• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEVY MEILANI WARDHANY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEVY MEILANI WARDHANY"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN

PEMAHAMAN MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

(Studi Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 3 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/ 2013)

DEVY MEILANI WARDHANY e-mail: [email protected]

Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya

ABSTRAK

Kemampuan pemahaman matematik merupakan kapasitas kemampuan peserta didik untuk memahami, menerapkan konsep, prinsip, algoritma dan ide matematika untuk menyelesaikan soal dan masalah matematika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Selain itu, untuk mengetahui motivasi peserta didik terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 3 Tasikmalaya. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan cara random menurut kelas dan terpilih kelas X-7 sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 36 orang peserta didik dan kelas X-6 sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 36 orang peserta didik. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan uji perbedaan dua rata-rata dan menghitung angket penilaian motivasi peserta didik menggunakan skala Likert. Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan, analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh simpulan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Motivasi peserta didik sedang terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme.

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS),

Pendekatan Konstruktivisme, Kemampuan Pemahaman

Matematik

(2)

ABSTRACT

Understanding of mathematical ability is the capacity of the ability of learners to understand, apply concepts, principles, algorithms and mathematical ideas to solve problems and math problems. The purpose of this study was to determine the mathematical comprehension skills enhancement students through cooperative learning model Think Pair Share (TPS) with a constructivist approach is better than the cooperative learning model Think Pair Share (TPS). Moreover, to know the motivation of learners towards cooperative learning model Think Pair Share (TPS) with a constructivist approach. The method used in this study is the experimental method.

Population in this research that all students of class X SMA Negeri 3 Tasikmalaya. The samples obtained by random according to class and class X-7 was chosen as the experimental class consisting of 36 students of class X and class-6 as controls consisting of 36 learners. Data analysis techniques are used to test the hypothesis with two different test and calculate the average learner motivation assessment questionnaire using Likert scale. Based on the results of the research, processing, data analysis and hypothesis testing be concluded that the increased understanding of mathematical skills of students through cooperative learning model Think Pair Share (TPS) with a constructivist approach is better than the cooperative learning model Think Pair Share (TPS). Motivation of learners being on cooperative learning model Think Pair Share (TPS) with a constructivist approach.

Keywords: Cooperative Learning Model Type Think Pair Share (TPS), Approaches Constructivism, Understanding of Mathematical Ability

PENDAHULUAN

Permasalahan yang sering menghambat dalam pembelajaran matematika disekolah yaitu peserta didik menganggap bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit dan rumit. Selain itu, peserta didik sering mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep. Sehingga masih banyak peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditentukan. Hal serupa diungkapkan oleh Ruseffendi E. T. (2006:157) yang mengatakan “Matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan memperdayakan”.

Permasalahan yang timbul, mungkin disebabkan model pembelajaran yang

kurang efektif. Pada umumnya guru mengajar menggunakan model pembelajaran

langsung. Dalam pelaksanaan model pembelajaran langsung, guru lebih mendominasi

kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik cenderung jenuh. Selain itu, rendahnya

(3)

tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan merupakan salah satu hal yang perlu diperbaharui. Untuk memperoleh pemahaman yang optimal, seorang guru harus pandai memperhitungkan situasi dan kondisi dalam proses belajar mengajar.

Menyikapi hal tersebut, maka hal yang harus dilakukan adalah bagaimana membuat peserta didik senang untuk belajar matematika. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan kreatif. Pembelajaran kooperatif menjadi salah satu model pembelajaran yang selalu disarankan. Pembelajaran kooperatif dituntut dapat bekerjasama dengan baik didalam kelompoknya dan setiap orang memiliki tanggungjawab yang sama terhadap kemajuan belajar temannya. Slavin, Robert E. (terjemahan Nurulita, 2009:4) mengungkapkan

Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar (yang dirangkum dalam buku ini) yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa dan juga akibat- akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berfikir, menyelesaikan masalah dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka.

Sebagai solusi, peneliti memilih salah satu tipe pada model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme dapat memfasilitasi peserta didik untuk lebih aktif, kreatif dalam berfikir. Selain itu, peserta didik juga dapat bekerjasama sehingga memberikan kesempatan pada peserta didik untuk membangun pengetahuan dan menemukan konsep.

Dalam pelaksanaannya, peserta didik dikelompokkan secara berpasangan dan setiap kelompok dituntut untuk aktif. Dengan demikian, peserta didik dapat membangun pengetahuannya sendiri.

