• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RESIKO FASILITAS DAN LINGKUNGAN (K3RS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN RESIKO FASILITAS DAN LINGKUNGAN (K3RS)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)MANAJEMEN RESIKO FASILITAS DAN LINGKUNGAN (K3RS).

(2) KEBIJAKAN AKREDITASI RS NASIONAL – AKREDITASI JCI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERKAIT JAMINAN KESEHATAN DAN AKREDITASI RS  UU No 44 / 2009 : RS  PerPres No. 12 / 2013 : Jaminan Kesehatan  PerMenkes No 012/2012 : Akreditasi RS  SK Menkes No 428/2012 : Penetapan Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi di Indonesia.  PerMenkes No 1438 / 2013 : Standar Pelayanan Kedokteran  PerMenkes No 71 / 2013 : Pelayanan Kesehatan Pada JKN  PerMenkes No 59 / 2014 : Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program JKN  PerMenkes No 28 / 2014 : Pedoman Pelaksanaan JKN  PerMenkes No 56 / 2014 : Klasifikasi dan Perijinan RS. • Akreditasi Nasional Versi 2012 • Persyaratan untuk perpanjangan Izin Operasional dan perubahan kls • Perpanjangan kerjasama dengan BPJS. MUTU PELAYANAN RS. • Menkes  RS Kelas A dan PMA --- (Rekom Dinkes Prov) • Pemda Prop  RS Kelas B dan PMDN (Rekom Dinkes Kab/Kota) • Pemda Kab/Kota RS kelas C dan D (Rekom Dinkes Kab/Kota). • RS Pemerintah & Swasta  wajib • Terbagi menjadi RS Umum dan RS Khusus RS Umum  Kelas A, B, C, D dan D Pratama RS Khusus  Kelas A, B dan C. • Setelah RS mempunyai izin operasional • Pusat  àkan melakukan registrasi. AKUNTABILITAS PADA MASYARAKAT.

(3) RUMAH SAKIT (UU RI no 44 tahun 2009) – Pasal 40 terkait Akreditasi RS.

(4) RUMAH SAKIT (UU RI no 44 tahun 2009) Pasal 7 – Persyaratan RS harus memenuhi persyaratan lokasi,bangunan, prasarana,. sdm ,kefarmasian, dan peralatan.. Pasal 8 - Lokasi Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan RS.. Pasal 9 – Bangunan persyaratan teknis bangunan RS, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anakanak, dan orang usia lanjut. Pasal 11 - Prasarana Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan RS.

(5) PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 56 TAHUN 2014 KLASIFIKASI DAN PERIJINAN RS Pasal 76, ayat 2 “Registrasi dan akreditasi merupakan persyaratan untuk perpanjangan Izin Operasional dan perubahan kelas “. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71 TAHUN 2013 PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Pasal 7, point b” bahwa salah satu persyaratan untuk bekerjasama dengan BPJS, maka RS harus memiliki sertifikat akreditasi..

(6) PERENCANAAN PERBAIKAN STRATEGIS (PPS)/ STRATEGIC IMPROVEMENT PLAN (SIP). ADALAH RENCANA TINDAKAN YANG WAJIB DIBUAT TERTULIS SETELAH RS MENDAPAT SERTIFIKAT AKREDITASI SEBAGAI BUKTI UPAYA PENINGKATAN MUTU BERKESINAMBUNGAN BERUPA RESPON TERHADAP HASIL REKOMENDASI SURVEIOR. 1. Merupakan strategi/pendekatan yang akan diambil untuk memenuhi setiap persyaratan yang belum terpenuhi. 2. Menjelaskan tindakan spesifik yang akan dilakukan RS untuk mencapai hasil sesuai Standar / elemen penilaian yang yang belum terpenuhi 3. Menjelaskan metoda yang dipakai untuk perbaikan/ pemenuhan standar dan elemen penilaian guna perbaikan mutu berkesinambungan 4. Mengidentifikasi indikator pencapaian (berupa data) untuk mengevaluasi efektivitas dari rencana perbaikan itu dan akan dicek setiap tahun oleh surveior pendamping.

