• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (PB) PADA AIR LAUT DAN KERANG BULU (ANADARA ANTIQUATA) DI PERAIRAN PANTAI KUALA ACEH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (PB) PADA AIR LAUT DAN KERANG BULU (ANADARA ANTIQUATA) DI PERAIRAN PANTAI KUALA ACEH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (PB) PADA AIR LAUT DAN KERANG BULU (ANADARA

ANTIQUATA) DI PERAIRAN PANTAI KUALA ACEH KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh

KRISTA AMELIA PUTRI SILITONGA NIM. 161000149

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (PB) PADA AIR LAUT DAN KERANG BULU (ANADARA

ANTIQUATA) DI PERAIRAN PANTAI KUALA ACEH KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

KRISTA AMELIA PUTRI SILITONGA NIM. 161000149

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)

i

(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 4 September 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D.

Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya S., M.Si.

2. Dr. Sri Malem Indirawati, S.K.M., M.Si.

(5)

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Air Laut dan Kerang Bulu (Anadara Antiquata) di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai”

beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2020

Krista Amelia Putri Silitonga

(6)

iv Abstrak

Meningkatnya aktivitas manusia menyebabkan semakin menurunnya kualitas di perairan. Sudah banyak ditemukan perairan di sekitar Kabupaten Serdang Bedagai yang mengalami pencemaran. Perairan Pantai Kuala Aceh dicurigai sudah mengalami pencemaran akibat buangan limbah domestik, limbah pabrik kelapa sawit serta buangan bahan bakar kapal nelayan. Perairan tersebut merupakan salah satu penghasil produk laut yang cukup besar. Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang menyebabkan penurunan kualitas perairan. Timbal yang terdapat di dasar perairan sangat berbahaya bagi biota air. Kerang merupakan biota laut yang sangat berpotensi terkontaminasi logam berat daripada biota laut lainnya salah satunya adalah kerang bulu (Anadara antiquata). Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis kandungan timbal pada air laut dan kerang bulu (Anadara antiquata) di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif. Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kandungan timbal pada air laut dan kerang bulu (anadara antiquata) di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan timbal pada seluruh sampel air laut dan kerang bulu (Anadara antiquata) masih berada di bawah batas baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 dan SNI No. 7387:2009. Kandungan timbal pada air laut di kedalaman 1 – 5.6 m dibawah permukaan laut adalah berkisar <0.00015 mg/L. Kandungan timbal pada kerang bulu adalah sebesar 0.04 mg/kg. Pengetahuan nelayan yang berkategori rendah (95%), sikap nelayan yang berkategori negatif (70%) dan seluruh nelayan berkategori sering dalam mengonsumsi kerang bulu dengan batas maksimum konsumsi mingguan (Maximum Tolerable Intake/ MTI) adalah sebesar 37,5 kg per minggu.

Berdasarkan hal tersebut, diharapkan masyarakat, pemerintah dan lembaga terkait agar tetap menjaga, mengontrol dan mengawasi kualitas perairan dan biota laut yang ada didalamnya.

Kata kunci : Timbal, air laut, kerang bulu

(7)

v Abstract

Increased human activity causes a decrease the quality in the waters. It has been found that many waters around Serdang Bedagai Regency are polluted. The waters of Kuala Aceh Beach are suspected of having been polluted due to domestic waste, factory waste and due fuel for fishing boats. These waters are a producer of marine products. Lead (Pb) is a heavy metal that causes water quality degradation. Lead in the bottom of the waters is very dangerous for aquatic biota.

Shellfish is a marine biota that has the potential to be contaminated with heavy metals than other marine biota, one of which is the feather shells (Anadara antiquata). This research is generally aimed to analyze the lead content in seawater and mussels (Anadara antiquata) in the waters of Kuala Aceh Beach, Serdang Bedagai Regency. This type of research is descriptive. Primary data were obtained from the results of laboratory examinations of lead content in seawater and mussels (anadara antiquata) in the waters of Kuala Aceh Beach, Serdang Bedagai Regency. The results showed that the lead content in all samples of seawater and mussels (Anadara antiquata) was still below the quality standard based on the Decree of the State Minister for the Environment Number 51 of 2004 and SNI No. 7387:2009. The lead content in seawater at a depth of 1-5.6 m below sea level is in the range <0.00015 mg/L. The lead content in feather shells is 0.04 mg/kg. The knowledge of fishermen is low (95%), attitudes are negative (70%) and all fishermen are in the category of frequently consuming feather shells with a maximum weekly consumption limit (Maximum Tolerable Intake/MTI) is 37.5 kg/week. Therefore, it is hoped that the community, government and related institutions will continue to maintain, control and supervise the quality of the waters and marine biota.

Keywords : Lead, seawater, mussels

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul “An alisis Kandungan Ti mb al (Pb ) pada Air Laut dan Kerang Bulu (Anadara Antiquata) di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan baik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes., selaku Pelaksana Tugas Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada peneliti dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Ir. Indra Chahaya S., M.Si., selaku Dosen Penguji I dan Dr. Sri Malem Indirawati, S.K.M., M.Si., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

(9)

vii

saran dan masukan serta meluangkan waktu dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing peneliti selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan selama ini kepada peneliti.

8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu penelitidalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Dian Afriyanti.

9. Kepala Testing Laboratory PT. Mutu Agung, serta seluruh pegawai dan staf yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

10. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Ir. Ildrem M. P. Silitonga) dan Ellis D. H. M. Hutabarat, Amd. yang selalu ada untuk memberikan kasih sayang, nasihat, dukungan dan doa kepada peneliti.

11. Terkhusus untuk saudara peneliti, abang tersayang dr. Ram Bobby Ildaniel Silitonga yang selalu memberi semangat dan doa kepada peneliti.

12. Sepupu - sepupu yang terkasih, KEPABAKAL (Wendy, Andreas, Gracia, Jose, Agnes, Daniel, Josua, Silvy, Theresia, Moritz, Chelsea, Kezia) yang selalu memberi semangat dan doa selama proses penulisan skripsi.

13. Teman Seperdopingan (Adelia dan Dita) yang saling mendukung, memberi semangat dan bertukar pikiran satu sama lain dalam proses penulisan skripsi.

(10)

viii

14. Sahabat HEHE (Ayum, Ifti, Echa, Jane, Ika, Audri) dan REGGAE (Dina, Eliani, Ika, Ester) yang sudah memberi warna pada masa perkuliahan dan memberi dukungan, semangat dan doa.

15. Tersayang Adelia, Ayu wening dan Iftihal yang sudah memberi warna dan selalu ada selama masa perkuliahan khusunya selama kelas peminatan Kesehatan Lingkungan yang selalu bersama kemanapun dan saling mendukung dalam hal apapun.