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan yaitu:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik

melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan

pendekatan konstruktivisme lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

(4)

2. Untuk mengetahui motivasi peserta didik terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme.

Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif, kreatif dalam berfikir, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

Suprijono, Agus (2012:91) berpendapat

Seperti namanya thinking, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik.

Guru memberikan kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.

Selanjutnya pairing, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang- pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi.

Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan sharing. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.

Berdasarkan uraian tersebut, peserta didik diberikan pertanyaan oleh guru untuk menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan. Selanjutnya peserta didik dikelompokkan secara berpasang-pasangan dengan tujuan saling bekerjasama dan membantu untuk memperoleh pemahaman dari jawaban tersebut. Kemudian hasil diskusi dibicarakan dengan seluruh pasangan dikelas yang diharapkan interaksi antar kelompok lebih mudah.

Berdasarkan permikiran tersebut, perlu dikembangkan alternalif pendekatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif, kreatif dalam berfikir. Proses belajar mengajar yang selama ini didasarkan pada konsep teacher centered kini mulai bergeser menjadi pendekatan student centered, yaitu suatu pendekatan yang lebih menekankan proses belajar mengajar dengan berbasis pada aktivitas peserta didik. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan konstruktivisme.

Menurut Trianto (2011:111) “Pendekatan konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar”. Adapun (Yatim, Riyanto, 2009:147) tujuan tentang konstruktivisme pada dasarnya ada beberapa yang ingin diwujudkan, antara lain:

1. Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.

(5)

2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya.

3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap.

4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain penelitian yang dilaporkan oleh Karrinda Barlita (2011), dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kepercayaan Diri Siswa SMP (Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa SMP)”. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh kesimpulan mengenai:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model Think Pair Share (TPS) lebih baik dari pada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kepercayaan diri siswa yang pembelajarannya menggunakan model Think Pair Share (TPS) lebih baik dari pada siswa yang mendapat pembelajaran konvesional.

3. Respon atau siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) bersifat positif. Pada umumnya siswa senang belajar kelompok dan seluruh siswa menyatakan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) tidak membosankan.

Penelitian lain dilaporkan oleh Milah Nurkamilah (2009), dengan judul

“Meningkatkan Daya Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme” (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2009/2010)”. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan daya matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari peningkatan daya matematik siswa yang menggunakan pembelajaran langsung.

2. Sikap siswa terhadap matematik setelah diberikan pembelajaran dengan pendekatan

konstruktivisme menunjukan sikap yang positif dengan rata-rata skor 3,65

dibandingkan dengan rata-rata skor netral 3,0. Artinya siswa memberikan respon

(6)

yang positif terhadap matematika yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konstruktivisme.

3. Terdapat assosiasi yang signifikan antara kualifikasi sikap siswa terhadap matematika yang dikualifikasikan menjadi sikap positif dan sikap negatif, dengan daya matematik siswa yang dikualifikasikan menjadi rendah, cukup, dan tinggi.

Pada kelas yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. Secara keseluruhan, penguasaan siswa terhadap daya matematik melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberikan pembelajaran langsung.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 3 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Sampel pada penelitian ini diambil dua kelas secara acak dari seluruh populasi. Kelas X-7 sebagai kelas eksperimen yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme dan kelas X-6 sebagai kelas kontrol yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Melaksanakan tes kemampuan pemahaman matematik

Tes kemampuan pemahaman matematik pada penelitian ini mengenai materi

perbandingan trigonometri yaitu sebelum kegiatan pembelajaran dimulai

melakukan pre test dan melakukan post test yang dilaksanakan setelah selesai

pembelajaran. Tes ini diberikan dikelas eksperimen maupun kelas kontrol, berupa

soal uraian dengan jumlah butir soal sebanyak 6 buah soal yang skor maksimumnya

sebesar 24. Penskoran tes kemampuan pemahaman matematik dalam penelitian ini

menurut Sumarmo, Utari (2006:14) “Masing-masing soal diberikan skor

berdasarkan tingkat kesukaran dan sistematika proses pengerjaannya dalam

pedoman pemberian skor pada performance-assessment task yang penskorannya

berdasarkan kriteria tingkatan level 0, 1, 2, 3, dan 4”.

