75
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1. Aplikasi Konsep
Aplikasi konsep recreative design diaplikasikan pada bentukan masa yang terpisah untuk setiap fungsi yang berbeda. Setiap masa bangunan dipisahkan oleh ruang terbuka hijau dan jalur sirkulasi khusus dengan tujuan untuk mempertegas fungsi rekreasi sebagai bagian dari desain. Inner garden atau desain lansekap merupakan aplikasi konsep recreative design yang dimasukkan ke dalam bangunan. Sedangkan view perbukitan disisi Timur site merupakan konsep recreative design yang berasal dari site.
Tabel 5.1: Penjabaran lingkup konsep pada desain
Lingkup Makro Lingkup Messo Lingkup Mikro Perancangan
Fasilitas Panti untuk wilayah Karanganyar (bagian Timur)
Pemilihan site yang bersesuaian dengan pendekatan
recreational therapy
Pembuatan fasilitas recreative design “di dalam” fasilitas bangunan
Tata letak massa yang dibuat agar mampu melihat view dari kondisi eksisting yang berkontur
Aplikasi recreative design pada site eksisting sebagai poin penunjang desain
Pengaplikasian recreative design pada jalur penghubung antar masa bangunan
Pembuatan masa bangunan transparan untuk
memaksimalkan view lingkungan eksisting
Sumber :analisis penulis
Prinsip desain recreative dipakai dalam perancangan model konfigurasi masa.
Peletakan masa bangunan diatur sedemikian hingga agar tidak menutup area sekitar site yang berpotensi sebagai point of interest pada desain. Yang paling menonjol adalah area perbukitan dan area hutan di belakang site terpilih. Peletakan masa diatur agar setiap fungsi ruang memiliki view langsung ke arah perbukitan.
5.1.1. Hubungan Ruang
Desain lansekap (garden) merupakan bagian utama dari konsep desain terapi
rekreasi dan lansekap merupakan pusat dari sirkulasi. Setiap zona dapat diakses melalui
lansekap. Pada sisi timur site adalah perbukitan dan area ini memiliki potensi sebagai
point of interest dari desain, oleh karena itu area hunian dari fasilitas ini diletakkan
pada sisi timur dari site terpilih.
76 Gambar 5.1: Hubungan Ruang
Sumber : analisis penulis
Meskipun lansekap adalah pusat dari pusat sirkulasi (terbuka), akan tetapi terdapat jalur sirkulasi lain ke setiap kelompok ruang. Terdapat jalur akses langsung sehingga sirkulasi lebih cepat. Akan tetapi jalur penghubung tersebut tetap diletakkan di sekitar ruang terbuka hijau sebagai aspek rekreasi dan point of interest dari jalur sirkulasi.
5.1.2. Massa Bangunan
Massa bangunan yang akan dirancang didasarkan pada perbedaan prioritas dan penggunaan ruang. Terdapat tiga sifat sebuah ruangan yang umum pada sebuah bangunan, terutama adalah bangunan instansi kesehatan, yaitu ruang public, semi public dan private.
Tabel 5.2: Klasifikasi sifat ruang
SIFAT RUANG RUANG KARAKTERISTIK RUANG
PUBLIK Area lobby
Pusat informasi
Kantor administrasi
Lalu lintas sirkulasi tinggi
Penghubung area luar bangunan dan di dalam fasilitas
SEMI PUBLIK Aula
Inner court
Klinik
Lalu lintas sirkulasi sedang
PRIVATE Area hunian
(residensial)
Area servis
Privasi tinggi
Tingkat kebisingan rendah
Diusahakan lalu lintas sirkulasi rendah
Sumber : analisis penulis
77
Dari ketiga sifat ruang yang ada (private, semi public dan publik), ruang semi public dan ruang public dijadikan dalam satu massa bangunan, sedangkan ruang private di pisahkan dari keduanya. Hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik penggunaanya, dimana ruang private (area hunian) merupakan ruang dengan tingkat privasi tinggi dan diusakan merupakan zona yang tenang (lalu lintas sirkulasi yang rendah) terkait dengan keberadaan area hunian. Berikut ini adalah diagram pemisahan massa bangunan berdasarkan sifat ruang :
Gambar 5.2 : Pembagian kelompok massa bangunan Sumber : analisis penulis
Connector atau area penghubung kedua massa diperlukan karena sebisa mungkin sirkulasi antara massa bangunan yang satu dengan yang lain adalah sirkulasi tertutup, dimana sirkulasi yang ada masih berada di dalam dinding pelingkup dan terlindung dari gangguan luar seperti hujan atau panas matahari.
