• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh penambahan Gardu Induk Guluk-Guluk terhadap aliran daya dan profil tegangan pada sub sistem Krian Gresik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis pengaruh penambahan Gardu Induk Guluk-Guluk terhadap aliran daya dan profil tegangan pada sub sistem Krian Gresik"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 19, No. 2, Oktober 2021, hal. 55~63 p-ISSN: 1693 – 4024 | e-ISSN: 2355-0740

DOI 10.33795/eltek.v19i2.316 55

Analisis pengaruh penambahan Gardu Induk Guluk-Guluk terhadap aliran daya dan profil tegangan pada sub sistem

Krian Gresik

Imron Ridzki1, Rohmanita Duanaputri2, Egar Rahmat Maulana3, Ayusta Lukita Wardani4 e-mail: [email protected], [email protected], [email protected],

[email protected]

1-3Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang, Indonesia

4Program Studi Teknik Listrik, Universitas Negeri Surabaya. Indonesia

Informasi Artikel ABSTRAK

Riwayat Artikel

Diterima 2 September 2021 Direvisi 15 Oktober 2021 Diterbitkan 29 Oktober 2021

Kestabilan suatu sistem tenaga listrik sendiri merupakan kemampuan sebuah sistem tenaga listrik dalam mempertahankan tegangan, frekuensi, dan daya di setiap bus sistem interkoneksi pada kondisi normal baik sebelum dan sesudah terjadinya gangguan. Sistem akan memasuki keadaan ketidakstabilan ketika terjadi gangguan, peningkatan permintaan beban dan adanya perubahan kondisi sistem, keadaan tersebut akan menyebabkan penurunan performa sistem tenaga listrik. Pada tahun 2015-2019 pulau madura hanya terdapat lima gardu induk, seiring dengan pertambahan kebutuhan tenaga listrik di beberapa wilayah pulau madura, untuk memperbaiki mutu dan keandalan penyaluran tenaga listrik ke konsumen, hal inilah yang mendukung proyek penambahan Gardu Induk Guluk Guluk. Gardu Induk Guluk-Guluk merupakan salah satu bagian dari sub sistem Krian Gresik. Dengan adanya penambahan Gardu Induk Guluk-Guluk tersebut akan berpengaruh terhadap aliran daya dan tegangan pada sistem tenaga listrik. Analisis dilakukan pada kondisi normal sebelum dan setelah adanya Gardu Induk Guluk-Guluk. Kondisi tegangan pada sub sistem Krian Gresik saat sebelum dan sesudah pembangunan Gardu Induk Guluk-Guluk masih memenuhi standart, namun ada beberapa bus yang mengalami penurunan tegangan dibawah 95%.

Gardu Induk yang mengalami penurunan tegangan dibawah 95%

sebelum pembangunan Gardu Induk Guluk-Guluk, yaitu pada Gardu Induk Bunduran, Gardu Induk Porong, dan Gardu Induk Maspion. Saat setelah pembangunan Gardu Induk Guluk-Guluk, terdapat penambahan Gardu induk yang mengalami penurunan nilai tegangan, yaitu Gardu Induk Sampang, Gardu Induk Pamekasan, Gardu Induk Guluk-Guluk, dan Gardu Induk Sumenep. Aliran daya terbesar saat terjadi penurunan tegangan adalah pada bus Bus 1 Bunduran.

Kata kunci:

Kestabilan Aliran Daya Profil Tegangan

ABSTRACT Keywords:

Stability Power Flow Voltage Profile

The stability of an electric power system itself is the ability of an electric power system to maintain the voltage, frequency, and power in each interconnecting bus system in normal conditions both before and before the disturbance. The system will enter a state of instability when there is a disturbance, an increase in load demand and a change in system conditions, this situation will cause a decrease in the performance of the electric power system. In 2015-2019 Madura Island there are five substations, along with the increasing need for energy in the Madura Island area, to improve some and control electric power, this is what supports the addition of Guluk-Guluk Substations. Guluk-Guluk Substation is one part of the Krian Gresik

(2)

sub-system. With the addition of the Guluk-Guluk Substation, it will affect the flow of power and voltage in the electric power system. The analysis was carried out under normal conditions before and after the Guluk-Guluk Substation. The voltage conditions in the Krian Gresik sub-system before and before the construction of the Guluk-Guluk Substation still met the standard, but there were several buses that experienced a voltage drop below 95%. Substations that experienced a voltage drop below 95% before the construction of the Guluk-Guluk Substations, namely the Bunduran Substation, Porong Substation, and Maspion Substation. After the construction of the Guluk-Guluk Substation, there were additional substations that experienced a decrease in voltage values, namely the Sampang Substation, Pamekasan Substation, Guluk-Guluk Substation, and Sumenep Substation. The largest power flow when there is a voltage drop is on the Bus 1 Bunduran.

