• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA PT. SOCFIN INDONESIA. Oleh : TISA BLYNA BARUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA PT. SOCFIN INDONESIA. Oleh : TISA BLYNA BARUS"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN

PADA PT. SOCFIN INDONESIA

Oleh :

TISA BLYNA BARUS

182102047

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(2)
(3)

NAMA : TISA BLYNA BARUS

NIM : 182102047

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR : PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA PT. SOCFIN INDONESIA

Medan, 06 Mei 2021

(TISA BLYNA BARUS) NIM. 182102047

(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Dengan tujuan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi Diploma III Akuntansi Universitas Sumatera Utara.Adapun Tugas Akhir ini dengan judul “Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman PT . Socfin Indonesia.

Dalam penulisan tugas akhir ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu penulis menghanturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang tiada terkira nilainya, kepada semua pihak yang terlibat.

1. Yang Terkasih untuk Kedua Orangtua saya dan adik kandung laki laki saya beserta keluarga yang telah banyak memberikan dukungan serta doa restu sehingga penulis dapat menyelsaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak. Prof. Dr. Ramli, SE., M.S., selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Mutia Ismail, SE., MM., Ak. CA selaku Ketua Program Studi D-III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Abdillah Arif Nasution, selaku Sekertaris Program Studi D-III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tempat untuk memberikan arahan

i

(5)

5. Pimpinan dan seluruh karyawan PT. Socfin Indonesia khususnya di bagian perbelanjaan yang telah membantu banyak penulis dalam memberikan izin dan membantu dalam memberitahukan tentang data yang yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

6. Untuk Para Sahabat Jane, Liza, dan Anggita yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan tugas akhir ini di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

Medan, 06 Mei 2021 Penulis

Tisa Blyna Barus 182102047

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 4

1.4 Rencana Penulisan ... 4

1.5 Rencana Isi ... 5

BAB II PT. PROFIL PERUSAHAAN ... 7

2.1. Sejarah PT. Socfin Indonesia ... 7

2.2. Logo PT. Socfin Indonesia ... 12

2.3. Visi dan Misi PT. Socfin Indonesia ... 13

2.3.1 Visi PT. Socfin Indonesia ... 13

2.3.2 Misi PT. Socfin Indonesia ... 14

2.4. Tujuan PT. Socfin Indonesia ... 14

2.5. Struktur Organisasi PT. Socfin Indonesia ... 15

2.6. Job Description PT. Socfin Indonesia ... 16

2.7. Jaringan Usaha Kegiatan ... 22

2.8. Kinerja Usaha Terkini ... 23

BAB III PEMBAHASAN ... 23

3.1. Defenisi ... 24

3.2. Dasar Pengaturan ... 24

3.3. Penggolongan ... 24

3.4. Biaya Perolehan ... 27

3.4.1 Biaya perolehan aset tetap tanaman menurut PSAK ... 27

3.4.2 Biaya perolehan aset tetap tanaman menurut PT. Socfin Indonesia ... 29

3.5. Penyusutan ... 30

3.6. Penurunan dan Pemuliha Nilai ... 32

3.7. Penghentian Pengakuan ... 34

3.8.1 Pengakuan dan pegukuran awal ... 35

3.8.2 Pengukuran selanjutnya (reklasifikasi TBM ke TM) ... 37

3.8.3 Penyusutan ... 37

3.8.4 Penurunan dan pemulihan nilai ... 38

3.8.6 Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Tanaman dalam Laporan Keuangan ... 38 3.8. Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman

PT. Socfin Indonesia dengan Perlakuan Akuntansi atas Aset iii

(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

1.1 Jadwal Kegiatan ... 5

3.1 Taksiran Umur Manfaat TM ... 32

3.2 Pengakuan Aset Tanaman ... 35

3.3 Pengakuan Awal Aset TBM ... 36

3.4 Reklasifikasi Aset TBM ke TM ... 37

3.5 Penyusutan ... 38

3.6 Perbandingan Pengakuan & Pengukuran Aset Biologis ... 40 3.7 Perbandingan Pengungkapan Aset Biologis menurut IAS-41 42

v

(9)

Nomor Gambar Judul Halaman 2.1 Logo PT. Socfin Indonesia. ... 13 2.2 Struktur Organisasi PT. Socfin Indonesia. ... 15

(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perlakuan akuntansi menurut Suwardjono (2007:40) menyatakan bahwa perlakuan akuntansi adalah tindakan yang dikenakan terhadap suatu obyek yang bersifat finansial yang meliputi pengukuran, penilaian, pengakuan, dan penyajian.Adanya laporan keuangan adalah sesuatu yang sangat diperlukan bagi kepentingan perkembangan perusahaan, dikarenakan dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi suatu keuangan perusahaan.

Laporan keuagan juga merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, dan transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.

Selain itu laporan keuangan juga digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan maupun aktifitas perusahaan dengan para pihak yang berkepentingan dengan data maupun aktifitas perusahaan tersebut. Maka dari itu dengan menggunakan laporan keuangan kita dapat menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, struktur modal usaha, keefektifan penggunaan aktiva, serta sebagai hal lainnya yang berhubungan dengan keadaan finansial suatu perusahaan tersebut.

Pilihan metode pencatatan akuntasi untuk menjalankan proses akuntansi untuk kelangsungan bisnis. Dalam, proses akuntansi, para perusahaan akan melakukan pencatatan sehingga segala hal mengenai keuangan perusahaan

1

(11)

dapat didata dan dicatat dengan baik. Pada dasarnya, pencatatan akuntansi terdiri dari dua metode yatu cash basis dan accrual basis.

Pada umumnya, karena karakteristiknya yang unik , perusahaan yang bergerak di bidang agrobisnis mempunyai kemungkinan untuk menyampaikan informasi yang lebih bias dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak di bidang lain, terutama dalam hal mengukur, menyajikan, sekaligus mengungkapkan terutama mengenai aset tetapnya yang berupa aset biologis.

Aset biologis merupakan tanaman yang yang mengalami transformasi biologis. Transformasi biologis yang dialami aset biologis tersebut membuat pengakuan, pengukuran, dan penyajiannya harus menggunakan metode akutansi yang tepat.Dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi) belum ada satndar yang mengatur tentang perlakuan akuntansi aset biologis namun IASC ( Internal Accounting Standar Committee) telah mempublikasikan IAS-41 Agriculture yang

mengatur tentang aset biologis.

Pengertian pada aset tetap adalah aset yag digunakan dalam perusahaan dalam menjalani aktivitas usaha dan jangka waktu lebih dari satu tahun dan dapat dijual belikan jika umumnya lebih dari manfaatnya. Aset tetap dapat pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Pengakuan aset tetap sangat andal bila aset tetap diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan saat penguasaannya berpindah, apabila peroleha aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum.Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan.

(12)

3

Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan, pengukuran aset tetap harus memperhatikan kebijakan tentang ketentuan pengeluaran pengeluaran pengadaan baru. Jika nilai perolehan aset tetap dibawah nilai pengeluaran pengadaan baru maka aset tetap tersebut tidak dapat diketahui dan disajikan sebagai aset tetap. Aset tetap tersebut diperlakukan sebagai persediaan atau aset lainnya.

Dengan berpengaruhnya pengeluaran-pengeluaran biaya kebun terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, oleh sebab itu apabila tidak diterapkan perlakuan akuntansi yang tepat dapat menyebabkan laporan keuangan tidak andal dan informasi yang disediakan tidak akurat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perlakuan akuntansi terhadap aset tetap tanaman di PT. Socfin Indonesia telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuagan, sehingga penulis memilih judul

“Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman Pada PT. Socfin Indonesia ”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah perlakuan akuntansi aset tetap tanaman pada PT. Socfin Indonesia sudah disajikan dengan Standar Akuntansi Keuangan?”.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

(13)

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi aset tetap tanaman yang digunakan PT. Socfin Indonesia apakah telah Standar Akuntansi Keuangan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, menambah wawasan pengetahuan dalam menerapkan perlakuan akuntansi aset tetap tanaman yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

b. Bagi, perusahaan, sebagai masukan dan pertimbangan mengenai perlakuan akuntansi aset tetap tanaman yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

c. Bagi, pembaca, sebagai bahan referensi dan masukan bagi penelitian sejenis untuk menyempurnakan penelitian berikutnya dan mengembangkan lebih lanjut.

