• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGABAIAN KEWAJIBAN AYAH TERHADAP NAFKAH ANAK SETELAH PERCERAIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III PENGABAIAN KEWAJIBAN AYAH TERHADAP NAFKAH ANAK SETELAH PERCERAIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENGABAIAN KEWAJIBAN AYAH TERHADAP NAFKAH ANAK SETELAH PERCERAIAN

1. Kasus Pengadilan Agama tentang Pengabaian Kewajiban Nafkah Anak Setelah Perceraian

Sebagaimana yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya, penulis membahas mengenai pengabaian kewajiban ayah terhadap nafkah anak setelah perceraian. Pemberian nafkah anak merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang ayah walaupun telah terjadi perceraian.

Kenyataannya setelah terjadi perceraian antara ayah dengan ibu, ayah mengabaikan kewajibannya terhadap nafkah anak. Padahal saat terjadi perceraian di Pengadilan Agama hakim juga telah menetapkan nafkah yang harus diberikan ayah terhadap anaknya. Penetapan nafkah ini tentu berdasarkan kesanggupan dari ayah tersebut.

Penulis melakukan pengecekan dalam hal ini yang kenyataannya tidak sesuai dengan isi putusan dari pengadilan agama tersebut. Ini terjadi di wilayah Sijunjung. Ayah mengabaikan kewajiban terhadap nafkah anaknya.

Ayah hanya menjalankan kewajibannya pada saat pembacaan ikrar talak di depan sidang pengadilan, karena hal ini merupakan persyaratan dalam pembacaan ikrar talak.

Kasus pertama, Putusan Nomor 0070/Pdt.G/2016/PA.SJJ.

Pengadilan Agama Sijunjung menetapkan nafkah anak yang harus diberikan ayah sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) perbulannya, namun dalam kenyataannya ayah tidak menjalankan kewajiban terhadap nafkah anak yang telah ditetapkan pengadilan agama. Ayah hanya menjalankan kewajiban nafkah tersebut saat pembacaan ikrar talak di depan sidang pengadilan agama.

Kasus kedua, Putusan Nomor 0201/Pdt.G/2016/PA.SJJ.

Pengadilan agama menetapkan nafkah yang harus diberi ayah terhadap anak adalah sebesar 1,5 juta. Namun kewajiban nafkah terhadap anak tersebut

(2)

tidak dijalankan seagaimana mestinya. Ayah memberi nafkah tidak menentu, kadang 1 kali 2 bulan dan kadang-kadang 1 kali 3 bulan, itupun hanya Rp 50.000 atau Rp 100.000.

Kasus ketiga Putusan Nomor 0266/Pdt.G/2016/PA.SJJ. Pengadilan agama menetapkan ayah harus memberi nafkah terhadap anak sebesar Rp.

2.000.000,- (dua juta rupiah) setiap bulannya tapi sekarang ayah tidak memberi nafkah kepada anaknya setelah pemberian saat talak di Pengadilan Agama Sijunjung.

Kasus pengabaian kewajiban ayah terhadap nafkah anak setelah perceraian, penulis memaparkan tiga pasangan yang berasal dari wilayah kabupaten Sijunjung, yaitu kasus cerai talak yang terjadi di Pengadilan Agama Sijunjung dengan nomor perkara:

1. Putusan Pengadilan Agama Sijunjung Nomor 0070/Pdt.G/2016/PA.SJJ 2. Putusan Pengadilan Agama Sijunjung Nomor 0201/Pdt.G/2016/PA.SJJ 3. Putusan Pengadilan Agama Sijunjung Nomor 0266/Pdt.G/2016/PA.SJJ

Perkara ini adalah perkara cerai talak yang diajukan suami kepada istrinya, kemudian istri juga mengajukan rekonvensi dalam perkara tersebut.

Dalam rekonvensi istri menuntut nafkah bagi anaknya dan telah dikabulkan oleh Hakim. Namun, suami tidak menjalankan isi dari putusan tersebut.

Untuk lebih jelasnya, penulis menggambarkannya sebagai berikut:

1.1 Putusan Pengadilan Agama Sijunjung Nomor 0070/Pdt.G/2016/PA.SJJ

Tanggal 01 Maret 2016 Ihsan (nama samaran) mengajukan perceraian ke Pengadilan Agama Sijunjung. Ihsan mengajukan perceraian disebabkan karena Ovia (nama samaran) istri dari Ihsan tidak patuh dan taat kepadanya, keluarga Ovia juga tidak merestui perkawinan mereka, Ovia kurang menghargai dan melayani Ihsan. Perkawinan antara Ihsan dengan Ovia ini berjalan harmonis lebih kurang 6 (enam) bulan saja dan telah dikaruniai 1 (satu) orang anak perempuan yang bernama, Raisa Aliah Fitri.

