• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KUALITAS HIDUP TERKAIT KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MAHASISWA FKG USU YANG MENGALAMI MALOKLUSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT KUALITAS HIDUP TERKAIT KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MAHASISWA FKG USU YANG MENGALAMI MALOKLUSI"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)TINGKAT KUALITAS HIDUP TERKAIT KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MAHASISWA FKG USU YANG MENGALAMI MALOKLUSI. SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. ANNISA RABELA NIM : 150600225. FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019. Universitas Sumatera Utara.

(2) Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonti Tahun 2019. Annisa Rabela Tingkat Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Mahasiswa FKG USU yang Mengalami Maloklusi x + 39 halaman Dalam kedokteran gigi gangguan kesehatan berkaitan dengan fungsi fisik seperti pengunyahan, fungsi psikis atau mental yang berhubungan dengan senyum dan daya tarik diri serta fungsi sosial yaitu kepercayaan diri dan kepuasan pada rongga mulut. Salah satu permasalahan kesehatan gigi dan mulut yaitu maloklusi. Kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut (OHRQOL) adalah parameter penting untuk penilaian pasien dalam domain yang terkait dengan kesehatan fisik dan mental termasuk maloklusi. Jenis penelitian adalah deskriptif yang dilakukan pada 82 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (FKG USU) yang mengalami maloklusi dengan menggunakan Index Of Orthodontic Treatment Need berdasarkan Aesthetic Component dan mengisi kuesioner kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut menggunakan kuesioner OHRQOL-UK. Pengisian kuesioner dan pengambilan foto melalui pengambilan data secara langsung pada mahasiswa yang masih aktif mengikuti pendidikan dan memenuhi kriteria. Hasil penelitian diperoleh tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa yang mengalami maloklusi secara keseluruhan adalah memiliki efek yang buruk (3,7%), tidak ada efek (82,9%), memiliki efek baik (13,4%). Kesimpulannya adalah tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa yang mengalami maloklusi didominasi tidak ada nya efek secara keseluruhan, namun hanya mendominasi di beberapa aspek seperti dampaknya pada penampilan, kenyamanan, kepercayaan diri dan saat tersenyum atau tertawa. Daftar Rujukan : 61 (1992-2018). Universitas Sumatera Utara.

(3) Universitas Sumatera Utara.

(4) TIM PENGUJI SKRIPSI. Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 13 Mei 2019. TIM PENGUJI : 1. Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort(K) 2. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort(K). Universitas Sumatera Utara.

(5) KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara 2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K)., sebagai Ketua Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu dan memberikan izin dalam menyelesaikan skripsi. 3. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort, sebagai koordinator skripsi di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utaradan dosen tim penguji skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi. 4. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K), selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort, selaku dosen tim penguji skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi. 6. Maya Fitria, SKM., M.Kes., selaku staf pengajar di Departemen Kependudukan dan Biostatik FKM USU yang telah memberikan bimbingan mengenai besar sampel kepada penulis. 7. Prana Ugiana Gio, M.Si, selaku staf pengajar di Fakultas Matematika USU yang telah banyak memberikan bimbingan mengenai bidang statistik kepada penulis. 8. Seluruh staf pengajar FKG USU terutama staf pengajar dan pegawai di Departemen Ortodonsia FKG USU atas bantuan yang diberikan kepada penulis.. Universitas Sumatera Utara.