(7) URUTAN STANDAR DALAM PENETAPAN KELULUSAN AKREDITASI NASONAL 2012 SASARAN. TINGKAT. 1.Sasaran Kes. Pasien RS(SKP). SASARAN I:. SASARAN II:. Kelompok Standar Manajemen RS. Kelompok Standar Pelayanan berfokus pada pasien. 2.Hak Pasien & Keluarga (HPK). DASAR. 3.Pendidikan Pasien & Keluarga (PPK) 4.Peningkatan Mutu & Kes. Pasien (PMKP). STANDAR AKREDITASI RS. SASARAN IV : MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (kematian ibu dan bayi, kesakitan HIV dan TB). SASARAN III: Sasaran Keselamatan Pasien RS. 5.Millenium Dev elopment Goal’s (MDG’s) 6.Akses Pelay anan dan Kontinuitas Pelay anan (APK). MADYA. 7.Asesmen Pasien (AP) 8.Pelay anan Pasien (PP) 9.Pelay anan Anestesi dan Bedah (PAB) 10.Manajemen Penggunaan Obat (MPO). UTAMA. 11.Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 12.Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS) 13.Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 14.Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan ( TKP) PARIPURNA.  Standar-standar Akreditasi sangat terkait dan melibatkan  Peran Komite Medis dan Komite Keperawatan. 15.Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK). **Kriteria Kelulusan “ Perdana ” (C, D dan D Pratama): 4 Standar (SKP, HPK,PPI, KPS).

(8) Langkah – langkah Persiapan Akreditasi RS Nasional dan Jadwal 1. 2. 3. 4. 5.. Memulai persiapan mengguna kan standar 12 bulan sebelum survey. 6. 7. 8. 9. 10. 11.. Komitmen Pimpinan GAP Analysis Pemahaman Standar Komite Mutu Pokja - pokja. Kirim Aplikasi untuk survey dan penjadwalan survey 1 bulan sebelum survey. Orientasi dan pelatihan staf Monitoring dan evaluasi Analisa data Data Analysis & Improvements Simulasi Survey Survey. Tim survey menetapkan agenda survey. Pelaksanaan Survey. 1 minggu sebelum survey. Tanggal survey. Keputusan Akreditasi dan Laporan Temuan RESMI. 15-30 hari setelah survey. Kirim aplikasi yang sudah direvisi dan jadwal survey ulang 3 tahunan 6 bulan sebelum tenggang waktu 3 th.

(9) STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT INTERNASIONAL (JCI). BAGIAN I Standar Berfokus Pada Pasien. STANDAR JCI Edisi 4 + AMC**. Bagian II Standar Manajemen Organisasi Pelayanan Pasien. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.. International patient safety goals Acces to care and continuity of care Patient and Family Right Assesment of Patients Care of Patients Anesthesia and surgical Care Medication Management and Use Patient and Family Education. Standar JCI Edisi 5 akan Berlaku pada April 2014 1. 2. 3. 4. 5. 6.. Quality Improvement and patient Safety Prevention and control of Infection Governance, Leadership and Direction Facility Management and safety Staff qualification and Education Management of Communication and Informations.

(10) DAFTAR RUMAH SAKIT YANG SUDAH DIAKREDITAS JCI NO. NAMA RUMAH SAKIT. TANGGAL SERTIFIKAT. TANGGAL BERAKHIR. STATUS. PEMERINTAH 1 2 3 4 5 6 7. RSUP Cipto Mangunkusumo RSUP Sanglah, Denpasar RSUP Fatmawati RSPAD GatotSoebroto RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta RSUP dr. Wahidin RSUP Kariadi Semarang. 20-Apr-14 24-Apr-13 14-Des-13 04-Jul-14. 19-Apr-17 23-Apr-16 13-Des-16 03-Jul-17. OK OK OK OK OK OK OK. SWASTA 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20. Jumlah Total RS JCI RS Pemerintah RS Swasta Jumlah RS dengan Status Akreditasi OK Jumlah RS dengan Status Akreditasi Kadaluarsa. RS Siloam Lippo Village Jakarta RS Santosa Bandung RS Eka BSD RS Eka Pekanbaru RS Premier Bintaro RS Premier Jatinegara RS Premier Surabaya RS Pondok Indah – Puri Indah RS Awal Bros Bekasi RS Awal Bros Tangerang RS Awal Bros Pekanbaru RS Awal Bros Batam RS JEC Kedoya Jakarta. 20 RS 7 RS 13 RS 16 RS 4 RS. 19-Sep-07 13-Nop-10 11-Des-10 01-Mar-14 15-Jan-11 03-Des-11 06-Mar-13 16-Mar-13 18-Apr-14 25-Apr-14 28-Jun-14 02-Jul-14 09-Mei-14. 18-Sep-10 12-Nop-13 10-Des-13 28-Feb-17 14-Jan-14 02-Des-14 05-Mar-16 15-Mar-16 17-Apr-17 24-Apr-17 27-Jun-17 01-Jul-17 08-Mei-17. OK OK Kadaluarsa OK Kadaluarsa OK OK OK OK OK OK OK OK.

