IDENTIFIKASI SEBARAN OBJEK WISATA ALAM DI SEPANJANG JALUR LINGKAR LUAR DANAU TOBA RUAS AEK NAULI MEREK, PROVINSI SUMATERA
UTARA
SKRIPSI
NADYA SYAHRIZA PUTRI POHAN 171201065
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
IDENTIFIKASI SEBARAN OBJEK WISATA ALAM DI SEPANJANG JALUR LINGKAR LUAR DANAU TOBA RUAS AEK NAULI MEREK, PROVINSI SUMATERA
UTARA
SKRIPSI
Oleh :
NADYA SYAHRIZA PUTRI POHAN 171201065
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nadya Syahriza Putri Pohan
NIM 171201065
Judul Skripsi : Identifikasi Sebaran Objek Wisata Alam di Sepanjang Jalur Lingkar Luar Danau Toba Ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan- pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumber daya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulis ilmiah.
Medan, Agustus 2021
Nadya Syahriza Putri Pohan NIM 171201065
ii
NADYA SYAHRIZA PUTRI POHAN. Identification of the Distribution of Natural Tourism Objects along the Outer Ring Road of Lake Toba, Aek Nauli Merek Section, North Sumatra Province. Supervised By AGUS PURWOKO and BEJO SLAMET.
Tourism is one aspect that becomes a source to support the economic progress of a country, Indonesia, especially North Sumatra, has a lot of tourism wealth, both natural tourism and cultural tourism that can be explored and published to tourists. One of the attractions in North Sumatra that is an attraction for tourists who are famous to the world is Lake Toba which is the largest lake in Southeast Asia which has an area of 90 x 30 km². Areas that have the potential for tourism objects and the potential for flora, fauna are large, namely Kecamatan Merek to Aek Nauli which is located in the outer ring area of Lake Toba, with an altitude of 920-1,260 meters above sea level. However, one of the weaknesses of the tourism industry sector in North Sumatra is the relatively homogeneous tourism product and inadequate supporting infrastructure so that tourists do not fully know the location points of the tourist objects they want to visit geographically, especially tourist objects along the coast. Lake Toba outer ring line section Aek Nauli Merek, North Sumatra Province. This study aims to identify and map the distribution of natural tourism objects along the outer circumference of Lake Toba Aek Nauli Merek, North Sumatra Province. Distribution analysis was carried out using ArcGIS and Google Earth software for data processing, while for the application of online maps through the Google Mymaps system. The results showed that 36 natural tourism objects had been identified scattered throughout the research location. The form of natural tourism consists of camping ground, outbound activities, educational tours, natural scenery/landscapes of Lake Toba and various flora and fauna. The results of the identification of the distribution of natural tourism objects are plotted on a map by taking coordinates consisting of graphic data and attributes for each identified tourist attraction.
Keywords: Lake Toba, Ecotourism, Natural Tourism, Potential Flora and Fauna, Mapping.
ABSTRACT
iii
ABSTRAK
NADYA SYAHRIZA PUTRI POHAN. Identifikasi Sebaran Objek Wisata Alam di Sepanjang Jalur Lingkar Luar Danau Toba Ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing Oleh AGUS PURWOKO dan BEJO SLAMET.
Pariwisata adalah salah satu aspek yang menjadi sumber untuk mendukung kemajuan perekonomian sebuah Negara, Indonesia khususnya Sumatera Utara banyak memiliki kekayaan pariwisata, baik wisata alam dan juga wisata budaya yang dapat di eksplorasi dan dipublikasikan kepada para wisatawan. Salah satu objek wisata di Sumatera Utara yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang terkenal sampai dunia adalah Danau Toba yang merupakan danau terbesar yang ada di Asia Tenggara yang memiliki luas 90 x 30 km². Daerah yang memiliki potensi objek wisata dan potensi flora, fauna yang besar adalah Kecamatan Merek hingga Aek Nauli yang terletak di kawasan lingkar luar Danau Toba, dengan ketinggian 920-1.260 meter di atas permukaan laut. Namun, salah satu kelemahan dari sektor industri pariwisata di Sumatera Utara adalah produk pariwisata yang relative homogen dan infastruktur pendukung yang belum memadai sehingga para wisatawan belum sepenuhnya mengetahui titik lokasi dari objek wisata yang ingin dikunjungi secara geografis, terkhusus objek-objek wisata yang ada di sepanjang jalur lingkar luar Danau Toba ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memetakan sebaran objek wisata alam di sepanjang lingkar luar Danau Toba Aek Nauli Merek Provinsi Sumatera Utara. Analisis distribusi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS dan Google Earth untuk pengolahan data, sedangkan untuk penerapan peta online melalui sistem Google Mymaps. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 36 objek wisata alam telah teridentifikasi tersebar di sepanjang lokasi penelitian. Bentuk wisata alam terdiri dari camping ground, kegiatan outbond, wisata edukasi, pemandangan alam/lanskap Danau Toba dan berbagai flora dan fauna. Hasil identifikasi sebaran objek wisata alam diplot pada peta dengan mengambil koordinat yang terdiri dari data grafik dan atribut untuk setiap objek wisata yang teridentifikasi.
Kata Kunci: Danau Toba, Ekowisata, Wisata Alam, Potensi Flora Fauna, Pemetaan.
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 14 Oktober 1999. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara oleh pasangan Bapak Edwin Syahrizal Pohan, ST., SH., MH dan Ibu Fika Sari Dewi.
Penulis mulai menempuh Pendidikan pada Sekolah Dasar di SD Negeri 060924 Medan pada tahun 2005-2011, kemudian penulis melanjutkan Pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Medan pada tahun 2011-2014, dan penulis juga melanjutkan Pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 21 Medan pada tahun 2014-2017.
Setelah itu, penulis melanjutkan pendindikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu menempuh Pendidikan Sarjana, dan pada tahun 2017, penulis lulus di Fakultas Kehutanan USU melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada semester 5 pemilihan peminatan penulis memilih minat Departemen Manajemen Hutan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti organisasi yang ada di Fakultas Kehutanan, penulis merupakan anggota dari organisasi Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) dan anggota BKM Baytul Asyjaar di Fakultas Kehutanan USU. Pada tahun 2019 penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Kawasan KHDTK Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun dan di Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Kampung Nipah, Kecamatan Sei Nagalawan, Kabupaten Serdang Bedagai. Pada tahun 2020 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah 5, Bukit Lawang pada tanggal 1-30 juli 2020
Selain itu, pada tahun ajaran 2019/2020 penulis berpartisipasi sebagai Asisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Mata Kuliah Kebijakan dan Perundang-Undangan Kehutanan, serta Mata Kuliah Kewirausahaan. Tahun ajaran 2020/2021 penulis berpartisipasi kembali sebagai
v
Asisten Praktikum Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Asisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Sumberdaya Hutan.
Selain berperan aktif dalam organisasi dan berpartisipasi sebagai Asisten Dosen dan Asisten Praktikum, penulis juga mendapatkan penghargaan pada tahun 2019 sebagai Duta Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan di tahun 2021 penulis berhasil meraih program pendanaan yaitu Pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Skema PKM-K yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Dan penulis juga beberapa kali mengikuti perlombaan tingkat nasional dan meraih prestasi juara seperti Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Lindungi Hutan Sumut tahun 2019, pada tahun 2020 penulis meraih prestasi Juara II pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Bio Expo di Universitas Jambi, dan di tahun yang sama penulis juga meraih prestasi Juara II pada Kompetisi Nasional Penyusunan Rencana Bisnis di Institut Pertanian Bogor.
Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan di Universitas seperti panitia PKKMB, peringatan hari besar dan seminar serta beberapa kegiatan acara di Fakultas Kehutanan. Pada awal tahun 2019-2020 penulis pernah bergabung di perusahaan PT. Amerta Indah Otsuka sebagai staff admin. tahun 2019 penulis menjadi Liaison Officer 29th Coordinator Meeting of IMT-GT varsity council. Tahun 2020 penulis di invite menjadi Motivator pada kegiatan PKKMB Fakultas Kehutanan secara daring dan menjadi Mentor pada kegiatan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa). Penulis juga aktif pada kegiatan relawan/volunteer seperti relawan vaksinasi COVID-19 SVB-BUMN, relawan vaksinasi COVID-19 SVB-GRAB, dan relawan vaksinasi COVID-19 Rumah Sakit USU. Dan di tahun 2021 akhir, penulis mendapatkan penghargaan sebagai Alumni Terfavorit Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Pada awal tahun 2021 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Identifikasi Sebaran Objek Wisata Alam di Sepanjang Jalur Lingkar Luar Danau Toba Ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara” di bawah bimbingan Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si. dan Bapak Dr. Bejo Slamet, S.Hut., M.Si.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan rezeki yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Sebaran Objek Wisata Alam di Sepanjang Jalur Lingkar Luar Danau Toba Ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara. Skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Agus Purwoko, S. Hut., M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Bapak Dr. Bejo Slamet, S.Hut., M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing, memberi masukan dan arahan kepada penulis dalam menulis dan menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Tito Sucipto, S.Hut., M.Si., IPU sebagai penguji I, Bapak Dr.
Delvian, SP., MP sebagai penguji II, dan Bapak Pindi Patana, S.Hut., M.Sc sebagai penguji III.
3. Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Hutan, Bapak Dr. Bejo Slamet, S.Hut., M.Si dan Bapak Dr. Muhdi, S.Hut., M.Si dan seluruh Staff Pengajar dan Pegawai di Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan.
4. Ayahanda Edwin Syahrizal Pohan, ST., SH., MH dan Ibunda Fika Sari Dewi serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan semangat, moril/material, serta doa yang tak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Terima kasih kepada Muhammad Imam Sulaiman Pane, SE, Havillah Andini Pohan, M. Rafi Amanshah Pohan, Kakak Mia Amalia SE, Kakak Afdilla Laily, Kakak Ilma Sari Ahda, sahabat seperjuangan Muthia Syafitri, Muhdaril Ahda, Muhammad Zidane Nasution, Rojula, Brasti Anjani, Nurhidayat, Alamuddin Sahputra, Reza Irfansyah, kakanda Eugenia Lizandra Noratika, S.Hut, Fildza Zubaidi, teman satu tim penelitian, Kelas HUT D 2017, teman- teman satu angkatan 2017 Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan serta kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap, semoga pihak yang telah memberikan semua bentuk bantuan mendapat balasan dari Allah SWT atas amal perbuatannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Agustus 2021
Nadya Syahriza Putri Pohan
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ...i
PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
ABSTRACT ... iii
ABSTRAK ...iv
RIWAYAT HIDUP ... v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Topografi dan Geografi Kabupaten Karo ... 4
Topografi dan Geografi Kabupaten Simalungan ... 5
Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Budaya... 6
Perkembangan Jumlah Pengunjung ... 6
Jasa Lingkungan Pengertian Jasa Lingkungan... 7
Pemanfaatan Jasa Lingkungan ... 7
Pariwisata Pengertian Pariwisata ... 8
Dampak Pariwisata ... 9
Ekowisata ... 9
Objek dan Daya Tarik Ekowisata ... 10
Wisata Alam ... 12
Wisatawan ... 13
Atraksi Wisata ... 14
Peran Masyarakat Terhadap Objek Wisata ... 14
Sistem Informasi Geografi (SIG) ... 15
ArcGIS ... 17
Open Street Map ... 17
Google Earth ... 17
Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 18
METODE PENELITIAN Tempat dan Waku Penelitian ... 19
Alat dan Bahan Penelitian ... 19 viii
Prosedur Penelitian
Penentuan Daerah Penelitian ... 21
Pengambilan Data ... 21
Pengumpulan Data ... 22
Pengolahan Data ... 22
Visualisasi Data... 22
Penerapan Peta Online ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Sebaran Objek Wisata Alam ... 31
Peta Sebaran Objek Wisata Alam ... 38
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 45
Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
Gambar 1 Peta lokasi penelitian ... 9
Gambar 2 Diagram alir penelitian ... 23
Gambar 3 Peta sebaran objek wisata alam ... 39
Gambar 4 Peta sebaran objek wisata alam berbasis website ... 41
Gambar 5 Penampilan fitur dari dashboard yang telah disajikan berdasarkan google mymaps ... 43
x
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
Tabel 1. Tabel data primer dan sekunder ... 20
Tabel 2. Jumlah objek wisata di empat Kecamatan tahun 2021 ... 21
Tabel 3. Data yang akan ditampilkan ... 22
Tabel 4. Identifikasi sebaran objek wisata alam di Kecamatan Merek ... 32
Tabel 5. Identifikasi sebaran objek wisata alam di Kecamatan Purba ... 34
Tabel 6. Identifikasi sebaran objek wisata alam di Kecamatan Dolok Pardamean ... 34
Tabel 7. Identifikasi sebaran objek wisata alam di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon ... 37
Tabel 8. Fitur dashboard penyajian peta berbasis website ... 44
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
Lampiran 1 Hasil stacking citra google earth ... 48
Lampiran 2 Titik validasi lapangan berbasis Sistem Informasi Geografis ... 48
Lampiran 3 Proses layout melalui ArcGIS ... 50
Lampiran 4 Dokumentasi lapangan ... 50
Lampiran 5 Dokumentasi objek wisata di Kecamatan Merek ... 51
Lampiran 6 Dokumentasi objek wisata di Kecamatan Purba ... 52
Lampiran 7 Dokumentasi objek wisata di Kecamatan Dolok Pardamean ... 53 Lampiran 8 Dokumentasi objek wisata di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon . 54
xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pariwisata adalah salah satu aspek yang menjadi sumber untuk mendukung kemajuan perekonomian sebuah Negara, Indonesia khususnya Sumatera Utara banyak memiliki kekayaan pariwisata, baik wisata alam dan juga wisata budaya yang dapat di eksplorasi dan dipublikasikan kepada para wisatawan. Kekayaan pariwisata sangat bernilai tinggi dalam pasar industri ekowisata. Secara konseptual menurut Boedirachminarni (2017) ekowisata diartikan dengan sebuah persepsi pengembangan pariwisata yang berkesinambungan untuk membantu upaya-upaya pelestarian lingkungan (budaya dan alam) serta dengan memberikan dampak atau manfaat ekonomi untuk masyarakat sekitar tempat, dengan demikian seiring dengan berjalannya waktu masyarakat harus meningkatkan partisipasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya lokal yang optimal untuk mengembangkan suatu objek wisata.
Provinsi Sumatera Utara yang terletak pada 1°- 4° Lintang Utara dan 98°- 100° Bujur Timur yang memiliki luas daratan 72.981,23 km² dapat dikatakan sebagai salah satu provinsi yang terkenal dengan daerah yang mempunyai objek wisata terbanyak dan potensi pariwisata yang beragam, baik potensi budaya, potensi alam, maupun potensi seni yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Salah satu objek wisata di Sumatera Utara yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang terkenal sampai dunia adalah Danau Toba. Chesner (2012) mengemukakan bahwa Danau Toba merupakan danau terbesar yang ada di Asia Tenggara yang memiliki luas 90 x 30 km² dan juga merupakan kaldera vulkanik-tektonik (kawah vulkanik raksasa) terbesar di dunia yang terbentuk dalam kurun waktu yang lama. Kaldera ini terbentuk dari proses keruntuhan setelah letusan Gunung Api Toba Purba, kemudian terisi air yang bersumber dari curah hujan.