1.4. Rencana Penulisan

Penelitian ini dilakukan pada PT.Socfin Indonesia pada kantor direksi yang berada di Jl. Kol. Yos Sudarso No. 106.

(14)

5

Tabel 1. 1

Jadwal Survey/Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir

No Kegiatan Maret April Mei

IV I II III IV I

1 Persiapan 2 Pengumpulan

data 3 Penulisan

1.5. Rencana Isi

Penulis akan memberikan gambaran rencana isi tugas akhir yang akan mempermudah penulisan tugas akhir, maka penulis membaginya menjadi empat (4) bab, yakni sebagai berikut :

BAB 1 : Pendahuluan

Pada bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan rencana penulisan yang terdiri dari jadwal survey/observasi dan rencana isi.

BAB II : PT. Socfin Indonesia

Pada bab ini, akan diuraikan mengenai sejarah singkat PT.Socfin Indonesia, visi dan misi, struktur organisasi, job description, jaringan kegiatan, kinerja kegiatan terkini, serta rencana kegiatan PT. Socfin Indoesia.

(15)

BAB III : Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman Pada PT.

Socfin Indonesia

Pada bab ini, akan diuraikan pengertian perlakuan akuntansi aset tetap tanaman, penggolongan aset tetap tanaman, biaya perolehan aset tetap tanaman, penyusutan aset tetap tanaman, penurunan nilai aset tetap tanaman, akuntansi aset tetap tanaman, penyajian dan pengungkapan aset tetap tanaman dalam laporan keuangan, dannperbandingan antara perlakuan akuntansi aset tanaman pada PT.Socfin Indonesia.

BAB IV : Kesimpulan dan Saran

Sebagaimana akhir dari tugas ini, makan akan diambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan PT. Socfin Indonesia dan beberapa saran yang mungkin akan bermanfaat bagi PT. Socfin Indonesia.

(16)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. Socfin Indonesia

SOCFIN atau Societe Financiere des Caouchoucs Medan Societe Anonyme berawal dari seorang insinyur agronomi Belgia bernama Adrien Hallet

pada tahun 1909 bersama partnernya M. Bunge sebagai cikal bakal perusahaan yang bergerak dibisnis perkebunan.Ketertarikan Hallet pada tanaman tropis telah dimulai sejak 1889, dimana ia telah banyak membantu beberapa pengusaha Prancis- Belgia yang mengembangkan perkebunan di Afrika. Pada saat kunjungan Adrian Hallet ke Sumatera tahun 1908, ia terkejut dengan pertumbuhan tanaman sawit diSumatera yang jauh lebih baik dibandingkan lokasi asalnya di Afrika. Setelah melakukan pengujian, Hallet akhirnya memutuskan unutk membangun perkebunan sawit komersil (skala besar) pertama di Sumatera pada 1911.

Akhirnya dipilihlah 3 lokasi perkebunan untuk ditanami kelapa sawit, yakni Sei Liput, Pulau Raja, dan Deli Muda di wilayah Sumatera Bagian Utara.

Perkebunan sawit Adrian Hallet ini kemudian berkembang seluas 6.500 akre (2.600 hektar). Bukan hanya di Indonesia, Adrian Hallet pada tahun yang sama juga membantu Henry Fauconnier dengan mengirim beberapa kantong biji kelapa sawit (Elaeis guineensis) dari Sumatera ke Malaysia unutk ditanam di Tennamaram dekat Rantau Panjang sebagai perkebunan minyak sawit pertama di Malaysia.

Usaha Adrian Hallet ini kemudian berkembang semakin menjanjikan hingga diikuti oleh K. Schadt, seorang pebisnis asal Jerman yag mengembangkan perkebunan sawit di Tanah Itam Ulu, Sumatera Utara, hingga pada akhir 1920,

7

(17)

terdapat lebih dari 25 perusahaan perkebunan di Sumatera hanya dalam kurun waktu 4 tahun (1916-1920).

Pada tanggal 17 Desember 1930, berdasarkan akta notaris William Leo No.45, nama dan legalitas PT. Socfin Medan SA (Societe Financiere des Caoutchoucs Medan Societe Anonyme) resmi digunakan. Berdasarkan akta notaris tersebut, PT. Socfin Medan SA berkedudukan di Medan dan mengelola perkebunan di daerah Sumatera Timur, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Timur. Areal perkebunan PT. Socfin Medan SA kemudian terus bertambah hingga pada tahun 1953 telah menguasai perkebunan sawit dan karet dengan total luas areal 99.605 Ha (luas sawit 54.478 ha dan karet 45.127 ha).

Perkembangan selanjutnya, berdasarkan Keputusan Kabinet Dwikora No.A/D/58/1965, keputusan menteri perkebunan No.SK.100/Men.Perk/1965 dan Presiden Soekarno mengeluarkan Penetapan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1965 Tentang Penguasaan Perusahaan Asing dimana dinyatakan bahwa perusahaan perkebunan yang dikelola oleh PT. Socfin Medan SA diletakkan dibawah pengawasan pemerintah. Proses nasionalisasi ini hanya berlangsung singkat. 3 tahun kemudian, pada tahun 1968, tepatnya tanggal 29 April 1968 dicapai kesepakatan antara pemerintah RI dengan pemilik saham PT. Socfin Medan SA, dimana berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.94/Kpts/OP/6/1968 pada 13 Juni 1968 mengenai perusahaan patungan antara Indonesia dengan Belgia. Lalu diperkuat dengan keluarnya Surat Keputusan oleh Soeharto Presiden RI, bernomor Keputusan No.68/Kpts/6/1968 pada tanggal 17 Juni 1968, menyetujui terbentuknya perusahaan patungan antara Pemerintahan RI dengan perusahaan Belgia, yaitu

(18)

9

Plantation Nord Sumatera Belgia SA (PNS) dimana komposisi permodalan 40%

pemerintah Republik Indonesia dan 60% PNS. Sehingga nama PT. Socfin Medan SA berganti menjadi PT. Socfin Indonesia.

PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) kemudian ditetapkan berdiri melalui Akte Notaris Chairil Bahri di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1968 No.23. disahkan oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 3 September 1969 dan diumumkan dalam tambahan berita negara RI No.68/69 tanggal 31 Oktober 1969.

Memasuki era 1970, PT. Socfin Indonesia telah menjadi perusahaan kelapa sawit yang sangat disegani dari segi produksi dan teknologi. Tercatat, ada tiga perusahaan sawit terbesar saat itu yaitu Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) 6 dan PNP 7 (sekarang menjadi PT. Perkebunan Nusantar IV), disusul PT.Socfin Indonesia. Pada 1971, Socfindo mampu menghasilkan CPO sekitar 40 ribu ton, dimana produksi Socfindo memenuhi 20% dari total produksi CPO nasional saat itu.

Pada tahun 2001, terjadi perubahan kepemilikan atas PT. Socfin (Socfindo) dimana pemerintah Republik Indonesia telah melepas sahamnya kepada Plantation Nord Sumatera Belgia SA (PNS), sebagaimana dicatat dalam akta Notaris Ny.R.Arie Soetarjo SH tanggal 3 Mei 2002 No.5 sebagai pernyataan keputusan para pemegang saham PT. Socfin Indonesia (Socfindo), sehingga kepemilikan PNS dibandingkan Pemerintah RI berubah menjadi 90 : 10 (redaksi).

