PANDUAN PENYUSUNAN
STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)
Edisi Cetakan ke-5 (Revisi) Jakarta, Tahun 2014
Tim Penyusun Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
Ilustrasi Sampul Sketsa Ikon Perkotaan: Kota Jakarta (Monas); Kota Semarang (Tugu Monas); Kota Balikpapan (Bandara Sepinggan)(Sumber: Sketsa Ilustrasi Tim Subdit. Pengembangan Permukiman Baru), Tahun 2014
Edisi Cetakan ke-4 (Revisi) Jakarta, Tahun 2013
Tim Penyusun Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
Ilustrasi Sampul Konsep Pengembangan Kawasan Tamansari dan Kawasan Cigondewah, Kota Bandung (Sumber: Dokumen SPPIP Kota Bandung), Tahun 2010 Edisi Cetakan ke-3 (Revisi)
Jakarta, Tahun 2012
Tim Penyusun Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
Ilustrasi Sampul Konsep Pengembangan Kawasan Tamansari dan Kawasan Cigondewah, Kota Bandung (Sumber: Dokumen SPPIP Kota Bandung), Tahun 2010 Edisi Cetakan ke-2
Jakarta, Tahun 2011
Tim Penyusun Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
Edisi Cetakan ke-1 Jakarta, Tahun 2010
Tim Penyusun Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
i
Kata Pengantar
i
Kata Pengantar
Salam Sejahtera,
Sejalan dengan meningkatnya pembangunan perkotaan di berbagai wilayah di Indonesia, kebutuhan akan kawasan permukiman yang aman, nyaman, layak huni, dan berkelanjutan menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari. Pemenuhan kebutuhan ini harus sejalan dan sinergi dengan perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang telah disusun. Berkenaan dengan hal ini, diperlukan suatu strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang dapat memberikan payung bagi penyelenggaraan pembangunan di daerah, melalui Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan turunan operasionalnya yang berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP).
Dalam penyelenggaraan pembangunan, SPPIP dan RPKPP ini merupakan instrumen penting untuk menjamin terwujudnya pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang serasi dan sinergi dengan sektor pembangunan lainnya, baik dari sisi pentahapan maupun alokasi ruangnya. Dengan adanya instrumen ini, penyelenggaraan program dan kegiatan invenstasi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dapat berjalan efektif dan efisien. Untuk dapat mewujudkan harapan tersebut, sejak tahun 2010, Pemerintah melalui Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum telah melakukan fasilitasi pendampingan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan penyusunan SPPIP dan RPKPP tersebut. Sebagai upaya untuk menciptakan kemandirian kepada pemerintah kabupaten/kota, pada tahun 2014, fasilitasi pendampingan hanya diberikan untuk proses penyusunan SPPIP, sedangkan penyusunan RPKPP sepenuhnya diserahkan kepada daerah. Agar penyelenggaraan penyusunan SPPIP dan RPKPP tersebut, baik yang dilakukan secara mandiri oleh pemerintah kabupaten/kota maupun dengan fasilitasi Pemerintah, dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan penguatan pengetahunan penyusun dan pihak yang terlibat dalam penyusunan SPPIP dan RPKPP mulai dari pemahaman hingga pada proses penyusunannya yang diakomodir dalam panduan ini.
ii
Secara garis besar, panduan ini terdiri atas dua bagian besar, yaitu pemahaman SPPIP dan RPKPP, serta prosedur pelaksanaan kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP. Panduan ini selain memberikan arahan bagi pelaksanaan kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP, namun juga dapat menjadi materi untuk pelatihan dan sosialisasi dalam penyusunan SPPIP dan RPKPP. Akhir kata semoga Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini dapat bermanfaat sebagai panduan dalam kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP.
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
iv
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR SINGKATAN ... .x
PETUNJUK PENGGUNAAN PANDUAN ... xi
BAGIAN 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 LATAR BELAKANG ... 1
1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN ... 5
1.2.1 Maksud ... 5
1.2.2 Tujuan ... 5
1.2.3 Sasaran ... 5
1.3 MANFAAT PANDUAN ... 5
1.4 SISTEMATIKA PANDUAN ... 6
BAGIAN 2 PEMAHAMAN DASAR PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAN KEBUTUHAN PENYELESAIANNYA MELALUI SPPIP DAN RPKPP ... 8
2.1 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN KEBUTUHAN PENANGANANNYA ... 9
2.2 PENANGANAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN MELALUI SPPIP DAN RPKPP ... 12
2.3 SPPIP DAN RPKPP DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN ... 14
v
2.3.1 Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP ... 14
2.3.2 Kedudukan SPPIP dan RPKPP Dalam Kerangka Pengembangan Kabupaten/Kota ... 17
2.3.3 Peninjauan Kembali Dokumen SPPIP ... 23
2.3.4 Pemangku Kepentingan SPPIP dan RPKPP ... 23
2.3.5 Legalisasi SPPIP dan RPKPP ... 26
BAGIAN 3 KEGIATAN PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) ... 28
3.1 RUANG LINGKUP PENYUSUNAN SPPIP ... 29
3.1.1 Lingkup Kegiatan Penyusunan SPPIP ... 29
3.1.2 Lingkup Wilayah Penyusunan SPPIP ... 32
3.1.3 Kedalaman Substansi SPPIP ... 34
3.2 KELUARAN YANG DIHASILKAN ... 36
3.3 PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN SPPIP ... 43
BAGIAN 4 KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) ... 92
4.1 RUANG LINGKUP PENYUSUNAN RPKPP ... 93
4.1.1 Lingkup Kegiatan Penyusunan RPKPP ... 93
4.1.2 Lingkup Wilayah Penyusunan RPKPP ... 96
4.1.3 Kedalaman Substansi RPKPP ... 97
4.2 KELUARAN YANG DIHASILKAN ... 101
4.3 PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN RPKPP ... 106
GLOSSARY ... xiii
DAFTAR PUSTAKA ... xxii
ANNEX ... xxiv
vi
Daftar Tabel
Tabel 2-1 Rincian Perbedaan Antara SPPIP, dan RPKPP Dalam Kerangka Pembangunan Wilayah Perkotaan ... 21 Tabel 2-2 Peran dan Bentuk Keterlibatan Masing-Masing Pihak Dalam
Kegiatan Penyusunan SPPIP dan RPKPP ... 24 Tabel 3-1 Keterkaitan Lingkup Kegiatan Dengan Capaian dalam Kegiatan
Penyusunan SPPIP ... 29 Tabel 3-2 Contoh Tabel Isian Strategi dan Program Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) ... 38 Tabel 3-3 Contoh Tabel Potensi dan Permasalahan ... 54 Tabel 3-4 Contoh Tabel Tujuan dan Kebijakan Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan ... 59 Tabel 3-5 Contoh Tabel Tujuan, Kebijakan dan Strategi ... 72 Tabel 4-1 Keterkaitan Lingkup Kegiatan Dengan Capaian dalam Kegiatan