Kekayaan keanekaragaman hayati terdapat di jalur melingkar kawasan Danau Toba memiliki lanskap terpadu yang sangat indah dan alami, dengan demikian hal tersebut sangat baik untuk kegiatan ekowisata yang layak untuk
2
dikembangkan. Kawasan hutan di sekitar lokasi juga memiliki karakteristik yang baik dan mendukung untuk kegiatan ekowisata. Keinginan berwisata ke kawasan lindung cenderung meningkat sesuai dengan tingkat pemahaman tentang kawasan konservasi. Semua kegiatan dilakukan dengan tetap menjaga keindahan alam dan daya tarik objek wisata di setiap kawasan yang dikembangkan.
Hidayat dan Irwan (2019) mengemukakan bahwa dengan meningkatnya minat para wisatawan terhadap wisata alam sejalan dengan minat melihat keindahan alam semesta dan daya tarik suatu tempat wisata di setiap kawasan pengembangan ekowisata. Contoh bentuk peningkatan kegiatan pariwisata antara lain kegiatan lintas alam/trekking. Agar potensi estetika alam yang ada dapat diketahui oleh khalayak dan dapat dimanfaatkan/dikembangkan secara optimal oleh seluruh pemangku kepentingan.
Salah satu daerah yang memiliki potensi objek wisata besar adalah Kecamatan Merek hingga Aek Nauli yang terletak di kawasan lingkar luar Danau Toba, dengan ketinggian 920-1.260 meter di atas permukaan laut. Namun, salah satu kelemahan dari sektor industri pariwisata di Sumatera Utara adalah produk pariwisata yang relative homogen dan infastruktur pendukung yang belum memadai. Hal inilah yang terjadi di Kawasan Destinasi Super Prioritas Nasional Danau Toba. Menurut Kurniawan dan Tanjung (2017) objek wisata yang ada di Danau Toba ternyata ada beberapa lokasi wisata yang belum dapat diinformasikan kepada para wisatawan, sehingga para wisatawan belum sepenuhnya mengetahui titik lokasi dari objek wisata yang ingin dikunjungi secara geografis, terkhusus objek-objek wisata yang ada di sepanjang jalur lingkar luar Danau Toba ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan Badan Informasi Geospasial ada 4 Kecamatan yang terdapat di jalur lingkar luar Danau Toba antara lain Kecamatan Merek, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Alasan mengapa dilakukan penelitian di jalur lingkar luar Danau Toba ruas Aek Nauli Merek adalah karena masih minimnya pengetahuan para wisatawan terkait dengan letak lokasi objek wisata yang ada di sekitar kawasan hutan. Maka dari itu, diperlukan informasi serta data yang akurat dan tepat untuk menyebarluaskan terkait informasi objek wisata tersebut melalui platform online berupa penyajian
3
peta berbasis website. Penyebaran letak objek wisata tentu saja sangat bermanfaat dengan menggunakan informasi geografis (pemetaan) agar para wisatawan dapat mengetahui sebaran objek wisata alam secara rinci. Dengan demikian, sistem informasi sangat diperlukan untuk dapat menyajikan terkait informasi sebaran objek wisata alam yang ada di jalur lingkar luar Danau Toba ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara. Untuk mengatasi hal tersebut dapat menerapkan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Azis (2012) mengemukakan bahwa Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem komputer yang memiliki kemampuan menganalisis data, menyimpan data, serta memanipulasi. Sistem Informasi Geografis akan dikembangkan dengan penyajian informasi yang dapat diperoleh melalui Google Mymaps yang pada saat ini dapat mempermudah para wisatawan untuk mengaksesnya. Data spasial yang akan dicantumkan berupa lokasi objek wisata, titik koordinat, atraksi wisata, daya tarik, serta potensi ekowisata.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pada penelitian ini adalah “mengidentifikasi dan memetakan sebaran objek wisata alam di sepanjang jalur lingkar luar Danau Toba ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara”.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik pada pemerintah atau instansi pemerintah yang mengelola objek wisata di Aek Nauli Merek yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk memastikan sebaran objek wisata. Aek Nauli Merek juga dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan penelitian yang berkaitan terhadap penggolongan wawasan lingkungan. Bagi para wisatawan bisa dengan mudah mencari tempat wisata yang ada di Wilayah Aek Nauli Merek secara online.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Topografi dan Geografi Kabupaten Karo (Kecamatan Merek)
Kabupaten Karo secara geografis berada di kisaran 2° 50’-3°19’ LU dan 97°
55’- 98° 38’ BT dengan luas 2.127,25 km² atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Deli Serdang.
Sebelah Timur : Kabupaten Simalungun dan Deli Serdang.
Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Toba Samosir.
Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Tenggara.
Berdasarkan letak administrasi Kabupaten Karo memiliki 269 Desa/Kelurahan (259 Desa dan 10 Kelurahan) dari 17 Kecamatan. Dan salah satu diantaranya adalah Kecamatan Merek. Kecamatan Merek terletak di atas permukaan laut 920 – 1620 meter dengan yang seluruh wilayahnya berada pada hamparan dataran tinggi. Wilayah Kecamatan Merek dilintasi sungai yaitu Sungai Air Terjun Sipisopiso dan Danau Toba. Luas Kecamatan Merek yaitu 125,51 km² dan terdiri dari 19 (sembilan belas) Desa. Kecamatan Merek terdapat di Kabupaten Karo yang mengapit :
Sebelah Utara : Kecamatan Tigapanah Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi Sebelah Barat : Kecamatan Juhar Sebalah Timur : Kabupaten Simalungun
Di Kecamatan Merek terdapat 19 Desa, dan diantaranya ada beberapa Desa yang memiliki objek wisata alam, antara lain: Desa Kodon-kodon, Desa Sibolangit, Desa Tongging, Desa Pengambaten, Desa Dokan, Desa Ajinembah. Adapun potensi objek wisata Kecamatan Merek sebagai berikut :
Objek wisata alam : Alam pegunungan, hutan raya, air terjun, danau, dan gua.
Objek wisata budaya : Rumah tradisional atau rumah adat, kesenian budaya tradisional, upacara ritual
5
dan pesta tahunan.
Objek peninggalan sejarah : Museum batu gana-gana, peninggalan bangunan arsitektur zaman Belanda.
Flora dan fauna : Tanaman bunga dan pepohonan yang menjadikan udara kawasan tersebut sejuk, serta dengan beberapa satwa yang ada di kawasan.
Topografi dan Geografi Kabupaten Simalungun (Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean, Kecamatan Girsang Simpangan Bolon).
Kabupaten Simalungun secara georafis berada di 2° 36’ - 3° 18’ LU dan 98° 32’ - 99° 35’ BT yang memiliki luas 4.386,60 km² atau 6,12% dari keseluruhan luas yang ada di Provinsi Sumatera Utara serta berada di ketinggian 20-1.400 m (rata-rata 3369 m) melalui atas permukaan laut yang terbagi atas 3 kategori besar, dimana ketinggian 20 m – 389 m di permukaan laut yang ada di kategori dataran rendah di antaranya adalah Kecamatan Bandar, Tapian Dolok, Dolok Batu Nanggar, Pematang Bandar, Bosar Maligas, Tanah Jawa, Huta Bayu Raja, Ujung Padang, dan Siantar yang memiliki luas 2. 160,83 km² atau sekitar 49,26% pada luas Kabupaten Simalungun. Sedangkan untuk Kecamatan Purba, Silimakuta, Dolok Silau, Silau Kahean, serta Dolok Pardamean mencakup luas 939,70 km² atau hanya sebesar 21,65% terhitung dari luas Kabupaten Simalungun yang memiliki ketinggian 1.100 m – 1.500 m yang terdapat dalam kategori dataran tinggi dari permukaan laut. Untuk kategori dataran sedang meliputi Kecamatan Panei, Jorlang Hataran, Raya Kahean, Sidamanik, raya, Dolok Panribuan serta Girsang Sipangan Bolon yang mencapai ketinggian 600 m – 920 m dari permukaan laut dengan luas 1.276,07 km² atau 29,09%.