Penulis Korespondensi:

Imron Ridzki,

Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang,

Jl. Tertentu No. 9, Malang, Jawa Timur, Indonesia.

Email: [email protected] 1. PENDAHULUAN

Pengoperasian sistem tenaga listrik yang aman dan stabil merupakan masalah dunia yang secara langsung berkaitan dengan perekonomian nasional serta mata pencaharian masyarakat, oleh karena itu selalu menjadi perhatian besar pemerintah dan perusahaan tenaga listrik. Untuk menghindari kerugian ekonomi yang sangat besar yang disebabkan oleh pemadaman listrik skala besar, perusahaan tenaga listrik telah menginvestasikan tenaga dan sumber daya keuangan untuk mempelajari masalah yang relevan dan telah membuat pencapaian yang luar biasa. Namun, stabilitas jaringan listrik besar sangat kompleks. Ada banyak faktor yang mempengaruhi, termasuk kualitas peralatan, tingkat pemeliharaan, tingkat kemampuan teknis personel terkait, serta meteorologi, kondisi geologi dan berbagai faktor eksternal lainnya, dan lain-lain [1-3].

Stabilitas sistem tenaga adalah kemampuan sistem tenaga listrik, untuk kondisi operasi awal tertentu, untuk mendapatkan kembali keadaan keseimbangan operasi setelah mengalami gangguan fisik, dengan sebagian besar variabel sistem dibatasi sehingga secara praktis seluruh sistem tetap utuh. Kestabilan suatu sistem tenaga listrik sendiri merupakan kemampuan sebuah sistem tenaga listrik dalam mempertahankan tegangan, frekuensi, dan daya di setiap bus sistem interkoneksi pada kondisi normal baik sebelum dan sesudah terjadinya gangguan. Sistem akan memasuki keadaan ketidakstabilan ketika terjadi gangguan, peningkatan permintaan beban dan adanya perubahan kondisi sistem, keadaan tersebut akan menyebabkan penurunan performa sistem tenaga listrik. Ketidakstabilan akan mempengaruhi nilai dari profil tegangan, frekuensi sistem, dan aliran daya dari pembangkit sampai beban, hal tersebut disebabkan karena kurangnya pasokan daya dari pembangkit menuju beban, maka dengan demikian pada kondisi ini sistem dalam keadaan yang tidak stabil sehingga terdapat beberapa wilayah yang tidak dapat menerima pasokan listrik dikarenakan parameter dari tegangan, frekuensi, dan aliran daya dibawah nominal atau tidak sesuai dengan standar. Ketidakstabilan akan mempengaruhi nilai dari profil tegangan, frekuensi sistem, dan aliran daya dari pembangkit sampai beban, hal tersebut disebabkan karena kurangnya pasokan daya dari pembangkit menuju beban, maka dengan demikian pada kondisi ini sistem dalam keadaan yang tidak stabil sehingga terdapat beberapa wilayah yang tidak dapat menerima pasokan listrik dikarenakan parameter dari tegangan, frekuensi, dan aliran daya dibawah nominal atau tidak sesuai dengan standar [4-14].

Sistem kelistrikan Jawa Timur merupakan bagian dari Region IV terbagi menjadi 6 sub sistem, yaitu terdiri dari sub sistem Paiton dan Grati, sub sistem Krian dan Gresik, sub sistem Ngimbang, sub sistem Kediri 1 dan 2, sub sistem Kediri 3 dan 4, sub sistem Krian 3 dan 4. Pada sub sistem Krian dan Gresik salah satu unit pembangkit yang menyuplai yaitu PLTGU Gresik (Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap) terdiri dari Blok 1, Blok 2, dan Blok 3. Pada masing-masing Blok terdiri 3 Generator Gas Turbine (GT) dan 1 Generator Steam Turbin (ST) merupakan generator yang beroperasi pada saat beban puncak sub sistem Krian Gresik. Pada Blok 1 terdapat GT 1.1, GT 1.2, GT 1.3 dan ST 1.0. dan Blok 2 terdiri dari GT 2.1, GT 2.2, GT 2.3, dan ST 2.0.