(7)

2. Menyebarkan angket

Penyebaran angket ini diberikan di kelas eksperimen yang dilakukan setelah peserta didik melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme. Angket diberikan kepada peserta didik untuk memperoleh data mengenai motivasi peserta didik terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme. Angket ini berupa pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Skor akhir penilaian angket motivasi ini, dengan sedikit perubahan atau modifikasi dari Erman (2003:191), pada peneliti ini digunakan kriteria tinggi, sedang dan rendah dengan klasifikasi motivasi sebagai berikut:

4 > rata-rata maka kriteria tinggi 3 ≤ rata-rata < 4 maka kriteria sedang Rata-rata < 3 maka kriteria rendah HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 6 kali pertemuan pada materi perbandingan trigonometri dengan kompetensi dasar melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan dan identitas trigonometri. Baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung, terlebih dahulu peserta didik melaksanakan pre test pada materi perbandingan trigonometri untuk mengetahui penguasaan pemahaman matematik dan dijadikan sebagai skor awal. Kemudian, setelah selesai pembelajaran dengan soal yang sama dilakukan post test untuk mendapatkan nilai normal gain. Dari nilai gain itu dapat mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik.

Kelas eksperimen yaitu kelas X-7 SMA Negeri 3 Tasikmalaya yang terdiri dari

36 orang peserta didik. Pembelajaran matematika dilakukan setiap hari Rabu pukul

12.20 – 13.40 dan hari Sabtu pukul 10.30 – 11.50 melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme. Hasil pre

test peserta didik tidak ada yang memenuhi KKM. Hasil post test peserta didik terutama

dalam soal knowing, peneliti menemukan peserta didik mengerjakan soal dengan

jawaban yang berbeda hingga 4 cara. Hasil pre test – post test peserta didik kelas

(8)

eksperimen menunjukkan peningkatan kemampuan pemahaman matematik, artinya nilai post test lebih baik dibandingkan nilai pre test.

Kelas kontrol yaitu kelas X-6 SMA Negeri 3 Tasikmalaya yang terdiri dari 36 orang peserta didik. Pembelajaran matematika dilakukan setiap hari selasa pukul 12.20–

13.40 dan hari Sabtu pukul 12.20 – 13.40 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Hasil pre test peserta didik tidak ada yang memenuhi KKM.

Hasil post test peserta didik terutama dalam soal knowing, peneliti menemukan peserta didik mengerjakan soal dengan jawaban yang berbeda hingga 3 cara. Hasil pre test – post test peserta didik kelas kontrol menunjukkan peningkatan kemampuan pemahaman matematik, artinya nilai post test lebih baik dibandingkan nilai pre test.

Perbandingan kemampuan pemahaman matematik peserta didik sebelum dan sesudah mendapatkan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme disajikan pada diagram berikut ini:

Diagram 1 Data Skor Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen

Selain dari perhitungan data skor pre test – post test mengenai kemampuan pemahaman matematik peserta didik, normalizer gain dapat diklasifikasikan kedalam 3 interpretasi yaitu tinggi, sedang dan rendah. Data hasil penelitian pada kelas eksperimen, menghasilkan data nilai normal gain yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1

Klasifikasi Gain Kelas Eksperimen

Besarnya Gain (g) Interpretasi f Frekuensi Relatif (%)

g ≥ 0,7 Tinggi 26 72,22

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang 10 27,78

g < 0,3 Rendah - -

Jumlah 36 100

0 5 10 15 20 25 30

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

Frekuensi

Pre Test Post Test

(9)

Perbandingan kemampuan pemahaman matematik peserta didik sebelum dan sesudah mendapatkan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) disajikan pada diagram berikut ini:

Diagram 2 Data Skor Pre Test Dan Post Test Kelas Kontrol

Seperti halnya kelas eksperimen, kelas kontrol pun menggunakan klasifikasi normal gain kedalam 3 interpretasi yaitu tinggi, sedang dan rendah. Data hasil penelitian pada kelas kontrol, menghasilkan data nilai normal gain yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2

Klasifikasi Gain Kelas Kontrol

Besarnya Gain (g) Kriteria Gain f Frekuensi Relatif (%)

g ≥ 0,7 Tinggi 15 41,67

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang 21 58,33

g < 0,3 Rendah - -

Jumlah 36 100

1. Pengujian Persyaratan Analisis

a. Analisis gain kemampuan pemahaman matematik peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstrultivisme.

= 10,06 < = 13,277

Ternyata <

( , )( )

, maka data tersebut berdistribusi normal.

b. Analisis gain kemampuan pemahaman matematik peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

= 9,73 < = 13,277

Ternyata <

( , )( )

, maka data tersebut berdistribusi normal.

