang akan dijadikan bahan tulisan sesuai dengan pengalamannya, (7) menyuruh siswa untuk membuat paragraf deskripsi sesuai dengan pengalamannya, (8) memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, (9) menunjuk beberapa siswa untuk membacakan hasil tulisan yang telah dibuatnya, (10) mengomentari penampilan siswa, (11) menilai keterampilan menulis paragraf deskripsi siswa berdasarkan pengalamannya, dan (12) bersama siswa merangkum pembelajaran secara keseluruhan dan mengomentari pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran

experiential learning.

Terakhir, siswa memiliki respon yang sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran experiential learning. Peningkatan respon tersebut

dapat dilihat dari perolehan skor rata-rata respon siswa pada siklus I sebesar 43,8 dalam kategori positif dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 46 dalam kategori sangat positif. Selain itu, hasil wawancara dalam setiap siklus dengan beberapa siswa pun menunjukkan bahwa siswa merespons positif penerapan model pembelajaran experiential learning

dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi siswa.

Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut. Pertama, guru hendaknya menggunakan model pembelajaran sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa, khususnya, dalam hal kemampuan menulis paragraf deskripsi. Kedua, peneliti lain diharapkan melakukan penelitian

(11)

11

tindakan lanjutan dengan menerapkan model pembelajaran experiential learning pada kompetensi dasar yang

lain untuk mengetahui bahwa model pembelajaran ini tidak hanya dapat diterapkan pada pembelajaran menulis, khususnya, paragraf deskripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Arsjad, Maidar. G. dan Mukti U.S. 1991.

Pembinaan Kemampuan

Berbahasa Indonesia Jakarta:

Erlangga.

Hakim, M. Arief. 2005. Kiat Menulis

Artikel di Media dari Pemula

sampai Mahir. Bandung:

Cendikia.

Lasmini, Pura Nyoman. 2013. “Penerapan Model pembelajaran Kontekstual Bermedia Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskriptif Siswa kelas VIII3 SMP Laboratorium Undiksha Singaraja”.Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PBSI,FBS: Undiksha.

Mahmuf, Wahono. 2000. Makalah

Metode Experiential Learning.

Bandung. Tersedia pada

http://modelexperientiallearning. blogspot.com/. Diakses tanggal 20 Juli 2014.

Satwika, Made Weda. 2012. “Penggunaan Teknik Menulis Semiterpimpin dengan Kartu Kata untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Paragraf Deskripsi Siswa Kelas XD.7 SMA Negeri 2 Singaraja”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PBSI,FBS: Undiksha.

Sudjana, D.H.Prof. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah

Production.

Susanti, Ni Kadek. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Experiential Learning untuk Meningkatka Kemampuan Menulis Puisi Kelas V SD Nomor 3 Duda Timur Karangasem. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha Tarigan, H.G. 1986. Menulis Sebagai

Suatu Keterampilan Berbahasa.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam variabel kinerja dan kompetensi guru menunjukkan jika guru bersertifikasi tidak lebih baik dari guru belum bersertifikasi dalam indikator sikap dan keterampilan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

enelitian ini menjelaskan kompensasi kerja disiplin kerja guru, dalam hubungannya dengan kinerja guru di SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta. Penelitian dengan metode survey dan

Last, an examination of foreign culture through literature may increase their understanding of that culture and perhaps spur their own imaginative writing (p. Therefore,

Laporan yang disusun oleh penulis merupakan tindak lanjut setelah melewati tahap ujian komprehensif yang dilaksanakan selama 2 hari sejak hari Senin sampai Selasa, 22 - 23 April

Kemudian memberikan solusi atau rekomendasi perbaikan berkaitan dengan existing program iklan SMS Telkomsel yang sesuai dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan

Ditinjau dari sumber daya dan potensi yang dimiliki, serta dukungan pemerintah baik kabupaten maupun provinsi pengembangan usahatani jagung di Provinsi Jambi, dapat

Kelompok kedua yang terbentuk yaitu wilayah Surabaya Barat dengan nilai ZNT 3 yaitu dengan kisaran harga tanah antara 3 hingga 4,9 juta rupiah memiliki jumlah fasilitas