(11) MANAJEMEN FASILITAS & KESELAMATAN (MFK/ FMS)  STANDAR AKREDITASI 1.Kepemimpinan dan perencanaan. MFK 1; 2; 3; 3.1. 2.Keselamatan dan keamanan. MFK 4; 4.1; 4.2. 3.Bahan berbahaya. MFK 5. 4.Kesiapan menghadapi bencana. MFK 6; 6.1. 5.Pengamanan kebakaran. MFK 7; 7.1; 7.2; 7.3. 6.Peralatan medis. MFK 8; 8.1; 8.2. 7.Sistem utilisasi (Sistem pendukung). MFK 9; 9.1; 9.2; 10; 10.1; 10.2. 8. Pendidikan staf. MFK 11; 11.1; 11.2; 11.3.

(12) Rumah sakit menjamin tersedianya fasilitas yang aman, berfungsi dan supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas fisik, medik dan peralatan lainnya dan orang- orang harus dikelola secara efektif. Secara khusus, manajemen harus berusaha keras untuk :  Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko  Mencegah kecelakaan dan cidera ; dan  Memelihara kondisi aman. Manajemen yang efektif tersebut termasuk perencanaan, pendidikan dan pemantauan  Pimpinan merencanakan ruang, peralatan dan sumber daya yang dibutuhkan agar aman dan efektif untuk menunjang pelayanan klinik.  Seluruh staf dididik tentang fasilitas, cara mengurangi resiko dan bagaimana memonitor dan melaporkan situasi yang menimbulkan risiko  Kriteria kinerja digunakan untuk memonitor sistem yang penting dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan..

(13) 1. KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN. RS mematuhi peraturan perUU yang berlaku dan ketentuan tentang pemeriksaan fasilitas Peraturan perundangan dan pemeriksaan oleh yang berwenang di daerah menentukan bagaimana fasilitas dirancang, digunakan dan dipelihara. Seluruh rumah sakit, tanpa memperdulikan besar kecilnya dan sumber daya yang dimiliki, harus mematuhi ketentuan yang berlaku sebagai bagian dari tanggung jawab mereka terhadap pasien, keluarga, staf dan para pengunjung.. RS menyusun dan menjaga kelangsungan rencana tertulis yang menggambarkan proses untuk mengelola risiko terhadap pasien, keluarga, pengunjung dan staf Ada rencana Induk tertulis yang mencakup a) sampai f) , program diupdate tiap 1 tahun, melaksanakan perencanaan tersebut dan RS memiliki proses evaluasi dan tindak lanjut perbaikan secara berkala. Seorang atau lebih individu yang berkualifikasi mengawasi perencanaan dan pelaksanaan program untuk mengelola risiko di lingkungan pelayanan. Pendidikan staf Kompetensi Staf Pengawasan dan Pengarahan. Program monitoring yang menyediakan data insiden, cidera dan kejadian lainnya yang mendukung perencanaan pengurangan risiko lebih lanjut. Program Pengawasan Managemen Resiko Fasilitas.