Topografi dan geografi dari Kawasan wisata alam Simarjarunjung yang ada di Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun berada di antara 2,81754 LU dan 98,78984 BT. Dan Kawasan wisata alam Simarjarunjung yang terdapat di Kecamatan Dolok Pardamean terletak 1.236,1 m di atas permukaan laut yang memilii luas wilayah 67,90 km².
Akses menuju ke lokasi wisata alam Simarjarunjung masih sangat terbatas,
6
dikarenakan tidak adanya angkutan umum di daerah tersebut sehingga para wisatawan yang tidak memiliki transportasi pribadi akan terhambat untuk menuju ke puncak wisata alam tersebut. Kondisi aspal jika dari Kota Medan ke Kabupaten Simalungun bisa dikatakan akses jalan bagus. Kawasan wisata alam Simarjarunjung terletak di daerah Kabupaten Simalungun yang berada di kecamatan Dolok Pardamean serta berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Raya Sebelah Selatan : Kecamatan Sidamanik Sebalah Barat : Kecamatan Purba Sebalah Timur : Kecamatan Panei
Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Kecamatan Dolok Pardamean mempunyai tanah dan lahan pertanian subur dan hasil pertanian berupa tanaman sayuran yang mempunyai kualitas baik, seperti kentang dan rempah-rempah yang dihasilkan memiliki tekstur yang bagus dan keras dibandingkan kualitas dari hasil pertanian dan rempah-rempah yang lain, sehingga tidak cepat membusuk dan rempah-rempah yang dihasilkan sangat beragam.
Mayoritas dari penduduk Kecamatan Dolok Pardamean tersebut bermata pencaharian sebagai pelaku wisata khususnya di Desa Parik Sabungan dan bermata pencarian sebagai petani.
Kebudayaan masyarakat Kecamatan Dolok Pardamean masih bersifat asli dan mempertahankan budaya yang ada disana, yaitu pada budaya Simalungun tradisi atau adat istiadat yang masih melekat di kehidupan sehari-hari pada masyarakat.
Norma adat yang masih diterapkan dan dilakukan oleh masyarakat tersebut berupa selametan, upacara perkawinan dengan adat Simalungun, upacara adat istiadat, dan mempertahankan Bahasa Batak Simalungun yang masih diterapkan.
Perkembangan Jumlah Pengunjung
Wisatawan yang berkunjung ke Kecamatan Girsang Sipangan Bolon biasanya datang hanya untuk melihat dan menikmati view Danau Toba, dan ada beberapa objek ekowisata lain yang berada disekitar kawasan Danau Toba. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kecamatan Girsang Sipangan Bolon mengalami
7
penurunan sejak tahun 2020 yang di sebabkan oleh wabah COVID-19 berdampak terhadap objek ekowisata yang terdapat di area Danau Toba di tutup selama kurang lebih 4 bulan oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun. Sementara, untuk wisatawan asing diperbolehkan datang berkunjung ke objek ekowisata tersebut sekitar bulan November- Januari 2021 mengingat kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah terkait ditutupnya sementara Warga Negara Asing (WNA) untuk datang ke Indonesia.
Jasa Lingkungan
Pengertian Jasa Lingkungan
Pernyataan Sutopo (2011) yang memberi pernyataan bahwasannya jasa lingkungan dapat di artikan sebagai suatu keseluruhan sistem alami yang memiliki konsep seperti menyediakan aliran jasa serta barang yang memiliki manfaat pada manusia dan juga lingkungan dengan proses ekosistem alami yang dihasilkannya.
Hutan yang dikatakan sebagai sebuah ekosistem alami ternyata juga menyimpan beragam jenis produk kayu serta menyediakan produk non kayu yang dapat menjadikan reservoir besar untuk mewadahi hujan, dan menapis air yang setelah itu dilepaskan secara bergradasi yang memiliki manfaat bagi kehidupan manusia.
Merryna (2009) menyatakan bahwa produk sebagai sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat di manfaatkan secara langsung (tangible) maupun secara tidak langsung (intangible) yang merupakan pengertian dari jasa lingkungan. Produk yang termasuk dalam penyerapan karbon, penyimpanan karbon, kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keanekaragaman hayati, keindahan, serta jasa wisata alam (rekreasi), dan jasa perlindungan tata air (hidrologi) (Fatimah, 2016).
Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Di era selanjutnya ketersediaan jasa lingkungan dapat berpengaruh mengenai pemanfaatan sumber daya alam melalui cara melebihi energi pemulihan alami. Keberadaan asset alam akan terus menyusut tajam kemudian untuk jasa lingkungan yang pada saat ini ditemukan secara cuma-cuma akan menjadi mahal atau akan hilang jika terus berlanjut. Dan hal tersebut tentunya akan mendatangkan bahaya pada ketentraman manusia. Oleh sebab itu, demi meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dan untuk menunjang keberlangsungan kehidupan manusia, dan pada jasa lingkungan sangat wajib ditingkatkan lagi untuk
8
pemanfaatannya agar seimbang dengan pemanfaatan ekstraksi alam. Melihat potensi untuk kelangsungan hidup manusia, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kehutanan mengeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) No. P.22/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Kegiatan usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam pada Hutan Lindung. Hutan lindung yang merupakan kawasan terbatas, tetapi mempunyai banyak potensi yang bisa menjadikan mubazir jika tidak dimanfaatkan secara baik dan optimal. Dengan pemanfaatan jasa lingkungan akan terlihat banyak keuntungan yang bisa diraih tanpa merusak lingkungan dan tanpa mengurangi fungsi utamanya. Dengan sebuah usaha pemanfaatan yang dimungkinkan pemanfataan pada hutan lindung yang selama ini sering diabaikan demi menambah pendapatan negara dan mensejahterakan rakyat terkhusus yang berada di sekitar hutan lindung. Jika hutan lindung dapat dimanfaatkan melalui jasa lingkungan bersamaan wisata alam sebagai salah satu contoh, pasti akan semakin banyak kawasan terbatas yang akan dapat dikembangkan melalui jasa lingkungan (Soenarso, 2014).
Pariwisata
Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah sebuah konsep multidimensional patutnya pengertian wisatawan. Ada beberapa pengertian pariwisata yang gunakan oleh praktisi yang bermaksud dan dengan perspektif berbeda yang seimbang dengan suatu maksud yang akan dicapai. Salah satu alasan terpenting pada pengembangan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata baik secara lokal, ruang lingkup nasional maupun regional pada suatu negara sangat erat kaitannya dengan pembangunan perekonomian pada suatu daerah atau negara tersebut. Arti kata lain, bahwa setiappengembangan berbasis kepariwisataan di suatu daerah tujuan wisata akan selalu diperhitungkan keuntungan dan juga manfaatnya bagi rakyat. Alasan kedua karena pengembangan sebuah pariwisata lebih banyak bersifat seperti non ekonomis, dengan adanya kegiatan kepariwisataan pasti akan dapat menimbulkan keinginan atau hasrat untuk memelihara semua aset wisata yang dimaksud (Haryanto, 2014).