(3)

Dari perceraian yang diajukan Ihsan, pengadilan agama memutuskan bahwa :

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

2. Memberi izin kepada Pemohon (Ihsan) untuk menjatuhkan talak satu raj'i terhadap Termohon (Ovia) di depan sidang Pengadilan Agama Kabupaten Sijunjung;

3. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Sijunjung untuk mengirimkan salinan penetapan ikrar talak perkara ini ke Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Lubuk Tarok, Kabupaten Sijunjung dan ke Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu; (Putusan Pengadilan Agama Sijunjung, 2016)

Di dalam perceraian itu Ovia juga mengajukan rekonvensi terhadap suaminya dan dikabulkan Pengadilan Agama Sijunjung yang berisi:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian;

2. Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah Iddah sebesar Rp.

1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk satu bulan dikalikan tiga bulan menjadi Rp.3.000.000.- (tiga juta rupiah) diserahkan sesaat setelah ikrar talak diucapkan;

3. Menghukum Tergugat untuk membayar Mut’ah sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) diserahkan sesaat setelah ikrar talak diucapkan;

4. Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah anak setiap bulan sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) dimulai sesaat setelah ikrar talak diucapkan;

5. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya; (Putusan Pengadilan Agama Sijunjung, 2016)

Dari putusan tersebut Ihsan (Tergugat) melaksanakan putusan sesuai dengan isinya sebagaimana harus membayar nafkah iddah untuk istri,

(4)

membayar mut’ah, serta membayar nafkah anak sehingga ikrar talak diucapkan dan hubungan suami istri antara Ihsan dengan Ovia resmi putus.

Setelah perceraian, Ihsan tinggal di rumah orang tuanya dan Ovia juga tinggal di rumah orang tuanya. Kemudian permasalahan kembali muncul setelah perceraian terjadi antara Ihsan dengan Ovia. Di dalam putusan telah disebutkan bahwa Ihsan (Tergugat) harus membayar nafkah anak setiap bulan sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah). Namun dalam kenyataanya Ihsan tidak melakukan isi dari putusan tersebut. Ihsan melaksanakan isi putusan hanya sekali, itupun yang terjadi di depan sidang pengadilan saat ikrar talak. Setelah membayar kewajibannya saat ikrar talak, Ihsan tidak pernah melaksanakan kewajibannya lagi.

Ihsan menyebutkan alasan tidak menjalankan kewajiban terhadap nafkah anak adalah karena keterbatasan pendapatan pada saat ini. Ditambah lagi Ihsan sudah mempunyai keluarga baru dan harus membiayainya. Ihsan juga beranggapan bahwa anaknya bisa di hidupi oleh ibunya yang merupakan PNS di sebuah sekolah. (Wiraswasta, 2016)

Sementara jawaban dari Ovia bahwa Ihsan sekarang tidak peduli lagi dengan apa yang ditetapkan pengadilan agama Sijunjung, semenjak terjadi perceraian Ihsan hanya memberi nafkah saat pengucapan ikrar talak, setelah itu tidak pernah lagi. Ovia hanya menerima apa yang diperbuat Ihsan tersebut. Ovia malas untuk memintanya karena takut bertengkar yang hanya akan memperpanjang masalah. (PNS, 2016)

1.2 Putusan Pengadilan Agama Sijunjung Nomor 0201/Pdt.G/2016/PA.SJJ

Nurdin (nama samaran) mengajukan perceraian ke pengadilan agama Sijunjung. Nurdin bermaksud menceraikan istrinya Yesi (nama samaran) yang disebabkan karena beberapa alasan. Perkawinan mereka telah dikaruniai anak 3 (tiga) orang anak, 2 orang anak perempuan dan 1

(5)

orang anak laki-laki, yang bernama Amelia Denata, Nesya Denata, dan Raditya Denata.

Perkawinan Nurdin dengan Yesi telah terjalin lebih kurang 11 tahun, perkawinan Nurdin dengan Yesi mulai tidak harmonis karena terjadi perselisihan dan pertengkaran yang menyebabkan Nurdin mengajukan permohonan cerai kepada Yesi di Pengadilan Agama Sijunjung pada tanggal 18 September 2016.

Perceraian yang diajukan oleh Nurdin ke Pengadilan Agama Sijunjung, diputuskan pada tanggal 28 November 2016. Putusan tersebut berisi :

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

2. Memberi izin kepada Pemohon (Nurdin) untuk menjatuhkan talak satu raj'i terhadap Termohon (Yesi) di depan sidang Pengadilan Agama Kabupaten Sijunjung;

3. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Sijunjung untuk mengirimkan salinan penetapan ikrar talak perkara ini ke Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung dan ke Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau; (Putusan Pengadilan Agama Sijunjung, 2016)

Di dalam perceraian itu Yesi juga mengajukan rekonvensi terhadap suaminya dan dikabulkan Pengadilan Agama Sijunjung yang berisi:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian;

2. Menghukum Tergugat untuk membayar kepada Penggugat berupa:

1) Kekurangan nafkah madhiyah (nafkah lampau) selama 5 (lima) bulan, Rp. 750.000,- per bulan berjumlah Rp. 3.750.000,- (tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah);

2) Nafkah Iddah selama 3 (tiga) bulan Rp. 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) untuk satu bulan dikalikan tiga bulan menjadi

(6)

Rp.3.600.000.- (tiga juta enam ratus ribu rupiah) diserahkan sesaat setelah ikrar talak diucapkan;

3) Mut’ah (uang hiburan) berupa emas 5 mas (12,5 gram);

4) Nafkah untuk 3 (tiga) orang anak sampai anak mandiri (dewasa) minimal setiap bulan sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) dimulai sesaat setelah ikrar talak diucapkan;

3. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya; (Putusan Pengadilan Agama Sijunjung, 2016)

Yesi melakukan gugatan balik supaya Nurdin menebus nafkah yang selama ini tidak dijalankannya sebagai suami karena telah berpisah/tidak serumah. Kemudian juga untuk berjaga-jaga apabila Nurdin tidak membantunya dalam menjaga dan mendidik anak-anaknya.

Dari putusan di atas, Nurdin melaksanakannya dengan membayar nafkah lampau, nafkah iddah, Mut’ah, dan nafkah anaknya pada saat hari penetapan pembacaan ikrar talak. Setelah pembacaan maka resmilah Nurdin dengan Yesi bercerai.

Kemudian setelah perceraian, Nurdin tinggal di kediaman orang tuanya dan Yesi tinggal di rumah bersama dengan ketiga anaknya. Namun setelah perceraian tersebut Nurdin tidak menjalankan kewajibannya sebagaimana isi putusan Pengadilan Agama Sijunjung. Di dalam putusan Nurdin ditetapkan harus membayar nafkah anak setiap bulannya minimal Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah). Dalam kenyataannya Nurdin tidak menjalankannya, Nurdin hanya sesekali memberi nafkah pada anaknya. Sesekali di sini satu kali 2 bulan atau satu kali 3 bulan, itu pun jauh dari nominal yang ditetapkan Pengadilan Agama Sijunjung, yaitu hanya Rp 50.000 atau Rp 100.000. Padahal di dalam putusan menetapkan 1,5 juta/bulan.

Dari wawancara alasan Nurdin melakukan hal tersebut karena sudah mempunyai keluarga baru yang harus dinafkahi. Untuk menafkahi keluarga baru saja sudah sulit rasanya bagi Nurdin, oleh karena itu Nurdin

(7)

tidak menjalankan putusan sebagaimana mestinya. Kemudian Nurdin juga mengemukakan alasan lainnya, yaitu bahwa anak-anaknya sudah ditinggalkan warung aksesoris mobil yang dikelola ibunya sehingga anak- anaknya sudah bisa dinafkahi dari hasil warung tersebut. (Dagang, 2016)

Sedangkan Yesi dari hasil wawancara hanya pasrah karena Yesi merasa mampu membiayai dan memelihara anak-anak karena hasil dari warung tersebut. Yesi juga tidak mau memperpanjang masalah dengan Nurdin (mantan suami) karena mereka berpisah juga tidak dengan hubungan yang baik. (Ibu Rumah Tangga, 2016)

1.3 Putusan Pengadilan Agama Sijunjung Nomor 0266/Pdt.G/2016/PA.SJJ

Syamsuddin (nama samaran) menikahi Yunita (nama samaran) di kenagarian Muaro, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung. Namun perkawinan ini tidak terdaftar di Kantor Urusan Agama. Dari perkawinan Syamsuddin dengan Yunita ini telah lahir 3 (tiga) orang anak, 2 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan yang bernama Andi Harita Putra, Rike Anggela, dan Viky harita Putra.

Perkawinan antara Syamsuddin dengan Yunita telah terjalin kurang lebih 20 (dua puluh) tahun ini terlibat perselisihan dan pertengkaran yang mengakibatkan Syamsuddin mengajukan perceraian di Pengadilan Agama Sijunjung. Perceraian ini dikabulkan dengan putusan yang berisi:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

2. Menyatakan sah perkawinan antara Pemohon (Syamsuddin) dengan Termohon (Yunita) yang dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 1994 di Nagari Sikabau, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya;

3. Mengizinkan Pemohon (Syamsuddin) untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon (Yunita) di depan sidang Pengadilan Agama Sijunjung;

(8)

4. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Sijunjung untuk mengirimkan salinan penetapan ikrar talak kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Sijunjung, kabupaten Sijunjung dan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Lubuk Tarok, Kabupaten Sijunjung, untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu; (Putusan Pengadilan Agama Sijunjung, 2016)

Dalam perceraian yang diajukan Syamsuddin, istrinya Yunita juga mengajukan gugatan kepada suaminya tersebut. Gugatan itu dikabulkan dengan isi sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

2. Menghukum Tergugat (Syamsuddin) untuk membayar kepada Penggugat berupa nafkah kepada 2 orang anak bernama :

2.1 Rike Angela binti Syamsul Bahri, lahir tanggal 14 Juni 1995;

2.2 Viky Harita Putra bin Syamsul Bahri, lahir tanggal 15 Maret 2004;

sejumlah Rp.2.000.000,00 (dua juta rupiah) setiap bulan, diluar biaya pendidikan dan biaya insidentil lainnya sampai anak tersebut berumur 21 tahun/mandiri dengan kenaikan 10 % (sepuluh persen) setiap tahunnya;

3. Menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya; (Putusan Pengadilan Agama Sijunjung, 2016)

Yunita mengajukan gugatan balik kepada Syamsuddin untuk kepentingan anak-anaknya. Yunita memikirkan bagaimana nafkah anaknya setelah perceraian terjadi diantara dia dengan Syamsuddin, karena Yunita bekerja hanya sebagai petani.

Dari putusan di atas, Syamsuddin melaksanakannya dengan membayar nafkah anaknya pada saat hari penetapan pembacaan ikrar talak.

Setelah pembacaan maka resmilah Syamsuddin dengan Yunita bercerai.

Kemudian setelah perceraian, Yunita tinggal di rumah orang tua dengan ketiga anaknya. Namun setelah perceraian, permasalahan kembali muncul. Di dalam putusan telah disebutkan bahwa Syamsuddin harus

(9)

membayar nafkah anak setiap bulan sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah). Namun dalam kenyataanya Syamsuddin tidak melakukan isi dari putusan tersebut. Syamsuddin melaksanakan isi putusan hanya sekali, itupun yang terjadi di depan sidang pengadilan saat ikrar talak. Setelah membayar kewajibannya saat ikrar talak, Syamsuddin tidak pernah melaksanakan kewajibannya lagi.

Saat diwawancara alasan Syamsuddin tidak memberi nafkah kepada anaknya setelah pemberian saat talak di Pengadilan Agama Sijunjung adalah karena tidak sanggup memberi nafkah yang disebabkan Syamsuddin hanya bekerja sebagai seorang supir dan juga dikarenakan telah memiliki keluarga baru. Hal ini membuat Syamsuddin lebih mengutamakan keluarga barunya. (Supir, 2016)

Sedangkan pernyataan dari Yunita dengan sangat kesal menjawab bahwa Dia (Syamsuddin) hanya bisa “membuat anak” namun untuk bertanggung jawab tidak mau, dia bilang tidak punya uang. Padahal Dia (Syamsuddin) sudah menikah lagi dengan perempuan lain, jika Dia memang tidak punya uang kenapa menikah lagi, karena menikah tersebut pasti mengeluarkan uang. (Ibu Rumah Tangga, 2016)

2. Penyebab Ayah Tidak Menjalankan Kewajiban Terhadap Nafkah Anak Setelah Perceraian

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, penulis membahas mengenai pengabaian kewajiban ayah terhadap nafkah anak setelah perceraian. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai penyebab ayah tidak menjalankan kewajiban membayar nafkah anak setelah perceraian, perlu penulis mengemukakan lagi tentang 3 sampel yang penulis teliti, yaitu sebagaimana berikut:

(10)

2.1 Data ayah

TABEL II DATA AYAH

No. No. Putusan Nama Samaran

Pekerjaan Umur Pendidikan 1. 0070/Pdt.G/2016/PA.

SJJ

Ihsan Wiraswasta 32 tahun SLTP

2. 0201/Pdt.G/2016/PA.

SJJ

Nurdin Dagang 38 tahun SLTA

3. 0266/Pdt.G/2016/PA.

SJJ

Syamsuddin Supir 45 tahun SD

Tabel nomor 1 dapat dilihat bahwa ayah yang tidak menjalankan kewajiban terhadap nafkah anak pada No. putusan 0070/Pdt.G/2016/PA.SJJ bernama Ihsan (nama samaran) bekerja sebagai wiraswasta berumur 32 tahun yang pendidikan terakhirnya SLTP. Kemudian No. putusan 0201/Pdt.G/2016/PA.SJJ bernama Nurdin (nama samaran) bekerja dengan berdagang berumur 38 tahun yang pendidikan terakhirnya SLTA. Lalu No.

putusan 0266/Pdt.G/2016/PA.SJJ bernama Syamsuddin yang bekerja sebagai supir, berumur 45 tahun yang pendidikan terakhirnya SD. (Putusan Pengadilan Agama Sijunjung, 2016)

Kemudian dari data tabel di atas terlihat juga bahwa ayah yang mengabaikan kewajiban terhadap nafkah anak setelah perceraian mempunyai pekerjaan yang penghasilan perbulannya tidak tetap. Pendidikan juga paling tinggi SLTA, bahkan ada yang hanya menempuh pendidikan sampai SD saja. Dari segi umur, ayah-ayah tersebut masih termasuk pada umur produktif untuk mencari nafkah.

(11)

2.2 Data ibu

TABEL III DATA IBU

No. No. Putusan Nama samaran

Pekerjaan Umur Pendidikan

1. 0070/Pdt.G/2016/PA .SJJ

Ovia PNS 32 tahun S.1

2. 0201/Pdt.G/2016/PA .SJJ

Yesi Ibu Rumah Tangga

37 tahun SLTA

3. 0266/Pdt.G/2016/PA .SJJ

Yunita Petani 41 tahun SLTP

Selanjutnya data dari tabel nomor 2 dapat dilihat bahwa data ibu yang anaknya diabaikan nafkah oleh ayah (mantan suami). Pada No. putusan 0070/Pdt.G/2016/PA.SJJ bernama Ovia (nama samaran) bekerja sebagai PNS berumur 32 tahun yang pendidikan terakhirnya S.1. Kemudian No. putusan 0201/Pdt.G/2016/PA.SJJ bernama Yesi (nama samaran) bekerja sebagai ibu rumah tangga berumur 37 tahun yang pendidikan terakhirnya SLTA. Lalu No.

putusan 0266/Pdt.G/2016/PA.SJJ bernama Yunita yang bekerja sebagai petani, berumur 45 tahun yang pendidikan terakhirnya SLTP. (Putusan Pengadilan Agama Sijunjung, 2016)

Data tabel juga dilihat bahwa ibu memiliki penghasilan yang tidak tetap setiap bulannya kecuali Ovia sebagai PNS. Kemudian Yesi bekerja sebagai ibu rumah tangga tapi sekarang setelah bercerai sudah mengelola warung asesoris mobil yang ditinggalkan mantan suaminya. Lalu Yunita bekerja sebagai petani yang penghasilannya tidak menentu.

(12)

2.3 Data Anak 1) Anak Ihsan

TABEL IV DATA ANAK IHSAN

No. Nama Tanggal lahir Jenis

kelamin

Umur

1. Raisa Aliah Fitri 21 Agustus 2012 Perempuan 4 tahun 2) Anak Nurdin

TABEL V DATA ANAK NURDIN

No. Nama Tanggal lahir Jenis Kelamin

Umur 1. Amelia Denata 27 Maret 2002 Perempuan 14 tahun 2. Nesya Denata 21 Juni 2004 Perempuan 12 tahun 3. Raditya Denata 06 Mei 2011 Laki-laki 5 tahun

3) Anak Syamsuddin

TABEL VI

DATA ANAK SYAMSUDDIN

No Nama Tanggal

lahir

Jenis Kelamin

Umur 1. Andi Harita Putra 06 Juni

1995

Laki-laki 21 tahun 2. Rike Anggela 14 Juni

1998

Perempuan 18 tahun 3. Viky Harita Putra 15 Maret

2004

Laki-laki 12 Tahun

Kemudian dari data tabel nomor 3 dapat dilihat bahwa Ihsan harus menafkahi anaknya yang bernama Raisa Aliah Fitri yang berumur 4 tahun, yang seharusnya dinafkahi setiap bulan sejumlah Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah). Lalu Nurdin harus menafkahi tiga orang anaknya, anak pertama bernama Amelia Denata, perempuan, berumur 14 tahun. Anak kedua

(13)

bernama Nesya Denata berjenis kelamin perempuan berumur 12 tahun, dan yang ketiga bernama Raditya Denata berjenis kelamin laki-laki berumur 5 tahun. Nurdin harus menafkahi anaknya setiap bulan minimal Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus riu rupiah). Yang terakhir Syamsuddin mempunyai tiga orang anak bernama Andi Harita Putra, Rike Anggela, dan Viky Harita Putra.

Di dalam putusan Syamsuddin hanya menafkahi dua orang anak, dikarenakan anak pertama yang bernama Andi Harita Putra sudah berumur 21 tahun yang menyebabkan dia sudah tergolong kepada dewasa. Jadi Syamsuddin harus menafkahi dua orang anaknya setiap bulan sebesar Rp.

2.000.000,- (dua juta rupiah) di luar biaya presidential lainnya. (Putusan Pengadilan Agama Sijunjung, 2016)

Hasil penelitian penulis setelah melakukan wawancara mengenai penyebab ayah mengabaikan kewajiban membayar nafkah anak setelah perceraian adalah sebagai berikut:

1. Kasus antara Ihsan dengan Ovia. Selama ikatan perkawinan, mereka memiliki satu orag anak. Ihsan adalah lulusan SLTP sedangkan Ovia lulusan salah satu perguruan tinggi. Ihsan menyebutkan alasan karena tidak menjalankan kewajiban terhadap anak adalah karena keterbatasan pendapatan pada saat ini. Ditambah lagi Ihsan sudah mempunyai keluarga baru dan harus membiayainya. Ihsan juga beranggapan bahwa anaknya bisa di hidupi oleh ibunya yang merupakan PNS di sebuah sekolah. Padahal sesuai keputusan Pengadilan Agama Sijunjung menetapkan biaya anak sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) perbulannya. (wiraswasta, 2016)

Sementara jawaban dari Ovia bahwa Ihsan sekarang tidak peduli lagi dengan apa yang ditetapkan pengadilan agama Sijunjung, semenjak terjadi perceraian Ihsan hanya memberi nafkah saat pengucapan ikrar talak, setelah itu tidak pernah lagi. Ovia hanya menerima apa yang diperbuat Ihsan tersebut. Ovia malas untuk memintanya karena takut akan bertengkar. (PNS, 2016)

(14)

2. Kasus antara Nurdin dengan Yesi. Ikatan perkawinan ini di anugerahi tiga orang anak. Nurdin tidak pernah memberi nafkah sesuai dengan keputusan yang telah ditetapkan oleh hakim, Nurdin memberi uang tidak menentu, kadang 1 kali 2 bulan dan kadang-kadang 1 kali 3 bulan, itupun hanya Rp 50.000 atau Rp 100.000. Padahal di dalam putusan menetapkan 1,5 juta/bulan. Alasan Nurdin melakukan hal tersebut karena sudah mempunyai keluarga baru yang harus dinafkahi. Untuk menafkahi keluarga baru saja sudah sulit rasanya bagi Nurdin, oleh karena itu Nurdin tidak menjalankan putusan sebagaimana mestinya.

Kemudian Nurdin juga mengemukakan alasan lainnya, yaitu bahwa anak- anaknya sudah ditinggalkan warung aksesoris mobil yang dikelola ibunya sehingga anak-anaknya sudah bisa dinafkahi dari hasil warung tersebut. (Dagang, 2016)

Sedangkan Yesi dari hasil wawancara hanya pasrah karena Yesi merasa mampu membiayai dan memelihara anak-anak karena hasil dari warung tersebut. Yesi juga tidak mau memperpanjang masalah dengan Nurdin (mantan suami) karena mereka berpisah juga tidak dengan hubungan yang baik. (Ibu Rumah Tangga, 2016)

3. Kasus antara Syamsuddin dengan Yunita. Dari perkawinannya, mereka memiliki tiga orang anak. Tapi yang harus dinafkahi Syamsuddin hanya dua orang dikarenakan anak pertama sudah dewasa. Alasan Syamsuddin tidak memberi nafkah kepada anaknya setelah pemberian saat talak di Pengadilan Agama Sijunjung adalah karena tidak sanggup memberi nafkah yang disebabkan Syamsuddin hanya bekerja sebagai seorang supir dan juga dikarenakan telah memiliki keluarga baru. Hal ini membuat Syamsuddin lebih mengutamakan keluarga barunya. (Supir, 2016)

Sedangkan pernyataan dari Yunita dengan sangat kesal menjawab bahwa Dia (Syamsuddin) hanya bisa “membuat anak” namun untuk bertanggung jawab tidak mau, padahal Dia (Syamsuddin) sudah menikah

(15)

lagi dengan perempuan lain, jika Dia memang tidak punya uang kenapa nikah lagi, karena menikah tersebut pasti mengeluarkan uang. (Ibu Rumah Tangga, 2016)

Dari hal-hal yang dikemukakan di atas, diketahui bahwa terdapat beberapa faktor penyebab ayah mengabaikan kewajiban membayar nafkah anak setelah perceraian adalah :

1). Ayah merasa tidak sanggup menafkahi anaknya

Ayah merasa tidak sanggup menafkahi anaknya dikarenakan pekerjaan ayah yang penghasilan tidak menentu setiap bulannya. Ihsan bekerja wiraswasta, Nurdin berdagang, dan Syamsuddin bekerja sebagai supir.

2). Sudah mempunyai keluarga baru

Ayah yang melakukan pengabaian kewajiban terhadap nafkah anak disebabkan karena ayah tersebut sudah menikah lagi. Hal ini membuat ayah hanya memikirkan/mengutamakan kewajibannya terhadap keluarga baru tersebut sehingga nafkah anak dari perkawinan terdahulu menjadi terabaikan.

3). Merasa ibu dari anak/mantan istri sanggup menafkahi anak

Menurut ayah yang mengabaikan nafkah anak, ibu dari anak tersebut mampu untuk menafkahi anak-anaknya. Seperti Ovia yang bekerja sebagai PNS, kemudian Yesi yang sudah ditinggalkan warung sebagai mata pencarian utama.

4). Kurangnya tanggung jawab Ayah

Kurangnya tanggung jawab ayah terhadap nafkah anak. Jika ayah orang yang bertanggung jawab, walaupun ayah merasa tidak sanggup untuk menafkahi anaknya, ayah sudah mempunyai keluarga baru, atau merasa ibu sanggup menafkahi anaknya. Ayah akan tetap berusaha untuk menafkahi anaknya jika ayah adalah orang yang bertanggung jawab. Meskipun nafkah yang diberikan semampunya dari ayah.

(16)

Demikianlah faktor-faktor yang menjadi penyebab ayah mengabaikan kewajiban membayar nafkah terhadap anak setelah perceraian. Dari hal tersebut terbukti bahwa ayah mengabaikan kewajiban membayar nafkah anak setelah perceraian.

3. Kelemahan/kekurangan regulasi tentang kewajiban ayah terhadap nafkah anak setelah perceraian sehingga seringkali tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam pelaksanaannya

Telah dijelaskan di atas bahwa terjadi pengabaian kewajiban ayah terhadap nafkah anak setelah perceraian. Pemberian nafkah anak yang dilakukan ayah merupakan kewajiban yang telah diterangkan di dalam hukum Islam dan hukum di Indonesia. Di tambah lagi di dalam kasus ini kewajiban ayah telah di tetapkan dalam putusan pengadilan agama. Namun ayah masih saja mengabaikan kewajibannya terhadap nafkah tersebut.