PT. Socfin Indonesia (Socfindo) telah berdiri sejak tahun 1968 dengan bisnis utama adalah :

a. Perkebunan Sawit dan Karet

(19)

b. Oil Palm Seed Producer (Penghasil Benih Kelapa Sawit Unggul)

Dalam hal perkebunan sawit di Indonesia, Socfindo telah berhasil mencapai tingkat produktivitas yang tinggi yaitu mencapai kisaran 5,5 - 6 ton CPO per Ha jauh di atas rata – rata nasional baru mencapai 3 – 4 ton per Ha. Demikian pula perkebunan karet memiliki produktivitas yang semakin tinggi hingga mencapai 1,7 ton karet kering per Ha pada 2014.

Dalam hal produksi benih, Socfindo telah bekerja sama dengan IRHO sejak 1970 CIRAD, dan terakhir Palm Elit Perancis, dan sejak diproduksi singga saat ini Socfindo telah memasarkan benih kelapa sawit sejumlah 540 juta butir atau setara dengan 2,7 Ha lahan kelapa sawit. Bahkan sejak tahun 2002 telah mengekspor benih sawit ke Afrika seperti Camerun, Costa Rica, Benin, dll.

Dalam upaya untuk memajukan perkelapasawitan di Indonesia, terutama terhadap gangguan penyakit Ganoderma yang merupakan penyakit bagi kelapa sawit, karena bisa mengurangi kerapatan sawit hingga > 50% dalam waktu singkat (<15 tahun), maka melalui riset dan kerja sama dengan Palm Elit Perancis, Socfindo sejak tahun 2013 telah merilis variesta toleran Ganoderma atau dikenal istilah MT Gano, berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.4569/Kpts/SR.120/8/2013 tanggal 12 Agustus 2013.

Perkebunan PT. Socfin Indonesia (Socfindo) yang berkedudukan di Medan memiliki dua wilayah yang cukup luas yaitu berada di dua provinsi Sumatera Utara dan Nanggroh Aceh Darusalam. Dibawah ini adalah bagian – bagian wilayah kebun PT. Socfin Indonesia (Socfindo) adalah :

(20)

11

1. Sumatera Utara 1) Asahan

a) Kebun Aek Loba 2) Batubara

a) Kebun Tanah Gambus b) Kebun Lima Puluh 3) Labuhanbatu Utara

a) Kebun Aek Pamienke 4) Labuhanbatu

a) Kebun Negeri Lama 2) Serdang Bedagai

a) Kebun Mata Pao b) Kebun Bangun Bandar

c) Socfindo Seed Production & Laboratory (SSPL) d) Kebun Tanah Besih

2. Aceh

1) Kebun Seunangan 2) Kebun Seumayam 3) Kebun Lae Butar 4) Kebun Sei Liput

Tanaman yang diusahakan oleh perusahaan ini ada dua jenis yaitu tanaman karet dan tanaman kelapa sawit produk yang dihasilkan PT. Socfin Indonesia (Socfindo) terdiri dari :

(21)

1. CPO (Crued Palm Oil) 2. Kernel

3. Crumb Rubber

PT. Socfin Indonesia (Socfindo) menangani langsung kegiatan pembibitan kelapa sawit dan karet yang pemeliharaannya dna penanganannya serta pengolahan produksinya sampai kemudian terakhir kegiatan pemasarannya. Maka hasil produksi dari kebun sebagian besar di ekspor dan sisanya dipasarkan oleh pemerintah. Perkembangan penjualan pada PT. Socfin Indonesia (Socfindo) setiap tahunnya selalu mengalami perkembangan yang pesat..

Dalam menjalankan bisnisnya, Socfindo berkomitmen untuk menerapkan bisnis berstandar internasional. Sejak tahun 2002 Socfindo telah menerapkan sistem standarisasi mutu internasional (ISO 9001 : 2000) yang kemudian berkembang menjadi ISO 9001 : 2008, juga sistem manajemen lingkungan (ISO 14000) dan OHSAS 18000, ketiga sistem ini telah diterapkan di seluruh unit usaha Socfindo, Socfindo juga menerapkan prinsip minyak sawit lestari (sustainable palm oil) melalui penerapan prinsip dan kriteria yang diatur dalam RSPO dan ISPO di seluruh unit perkebunan kelapa sawit yang berada di Sumatera Utara dan Aceh.

(22)

13

2.2 Logo PT. Socfin Indonesia

Sumber : PT. Socfin Indonesia (Socfindo) Tahun 2021 Gambar 2. 1

Logo PT. Socfin Indonesia (Socfindo)

Logo PT. Socfin Indoensia terdiri dari unsur, warna, dan makna seperti berikut:

1. Nama “PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO)” yang bertujuan untuk dapat dikenali langsung bahwa logo ini adalah identitas PT. Socfin Indonesia 2. Huruf S yang merupakan huruf awal dari Socfin dan tanda panah keatas dan

kebawah yang serupa dengan huruf awal Indonesia.

3. Huruf S dan tanda panah tersebut menyerupai simbol dollar ($) yang bermakna perusahaan ini adalah perusahaan yang profit oriented atau berorientasi pada laba.

4. Tanda panah keatas menggambarkan perusahaan berorientasi keatas untuk menghasilkan laba bagi para pemegang saham dan tanda panah kebawah menggambarkan perusahaan berorientasi ke bawah untuk mensejahterakan karyawan.

5. Warna hijau melambangkan PT. Socfin Indonesia bergerak dibidang perkebunan, warna kuning melambangkan kesejahteraan dan warna hitam dipilih untuk keselarasan warna

(23)

2.3 Visi dan Misi PT. Socfin Indonesia 2.3.1 Visi PT. Socfin Indonesia

Visi PT. Socfin Indonesia adalah menjadi perusahaan industri perkebunan kelapa sawit dan karet kelas dunia yang efisien dalam produksi dan memberikan keuntungan kepada para stakeholder.

2.3.2 Misi PT. Socfin Indonesia

Adapun misi PT. Socfin Indonesia PT. Socfin Indonesia adalah:

a. Mengembangkan bisnis dan memberikan keuntungan bagi pemegang saham.

b. Memberlakukan sistem menajemen yang mengacu pada standar internasional dan acuan yang berlaku di bisnisnya.

c. Menjalankan operasi dengan efisien dan hasil yang tertinggi (mutu dan produktivitas) serta harga yang kompetitif.

d. Menjadi tempat kerja pilihan bagi karyawannya, aman dan sehat.

e. Menggunakan sumber daya yang efisien dan minimalisasi limbah.

f. Membagi kesejahteraan bagi masyarakat dimana kami beroperasi.

2.4 Tujuan PT. Socfin Indonesia

Sesuai dengan akta pendirian perusahaan, tujuan perusahaan adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional umumnya, khususnya di sektor pertanian dan sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip perusahaan yang sehat berdasarkan kepada azas.

(24)

15

Mempertahankan dan meningkatkan melalui kontribusi pendapatan nasional dari sektor perkebunan melalui upaya peningkatan produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri sekaligus dalam rangka meningkatkan ekspor dan non migas.

2.5 Struktur Organisasi PT. Socfin Indonesia

Gambar 2. 2 Struktur Organisasi PT. Socfin Indonesia 2.6 Job Description PT. Socfin Indonesia

Berikut ini akan dijelaskan uraian tugas (job description) yang terdapat pada struktur organisasi PT Socfin Indonesia terdiri dari:

1. Principal Director

a. Memimpin dan mengurus perusahaan

b. Mewakili perusahaan baik didalam maupun diluar perusahaan

(25)

c. Bertanggung jawab atas seluruh keputusan dan ketetapan dalam kebijakan perusahaan

2. General Manager

a. Mengkoordinir seluruh kegiatan perusahaan b. Mewakili principal director

3. Estate Advisor

Memberikan pendapat langsung atau saran kepada principal director.

4. General Department (Bagian Umum)

Dipimpin oleh seorang kepala bagian umum yang bertanggung jawab langsung kepada direksi dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Urusan anggaran, Law, Security, dan Public Relation

Mengurus masalah HGU PT. Socfin Indonesia Medan, mengurusi masalah hukum, peraturan yang berhubungan dengan kegiatan PT.