16. Semua pihak yang banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu, terima kasih banyak untuk dukungan dan doa yang diberikan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penelitimengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penelitiberharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, September 2020

Krista Amelia Putri Silitonga

(11)

ix Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Riwayat Hidup xiv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 8

Tujuan Penelitian 9

Tujuan umum 9

Tujuan khusus 9

Manfaat Penelitian 9

Manfaat teoritis 9

Manfaat aplikatif 9

Tinjauan Pustaka 11

Pencemaran Air 11

Pencemaran Laut 15

Timbal 18

Moluska 25

Kerang (Bivalvia) 25

Masalah Kesehatan di Wilayah Pesisir 34

Batas Maksimum Konsumsi Mingguan (Maximum Tolerable Intake/ MTI) 36

Landasan Teori 37

Kerangka Konsep 40

Metode Penelitian 41

Jenis Penelitian 41

Lokasi dan Waktu Penelitian 41

Subjek dan Sampel Penelitian 42 42

Variabel dan Definisi Operasional 43

Metode Pengumpulan Data 45

Metode Pengukuran 45

(12)

x

Metode Analisis Data 50

Hasil Penelitian 51

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 51

Karakteristik Responden 52

Hasil Pemeriksaan Timbal pada Air Laut Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai 53 Hasil Pemeriksaan Timbal pada Kerang Bulu (Anadara Antiquata) di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai 54 Data Hasil Kuesioner Pengetahuan, Sikap dan Konsumsi Nelayan di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai 54 Pembahasan 58

Karakteristik Responden 58

Kandungan Timbal pada Air Laut Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai 59 Kandungan Timbal pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai 60 Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Konsumsi Nelayan di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai 62 Keterbatasan Penelitian 68 Kesimpulan dan Saran 69

Kesimpulan 69

Saran 70

Daftar Pustaka 71

Lampiran 75

(13)

xi Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Distribusi Frekuensi Umur Nelayan 52

2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Terakhir Nelayan 53 3 Kandungan Timbal pada Air Laut Perairan Pantai Kuala Aceh

Kabupaten Serdang Bedagai 53

4 Kandungan Timbal pada Kerang Bulu (Anadara Antiquata) di

Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai 54 5 Distribusi Kategori Pengetahuan Nelayan terhadap Kandungan

Timbal pada Kerang Bulu (Anadara Antiquata) 55

6 Distribusi Kategori Sikap Nelayan terhadap Kandungan Timbal

pada Kerang Bulu (Anadara Antiquata) 55

7 Distribusi Konsumsi Konsumsi Maksimum Kerang Bulu

(Anadara Antiquata) per Minggu 56

(14)

xii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Teori simpul 37

2 Teori simpul penelitian 40

3 Kerangka konsep 40

4 Peta lokasi penelitian 42

(15)

xiii

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 75

2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kadar Timbal pada Air

Laut 80

3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kadar Timbal pada

Kerang Bulu (Anadara Antiquata) 88

4 Output SPSS 89

(16)

xiv Riwayat Hidup

Peneliti bernama Krista Amelia Putri Silitonga berumur 21 tahun. Peneliti lahir di Tanjung Morawa pada tanggal 05 Januari 1999. Peneliti beragama Kristen Protestan, anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ir. Ildrem M. P. Silitonga dan Ellis D. H. M. Hutabarat, Amd.

Pendidikan formal dimulai di TK Ade Irma Suryani PTPN IV Adolina Tahun 2003 - 2004. Pendidikan sekolah dasar di SD 101943 perbaungan Tahun 2004 - 2010 sekolah menengah pertama di SMPS Santo Thomas 1 Medan Tahun 2010-2013, dan sekolah menengah atas di SMAS Santo Thomas 1 Medan Tahun 2013 -2016. Selanjutnya, penelitimelanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, September 2020

Krista Amelia Putri Silitonga

(17)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Meningkatnya aktivitas manusia semakin menambah banyaknya limbah yang masuk ke perairan yang sebagian besar merupakan buangan dari daratan.

Berbagai jenis limbah industri maupun domestik dibuang keperairan tanpa penanganan dan pengolahan terlebih dahulu yang dapat menyebabkan pencemaran air. Limbah-limbah buangan yang dialirkan kebadan air tersebut tidak hanya mengandung limbah organik saja tetapi limbah anorganik seperti logam berat berbahaya yang mengakibatkan pencemaran sehingga air tidak dapat dikonsumsi secara layak, dapat menggangu kesehatandan mengganggu kehidupan air yang ada didalamnya (Zulkifli, 2014).

Sudah banyak ditemukan perairan - perairan yang mengalami pencemaran seperti pada penelitian Silalahi (2018) yang dilakukan di perairan tambak Desa Tanjung Rejo Kabupaten Serdang Bedagai ditemukan kadar timbal pada stasiun I dengan nilai rata-rata 0,032 mg/L, pada stasiun II dan III sebesar 0,041 mg/L yang berarti perairan tersebut sudah melampaui ambang batas berdasarkan Kepmen LH No. 51 tahun 2004. Penelitian Ginting (2014) yang dilakukan diperairan Belawan ditemukan kandungan Pb pada air di stasiun I dengan nilai rata-rata 0,64 mg/L, di stasiun II dengan nilai rata-rata 0,91 mg/L dan di stasiun III dengan nilai rata-rata 0,87 mg/L dimana konsentrasi tersebut sudah melebihi baku mutu. Arifin (2012) menemukan kandungan Pb berkisar antara (0,06-0,09) ppm, Cd antara (0,006- 0,01) ppm, Cu antara (0,0058-0,0720) ppm dan Cr antara (0,0170-0,0890) ppm

(18)

ada air laut di Pelabuhan Bungus Kota Padang yang berarti kandungan logam Cr dan Pb telah melampaui standar baku mutu air laut.

Menurut Peraturan Pemerintah RI No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, disebutkan bahwa pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Logam berat pada umumnya dibutuhkan dalam setiap proses kehidupan manusia. Namun ada beberapa logam berat yang tidak boleh ada dalam kehidupan manusia seperti dan apabila kadarnya telah melebihi ambang batas yang telah ditentukan maka logam-logam tersebut sangat berbahaya karena sifatnya yang beracun. Logam berat tersebut dikatakan beracun karena memiliki sifat yang merusak jaringan tubuh makhluk hidup. Logam berat akan masuk ke badan air melalui limbah-limbah yang dibuang keperairan. Logam berat yang terdapat di dasar perairan dan mengendap di sedimen sangat berbahaya bagi organisme air, terutama organisme biotik yang menetap di substrat. Biota air yang hidup dalam perairan yang sudah tercemar logam berat, dapat mengakumulasi logam berat tersebut dalam jaringan tubuhnya. Oleh karena itu, semakin tinggi kadar logam berat dalam perairan akan semakin tinggi pula kadar logam berat yang terakumulasi dalam tubuh organisme air tersebut. Beberapa logam berat yang sering mencemari lingkungan dan berbahaya serta beracun bagi manusia adalah

(19)

3

Timbal (Pb), Merkuri (Hg), Arsenik (Ar), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), dan Nikel (Ni) (Ridhowati, 2013).

Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang menyebabkan penurunan kualitas perairan. Timbal yang masuk ke sistem perairan, baik di sungai maupun lautan akan dipindahkan dari badan airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, absorbsi, dan adsorbsi oleh organisme-organisme perairan (Ernawati, 2010). Timbal adalah logam berat dengan massa jenis yang lebih tinggi daripada banyak unsur yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Timbal memiliki sifat lunak, mudah ditempah, dan bertitik leleh rendah. Saat baru dipotong, timbal berwarna perak mengkilat kebiruan, tetapi jika sudah terpapar udara maka permukaannya akan berubah menjadi warna abu-abu buram. Timbal adalah unsur stabil dengan nomor atom tertinggi.Timbal meleleh pada suhu 328oC dan mendidih pada suhu 1740oC (Widowati, dkk., 2008).

Timbal (Pb) memiliki efek yang sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia. Paparan timbal secara terus menerus akan memiliki efek akumulatif bagi seseorang dan dapat memengaruhi hampir semua organ dan sistem dalam tubuh manusia. Dalam tubuh manusia, logam berat akan bereaksi dengan enzim aktif menjadi enzim tidak aktif, sehingga dapat menghambat menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin, akibatnya dapat menimbulkan penyakit anemia. Timbal dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh seperti, efek timbal dan sintesa hemoglobin, efek timbal pada sistem syaraf, efek timbal terhadap sistem urinaria, efek timbal terhadap sistem reproduksi, efek

(20)

timbal terhadap sistem endokrin, efek timbal terhadap jantung (Palar,2012).