sedangkan pada Blok 3 terdapat GT 3.1, GT 3.2, GT 3.3, dan ST 3.0. Pada masing-masing blok tersebut terdapat beberapa unit pembangkit yang menyuplai sistem 500 kV yaitu GT 2.1, GT 2.2, GT 3.3, ST 3.0, dan ST 2.0, sedangkan untuk sistem 150 kV disuplai oleh PLTGU Gresik yaitu, GT 1.1, GT 1.2, GT 1.3, ST 1.0,

(3)

Analisis pengaruh penambangan gardu induk Guluk-Guluk terhadap aliran daya (Imron Ridzki) GT 2.3, GT 3.1, dan GT 3.2, terdapat juga PLTU Gresik (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang menyuplai 150 kV yaitu PLTU unit 1, PLTU unit 2, PLTU unit 3, dan PLTU unit 4. Sedangkan untuk PLTG Gresik (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) 1 dan 2 juga menyuplai tegangan sistem 150 kV, besarnya aliran daya dan tegangan pada sub sistem sebanding dengan banyaknya generator yang beroperasi.

Pada tahun 2015-2019 pulau madura hanya terdapat lima gardu induk, salah satunya adalah Gardu Induk Sumenep. Gardu Induk Sumenep merupakan gardu induk yang mempunyai sistem tegangan 150 kV dengan posisi paling ujung timur dalam subsistem Krian-Gresik. Dengan posisi yang paling ujung tersebut mempengaruhi tegangan yang diterima oleh Gardu Induk Sumenep, selain faktor perubahan beban yang terjadi.

Pada tanggal 1 Desember 2016, pukul 19.00 WIB di Gardu Induk Sumenep, saat terjadi beban puncak, tegangan di sisi 150 kV hanya mencapai 138 kV. Permen ESDM No. 20 Tahun 2020, mensyaratkan bahwa tegangan dengan sistem 70 kV dan 150 kV hanya diperbolehkan mengalami variasi +5 % dan -10 % dari tegangan nominal [15][16].

Seiring dengan pertambahan kebutuhan tenaga listrik di beberapa wilayah pulau madura serta untuk memperbaiki mutu dan keandalan penyaluran tenaga listrik ke konsumen, pada Rabu, 29 Mei 2019 telah dilaksanakan energized (pemberian tegangan) Gardu Induk 150 kV Guluk-guluk yang terletak di Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur [17]. Pembangunan gardu induk tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap sistem tenaga listrik sub sistem Krian dan Gresik, untuk mengetahui kondisi sistem tenaga listrik baik atau tidaknya setelah dibangunnya gardu induk baru, dapat diketahui dengan cara membandingkan kondisi sistem sebelum dan setelah dibangunnya gardu induk baru saat kondisi normal.

2. METODE PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian ini semua tahapan kegiatan diatur sedemikian rupa agar mudah dalam proses pengerjaan. Untuk memudahkan dala penyusunannya maka diaplikasikan dengan flow chart seperti gambar 1. Berdasarkan Gambar 1, tahapan awal dengan mengumpulkan data terkait dengan subjek pembahasan yaitu, single line diagram sub sistem Krian Gresik, data pembangkitan, data pembebanan, dan data saluran.

Kemudian membuat konfigurasi jaringan subsistem Krian dan Gresik pada software ETAP 19.0.1 seperti pada gambar 2 dan mensimulasikan aliran daya pada software ETAP 19.0.1 untuk analisis kondisi normal sebelum dan setelah adanya Gardu Induk Guluk-Guluk (Running load flow analyzer pada ETAP 19.0.1 pada keadaan sebelum dan setelah adanya Gardu Induk Guluk-Guluk). Selanjutnya adalah Melakukan idetifikasi dari parameter Daya Nyata (P), Daya Reaktif (Q), dan Tegangan (V) pada subsistem Krian dan Gresik sebelum dan setelah pembangunan Gardu Induk Guluk-Guluk. Lalu Menganalisis aliran daya pada saluran dan nilai tegangan pada bus sub sistem Krian Gresik sebelum dan setelah adanya Gardu Induk Guluk-Guluk dan selesai

Gambar 1. Flow Chart Pengerjaan

(4)

Gambar 2. Sub Sistem Krian Gresik

2.1 Metode Newton – Raphson

Metode aliran daya yang digunakan adalah metode Newton – Raphson. Metode Newton-Raphson adalah metode yang paling dikenal untuk menyelesaikan persamaan polynomial, trigonometri dan persamaan- persamaan lain. Jika nilai xr dari persamaan non-linear diketahui, maka nilai tersebut didapat dari persamaan berikut. Dengan xr adalah nilai perkiraan dan Δxr adalah nilai kesalahan pada iterasi r [18] [19].