Kegiatan pariwisata yang merupakan suatu keseluruhan elemen-elemen
9
yang terdiri dari wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri. Pariwisata juga menjadi sumber devisa utama karena Indonesia adalah salah satu Negara yang mempunyai keanekaragaman jenis pariwisata, seperti wisata alam, sosial, dan wisata budaya yang tersebar dari Sabang hingga Merauke (Angga, 2017).
Dampak Pariwisata
Dampak sebuah pengembangan pariwisata pada dasarnya membawa berbagai guna untuk masyarakat di daerah. Dampak positif dari pariwisata yaitu bisa memberikan peluang tempoat bagi pengenalan kebudayaan, dan dapat juga membuat kesempatan pekerjaan sehingga bisa mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Manfaat yang lainnya yaitu bahwa pariwisata mampu menyumbang kepada neraca pembayaran, karena para wisatawan mengeluarkan uang untuk belanja mereka yang diterima di Negara yang telah dikunjunginya. Maka dari itu dengan sendirinya penerimaan wisatawan mancanegara itu ialah suatu faktor yang terpenting agar neraca pembayaran dapat menguntungkan yaitu pemasukan yang lebih besar daripada pengeluarannya (Pleanggra, 2012).
Pajak daerah dan pajak lainnya merupakan dampak positif yang langsung didapatkan pemerintahan daerah dari pengembangan pariwisata tersebut. Sektor pariwisata lainnyapun memberikan kontribusi untuk daerah melalui pajak daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan pendapat lainnya yang sah berupa pemberian hak atas tanah pemerintahan. Sektor pariwisata yang memberikan kontribusi berupa pajak restoran dan hotel, pajak reklame, pajak hiburan, pajak minuman beralkohol dan pajak pemanfaatan air bawah tanah itu merupakan pajak dari daerah sendiri.
Ekowisata
Kebanyakan ekowisata diartikan sebagai kegiatan wisata yang berhubungan langsung dengan alam, seperti camping, rafting, trekking, ataupun berlibur di resor alami yang secara langsung berhubungan dengan alam. Pada dasarnya aktivitas tersebut malah akan dapat mengakibatkan adanya dampak negatif bagi lingkungan jika kesadaran para pelaku wisata masih rendah terhadap pelestarian lingkungan.
Tetapi aktivitas wisata yang ramah lingkungan pun tidak secara otomatis dikategorikan sebagai ekowisata. Karena ekowisata merupakan sebuah bentuk
10
perjalanan suatu wisata ke area alami dengan maksud mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan serta kesejahteraan pada penduduk setempat. Dari hal tersebut kegiatan ekowisata lebih mengutamakan pada setiap usaha-usaha yang dalam skala kecil dan lebih menekankan terhadap kepentingan pelestarian lingkungan serta sosial masyarakat setempat (Izwar, 2017).
Salah satu kegiatan yang berdampak ringan terhadap lingkungan yang banyak dibicarakan pada akhir-akhir ini yaitu isu global dengan berkembangnya ekowisata (ecotourism) sebagai sebuah aktivitas wisata alam. Sehingga dua kata eco dan tourism tersebut. Ketika di adopsi ke dalam Bahasa Indonesia menjadi kata eko dan turisme atau eko dan wisata. Yang mempunyai makna, eko dalam Bahasa Greek (Yunani) berarti rumah, dan tourism memiliki arti wisata atau perjalanan.
Menurut sebagian ahli kata eco dapat didefinisikan sebagai ecology atau economy sehingga dari kata-kata tersebut akan muncul makna wisata ekologis (ecological tourism) atau wisata ekonomi (economic tourism) serta hal inilah yang secara terus menerus diperdebatkan oleh beberapa para ahli tentang makna dari kata dasar tersebut (Alfiah, 2014).
Dampak positif dari aktivitas ekowisata antara lain dapat meningkatkan sumber penghasilan dan devisa Negara, serta menyediakan peluang kerja dan usaha, kemudian mendorong perkembangan usaha-usaha baru, serta diharapkan mampu menaikkan kesadaran pada masyarakat maupun wisatawan tentang konservasi sumber daya alam. Suhanda (2013) mengemukakan bahwa konsep ekowisata yang terdiri dari susunan komponen pelestarian lingkungan (alam, budaya), peningkatan partisipasi masyarakat, serta menaikkan pertumbuhan ekonomi lokal yang telah diperkenalkan dan dikembangkan dengan sukses di banyak Negara berkembang serta pengembangan ini selalu konsisten dengan dua prinsip (Razak, 2008).
Objek dan Daya Tarik Wisata
Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 pengertian objek dan daya tarik wisata terdiri atas :
a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna.
b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang
11
berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai keindahan, keunikan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang dapat menjadi sasaran bahkan tujuan terhadap kunjungan wisatawan.
Kepariwisataan akan sulit untuk dikembangkan tanpa adanya sebuah objek wisata disuatu daerah. Karena wisatawan ingin mendatangi serta memperoleh suatu pengalaman tertentu dalam sebuah kunjungannya, oleh sebab itu objek dan daya tarik wisata sangat erat berhubungan dengan travel motivation atau travel fashion. Putro (2013) menulis di dalam bukunya dan mengemukakan bahwa terdapat dua kategori objek wisata, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Objek wisata alam
b. Objek wisata sosial dan budaya
Perencanaan dan pengelolaan sebuah objek wisata alam maupun sosial dan budaya harus bersumber pada kebijakan rencana pembangunan regional maupun nasional. Karena kedua rencana kebijakan tersebut belum disusun, maka tim perencana pada pengembangan objek wisata harus mampu mengansumsikan bahwa rencana pada kebijakan yang sesuai dengan area yang bersangkutan.
Daya tarik wisata merupakan sebuah bentukan serta sarana prasarana yang berhubungan dengan menarik wisatawan bahkan pengunjung untuk datang berkunjung ke suatu daerah dan tempat tertentu. Sumber daya potensial dan belum disebut sebagai daya tarik sampai adanya suatu perkembangan dari objek tersebut yang merupakan sebuah daya tarik yang belum dikembangkan (Rifaul, 2016).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan suatu kawasan menarik bagi pengunjung adalah sebagai berikut :
1. Perjalanan menuju ke area tersebut mudah dan nyaman, perlu sedikit usaha, sulit, ataupun berbahaya.
12
2. Letaknya dekat, cukup dekat, atau jauh atas bandar udara Internasional atau pusat Kota.
3. Kondisi sarana prasarana harus mendukung.
4. Kawasan yang mempunyai atraksi yang menonjol misalnya satwa liar yang menarik.
5. Mempunyai tambahan budaya yang sangat menarik serta beberapa atraksiwisata.
6. Kawasan tersebut memiliki beberapa keistimewaan yang berbeda.
7. Mempunyai fasilitas rekreasi pantai atau tepian danau, sungai, air terjun,kolam renang atau tempat rekreasi lainnya.
8. Unik dalam penampilannya.
9. Keadaan makanan dan akomodasi tersedia.
10. Daerah kawasan tersebut mempunyai pemandangan indah.
11. Kawasan cukup dekat dengan lokasi lain yang menarik wisatawan sehingga menjadi bagian kegiatan wisatawan.
Wisata Alam
Menurut UU No 9 Tahun 1990 wisata adalah karakteristik spesifik dari segala sesuatu yang memiliki keindahan, keunikan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan sebuah kunjungan wisatawan. Para wisatawan yang berkunjung ketempat wisata, wisatawan tersebut memerlukan atraksi wisata yang menarik, unik serta indah. Para pengunjung selalu mengamati karakter tempat wisata untuk mengunjungi ke tempat wisata tersebut, karena karakter suatu tempat wisata akan sangat berpengaruh terhadap minat pengunjung (Aprilia, 2018).
Sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourist attraction) yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sebuah ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek lainnya yang merupakan suatu potensi wisata.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 36 Tahun 2010 mengemukakan bahwa pengertian dari wisata alam merupakan suatu kegiatan perjalanan yang akan dilakukan dan kegiatan tersebut dilakukan dengan sukarela, dan bersifat tidak
13
menerus untuk dapat menikmati seluruh bentuk keunikan dan keindahan dari alam yang terdapat di suatu kawasan tertentu. Peraturan Pemerintahan No 36 Tahun 2010 juga mengemukakan bahwa wisata alam merupakan semua yang berhubungan dengan wisata alam itu sendiri, termasuk pengusahaan suatu objek dan atraksi wisata, serta semua usaha yang berkaitan dengan wisata alam (Kamil, 2017).
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam dan Ekosistemnya, Taman Wisata Alam merupakan kawasan suatu pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dijadikan sebagai kawasan konservasi yang memiliki ciri khas tertentu, baik yang ada di darat maupun yang ada di perairan yang memiliki sistem penyangga kehidupan, serta pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa. Pasal 31 dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 mengemukakan bahwasannya dalam taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, yang menunjang budidaya dan wisata alam. Pada Pasal 34 mengemukakan pula bahwasannya pengelolaan taman wisata dilaksanakan oleh Pemerintah. Bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang dapat memanfaatkan suatu potensi sumber daya alam, baik dalam keadaan alami bahkan setelah adanya usaha budidaya, sehingga bisa memungkinkan wisatawan tersebut memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, yang mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam yang merupakan pengertian dari wisata alam (Sutopo, 2011).
Wisatawan
Secara umum wisatawan merupakan seseorang atau sekelompok orang yang meninggalkan daerah asalnya guna mendatangi ke suatu daerah yang ingin didatanginya dengan waktu lebih dari 24 jam dengan maksud bersenang-senang.
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Pariwisata, mengemukakan bahwa wisatawan merupakan orang yang melakukan wisata. Dan menurut Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 menyatakan wisatawan (tourist) adalah orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanannya dan kunjungannya (Simanjuntak, 2009).
Pernyataan tersebut juga dikemukakan oleh Angga (2017) yang
14
menyebutkan bahwa wisatawan memiliki empat ciri utama yaitu sebagai berikut : a. Wisatawan merupakan orang yang melaksanakan perjalanan ke
dan tinggal di berbagai tempat tujuan.
b. Tempat tujuan wisatawan yang berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya sehari-hari, oleh sebab itu kegiatan sebuah wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang berdiam dan bekerja di tempat tujuan wisatawan.
c. Para wisatawan dengan tujuan untuk pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan karena perjalannnya yang bersifat sementara dan berjangka pendek.
d. Wisatawan yang melaksanakan sebuah perjalanan dan bukan untuk mencari tempat tinggal yang menetap di suatu tempat tujuan ataupun bekerja untuk mencari nafkah.
Atraksi Wisata
Atraksi wisata atau suatu daerah tujuan wisata ialah motivasi utama bagi para wisatawan untuk melaksanakan kunjungan terhadap sebuah wisata.
Selanjutnya juga dijelaskan menurut Soenarso (2014) disebutkan bahwa atraksi wisata merupakan komponen yang akan signifikan dalam menarik suatu wisatawan, atraksi juga merupakan modal utama (tourism resources) atau bisa disebutkan sebagai sumber dari kepariwisataan. Telah disimpulkan bahwasannya atraksi wisata merupakan segala sesuatu yang mepunyai keunikan, keindahan yang bernilai baik dari suatu keanekaragaman, baik dalam kekayaan budaya ataupun hasil buatan manusia (man made) yang menjadikan faktor daya tarik tersebut menjadi tujuan wisatawan untuk berkunjung, yang menjadikan wisatawan termotivasi untuk melakukan wisata ke objek wisata tersebut (Kamil, 2017).
Peran Masyarakat Terhadap Objek Wisata
Usaha ekowisata yang menitik beratkan peran aktif masyarakat maka itu dapat dikatakan dengan ekowisata berbasis masyarakat. Oleh sebab itu pada dasarnya masyarakat mempunyai pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata sehingga masyarakat mutlak
15
akan menjadi pelibatan. Dengan adanya sebuah konsep ekowisata yang berbasis masyarakat bukan berarti masyarakat tersebut akan melaksanakan usaha ekowisata tersebut sendiri. Konsep ekowisata tersebut mengakui bahwa hak masyarakat lokal dalam pengelolaan kegiatan wisata di kawasan yang mereka punya secara adat ataupun sebagai pengelola (Hijriati dan Mardiana, 2014).
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Tahun pertama Sistem Informasi Geografis (SIG) yaitu pada tahun 1960 yang memiliki tujuan khusus untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan pada sistem geografis. 40 tahun selanjutnya SIG berkembang pesat dan menambah perkembangan pada tujuannya selain untuk menyelesaikan permasalahan terhadap geografis, tetapi kini sudah melaju ke berbagai bidang antara lain analisis penyakit epidermik (demam berdarah) serta analisis kejahatan (kerusuhan) tergolong juga pada analisis kepariwisataan. Berdasarkan letak geografisnya SIG juga mampu mengintegrasikan operasi data seperti query, serta mampu menganalisisnya dan menampilkan ke dalam bentuk sebuah pemetaan (Prahasta, 2014).
Meningkatkan suatu kemampuan yang mampu menganalisis suatu informasi secara spasial dan terpadu untuk sebuah perencanaan serta pengambilan keputusan merupakan fungsi dari SIG. Selain itu, SIG juga bisa memberikan suatu informasi pengambilan keputusan untuk menganalisis serta penerapan database keruangan. Melalui SIG segala fenomena kebumian dan perspektif kita akan lebih dimudahkan. Maka dari itu SIG dapat memberikan kemudahan-kemudahan yang diinginkan. SIG juga dapat mengakomodasikan pemrosesan, penayangan, serta penyimpanan data spasial digital untuk mengintegrasi data yang beragam, berawal dari citra satelit, foto udara, peta hingga data statistik. SIG dapat memfasilitasi dinamika data, pemutakhiran data menjadi lebih sederhana (Razak, 2008).
Saat ini masyarakat cenderung mengerti dan mengetahui suatu lokasi berdasarkan pada apa yang sudah mereka perkirakan atau apa yang pernah dilihat sebelumnya. Sehingga kebutuhan masyarakat akan penentuan dan pencarian terhadap lokasi bangunan lebih terfokus dengan adanya kemajuan teknologi terutama pada visualisasi. Oleh sebab itu, pada saat ini diperlukan sebuah penyajian peta yang sangat menarik dan harus dapat dengan mudah dipahami dengan
16
mengandung petunjuk kartografi di setiap objek bangunan yang cenderung lebih disukai dibandingkan dengan suatu pembedaan kategori nominal, terkhusus bagi masyarakat awam dalam menyimpulkan informasi-informasi pada peta. Kartografi merupakan pemindahan informasi yang terpusat pada basis data spasial yang dapat dipertimbangkan dengan sendirinya menjadi suatu model yang beraneka ragam mengenai kenyataan geografi (Pendit, 2006).
SIG (Sistem Informasi Geografis) adalah sebuah sistem yang berbasis komputer yang berfungsi untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG dibuat untuk menyimpan, menganalisa, dan mengumpulkan objek- objek serta fenomena-fenomena dimana sebuah lokasi geografis yang merupakan karakteristik penting dan kritis untuk dianalisis. Maka dari itu, SIG adalah sistem komputer yang mempunyai empat kemampuan dalam menangani suatu data yang bereferensi geografis berupa keluaran, masukan, manajemen data (pemanggilan data dan penyimpanan) dan analisis serta manipulasi data (Firdaus dkk, 2014).