Pemaparan timbal pada anak kecil dapat menurunkan IQ dan kerusakan fungsi otak anak yang sedang tumbuh. Pada wanita hamil, pemaparan timbal yang tinggi dapat menyebabkan keguguran, kematian bayi dalam kandungan, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan lambatnya pertumbuhan bayi. Kandungan timbal dalam darah 3,6mg/dL atau lebih dapat menyebabkan gangguan kardiovaskuler serta kematian (Sembel, 2015). Timbal dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernafasan, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat parenteral.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, disebutkan bahwa batas maksimum keberadaan timbal di air laut adalah sebesar 0.005 mg/l. Beberapa biota laut dilaporkan mengandung timbal, kelompok yang paling tinggi adalah kerang- kerangan (moluska) (Nurhuda, dkk., 2013).

Menurut Sandro (2013), jenis krustasea seperti kerang, kepiting dan beberapa jenis udang merupakan biota laut yang mempunyai peranan paling tinggi dalam penyerapan logam berat dalam perairan. Kerang merupakan kelompok moluska yang hidup di daerah perairan laut dangkal dan juga dapat ditemukan pada laut dalam. Kerang sangat banyak digemari oleh masyarakat. Di daerah pesisir, kerang merupakan salah satu pangan yang cukup sering dikonsumsi.

Kerang merupakan satu diantara biota laut yang menjadi sumber protein hewani.

Daging kerang mengandung protein sebesar 8/100 g. Kandungan lainnya yang terdapat dalam kerang adalah lemak, kalsium, fosfor dan zat besi.

(21)

5

Kerang merupakan biota laut yang sangat berpotensi terkontaminasi logam berat daripada biota laut lainnya, karena hidup membenamkan diri di dalam sedimen (lumpur), memiliki sifat yang menetap, lambat untuk dapat menghindarkan diri dari pengaruh polusi, dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam berat (Putri et al, 2012). Oleh karena itu, kerang sering digunakan sebagai indikator dalam pemantauan tingkat akumulasi logam berat pada organisme air (Darmono, 2010).

Kerang adalah organisme air yang hidup dengan cara menyaring makanan (filter feeder) terhadap material yang tersuspensi diperairan atau sedimen dan aktifmenyaring makanan dari dasar air dengan insangnya (Rizal,dkk., 2013).Oleh karena itu, kandungan yang terdapat dalam kerang ini sangat dipengaruhi oleh perairan dimana kerang tersebut ditangkap. Jika kerang hidup diperairan yang tingkat pencemaran logam beratnya tinggi maka didalam kerang akan terkandung kadar logam berat yang cukup tinggi pula. Dalam hal tersebut akan terjadi proses biomagnifikasi yakni logam berat (timbal) dapat terakumulasi dalam tubuh kerang melalui rantai makanan,mengakibatkan kandungan logam berat dalam tubuh kerang akan lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya (Sari, 2015).

Berdasarkan SNI No. 7387:2009 mengenai batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan dinyatakan bahwa batas maksimum timbal dalam kekerangan (bivalve) moluska dan teripang adalah 1,5 mg/kg. Apabila manusia mengonsumsi kerang yang mengandung logam berat dalam jumlah yang melebihi batas maksimum akan berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.

(22)

Batas aman konsumsi mingguan bahan makanan yang tercemar logam berat timbal yang direkomendasikan oleh FAO (Food and Agriculture organization) atau WHO (world Health Organization) adalah sebesar 0,025

mg/kg berat badan atau setara dengan 1,5 mg/minggu atau 0,214 mg/hari untuk orang dewasa dengan berat badan 60 kg (FAO,2000).

Berdasarkan hasil penelitian Anggraini dan Puryanti (2019) diperoleh bahwa konsentrasi logam Pb pada air laut disekitar pelabuhan Teluk Bayur Kota Padang adalah sebesar 0,35 mg/L yang berarti telah melampaui baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah, berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Konsentrasi logam Pb tersebut telah melampaui baku mutu untuk wisata bahari maupun biota laut.

Menurut penelitian Octarianita (2017), Kerang yang didapatkan pada Pasar gudang lelang Bandar Lampung mengandung logam berat Pb, Cr, Ni dan Cd yang telah melewati baku mutu. Kerang tersebut memiliki kandungan tertinggi pada logam Timbal (Pb) yaitu Kerang Hijau sebesar 14,339 mg/kg, Kerang Bulu 10,427 mg/kg, dan Kerang Darah 13,880 mg/kg.

Pada penelitian Ginting (2014), tentang kandungan Pb pada air perairan Belawan, diperoleh hasil bahwa pada stasiun I, II, dan III nilai rata–rata logam Pb adalah 0,638 mg/L, 0,910 mg/L, dan 0,876 mg/L. Berdasarkan Kepmen LH No.51 tahun 2004 baku mutu air laut untuk biota adalah sebesar 0,008 ppm. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa konsentrasi logam berat Pb pada perairan Pantai Belawan sudah melebihi baku mutu.

(23)

7

Pada penelitian yang sama diperoleh hasil bahwa kandungan logam berat Pb pada kerang darah di stasiun I, II, dan III memiliki nilai rata–rata 10,48 mg/kg, 12,033 mg/kg, dan 10,927 mg/kg. Berdasarkan SNI No. 7387:2009 batas maksimum timbal dalam dalam kekerangan (bivalve) adalah 1,5 mg/kg. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa konsentrasi logam berat Pb pada kerang sudah jauh melebihi baku mutu.

Berdasarkan penelitian Indirawati (2017) dikawasan pesisir Belawan ditemukan rata-rata pencemaran timbal di Kecamatan Medan Belawan dan Medan Labuhan sebesar 0,052 mg/l, dan Medan Marelan sebesar 0,057 mg/l. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kadar timbal sudah melebihi baku mutu air laut PermenLH no 51 Tahun 2004.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan, Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu penghasil produk laut yang cukup besar. Masyarakat disekitar umumnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Produk laut yang dihasilkan adalah berbagai jenis ikan, kepiting, udang, cumi-cumi, kerang dan lainnya. Di perairan ini, aktivitas melaut cukup tinggi sehingga dapat memengaruhi kualitas air.Penduduk yang cukup padat dan tingginya aktivitas nelayan menyebabkan semakin tinggi pula tingkat pencemaran pada Perairan Pantai Kuala Aceh. Kemungkinan penyebab terbesar penurunan kualitas air diperairan ini yaitu buangan bahan bakar minyak dari kapal-kapal nelayan dan buangan limbah rumah tangga. Di sekitar perairan juga terdapat pabrik kelapa sawit yaitu PT. Tanindo Sejati dan terdapat tambak udang yaitu PT.Tambak. Perairan yang sudah tercemar dapat mengganggu kehidupan biota

(24)

laut yang ada didalamnya sehingga dapat memengaruhi kualitas biota laut tersebut. Biota laut dapat tercemar oleh limbah-limbah yang masuk keperairan sehingga memungkinkan bahwa didalam tubuh biota laut sudah terkandung bahan pencemar.Perairan dan biota laut yang sudah tercemar dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan manusia. Masyarakat sekitar juga sering mengeluh mengalami gejala – gejala penyakit seperti sakit kepala, sakit perut,nyeri otot dan sendi (leher terasa kaku), sulit tidur, kesemutan di kaki dan di tangan, mudah merasa lelah, muntah-muntah dan tidak nafsu makan pada anak-anak.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “ Analisis kandungan timbal (Pb) pada air laut dan kerang bulu(Anadara antiquata) di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai”.

Perumusan Masalah

Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu penghasil produk laut yang cukup besar, dimana perairan ini mengalami pencemaran yang semakin tinggi akibat meningkatnya aktivitas nelayan dan masyarakat sekitar serta buangan bahan bakar kapal nelayan, yang umumnya mengandung logam berat timbal. Pencemaran air sangat memengaruhi kualitas produk laut, salah satunya adalah kerang yang sangat berpotensi terkontaminasi logam berat daripada biota laut lainnya serta cukup banyak dikonsumsi masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis kandungan timbal pada air laut dan kerang bulu(Anadara antiquata) di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai.