Socfin Indonesia, menangani masalah yang timbul serta mengatur penjagaan asset perusahaan, menangani masalah hubungan masyarakat.

b. Urusan anggaran, Law, Security, dan Public Relation

Mengurus masalah HGU PT. Socfin Indonesia Medan, mengurusi masalah hukum, peraturan yang berhubungan dengan kegiatan PT.

Socfin Indonesia, menangani masalah yang timbul serta mengatur penjagaan asset perusahaan, menangani masalah hubungan masyarakat.

(26)

17

c. Urusan Home Affairs, Transportation, Statictic, Accounting

Menangani masalah kepegawaian, menangani masalah pengangkutan, pencatatan kegiatan dalam statistik, menghitung dan mengkontrol biaya umum, membuat daftar gaji dan budget.

d. Urusan Training, Jamsostek, dan Inner Social

Memprogram dan melaksanakan training, seminar dan Bench Marking, menangani masalah jamsostek, menangani masalah perumahan di seluruh kebun menangani masalah umum.

e. Urusan Head Office dan Estate Security

Menangani masalah keamanan kantor besar medan, kompleksperumahan PT. Socfin Indonesia, menangani masalah pencurian, penjarahan kelapa sawit dan karet, menangani masalah keamanan dengan instansi terkait, mengatur system keamanan kebun- kebun, mengamankan asset.

f. Urusan Electric Data Processing dan Communication Instrument Electric Data Processing, mengurus dan mengatur peralatan komunikasi (radio, telepon, HT dan lain-lain), mengatur dan mengawasi peralatan komputer.

g. Urusan General Expenses dan Non Staff Personil

Menangani personali pegawai, membuat perhitungan biaya umum dan masalah asuransi, membuat daftar golongan staf dan pegawai, membuat laporan.

(27)

h. Urusan Human Resources Recrutment, Security, Statistic dan Administration

Menangani administrasi penerimaan pegawai pimpinan, membuat statistik laporan keamanan, medical report, membuat daftar gaji seluruh staf dan pegawai kantor besar Medan, membuat daftar pelamar kerja.

i. Urusan Home Affair dan Inventory Equipment

Membuat daftar rincian bangunan rumah staf dan karyawan kantor besar Medan, membuat dan memeriksa tagihan air, listrik, telepon, dan lain- lain, mengawasi pemakaian mess dan bungalow, menyusun anggaran perabot dan inventaris, membuat daftar inventaris kebun kantor besar Medan, memeriksa bangunan rumah staff.

j. Urusan Working Permit, Vehicle Licence dan Guest Mengurus izin tenaga kerja asing, mengurus tiket pesawat.

5. Agricultural Department (Bagian Tanaman)

Dipimpin oleh seorang kepala bagian dan bertanggung jawab kepada direksi dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Urusan Kultur Teknis Kepala Sawit dan Karet

Membuat rekomendasi mengenai kultur teknik kelapa sawit dan karet, mengecek dan mereview program sadap, stimulasi, rencana serta panelpanel deres yang dibuat staf urusan administrasi karet, mengecek dan mereview program pemupukan kepala sawit dan karet yang dibuat oleh staf urusan administrasi kepala sawit dan pemupukan, mengambil

(28)

19

contoh Dawn dan LD, mengecek dan mereview produksi karet dan kelapa sawit yang dibuat oleh staf.

b. Urusan Administrasi Karet

c. Urusan Control Panen Kelapa Sawit

Tugasnya adalah memeriksa seluruh keperluan tanaman.

d. Urusan Eksploitasi Karet

Tugasnya dalah memeriksa seluruh aspek eksploitasi dan stimulasi semua kebun karet.

e. Urusan Hama dan Penyakit Tanaman

Melaksanakan pengendalian hama penyakit sawit dan karet, membuat laporan pengendalian hama penyakit, mengevaluasi pengendalian hama penyakit.

f. Urusan Survey dan Pemetaan

Mensurvey area dan membuat peta dan ukurannya, membuat laporan hasil dan ukuran areal peremajaan, perluasan dan konservasi, rekapitulasi luas areal sawit dan karet.

6. Technical / Technologi Department (Bagian Teknik / Teknologi) Dipimpin oleh seorang kepala bagian yang bertanggung jawab kepada direksi dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Urusan Bangunan Pabrik dan Perawatan Instalasi Pengolahan

Membuat desain, kalkulasi dan mengawasi pekerjaan bangunan pabrik dan seluruh instansi, memeriksa dan memberi petunjuk mengenai perawatan bangunan, instalasi pabrik dan mesin pengolahan,

(29)

mengawasijaringan listrik dan kapasitas pabrik, mengawasi kunjungan rutin ke kebun-kebun, mengawasi pesanan barang dan mengevaluasi biaya perawatan bangunan instalasi pabrik dan mesin

b. Urusan Pemeliharaan dan Mesin-Mesin Penggerak

Memeriksa pengoperasian boiler, bejana uap dan mesin-mesin pengolahan, memberi petunjuk perawatan boiler, bejana uap dan mesin- mesin pengolahan, mengawasi perbaikan mesin-mesin dan instalasi pabrik.

7. Sales Department (Bagian Penjualan)

Dipimpin oleh seorang kepala bagian yang bertanggung jawab langsung kepada direksi dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Eksport Rubber / Seeds and Local Seeds

Membuat dan memeriksa dokumen ekspor karet dan kecambah, membuat dan memeriksa dokumen penjualan kecambah, memeriksa rekening pengangkutan dan ekspedisi karet.

b. Ekspor Oil

Membuat dan memeriksa dokumen ekspor CPO dan turunannya, pembayaran pajak ekspor, memeriksa rekening pengangkutan CPO dan turunannya,memeriksa rekening PT. Socfin Indonesia.

8. Finance Department (Bagian Perbelanjaan)

a. Mempersiapkan slip jurnal untuk mutasi neraca dan laba rugi setiap kebun b. Mempersiapkan slip jurnal hutang-hutang pegawai, staf, dan pensiunan c. Memeriksa jurnal transaksi pembukuan kantor besar

(30)

21

d. Mempersiapkan financial result

e. Mempersiapkan daftar sisa hutang dan pemotongan hutang pegawai f. Mempersiapkan laporan keuangan

g. Mempersiapkan daftar rincian perkiraan No. 1271, 1272, 1273 dan 1278 9. Purchase Department (Bagian Pembelian)

a. Urusan pembelian lokal, impor, dan gudang

b. Mengkoordinir seluruh proses pembelian lokal, impor, dan gudang c. Memeriksa permintaan uang dan pertanggung jawaban

10. IT Department

a. Mempersiapkan dan memelihara sistem komputerisasi yang terintegrasi (SAP untuk kantor besar harvest IT plus untuk kebun-kebun)

b. Mengadakan dan memelihara seluruh jaringan komputerisasi dan hardware-nya

c. Memelihara dan menyimpan data-data perusahaan yang ada di server 11. Internal Audit

Dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada direksi dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Kepala Internal Audit

Menyusun rencana audit dan anggaran, melakukan pemeriksaan di Medan atau di kebun, membuat dan memeriksa laporan audit, memonitor tindak lanjut.

(31)

b. Staf Internal Audit

Menyiapkan daftar pemeriksaan dan audit program, melaksanakan pemeriksaan dan manyiapkan laporan pemeriksaan.

2.7 Jaringan Usaha

PT. Socfin Indonesia memiliki beberapa anak perusahaan diantaranya; PT.

Socfin Indonesia Perkebunan Aek Loba, PT. Socfin Indonesia Perkebunan Aek Pamienke , PT. Socfin Indonesia Perk. Aceh dll.

Jaringan kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT. Socfin Indonesia adalah mengelola hasil kebun karet yang akan di kirim ke kebun sepupu. PT. Socfin Indonesia juga menyediakan infrastruktur yang memadai yang mendorong keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila sarana umum tidak tersedia, PT. Socfin Indonesia juga akan menyediakan sarana tempat tinggal, pendidikan, air bersih, kesehatan, dan fasilitas umum yang memadai.