Area di sekitar site merupakan area yang tergolong masih jarang penduduk dan hanya terdapat beberapa bangunan saja, misalnya adalah deretan ruko dan bangunan gedung olahraga.
Bentuk massa bangunan dibuat tidak terlalu berbeda dengan bangunan yang sudah ada sebagai bentuk penyesuaian terhadap kondisi yang sudah ada.
Berikut ini adalah urutan pembentukan massa bangunan panti
lansia
78 Tabel 5.3 : Transformasi massa bangunan
1 Massa berbentuk L yang
merupakan bentuk penyesuaian terhadap site terpilih
Dengan massa tersebut, terdapat ruang negative yang terbentuk (area berwarna merah), dimana area ini tidak mudah untuk dijangkau dan terletak di sudut site
2 Sisi bidang massa bangunan
disesuaikan dengan kemiringan site sehingga ruang negative (dikarenakan non-accessible) yang sebelumnya ada menjadi accessible
Terbentuk ruang negative baru yang terletak di tengah site.
Ruang ini terbentuk dari perpotongan bidang massa
3 Massa bangunan dibentuk dari
penggabungan antara prisma segi empat dan prisma trapesium
Bidang massa ini untuk sementara dirasa telah sesuai dengan bentuk site (dari pertimbangan di dalam site)
4 Massa dibagi menjadi dua
berdasarkan pengelompokan fungsi ruang : residensial (biru) dan non residensial (ungu)
Kedua massa memiliki sifat yang beda (residensial : private dan non residensial : semi public dan publik)
Diperlukan pemisah antar massa sebagai konsekuensi perbedaan sifat ruang
79
5 Massa tunggal terbagi menjadi
dua
Gedung residensial diletakkan disisi belakang karena memiliki potensi view yang baik, lebih tenang dan privasi yang terjaga
Gedung non residensial (kantor dan lainya) diletakkan di depan untuk memudahkan akses administratif
6 Dibuat konektor untuk kedua
massa sebagai jalur transportasi antar kedua gedung
Pelingkup konektor dibuat transparan (karena zona ini memiliki potensi view yang baik) dan lebar
Sumber : analisis penulis
Bentuk penyesuain desain terhadap lingkungan yang terlihat pada desain misalnya adalah desain dinding pada area hunian.
Dinding dibuat berlipat dengan alas an untuk mengedalikan jumlah cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Hal ini dikarenakan orientasi bangunan menghadap barat dan timur.
Gambar 5.3: eksterior gedung residensial Sumber : analisa penulis
80
5.2. Ruang Dalam
Beberapa fasilitas panti menggabungkan dua atau lebih pasien di dalam satu unit ruangan residensial. Konsep one people-one room digunakan sebagai tuntutan atas privasi dari user. Dari studi kasus diperoleh bahwa seorang lansia akan merasa lebih nyaman ketika memiliki kamar sendirir. Selain itu, meskipun fasilitas panti memiliki fitur sebagai tempat perawatan, desain interior maupun eksterior yang terkesan seperti fasilitas rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain sebisa mungkin ditiadakan. Berikut ini adalah daftar kebutuhan ruang yang ada:
Tabel 5.4 : Tabel kebutuhan ruang
Unit Ruang Sifat Ruang
Ruang Luas (m
2)
Unit Hunian Residensial
Privat Ruang single bedroom
Tempat tidur
Kamar mandi (WC) Ruang double bedroom
Tempat tidur
Kamar mandi (WC)
24
36
Unit Kesehatan (Klinik)
Privat Klinik
Ruang tunggu
Ruang pemeriksaan
Ruang obat
Ruang arsip
Ruang kerja dokter
Ruang kerja staf
Kamar mandi Unit Perawat
Tempat tidur
Kamar mandi
Loker
Ruang istirahat
72
26
Unit Service Privat Dapur
Dapur
Ruang makan staff
Storage room Laundry
Ruang cuci
Area jemur
Area menyetrika
Storage room Cleaning service
Storage room Ruang pegawai/staff
Ruang istirahat
24
18
9
50
81
Loker Unit Administrasi Privat Pimpinan
Ruang kerja
Ruang tamu
Area tunggu Pengelola
Ruang kerja karyawan
Ruang arsip Lobby
Ruang tunggu
Kamar mandi WC Karyawan/Pegawai
Loker karyawan
Ruang istirahat
Kamar mandi (WC)
18
33
36
Unit Rekreasi Semi Privat
Perpustakaan
Ruang baca
Rak buku
Storage room
Kantor petugas
Aula (area sosialisasi)
108
Unit Pendidikan Semi Privat
Program bimbingan kelas rohani, psikologi dan interaksi sosial (aula)
240
Unit Tambahan Publik Mushola Gudang Mini cafe
Loker pengunjung
13 - 40
9 Ruang Luar Publik Area parkir pegawai (staff)
Area parkir pengunjung Taman
175 225 -
Sumber : analisis penulis
5.2.1. Ruang Terbuka 5.2.1.1. Inner Court
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa ruang terbuka memiliki
peranan yang vital. Selain sebagai ruang komunal, area terbuka juga merupakan
ruang untuk berelaksasi. Ruang terbuka yang terletak diluar bangunan adalah
berupa taman dengan ukuran yang besar. Sedangkan ruang terbuka di area
dalam bangunan memiliki dimensi yang lebih kecil dan dengan jumlah aktivitas
yang terbatas. Ruang terbuka ini digunakan sebagai pemisah antara kedua
massa bangunan (masing-masing massa bangunan merupakan representasi dari
dua fungsi yang berbeda).