(25)

9

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan timbal pada air laut dan kerang bulu (Anadara antiquata) di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kandungan timbal pada air laut di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Untuk mengetahui kandungan timbal pada kerang bulu (Anadara antiquata) di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan konsumsi nelayan terhadap kandungan timbal dalam kerang bulu (Anadara antiquata).

Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis. Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah dapat menambah wawasan dan menjadireferensi bagi para peneliti lain dalam melakukan penelitian lain yang sejenis dalam rangka mengetahui kandungan timbal pada air laut dan kerang bulu (Anadara antiquata) di Perairan Pantai Kuala Aceh Kabupaten Serdang Bedagai.

Manfaat aplikatif. Manfaat aplikatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai informasi bagi masyarakat atau konsumen dalam mengetahui tingkat keamanan pengonsumsian kerang yang ditangkap di Perairan Pantai Kuala Aceh Serdang Bedagai.

(26)

2. Sebagai informasi bagi masyarakat sekitar dalam mengetahui tingkat keamanan pemanfaatan air dari Perairan Pantai Kuala Aceh Serdang Bedagai.

3. Sebagai informasi dan masukan bagi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai dan BPOM tentang pencemaran logam berat pada air dan bahan pangan hasil perairan.

(27)

11

Tinjauan Pustaka

Pencemaran Air

Pengertian pencemaran air. Air merupakan kebutuhan yang penting dalam setiap proses kehidupan di bumi, apabila tidak ada air di bumi maka tidak akan ada kehidupan. Apabila air tersedia dalam kondisi yang tidak benar, baik dari segi kualitas maupun kuantitas maka dapat menjadi malapetaka. Air yang bersih sangat diperlukan manusia untuk keberlangsungan hidup, untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, dan sebagainya. Di zaman sekarang ini air menjadi masalah yang membutuhkan perhatian khusus dan serius. Saat ini, sudah cukup sulit untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar tertentu. Hal ini dikarenakan air sudah banyak tercemar oleh berbagai macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia sehingga menyebabkan penurunan baik kualitas maupun kuantitas air.

Menurut Palar (2008), pencemaran adalah suatu kondisi yang telah berubah dari kondisi asal ke kondisi yang lebih buruk yang diakibatkan oleh masukan dari bahan-bahan pencemar atau polutan. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi pergeseran-pergeseran dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat masuk dan atau dimasukkannya suatu zat atau benda asing ke dalam tatanan lingkungan.

Perubahan ini memberikan dampak buruk terhadap organisme yang sudah ada dan hidup dengan baik dalam tatanan tersebut. Pada level yang lebih parah, perubahan ini juga dapat membunuh bahkan menghapuskan satu atau lebih organisme.

(28)

Pencemaran air adalah suatu perubahan atau pergeseran kondisi di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah dikarenakan oleh aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi dan bagian penting dalam siklus kehidupan manusia.

Selain berfungsi untuk mengalirkan air, juga mengalirkan sedimen dan polutan.

Manfaat terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan berpotensi sebagai objek wisata.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran air terjadidisebabkan oleh aktivitas manusia pada sumber- sumber air seperti danau, sungai, laut dan air tanah. Air dikatakan tercemar apabila tidak dapat lagi digunakan sesuai dengan fungsinya. Fenomena alammerupakan penyebab utama perubahan kualitas air, seperti gunung meletus, pertumbuhan gulma yang sangat cepat, badai dan gempa bumi, namun fenomena tersebut tidak dapat disalahkan sebagai penyebab pencemaran air. Pencemaran ini dapat disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia seperti limbah industri, perumahan, pertanian, rumah tangga, industri, dan penangkapan ikan dengan menggunakan racun. Sumber utama pencemaran air, khususnya air tanah yaitu

(29)

13

berasal dari polutan industri antara lain polutan organik (limbah cair), polutan anorganik (padatan, logam berat), sisa bahan bakar, tumpahan minyak tanah dan oli. Disamping itu, pencemaran air tanah juga diakibatkan oleh penggundulan hutan, baik untuk pembukaan lahan pertanian, perumahan dan konstruksi bangunan lainnya.

Sumber pencemaran air, baik air di permukaan maupun air tanah dapat berasal dari limbah rumah tangga seperti sampah organik (sisa-sisa makanan), sampah anorganik (plastik, gelas, kaleng) serta bahan kimia (detergen, batu baterai). Polutan dalam air mencakup unsur-unsur kimia, patogen/bakteri dan perubahan sifat fisika dan kimia dari air. Banyak unsur-unsur kimia yang bersifat toksik yang mencemari air. Patogen/bakteri menyebabkan pencemaran air sehingga menimbulkan penyakit pada manusia dan binatang. Adapun sifat fisika dan kimia air meliputi derajat keasaman (pH), menghantarkan daya listrik, suhu dan fertilisasi permukaan air. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, pencemaran air khususnya air permukaan dan air tanah merupakan penyebab utama gangguan kesehatan manusia/penyakit.

Sumber-sumber pencemaran air. Secara umum, sumber-sumber pencemaran air adalah sebagai berikut:

1. Limbah industri (dapat berupa bahan kimia baik cair maupun padatan, sisa-sisa bahan bakar, tumpahan minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang ditimbun dalam tanah).

2. Pengurangan lahan hijau/hutan akibat pembangunan perumahan, infrastruktur.

3. Limbah pertanian (pembakaran lahan, penggunaan pestisida).

(30)

4. Limbah pengolahan kayu.

5. Penggunaan bom dalam mencari ikan di lautoleh nelayan.

6. Rumah tangga (limbah cair, seperti sisa mandi dan MCK, limbah padat seperti plastik, gelas, kaleng, batu baterai, sampah cair seperti detergen serta sampah organik, seperti sisa-sisa makanan dan sayuran).

Komponen pencemaran air. Saat ini manusia sudah mengenal begitu banyak jenis-jenis zat kimia. Sebagian besar sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah tanpa pengolahan terlebih dahulu, seperti pestisida yang digunakan di pertanian, industri atau rumah tangga, deterjen yang digunakan di rumah tangga dan lain sebagainya. Secara umum jenis -jenis bahan buangan dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Bahan Buangan Padat

Bahan buangan padat adalah bahan buangan yang bersifat padat, baik yang kasar maupun yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan koloid bila dibuang ke air dan menyebabkan pencemaran.

2. Bahan buangan organik

Bahan buangan organik umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan meningkatkan jumlah mikroorganisme.

3. Bahan buangan anorganik

Bahan buangan anorganik merupakan buangan yang sulit didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya adalah logam. Jumlah ion logam dalam air akan

(31)

15

meningkat apabila bahanbuangan tersebut masuk ke perairan. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah industri yang menggunakan unsur- unsur logam seperti timbal (Pb), tembaga (Cu), magnesium (Mg) dan lainnya.

4. Bahan buangan cairan berminyak

Bahan buangan berminyak akan mengapung menutupi permukaan air bila dibuang ke air lingkungan. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan penyusutan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air. Penyusutan minyak ini tergantung jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak di permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu namun membutuhkan waktu yang lama.

5. Bahan buangan berupa panas

Perubahan kecil pada suhu air lingkungan tidak hanya mampu menghambat ikan atau spesies lainnya, namun juga akan mempercepat proses biologis pada tumbuhan dan hewan bahkan akan menurunkan tingkat oksigen terlarut dalam air yang mengakibatkan terjadinya kematian pada ikan atau akan terjadi kerusakan ekosistem.

6. Bahan buangan zat kimia

Bahan buangan zat kimia merupakan jenis bahan buangan yang sangat berkontribusi dalam pencemaran lingkungan khususnya pada air. Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya dan cukup banyak ditemukan.