Penyusunan RPKPP ... 90 Tabel 4-2 Contoh Rencana Aksi Program Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan Pada Kawasan Prioritas ... 96 Tabel 4-3 Contoh Rencana Program Penanganan Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Pada Kawasan Pengembangan Tahap 1... 97 Tabel 4-4 Contoh Tabel Inventarisasi Potensi, Permasalahan, Tantangan,
Hambatan ... 113 Tabel 4-5 Contoh Tabel Kebutuhan Penanganan Kawasan ... 117 Tabel 4-6 Contoh Kriteria dan Indikator Penentuan Kawasan
Pembangunan Tahap 1 ... 133
vii
Daftar Gambar
Gambar 2-1 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan Kabupaten/Kota ... 11 Gambar 2-2 Diagram Keterkaitan Arah Pengembangan dan Pembangunan
Kabupaten/Kota, SPPIP, dan RPKPP Dalam Kerangka Pembangunan Perkotaan ... 13 Gambar 2-3 Diagram Keterkaitan SPPIP dan RPKPP ... 16 Gambar 2-4 Keterkaitan SPPIP dan RPKPP Dalam Kerangka Kebijakan
Pembangunan Kabupaten/Kota ... 19 Gambar 2-5 Ilustrasi Keterkaitan SPPIP, RPKPP dan RPIJM Bidang
Permukiman ... 20 Gambar 2-6 Contoh Keterkaitan Substansi SPPIP, RPKPP dan RPIJM
Bidang Permukiman ... 20 Gambar 2-7 Keterkaitan SPPIP dan RPKPP Dalam Kerangka Kebijakan
Pembangunan Kabupaten/Kota Dari Sisi Waktu ... 22 Gambar 2-8 Peninjauan Kembali Dokumen SPPIP ... 23 Gambar 2-9 Keterkaitan Semua Pihak yang Terlibat Dalam Proses
Penyusunan SPPIP/RPKPP ... 26 Gambar 3-1 Ilustrasi Lingkup Wilayah Penyusunan SPPIP Untuk Wilayah
Adaministrasi Kota (atas) dan Untuk Wilayah Administrasi Kabupaten (bawah) ... 33 Gambar 3-2 Dasar Pertimbangan Perumusan Strategi Dalam SPPIP ... 35 Gambar 3-3 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) ... 41 Gambar 3-4 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Lingkup Persiapan ... 43
viii
Gambar 3-5 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Lingkup Identifikasi Potensi dan Permasalahan ... 49 Gambar 3-6 Contoh Peta Pemetaan Potensi dan Permasalahan
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan ... 55 Gambar 3-7 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Lingkup Perumusan Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan ... 56 Gambar 3-8 Contoh Peta Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas ... 67 Gambar 3-9 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Lingkup Perumusan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan ... 69 Gambar 3-10 Contoh Pemetaan Strategi dan Program Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan ... 82 Gambar 3-11 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Finalisasi dan Sosialisasi ... 85 Gambar 4-1 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan
Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ... 101 Gambar 4-2 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan
Persiapan ... 103 Gambar 4-3 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan
Identifikasi Potensi dan Permasalahan ... 108 Gambar 4-4 Contoh Peta Permasalahan Pembangunan Permukiman ... 114 Gambar 4-5 Contoh Peta Permasalahan Pembangunan Infrastruktur
Permukiman Perkotaan ... 114 Gambar 4-6 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan
Perumusan Rencana Aksi Program ... 115 Gambar 4-7 Contoh Peta Penanganan Kawasan Permukiman Prioritas... 118
ix Gambar 4-8 Contoh Peta Konsep Pembangunan Kawasan Permukiman
Prioritas ... 122 Gambar 4-9 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan
Perumusan Rencana Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap 1 ... 131 Gambar 4-10 Contoh Konsep Penanganan Tahap 1 ... 137 Gambar 4-11 Contoh Rencana Detail Desain ... 144 Gambar 4-12 Contoh Ilustrasi 3D Rencana Penanganan Kawasan
Pembangunan Tahap 1 ... 145 Gambar 4-13 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan
Finalisasi dan Sosialisasi ... 148
x
Daftar Singkatan
1. APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2. CAP : Community Action Plan
3. CK : Cipta Karya
4. CPA : Community based Participatory Approach 5. DED : Detailed Engineering Design
6. DJCK : Direktorat Jenderal Cipta Karya 7. DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 8. FGD : Focus Group Discusion
9. LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat 10. NGO : Non-Governmental Organization 11. PKP : Pengembangan Kawasan Permukiman 12. Pokjanis : Kelompok Kerja Teknis
13. PPIP : Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan 14. PU : Pekerjaan Umum
15. Randal : Perencanaan dan Pengendalian
16. RP3KP : Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman
17. RPIJM : Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah 18. RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
19. RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang
20. RPKPP : Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas 21. RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
22. Satker : Satuan Kerja
23. SPK : Strategi Pengembangan Kota 24. SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja
25. SPPIP : Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan 26. TOR/KAK : Term of Reference / Kerangka Acuan Kerja
xi
Petunjuk
Penggunaan Panduan
Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) meliputi 4 (empat) bagian besar yang saling terkait, yaitu: (1) pendahuluan, (2) pemahaman dasar permasalahan pembangunan dan kebutuhan penyelesaiannya melalui SPPIP dan RPKPP, (3) kegiatan penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), dan (4) kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). Untuk memudahkan pemahaman keempat bagian panduan tersebut, maka dimohon memperhatikan beberapa hal berikut :
Keempat bagian dalam Panduan Teknis Pelaksanaan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini merupakan bagian yang saling terkait satu sama lain, namun dapat digunakan secara terpisah maupun bersamaan sesuai dengan kebutuhan yang ada;
Bagian 1 memuat mengenai latar belakang penyusunan panduan; maksud, tujuan, dan sasaran penyusunan panduan; manfaat panduan; dan sistematika panduan yang membantu memberikan gambaran ringkas dari keseluruhan panduan;
Bagian 2 memuat mengenai pemahaman dasar atas kondisi perencanaan di Indonesia serta kebutuhannya akan SPPIP dan RPKPP.
Bagian 3 memuat tentang teknis penyelenggaraan kegiatan dan penyusunan SPPIP;
Bagian 4 memuat tentang teknis penyelenggaraan kegiatan dan penyusunan RPKPP;
xii
Sistematika Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan
Permukiman Prioritas (RPKPP)
Secara diagramatis petunjuk penggunaan Panduan Teknis Pelaksanaan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan SPPIP dan RPKPP dapat dilihat pada Gambar berikut.
PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN SPPIP DAN RPKPP
PERSIAPAN PELAKSANAAN
KEGIATAN PERSIAPAN PENYUSUNAN
SPPIP DAN RPKPP PENYUSUNAN
SPPIP PENYUSUNAN RPKPP PERSIAPAN PELAKSANAAN
KEGIATAN PENYUSUNAN SPPIP DAN RPKPP
BAGIAN 1 ` Pendahuluan
BAGIAN 2 Pemahaman Dasar Persoalan Pembangunan dan Kebutuhan Penyelesaian Melalui SPPIP dan RPKPP
BAGIAN 3` Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
BAGIAN 4 Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman
Prioritas (RPKPP)
0 Pendahuluan
01
Pendahuluan
1 Pendahuluan
01 Pendahuluan
1.1 LATAR BELAKANG
Kawasan perkotaan dan perkembangannya adalah sesuatu yang tidak terpisahkan satu sama lain. Kawasan perkotaan dengan kompleksitas kegiatannya ini akan terus berkembang dari waktu ke waktu dan meliputi semua bidang pembangunan. Adanya perkembangan di kawasan perkotaan ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berdomisili dan melakukan aktivitas ekonominya di kawasan perkotaan tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadinya migrasi yang menambah beban kawasan perkotaan baik dari sisi ruang maupun intensitas aktivitas.
Meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas aktivitas pada kawasan perkotaan ini perlu untuk disikapi dan diantisipasi lebih awal oleh pemerintah daerah terkait. Hal ini perlu dilakukan mengingat fenomena tersebut dapat membangkitkan banyak permasalahan perkotaan terutama yang terkait dengan ketersediaan dukungan permukiman dan infrastruktur pemukiman perkotaan. Pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang kurang atau belum mengantisipasi dan mengakomodir perkembangan kawasan perkotaan akan menimbulkan permasalahan antara lain: (a) tidak meratanya penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan, dan (b) tidak tersedianya lingkungan permukiman yang layak, tidak terkendalinya pembangunan permukiman pada daerah-daerah non-permukiman, dan (d) terjadinya permukiman kumuh.
2 Pendahuluan
Di Indonesia, permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan serta pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan ditangani dan diantisipasi melalui 2 (dua) bentuk perencanaan, yaitu: (1) perencanaan pembangunan yang memberikan arahan pencapaian tujuan pembangunan sektoral dan (2) penyelenggaraan penataan ruang yang memberikan arah pembangunan keruangan. Kedua bentuk perencanaan tersebut diwadahi dalam 2 (dua) dokumen, yaitu: (1) dokumen rencana pembangunan (Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)/Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)) dan (2) dokumen rencana tata ruang (Rencana Umum Tata Ruang dan Rencana Detail Tata Ruang).
Dalam upaya untuk menangani permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, beserta permasalahan pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan, kedua bentuk perencanaan ini perlu saling sinergi dan terpadu satu sama lain. Dalam pelaksanaannya, kondisi ini seringkali belum dapat dilakukan, karena adanya beberapa permasalahan sebagai berikut:
Belum adanya acuan yang jelas dan selaras untuk mengarahkan pengembangan kabupaten/kota yang selanjutnya menjadi acuan bagi keberadaan strategi yang terkait dengan pengembangan dan pembangunan kawasan perkotaan, termasuk dalam hal pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.
Dalam hal pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, kondisi ini dapat dilihat dari arah kebijakan di dalam dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang ada. Kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dalam dokumen perencanaan pembangunan yang tertuang dalam arahan pembangunan wilayah dan tata ruang seringkali belum dirumuskan secara khusus. Hal ini berakibat pada timbulnya kesulitan dalam menerjemahkan kebijakan perencanaan pembangunan ke dalam kebijakan tata ruang untuk pengembangan permukiman yang terdapat dalam dokumen rencana tata ruang. Selain itu rencana
3 Pendahuluan pengembangan kawasan permukiman dalam dokumen rencana tata ruang lebih didasarkan pada rencana struktur ruang dibandingkan dengan arahan pembangunan makro yang terdapat dalam dokumen rencana pembangunan.
Arah pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan belum didasarkan pada kebutuhan kabupaten/kota dan masih bersifat sektoral. Pengembangan kabupaten/kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang ada selama ini seringkali berorientasi pada penyelesaian permasalahan dalam jangka pendek, tidak melihat keberlanjutan penanganan, serta belum mempertimbangkan keterkaitan antarsektor. Hal ini menyebabkan bentuk-bentuk strategi dan program pengembangan serta pembangunan bersifat sektoral dan parsial. Bentuk-bentuk penanganan ini menyebabkan arahan pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota lebih didasarkan pada ketersediaan program-program yang ada dan tidak berdasarkan pada kebutuhan kabupaten/kota secara keseluruhan.
Strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dan strategi pengembangan kabupaten/kota seringkali belum terpadu. Kondisi tersebut merupakan fenomena umum yang juga terjadi pada bidang pembangunan lainnya. Hal ini disebabkan oleh: (1) strategi pembangunan skala kabupaten/kota yang ada tidak memberikan acuan yang jelas, dan (2) strategi pembangunan sektoral yang disusun tidak atau belum mengacu kepada strategi pembangunan dalam skala kabupaten/kota. Terkait dengan hal tersebut, arahan pengembangan dan pembangunan seringkali disusun dalam tataran makro yang bersifat filosofis dan normatif, sehingga menyulitkan untuk dijabarkan dalam strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan atau strategi sektoral lainnya yang implementatif dan operasional. Sebaliknya, strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, serta strategi sektoral lainnya seringkali disusun sebagai suatu strategi yang terpisah dan belum mengacu pada kebijakan yang lebih tinggi.
Mempertimbangkan permasalahan yang muncul tersebut, maka suatu kabupaten/kota sudah selayaknya memiliki strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kabupaten/kota, serta dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program- program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.
Kebutuhan akan acuan yang jelas ini sejalan dengan amanat dari Undang-undang (UU) No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman pada Pasal 15 huruf c yang menyatakan bahwa pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan mempunyai tugas untuk menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Dalam penyusunan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman tersebut diperlukan adanya strategi operasional untuk perwujudan rencana tersebut. Terkait
4 Pendahuluan
dengan hal ini, strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang dimaksud diwadahi di dalam Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP). Dalam penyelenggaraan SPPIP ini, pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, memiliki tugas pembinaan terhadap kabupaten/kota penyusun.
SPPIP ini diturunkan dalam suatu rencana operasional berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dimana keduanya disusun dengan tetap mengacu pada strategi pengembangan kabupaten/kota yang telah ada.
Dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan keduanya menjadi suatu yang penting dan dapat menjadi langkah awal dalam mendukung terjadinya integrasi antara perencanaan pembangunan dan penataan ruang.
Dalam kerangka kebijakan pengembangan kabupaten/kota, SPPIP dan RPKPP ini bukan merupakan insiasi untuk menyusun suatu kebijakan baru. SPPIP dan RPKPP merupakan bentuk sinkronisasi dan kesepakatan dalam prosesnya, karena SPPIP merupakan kebijakan makro yang bersifat strategis yang diarahkan untuk menjadi acuan kebijakan bagi pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, sedangkan RPKPP merupakan penjabaran SPPIP ke dalam rencana aksi yang operasional dan mendapat legitimasi dari pemangku kepentingan. Dalam lingkup pengembangan kabupaten/kota, SPPIP dan RPKPP ini merupakan instrumen kebijakan yang menjadi salah satu acuan penyelenggaraan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan di tingkat kabupaten/kota dan menjadi rujukan bagi semua pihak.
Terkait dengan karakteristik tersebut, terdapat hal-hal spesifik yang membutuhkan kesamaan atau keseragaman proses dan hasil, sehingga capaian yang diharapkan dari SPPIP dan RPKPP dapat dipenuhi oleh setiap pemerintah kabupaten/kota bersangkutan. Hal-hal yang spesifik yang perlu untuk diseragamkan dalam proses penyusunan SPPIP dan RPKPP tersebut menuntut adanya panduan sebagai acuan untuk mencapai hasil sesuai baku mutu yang telah ditetapkan. Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini diharapkan mampu berfungsi sebagai rujukan teknis dalam penyusunan SPPIP dan RPKPP sekaligus memberikan pemahaman dan keseragaman terhadap proses, kedalaman informasi, pengelompokkan materi, serta output produk dari penyusunannya.
5 Pendahuluan
1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN
1.2.1 Maksud
Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) disusun dengan maksud untuk memberikan panduan teknis bagi pemangku kepentingan dalam penyusunan SPPIP dan RPKPP.
1.2.2 Tujuan
Dengan memperhatikan maksud penulisan Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), maka keberadaan panduan ini bertujuan:
memberikan pemahaman dasar mengenai SPPIP dan RPKPP;
memberikan acuan teknis mengenai penyelenggaraan penyusunan SPPIP dan RPKPP; dan
memberikan acuan teknis baku mutu dari produk SPPIP dan RPKPP yang dihasilkan.
1.2.3 Sasaran
Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) memiliki sasaran:
tersedianya landasan memahami konsepsi penyusunan SPPIP dan RPKPP;
tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan penyusunan SPPIP dan RPKPP;
dan
tercapainya standar baku mutu dari produk SPPIP dan RPKPP yang dihasilkan.
1.3 MANFAAT PANDUAN
Keberadaan Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
6 Pendahuluan
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai acuan dalam rangka melaksanakan tugas pembinaan melalui fasilitasi kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan/atau Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP);
Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Tim Teknis Provinsi sebagai acuan dalam mengarahkan dan melakukan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan proses dan pencapaian hasil dari SPPIP dan RPKPP yang disusun;
Tim Pokjanis kabupaten/kota sebagai acuan dalam merumuskan SPPIP dan RPKPP, baik dalam proses penyusunan maupun keluaran dari kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP; dan
Tim ahli pendamping sebagai acuan dalam memberikan pendampingan pada anggota Pokjanis dan mengarahkan pada proses pelaksanaan kegiatan yang seharusnya.
1.4 SISTEMATIKA PANDUAN
Untuk memudahkan dalam memahami substansi di dalam Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), maka panduan ini dibagi ke dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
BAGIAN I PENDAHULUAN
Bagian ini menjelaskan mengenai maksud, sasaran dan tujuan serta manfaat dari Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP).
BAGIAN II PEMAHAMAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Bagian ini menjelaskan mengenai permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan beserta kebutuhan penanganannya melalui SPPIP dan RPKPP, serta prinsip dan filosofi dasar penyusunan SPPIP dan RPKPP.
BAGIAN III KEGIATAN PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) Bagian ini menjelaskan mengenai rangkaian kegiatan dalam proses Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
7 Pendahuluan Perkotaan (SPPIP) kabupaten/kota yang diperinci ke dalam tiap kegiatan dan sub kegiatan. Dalam bab ini tiap kegiatan dijelaskan mengenai teknis pelaksanaannya mulai dari deskripsi, sasaran, langkah, metoda, waktu, durasi, dan outputnya.
BAGIAN IV KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)
Bagian ini menjelaskan mengenai rangkaian kegiatan dalam proses Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) yang diperinci ke dalam tiap kegiatan dan sub kegiatan. Dalam bab ini tiap kegiatan dijelaskan mengenai teknis pelaksanaannya mulai dari deskripsi, sasaran, langkah, metoda, waktu, durasi, dan outputnya.
8
Pemahaman Dasar
Pemahaman Dasar 02
Permasalahan Pembangunan dan Kebutuhan Penyelesaian Melalui
SPPIP & RPKPP
9
Pemahaman Dasar
02 Pemahaman Dasar
Permasalahan Pembangunan & Kebutuhan Penyelesaian Melalui SPPIP & RPKPP
2.1 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN KEBUTUHAN PENANGANANNYA
Banyak permasalahan perkotaan yang bermula dari permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, seperti tidak meratanya penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan, ketidaktersediaan lingkungan permukiman yang layak, dan sebagainya yang belum tertangani secara optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut:
tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan belum didasarkan pada kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai,tepat, berskala kabupaten/kota, dan berbasis kawasan;
penyusunan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan sering bersifat sesaat, responsif terhadap permasalahan yang ada, serta berorientasi pada ketersediaan sumberdaya yang ada sehingga kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan bersifat parsial dan tidak komprehensif, serta tidak terpadu dengan kebutuhan arah pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota;
pembangunan komponen-komponen permukiman seringkali tidak terselenggara secara terpadu dan berkelanjutan;
belumterdapatnya strategi khusus pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang terintegrasi dengan penataan ruang dan perencanaan pembangunan secara keseluruhan; dan
10
Pemahaman Dasar
terdapattumpang tindih kebijakan, strategi, program, dan kegiatan penanganan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada tingkat operasional (kabupaten/kota).
Berdasarkan permasalahan pembangunan yang ada tersebut, diperlukan beberapa pertimbangan, yaitu:
bahwa dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan memerlukan adanya arahan yang jelas dan selaras dengan arah pengembangan kabupaten/kota;
bahwa dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan diperlukan arahan yang didasarkan pada kebutuhan kabupaten/kota dan berbasis kawasan;
bahwa pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan perlu diselenggarakan secara terpadu dan berkelanjutan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan
bahwa dalam pengembangan kabupaten/kota dan kawasan perkotaan terdapat kebutuhan untuk merumuskan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang mampu mendukung dan mengintegrasikan seluruh strategi sektoral yang terkait.
Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka suatu kabupaten/kota sudah seharusnya memiliki arahan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang jelas dan komprehensif yang mempertimbangkan semua aspek pembangunan baik fisik, sosial, ekonomi, investasi, pembiayaan, kelembagaan, maupun partisipasi publik. Selain itu, arahan kebijakan dan strategi yang dimaksud sebaiknya dapat menjadi acuan bagi penerapan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang ada.
Terkait dengan hal ini, program-program yang diselenggarakan mengacu pada kebutuhan untuk menjawab strategi yang telah dirumuskan dan skala prioritasnya.Selain itu, program yang dikembangkan dapat mendukung terwujudnya tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang diharapkan dari penerapan strategi tersebut (Gambar 2.1).
11
Pemahaman Dasar Gambar 2-1 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan
Pada Kebutuhan Kabupaten/Kota
KOTA
STRATEGI SEKTORAL
Program (sektor)
KEBUTUHAN PROGRAM SEKTORAL
STRATEGI SEKTORAL
Program (sektor)
KEBUTUHAN PROGRAM SEKTORAL
STRATEGI SEKTORAL
Program (sektor)
KEBUTUHAN PROGRAM SEKTORAL
STRATEGI PEMBANGUNAN
Dalam perwujudannya, kebutuhan akan arahan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan ini tidak hanya menjadi tugas Pemerintah melainkan juga menjadi tanggung jawab penuh pemerintah kabupaten/kota. Sejak berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, telah terjadi transformasi peran pemerintah daerah, yaitu pemerintah daerah menjadi aktor utama dalam pembangunan daerah, termasuk dalam melaksanakan rencana tata ruang dan rencana pembangunan yang menjadi induk bagi pembangunan di bidang permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Dengan adanya peran ini, maka arahan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang dirumuskan oleh pemerintah daerah harus terpadu dan sinergi dengan rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJP dan RPJM).
12
Pemahaman Dasar
2.2 PENANGANAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN MELALUI SPPIP DAN RPKPP
Kebutuhan penanganan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang dijelaskan dalam sub-bab 2.1 dapat diselesaikan melalui Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang untuk operasionalisasi dalam skala kawasan dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). Dalam kerangka pembangunan nasional, SPPIP dan RPKPP ditujukan pula untuk mendukung kebijakan nasional yang sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum, implementasi Peraturan Menteri (Permen) mengenai Standar Pelayanan Minimal(SPM),dan Millenium Development Goals (MDG’s), sedangkandalam kerangka pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota, SPPIP dan RPKPP merupakan penjabaran dari strategi pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Arah pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan akan diturunkan ke dalam strategi rinci berupa SPPIP, yang untuk operasionalisasi penanganan kawasannya akan dijabarkan dalam RPKPP (Gambar 2.2).
Dalam kaitannya dengan pembangunan kabupaten/kota, keberadaan SPPIP dan RPKPP ini menjadi penting, karena SPPIP dan RPKPP ini akan menjadi:
acuan bagi penentu kebijakan (policy makers) dan pengambil keputusan (decision makers) dalam menetapkan program dan kegiatan prioritas dan cara pencapaiannya, yang dapat membantu pemerintah daerah untuk lebih fokus mencapai tujuan pembangunan;
acuan bagi perencana program dan kegiatan dalam mensinergikan dan mengintegrasikan sektor yang ada, baik sektor strategis, sektor unggulan maupun sektor penunjang, kedalam program pembangunan tahunan; dan
acuan bagi perangkat pelaksana pembangunan dalam menjalankan tugasnya sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing, dalam mencapai tujuan pembangunan.
13
Pemahaman Dasar Gambar 2-2 Diagram Keterkaitan Arah Pengembangan dan Pembangunan
Kabupaten/Kota, SPPIP, dan RPKPP Dalam Kerangka Pembangunan Perkotaan
SPPIP dan RPKPP sebagai suatu acuan yang operasional dan implementatif ini dalam penyelenggaraan pembangunan memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
SPPIP dan RPKPP merupakan kebijakan, strategi, program, dan kegiatan pembangunan permukiman yang berbasis pada kawasan perkotaan sesuai dengan dokumen Rencana Tata Ruang;
keseluruhan rangkaian proses dan produk SPPIP dan RPKPP menjadi kewenangan pemerintahkabupaten/kota secara keseluruhan bukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, konsultan, maupun lembaga donor;
SPPIP dan RPKPP disusun secara sistematis mulai dari jangka panjang yang kemudian dirinci dalam jangka menengah dan jangka pendek. Oleh karena itu, SPPIP dan RPKPP diharapkan dapat mengakomodir berbagai kemungkinan penyesuaian akibat dinamika perkembangan kabupaten/kota;
penyusunan SPPIP dan RPKPP melibatkan partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan kabupaten/kota yang signifikan, sehingga rasa kepemilikan dan kepedulian terhadap SPPIP dan RPKPP menjadi tinggi;
SPPIP dan RPKPP merupakan produk yang bersifat strategis dan lintas isu; dan
rangkaian proses penyusunan SPPIP dan RPKPP mengarahkan pada cara pandang baru dalam pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota beserta keberlanjutannya.
KOT A
BIDANG EKONOMI
ARAH PEMBANGUNAN
KOTA
BIDANG PERMUKIMAN DAN
INFRASTRUKTUR
BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH PERKOTAAN
LAINNYA
STRATEGI PEMBANGUNAN DAN
INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP)
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN
PRIORITAS (RPKPP)
14
Pemahaman Dasar
2.3 SPPIP DAN RPKPP DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN
INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN
2.3.1 Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP
SPPIP merupakan suatu strategi yang menjadi acuan bagi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang penyusunannya mengacu dan terintegrasi dengan arahan pengembangan kabupaten/kota secara komprehensif.SPPIP ini merupakan alat utama bagi pemerintah daerah untuk mengarahkan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.Selain itu, SPPIP juga merupakan rancangan tindakan atau aksi untuk membangun permukiman dan infrastruktur pendukungnya sebagai komponen inti pembentuk kawasan perkotaan.Sebagai rancangan tindakan atau aksi, SPPIP ini diterjemahkan kedalam suatu strategi berikut program pembangunannya. SPPIP ini disusun berdasarkan arahan kebijakan dan strategi yang terdapat di dalam RTRW dan RPJPD.
Dalam prosesnya, SPPIP memiliki karakteristik yang membedakannya dengan kebijakan dan strategi lainnya, yaitu:
penyusunan SPPIP lebih banyak dilakukan melalui proses sinkronisasi, akomodasi, dan adopsi dari kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang ada;
pada proses penyusunannya, SPPIP tidak hanya berorientasi pada produk, namun juga pada proses penyusunannya. Hal ini dapat dilihat dari pengutamaan legitimasi produk yang diukur dari rasa memiliki dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan kabupaten/kota yang terlibat dalam proses penyusunan dan penerapannya;
kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang disusun tidak dipandang sebagai kebijakan dan strategi sektoral, melainkan mempertimbangkan keterkaitannya dengan pembangunan kawasan perkotaan secara keseluruhan; dan
kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan disusun dari skala kabupaten/kota sampai dengan skala kawasan.
Pada skala kawasan, penyusunannya dilakukan dengan mengacu pada kebijakan dan strategi skala kabupaten/kota.
Terkait dengan karakteristik tersebut, SPPIP ini memiliki fungsi dalam konteks pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, yaitu:
15
Pemahaman Dasar
sebagai acuan bagi implementasi program pembangunan permukiman dan infrastuktur permukiman perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program pembangunan lainnya;
sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidangpermukiman di daerah, sehingga fasilitasi APBN dalam penyediaan infrastruktur diprioritaskan pada daerah yang sudah memiliki Dokumen SPPIP/RPKPP;
sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPIJM Bidang Permukiman;
sebagai sarana untuk mengintegrasikan semua kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang tertuang di berbagai dokumen; dan
sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan skala kabupaten/kota.
Strategi dan program yang menjadi keluaran dari SPPIP disajikan dalam peta spasial skala 1:25.000. Dalam kondisi kabupaten/kota yang bersangkutan belum memiliki peta dengan skala tersebut, maka dapat menggunakan skala minimum 1:50.000.
Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur permukiman pada kawasan prioritas di perkotaan. RPKPP disusun pada lingkup wilayah perencanaan kawasan dan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta skala 1:5.000 dan 1:1.000. RPKPP ini merupakan penjabaran dari SPPIP untuk kawasan permukiman prioritas yang ditetapkan.
Seperti halnya dengan SPPIP, RPKPP memiliki karakteristik yang membedakan dengan rencana pembangunan kawasan permukiman lainnya, meliputi:
RPKPP berorientasi pada penanganan kawasan permukiman yang diprioritaskan pembangunannya;
rencana pembangunan kawasan yang terdapat dalam RPKPP dilakukan secara logis dan bertahap sesuai kebutuhan;
rencana pembangunan kawasan yang dihasilkan memiliki tingkat implementasi yang tinggi karena dalam penyusunannya melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait termasuk masyarakat yang terkena dampak, serta mempertimbangkan kebijakan-kebijakan makro di atasnya; dan
produk yang dihasilkan dari RPKPP dapat langsung diimplementasikan pada sebagian kawasan paling cepat pada tahun berikutnya, karena RPKPP ini mencakup juga perencanaan detail untuk kawasan pembangunan tahap 1.
Terkait dengan karakteristik ini, maka dalam kerangka pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, RPKPP ini memiliki fungsi sebagai berikut:
sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas;
dan
sebagai masukan dalam penyusunan RPIJM Bidang Permukiman
16
Pemahaman Dasar
Gambar 2-3 Diagram Keterkaitan SPPIP dan RPKPP
Secara rinci keterkaitan hubungan SPPIP dan RPKPP dapat dilihat pada Gambar 2-3 berikut ini.
Dari sisi penyusunannya, proses penyusunan SPPIP dan RPKPP ini didasarkan pada tiga (3) pendekatan, yaitu: (1) pendekatan normatif, (2) pendekatan fasilitatif dan partisipatif, serta (3) pendekatan teknis-akademis, dengan penjelasan untuk tiap pendekatan sebagai berikut:
Pendekatan Normatif adalah suatu cara pandang untuk memahami permasalahan atau kondisi dengan berdasarkan pada norma-norma yang ada atau pada suatu aturan yang menjelaskan bagaimana kondisi tersebut seharusnya terjadi. Dalam pendekatan ini, perhatian pada masalah utama serta tindakan yang semestinya dilakukan menjadi ciri utama. Kondisi atau situasi yang terjadi tersebut dijelaskan, dilihat, dan dibandingkan karakteristiknya dengan kondisi yang seharusnya, dimana dalam konteks pembangunan kondisi yang seharusnya tersebut didasarkan pada produk legal peraturan perundangan, baik untuk nasional maupun daerah.
Pendekatan Fasilitatif dan Partisipatif digunakan dengan dasar pertimbangan bahwa proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pengembangan kabupaten/kota maupun pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Hal ini dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah.
Pendekatan Teknis-Akademismerupakan pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik itu dalam pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik identifikasi, analisis, penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan penyepakatan. Dalam pendekatan ini, proses penyusunan SPPIP dan RPKPP menggunakan beberapa
17
Pemahaman Dasar metode dan teknik studi yang baku yang sebelumnya telah disepakati bersama oleh tim kerja, pemberi kerja, dan tim pokjanis daerah.
2.3.2 Kedudukan SPPIP dan RPKPP Dalam Kerangka Pengembangan Kabupaten/Kota
Penyelenggaraan SPPIP dan RPKPP tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tiap kabupaten/kota diamanatkan memiliki dokumen perencanaan pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang kemudian diterjemahkan dalam rencana 5 (lima) tahunan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Selain itu dari sisi ruang, UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan tiap kabupaten/kotamemiliki dokumen rencana tata ruang yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kotaberikut dengan rencana rincinya. Dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, kebijakan, dan strategi yang terdapat pada kedua kelompok dokumen yang dihasilkan dari 2 (dua) pilar pembangunan di Indonesia ini, akan diterjemahkan dan disinkronkan dalam SPPIP.
Kedua pilar pembangunan tersebut, dalam lingkup pembangunan perkotaan diintegrasikan dan dipadukan di dalam kebijakan dan strategi pembangunan perkotaan.Kebijakan dan strategi tersebutmemiliki fungsi: (1) memberikan acuan bagi pembangunan kabupaten/kota dan kawasan perkotaan, (2) mengatur fungsi kabupaten/kota dan penataan ruang kabupaten/kota untuk pembangunan berkelanjutan, (3) menjadi dasar dalam sinkronisasi regulasi dan kebijakan terkait pembangunan perkotaan, serta (4) menjadi instrumen perencanaan yang menjadi acuan kementerian/lembaga dalam pelaksanaan program dan kegiatan terkait pembangunan perkotaan.
Untuk menunjang pembangunan bidang permukiman di kawasan perkotaan, berdasarkan Pasal 15 huruf c, dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, pemerintah kabupaten/kota perlu menyusun dan memiliki rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman.
Rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman ini merupakan penjabaran dari arahan rencana pola ruang kawasan permukiman yang tertuang di dalam RTRW kabupaten/kota, yang di dalamnya mengatur perencanaan untuk 2 (dua) lingkup substansi, yaitu perumahan dan kawasan permukiman. Untuk mewujudkan rencana pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman tersebut diperlukan strategi pembangunan yang akan diisi oleh substansi SPPIP.
18
Pemahaman Dasar
SPPIP yang menjabarkan kebijakan makro kabupaten/kotauntuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dalam implementasinya akan menjadi acuan bagi penyusunan strategi sektor dan Rencana Induk Sistem (RIS) komponen-komponen pembentuk permukiman.Dalam konteks pembangunan permukiman, strategi sektor dan RIS yang telah disusun secara sistematis dan sinergi ini nantinya akan menjadi masukan dalam proses penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)Bidang Permukiman, yang selanjutnya akan diterjemahkan ke dalam RPKPP. Dalam kondisi strategi sektor, RIS, dan RPIJM Bidang Permukiman sudah tersedia terlebih dahulu dari SPPIP, maka proses penyusunan SPPIP akan mempertimbangkan dan mensinkronisasikan kebijakan dan strategi yang terdapat di dalam dokumen-dokumen tersebut, sedangkan proses penyusunan RPKPP wajib untuk mempertimbangkan program dan kegiatan di dalam RPIJM Bidang Permukiman dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Secara diagramatis, keterkaitan SPPIP dan RPKPP dengan dokumen kebijakan yang berlaku di kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar 2-4 berikut.
Terkait dengan RPIJM Bidang Permukiman, SPPIP ini menjadi dokumen induk dan acuan utama dalam penyusunan program-program investasi permukiman yang terdapat dalam RPIJM Bidang Permukiman, sedangkan RPKPP merupakan dokumen teknis untuk mendukung operasionalisasi RPIJM Bidang Permukiman tersebut.Dalam hal ini, program 5 (lima) tahunan yang dihasilkan dalam SPPIP akan menjadi acuan dan dasar dalam penyusunan program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaan di dalam RPIJM Bidang Permukiman. Program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaan di dalam RPIJM Bidang Permukiman tersebut akan dirinci dalam program dan kegiatan yang terukur baik volume, biaya, dan lokasinya ditiap kawasan prioritas RPKPP (Gambar 2-5 dan Gambar 2-6). Berdasarkan keterkaitan ini, maka apabila RPIJM Bidang Permukiman sudah disusun sebelum SPPIP dan RPKPP, maka program yang tertuang dalam RPIJM Bidang Permukiman, khususnya untuk tahun pertama, akan menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan strategi dan program di dalam SPPIP, sedangkan rumusan, volume, alokasi lokasi, dan alokasi penganggaran akan menjadi acuan utama dalam perumusan kegiatan berikut rinciannya di dalam RPKPP. Untuk tahun kedua dan seterusnya, rumusan strategi dan program SPPIP akan menjadi dasar dalam upaya review dan penyempurnaan RPIJM Bidang Permukiman.
Dalam kaitannya dengan RTRW, keberadaan SPPIP dan RPKPP perlu diperhatikan lingkup substansi dan lingkup wilayahnya.Lingkup SPPIP dan RPKPP lebih rinci dari RTRW. RTRW mencakup penanganan untuk seluruh kawasan, baik kawasan lindung, permukiman, perdagangan, dan sebagainya, sedangkan SPPIP dan RPKPP hanya fokus pada pembangunan kawasan permukiman yang telah diarahkan oleh RTRW dan secara lebih spesifik, RPKPP fokus pada kawasan permukiman prioritasnya saja.
19
Pemahaman Dasar Gambar 2-4 Keterkaitan SPPIP dan RPKPP Dalam Kerangka Kebijakan
Pembangunan Kabupaten/Kota
Secara rinci perbedaan RTRW, SPPIP, dan RPKPP dalam kerangka pembangunan perkotaan dapat dilihat pada Tabel 2-1 berikut.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
(RTRW) KOTA/KABUPATEN RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
DAERAH (RPJPD)
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG PERMUKIMAN (RPIJM BIDANG RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
DAERAH (RPJMD)
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PERKOTAAN DAERAH
RENCANA PEMBANGUNAN DAN
PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN
RENCANA SEKTORAL LAINNYA
RENCANA SEKTORAL LAINNYA RENCANA PEMBANGUNAN
KAWASAN PERMUKIMAN
PRIORITAS (RPKPP) STRATEGI
PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN
INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
(SPPIP)
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) STRATEGI SEKTOR
STRATEGI SISTEM SANITASI
KOTA (S-SK)
STRATEGI SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
(S-SPP)
STRATEGI SISTEM LAINNYA
RENCANA INDUK SISTEM
RENCANA INDUK SANITASI
RENCANA INDUK PERSAMPAHAN
MASTERPLAN SEKTOR LAINNYA
20
Pemahaman Dasar
Gambar 2-5 Ilustrasi Keterkaitan SPPIP, RPKPP dan RPIJM Bidang Permukiman
Gambar 2-6 ContohKeterkaitan Substansi SPPIP, RPKPP dan RPIJM Bidang Permukiman
21
Pemahaman Dasar Tabel 2-1 Rincian Perbedaan Antara SPPIP, dan RPKPP Dalam Kerangka Pembangunan Wilayah Perkotaan RTRWSPPIPRPKPP LINGKUP WILAYAH Kota/kabupatenkawasan perkotaan di dalam kota/kabupatenkawasan (fungsional) LINGKUP SEKTOR Seluruh AspekPermukiman dan Infrastruktur KeciptakaryaanPermukiman dan Infrastruktur Keciptakaryaan KEDALAMAN PRODUK • Rencana Pola Ruang • Rencana Struktur Ruang • Arahan Pemanfaatan Ruang • Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang • Skala 1:25.000 – 1:50.000
• Strategi Pembangunan • Program Investasi Pembangunan • Skala 1: 25.000 – 1:50.000
• Rencana Program Aksi • Rinci • Operasional • Skala 1: 5.000 • Skala 1: 1.000 ILUSTRASI
22
Pemahaman Dasar
Gambar 2-7 Keterkaitan SPPIP dan RPKPP Dalam Kerangka Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota Dari Sisi Waktu
Dari sisi waktu, SPPIP merupakan penterjemahan arahan pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan selama jangka waktu 20 tahun sebagaimana arahan dalam RTRW dan RPJPD. Strategi untuk 5 (lima) tahun pertama didasarkan pada arahan dalam RPJMD dan kebijakan pembangunan perkotaan, serta akan menjadi acuan bagi penyusunan RPKPP dan RPIJM Bidang Permukiman. Ilustrasi kedudukan SPPIP dan RPKPP dalam kerangka kebijakan pembangunan kabupaten/kota terdapat pada Gambar 2-7.
ARAHAN SPASIAL ARAHAN PEMBANGUNAN ARAHAN PERKOTAAN
RTRWN 20 TAHUN
RPJPN 20 TAHUN
RTRWD 20 TAHUN
RPJPD 20 TAHUN
RPJMD 5 TAHUN
20 TAHUN
5 TAHUN
SPPIP 20 TAHUN
LIMA TAHUN I
LIMA TAHUN II
LIMA TAHUN III
LIMA TAHUN IV
RPIJM BIDANG PERMUKIMAN 5 TAHUN
LIMA TAHUN I
LIMA TAHUN I
LIMA TAHUN I
LIMA TAHUN I
LIMA TAHUN I
RPKPP 5 TAHUN
LIMA TAHUN I
LIMA TAHUN I
LIMA TAHUN I
LIMA TAHUN I
LIMA TAHUN I
KEBIJAKAN PERKOTAAN NASIONAL
KEBIJAKAN PERKOTAAN DAERAH
23
Pemahaman Dasar Gambar 2-8 Peninjauan Kembali Dokumen SPPIP
2.3.3 Peninjauan Kembali Dokumen SPPIP
Dalam upaya untuk mengakomodasi tingginya intensitas pembangunan, maka dimungkinkan kabupaten/kota melakukan proses peninjauan kembali terhadap dokumen SPPIP yang telah disusun. Peninjauan kembali ini dilaksanakan berdasarkan peninjauan kembali RTRW kabupaten/kota dan/atau RPJPD yang dilakukan:
1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dalam kondisi normal; dan
memungkinkan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dalam keadaan force majeure, yaitu suatu keadaan yang muncul karena adanya kejadian di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan lagi sehingga RTRW dan/atau RPJPD tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Hasil dari peninjauan kembali tersebut memungkinkan berupa dokumen SPPIP tetap berlaku sesuai dengan tahun berlakunya atau dokumen SPPIP perlu untuk direvisi dan disesuaikan kembali.Apabila berdasarkan hasil peninjauan kembali diperlukan adanya revisi terhadap dokumen SPPIP, maka proses revisi dapat dilakukan pada tahun yang bersangkutan. Tahun pertama dari jangka waktu 20 tahun revisi dokumen SPPIP dimulai pada tahun dimana hasil revisi ditetapkan. Ilustrasi dari proses peninjauan kembali dokumen SPPIP dapat dilihat pada Gambar 2-8.
2.3.4 Pemangku Kepentingan SPPIP dan RPKPP
Kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP melibatkan pemangku kepentingan, baik yang berada di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota.Secara rinci peran dan bentuk keterlibatan dari masing-masing pihak tersebut dalam kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP dapat dilihat pada Tabel 2-2 dan Gambar 2-9.
LIMA TAHUN I LIMA TAHUN II LIMA TAHUN III LIMA TAHUN IV
SPPIP (Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan)
tahun dimulainya proses review SPPIP *)
LIMA TAHUN I LIMA TAHUN II LIMA TAHUN III LIMA TAHUN IV
Revisi SPPIP (Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan)
tahun pertama dokumen revisi SPPIP
*) apabila dari proses review diperlukan adanya revisi maka, penyesuaian waktunya mengikuti ilustrasi pada diagram revisi SPPIP
LIMA TAHUN I LIMA TAHUN II LIMA TAHUN III LIMA TAHUN IV
RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
24
Pemahaman Dasar
Tabel 2-2 Peran dan Bentuk Keterlibatan Masing-Masing Pihak Dalam Kegiatan Penyusunan SPPIP dan RPKPP
PEMANGKU
KEPENTINGAN PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS DAN WEWENANG TINGKAT PUSAT
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
Pembina kegiatan penyusunan SPPIP/RPKPP
- Mendorong dan
mengarahkan penyusunan SPPIP/RPKPP pada kabupaten/kota melalui Pokjanis daerah
TUGAS
- melaksanakan pembinaan kegiatan penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP;
- menyediakan pedoman penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP; dan - melakukan pemantauan dan
evaluasi penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP.
WEWENANG
- melakukan penilaian terhadap hasil penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP;
- memberikan rekomendasi berdasarkan penilaian terhadap hasil penyusunan SPPIP; dan
- memfasilitasi,
mengoordinasikan, dan mensosialisasikan penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP
Direktorat Pengembangan Permukiman DJCK
Pembina kegiatan penyusunan SPPIP/RPKPP
- Memberikan
pendampingan teknis pelaksanaan penyusunan SPPIP/RPKPP
- Menyediakan pedoman pelaksanaan penyusunan SPPIP/RPKPP (KAK, panduan)
- Memantau pelaksanaan SPPIP/RPKPP melalui kegiatan koordinasi di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota
- Menyelenggarakan kolokium
TINGKAT PROVINSI
Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
Penyelenggar a kegiatan penyusunan SPPIP/RPKPP
- Melakukan tertib administrasi
penyelenggaraan kegiatan penyusunan SPPIP/RPKPP - Menyediakan tenaga ahli
pendamping
- Berperan aktif dalam tim teknis tingkat provinsi
TUGAS
- melaksanakan konsolidasi pada tingkat provinsi;
- melaksanakan pendampingan dan pengendalian kegiatan penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP; dan - mendorong peningkatan
kapasitas pokjanis di tingkat kabupaten/kota.
WEWENANG
- menetapkan tim teknis provinsi;
- melaksanakan koordinasi penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP dalam lingkup provinsi; dan - memberikan rekomendasi
kepada pemerintah kabupaten/kota terkait dengan kinerja pokjanis.
Tim Teknis Provinsi, Terdiri dari:
Ketua : Satker Randal CK Anggota :
Korwil, Dinas PU/CK Provinsi, Bappeda Provinsi, dan Satker Provinsi Bidang CK
Pendamping/
pengendali kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP
- Mendorong peningkatan kapasitas Pokjanis melalui kegiatan
pelatihan/konsolidasi tingkat provinsi
- Melakukan pendampingan kegiatan penyusunan SPPIP/RPKPP melalui monitoring dan evaluasi/konsolidasi di tingkat provinsi