2.8 Kinerja Usaha Terkini

Setiap perusahaan tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai itu semua, begitu jugapada PT. Socfin Indonesia yang terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan oleh perusahaan dapat terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja.

Untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan perusahaan adalah merencanakan dan mengalokasikan sumber daya tertentu untuk menjalankan

(32)

23

ataupun sumbangan yang ditujukan untuk menciptakan kesejahteraan, pendidikan, lapangan kerja, kesehatan, lingkungan dan budaya setempat.

2.9 Rencana Kegiatan

Rencana kerja tahun 2021 PT. Socfin Indonesia antara lain sebagai berikut:

1. Meningkatkan tingkat produksi 2. Pengedalian biaya

3. Pengendalian lingkungan

(33)

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definisi

Perlakuan Akuntansi menurut Kieso dan Wedygandt (1995:92), menyatakan bahwa “ Perlakuan Akuntansi adalah aturan-aturan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam proses akuntansi yang meliputi pengakuan, pencatatan dan penyajian informasi keuangan dalam laporan keuangan perusahaan”. Harnanto (1993:3) mendefinisikan perlakuan akuntansi adalah “Suatu disiplin Analisa yang mencakup kegiatan mengidentifikasi berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan kegiatan pencatatan sehingga informasi yang relevan dan mempunyai hubungan antara yag satu dan yang lainnya yang mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan’’.

Dalam perusahaan perkebunan, aset tetap diklasifikasikan ke dalam 2(dua), yaitu aset tetap tanaman dan aset tetap non tanaman . Aset tetap tanaman terbagi atas dua jenis , yaitu aset tetap tanaman semusim, dan aset tanaman tahunan. Aset tanaman tahunan adalah aset tanaman perkebunan yang terdiri dari tanaman baru (TB), tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman telah menghasilkan (TM).

Perlakuan Akuntansi aset tetap tanaman dimulai dari pengakuan dan pengukuran awal (tanaman belum menghasilkan), pengukuran selanjutnya (reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke tanaman menghasilkan, penyusutan (tanaman menghasilkan), penghentian pengakuan (tanaman belum menghasilkan dan

(34)

25

dan tanaman menghasilkan), penyajian dan pengungkapan aset tanaman dalam laporan keuangan.

3.2 Dasar Pengaturan

Adanya standar dalam dasar pengaturan aset tanaman berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, yaitu:

a. Konsep historical cost (model biaya atau nilai buku ) merupakan konsep yang umum digunakan dalam pengukuran nilai aset tanaman perusahaan agrikultur di Indonesia Hal ini dikarenakan pengaturan standar akuntansi keuangan (SAK) di Indonesia masih belum mengatur pengukuran nilai aset tanaman, sehingga selama ini masih menggunakan PSAK-16 ( Aset Tetap).

b. PSAK-69 agrikultur mempunyai 3 keunikan dari agrikultur yaitu adanya kenaikan aset agrikultur melalui proses pertumbuhan, pertumbuhan aset yang berkaitan dengan pendapatan, laporan keuangan agrikultur yag masih menggunakan Cost Model, yakni nilai tercatat aset tidak mencerminkan kualitas sesungguhnya karena dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan.

3.3 Penggolongan

Aset tanaman adalah aset tetap yang berupa tanaman perkebunan yang terdiri dari tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan.Aset.Pada aset tanaman berdasarkan PSAK dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

a. Tanaman Belum Menghasilkan ( TBM )

Tahapan sejak tanaman kelapa sawit sesuai dengan ditanam sampai tanaman memasuki masa panen pertama. Rawat TBM adalah setiap pekerjaan yang

(35)

ditunjukkan untuk mendorong pertumbuhan tanaman sehingga mempercepat masa TM.Tanaman belum menghasilkan adalah tahapan dimana masa tanaman telah ditanaman hingga memasuki panen pertama yaitu antara 30-36 bulan.

Adapun pemeliharaan tanaman belum menghasilkan yaitu meliputi Rawat jalan tikus, rawat piringan, pengendalian gulma, rawat gawangan, konsolidasi, pemupukan, dan kastrasi sanitasi.

b. Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman yang sudah dipanen (diambil hasilnya ) secara rutin. Kegiatan rawat pada TM ditujukan utuk mendukung produktivitas tanaman dan memperlancar kegiatan panen.Perawatan tanaman menghasilkan penting dilakukan untuk membantu akses panen pekerja hingga pengangkutan buah ke TPH.Selain itu pemupukan pada tanaman menghasilkan produksi yang tinggi. Adapun beberapa pekerja perawatan tanaman menghasilkan yaitu rawat jalan panen, rawat piringan, pengendalian gulma, rawat gawangan pruning, rawat TPH.

Aset tanaman pada PT Socfin Indonesia yang dimaksud adalah tanaman tahunan. Aset tanaman pada PT Socfin Indoesia dapat dibedakan menjadi :

a. Tanaman Baru (TB)

Tanaman baru yang belum menghasilkan, dan berumur 0 tahun yang tergolong dalam tanaman baru adalah seperti benih sawit yang dikembangkan biakan dengan dana yang sudah tersedia dari perusahaan yang akan diperjualkan kepada beberapa perushaan lainnya yang membutuhkan benih kelapa sawit.

(36)

27

b. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman belum menghasilkan dinyatakan sebesar biaya perolehannya yang meliputi biaya persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan termaksuk kapitasi biaya pinjaman yang digunakan untuk membiayai pengembangan tanaman belum menghasilkan dan biaya tidak langung lainnya yang dialokasi berdasarkan luas hektar tertanam. Pada saat tanaman sudah menghasilkan, akumulasi biaya perolehan tersebut akan direklasifikasi ke tanaman menghasilkan. Tanaman belum menghasilkan yaitu kelapa sawit.Pemeliharaan TBM bertujuan untuk mempersiapkan tanaman memasuki masa produksi/ tanaman menghasilkan (TM) tepat waktu dengan kuantitas (standarisasi pohon) maupun kualitas (homogenitas tanaman) sesuai dengan LRK (Laporan Rencana Kerja) yng dibuat setiap bulan.

Masa tanaman belum menghasilkan sampai tanaman sudah menghasilkan memerlukan waktu 30-36 bulan yang terbagi dalam:

a. TBM 0 : pemeliharaan tanamannya sampai umur 6 bulan

b. TBM 1 : pemeliharaan tanamannya dari 7 bulan sampai 12 bulan c. TBM 2 : pemeliharaan tanamannya dari 13 bulan sampai 24 bulan d. TBM 3 : pemeliharaa tanamannya dari 25 bulan sampai 36 bulan

Proses perawatan tanaman belum menghasilkan meliputi pemupukan, perawatan hama dan penyakit, pengendalian gulma, dan sensus ulat.

(37)

c. Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman menghasilkan digolongkan dengan nomor akun 001. Biaya perolehan tanaman belum menghasilkan direklasifikasi ke akun tanaman telah menghasilkan pada saat tanaman tersebut mulai menghasilkan. Jangka waktu suatu tanaman dinyatakan mulai menghasilkan ditentukan oleh pertumbuhan vegetatif dan perawatan pada tanaman menghasilkan meliputi pemupukan, penunasan, pengendalian hama penyakit, pengendalian gulma.Proses produksi meliputi persen panen, sensus buah matang, pemeriksaan mutu puncak, pemeriksaan buah matang.Pertumbuhan vegetatif dan penilaian manajemen, dengan ketentuan tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman apabila telah berumur tiga tahun.

3.4 Biaya Perolehan

3.4.1 Biaya perolehan aset tetap tanaman menurut PSAK

Biaya perolehan aset tetap tanaman menurut PSAK adalah entitas diwajibkan mengelompokkan aset tetap tanaman berdasrkan jenis dan umur aset biologisnya. Pengakuan TB, TBM, TM tidak terdapat akumulasi depresiasi, isi dari PSAK-69 hanya pada proses tanam sampai panen agrikultur saja tidak mencakup pemoresan pada saat setelah panen.