Pencemaran Laut

Pengertian pencemaran laut. Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri, pertanian dan perumahan,

(32)

kebisingan, atau penyebaran organisme asing yang masuk ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya. Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia berbahaya berbentuk partikel kecil yang terdapat di perairan kemudian diambil oleh plankton dan biota laut, yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder (menyaring air). Dengan cara ini, bahan toksik yang terakumulasi dalam laut masuk ke dalam rantai makanan, semakin panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula kadar racun yang tersimpan. Pada banyak kasus pencemaran lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini bereaksi dengan oksigen, sehingga menyebabkan perairan menjadi anoxic.

Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan melalui tiupan angin, terhanyut ataupun melalui tumpahan.

Berbagai aktivitas manusia di bumi sangat bergantung pada lautan.

Manusia harus merawat kebersihan danmenjaga kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya.Dengan demikian laut seolah –olah merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia di muka bumi ini. Di sisi lain, lautan merupakan muara tempat pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang dihasilkan oleh manusia. Lautan juga menerima bahan buangan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian dan limbah tangga, sampah dan bahan buangan dari kapal, tumpahan minyak atau bahan bakar dari kapal tanker, pengeboran minyak lepas pantai, dan bahan lainnya yang terbuang ke lautan. Bahan-bahan buangan tersebut dapat dilarutkan dan disebarkan oleh lautan sehingga konsentrasinya menjadi menurun, khususnya di daerah laut dalam. Kehidupan laut dalam juga terbukti lebih sedikit tercemar daripada laut

(33)

17

dangkal. Pencemaran berat sering terjadi di daerah pantai, terutama daerah muara sungai dikarenakan proses pencemaran yang berjalan terus-menerus secara perlahan sehingga terjadi akumulasi (Darmono, 2010).

Dampak pencemaran laut. Dampak pencemaran laut pada umumnya dibagi atas empat kelompok, yaitu:

1. Dampak terhadap kehidupan biota air

Semakin banyaknya zat pencemaran yang terkandung dalam air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan terganggunya kehidupan dalam air yang memerlukan oksigen serta mengurangi perkembangannya. Oleh karena matinya bakteri-bakteri, maka dapat menghambat proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah. Panas dari industri juga akan mengakibatkan kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.

2. Dampak terhadap kualitas air tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform sudah terjadi dalam jumlah yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Sudah banyak penelitian yang menemukan terjadinya pencemaran tersebut.

3. Dampak terhadap kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menularbermacam-macam antara lain:

- Air sebagai tempat untuk hidup mikroba pathogen - Air sebagai sarang hewan atau insekta penyebar penyakit

(34)

- Terbatasnya ketersediaan air, sehingga menyebabkan manusia tidak dapat membersihkan diri.

- Air sebagai media untuk hidup vector penyakit.

4. Dampak terhadap estetika lingkungan

Pencemaran perairan dapat mengurangi dan mengganggu estetika lingkungan dikarenakan semakin banyaknya zat organikyang dibuang ke lingkungan perairan, sehingga perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat dan terdapat banyak tumpukan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.

Timbal

Pengertian timbal (Pb). Timbal (Pb) atau yang sering disebutdengan istilah timah hitam merupakan salah satu jenis logam berat. Pada awalnya, timbal adalah logam berat yang terdapat di dalam kerak bumi secara alami. Jumlah logam timbal yang tersebar di bumi sangat sedikit. Jumlah logam timbal yang terdapat diseluruh lapisan bumi hanya sekitar 0,0002% dari jumlah seluruh kerak bumi. Jumlah tersebut sangat sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat lainnya yang ada di bumi. Namun, timbal yang berasal dari kegiatan manusia mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan timbal alami di bumi. Timbal memiliki sifat yaitu titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak terjadi perkaratan. Apabila timbal digabung dengan logam lain akan terbentuk logam gabungan yang lebih bagus daripada logam murninya. Timbal adalah logam lunak yang mudah dimurnikan dari pertambangan

(35)

19

dan berwarna abu-abu kebiruan mengkilat. Pencemaran Pb dapat berasal dari sumber alamiah maupun limbah dari hasil aktivitas manusia dengan kuantitas yang terus meningkat, baik di lingkungan air, udara, maupun darat.

Timbal (Pb) merupakan logam yang perlu mendapat perhatian karena bersifat racun melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar timbal. Intoksikasi timbal dapat terjadi melalui jalur oral(lewat makanan dan minuman), pernafasan, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat pemberian obat melalui suntikan.

Logam berat timbaldapat mengakibatkan kematian beberapa jenis biota perairan apabila dalam konsentrasi yang tinggi. Timbal juga dapat membunuh organisme hidup jika dalam konsentrasi yang rendah dan proses ini diawali dengan logam berat timbal yang menumpuk dalam tubuh biota laut. Semakin lama, penumpukan logam berat yang terjadi pada organ target akan melebihi daya toleransi dari biota tersebut dan hal ini akan menyebabkan kematian dari biota terkait (Palar, 1994). Logam berat dalam airyang awalnya dibutuhkan untuk berbagai proses metabolisme akan berubah menjadi racun bagi organisme apabila kadar logam berat dalam air meningkat. Selain bersifat toksik, logam berat juga akan menumpuk dalam sedimen dan biota melalui proses gravitasi, biokonsentrasi, bioakumulasi dan biomagnifikasi oleh biota laut. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, disebutkan bahwa batas maksimum keberadaan timbal di air laut adalah sebesar 0.005 mg/l.

(36)

Logam berat dapat bersumber dari aktivitas manusia di laut ataupun di darat. Sumber logam berat dari aktivitas manusia di laut berasal dari pembuangan sampah-sampah, air pemberat dan penyeimbang dari kapal, penambangan logam di laut, penambangan minyak lepas pantai, kecelakaan kapal tanker dan lainnya.

Sementara itu, sumber logam berat dari aktivitas manusia di darat dapat berasal dari limbah-limbah rumah tangga, limbah perkotaan, pertambangan, pertanian dan perindustrian serta asap-asap kendaraan (Amin 2012). Selain dapat mencemari air, logam berat juga akan mengendap di dasar perairan dengan waktu tinggal sampai ribuan tahun dan logam berat akan terkonsentrasi kedalam tubuh makhluk hidup melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi melalui beberapa jalur yakni melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan melalui kulit (Darmono, 2010).

Efek toksik timbal (Pb). Timbal adalah logam yang bersifat toksik terhadap manusia, yang berasal dari tindakan mengonsumsi makanan, minuman, atau melalui pernapasan dari udara, debu yang tercemar Pb, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, dan lewat pemberian obat melalui suntikan. Timbal merupakan logam yang bersifat neurotoksin yang dapat masuk dan menumpuk dalam tubuh manusia sehingga meningkatkan bahayanya terhadap tubuh. Logam timbal akan dikeluarkan oleh tubuh apabila mengonsumsi makanan dan minuman tercemar timbal dikarenakan timbal tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia. Orang dewasa menyerap timbal sebesar 5 - 15% dari keseluruhan timbal yang dicerna, sedangkan anak-anak akan menyerap timbal lebih besar, yaitu sebesar 41,5%

(Widowati, et.al.. 2008).

(37)

21

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (The US Centers for Disease Control and Prevention) dan World Health Organization (1995) menyatakan bahwa timbal dalam darahdapat membahayakan kesehatan dan mengakibatkan amnesia apabila mencapai tingkat 10mg/dL atau lebih (Ragan et.al. 2009). Namun pada waktu itu, kandungan timbal dalam darah di bawah level tersebut telah menunjukkan gejala keracunan pada manusia khususnya bagi anak- anak. Dilaporkan juga bahwa timbal dalam darah dapat mengakibatkan gangguan kardiovaskuler serta kematian apabila konsentrasinya sebesar 3,6mg/dL atau lebih (Sembel, 2015).