(𝑥𝑟+1+ ∆𝑥𝑟) = 𝑓(𝑥𝑟) + 𝑓(𝑥𝑟)∆𝑥𝑟+(∆𝑥𝑟)2

2! 𝑓′′(𝑥𝑟)+ ⋯ +(∆𝑥𝑟)𝑛

𝑛!

𝑑𝑛𝑥

𝑑𝑥𝑛|𝑥𝑟 (1)

Jika nilai fungsi turunan kedua dan seterusnya di sisi kanan tidak dipakai maka persamaannya menjadi:

(𝑥𝑟+1+ ∆𝑥𝑟) = 𝑓(𝑥𝑟) + 𝑓(𝑥𝑟)∆𝑥𝑟 (2)

Atau

∆𝑦 = 𝑓(𝑥𝑟)∆𝑥𝑟 (3)

Dengan ∆𝑦 = 𝑓(𝑥𝑟+1 + ∆𝑥𝑟) − 𝑓 (𝑥𝑟) adalah selisih antara nilai yang benar dengan nilai perkiraan. Jika nilai xr dari variabel (𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑛) diketahui, maka nilai perkiraan yang mendekati nilai sebenarnya dapat diperoleh dari:

[

∆𝑦1

∆𝑦2

∆𝑦𝑛 ] =

[

𝜕𝑓1

𝜕𝑥1𝜕𝑓1

𝜕𝑥𝑛

⋮ ⋱ ⋮

𝜕𝑓𝑛

𝜕𝑥1𝜕𝑓𝑛

𝜕𝑥𝑛] [

∆𝑥1𝑟

∆𝑥𝑛𝑟 ]

𝑥1𝑟,…,𝑥𝑛𝑟

(4)

(5)

Analisis pengaruh penambangan gardu induk Guluk-Guluk terhadap aliran daya (Imron Ridzki) Atau

[

∆𝑦1

∆𝑦2

∆𝑦𝑛

] = 𝐽(𝑟)[

∆𝑥1(𝑟)

∆𝑥𝑛(𝑟)

] (5)

Dengan:

∆𝑥𝑟 = 𝐽−1𝑓(𝑥𝑟) (6)

Matriks J adalah matriks Jacobian dari f(x), dengan elemen (i, k) didefinisikan sebagai 𝜕𝑓𝑖/𝜕𝑥𝑘. Sehingga nilai 𝑥𝑟 dapat diperbaiki dengan menggunakan persamaan:

𝑥𝑛(𝑟)𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝑥𝑛(𝑟)𝑙𝑎𝑚𝑎 + ∆𝑥𝑛(𝑟) (7)

Proses ini diulang sampai didapat semua nilai ∆𝑦𝑛 memenuhi toleransi yang disyaratkan. Masalah aliran daya dapat diselesaikan dengan metode Newton-Raphson menggunakan sejumlah persamaan nonlinier yang menyatakan daya aktif dan reaktif sebagai fungsi dari besar dan sudut fasa tegangan. Persamaan daya pada suatu bus i dapat ditulis:

𝑃𝑖− 𝑗𝑄𝑖= 𝐸𝑖𝐼𝑖𝑛𝑘=1𝑌𝑖𝑘𝐸𝑘 (8)

Pemisahan bagian riil dan imajiner, maka diperoleh persamaan daya pada bus i adalah:

𝑃𝑖= 𝑅𝑒 {𝐸𝑖𝑛 𝑌𝑖𝑘𝐸𝑘

𝑘=1 } (9)

𝑄𝑖= 𝑅𝑒 {−𝐸𝑖𝑛 𝑌𝑖𝑘𝐸𝑘

𝑘=1 } (10)