82 Gambar 5.4: ruang terbuka di dalam bangunan
Sumber : analisis penulis
5.2.1.2. Ruang Terbuka di Atap Bangunan (roof-top)
Area residensial merupakan area dengan potensi view yang baik, dimana pada sisi timur terdapat bukit, tempat wisata sapta tirta pada sisi selatan dan terasering persawahan pada sisi utara. Untuk memaksimalkan potensi yang ada, maka pada bagian atap zona residensial dibuat sebuah ruang terbuka dengan fungsi utama sebagai area observasi. Area ini dilengkapi dengan tempa duduk dan beberapa fasilitas lain.
Gambar 5.5: Roof-top open space Sumber : analisis penulis
83
5.2.1.3. Taman Belakang (Back-yard Open Space)
Area di belakang gedung residensial merupakan lahan kosong dengan orientasi utara-selatan sepanjang kurang lebih 50 meter.
Keberadaan area ini bisa dijadikan sebagai zona terbuka sebagai tempat bersosialisasi para lansia. Zona ini merupakan zona dengan tingkat privasi yang cukup tinggi karena area ini terletak di sisi paling timur dari site, dimana pusat kegiatan terletak di dalam gedung disebelah tenggara.
Gambar 5.6: ruang terbuka dibawah gedung residensial Sumber : analisis penulis
5.2.2. Pencahayaan Ruang
Gambar 5.8: Pencahayaan alami pada area residensial Sumber : analisis penulis
84
Untuk menjawab isu efisiensi energi, pencahayaan alami dilibatkan dalam perancangan. Jumlah dan ukuran bukaan jendela diperbesar untuk memasukkan cahaya. Akan tetapi peran pencahayaan buatan tidak bisa disingkirkan begitu saja. Untuk pencahayaan buatan digunakan lampu fluorescent untuk interior dan incandescent lamp pada kamar mandi dan lampu tidur. Kedua jenis lampu ini dipilih karena memiliki kelebihan dibandingkan jenis lampu lain, yaitu :
Tabel 5.5 : Karakteristik Lampu
Jenis Lampu Kelebihan Aplikasi
Fluorescent Sangat baik untuk pencahayaan berpendar, tingakt terang rendah, serta untuk ruang yang tergolong luas
Color rendition baik
Efficacy lampu baik
Lampu fluorescent memiliki umur yang panjang
Untuk pencahayang dipendar untuk area yang luas.
Incandescent Pengendalian optik yang sangat baik (berkas cahaya yang dihasilkan)
Memilii color rendition yang sangat baik
Memberikan kesan hangat dan tidak menimbulkan efek silau berlebihan
Fleksibel penggunaanya,
Untuk
pencahayaan:
Spotligh
Aksen
Sumber : Heating Cooling Lighting by Robert Leichner
Aplikasi dinding transparan untuk memasukkan cahaya sekaligus sebagai tempat untuk melihat pemandangan sekitar site adalah di area hunian. Dinding area residensial yang menghadap ke arah bukit dipasang dengan kaca. Akan tetapi, orientasi bangunan yang menghadap arah timur dan barat menimbulkan permasalahan yang cukup rumit, yaitu ketika pagi hari jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruang berlebihan. Solusinya adalah merubah desain dinding.