Menurut Sembel (2015) yang mengutip pendapat Duffus, timbal dapat memengaruhi setiap organ dan system dalam tubuh manusia karena timbal merupakan logam berat yang sangat beracun. Anemia adalah gejala awal dari keracunan kronik karena timbal menghambat sintesishaemolymph. Keracunan timbal yang juga disebut plumbism,Devon colic, colica pictorum, saturnism, atau painter’s colic(penyakit mulas pelukis) adalah suatu jenis keracunan logam yang

berbahaya bagi manusia dan vertebrata karena dapat mengganggu fungsi jantung, tulang perut, ginjal, sistem reproduksi dan sistem syaraf pusat. Timbal tetraetil diserap lalu disirkulasikan ke seluruh tubuh dan akhirnya terkonsentrasi dalam hati dan ginjal kemudian disebarluaskan ke tulang, gigi dan otak.

Target utama dari keracunan timbal adalah sistem persyarafan yang dapat mengakibatkan kelainan struktur dan fungsi otak (encephalopathy)serta neuropati perifer (Needleman, 1980) dan bila dikonsumsi dalam jumlah yang lebih banyak dapat merusak otak dan ginjal. Secara biokimiawi, timbal dapat menghambat

(38)

enzim porphobilinogen synthase dan ferrochelatase, sehingga mencegah pembentukan porphobilinogen dalam sintesis heme sehingga menyebabkan anemia mikrositik. Menurut Sembel (2015) yang mengutip pendapat Timbrell, gejala-gejala yang ditimbulkan pada keracunan timbal berbeda-beda sesuai dengan kadar racun, umur, individu dan lamanya paparan. Gejala dapat timbul setelah beberapa minggu atau bulan seiring denganmeningkatnya kadar timbal dalam tubuh. Gejala yang diakibatkan oleh keracunan timbal organik umumnya lebih cepat dibandingkan dengan timbal anorganik.

Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh keracunan timbal antara lain, sakit perut, kejang, sakit kepala, kelelahan, susah tidur, mual, penurunan berat badan, kehilangan pendengaran, nafsu makan berkurang, otot lemah, sulit berkonsentrasi, anemia, kerusakan ginjal, koma, dan kematian. Keracunan akut menujukkan tanda-tanda neurologis, melemahnya otot, sakit perut atau mulas, muntah-muntah, diare dan sembelit.

Gejala dan tanda-tanda secara klinisyang timbul akibat terpapar logam timbal akan berbeda, seperti dibawah ini (Cahyadi, 2004):

1. Terpapar secara akut

Timbal di udara yang dihirup manusia dapat menimbulkan gejala-gejala seperti kram perut, kolik abdomen dan biasanya diawali dengan konstipasi, mual,muntah-muntah. Sedangkan gejala yang lebih berat seperti sakit kepala, bingung atau pikiran kacau, sering pingsan bahkan koma. Pada anak-anak gejala yang timbul yakni berkurangnya nafsu makan, sakit perut dan muntah, bergerak

(39)

23

kaku, fisik yang lemah, tidak ingin bermain, tidak peka terhadap rangsangan, sulit berbicara dan gangguan pertumbuhan otak dan koma.

2. Terpapar secara kronis

Keracunan timbal secara kronis berjalan lambat dan lama. Keracunan kronis menunjukkan gejala-gejala gangguan pencernaan makanan (gastrointestinal), syaraf otot (neuroomuskular) dan persyarafan dari mengonsumsi makanan dan minuman serta menghirup debu dan cat yang terkontaminasi timbal. Tanda dan gejala awal dari keracunantimbal secara kronis adalah kelelahan, lemas, dan iritabilitas. Paparan timbal dengan dosisi rendah sudah menimbulkan efek yang merugikan pada perkembangan dan fungsi dari sistem syaraf pusat, gejala lainnya adalah kehilangan libido, gangguan siklus haid, serta keguguran spontan pada wanita. Dalam rangka untuk mencegah dan mengurangi pencemaran timbal maka diperlukan berbagai upaya dan tindakan, diantaranya adalah dengan menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau wadah makanan/minuman yang diduga menggandung timbal misalnya keramik, wadah yang dipatri atau mengandung cat dan sebagainya.

Timbal termasuk salah satu logam berat yang sangat beracun yang dapat mengganggu hampir setiap sistem dalam organ tubuh.Target utama dari toksisitas timbal adalah sistem persyarafan pusat dan dapat mengakibatkan sakit perut, naiknya tekanan darah, anemia serta mengakibatkan kerusakan otak dan ginjal pada orang dewasa serta keguguran pada wanita hamil, dan menurunkan fertilitas pada kaum lelaki bila dikonsumsi dalam jumlah yang besar (Wright et.al. 1984).

(40)

Menurut Sembel (2015) yang mengutip pendapat Goyer, menyatakan bahwa ada tiga hal kemungkinan pengaruh timbal terhadap mekanisme dalam sistem persyarafan, yakni :

 Pengaruh terhadap perkembangan syaraf (pengaruh morfologi) yaitu merusak

sel-sel penghubung, menghambat sel-sel syaraf dan mengubah migrasi dari neuron selama perkembangan.

 Pengaruh farmakologi, yaitu menghambat fungsi dari senyawa organik endogenus yang membawa sinyal diantara neuron (neurotransmiter).

 Mengganggu metabolisme kalsium dengan menutup saluran membrane

kalsium, mengganti kalsium dalam pompa ATP kalsium-sodium, berlomba cepat dengan mitokondria dan mengikat penerima kalsium (calcium receptors).

Tingkat penyerapan timbal pada anak-anak mencapai 53%. Hal ini jauh berbeda dengan tingkat penyerapan orang dewasa, yaitu sekitar 10%. Penurunan besi (Fe) dan Kalsium (Ca) serta diet lemak tinggi dapat meningkatkan penyerapan timbal gastrointestinal. Peningkatan asam lambung akan meningkatkan penyerapan usus sehingga juga meningkatkan penyerapan timbal (Riyadina,1997).

Timbal yang diserap oleh tubuh akan mengikat gugus aktif dari enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidratase), di mana enzim ini berfungsi dalamsintesa sel darah merah. Senyawa timbal akan mengganggu kinerja enzim ALAD sehingga sintesa sel darah merah menjadi terganggu (Palaar, 1994).

Timbal juga akan disalurkan ke darah, cairan ekstraselular, dan beberapa tempat deposit. Tempat deposit timbal berada di jaringan lunak yaitu hati, ginjal dan

(41)

25

syaraf, dan jaringan mineral yaitu tulang dan gigi. Sekitar 90% dari jumlah keseluruhan timbal akan terakumulasi dalam tulang. Sifat ion Pb2+ yang hampir sama dengan Ca2+ membuat tulang berguna sebagai tempat penyimpanan timbal.

Pb2+ yang berkumpul dalam skeleton kemungkinan dapat dimobilisasi kembali ke bagian-bagian tubuh lainnya lama setelah absorbsi awal (Fardiaz, 2001).

Moluska

Moluska merupakan hewan lunak yang tidak memiliki ruas, hewan ini memiliki ciri tripoblastik, bilateral simentri dan umumnya memiliki mantel yang dapat menghasilkan bahan cangkang berupa kalsium karbornat. Cangkang tersebut berfungsi sebagai pelindung atau rumah (rangka luar) yang terbuat dari zat kapur seperti kerang, tiram, siput, sawah dan bekicot. Namun, ada juga moluska yang tidak memiliki cangkang, seperti cumi - cumi, sotong, gurita atau siput telanjang. Moluska memiliki strukturberotot yang disebut kaki dengan bentuk dan fungsinya yang berbeda untuk masing-masing kelasnya. (Setyono, 2006).

Kerang (Bivalvia)

Pengertian kerang. Kerang (Bivalvia) adalah kelas dalam moluska yang mencakup semua kerang-kerangan, memiliki sepasang cangkang. Kata"bivalvia"

memiliki arti yaitu dua cangkang. Berbagai jenis kerang, kupang, remis, kijing, lokan, simping, tiram, serta kima termasuk ke dalam kelompok bivalvia.