0 5 10 15 20 25 30

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

Frekuensi

Pre Test Post Test

(10)

2. Pengujian Hipotesis

Dari hasil perhitungan diperoleh = 2,83 dan

( , )( )

= 2,38. Ternyata

= 2,83 >

( , )( )

= 2,38, maka ditolak dan diterima. Artinya terdapat peningkatan terhadap kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari pada tipe Think Pair Share (TPS).

Pembahasan

1. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematik Peserta Didik Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Pendekatan Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Soal tes kemampuan pemahaman matematik peserta didik terdiri dari 6 soal, yang terdiri dari 3 soal berbentuk pemahaman knowing how to dan 3 soal berbentuk pemahaman knowing. Soal dibuat mewakili semua indikator pencapaian kompetensi dan indikator pemahaman matematik. Soal berbentuk pemahaman knowing how to merupakan soal yang dikerjakan secara algoritmik dan tergolong kemampuan tingkat rendah. Sedangkan soal berbentuk pemahaman knowing merupakan soal yang dikerjakan secara sadar, dimana peserta didik bebas mengerjakan soal menurut pemahamannya, dalam hal ini membangun dan menemukan sendiri pengetahuannya.

Data yang diolah dalam penelitian ini berupa normal gain yang merupakan selisih antara pre test dan post test dibagi dengan selisih skor maksimal dengan pre test. Berikut rumus normal gain yang digunakan:

= −

Dari data gain persoal kelas eksperimen tersebut, didapat rata-rata skor gain soal knowing yaitu 0,58 dan rata-rata skor gain soal knowing how to yaitu 0,53.

Secara garis besar, peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme terlihat lebih

mudah dalam mengerjakan jenis soal knowing yang pengerjaannya dilakukan

secara sadar, sesuai dengan pemahaman yang dimiliki peserta didik. Adapun data

gain persoal kelas kontrol, didapat rata-rata skor gain soal knowing yaitu 0,55 dan

rata-rata skor gain soal knowing how to yaitu 0,47. Sama halnya kelas eksperimen,

(11)

kelas kontrol pun secara garis besar, peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terlihat lebih mudah dalam mengerjakan jenis soal knowing yang pengerjaannya dilakukan secara sadar, sesuai dengan pemahaman yang dimiliki peserta didik.

Hal ini sesuai dengan pengujian hipotesis, maka dari itu peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari pada peningkatan kemampuan pemahaman matematik melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme lebih menekankan agar peserta didik aktif dalam menerima pengetahuan yang baru, kreatif dalam berfikir sehingga peserta didik dapat mengerjakan suatu perhitungan secara rutin/ algoritmik. Hal ini sesuai dengan teori Piaget yaitu mengacu kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik.

Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuannya serta saling bekerjasama dengan kelompok masing-masing guna tercapainya tujuan belajar bersama. Maka pemahaman yang diperoleh peserta didik diterapkan pada mengerjakan suatu perhitungan secara sadar. Hal ini sesuai dengan teori Vygotsky yaitu bekerjasama untuk memecahkan masalah serta menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif.

Kemudian model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme menekankan pada penemuan peserta didik dari keaktifan peserta didik itu sendiri. Maka pemahaman yang diperoleh peserta didik diterapkan pada mengerjakan suatu perhitungan secara sadar. Hal ini sesuai dengan teori Bruner yaitu belajar penemuan, dimana penemuan konsep merupakan tindakan membentuk kategori baru.

Dalam pelaksanaannya dilapangan, sesuai dengan data yang terdapat pada

hasil penelitian. Jika dilihat dari keseluruhan, semua peserta didik mengalami

peningkatan kemampuan pemahaman matematik. Hal tersebut terbukti dari data

(12)

hasil post test yang lebih besar dibandingkan dengan data hasil pre test. Dilapangan juga masih terdapat kendala yaitu masih ada peserta didik yang terbiasa malas dan tidak mau memberikan sumbangan pemikiran bagi kelompoknya. Selain itu, alokasi waktu yang dirasa kurang, karena disamping melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menuntut supaya peserta didik dapat memahami materi, peneliti juga harus berusaha membiasakan peserta didik untuk belajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

Salah satu perbedaan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yaitu peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme lebih mandiri mengkonstruksi ide-idenya, membangun sendiri pengetahuannya sehingga mampu untuk mengingat lebih lama materi yang telah dipelajarinya dibandingkan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata normalized gain kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme menunjukan kriteria peningkatan tinggi dengan nilai rata-rata normalized gain 0,79 sedangkan rata-rata normalized gain kelas kontrol model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) menunjukkan kriteria peningkatan tinggi dan sedang dengan rata-rata normalized gain 0,66.