Pengakuan nilai wajar aset tetap menurut PSAK-69 adalah harga pasar transaksi terbaru asalkan belum ada perubahan yang signifikan antara tanggal transaksi dan periode akhir pelaporan, harga pasar untuk aset serupa dengan penyesuian, Benchmark seperti nilai kebun yang dinyatakan per hektar,Jika nilai wajar tidak dapat diukur secara andal maka aset biologis harus diukur berdasarkan

(38)

29

biaya dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penyusutan nilai, Setelah nilai aset tetap tanaman dapat diukur secara andal entitas dapat mengukurnya dengan nilai wajar dikurangi estimasi biaya penjualan keuntungan/kerugian yang timbul saat pengakuan awal aset pada nilai wajar dikurangi biaya-biaya dimasukan ke dalam laporan laba rugi.

Pencatatan aset biologis menurut PSAK-69 tidak dapat mengakui adanya depresiasi makan pada laporan laba/rugi tidak ada akumulasi depresiasi yang berakibat adanya kenaikan pada laboran laba/rugi. Pernyataan standar akuntansi keuangan no. 16 amandemen 2015 memasukan tanaman produk kedalam ruang lingkup aset tetap, definisi tanaman produktif adalah tanaman hidup yang menghasilkan produk lebih dari satu periode. Pernyataan standar akuntansi keuangan no.16 amandemen 2015, paragraf (3) mengklarifikasi aset yang memenuhi defenisi tanaman produktif masuk dalam daftar aset tetap, hak penambagan dan cadangan sumber daya alam tidak dapat diperbarui, pengakuan dan pengukuran terhadap aset eksplorasi dan evaluasi, namun serta aset tanaman yang terkait dengan aktivitas agriculture selain tanaman produktif namun tidak untuk hasil dari tanaman produktif .

Paragraf (6) menyatakan bahwa tanaman produktif didefinisikan sebagai tanaman hidup yang ; penyedia produk agriculture, menghasilkan produk lebih dari satu tahun, tidak atau jarang dijual sebagai produk agriculture , paragraph (17) standar akuntansi keuagan.

(39)

3.4.2 Biaya perolehan aset tetap tanaman menurut PT. Socfin Indonesia Menurut pedoman akuntansi perkebunan (2011:94) perlakuan akuntansi aset tanaman tahunan adalah:

1. Pengakuan dan pengukuran awal (TBM dan TM)

Biaya perolehan TBM sebesar akumulasi biaya yang dikapitalisasi ke TBM tersebut. Biaya perolehan tanaman TM sebesar nilai tercatat TBM yang direklasifikasi ke TM.

2. Pengukuran dan selanjutnya (TBM dan TM)

TBM diukur pada biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi rugi penilaian nilai. TM diukur pada biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.

3. Penyusutan (TM)

Penyusutan aset tanaman tahunan diakui dengan sebagai bahan produksi atau penambah biaya perolehan persediaan yang dihasilkannya. Akumulasi penyusutan aset tanaman disajikan dengan sebagai pos pengurag jumlah tercatatnya.

4. Penurunan nilai (TBM dan TM)

Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada periode terjadinya.Akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman disajikan sebagai pos lawan jumlah tercatatnya. Pemulihan penurunan nilai diakui sebagai keuntungan.

(40)

31

5. Penghentian pengakuan (TBM dan TM)

Keuntungan dan kerugian yang terjadi diakui pada periode terjadinya.

Keuntungan atau kerugiann tersebut disajikan sebagai pendapatan atau beban non usaha.

3.5 Penyusutan

Dalam kaitannya dengan perlakuan akuntansi aset tetap tanaman di industri perkebunan, bagian aset biologis yang memenuhi kualifikasi sebagai aset tetap adalah akun Tanaman Menghasilkan (TM). Kelompok akun tanaman menghasilkan merupakan hasil dari nilai bersih Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yang sudah layak memasuki masa menghasilkan sesuai dengan taksiran manajemen.

Setelah diakui dengan sebagai tanaman menghasilkan, maka aset tanaman yang ada didalamnya akan disusutkan dengan metode penyusutan yang sesuai Ikatan Akuntan Indonesia perkebunan menyatakan penyusutan aset tanaman diakui sebagai bahan produksi atau penambah biaya perolehan persediaan yang dihasilkannya. Akumulasi penyusutan aset tanaman disajikan sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya. Penyusutan aset tanaman dimulai ketika tanaman belum menghasilkan (TBM). Penyusutan dilakukan menggunakan metode garis lurus denga taksiran umur manfaat (setelah menjadi TM) sebagai berikut :

(41)

Tabel 3. 1

Taksiran Umur Manfaat TM

Jenis aset tanaman Tarif penyusutan per tahun

Tanaman menghasilkan – kelapa sawit

5 %

Sumber: PT. Socfin Indonesia

Ilustrasi perhitungan penyusutan aset tanaman, dengan metode garis lurus adalah sabagai berikut :

TM Kelapa Sawit, denga nilai perolehan Rp. 11,856 milyar, dan umur manfaat 20 tahun, maka penyusutannya : Rp. 11,856 milyar / 20 tahun = 592 juta per tahun 3.6 Penurunan dan Pemulihan Nilai

Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset tanaman tahunan, maka entitas harus menaksir jumlah yang dpat diperoleh kembali dari aset tersebut. Apabila jumlah yang diperoleh kembali lebih rendah dibandingkan dengan jumlah yang tercatat, maka entitas mengakui kerugian penilaian aset. Pada periode selanjutnya, apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali meningkat, maka entitas mengakui keuntunga pemulihan nilai, tetapi tidak boleh menyebabkan nilai buku setelah pemulihan nilai melebihi nilai buku seumpama tidak terjadi penurunan nilai sebelumnya.

Penurunan nilai untk tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM) diakui sebagai kerugian pada periodenya. Akumulasi rugi

(42)

33

penurunan nilai aset tanaman disajikan sebagai pos lawan jumlah tercatatnya.

Pemulihan penurunan nilai diakui sebagai keuntungan.

Dalam mengidentifikasi terdapat atau tidaknya penurunan nilai aset tetap tanaman, harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

1. Informasi dari sumber-smber eksternal

(1) Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah turun secara signifikan selama periode tersebut lebih dari yang diperkirakan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal.

(2) Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar ekonomi, atau lingkup hukum tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu yang ditentukan.

(3) Suku bunga pasar atau tingkat hasil pemasaran lain atas investasi telah meningkat selama periode tersebut dan kenaikan tersebut mungkin mungkin akan mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nili pakai aset dan menurunkan jumlah terpulihkan aset secara material.

(4). Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.

2. Informasi sumber-sumber dari internal;

(1) Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset.

(2) Perubahan ini termaksuk dalam hal aset menjadi tidak digunakan untuk rencana untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi yang didalamnya aset digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggalnya.

(43)

(3) Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengidentifikasikan bahwa kinerja ekonomik aset lebih buruk, atau akan lebih buruk , dari yang diperkirakan.

Indikasi penurunan nilai aset tetap yang disajikan atas belum meliputi seluruh indikasi yang mungkin muncul, Entitas mungkin mengidentifikasi hal-hal lain yang secara potensial berpengaruh terhadap penurunan nilai aset tetap dan menjadikan indikasi tersebut sebagai dasar untuk menentukan nilai yang dapat dipengaruhi.

3.7 Penghentian Pengakuan

Ikatan Akuntan Indonesia PSAK-No.16 (2014: 10) menyatakan jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya;

(1) Pada saat pelepasan; atau

(2) Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomik masa depan yang diharapkan dari pengguna atau pelepasannya.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dimasukkan dalam lama rugi ketika aset tetap tersebut dihentikan pengakuannya.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap ditentukan sebesar selisih antar jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, jumlah tercatatnya

3.8 Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman 3.8.1 Pengakuan dan pengukuran awal

Pengakuan aset maksudnya tanaman itu diakui sebagai aset tanaman perkebunan setelah ditanam di lapangan. Dimana biaya yang dikeluarkan untuk

(44)

35

tanaman pada PT Socfin Indonesia adalah kelapa sawit. Pengukuran awal itu terkait dengan luasan areal tanaman yang harus dinyatakan.Tanaman di perkebunan dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu taaman belum menghasilkan dan tanaman telah mnghasilkan seperti dijelaskan singkat dalam bagian berikut:

Tabel 3. 2

Pengakuan Aset Tanaman

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman Menghasilkan (TM)

Persediaan

Aset diakui sebagai TBM adalah selama masa awal penanaman sampai memenuhi <2 tahun dan diakui sebagai TM pada umur 3 tahun pada bulan januari.

Aset diakui sebagai tanaman telah memasuki umur 3 tahun dimulai pada bulan januari Contoh : ditanaman mulai pada tahun 2018, maka 2018+3 = 2021,tanaman sudah berumur 3 tahun (N3) dimulai bulan januari 2021.

Aset diakui persediaan yaitu berupa hasil panen dan produk olahan.

Sumber: PT. Socfin Indonesia

Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa pengukuran luasan areal tanaman. Dimana biaya yang dikeluarkan yang dikeluarkan untuk menanam dan

(45)

merawat tanaman yang dihitung sebagai nilai asetnya. Jurnalnya adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3

Pengakuan awal aset TBM

Uraian Debet Kredit

Biaya perawatan tanaman Rp. xxx

Biaya pemupukan Rp. Xxx

Biaya Pemeliharaan Rp. Xxx

Biaya umum Rp. Xxx

Sumber: PT. Socfin Indonesia

Penjurnalan ini dilakukan setiap bulan dilakukan.Transaksinya setiap hari dan Perjurnalan TBM sampai umur 2 tahun bulan Desember,dan memasuki umur penyusutannya.

3.8.2 Pengukuran selanjutnya (reklasifikasi TBM ke TM )

Pengukuran adalah luas area TBM langsung diangkat menjadi TM pada umur 3 tahun. Penentuan waktu tanaman dapat menghasilkan ditentukan oleh pertumbuhan vegetatif berdasarkan taksiran manajemen. Setelah menjadi TM maka biaya perolehan TM sebesar nilai tercatat TBM yang direklasifikasi ke TM. Biaya- biaya yang terjadi TM diakui sebagai beban periodenya, kecuali biaya-biaya yang memenuhi syarat untuk dikapitalisasi aset tanaman. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aset tanaman yang tidak menambah manfaat ekonomis aset tanaman, biaya-biaya yang mengembalikan aset tanaman ke kondisi normalnya,

(46)

37

maka biaya-biaya tersebut dibebankan pada periode terjadinya. Misalnya, biaya pemupukan rutin.

Tabel 3. 3

Reklasifikasi aset TBM ke TM ( promosi tanaman )

Uraian Debet Kredit

Aset tanaman menghasilkan (TM)

Aset tanaman belum menghasilkan (TBM)

Rp. xxx

Rp.xxx Sumber: PT. Socfin Indonesia

3.8.3 Penyusutan

Penyusutan terhadap nilai tanaman telah menghasilkan ke dalam setiap periode adalah cara mengakui pemakai manfaat dari tanaman telah menghasilkan tersebut. PT Socfin Indonesia melakukan penyusutan terhadap terhadap tanaman telah menghasilkan menggunakan metode garis lurus. Nilai dari pembebanan penyusutan tanaman telah menghasilkan pada setiap periodenya, dalam hal ini PT Socfin Indonesia mengakui penyusutan tanaman telah menghasilkan dengan metode garis lurus, yaitu dengan membagi manfaat ekonomi dari tanaman telah menghasilkan sama besar setiap periodenya sampai dengan masa manfaat dari tanaman telah menghasilkan dapat digunakan.

(47)

Tabel 3. 4 Penyusutan

Uraian Debet Kredit

Penyusutan aset tanaman menghasilkan (TM)

Akuntansi aset tanaman belum menghasilkan (TBM)

Rp.xxx

Rp.xxx Sumber dari PT SOCFIN INDONESIA

3.8.4 Penurunan dan pemulihan nilai

Pada saat terjadinya penurunan nilai aset tanaman pada PT Socfin Indonesia, penurunan nilai aset tersebut diakui dengan periode terjadinya, Dan akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman disajikan sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya.

3.8.5 Penghentian pengakuan aset

Penghentian pengakuan aset tanaman pada PT Socfin Indonesia, yaitu ketika aset di bidang pengelolalahan tersebut sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi .Keuntungan dan kerugian yang trjadi diakui ketika perjurnalan yang dilakukan setiap hari dan transaksi yang dilakukan setiap hari .

3.8.6 Penyajian dan Pengungkapa Aset Tetap Tanaman dalam Laporan Keuangan

Akumulasi penyusutan disajikan sebagai pengurang terhadap aset tetap, baik secara sendiri-sendiri menurut jenisnya atau secara keseluruhan.Aset tetap tanaman yang disajikan dalam neraca adalah Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan

(48)

39

ditampilkan sebagai persediaan barang jadi dan produk agrikultur yang akan digunakan dalam proses produksi.

Dan hal-hal yang harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan antara lain:

a. Rincian jenis dan jumlah aset tanaman yaitu TB,TBM dan TM;

b. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumla aset tanaman tahunan;

c. Metode penyusutan yang digunakan;

d. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

3.9 Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Aset Tanaman PT. Socfin Indonesia dengan Perlakuan Akuntansi atas Aset Biologis berdasarkan International Accounting Standards 41 (IAS-41).

Tabel 3. 5

Perbandingan Pengakuan dan Pengukuran Aset Biologis Menurut IAS 41 DAN PT. Socfin Indonesia

IAS 41 PT Socfin Indonesia

Aset biologis diakui sebagai aset biologis belum dewasa, aset biologis dewasa, dan persediaan.

Aset tanaman terbagi atas, Tanaman Baru (TB), Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), Tanaman Menghasilkan (TM), Persediaan hasil panen.

(49)

IAS 41 PT Socfin Indonesia Aset biologis belum dewasa

diklasifikasikan aset lancer, aset tidak lancar, dan persediaan diklasifikasikan aset lancar.

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) diklasifikasikan aset tetap, dan Persediaan hasil panen sebagai aset lancar.

Aset biologis berupa aset biologis belum dewasa diukur sebesar nilai wajar dikurangi taksiran

TBM, dan TM diukur sebagai perolehan dan dikurangi akumulasi penyusutan sedangkan aset biologis berupa persediaan diukur sebesar nilai yang lebih rendah

Tidak mengukur atau menghitung penyusutan.

Mengukur atau menghitung pemyusutan ketika aset biologis telah dikategorikan sebagai TM.

Penyusutan diakui ketika nilai wajar tidak dapat ditentukan sehingga perusahaan menilai aset biologis dengan biaya perolehan, dan metode serta tarif penyusutannya sesuai

dengan kebijakan perusahaan

Penyusutan dihitung berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tanaman dengan menggunakan metode garis lurus.

Berdasarkan tabel di atas, pengakuan atas tanaman perkebunan menurut PT.

(50)

41

aset biologis, namun keduanya sama-sama mengklasifikasi aset tersebut mengikuti transformasi atau pertumbuhan aset .

Aset biologis adalah aset yang unik, karena mengalami transformsi pertumbuhan bahkan setelah aset biologis menghasilkan sebuah outuput.Transformasi yang terjadi pada aset biologis terdiri dari proses

pertumbuhan, degenerasi, produksi dan prokreasi yang dapat menyebabkan berbagai perusahaan secara kualitatif dalam kehidupan aset tumbuhan.

Pada PT. Socfin Indonesia dan juga menurut IAS-41 suatu perusahaan yang bergerak di bidang agrikulur harus menyajikan daftar rekonsiliasi perubahan dalam nilai tercatat pada aset biologis di antara awal dan akhir periode berjalan. Pada PT.