(6) 9. Kepada Wenny dan kak Pavitraa, selaku partnerselama melakukan penelitian dan banyak membantu skripsi ini serta teman-teman yang menjalani skripsi di bagian ortodonti yang telah sama-sama berjuang demi terselesaikannya skripsi ini. 10. Kepada Ahmad Idris Harahap selaku senior yang telah banyak membantu dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Kepada teman-teman angkatan 2015 dan adik-adik yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu disini, terimakasih atas keluangan waktunya untuk menjadi subjek penelitian. 12. Sahabat-sahabat terbaik penulis yakni Rafika, Azizah, Zuriyah, Dini, Faniyang telah banyak membantupenulis dalam penyelesaian skripsi ini 13. Kepada Adi Tama yang telah senantiasa memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih yang teristimewa kepada orang tua tercinta yakni Ayahanda Ir. H. Kurnia Saleh dan Ibunda Hj.J. Jumriyanti atas segala kasih sayang, doa dan dukungannya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari. Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ortodonti.. Medan, 3 April 2019 Penulis. (Annisa Rabela) NIM : 150600225. Universitas Sumatera Utara.

(7) DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................... HALAMAN TIM PENGUJI .............................................................. KATA PENGANTAR ....................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................... DAFTAR TABEL .............................................................................. DAFTAR GAMBAR ......................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ iv v viii ix x. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 1.3.1 Tujuan Umum ........................................................... 1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 1 3 3 3 3 4. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Hidup ....................................................................... 2.2 Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut ............... 2.2.1 Pengukuran Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut ................................................................................... 2.2.1.1 Oral Impact on Daily Performance .......................... 2.2.1.2 Oral Health Impact Profile ....................................... 2.2.1.3 Oral Health Related Quality of Life-UK ................... 2.3 Maloklusi ............................................................................... 2.2.1 Pengertian Maloklusi ................................................... 2.2.2 Etiologi Maloklusi ....................................................... 2.2.3 Klasifikasi Maloklusi ................................................... 2.2.4 Derajat Keparahan Maloklusi ...................................... 2.2.4.1 Peer Assesment Rating.............................................. 2.2.4.2 Index of Orthodontic Treatment Need ...................... 2.5 Kerangka Teori ...................................................................... 2.6 Kerangka Konsep .................................................................... 7 8 8 9 10 10 11 12 13 13 14 16 17. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian....................................................................... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 3.3 Populasi dan Sampel .............................................................. 3.3.1 Populasi ......................................................................... 18 18 18 18. 5 6. Universitas Sumatera Utara.

(8) 3.3.2 Sampel.......................................................................... 3.4 Variabel dan Definisi Operasional ......................................... 3.4.1 Variabel ...................................................................................... 3.4.2 Definisi Operasional................................................................... 3.5 Alat dan Bahan Penelitian ...................................................... 3.6 Metode Pengumpulan Data .................................................... 3.7 Pengolahan dan Analisis Data................................................ 3.8 Etika Penelitian ...................................................................... 3.8.1 Informed Consent ....................................................................... 3.8.2 Ethical Clearance ....................................................................... 18 20 20 20 22 22 24 23 23 23. BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................. 24. BAB 5 PEMBAHASAN ...................................................................... 28. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ............................................................................ 6.2 Saran........................................................................................ 32 33. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 34. LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara.

(9) DAFTAR TABEL. Tabel. Halaman. 1. PertanyaanOHRQOL-UK ............................................................................13 2. Definisi Operasional....................................................................................20 3. Distribusi frekuensi sampel dengan tingkat kebutuhan perawatan ortodonsia berdasarkanAesthetic Component(AC) ........................24 4. Distribusi tanggapan dampak maloklusi terhadap kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa FKG USU ................................................................................25 5. Tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa FKG USU yang mengalami maloklusi............................26 6. Skor rata-rata tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa FKG usu yang mengalami maloklusi ........................26 7. Distribusi frekuensi sampel dan pengaruh tingkatIOTN BerdasarkanAesthetic Component(AC) dengan tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa FKG USU ............................................................................................................27. Universitas Sumatera Utara.

(10) DAFTAR GAMBAR. Gambar. Halaman. 1. Skala Aesthetic Component (AC)......................................................15. Universitas Sumatera Utara.