KKM yang harus dicapai oleh peserta didik pada materi perbandingan trigonometri sebesar 75 setara dengan 18 =

. Dari hasil post test pada kelas eksperimen, peserta didik yang telah memenuhi KKM sebanyak 31 orang dari 36 orang yaitu sebesar 86,11%. Sedangkan pada kelas kontrol, peserta didik yang memenuhi KKM sebanyak 24 orang dari 36 orang yaitu sebesar 66,67%.

2. Motivasi Peserta Didik Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dengan Pendekatan Konstruktivisme

Pada penelitian ini, motivasi hanya diteliti pada kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan

(13)

pendekatan konstruktivisme. Motivasi peserta didik yang diteliti pada penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu instrinsik yang indikatornya adanya kegiatan yang menarik dalam belajar (perasaan senang), adanya harapan dan cita-cita masa depan (kemauan), adanya hasrat dan keinginan berhasil (kecerdasan), adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik (kemandirian) dan ekstrinsik yang indikatornya adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar (dorongan), adanya penghargaan dalam belajar (dorongan). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui motivasi peserta didik terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan skor rata-rata tiap indikator (hasil penelitian motivasi tersebut disajikan lengkap pada lampiran F) yaitu:

a. Perasaan senang peserta didik sedang terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme yang rata-rata skornya 3,46.

b. Kemauan peserta didik tinggi terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme yang rata-rata skornya 4,04.

c. Kecerdasan peserta didik sedang terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme yang rata-rata skornya 3,70.

d. Kemandirian peserta didik tinggi terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme yang rata-rata skornya 4,08.

e. Dorongan peserta didik sedang terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme yang rata-rata skornya 3,73.

Dari rata-rata tiap indikator didapat skor rata-rata motivasi peserta didik

yaitu sebesar 3,77. Maka motivasi peserta didik sedang terhadap model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan

konstruktivisme.

(14)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, pengolahan dan analisis data serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan simpulan bahwa

1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari pada peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

2. Motivasi peserta didik sedang terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme.

Saran

Berdasarkan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi kepala sekolah diharapkan memberikan dukungan berupa fasilitas maupun alokasi waktu kepada guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sifatnya menuntut keaktifan peserta didik, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme.

2. Kepada guru dan calon guru matematika sebaiknya memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk aktif dalam belajar, kreatif dalam berfikir, serta dapat bekerjasama sehingga memberikan kesempatan untuk membangun pengetahuannya. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme, hasil penelitian

ini bisa dijadikan acuan untuk melakukan penelitian yang lebih baik pada materi

pelajaran yang lainnya.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Barlita, Karrinda (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kepercayaan Diri Siswa SMP. Skripsi UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Nurkamilah, Milah (2009). Meningkatkan Daya Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme. Skripsi UNSIL. Tasikmalaya: Tidak diterbitkan.

Riyanto, Yatim (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Ruseffendi, E.T (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Slavin, Robert E (2009). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sumarmo, Utari (2006). “Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika Pada Siswa Sekolah Menengah”. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika.

FPMIPA UPI. Bandung.

Suprijono, Agus (2012). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Trianto (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Gambar

Diagram 1 Data Skor Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen
Diagram 2 Data Skor Pre Test Dan Post Test Kelas Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Konsep KUH Perdata, anak luar kawin kecuali anak yang dilahirkan dari perzinaan atau pernodaan darah, disahkan oleh perkawinan yang menyusul bapak dan ibu

Metode analisis dilakukan dengan rancangan acak lengkap (RAL) untuk mengetahui berapa kadar logam Pb yang terabsorpsi dari tanah tercemar abu terbang pada akar tanaman

Fasies batugamping yang terdapat pada daerah penelitian, terdiri dari: Fasies Foraminiferal Grainstone-Packstone, Fasies Platycoral Bindstone, Fasies Branchingcoral Bafflestone,

&lt;leh karena yaitu untuk mengatasi kelemahan-kelemahan seseorang yang dibawa sejak lahir dan dibesarkan dengan intuisi serta pengalaman, maka para ahli telah mencoba

Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah belum adanya sarana presentasi dan promosi untuk B-Live band, contohnya promosi yang hanya dilakukan dengan cara performance

Penelitian ini bertujuan menjelaskan persepsi orang tua terhadap proses bimbingan belajar anak di rumah.Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan

Pemberian ekstrak daun kemuning dalam air minum pada puyuh layer malon tidak mempengaruhi kualitas fisik telur (persentase bobot kuning telur, persentase

Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan