• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS

5.1. Uraian Umum

Metode pelaksanaan proyek konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek yaitu dapat mencapai biaya, kualitas dan waktu yang efektif dan efisien. Sehingga aspek teknologi seringkali diterapkan dalam metode pelaksanaan dan memiliki peran tersendiri dalam menunjang pencapaian sasaran proyek.

Pada saat menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan perencanaan maka diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan kata lain semua tahapan pekerjaan memiliki metode pelaksanaan yang telah disesuaikan dengan peruntukan proyek (baik proyek gedung, bendungan, jalan layang, dsb.) dan desain konsultan perencana.

Hal yang mempengaruhi metode pelaksanaan konstruksi gedung bertingkat adalah:

a. Kondisi Lokasi Proyek

b. Lingkungan Sekitar Lokasi Proyek

c. Jalur Akses ke Lokasi Proyek

(2)

d. Volume Pekerjaan

e. Ketersediaan Material dan Bahan Bangunan f. Ketersediaan Peralatan dan Alat Berat g. Ketersediaan Sumber Daya Manusia h. Tingkat Kualitas yang dibutuhkan i. Jadwal Pelaksanaan Proyek Konstruksi j. Pelaksanaan Proyek Konstruksi

5.2. Pekerjaan Persiapan

5.2.1. Survey Lokasi Proyek dan Proses IMB

Pada tahapan ini dilakukan survey terhadap lokasi proyek, baik itu akses maupun kondisi proyek. Kemudian Owner harus melakukan tahap Perizinan Melakukan Pembangunan (IMB) sesuai dengan ketentuan dari pemerintah setempat, dan setelah di Approve oleh pihak berwenang maka Owner baru boleh melakukan pembangunan yang dilanjutkan oleh tahap persiapan lainnya.

5.2.2. Site Planning

Pekerjaan Site Plane terdiri dari:

a. Pembuatan Pagar dan Papan Nama Proyek

b. Pembersihan Lokasi Proyek

(3)

c. Pembangunan Kantor dalam Lokasi Proyek

d. Pembangunan Gudang Material dan Bahan Bangunan 5.2.3. Pembuatan Shop Drawing (Gambar Kerja)

Shop drawing atau gambar kerja kontraktor merupakan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan dilapangan agar lebih mudah dan terkendali secara teknis, efisiensi waktu pelaksanaan dan juga kualitas kerja.

5.2.4. Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya

Kebutuhan sumber daya ini tidak hanya dari segi tenaga kerja, namun juga dari segi pasokan listrik dan air yang dibutuhkan oleh kontraktor selama pelaksanaan proyek konstruksi.

5.2.5. Pengadaan Material dan Bahan Bangunan

Pengadaan pasokan material yang dibutuhkan harus selalu berjalan

baik selama pelaksanaan proyek konstruksi. Dalam tahap ini

kontraktor perlu memberikan perhatian khusus dalam memasok

kebutuhan material, karena seringkali pemasokan yang tidak sesuai

(mengalami keterlambatan pengadaan atau harga material yang

tidak sesuai RAB pada kontrak) dapat mempengaruhi pelaksanaan

pekerjaan konstruksi pada tahap berikutnya.

(4)

5.2.6. Mobilisasi Demobilisasi

Mobilisasi merupakan tahapan persiapan dimana pasokan sumber daya seperti tenaga kerja, material dan alat berat dibawa ke lokasi proyek dan siap untuk digunakan. Sedangkan Demobilisasi merupakan tahapan dimana alat dan material yang tersisa harus dikeluarkan atau dibersihkan dari lokasi proyek saat pelaksanaan proyek telah mencapai 100% atau telah selesai.

5.2.7. Pengukuran Awal Pelaksanaan Proyek

Pengukuran adalah tahap awal dalam melaksanakan proyek kontruksi. Dimana dalam tahap ini kontraktor melakukan pengukuran titik-titik koordinat, yang bertujuan mencari ketepatan koordinat dan elevasi untuk struktur bangunan. Pengukuran titik- titik koordinat dilakukan dengan alat ukur Total Station dan pengukuran elevasi dilakukan dengan alat ukur Theodolite.

Sebelum pengukuran awal dimulai, biasanya konsultan sudah melakukan Soil Investigation yang dilakukan untuk mendapatkan data yang membantu perencanaan pondasi dan kekuatan tanah dasar yang menjadi dudukan bagi pondasi itu sendiri.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan persiapan adalah:

(5)

a. Melakukan koordinasi dan perijinan dalam proses persiapan yang bersangkutan dengan legalitas pelaksanaan, agar tidak mengganggu proses konstruksi.

b. Pihak yang terkait dengan tahap persiapan harus membuat urutan pelaksanaan pekerjaan dan area Pekerjaan, dengan berbagai pertimbangan sehingga diperoleh pelaksanaan kerja yang efektif dan efisien. Pertimbangan ini dilihat dari Volume Pekerjaan yang disesuaikan dengan Schedule Proyek.

c. Penentuan kebutuhan material per area Pekerjaan telah disesuaikan dengan Metode Konstruksi (seperti: pekerjaan bekesting, pembesian dan pengecoran).

d. Ketelitian dalam pekerjaan pengukuran titik koordinat lokasi, dan elevasi elemen struktur dengan menggunakan alat Total Station dan Theodolite (Seperti: pondasi, kolom, balok dan pelat struktur), karena hal ini akan mempengaruhi struktur bangunan.

5.3. Pekerjaan Struktur Atas

5.3.1 Pekerjaan Kolom Struktur

Langkah Pekerjaan Kolom Struktur dapat dilihat pada flowchart

(6)

Diagram 5.1 Tahap Pekerjaan Kolom

A. Pekerjaan Pembesian Kolom

Pekerjaan pembesian tulangan pokok kolom dilakukan di tempat terpisah. Setelah pekerjaan pembesian selesai, kemudian diangkut menggunakan Tower Crane QLCM kapasitas 1.5 ton dan Tower Crane SCM kapasitas 1.5 ton untuk dipasang pada titik koordinat kolom. Tulangan yang digunakan dalam tulangan kolom adalah :

1) Untuk tulangan pokok yang digunakan adalah tulangan D19 – D32.

2) Untuk tulangan sengkang digunakan tulangan D10.

3) Besi yang digunakan adalah besi polos BJTS 24 dengan mutu baja (fy) 240 Mpa dan Besi Ulir BJTS 40 dengan mutu baja (fy) 400 Mpa.

Pekerjaan

Pembesian Pekerjaan

Bekisting Pekerjaan

Pengecoran

(7)

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian Kolom adalah sebagai berikut:

1) Marking sepatu kolom sebagai tempat batas bekisting.

2) Pengadaan material tulangan kolom

Gambar 5.1 Pengadaan Material Tulangan

3) Baik tulangan utama, ekstra maupun sengkang dapat disesuaikan

terlebih dahulu ukurannya sebelum pemasangan. Jika panjang besi

melebihi dari gambar kerja, besi dapat dipotong dengan

menggunakan Cutting Wall seperti gambar 5.3 Dan untuk kait

tulangan sengkang atau tulangan kolom yang memerlukan

pembengkokan, maka besi dapat dibengkokkan sesuai dengan

standar pembengkokkan 45° menggunakan Bar Bender seperti

gambar 5.2

(8)

Gambar 5.2 Pemotongan Besi dengan Cutting Wall

Gambar 5.3 Pembengkokkan Besi dengan Bar Bender

4) Pemasangan tulangan dikerjakan sesuai dengan gambar kerja

dimana besi yang perlu disambung harus di overlapping sesuai

dengan perhitungan atau spesifikasi teknis.

(9)

5) Kemudian pada daerah tumpuan, sengkang dengan tulangan D10 diletakkan lebih rapat setiap jarak 100 mm sepanjang 1/4 Ld bentang kolom. Hal ini disebabkan karena adanya gaya geser yang semakin besar pada daerah tumpuan. Sedangkan di daerah lapangan, sengkang cukup diletakkan lebih renggang pada jarak kisaran 150 – 200 mm.

Gambar 5.4 Standar dan Gambar kerja Pembesian Kolom

(10)

6) Tulangan sengkang maupun tulangan ekstra diikat dengan menggunakan kawat branded guna menjaga sambungan agar tidak lepas saat pengecoran.

Gambar 5.5 Pembesian pada kolom

7) Tulangan yang selesai dirakit, dibawa ke lokasi titik koordinat kolom dengan tower crane dan ditempatkan pada posisi yang telah di marking.

8) Pasang besi kolom yang baru kedalam stek besi yang terpasang pada kolom yang telah dicor.

9) Sebelum dilakukan pemasangan bekisting tulangan kolom diberi beton decking dengan ketebalan sesuai selimut beton.

Untuk kolom, selimut beton yang digunakan setebal 40 mm.

Pemasangan beton decking difungsikan menjaga kelurusan

(11)

tulangan saat pengecoran dan menjadi area keududukan bagi selimut beton.

B. Pekerjaan Bekisting Kolom

Pekerjaan bekisitng merupakan pekerjaan pembuatan cetakan beton agar sesuai dengan bentuk dan dimensi yang telah direncanakan.

Bekisting umumnya terdiri alas perancah dan cetakan beton. Pada

TREEPARK CITY SOHO & Suite, bekisting kolom yang digunakan

adalah dengan plywood 18 mm tetapi dengan menggunakan sistem

knock down, bekisting sudah dibuat di proyek dan tie rod dan wing

nutnya tidak dipasang dengan kuat. Sebelum pengangkatan bekisting

untuk dipasang pada kolom, sebelumnya kolom akan dicek

vertikalitinya dengan theodolite setelah itu pada pelat lantai disekitar

kolom akan diberi tanda jika kolom sudah tegak lurus atau masih

miring dan perlu ditegakan secara manual. Setelah kolom vertikal

maka bagian bawah kolom akan dipasang sepatu kolom dengan cara

dilas untuk menjadi pegangan bekisting pada bagian bawah agar tidak

bergeser. Setelah itu bekisting yang telah di siapkan sebelumnya

diangkut dengan tower crane lalu dipasang pada kolom. Kemudian

bekisting dicek kembali vertikalitinya dengan bantuan tali yang

digantungkan pada paku (tali unting-unting). Bekisting dikatakan telah

(12)

vertikal (tegak) jika jarak horizontal dari tali unting-unting pada bagian

atas bekisting sama dengan jarak pada bagian bawah bekisting. Setelah

tepat vertikal push pull yang ada pada bekisting dikaitkan dengan

angkur ke pelat lantai. Sketsa bekisting kolom dapat dilihat pada

Gambar.

(13)

Gambar 5.6 Tampak Depan Bekisting Kolom

(14)

Gambar 5.7 Tampak Samping Bekisting Kolom

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Kolom adalah sebagai berikut

a. Marking kolom apakah sudah vertikal atau belum.

b. Pasang sepatu kolom sebagai batas bekisting.

c. Pengecekan tulangan utama, sengkang, sepiak apakah sudah

sesuai dengan gambar kerja.

(15)

d. Pemasangan bekisting yang telah dirakit sebelumnya dengan bantuan tower crane. Untuk beberapa titik kolom yang tidak bisa dipasangi bekisting yang telah dirakit sebelumnya, maka perlu dipasang bekisting langsung di posisi kolom tersebut (biasanya kolom tepi karena sulit).

e. Atur vertikaliti bekisting kolom.

C. Pekerjaan Pengecoran Kolom

Pengecoran kolom dilakukan apabila pekerjaan pembesian dan bekisting kolom telah selesai dikerjakan dan telah mendapat persetujuan melalui surat izin pengecoran dari konsultan pengawas.

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Kolom adalah sebagai berikut:

1) Tentukan titik pengecoran pada Shop Drawing.

2) Kemudian Supervisor atau Quality Control membuat surat izin pelaksanaan pengecoran kolom kepada konsultan pengawas.

3) Periksa kebersihan pada sambungan atau pada batas pengecoran.

4) Permukaan sambungan beton lama dengan beton baru yang akan

dicor disiram dengan menggunakan Calbond (Bahan perekat berupa

air semen).

(16)

5) Siapkan Concrete Bucket dan Concrete Pump untuk pekerjaan pengecoran.

Gambar 5.8 Persiapan Concrete Bucket

(17)

6) Beton Ready Mix dari Batching Plant PT. Adimix Precast Indonesia dengan mutu beton kolom K-500 atau setara fc’ 41,5 Mpa

Gambar 5.9 Beton Ready Mix tiba dilokasi proyek

7) Beton yang telah datang dituangkan kedalam gerobak untuk

dilakukan uji slump beton (Uji kekentalan dan kualitas beton)

(18)

Gambar 5.10 Penuangan adukan beton Ready Mix untuk Uji Slump Beton

8) Pengujian slump beton dilakukan dengan memadatkan adukan beton Ready Mix dengan menusukan tongkat berdiameter 16 mm sepanjang 60 cm sebanyak 25-30 kali secara merata pada setiap lapis adukan dan dilakukan berulang sampai tiga lapisan pada cetakan logam kerucut. Hal ini bertujuan untuk memadatkan rongga-rongga kosong pada adukan beton.

Setelah itu permukaan beton uji diratakan, dan cetakan diangkat

perlahan–lahan. Nilai slump normal berada pada 12 ± 2 cm.

(19)

Gambar 5.11 Hasil Uji Slump Beton

9) Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, beton Ready Mix dituang

kedalam concrete bucket dan ditutup serta dikunci agar tidak tumpah

kemudian diangkut dengan menggunakan tower crane.

(20)

Gambar 5.12 Pengangkutan Concrete Bucket dan Pipa Tremie

10) Pekerja yang akan melakukan pekerjaan pengecoran diharuskan terlebih dahulu memakai perlengkapan K3

11) Setelah concrete bucket tiba dilokasi pengecoran, tutupnya

dibuka dan beton dituangkan kedalam bekisting dengan

menggunakan Concrete Pump.

(21)

12) Tinggi jatuh penuangan beton disyaratkan sesuai dengan ketentuan ≤ 1,5 m. Hal ini dilakukan untuk menghidari agregat kasar terlepas dari adukan beton.

13) Proses pengecoran dilakukan setiap layer atau bertahap. Pada tahap pertama pengecoran dilakukan setinggi ± 1,5 m, dan pada tahap kedua dilakukan sesuai dengan elevasi yang telah ditentukan.

14) Padatkan beton dengan menggunakan Concrete Vibrator.

15) Kemudian pekerja membersihkan sisa beton yang tumpah.

Ketentuan dalam pengecoran dan curing beton, sebagai berikut:

1) Concrete Vibrator sedapat mungkin dimasukkan ke dalam adukan beton dengan posisi yang vertikal, tetapi dalam keadaaan khusus boleh dimiring sampai dengan ketentuan yang berlaku. Penggetaran dengan sudut yang lebih besar akan menyebabkan pemisahan agregat.

2) Concrete Vibrator dijaga agar tidak mengenai bekisting, tulangan

kolom atau bagian beton yang mulai mengeras. Untuk menghindari

hal ini posisi vibrator dibatasi maksimum 5 cm dari bekisting.

(22)

3) Concrete Vibrator dihentikan apabila adukan beton mulai kelihatan mengkilap di sekitar Concrete Vibrator tersebut dan pada umumnya dicapai setelah maksimum 30 detik getaran.

D. Pembongkaran Bekisting Kolom

Pembongkaran bekisting kolom dapat dilakukan 12 jam setelah pengecoran. Kondisi paling ekstrim pelepasan bekisting kolom adalah 8 jam setelah pengecoran. Hal ini asumsikan bahwa beton telah mengeras dan semen telah mencapai waktu ikat awal.

Pembongkaran bekisting harus mendapat ijin terlebih dahulu dari pengawas proyek atau MK. Proses pelepasan bekisting dilakukan dengan hati – hati untuk menghindari kolom dari kerusakan.

Bekisting yang telah dilepas diangkat dengan menggunakan Tower Crane dan dibersihkan bagian permukaan dalamnya serta diolesi pelumas untuk kemudian dipasang pada titik kolom selanjutnya.

Proses pembongkaran bekisting kolom merupakan tahap terakhir

dari pekerjaan kolom, berikut urutan prosesnya :

(23)

1) Kendorkan semua wing nut atau baut yang terdapat pada bekisting.

2) Kendorkan Kicker Brace dan secara bersamaan bekisting kolom akan lepas dengan sendirinya dari muka beton.

3) Bekisting kolom kemudian diangkat dan dipindahkan. Dapat dipasangkan pada titik kolom berikutnya dengan menggunan Tower Crane. Sebelumnya bekisting diberi alas muka atau bekisting dalam berupa Plywood dan diolesi oli pelumas.

E. Perawatan atau Curing Beton Kolom

12 Jam setelah pengecoran kolom bekisting boleh dilepas dan dilakukan pelaksanaan perawatan beton atau curing beton dengan menggunakan Ultrachem Curing Coumpond. Hal ini dilakukan untuk merawat beton agar tidak terlalu cepat kehilangan air atau menjaga kelembaban beton, suhu beton dan memperbaiki beton apabila terjadi keretakan.

5.3.2 Pekerjaan Balok dan Pelat Struktur

Langkah Pekerjaan Balok dan Pelat Struktur dapat dilihat pada

flowchart dibawah ini :

(24)

Diagram 5.2 Tahap Pekerjaan Balok dan Pelat

A. Pekerjaan Bekisting Balok & Pelat Lantai

Pekerjaan bekisting balok & pelat merupakan satu kesatuan, karena pekerjaannya dilaksanakan bersamaan. Pembuatan panel bekisting harus sesuai dengan yang tertera pada shopdrawing.

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Balok dan Pelat adalah sebagai berikut:

1) Lakukan pekerjaan Pengukuran dan Pengecekan. Hal ini bertujuan untuk menentukan as, elevasi dan mengatur serta memastikan kerataan kedudukan balok dan pelat yang ada pada shopdrawing.

2) Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Balok, antara lain:

a. Persiapkan bahan dan material yang akan digunakan pada pekerjaan bekisting balok. Umumnya tebal bekisting Pekerjaan

Bekisting Pekerjaan

Pembesian Pekerjaan

Pengecoran

(25)

tembereng balok lebih tebal dibandingkan dengan bekisting bottom balok. Hal ini dikarenakan adanya gaya tekan beton pada daerah tembereng bekisting yang memungkinkan terjadinya pergeseran atau kerusakan pada bekisitng tersebut. Dalam proyek ini bekisting yang digunakan untuk Tembereng adalah bekisting Plywood Polyfilm dengan ketebalan 16 mm dan untuk Bottom adalah bekisting Plywood Polyfilm dengan ketebalan 12 mm. Dan material utama lainnya seperti: balok kayu 5/7, dan 6/12.

b. Kemudian Scaffolding disusun berjajar dengan jarak masing– masing 100 cm sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

c. Atur Base Jack atau U-head Jack untuk ketinggian scaffolding balok.

d. Pada U-head dipasang balok kayu atau Girder ukuran 6/12 sejajar dengan arah Cross Brace.

e. Diatas Girder dipasang balok suri atau biasa disebut

balok kaso dengan ukuran 5/7 disetiap jarak 60 cm kearah

melintangnya.

(26)

f. Pasangkan bekisting Plywood Polyfilm 12 mm sebagai bottom balok dan Plywood Polyfilm 16 mm sebagai tembereng balok sesuai dengan dimensi balok pada Shopdrawing.

g. Kencangkan skur atau baja penahan bekisting balok dengan lockin pin.

3) Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Pelat, antara lain:

a. Persiapkan bahan dan material yang akan digunakan pada pekerjaan bekisting pelat. Umumnya tebal bekisting pelat sama dengan tebal bekisting bottom balok yaitu dengan menggunakan Plywood Polyfilm ukuran 12 mm. Dan material utama lainnya seperti: balok kayu 5/7.

b. Scaffolding disusun berjajar sama dengan scaffolding

untuk balok. Karena elevasi pelat lebih tinggi daripada

balok maka Scaffolding untuk pelat juga lebih tinggi

daripada balok dan diperlukan main frame tambahan

dengan menggunakan Joint Pin. Ketinggian scaffolding

pelat diatur oleh Base Jack dan U-head Jack.

(27)

c. Pada U-head dipasang balok kayu atau Girder ukuran 5/7 sejajar dengan arah Cross Brace.

d. Pasang slab baja diatas Grider sebagai pemikul beban beton pada pelat saat pengecoran

Gambar 5.13 Pemasangan slab baja untuk penyangga bekisting pelat e. Kemudian dipasang plywood Polyfilm ukuran 12 mm sebagai

alas pelat. Plywood dipasang serapat mungkin, sehingga tidak

(28)

terdapat rongga yang dapat menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran.

f. Semua bekisting yang telah rapat terpasang, kemudian diolesi dengan pelumas agar beton tidak menempel pada bekisting.

Hal ini dilakukan agar dapat mempermudah dalam pekerjaan pembongkaran dan menjaga bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan berikutnya.

4) Pekerjaan Pengecekan

Setelah pemasangan bekisting balok dan plat selesai, dilakukan pengecekan tinggi level pada bekisting balok dan pelat dengan menggunakan waterpass. Jika semua sudah memenuhi syarat dan telah dicheck oleh MK maka balok dan pelat sudah siap untuk pekerjaan pembesian.

B. Pekerjaan Pembesian Balok & Pelat Lantai

1) Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian Balok antara lain:

a. Pembesian balok dilakukan di lapangan.

b. Sebelum dilakukan pembesian pada titik lokasi balok,

tulangan disesuaikan ukurannya dengan desain

penulangan balok pada Shopdrawing seperti tulangan

(29)

utama dengan panjang 12 m, daerah tumpuan atau daerah

lapangan dengan panjang tulangan yang berbeda harus

disesuaikan berdasarkan kebutuhan perencanaan dengan

dipotong menggunakan Bar Cutter, dan tulangan kait

ataupun sengkang yang harus terlebih dahulu dipabrikasi

dengan menggunakan Bar Bender untuk membentuk

bengkokan 45° dapat dilihat pada gambar 5.16.a. dan

detail angker tulangan balok dapat dilihat pada gambar

5.16.b.

(30)

Gambar 5.14 Gambar kerja Pembengkokan Angker

c. Tulangan balok yang telah dipabrikasi kemudian diangkat lalu diletakkan di atas bekisting balok yang telah disediakan.

d. Ujung besi balok masuk sepanjang 40D ke kolom atau

minimal ≥ 25D. Masuknya stek besi ini dilakukan apabila

tulang pada balok yang satu berbeda dengan balok

sepanjang as selanjutnya. Dengan catatan lebar kolom

25D≤ x ≥ 40D.

(31)

Gambar 5.15 Standar dan Gambar Kerja Penulangan

Balok dan Jarak Pejangkaran Sambungan Tulangan

(32)

e. Setelah pembesian selesai di rakit, pasang beton decking untuk selimut beton dengan tebal 40 mm pada alas dan sisi samping balok lalu diikat dengan menggunakan kawat branded.

f. Berdasarkan analisis bidang momen suatu struktur, pembesian harus memperhatikan kedudukannya.

Kedudukan pembesian akan mempengaruhi kinerja dari struktur tersebut. Umumnya kedua ujung balok yang mengikat pada kolom atau biasa disebut daerah tumpuan (1/4L bentang arah kiri dan 1/4L bentang arah kanan) akan mengalami momen negatif pada serat atas balok.

Hal ini dikarenakan adanya gaya tarik pada serat atas balok dari beban yang bekerja ditengah bentang sehingga menyebabkan serat bawah pada daerah tumpuan tertekan.

Jumlah tulangan, diameter dan jarak sengkang pada daerah ini perlu diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan kekuatan struktur. Sedangkan pada tengah bentang balok atau biasa disebut daerah lapangan (1/2L bentang balok) akan mengalami momen positif pada serat bawah balok.

Hal ini dikarenakan adanya gaya tarik pada serat bawah

(33)

balok dari beban yang bekerja ditengah bentang sehingga menyebabkan serat atas pada daerah tumpuan tertekan.

Namun pada daerah ini sengkang yang digunakan

berjarak lebih renggang dibanding dengan sengkang yang

akan digunakan untuk daerah tumpuan.

(34)
(35)

2) Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian Plat antara lain:

a) Setelah perakitan besi balok selesai, pembesian pelat dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah siap. Besi tulangan diangkat dari gudang pengadaan dengan menggunakan tower crane.

Gambar 5.17 Penyediaan Tulangan Wire – Mesh b) Pasangkan tulangan wire mesh tipe 6 dengan diameter

8mm yang sudah tersusun dari 2 lapis tulangan.

Kemudian pasang beton decking untuk selimut beton

dengan tebal 20 mm. Tulangan wire mesh masuk

(36)

sepanjang 1/2 kotak atau setara 7,5 cm kedalam tulangan balok sesuai dengan standar angker pelat. 1 kotak wire mesh berukuran 15 cm x 15 cm. Sedangkan dimensi wire mesh pada umumnya 5,4 m x 2,1 m. Jika wire mesh perlu disambung, maka wire mesh tambahan masuk 1 1/2 kotak pada wire mesh sebelumnya.

c)

Penyusunan wire mesh perlu memperhatikan bentang pelat yang akan diduduki karena dapat mempengaruhi getaran padabentang terpendek, sebaliknya tulangan atas wire mesh memanjang kearah bentang terpanjang.

d) Untuk mendapatkan jarak tertentu antara tulangan bawah dan atas dipasang kaki ayam atau tulangan penyangga.

Gambar 5.18 Kaki Ayam atau Tulangan Penyangga

(37)

Gambar 5.19 Keadaan Lapangan Kaki Ayam pada Tulangan Pelat

e) Lakukan hal sebaliknya pada wire mesh untuk lapisan

paling atas pelat atau yang berada diatas tulangan

penyangga.

(38)

Gambar 5.20 Pembesian Pelat Lantai 3) Pekerjaan Pengecekan

Setelah pekerjaan pembesian balok dan pelat dianggap selesai, kemudian diadakan pekerjaan checklist oleh pengawas atau inspektor konstruksi. Adapun hal yang diperiksa untuk pembesian sebagai berikut :

a) Jumlah tulangan utama.

b) Diamater tulangan.

(39)

c) Jarak antar tulangan.

d) Jumlah dan jarak tulangan sengkang.

e) Jumlah dan jarak tulangan ekstra.

f) Lokasi plumbing seperti Gutter.

g) Penempatan Beton Decking.

h) Kebersihannya lokasi.

Pengecekan dilakukan untuk mencocokan kondisi lapangan dengan shopdrawing sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran. Kelalaian dalam pekerjaan pembesian tidak bisa diperbaiki apabila sudah terlanjur dilakukan pengecoran.

Kelalaian ini dapat berupa kesalahan penempatan jarak antar tulangan, diameter yang tidak sesuai dengan Shopdrawing sehingga dapat menyebabkan kegagalan struktur.