(14) DAFTAR REGULASI MFK / FMS 1. 2. 3. 4. 5.. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang RI No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Undang-Undang RI No 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan 6. Undang-Undang No 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran 7. Undang-Undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana 8. PP No 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan B3 9. PP No 18 Tahun 1999 Jo PP No 85 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 10. Permenkes No 1184 Tahun 2001 Tentang Pengamanan Peralatan Kesehatan Dan Perbekalan Farmasi 11. Permenkes No 363 Tahun 1998 Tentang Pengujian Dan Kalibrasi Alat Kesehatan 12. Kepmenkes RI No 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

(15) 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.. 20. 21. 22.. 23. 24.. Kepmenkes RI 432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Manajemen K3 Di RS Kepmenkes RI No 1087/Menkes/SK/VIII/2010 Tentang Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No PER.01/Men/1980 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan UU RI No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Keputusan Menteri Kesehatan RI No 145/Menkes/SK/I/2007 Tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri No 188/Menkes/PB/I/2011 Dan No 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No PER.02/Men/1983 Tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatic Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No PER.04/Men/1980 Tentang SyaratSyarat Pemasangan Dan Pemeliharaan APAR Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No 10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun 2011 tentang Standar Kelistrikan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

(16) PROGRAM MANAJEMEN RISIKO RENCANA TAHUNAN MFK DI RS (MFK 2) a. Keselamatan dan Keamanan 1. Keselamatan Suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung, halaman/ground dan peralatan RS tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf dan pengunjung 2. Keamanan Proteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan, atau akses serta penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang b. Bahan berbahaya penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan bahan berbahaya lainnya harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya dibuang secara aman. c. Manajemen emergensi tanggapan terhadap wabah, bencana dan keadaan emergensi direncanakan dan efektif d. Pengamanan kebakaran Properti dan penghuninya dilindungi dari kebakaran dan asap.. e. Peralatan medisperalatan dipilih, dipelihara dan digunakan sedemikian rupa untuk mengurangi risiko. f. Sistem utilitas listrik, air dan sistem pendukung lainnya dipelihara untuk meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian.

(17) Safety Security (Keselamatan Keamanan) Hazardous. 1. Utility Systems (Air,Listrik). Bahan Berbahaya & Beracun (B3). FMS Medical Technology (alat medik). Emergency (Bencana) Fire Safety (Kebakaran).

(18) Ijin Pemakaian Boiler. Ijin Pemakaian Lift.

(19) Uji air oleh pihak ketiga. Pemeliharaan boiler oleh pihak ketiga.

(20) PENDIDIKAN STAF ( MFK 3 ). PROGRAM PENGAWASAN ( MFK 3.1 ). 1. Staf RS terlatih mengoperasikan dan memelihara peralatan medis dan sistem utiliti 2. Secara berkala RS melakukan tes pengetahuan staf melalui peragaan, simulasi dan metode lain nya yang cocok. Tes terdokumentasi. a. Merencanakan semua Aspek dari Program b. Melaksanakan Program c. Mendidik Staf. d. Memonitor dan melakukan uji coba Program e. Melakukan evaluasi dan revisi program secara berkala f. Memberikan Laporan tahunan ke badan Pengelola tentang pencapaian Program. g. Menyelenggarakan pengorganisasian dan pengelolaan secara konsisten dan terus menerus.