Gambar 5.9 : Dinding konvensional dengan jumalh cahaya yang masuk berlebihan
Sumber : analisis penulis
85
Permasalahan yang berkenaan dengan jumlah cahaya yang masuk kedalam ruang dapat diatasi dengan berbagai cara, misalnya adalah dengan penggunaan shading. Shading dinilai memiliki tingkat estetika yang tinggi karena shading saat ini memiliki banyak macamnya, dari perbedaan material yang digunakan hingga system pemasanganya. Cara lainya adalah merubah desain dinding dengan membuat semacam lipatan sebagai sarana untuk mengontrol jumlah cahaya yang masuk kedalam ruang.
Gambar 5.10: Mengontrol cahaya dengan desain dinding ruang Sumber : analisis penulis
5.2.3. Penghawaan Ruang
Sistem penghawaan yang digunakan pada fasilitas ini menggunakan kombinasi antara penghawaan alami dan buatan. Penggunaankedua sistem penghawaan ditentukan oleh kebutuhan dan kondisi ruang. Ruang yangd digunakan sebagai tempat penyimpanan dokumen, arsip medik atau koleksi buku diharuskan memiliki tingkat kelembaban udara yang rendah.
Tabel 5.6 : Analisa penghawaan ruang Kelompok Ruang Jenis Penghawaan Keterangan Kantor
Administrasi
Air Conditioning AC digunakanpada ruang kantor dikarenakan keberadaan arsip (rentan terhadap kelembaban udara, terlebih lagi site terletak di dataran tinggi) Klinik Air Conditioning Klinik harus dalam keadaan steril dan
tertutup dari lingkungan luar untuk menjaga kebersihan ruang
Edukasi Campuran Untuk ruang penyimpanan
dokumen digunakan AC untuk menjaga tingkat kelembaban udara
Untuk ruang kelas sosialisasi menggunakan penghawaan alami.
Proses pembelajaran kebanyakan dilakukan outdoor
86
Rekreasi Campuran Untuk area ruang baca
(perpustakaan) digunakan AC untuk menjaga koleks buku tetap kering
Untuk area santai menggunakan sistem cross ventilation. Meskipun ruangan terbilang besar, cross ventilation dinilai lebih dari cukup mengingat jumalh bukaan dan keberadaan bangunan di dataran tinggi
Hunian Alami (Cross
Ventilation)
Khusus untuk hunian menggunakan penghawaan alami dibantu dengan sistem insulasi sehingga ruangan tetap hangat dan nyaman Sumber : analisis penulis
5.2.4. Kenyamanan Thermal Ruang
Berkenaan dengan pencapaian kenyamanan thermal pada ruang, tidak semua ruang membutuhkan insulasi pada pelingkup ruang. Penggunaan insulasi disesuaikan pada ruang-ruang tertentu saja, yaitu :
Tabel 5.7 : Analisa kenyamanan thermal ruang Kelompok Ruang Insulasi Keterangan
Kantor Administrasi
Tidak perlu Bagian administrasi (kantor pengurus) dirasa tidak memerlukan insulasi thermal.
Hal ini dikarenakan penggunaan bangunan yang kurang dari 12 jam serta bangunan tidak digunakan sebagai area tempat tinggal Klinik Tidak Perlu Klinik tidak memerlukan insulasi karena
frekuensi penggunaan ruang yang jarang.
Selain itu, keberadaan AC akan membuat keberadaan material insulasi kurang efisien Edukasi Tidak Perlu Karena sebagian dari ruang edukasi adalah
ruang yang secara langsung menyatu dengan alam (outdoor). Sedangkan untuk aula indoor, telah dipasang AC sebagai alat untuk menstabilkan kondisi udara
Rekreasi Perlu Ruang rekreasi adalah ruang dengan frekuensi penggunaan kedua paling besar setelah area hunian. Ruang rekreasi juga merupakan ruang komunal, dimana lansia yang ada bersosialisasi di ruang ini. Untuk memaksimalkan kenyamanan penggunaan ruang, insulasi dirasakan perlu digunakan Hunian Sangat Perlu Selain frekuensi penggunaan ruang yang
sangat tinggi, area hunian adalah ruang yang tidak menggunakan AC. Kondisi lingkungan yang terletak di dataran tinggi mengharuskan ruang tinggal harus selalu dalam kondisi nyaman untuk ditinggali Sumber : analisis penulis