ArcGIS
ArcGIS Pro adalah perangkat lunak yang dipakai untuk membentuk peta 2D dan 3D, menganalisis data, dan menulis pengetahuan geografis. Perangkat lunak tersebut tersaji dalam platform online sehingga memerlukan koneksi internet untuk mengaksesnya. Terdapat berbagai penerapan dari ArcGIS Pro salah satunya untuk mengetahui data potensi surya. Data potensi surya dapat diketahui dengan menggunakan calculate solar radiation yang masih bagian dari ArcGIS Pro. Dalam ArcGIS Pro, badan pekerjaan terkait terdiri dari banyak peta, adegan, tata letak, data, tabel, alat, dan sumber daya lainnya biasanya diorganisasikan dalam sebuah proyek. Secara default, proyek disimpan dalam folder sistemnya sendiri. File proyek memiliki ekstensi .aprx. Sebuah proyek memiliki geo database sendiri (file dengan ekstensi .gdb) dan kotak alatnya sendiri (file dengan ekstensi.tbx) (ESRI, 2020).
Berdasarkan website QSIG (2020), QSIG (Quantum GIS) merupakan suatu sistem penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sebuah desktop suatu sumber terbuka dan bebas lintas platform yang dapat memberikan tampilan, penyuntingan, serta analisis data. Quantum SIG dapat digunakan untuk membuat suatu peta dengan banyak lapisan yang bisa menggunakan berbagai proyeksi peta, sistem ini dikatakan mirip dengan perangkat lunak SIG lainnya. Plugins mampu
17
membuat sebuah geocode dengan menggunakan google geocoding API, serta melakukan geoprocessing menggunakan fTools, yang mirip sebagai alat-alat standar yang didapatkan di ArcGIS yang berbasis data PostgreSQL/PostSIG, Spatialite dan MySQL.
Open Street Map (OSM)
Berdasarkan pernyataan website OSM Indonesia (2021) Open Street Map (OSM) merupakan suatu proyek yang berbasis web yang berfungsi untuk dapat membuat sebuah peta di seluruh dunia secara gratis serta terbuka, dan OSM dibangun sepenuhnya secara sukarelawan dengan melaksanakan suatu survey menggunakan alat GPS yang bertujuan untuk mengumpulkan, membebaskan sebuah data secara geografis yang tersedia di publik, dan mendigitasisuatu citra satelit.
Jenis peta digital yang udah ada di internet tentunya ada beragam jenis, tetapi sebagian besar mempunyai keterbatasan secara legal serta teknis. Maka dari itulah yang membuat pemerintah, peneliti, akademisi, innovator, masyarakat maupun pihak yang lainnya tidak bisa memakai data yang telah tersedia di dalam peta tersebut secara bebas. Dengan adanya open data commons dan open database license 1.0 yang dapat berkontributor, memiliki, membagikan data peta secara luar, serta dengan memodifikasi. Peta dasar OSM dan juga data yang telah ada dapat diunduh secara gratis dan terbuka, dan kemudian dapat digunakan serta diresdistribusikan kembali.
Google Earth
Dapat dikatakan bahwa google earth pertama kali dikenal sebagai Earth Viewer yang diciptakan pada tahun 2004 oleh sebuah perusahaan ternama yang bernama Keyhole Inc. Earth Viewer berubah nama menjadi Google Earth pada tahun 2005 dan pada tahun tersebut sudah bisa digunakan atau dioperasikan pada sistem komputer personal dengan menggunakan sebuah sistem operasi Windows dan MAC 7. Dengan adanya fasilitas tersebut tentu saja dapat bermanfaat dan membantu dalam menentukan berbagai lokasi sesuai dengan kebutuhan, termasuk tentang bagaimana kita bisa mengetahui jarak serta objek-objek wisata yang tepat.
18
Dapat disimpulkan bahwasan google earth memiliki definisi sebagai salah satu perangkat lunak yang berfungsi untuk memuda hkan penggunanya melihat dunia.
Dengan citra satelit yang sudah dihasilkan kita akan lebih mudah melihat bangunan, peta, sketsa jalan, maupun data lokasi dari berbagai tempat yang kita inginkan dan butuhkan (Mustofa, 2015).
Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berdasarkan penelitian terdahulu yang sama dengan identifikasi sebaran objek wisata alam ialah penelitian yang berjudul “Pemetaan Objek Wisata Alam Kabupaten Kepulauan Selayar Berbasis Sistem Informasi Geografis ArcGIS 10.5”
yang dilaksanakan oleh Agus dan Masri (2019). Penelitian tersebut menggunakan metode pendekatan kualitatif yang menyertakan teknik penelitian wawancara, survei, dokumentasi, serta catatan lapangan. Dengan metode tersebut mempunyai tujuan untuk dapat mengidentifikasi serta menciptakan basis data persebaran sebuah objek wisata alam yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar agar dapat mengembangkan pariwisata di Era Revolusi Industri 4.0. Adapun hasil pengamatan di lapangan dapat dianalisis dengan menggunakan metode deksripsi kualitatif serta dengan bantuan software ArcGIS dengan visualisasi data berupa data spasial dan deskripsi. Dengan cara tersebut maka diperoleh gambaran yang komprehensif berupa data grafis atribut serta deskripsi pada masing-masing objek wisata yang ada di sekitar Kabupaten Kepulauan Selayar.
Pada saat di lapangan data tersebut diperoleh melalui alat GPS Handheld dan kamera untuk memperoleh data spasial serta data non spasial pada tiap-tiap objek wisata yang dijadikan fokus kajian. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Selayar terdapat 75 objek dan daya tarik wisata yang telah beroperasional sebelumnya, namun dari 75 objek wisata tersebut ternyata hanya 23 objek wisata yang termasuk dalam kategori wisata alam untuk kegiatan pariwisata.
19
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2020 – Maret 2021, mulai dari persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian di lapangan, serta pengolahan data dan penyajian data. Penelitian ini dilakukan di sepanjang jalur lingkar luar Danau Toba ruas Aek Nauli Merek. Peta Kecamatan Merek, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon disajikan pada (Gambar 1).
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Kabupaten Karo – Simalungun Provinsi Sumatera Utara
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas alat pengambilan data dan alat analisis data. Adapun alat pengambilan data lapangan pada saat di lapangan antara lain Avenza Maps, kamera digital serta alat tulis. Alat untuk analisis data yang digunakan berupa seperangkat komputer dengan perangkat lunak didalamnya yang meliputi Microsoft Word 2010, Microsoft Excel 2010, ArcGIS, ERDAS Imagine, dan Google Earth Pro.
20
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra Google Earth rekaman tahun 2018 dan 2019, dan tallysheet sebagai bahan pengambilan titik lokasi pada Avenza Maps serta beberapa data spasial lainnya yaitu peta batas administrasi. Berikut adalah sumber data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder seperti yang tercantum pada (Tabel 1).
Tabel 1. Data Primer dan Sekunder yang Diperlukan Dalam Penelitian.