(21) RS merencanakan dan melaksanakan program keselamatan dan keamanan lingkungan fisik Tujuannya adalah untuk mencegah kecelakaan dan cidera, menjaga kondisi bagi keselamatan dan keamanan pasien, keluarga, staf dan pengujung; serta mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko Program Keselamatan dan Keamanan 1. Kebijakan Tata Tertib Pengunjung 2. SPO Pemeriksaan Bangunan 3. SPO Prosedur Pengunjung Pasien Rawat Inap Diluar Jam Kunjungan 4. SPO Perlindungan Barang Milik Pasien 5. SPO Prosedur Pengunjung Pasien Rawat Inap Diluar Jam Kunjungan 6. SPO Penggunaan Finger Spot 7. SPO Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan Fisik 8. SPO Percepatan Pemeliharaan/ Perawatan Fasilitas Umum, Sarana & Gedung. RS melakukan pemeriksaan seluruh gedung pelayanan pasien dan mempunyai rencana untuk mengurangi risiko dan menjamin fasilitas fisik yang aman bagi pasien, keluarga, staf dan penunjung untuk menjamin keamanan, semua staf, pengunjung, vendor/pedagang dan lainnya di rumah sakit diidentifikasi dan diberi tanda pengenal (badge) yang sementara atau tetap atau langkah identifikasi lain, juga seluruh area yang seharusnya aman, seperti ruang perawatan bay i baru lahir, yang aman dan dipantau. Ini dapat dilakukan dengan menyusun suatu Rencana Perbaikan Fasilitas (Facility Improvement Plan) dengan inspeksi yang komprehensif terhadap fasilitas, mencatat semua perabot yang tajam atau rusak yang dapat menyebabkan cidera, sampai lokasi dimana tidak ada jalan penyelamatan bila terjadi kebakaran atau tidak ada cara memonitor area yang aman. Pemeriksaan berkala ini didokumentasikan untuk membantu rumah sakit merencanakan dan melaksanakan peningkatan dan anggaran p erbaikan dan penggantian fasilitas dalam rencana jangka lebih panjang.. RS merencanakan dan menganggarkan untuk meningkatkan atau mengganti sistem, bangunan atau komponen lainnya berdasarkan hasil inspeksi dan tetap mematuhi peraturan perundangan yang berlaku Dengan memahami risiko yang ada di fasilitas fisik rumah sakit, maka rumah sakit dapat menyusun rencana yang proakt if untuk mengurangi risiko tersebut terhadap pasien, keluarga, staf dan pengunjung. Rencana tersebut dapat meliputi hal-hal seperti memasang kamera keamanan (security camera) di area terpencil, mengganti fenerator emergensi, mengganti pintu kebakaran dan sejenisnya.. Rencana ini meliputi keselamatan dan keamanan..

(22) SIGNED.

(23) SIGNED.

(24)

(25) RS memiliki rencana dan pengendalian tentang inventaris, penanganan, penyimpanan dan penggunaan peralatan berbahaya serta rencana dan pengendalian pembuangan limbah peralatan berbahaya Rumah sakit mengidentifikasi dan mengendalikan secara aman bahan dan limbah berbahaya sesuai rencana. Bahan berbahaya dan limbahnya tersebut meliputi bahan kimia, bahan kemoterapi, bahan dan limbah radioaktif, gas dan uap berbahaya serta limbah medis dan infeksius lain sesuai ketentuan . Rencana menetapkan proses untuk : inventarisasi bahan dan limbah berbahaya; penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya; pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden lainnya; pembuangan limbah berbahaya yang benar; peralatan dan prosedur perlindungan /APD yang benar pada saat penggunaan, ada tumpahan (spill) atau paparan (exposure); pendokumentasian, meliputi setiap izin dan perizinan/lisensi atau ketentuan persyaratan lainnya;  . . Tersedia daftar B3 dan MSDS utk tiap bahan B3 (MSDS : Material Safety Data Sheet, Lembar Data Pengaman) Tersedia Program pengelolaan B3 : meliputi penanganan, penyimpanan dan penggunaan, pelaporan dan investigasi dari tumpahan (spill), paparan ( expose) dan insiden lainnya, penanganan limbah dan pembuangan limbah B3, dan ijin yang diperlukan, Pelabelan dan simbol B3 maupun limbah B3 termasuk unit independen Tersedia Spill kit sesuai jenis ( Infeksius, Sitostoksik, Mercury, B3 umum), Tersedia APD yang sesuai jumlah dan Hazard di unit kerja.

(26) SPILL KIT.

(27) ALMARI B3.

(28)

(29)

(30) RS membuat rencana manajemen kedaruratan dan program penanganan kedaruratan komunitas, wabah dan bencana baik bencana alam atau bencana lainnya. 1. RS harus mengidenfikasi kemungkinan terjadinya bencana internal dan eksternal, seperti keadaan darurat dalam masyarakat, wabah dan bencana alam atau bencana lainnya, serta terjadinya kejadian wabah yang menimbulkan terjadinya risiko yang signifikan. 2. RS merencanakan untuk menangani kemungkinan bencana. RS melakukan uji coba (simulasi) penanganan kedaruratan, wabah dan bencana.. 1. Seluruh rencana diujicoba (ditest) secara berkala atau setidaknya meliputi elemen kritis 2. Pada akhir setiap test atau uji coba, dilakukan penilaian (debriefing) dari test atau ujicoba tersebut.. c. strategi komunikasi pada kejadian; d. pengelolaan sumber daya pada waktu kejadian, termasuk sumber daya alternatif; e. pengelolaan kegiatan klinis pada waktu kejadian, termasuk alternatif tempat pelayanan; f. identifikasi dan penugasan peran dan tanggung jawab staf pada waktu kejadian g. proses untuk mengelola keadaan darurat/kedaruratan bila terjadi pertentangan antara tanggung jawab staf secara pribadi dengan tanggung jawab rumah sakit dalam hal penugasan staf untuk pelayanan pasien.