Cangkang kerang ini terdiri dari dua belahan atau keping, sedangkan cangkang siput berbentuk seperti kerucut yang melingkar. Perbedaan lainnya yaitu kaki siput tipis dan rata yang berfungsi untuk berjalan dengan cara kontraksi otot,

(42)

sedangkan kerang mempunyai kaki seperti mata kapak yang di gunakan untuk berjalan di lumpur atau pasir (Afiati, 2005).

Kerangmerupakan salah satu kelompok organisme tidak bertulang belakang yang banyak ditemukan dan hidup di daerah pasang surut. Hewan ini memiliki adaptasi khusus yang menyebabkan dapat bertahan hidup pada daerah yang memiliki tekanan fisik dan kimia seperti terjadi pada daerah pasang surut serta mampu untuk bertahan terhadap arus dan gelombang. Kerang menjadi organisme yang sangat mudah untuk ditangkap (dipanen) karena kerangtidak memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil). (Setyono, 2006).

Secara umum bagian tubuh kerang terdiri atas 5 bagian, yaitu kaki (foot byssus), kepala (head), bagian alat pencernaan dan reproduksi (visceral mass), selaput (mantle) dan cangkang (shell). Menurut Romimohtarto (2009), kerang biasanya memiliki sifat simetri bilateral yakni mempunyai sebuah mantel yang berupa daun telinga dan cangkang setangkup. Mantel dilengketkan ke cangkang oleh sederetan otot yang meninggalkan bekas melengkung yang disebut garis mantel. Fungsi dari permukaan luar mantel adalah untuk mengeluarkan zat organik cangkang dan menimbun kristal-kristal kalsit atau kapur. Cangkang kerangberfungsi untuk melindungi diri dari gangguan lingkungan dan predator serta sebagai tempat melekatnya otot. Menurut Hudaya (2010) Cangkang terdiri dari tiga lapisan, yakni:

1. Lapisan luar tipis, merupakan lapisan paling luar hampir berupa kulit yang melindungi yang disebut periostracum.

(43)

27

2. Lapisan kedua yang tebal, lapisan yang terbuat dari kalsium karbonat.

3. Lapisan dalam terdiri dari mother of pearl, dibentuk oleh selaput mantel dalam dengan lapisan tipis. Lapisan tipis ini menyebabkan cangkang semakin menebal saat hewannya bertambah tua.

Sejak zaman purba,kerang banyak bermanfaat dalam kehidupan manusia, dagingnya dimakan sebagai sumber protein. Di dalam daging kerang terkandung protein sebesar 8/100 gr. Kandungan lainnya yang terdapat dalam tubuh kerang adalah lemak, kalsium, fosfor dan zat besi. Kerang mengandung semua jenis asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh seperti isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin. Cangkangnya digunakan sebagai perhiasan (mutiara berasal dari tiram), bahan kerajinan tangan, bekal kubur, serta alat pembayaran pada masa lampau. Saat ini, kerang- kerangan juga dijadikan sebagai biofilter terhadap polutan (Ketut dian, 2008).

Kerang mempunyai dua keping cangkang yang setangkup. Di perairan Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 1000 jenis kerang yang hidup. Mereka menetap di dasar laut, membenamkan diri dalam pasir, lumpur ataupun menempel pada batu karang. Kerang meletakkan diri pada substrat dengan menggunakan byssus yang berupa benang - benang yang sangat kuat. Kerang merupakan biota

laut yang sangat berpotensi terkontaminasi logam berat daripada biota laut lainnya, karena hidup membenamkan diri di dalam sedimen (lumpur), memiliki sifat yang menetap, lambat untuk dapat menghindar dari pengaruh polusi, dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam berat sehingga

(44)

kerang sering digunakan sebagai indikator dalam pemantauan tingkat akumulasi logam berat pada organisme air.

Kerang adalah organisme air yang hidup dengan cara menyaring makanan (filter feeder) terhadap material yang tersuspensi diperairan atau sedimen. Oleh karena itu, kandungan yang terdapat dalam kerang ini sangat dipengaruhi oleh perairan dimana kerang tersebut ditangkap. Jika kerang hidup diperairan yang tingkat pencemaran logam beratnya tinggi maka didalam kerang akan terkandung kadar logam berat yang cukup tinggi pula. Berdasarkan SNI No. 7387:2009 mengenai batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan dinyatakan bahwa batas maksimum timbal dalam kekerangan (bivalve) moluska dan teripang adalah 1,5 mg/kg.

Jenis – jenis kerang. Berikut ini adalah beberapa jenis kerang antara lain:

1. Kerang Pasir (Anadara Polii)

Seperti kerang pada umumnya, kerang pasir merupakan jenis bivalvia yang hidup di dasar perairan dan mempunyai ciri khusus yaitu dibungkus oleh dua keping cangkang (valve) yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya dan karena terdapat sebuah persendian berupa engsel elastis yang merupakan penghubung antara kedua valve tersebut. Cangkang pada bagian dorsal berukuran tebal dan bagian ventral berukuran tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu:

1. periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai pelindung dari gangguan lingkungan dan predator.

2. lapisan prismatic terbentuk dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma.

(45)

29

3. lapisan nakreas tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.

Lapisan ini sering disebut lapisan induk mutiara.

Umbo merupakan puncak cangkang dan merupakan cangkang yang paling tua. Garis-garis melingkar yang berada di sekitar umbo menunjukan pertumbuhan cangkang. Di bawah cangkang terdapat mantel pada pelecypoda yang berbentuk jaringan tipis dan lebar, menutupi seluruh tubuh. Beberapa kerang ada yang mempunyai banyak mata pada tepi mantelnya sertamempunyai banyak insang.

Kerang biasanya memiliki kelamin yang terpisah, namun diantaranya ada yang hermaprodit dan dapat berubah kelamin.

Kaki kerang dapat menjulur keluar dan berbentuk seperti kapak pipih . Kakinya digunakan untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir. Kerang bernafas melalui dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran yang banyak mengandung batang insang. Terdapat rongga mantel diantara tubuh dan mantel yang merupakan jalan keluar masuknya air.

Kerang ini menempati kawasan Indo-Pasifik dan tersebar dari pantai Afrika timur sampai ke Polinesia. Hewan ini sering memendam dirinya ke dalam pasir atau lumpur dan tinggal di daerah pasang surut. Panjang dewasanya berukuran 5 - 6 cm dan lebarnya 4 - 5 cm.

2. Kerang darah (Anadara granosa)

Kerang darah merupakan hewan yang bersifat deposit feeder (Broom 1985) . Hewan ini memiliki cangkang yang equilateral, kuat dan padat, berbentuk oval (seperti telur) dengan umbo yang menonjol, serta memiliki alur 15 - 20

(46)

dengan rusuk yang tegas serta memiliki panjang cangkang maksimum mencapai 9 cm dengan panjang rata-rata 6 cm (FAO 2009).