Kedua persamaan nonlinier Pi dan Qi merupakan persamaan-persamaan utama dalam analisis aliran daya dengan menggunakan metode Newton-Raphson. Kedua rumusan ini menghasilkan dua persamaan nonlinier dalam setiap bus. Daya aktif dan daya reaktif adalah diketahui sedangkan besar tegangan dan sudut fasa tegangan tidak diketahui untuk semua bus kecuali pada slack bus dengan besar tegangannya diketahui dan dijaga konstan sehingga terdapat 2(n-1) persamaan yang harus diselesaikan untuk penyelesaian aliran daya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kestabilan sistem tenaga listrik berkaitan dengan kestabilan tegangan pada bus-bus dan terhubung dalam suatu sistem interkoneksi, dengan analisis simulasi ETAP 19.0.1dapat mengetahui kestabilan suatu sistem berkaitan dengan nilai tegangan dan aliran daya pada sub sistem Krian Gresik sebelum dan setelah adanya Gardu Induk Guluk-Guluk pada kondisi normal.

3.1. Stabilitas tegangan kondisi normal sebelum pembangunan Gardu Induk Guluk-Guluk

Kondisi normal sebelum pembangunan Gardu Induk Guluk-Guluk ditinjau dari salauran tidak terdapat saluran yang mengalami over voltage sehingga pada simulasi ETAP 19.0.1, sedangkan untuk nilai profil tegangan bus yang berwarna merah pada ETAP 19.0.1 menandakan bahwa tegangan under voltage sebesar 95% dari nominalnya dalam range critical. Berdasarkan gambar 3 bus yang mengalami under voltage 95%

dari nominalnya, yaitu pada Gardu Induk Bunduran, Gardu Induk Porong, dan Gardu Induk Masipon. Pada kondisi ini terdapat 8 Bus mengalami under voltage yaitu seperti penjelasan yang terdapat pada Tabel 1 Bus Under Voltage Sub Sistem Krian Gresik Sebelum Pembangan Gardu Induk Guluk-Guluk.

Tabel 1. Bus under voltage sub sistem krian gresik sebelum pembangan Gardu Induk Guluk-Guluk Bus ID (Bus Gardu

Induk)

Nominal Voltage (kV)

Voltage (kV)

Voltage (%)

P Loading (MW)

Q Loading (MVar)

BUS 1 BUNDURAN 150 141.81 94.54 167.60 75.69

BUS 1 SIDOARJO 150 142.29 94.86 77.20 18.19

BUS 2 SIDOARJO 150 142.29 94.86 40.86 40.49

BUS 1 BUNDURAN (2) 70 66.40 94.86 2.99 2.62

(6)

Bus ID (Bus Gardu Induk)

Nominal Voltage (kV)

Voltage (kV)

Voltage (%)

P Loading (MW)

Q Loading (MVar)

BUS 2 BUNDURAN (2) 70 66.40 94.86 11.03 6.13

BUS 1 MASPION 70 66.32 94.74 18.76 9.75

BUS 1 PORONG 70 66.32 94.74 1.95 0.80

BUS BDRAN 70KV 70 66.36 94.80 1.62 1.21

Gambar 3. Sub sistem Krian Gresik sebelum pembangunan Gardu Induk Guluk-Guluk

(7)

Analisis pengaruh penambangan gardu induk Guluk-Guluk terhadap aliran daya (Imron Ridzki) Dari Tabel 1 diketahui bahwa nilai tegangan yang mengalami penurunan tidak lebih dari 10%, sehingga dapat dikatakan bahwa tegangan pada sub sistem Krian Gresik masih memenuhi standar hal ini sesuai dengan Permen ESDM No. 20 Tahun 2020bahwa nilai tegangan yang diperbolehkan pada jariran 150 dan 70 kV adalah +5%

dan -10%. [16]. Dari Tabel 1 juga didapatkan bahwa nilai daya aktif (P) terbesar adalah Bus 1 Bunduran yakni 167.60 MW dan daya reaktif (Q) 75.69 MVar, hal ini dikarenakan pada bus tersebut memiliki jumlah traafo yang lebih banyak yakni 5 buah trafo dibandingakan dengan bus lainnya.

3.2. Stabilitas tegangan kondisi normal setelah pembangunan Gardu Induk Guluk-Guluk

Pemodelan single line diagram sub sistem Krian Gresik pada tahun 2020 dengan menggunakan 19.0.1 dapat dilihat pada gambar 4. Berdasarkan Gambar 4, terdapat penambahan bus yang mengalami under voltage 95% dari nominalnya, yaitu pada Gardu Induk Sampang, Gardu Induk Pamekasan, Gardu Induk Guluk-Guluk, dan Gardu Induk Sumenep. Terdapat 18 Bus mengalami under voltage yaitu seperti yang terdapat pada Tabel 2.