(31)

(32)

(33) RS merencanakan & melaksanakan program utk memastikan bahwa seluruh penghuni rumah sakit aman dari kebakaran, asap atau kedaruratan lainnya dalam rumah sakit.. Perencanaan meliputi pencegahan, deteksi dini, pemadaman (suppression), pengurangan dan jalur evakuasi dalam merespon terjadinya kebakaran atau kedaruratan lain selain kebakaran. 1. 2. 3.. Rumah sakit secara teratur melakukan uji coba setiap peralatan yang terkait untuk deteksi dini dan pemadaman (suppression) dan didokumentasikan hasilnya.. Pelatihan APAR staf Kartu pemeliharaan APAR dan sistem deteksi kebakaran / asap Tanda dilarang merokok / menyediakan ruangan khusu merokok. RS menyusun dan mengimplementasika n rencana untuk membatasi merokok bagi staf dan pasien dengan merancang fasilitas area merokok di luar area perawatan pasien..

(34)

(35)

(36) Hal-hal yang harus dilakukan RS terhadap Peralatan Medis : • melakukan inventarisasi peralatan medis; • melakukan pemeriksaan peralatan medis secara teratur; (Pengujian dan Kalibrasi) • melakukan uji coba peralatan medis sesuai dengan penggunaan dan ketentuannya; testing (Uji Fungsi dan Uji Coba) • melaksanakan pemeliharaan preventif. UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit --- Pasal 16 --Peralatan (1) Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai. (2) Peralatan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang. (3) Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang. (4) Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien. (5) Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya. (6) Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan (7) Ketentuan mengenai pengujian dan/atau kalibrasi peralatan medis, standar yang berkaitan dengan keamanan, mutu,.

(37)

(38) Air minum dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, melalui sumber regular atau alternatif, untuk memenuhi kebutuhan utama asuhan pasien.  Monitoring kualitas air minum secara berkala oleh yang berwenang.  Kerjasama dengan PDAM atau Penyedia lain, PLN, Pertamina atau penyedia lain..  Mapping / daftar area pelayanan berisiko tinnggi bila terjadi kegagalan listrik dan air minum  Tersedia Genset yang sesuai kebutuhan. Rumah Sakit mengumpulkan dan menganalisa data dari tiap progam FMS untuk mendukung pembaharuan perencanaan selanjutnya 1. Monitoring data dikumpulkan dan di analisa untuk tiap program FMS 2. Monitoring data tersebut digunakan untuk mendukung pembaharuan perencanaan program 3. Melaporkan data monitoring dan rekomendasinya ke pimpinan Rumah Sakit setiap 3 bulan sekali.

(39)

(40)

(41) RS menyelenggarakan Diklat bagi seluruh staf tentang peran mereka dalam menyediakan fasilitas asuhan pasien yang aman dan efektif.. Staf RS terlatih dan memahami tentang peran mereka dalam rencana penanganan kebakaran, keamanan, peralatan berbahaya dan kedaruratan.. Staf RS terlatih untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan medis dan sistem utiliti. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi seluruh staf tentang peran mereka dalam menyediakan fasilitas asuhan pasien yang aman dan efektif.. 1. Adanya program pendidikan dan pelatihan yang memastikan bahwa staf dapat secara efektif melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk setiap komponen dari manajemen fasilitas rumah sakit dan program keselamatannya. 2. Program Pendidikan meliputi pengunjung, vendor, pekerja kontrak dan lainnya sesuai jenis rumah sakit dan keragaman stafnya.. 3. Pengetahuan staff diuji sesuai dengan perannya 4. Pendokumentasian pendidikan dan pelatihan untuk setiap staff. Secara berkala RS melakukan test pengetahuan staf melalui peragaan, simulasi dan metode lainnya. Testing ini didokumentasika n dengan baik..