Pengabaian kewajiban ayah terhadap nafkah anak setelah perceraian ini terjadi di Sijunjung yang dilakukan oleh Ihsan, Nurdin, dan Syamsuddin (nama samaran). Ihsan memiliki satu orang anak dengan Ovia yang harus dinafkahinya. Anak ini bernama Raisa Aliah Fitri yang berumur 4 tahun. Di dalam putusan Ihsan harus memberi nafkah anak sebesar Rp.

1.000.000,- (satu juta rupiah). Tapi kenyataannya Ihsan tidak melaksanakan isi putusan tersebut. Ihsan melaksanakan isi putusan hanya sekali, itupun yang terjadi di depan sidang pengadilan saat ikrar talak. Setelah membayar kewajibannya saat ikrar talak, Ihsan tidak pernah melaksanakan kewajibannya lagi.

Ihsan menyebutkan alasan tidak menjalankan kewajiban terhadap nafkah anak adalah karena keterbatasan pendapatan pada saat ini. Ditambah lagi Ihsan sudah mempunyai keluarga baru dan harus membiayainya. Ihsan juga beranggapan bahwa anaknya bisa di hidupi oleh ibunya yang merupakan PNS di sebuah sekolah. (Wiraswasta, 2016)

(17)

Sementara jawaban dari Ovia bahwa Ihsan sekarang tidak peduli lagi dengan apa yang ditetapkan pengadilan agama Sijunjung, semenjak terjadi perceraian Ihsan hanya memberi nafkah saat pengucapan ikrar talak, setelah itu tidak pernah lagi. Ovia hanya menerima apa yang diperbuat Ihsan tersebut. Ovia malas untuk memintanya karena takut bertengkar yang hanya akan memperpanjang masalah. (PNS, 2016)

Kemudian Nurdin, Nurdin memiliki 3 orang anak dari perkawinannya dengan Yesi. 2 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki- laki yang bernama Amelia Denata, Nesya Denata, dan Raditya Denata. Di dalam putusan Nurdin ditetapkan harus membayar nafkah anak setiap bulannya minimal Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah). Dalam kenyataannya Nurdin tidak menjalankannya, Nurdin hanya sesekali memberi nafkah pada anaknya. Sesekali di sini satu kali 2 bulan atau satu kali 3 bulan, itu pun jauh dari nominal yang ditetapkan Pengadilan Agama Sijunjung, yaitu hanya Rp 50.000 atau Rp 100.000. Padahal di dalam putusan menetapkan 1,5 juta/bulan.

Dari wawancara alasan Nurdin melakukan hal tersebut karena sudah mempunyai keluarga baru yang harus dinafkahi. Untuk menafkahi keluarga baru saja sudah sulit rasanya bagi Nurdin, oleh karena itu Nurdin tidak menjalankan putusan sebagaimana mestinya. Kemudian Nurdin juga mengemukakan alasan lainnya, yaitu bahwa anak-anaknya sudah ditinggalkan warung aksesoris mobil yang dikelola ibunya sehingga anak- anaknya sudah bisa dinafkahi dari hasil warung tersebut. (Dagang, 2016)

Sedangkan Yesi dari hasil wawancara hanya pasrah karena Yesi merasa mampu membiayai dan memelihara anak-anak karena hasil dari warung tersebut. Yesi juga tidak mau memperpanjang masalah dengan Nurdin (mantan suami) karena mereka berpisah juga tidak dengan hubungan yang baik. (Ibu Rumah Tangga, 2016)

Selanjutnya Syamsuddin, dari perkawinannya dengan Yunita telah dikaruniai 3 (tiga) orang anak, 2 orang anak laki-laki dan 1 orang anak

(18)

perempuan yang bernama Andi Harita Putra, Rike Anggela, dan Viky harita Putra. Di dalam putusan Syamsuddin harus membayar nafkah anak setiap bulan sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah). Namun dalam kenyataanya Syamsuddin tidak melakukan isi dari putusan tersebut. Syamsuddin melaksanakan isi putusan hanya sekali, itupun yang terjadi di depan sidang pengadilan saat ikrar talak. Setelah membayar kewajibannya saat ikrar talak, Syamsuddin tidak pernah melaksanakan kewajibannya lagi.