(8)

Gambar 4. Sub sistem krian gresik setelah pembangunan Gardu Induk Guluk-Guluk Tabel 2. Bus under voltage sub sistem Krian Gresik setelah pembangan Gardu Induk Guluk-Guluk Bus ID (Bus Gardu Induk) Nominal Voltage

(kV)

Voltage (kV)

Voltage (%)

P Loading (MW)

Q Loading (MVar)

BUS 1 SIDOARJO 150 142.121 94.75 79.271 19.632

BUS 2 SIDOARJO 150 142.121 94.75 39.76 40.397

BUS 1 BUNDURAN 150 141.662 94.44 169.524 75.719

BUS 1 PAMEKASAN 150 141.656 94.44 57.294 51.335

BUS 1 SUMENEP 150 141.602 94.40 33.878 33.489

BUS 2 SUMENEP 150 141.602 94.40 28.072 58.817

BUS 1 GULUK-GULUK 150 141.418 94.28 41.622 20.685

BUS 2 GULUK-GULUK 150 141.418 94.28 42.408 26.124

BUS 1 SAMPANG 150 141.249 94.17 72.801 38.946

BUS 2 SAMPANG 150 141.249 94.17 70.859 34.739

BUS 1 WARU 2 70 66.381 94.83 34.266 18.424

BUS 2 WARU 2 70 66.381 94.83 34.266 18.424

BUS WARU 1 70 66.381 94.83 34.266 18.424

BUS 1 BUNDURAN (2) 70 66.092 94.42 34.266 18.424

BUS 2 BUNDURAN (2) 70 66.092 94.42 13.839 7.917

BUS BUNDURAN 70KV 70 66.092 94.42 13.839 7.917

BUS 1 MASPION 70 65.981 94.26 24.387 11.804

BUS 1 PORONG 70 65.936 94.19 6.489 2.816

Dari Tabel 2 diketahui bahwa nilai tegangan yang mengalami penurunan tidak lebih dari 10%, sehingga dapat dikatakan bahwa tegangan pada sub sistem Krian Gresik masih memenuhi standar hal ini sesuai dengan Permen ESDM No. 20 Tahun 2020 bahwa nilai tegangan yang diperbolehkan pada jariran 150 dan 70 kV adalah +5% dan -10%. [16]. Dari tabel 2 juga didapatkan bahwa nilai daya aktif (P) terbesar adalah BUS 1 BUNDURAN yakni 169.524 MW dan daya reaktif (Q) 75.719 MVar, hal ini dikarenakan pada bus tersebut memiliki jumlah traafo yang lebih banyak yakni 5 buah trafo dibandingakan dengan bus lainnya.

4. KESIMPULAN

Kondisi tegangan pada sub sistem Krian Gresik saat sebelum dan sesudah pembangunan Gardi Induk Guluk-Guluk masih memenuhi standart, namun ada beberapa bus yang mengalami penurunan tegangan dibawah 95%. Gardu Induk yang mengalami penurunan tegangan dibawah 95% sebelum pembangunan Gardu Induk Guluk-Guluk, yaitu pada Gardu Induk Bunduran, Gardu Induk Porong, dan Gardu Induk Masipon. Saat setelah pembangunan Gardu Induk Guluk-Guluk, terdapat penambahan Gardu induk yang mengalami

(9)

Analisis pengaruh penambangan gardu induk Guluk-Guluk terhadap aliran daya (Imron Ridzki) penurunan nilai tegangan, yaitu Gardu Induk Sampang, Gardu Induk Pamekasan, Gardu Induk Guluk-Guluk, dan Gardu Induk Sumenep. Aliran daya terbesar saat terjadi penurunan tegangan adalah pada bus Bus 1 Bunduran.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] Y. B. Shu, W. L. Zhang, X. X. Zhou, Y. Tang, and Q. Guo, “Security evaluation of UHV synchronized power grid,” Proceedings of the CSEE, vol. 27, no. 34, pp. 1–6, Dec. 2007.

[2] Y. Tang, “Framework of comprehensive defense architecture for power system security and stability,”

Power System Technology, vol. 36, no. 8, pp. 1–5, Aug. 2012.