Socfin Indonesia tidak hanya menggunakan aset tanaman pada aktivitas agrikultur sampai titik panen saja, tetapi juga menyajikan produk olahan dari hasil pada titik panen. Namun menurut IAS-41 perusahaan hanya mengatur perlakuan akuntasi dan pengungkapan yang berhubungan dengan kegiatan pertanian sampai pada titik panen saja, pengolahan persediaan pada titik panen menjadi barang jadi diatur sendiri dalam IAS-2 PSAK-14 mengenai persediaan.

Pengungkapan aset biologis menurut PT. Socfin Indonesia dengan IAS-41 memiliki persamaan serta perbedaan dalam beberapa hal. Perbandingan pengungkapan aset biologis menurut PT. Socfin Indonesia dengan IAS-41 ditampilkan pada tabel berikut:

(51)

Tabel 3. 6

Perbandingan Pengungkapan Aset Biologis Menurut IAS 41 dan PT. Socfin Indodnesia

IAS 41 PT. SOCFIN INDONESIA

Mengungkapkan jenis dan jumlah aset biologis.

Mengungkapkan jenis dan jumlah aset biologis.

Hanya mengatur perlakuan akuntansi dan hanya mengungkapkan aset biologis yang berhubungan dengan kegiatan pertanian. Untuk pengolahan hasil panen menjadi produk jadi tidak diungkapkan.

Tidak hanya mengungkapkan aset biologis pada aktivitas agrikultur saja tetapi juga mengungkapkan pengolahan produk agrikultur pada titik panen menjadi produk jadi.

Mengungkapkan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran aset biologis.

Mengungkapkan dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat aset biologis.

Tidak mengungkapkan adanya penyusutan aset biologis, maka pada laboran laba/ rugi tidak ada beban depresi yang berakibat adanya kenaikan pada laporan laba/rugi.

Mengungkapkan adanya depresiasi yang berdampak pada penurunan laba- rugi pada tahun berjalan, serta mengungkapkan metode penyusutan yang digunakan, umur, manfaat ekonomi, dan tarif penyusutan yang digunakan.

(52)

43

Penyajian dan pengungkapan aset biologis menurut IAS-41 dengan menurut PT. Socfin Indonesia mempunyai kesamaan dalam hal pengungkapan jumlah dan jenis aset serta sama-sama mengungkapkan dasar pengukuran yag digunakan dalam menentukan jumlah tercatat aset biologis.

Selain itu, IAS-41 tidak mengungkapkan adanya penyusutan aset biologis, maka pada laporan laba/rugi tidak ada beban depresisasi yang berakibat adanya kenaikan pada laporan laba/rugi sedangkan PT. Perkebunan Socfin Indonesia mengungkapkan adanya depresiasi yang berdampak pada penurunan laba – rugi pada tahun berjalan sehingga PT Socfin Indonesia mengungkapkan metode penyusutan yang digunakan, umur, manfaat ekonomi, dan tarif penyusutan yang digunakan.

(53)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang penulis kemukakan terhadap perlakuan akuntansi aset tetap tanaman yang dilakukan PT. Socfin Indonesia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

Penggolongan aset tetap tanaman pada PT. Socfin Indonesia adalah tanaman tahunan.Aset Tanaman pada PT. Socfin Indonesia dikategorikan dengan 3 jenis yaitu, tanaman baru (TB), tanaman belum menghasilkan ( TBM), tanaman menghasilkan (TM). Biaya perolehan aset tetap tanaman pada PT.Socfin Indonesia tetap mengikuti pedoman akuntansi perkebunan menurut PSAK-69. Aset tanaman yang ada di dalamnya akan disusutkan dengan metode penyusutan yang sesuai Ikatan Akuntan Indonesia perkebunan menyatakan penyusutan aset tanaman yang diakui sebagai bahan produksi atau penambahan biaya perolehan persediaan yang dihasilkannya.Peyusutan aset tanaman dimulai ketika tanaman belum menghasilkan ( TBM ). Penurunan nilai untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM) diakui sebagai kerugian pada periodenya.Pemulihan penurunan nilai diakui sebagai keuntungan. Pengakuan aset yang dimaksudkan tanaman itu diakui sebagai aset tanaman perkebunan setelah ditanam di lapangan. Salah satu aset tanaman pada PT. Socfin Indonesia adalah kelapa sawit. Penyajian dan pengungkapan aset biologis pada PT. Socfin Indonesia masih sesuai dengan IAS-41 dan mempunyai kesamaan dalam hal pengungkapan

(54)

45

aset serta sama-sama mengungkapkan dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat aset biologis.

4.2 Saran

Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan perbandingan dan refrensi untuk penelitian. Untuk penelitian selanjutnya dalam menentukan tingkat efektivitas perlakuan akuntansi aset tanaman sebaiknya tetap lebih membahas penerapan PSAK-69 agar terlihat perbedaan yang signifikan atas perlakuan akuntansinya.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Harnanto. 1993. Akuntansi Keuangan Lanjutan. BPFE. Yogyakarta.

International Accounting Standard Committee (IASC). 2000. International Accounting Standard No.41, Agriculture.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2011 Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat.

Keputusan Menteri Perkebunan No.SK. 100/Men.Perk/1965.

Keputusan Menteri Pertanian No.SK. 94/Kpts/OP/6/1968.

Keputusan Presiden No.68/Kpts/6/1968.

Kieso dan Wetgandt. 1995. Intermediate Accounting. Binapura aksara. Edisi ke-12.

Jakarta.

Pardamean, Maruli. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta: PT Agro Media Pustaka.

Rahayu, Dewi Puji. dkk. 2014. Pengantar Akuntansi Berbasis PSAK Terbaru.

Bogor: PT. In Media.

Sumber Data PT. Socfin Indonesia.

Suwardjono. 2007. Teori Akuntansi Perekayasaan Laporan Keuangan. BPFE.

Yogyakarta

Studylibid.com/doc/1057581/bab-ii-kajian-pustaka-2.1-pengertian-akuntansi-dan- perlakun.

Suwito2.wordpress.com/2019/05/19/akuntansi-perkebunan-PSAK- 69/#.text=Tanaman%20belum%menghasilkan

Media.neliti.com/media/publications/33549-analisis-pengakuan-aset-tetap- berdasarkan-e5878bf6.pdf

Hitonomiger.wordpress.com/2019/05/20akuntansi-perkebunan-agrikultur Repo.unand.ac.id/22075/1/LAAPL-DICKY_EFRIADY-SOCFINDO-2019 Eprints.ums.ac.id/36935/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Gambar

Gambar 2. 2 Struktur Organisasi PT. Socfin Indonesia  2.6  Job Description PT. Socfin Indonesia
Tabel 3. 4  Penyusutan

Referensi

Dokumen terkait

Tentukan Tujuan Survey dan kendala Tentukan metode Pengumpulan data Evaluasi kuesioner dan layout Tentukan Aliran Kuesioner dan Layout Tentukan perta- nyaan pertanyaan Tentukan

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin puji syukur kehadirat Allah SWT, penguasa alam semesta seisinya, atas limpahan rahmat, hidayah dan maghfiroh- Nya, sehingga penulis dapat

Tahun 2009 dengan hasil 2,65 % dikategorikan Baik karena tidak melebihi dari standar yang ditetapkan oleh pada BPR BKK Jepara Cabang Mlonggo yaitu sebesar 5%. Tahun

Tabel-2 merupakan hasil akhir perhitungan biaya penyusutan aset tetap menggunakan kelompok aset tetap, masa manfaat aset tetap, dan tarif penyusutan aset tetap

Jenis industri yang beroperasi di sekitar sungai Deli saat ini serta limbah yang dihasilkanya.. Nama perusahaan Alamat Jenis kegiatan

Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi p y g untuk diakui sebagai aset tetap pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.. Pengukuran Awal.. • Biaya perolehan aset

Dampaknya adalah mereka minim pengetahuan agama, malas untuk melakukan ritual ibadah, malas belajar, sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan, kurang memiliki

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik aset tetap yaitu memiliki bentuk fisik, dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dalam