Saat diwawancara alasan Syamsuddin tidak memberi nafkah kepada anaknya setelah pemberian saat talak di Pengadilan Agama Sijunjung adalah karena tidak sanggup memberi nafkah yang disebabkan Syamsuddin hanya bekerja sebagai seorang supir dan juga dikarenakan telah memiliki keluarga baru. Hal ini membuat Syamsuddin lebih mengutamakan keluarga barunya. (Supir, 2016)

Sedangkan pernyataan dari Yunita dengan sangat kesal menjawab bahwa Dia (Syamsuddin) hanya bisa “membuat anak” namun untuk bertanggung jawab tidak mau, dia bilang tidak punya uang. Padahal Dia (Syamsuddin) sudah menikah lagi dengan perempuan lain, jika Dia memang tidak punya uang kenapa menikah lagi, karena menikah tersebut pasti mengeluarkan uang. (Ibu Rumah Tangga, 2016)

Dari gambaran kasus di atas telah terjadi pengabaian kewajiban ayah terhadap nafkah anak setelah perceraian, walaupun kewajiban ayah terhadap nafkah anak setelah perceraian telah dijelaskan di dalam hukum Islam dan hukum di Indonesia serta telah ditetapkan juga di dalam putusan pengadilan agama. Tapi kenyataannya pengabaian kewajiban ayah terhadap nafkah anak masih saja terjadi. Hal ini membuat penulis bertanya apakah yang menjadi kelemahan/kekurangan regulasi tentang kewajiban ayah terhadap nafkah anak setelah perceraian.

Dari penelitian yang penulis lakukan, hal-hal yang menjadi kelemahan/kekurangan regulasi tentang kewajiban ayah terhadap nafkah

(19)

anak setelah perceraian sehingga seringkali tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam pelaksanaannya adalah:

1. Tidak adanya sanksi pidana

Maksudnya tidak ada sanksi pidana yang diberlakukan oleh Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 sebagai peraturan tertinggi di dalam hukum Indonesia tentang perkawinan untuk ayah yang mengabaikan kewajiban terhadap nafkah anak setelah perceraian. Kemudian di dalam Peraturan Pemerintah Repulik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 juga tidak menyinggung ketentuan pidana untuk ayah yang mengabaikan kewajiban terhadap nafkah anak. Di dalam Peraturan Pemerintah itu hanya membahas ketentuan pidana (pasal 45)

1). Kecuali apabila ditentukan lain dalam peraturan perudang-undangan yang berlaku, maka:

a. Barang siapa yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 3, 10 ayat (3), 40 Peraturan Pemeritah ini dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya Rp. 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah);

b. Pegawai Pencatat yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Pasal 6,7,8,9,10 ayat (1), 11, 13, 44 Peraturan Pemerintah ini dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan atau denda setinggi-tingginya Rp.7.500,-(tujuh ribu lima ratus rupiah).

2). Tidak pidana yang dimaksud dalam ayat (1) di atas merupakan pelanggaran. (Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam)

Begitu juga di dalam Kompilasi Hukum Islam, tidak ada sanksi untuk ayah yang mengabaikan kewajiban terhadap nafkah anak setelah perceraian.

2. Susahnya istri mengajukan permohonan eksekusi untuk melidungi hak anak.

(20)

Seorang mantan istri boleh mengajukan permohonan eksekusi terhadap rekonvensi nafkah bila tidak sesuai dengan yang seharusnya.

Namun dalam prakteknya susah untuk dijalankan oleh (mantan istri), susah maksudnya di sini adalah:

a. Biaya eksekusi yang dibebankan kepada istri

Hal ini mengakibatkan istri enggan untuk mengajukan permohonan eksekusi, mereka lebih memilih bersikap pasrah.

b. Tidak ada prodeo

Di dalam eksekusi tidak mengenal istilah prodeo sehingga biaya dibebankan kepada para pihak (pemohon).

c. Besarnya jumlah eksekusi yang tidak sebanding dengan jumlah nafkah.

d. Tidak ada harta yang dieksekusi.

Kadang kala keengganan suami tidak menjalankan kewajiban adalah karena keadaan ekonomi yang terbatas.

Gambar

TABEL II  DATA AYAH
TABEL III  DATA IBU
TABEL IV  DATA ANAK IHSAN

Referensi

Dokumen terkait

Bila pasien patuh menjalankan aktivitas self-care, maka pengendalian kadar glukosa darah yang menjadi tujuan utama penatalaksanaan DM akan berada dalam batas

Tahap eksplorasi yaitu meliputi langkah penyatuan imajinasi dengan pengalaman estetis dengan berbagai bentuk Rusa yang pernah dilihat oleh penulis semasa kecil

Oleh karena itu, pemerintah telah mengatur dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen 29 , bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan

Gambar 30 menunjukkan tegangan pada material ASTM A299 saat rotasi setengah lingkaran Tabel 4.13 dan Gambar 4.31 menunjukkan perbandingan tegangan yang terjadi saat

Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka penggunaan indeks BB/U lebih menggambarkan status seseorang saat ini (current nutritional status) (Supariasa dkk, 2001).

Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti bahwa dampak dari kualitas data penjualan dan administrasi dapat mengurangi biaya operasional, dengan objek industri

the assistant's batch (year), the average of exam's participant batch(year), gender combination of the keeper, evenness of the exam keeping of every assistant,

Dengan begitu, jampi-jampi dari dukun manapun yang ada di Bangka ini tidak akan mempan/mampu menembus Desa Batu Beriga (dikenal juga dengan dukun kekuatan/ilmu