[3] Y. Shu dan Y. Tang, “Analysis and Recommendations for the Adaptability of China’s Power System Security and Stability Relevant Standards, CSEE Journal Of Power And Energy Systems, Vol. 3, No. 4, December 2017

[4] N. Hatziargyriou, et al. “Definition and Classification of Power System Stability – Revisited & Extended”

IEEE Transactions On Power Systems, Vol. 36, No. 4, July 2021

[5] Kunduret al., “Definition and classification of power system stability,” IEEE Trans. Power Syst., vol. 19, no. 3, pp. 1387–1401, May 2004.

[6] P. Kundur, Power System Stability and Control. New York, NY, USA: McGraw-Hill, 1994.

[7] D. Gautam and V. Vittal, “Impact of DFIG based wind turbine generators on transient and small signal stability of power systems,” IEEE Trans. Power Syst., vol. 24, no. 3, pp. 1426–1434, Aug. 2009.

[8] G. Tsourakis, B. M. Nomikos, and C. D. Vournas, “Effect of wind parks with doubly fed asynchronous generators on small-signal stability,” Electr. Power Syst. Res., vol. 79, no. 1, pp. 190–200, Jan. 2009.

[9] S. Vukosavic, Grid-Side Converter Design and Control. Belgrade, Serbia: Springer, 2018.

[10] M. J. Gibbard, P. Pourbeik, and D. J. Vowles, Small-Signal Stability, Control and Dynamic Performance of Power Systems Adelaide, Australia: Univ. Adelaide Press, 2015.

[11] T. Van Cutsem and C. Vournas, Voltage Stability Electric Power System. Norwell, MA: Kluwer, 1998.

[12] Y. Song, et al. “Static Voltage Stability Analysis of Distribution Systems Based on Network-Load Admittance Ratio” IEEE Transactions on Power Systems, Volume: 34, Issue: 3, May 2019

[13] Luan F. S. Colombari, et al. “Continuation Load Flow Considering Discontinuous Behaviors of Distribution Grids”, IEEE Transactions on Power Systems, Volume: 34, Issue: 5, Sept. 2019

[14] Yipeng Dong, et al. “Demand-Response-Based Distributed Preventive Control to Improve Short-Term Voltage Stability”, IEEE Transactions on Smart Grid, Volume: 9, Issue: 5, Sept. 2018,

[15] Muhammad Fahmi Hakim, et al. ”Analisis Perencanaan Kompensator Daya Kapasitif Di Gardu Induk (GI) Sumenep Untuk Perbaikan Jatuh Tegangan”, Jurnal ELTEK, Vol 15 No 02, April 2017 ISSN 1693- 4024, Hal 81-94

[16] Permen ESDM No. 20 Tahun 2020

[17] Laporan Tahunan 2019 PT. Rekadaya Elektrika

[18] Teshome Goa Tella, et al. “Voltage Stability Assessment on Ethiopian 230 KV Transmission Network Using Modified Voltage Stability Indices”, IEEE PES/IAS PowerAfrica, 2018

[19] Das, Debapriya. 2006. Electrical Power Systems. West Bengal: Department of Electrical Engineering Indian Institute of Technology.

Gambar

Gambar 1. Flow Chart Pengerjaan
Gambar 2. Sub Sistem Krian Gresik
Gambar 3. Sub sistem Krian Gresik sebelum pembangunan Gardu Induk Guluk-Guluk
Gambar 4. Sub sistem krian gresik setelah pembangunan Gardu Induk Guluk-Guluk  Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat terjadi pelepasan beban dari suatu sistem tenaga listrik dapat.. menimbulkan tegangan lebih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja (performance) sistem tenaga listrik yaitu aliran daya aktif maupun reaktif serta profil tegangan setiap bus dalam

Jaringan distribusi tegangan rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem.

Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi tenaga

Pada saat terjadi pelepasan beban dari suatu sistem tenaga listrik dapat.. menimbulkan tegangan lebih

Dalam sistem tenaga listrik banyak gangguan yang terjadi akibatnya pelayanan tegangan listrik terganggu kepada konsumen. Pada suatu sistem merasakan gangguan dalam

Analisis Tegangan Setiap Bus Pada Sistem Tenaga Listrik Gorontalo Melalui Simulasi Aliran Daya.. Jurnal Sainstek Universitas

Hasil simulasi aliran daya untuk beban tak seimbang menunjukkan gambaran kondisi sistem yaitu berupa parameter-parameter di setiap bus yang meliputi tegangan, daya dan