C. Pekerjaan Pengecoran Balok dan Pelat

Pengecoran balok dan pelat dilakukan apabila pekerjaan bekisting dan pembesian balok dan pelat telah selesai dikerjakan dan telah

mendapat persetujuan melalui surat izin pengecoran dari

(40)

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Balok dan Pelat adalah sebagai berikut:

1) Supervisor atau Quality Control membuat surat izin pelaksanaan pengecoran balok dan pelat kepada konsultan pengawas.

2) Periksa kebersihan lokasi balok dan pelat sebelum pengecoran.

3) Permukaan sambungan beton lama dengan beton baru yang akan dicor disiram dengan menggunakan Calbond (Bahan perekat berupa air semen).

4) Siapkan Concrete Bucket dan Concrete Pump untuk pekerjaan pengecoran.

5) Beton Ready Mix dari Batching Plant PT. Adimix Precast Indonesia dan PT. SGG Prima Beton dengan mutu beton balok dan pelat K-400 atau setara fc’ 33,2 Mpa.

6) Beton yang telah datang dituangkan kedalam gerobak

untuk dilakukan uji slump beton (Uji kekentalan dan

kualitas beton). Lakukan uji slump dengan hasil nilai

slump 12 ± 2cm.

(41)

7) Jika diperlukan pada pelat khusus, beton diberikan bahan Intregral Waterproofing. Bahan ini digunakan pada struktur yang mengharuskan struktur tersebut kedap terhadap air. Lakukan kembali uji slump dengan nilai slump 16 ± 2cm.

8) Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, beton Ready Mix dituang kedalam concrete bucket dan ditutup serta dikunci agar tidak tumpah kemudian diangkut dengan menggunakan tower crane.

9) Pekerja yang akan melakukan pekerjaan pengecoran diharuskan terlebih dahulu memakai perlengkapan K3.

10) Setelah concrete bucket tiba dilokasi pengecoran, tutupnya dibuka dan beton dituangkan kedalam bekisting dengan menggunakan Concrete Pump.

11) Tinggi jatuh penuangan beton disyaratkan sesuai dengan ketentuan ≤ 1,5 m. Hal ini dilakukan untuk menghidari agregat kasar terlepas dari adukan beton.

12) Padatkan beton dengan menggunakan Concrete Vibrator.

(42)

D. Pembongkaran Bekisting

Pembongkaran bekisting balok dan pelat dilakukan 14 hari setelah pengecoran. Hal ini didasarkan pada nilai kuat tekan beton yang mampu terbebani pada umur 14 hari dan interpolasi kuat tekan beton pada umur beton 28 hari.

E. Perawatan atau Curing Beton Balok dan Pelat

Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar

mutu beton tetap baik dilakukan perawatan beton. Perawatan

dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi permukaan

beton dengan bahan Compound yang dilakukan minimal 1 kali

dalam seminggu

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka menempatkan program akreditasi sebagai bagian dari upaya sekolah/madrasah untuk meningkatkan mutunya secara berkelanjutan, maka sistem akreditasi

Hasil menunjukkan indeks vigor setelah perendaman dalam etanol selama 30 menit memiliki korelasi yang erat dengan daya berkecambah benih setelah disimpan selama enam bulan

 PT PJB UP Muara Karang tidak bertanggung jawab atas segala tuntutan yang timbul akibat: a) Kerusakan atau kehilangan peralatan dan perlengkapan yang dimiliki oleh penyedia jasa

Arbitrase adalah cara penyelasaian sengketa perdata yang bersifat diluar pengadilan umum yang didasarkan pada kontrak arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh

Menurut (Dwidjoeputro, 1997:33)Salah satu faktor penting dalam menunjang pembelajaran biologi adalah lingkungan, karena lingkungan merupakan sebagai kesatuan ekosistem

Perairan laut Desa Warwut Kabupaten Maluku Tenggara merupakan salah satu perairan laut yang dijadikan sebagai tempat penagkapan kepiting bakau ( S. Serrata ) dalam

Sebelum membahas sistim pembangkit listrik tenaga surya, pertama-tama akan dijelaskan secara singkat komponen penting dalam sistim ini yang berfungsi sebagai perubah energi