(42) SOSIALISASI.

(43)

(44) PEMERIKSAAN FASILITAS No. RUANGAN. 1.. Ruang Bayi. KONDISI (atap/langit; pintu/pintu emergency; kunci; ventilasi; penerangan; lantai; rambu-2/label; jalur evakuasi, tangga; manajemen peralatan, perkabelan,dll) Keamanan , MPO, HPK, MKI, PMKP/data. 2.. Ruang Anak. Keamanan , MPO, HPK, MKI, PMKP/data. 3.. Ruang ICU. Keamanan , MPO, HPK, MKI, PMKP/data. 4.. Ruang OK. Keamanan , MPO, HPK, MKI, PMKP/data. 5.. Laboratorium. Keamanan , MKI, PMKP/data. 6.. Radiologi. Keamanan , MKI, PMKP/data. 7. Daerah beresiko. 8. Gudang Umum. Daerah beresiko  lihat dokumen identifikasi risiko dari RS  (Daerah ditetapkan sebagai daerah berbahaya: locker, ruangan linen kotor dan bersih,tempat menyimpan oksigen  daerah beresiko) Penyimpanan B3, rambu-2. 9. Penyimpanan B3, rambu-2. 10. Gudang Tempat menyimpan B3 Gudang Farmasi. 11. Gd. meyimpan O2. Penyimpanan B3, rambu-2. 12. Dok tempat penerimaan Barang. Penyimpanan B3, rambu-2.

(45) KESIMPULAN 1. Akreditasi merupakan kewajiban RS  upaya peningkatan mutu di RS & sebagai antisipasi dalam implementasi SJSN 2. Implementasi Standar Akreditasi melibatkan peran seluruh SDM RS pada semua Standar termasuk MFK 3. K3 RS masuk dalam Standar2 Manajemen Fasilitans dan Keselamatan (MFK)  91 EP 4. Para pimpinan dan seluruh komponen RS harus “update” terhadap peraturan & kebijakan pemerintah terkait seluruh aspek yang ada di RS 5. RS wajib melaksanakan K3 karena di RS terdapat karyawan, pasien dan pengunjung yang harus terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat di RS. 6. Standar MFK: 8 Bab mencakup: Kepemimpinan & perencanaan, Keselamatan & Keamanan, B3, Kesiapan Menghadapi Bencana, Pengamanan Kebakaran, Peralatan Medis, Sistem Utilisasi ( Pendukung) dan Pendidikan Staf.

(46) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. TERIMA KASIH.

(47)

Referensi

Dokumen terkait

Persaingan, dalam usaha sudah merupakan sunnatullah (hukum Allah) bahwa setiap usaha akan menghadapi suatu persaingan atau kompetisi yang harus dihancurkan melalui

Perlu disadari benar bahwa meskipun terhimpun dalam sebuah lembaga adat yang bernama MALUNSEMAHE, tetapi mereka juga adalah bagian dari masyarakat Kabupaten

Untuk meningkatkan kreatifitas Masyarakat, Bappeda Kabupaten Sampang menyelenggarakan kegiatan Lomba Inovasi Teknologi (INOTEK) dalam rangka memberikan penghargaan di

Hasil-hasil yang telah dicapai dalam pembangunan daerah tertinggal selama kurun waktu sejak pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sampai dengan bulan Juni 2011 antara

maupun secara keseluruhan untuk semua responden penelitian. Kesenjangan atau gap yang terjadi tidak berjarak terlalu jauh. Hal ini di mungkinkan karena Perguruan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang di

5.1 Semua kenderaan staf, pelajar dan agensi luar/ kontraktor yang memasuki kawasan kampus atau mana-mana kawasan universiti adalah diwajibkan mempamerkan pelekat

4. Menghimbau kepada seluruh warga Jemaat di lingkup MUPEL GPIB Jakarta Barat, untuk dapat menahan diri dengan beribadah di rumah, bekerja di rumah, belajar di rumah dan tidak keluar