(11) DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran. 1. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian 2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 3. Kuesioner Penelitian 4. Data Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonsia Berdasarkan Aesthetic Component (AC) Pada Mahasiswa FKG USU yang Mengalami Maloklusi 5. Data Skor Total dan Tingkat Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Mahasiswa FKG USU yang Mengalami Maloklusi 6. Hasil Foto Penelitian 7. Hasil Perhitungan dan Uji Statistik 8. Surat Izin Penelitian oleh Dekan FKG USU 9. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan. Universitas Sumatera Utara.

(12) BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konsep kesehatan saat ini menekankan bahwa kesehatan gigi dan mulut bukan hanya mempertimbangkan masalah gigi saja, tetapi juga menyangkut masalah fisik, psikologis dan sosial.1Cohen dan Jago berpendapat bahwa kontribusi terbesar dari kedokteran gigi adalah perbaikan kualitas hidup. Kualitas hidup adalah kesempatan individu untuk dapat hidup nyaman tanpa gangguan yang dapat menggaggu aktivitas, mempertahankan keadaan sehat fisiologi yang sejalan dengan sehat secara psikologis dan sosial di dalam kehidupan sehari-hari.2 3 Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut adalah produk dari banyak pengamatan dan penelitian tentang dampak penyakit mulut pada berbagai aspek kehidupan.Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut merupakan. konsep. multidimensi,. yang. berarti. pasien. memperkirakan. kesejahteraannya dalam kaitannya denganfaktor fungsional (pengunyahan, menelan, dan berbicara), faktor-faktor psikis (penampilan pribadi, harga diri), faktor sosial (interaksi sosial, komunikasi, sosialisasi), faktor-faktor yang berhubungan dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan (akut dan kronis).3 4 Dalam bidang kedokteran gigi, gangguan kesehatan yang terjadi berkaitan dengan gangguan pada fungsi fisik seperti pengunyahan, fungsi psikis atau mental yang berhubungan dengan senyum dan daya tarik diri serta fungsi sosial yaitu kepercayaan diri serta kepuasan pada rongga mulut. Salah satu permasalahan kesehatan gigi dan mulut yaitu maloklusi.Kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut atauoral health-related quality of life (OHRQOL) adalah parameter penting untuk penilaian pasien dalam domain yang terkait dengan kesehatan fisik dan mental termasuk maloklusi.56 Maloklusi bukan suatu penyakit, namun merupakan suatu kondisi susunan gigi yang tidak teratur dari bentuk normalpada saat maksila dan mandibula. Universitas Sumatera Utara.

(13) dioklusikanyang menunjukkan variasi biologis.Penyebab maloklusi sebagian besar merupakan interaksi faktor genetik dan lingkungan. Terdapat dua kemungkinan bagaimana peran faktor genetik dalam menyebabkan maloklusi. Pertama, ketidakseimbangan antara ukuran gigi-geligi dan ukuran rahang yang dapat menghasilkan gigi berjejal dan gigi bercelah. Kedua, adanya ketidakseimbangan antara ukuran dan bentuk rahang atas dan bawah, sedangkan faktor lingkungan diantaranya kebiasaan buruk, postur jaringan lunak, karies, penyakit periodontal, gangguan perkembangan dan trauma.7 8 World Health Organization (WHO) mendefinisikan maloklusi sebagai sebuah kelainan atau anomali yang menyebabkan terganggunya fungsi, dan membutuhkan penanganan jika kerusakan fungsi akan menjadi penghambat bagi fisik dan emosional pasien. Maloklusi adalah penyimpangan dari oklusi ideal yang dianggap sebagai ketidakpuasan estetik sehingga menggambarkan kondisi ketidakseimbangan dalam ukuran relatif dari posisi gigi, tulang wajah, dan jaringan lunak (bibir, pipi, dan lidah).9 10 Penelitian Arcis dkk., pada tahun 2015 tentang hubungan persepsi maloklusi terhadap dampak psikologis dengan jumlah sampel sebanyak 627 orang, menyatakan bahwa akan lebih baik jika penelitian terhadap persepsi maloklusi dilakukan pada subjek dewasa muda. Hal ini didasarkan pada banyaknya hasil penelitian lain yang menyimpulkan bahwa menganalisis dampak persepsi psikologis dari estetika gigigeligi pada usia dewasa muda akan lebih optimal. Kestabilan emosi dan memiliki pandangan yang lebih realistis terhadap estetika gigi-geligi sudah tercapai pada usia dewasa muda.11 Berdasarkan penelitian Chen dkk., pada tahun 2015 tentang Impact of Malocclusion on Oral Health–related Quality of Llife in Young Adults dengan jumlah sampel penelitian terdiri dari 190 dewasa muda yang berusia 18 hingga 25 tahun, yang mendapat perawatan di klinik ortodontik di Fakultas Kedokteran Gigidi Cina. Dengan menggunakan indeks IOTNdan kuesioner OHIP, Chen menarik kesimpulan maloklusi memiliki dampak negatif yang berarti pada kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut. Dampak terbesar terlihat pada domain ketidaknyamanan psikologis. Universitas Sumatera Utara.