No Nama Data Jenis
Data
Sumber Data Akuisi
Data 1 Data Lapangan (Ground Primer Data Lapangan 2021
check) berupa penandaan titik koordinat
2 Kecamatan Merek Citra Google Earth
Sekunder www.earthexplorer.usgs.gov 2018 3 Kabupaten Simalungun
Citra Google Earth
Sekunder www.earthexplorer.usgs.gov 2019 4 Peta Batas Administrasi Sekunder Badan Informasi Geospasial
(BIG)
2020
Berdasarkan pada Tabel 1 tersebut, alasan peneliti memerlukan jenis data di atas adalah untuk peta batas administrasi agar peneliti mengetahui dimana saja letak atau batas administrasi yang termasuk dalam jalur lingkar luar Danau Toba, dan alasan peneliti memilih akuisi data dengan tahun yang berbeda untuk jenis data sekunder pada Kecamatan Merek dan Kabupaten Simalungun dikarenakan Citra Google Earth tahun 2018 pada Kecamatan Merek tidak memiliki awan yang terlalu banyak sehingga peneliti dapat dengan mudah untuk melakukan pemotongan pada citra, akan tetapi untuk Citra Google Earth tahun 2018 pada Kabupaten Simalungun memiliki awan yang terlalu banyak sehingga akan sulit untuk melakukan stacking (penggabungan beberapa band) sedangkan untuk tahun 2019 pada Kabupaten Simalungun tidak memiliki awan, dengan demikian peneliti memilih akuisi data 2019 untuk Kabupaten Simalungun agar dapat dilakukkannya stacking pada citra, untuk dapat mempermudah pengambilan jenis data primer dengan berupa penandaan titik koordinat.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan metode tata cara urutan atau langkah- langkah pada suatu penelitian yang dilaksanakan. Uraian dari teknik penentuan daerah
21
penelitian, pengambilan data, pengumpulan data, dan pengolahan data, visualisasi data, serta penerapan peta online yaitu :
1. Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di sepanjang jalur lingkar luar Danau Toba ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara yang meliputi Kabupaten Karo yang terbagi atas Kecamatan Merek dan Kabupaten Simalungun yang terbagi atas Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dengan peninjauan bahwa daerah tersebut adalah daerah yang memiliki objek wisata alam, oleh karena itu diharapkan data yang dibutuhkan bisa didapat secara akurat.
Berikut ditunjukkan jumlah objek wisata menurut Kecamatan Merek, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon tahun 2021 seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Objek Wisata di Kecamatan Merek, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Pada Tahun 2021.
No Kecamatan Jumlah Objek Wisata
1 Kecamatan Merek 16
2 Kecamatan Purba 1
3 Kecamatan Dolok Pardamean 14
4 Kecamatan Girsang Sipangan Bolon
5
2. Pengambilan Data
Adapun metode dalam pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu :
a. Observasi secara langsung di sepanjang jalur lingkar luar Danau Toba ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara. Tahap pada proses pengambilan data berupa data spasial serta non spasial, seperti pengambilan titik koordinat suatu lokasi wisata yang diambil dengan memakai GPS, foto lokasi wisata, serta data-data non spasial lainnya yang diperoleh dengan observasi dan wawancara dengan pihak pengelola, camat maupun kepala desa atau tokoh yang terkait dengan objek wisata tersebut.
b. Metode penyajian/platform SIG yaitu dengan akumulasi data yang dilakukan menggunakan metode penyajian/platform SIG
22
yakni suatu cara yang digunakan agar mendapatkan data untuk bisa terkoneksi dan dapat disajikan berupa peta objek wisata dengan cara mengetahui spot-spot yang strategis dan dapat dikembangkan serta dengan membaca laporan, karya ilmiah, literatur maupun hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengunduh citra Google Earth path/row 129/058 tahun 2018 untuk Kecamatan Merek dan citra Google Earth path/row 129/58 tahun 2019 untuk Kabupaten Simalungun yang diperlukan dengan tujuan analisis. Pengambilan data diawali dengan survei lapangan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data dari lapangan berupa data titik koordinat, atraksi wisata, dan pihak pengelola wisata melalui kegiatan dokumentasi kondisi lapangan, kemudian input data ke dalam tally sheet.
4. Pengolahan Data
Teknik pengelolaan data dapat dilakukan dengan menginput data koordinat lokasi wisata ke software ArcGIS 10.8, setelah itu membuat database yang akan dilengkapi dengan data-data non spasial. Pada penelitian ini, peneliti akan memperoleh data berupa nama objek wisata, lokasi, koordinat, serta keterangan seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Data yang Akan Ditampilkan
No Objek Wisata Koordinat Atraksi Daya Tarik
X Y
1 2
5. Visualisasi Data
Teknik visualisasi data dilakukan setelah memperoleh titik koordinat di setiap lokasi dan database, setelah dilakukan proses tersebut lalu melakukan proses layout peta dengan cara menampilkan pada setiap titik lokasi yang ada di peta yang berfungsi untuk dapat menentukan posisi
23
dari sebuah lokasi wisata tersebut di peta, kemudian secara umum para wisatawan dan juga masyarakat secara khusus pihak pengelola dapat dengan mudah mengidentifikasi objek-objek wisata yang ada di sepanjang jalur lingkar luar Danau Toba ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara.
6. Penerapan Peta Online
Penerapan peta online berupa penerapan google earth pro pada sistem penyajian informasi objek wisata di sepanjang jalur lingkar luar Danau Toba ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara menggunakan konsep crowdsourcing berbasis website untuk mengelola informasi objek wisata, dan akan mudah di akses, oleh para wisatawan, para pihak pengelola akan lebih mudah untuk menambahkan deskripsi, atraksi wisata tambahan pada lokasi wisata.
Adapun alur tahapan dari prosedur penelitian untuk mencapai hasil penerapan peta online objek wisata yang akan dicapai dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Citra Google
Earth
Analisis Data : 1. Pengumpulan Data 2. Pengolahan Data 3. Visualisasi Data 4. Penerapan Pete Online
Wawancara Observasi
Metode Survei
31
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Sebaran Objek Wisata Alam Sepanjang Jalur Lingkar Luar Danau Toba Ruas Aek Nauli Merek
Di setiap objek wisata, tempat wisata dapat membuka peluang pada perubahan mata pencaharian masyarakat luas. Seperti objek wisata alam yang ada di Kecamatan Merek, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon yang tentu saja akan berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup masyarakat di daerah area wisata tersebut. Agar dapat terkelola dengan baik pihak pengelola harus dapat menerapkan manajemen pengelolaan objek wisata alam. (Alfiah et al, 2019) mengemukakan bahwa manajemen pengelolaan adalah suatu pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang memerlukan penyelesaian untuk suatu perencanaan tujuan kerja.
Tercapainya sistem manajemen pengelolaan suatu objek wisata yang telah disusun berdasarkan 4 peran dasar manajemen dengan singkatan POAC, yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) dan controlling (pengawasan) yang bertujuan memajukan efektifitas serta mengefisiensi dan meningkatkan suatu kualitas ilmu manajemen pengelola atau organisasi demi tercapainya suatu objek wisata alam yang memiliki potensi dapat terlaksana dengan baik untuk memajukan kesejahteraan masyarakat yang ada di sepanjang jalur lingkar luar Danau Toba ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian datangnya para wisatawan ke daerah objek wisata yang ada di empat Kecamatan tersebut tentu dapat membawa perubahan pada perputaran arus uang bagi masyarakat yang bekerja pada sektor pariwisata bahkan non pariwisata demi meningkatnya objek serta daya tarik wisata yang nantinya akan menjadi keunikan pada tempat wisata tersebut.
Sebaran objek wisata alam yang ada di sepanjang jalur lingkar luar Danau Toba ruas Aek Nauli Merek, Provinsi Sumatera Utara sedikit sulit diperoleh dikarenakan tutupnya beberapa objek wisata yang disebabkan oleh pandemi Covid- 19 ini, dan ada beberapa objek wisata yang belum terakses dan belum diketahui oleh para wisatawan karena akses jalan menuju ke lokasi wisata masih sangat