Menurut Linneaus (1758) in Dance (1974), kerang darah diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Moluska Kelas : Bivalvia Ordo : Arcoida Superfamili : Arcacea Familia : Arcidae Genus : Anadara

Spesies : Anadara granosa

(Anadara granosa) adalah sejenis kerang yang sering dimakan oleh masyarakat Asia Timur dan Asia Tenggara. Kerang ini disebut kerang darah karena ia menghasilkan hemoglobin dalam cairan merah. Budidaya kerang merah telah dilakukan dan memiliki nilai ekonomi yang baik dan tinggi. Selain direbus atau dikukus, kerang ini dapat pula digoreng atau dijadikan satai dan makanan kering ringan, seperti dijadikan keripik kerang, namun ada juga yang memakannya dalam keadaan masih mentah. Kerang darah merupakan salah satu jenis kerang yang mempunyai nilai ekonomis penting dan tinggi serta disukai masyarakat. Kerang darah mengandung lemak dan kadar protein yang tinggi sehingga mempunyai rasa yang gurih. Komposisi kimia kerang darah (Anadara sp.) adalah 83% air, 0.91%lemak, 10.33%protein dan 1.84% kadar abu . Kerang

(47)

31

darah yang telah dewasa yang memiliki ukuran diameter 4 cm dapat menyumbangkan energi sebesar 59 kalori serat dan mengandung 8 gr protein, 1.1 gr lemak, 3.6 gr karbohidrat, 133 mg kalsium, 170 mg posfor, 300 SI vitamin A dan 0.01 mg vitamin B1. Kerang ini menempati kawasan Indo-Pasifik seperti negara India, Srilangka, negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand. Panjang kerang dewasanya berukuran 5 sampai 6 cm dan lebarnya sebesar 4 sampai 5 cm.

3. Kerang Bulu (Anadara antiquata)

Kerang Anadara antiquata merupakan salah satu spesies kerang yang penting di Indonesia dan juga di Asia Tenggara. Kerang ini hidup bergabung dengan beberapa spesies kerang lainnya antara lain kerang darah (LINNAEUS, 1758), Anadara indica (GMELIN, 1791) dan Anadara inequiualuis (BRUGUIERE, 1784).

Menurut Hasil Analisis Laboratorium Sitematika Hewan (2017) kerang Anadara antiquata memiliki tinggi 2 cm, panjang cangkang 7 cm, tebal cangkang

0,11 cm, tinggi umbo 1,2 cm, panjang ligamen 1,3 cm. Cangkang kerang tebal, padat dan berbentuk bulat telur (oval) dengan ukuran kedua keping cangkang sama besar, cangkang luar berwarna putih dengan bercak hitam berbulu 35 stout, warna cangkang dalam berwarna putih.

Klasifikasi kerang bulu adalah sebagai berikut (Yusefi, 2011) Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca Kelas : Bivalvia

(48)

Ordo : Taxodanta Familia : Arcidae Genus : Anadara

Spesies : Anadara antiquata

Informasi tentang biologi jenis kerang ini sangat terbatas karena kerang ini kurang populer dibandingkan dengan kerang anadara yang lainnya. Ciri khas dari kerang ini adalah mempunyai bentuk cangkang atau mantel yang hampir membulat dengan ukuran panjang 3–4 cm dilapisi banyak bulu.

Kedua keping cangkang pada bagian dalam dihubungkan oleh sebuah otot aduktor anterior dan sebuah otot aduktor posterior, yang bekerja secara antagonis dengan hinge ligament. Kedua keping cangkang akan terbuka ketika otot aduktor rileks dan ligament berkerut maka, dan sebaliknya kedua keping cangkang akan tertutup. Terdapat gigi atau tonjolan di bawah hinge ligament salah satu keping cangkang untuk mempererat sambungan kedua keping cangkang,

Kerang Anadara antiquata dapat hidup dengan baik pada wilayah perairan litoral dan sublitoral dengan jenis perairan yang tenang, terutama di teluk berpasir dan berlumpur dengan kedalaman sampai 30 m. Akan tetapi yang biasa dijadikan tempat hidup adalah daerah litoral karena daerah tersebut masih terkena pasang surut.

Anadara antiquata atau sering disebut kerang bulu adalah jenis kerang

yang termasuk ke dalam famili Arcidae. Penyebaran A. Antiquatayaitu di wilayah pantai Indo–Pasifik seperti negara India, Srilangka, negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand hingga Selatan Queensland.

(49)

33

penyebaran kerang ini bergantung pada jenis sedimen yang terdapat pada dasar dan wilayah perairan.

4. Kerang hijau (Perna viridis)

Kerang hijau (Perna viridis) atau di Indonesia yang sering disebut kijing, kaung-kaung, kapal-kapalan, kedaung, dan kemudi kapal. MenurutVakily, (1989) kerang hijau (Perna viridis) diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Muloska Kelas : Bivalvia

Subkelas : Lamellibranchia Ordo : Anisomyria Familia : Mytilidae Genus : Perna

Spesies : Perna viridis

Kerang hijau hidup di daerah pantai dan penyebaranya di daerah tropis yang memiliki suhu berkisar 27-37oC. Kerang hijau memiliki cangkang dimana kedua keping cangkangnya memiliki bentuk dan ukuran yang sama serta berwarna hijau kecoklatan. Tubuh kerang hijau terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaki, mantel (cangkang) dan organ dalam. Mantel dapat terbuka dan tertutup karena kedua bagian mantel dihubungkan dengan engsel. Mantel merupakan bagian tipis yang berfungsi untuk melindungi organ dalam kerang. Terdapat dua lubang di bagian belakang mantel yang disebut sifon yang berfungsi untuk keluar masuknya air. Kaki kerang merupakan bagian pipih yang terdapat dalam cangkang yang

(50)

pada saat akan berjalanakan menjulur keluar. Organ dalam kerang hijau terdiri dari dua pasang insang yang berlapis-lapis dan mengandung banyak pembuluh darah,organ pencernan, organ jantung dan alat sekresi (Kastawi, 2008).

Masalah Kesehatan di Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir merupakan salah satu wilayah yang rawan sekali dengan masalah kesehatan. Wilayah pesisir merupakan tempat pencampuran pengaruh antara darat, laut dan udara (iklim). Wilayah pesisir lebih cenderung memiliki masalah dengan limbah. Dengan adanya limbah baik yang berbahaya bagi kesehatan maupun tidak, limbah sangat berpengaruh bagi kesehatan masyarakat baik dari segi lingkungan dan bahan pangan yang diperoleh dari laut.

Masyarakat pesisir merupakan suatu kelompok yang hidup diwilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya dengan sumber daya yang ada di pesisir yang pada umumnya bekerja sebagai nelayan . Masyarakat pesisir memiliki risiko kesehatan yang tinggi. Hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakat di daerah pesisir menjalankan pola hidup yang tidak sehat, lingkungan yang tidak bersih, sampah berserakan dimana-mana, baik sampah bawaan dari laut atau pun sampah masyarakat setempat karena pemukiman di daerah pesisir yang sangat padat serta ketidaktersediaan alat pelindung diri saat bekerja.

Penyakit di wilayah pesisir. Berbagai jenis penyakit sering terjadi di wilayah pesisir, sebagai berikut:

Hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah dibidang kesehatan. Hipertensi dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, dengan tekanan sistolik menetap diatas 140 mmHg dan

Gambar

Gambar 1. Teori simpul
Gambar 3. Kerangka konsep Kadar timbal (Pb) pada kerang Kadar timbal (Pb) pada air  Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Lampiran SNI 7387: 2009 Kepmen LH No
Gambar 4. Peta lokasi penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan Sistem Informasi Akuntansi untuk melakukan penelitian yang sejenis dan dapat menambah

Penulis menyajikan laporan penelitian yang berjudul“Analisis Akumulasi Logam Berat Timbal Pb Dan Cadmium Cd Di Sedimen, Kerang Bulu Anadara antiquata Dan Akar Avicennia Marina

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana hubungan antara ukuran dengan konsentrasi logam berat timbal (Pb) yang terakumulasi di dalam tubuh kerang

1) Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan, wawasan keilmuan, dan memajukan pola pikir peneliti dan pembaca mengenai pengembangan media

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan panjang bobot pada kerang jantan dan betina memiliki pola pertumbuhan allometrik positif dan allometrik negatif..

Hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat, yakni: pertama, manfaat teoritis yaitu dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti, juga dapat dijadikan

Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menambah wawasan pengetahuan peneliti, kalangan akademisi dan masyarakat di bidang hukum mengenai kewenangan hakim dalam

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis/Akademis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti atau orang lain tentang