(14) dan kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pasien meningkat setelah dilakukan perawatan ortodontik.12 Hasil Penelitian Masood pada tahun 2017 mengenai Malocclusion and Oral Health Related Quality of Lifemenunjukkanmaloklusi memiliki dampak negatif terhadap kualitas hidup terkait kesehatan mulut. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam dampak maloklusi pada kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan. Dampak maloklusi menurun seiring pertambahan usia yang menunjukkan bahwa orang-orang beradaptasi dengan maloklusi mereka seiring bertambahnya usia. Tingkat pendidikan memiliki hubungan terhadap peningkatan kesadaran diri dan harga diri dengan meningkatnya pendidikan dan lebih banyak interaksi dengan teman sebaya.613 Berdasarkan uraian diatas bahwa maloklusi dapat mempengaruhi kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada dewasa muda termasuk mahasiswa, maka peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa FKG USU yang mengalami maloklusi.. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas didapat rumusan masalah, bagaimana tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiwa FKG USU yang mengalami maloklusi?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui tingkat kualitas hidupterkait kesehatan gigi dan rongga mulut pada mahasiwa FKG USU yang mengalami maloklusi.. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulutberdasarkan kueisonerOHRQOL-UK.. Universitas Sumatera Utara.

(15) 2. Untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodonsia pada mahasiswa FKG USU berdasarkan Index Aesthetic Component (AC).. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Memberikan informasi dibidang ortodonsia mengenai tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa FKG USU yang mengalami maloklusi. b. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tingkat kualitas hidup yang berkaitan dengan. faktor fungsional, faktor-faktor psikis, faktor sosial dan. faktor-faktor yang berhubungan dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan di rongga mulut pada mahasiwa FKG USU yang mengalami maloklusi. c.Sebagai bahan pertimbangan untuk mendapatkan perawatan ortodonti pada mahasiwa FKG USU yang mengalami maloklusi. 1.4.2 Manfaat Klinis a. Membantu dalam membuat keputusan klinis dengan mempertimbangkan kebutuhan fisik serta emosional pasien pada perawatan ortodonti. b. Sebagai bahan informasi yang dapat diberikan pada pasien sebelum menerima perawatan ortodonti.. Universitas Sumatera Utara.

(16) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kualitas Hidup(Quality of Life) Konsep kualitas hidup telah banyak digunakan dan dilaporkan dalam literatur dalam banyak bidang termasuk kedokteran, ilmu kesehatan, dan ilmu sosial dalam dua puluh tahun terakhir.14. 15. Kualitas hidup adalah persepsi individual terhadap. posisinya dalam kehidupan, konteks budaya, sistem nilai yang berhubungan terhadap tujuan hidup, harapan, standar, dan lainnya yang terkait.16 Menurut WHO pada tahun 2014 kualitas hidup adalah masalah yang mencakup kualitas hidup sangat luas dan kompleks termasuk masalah kesehatan fisik, status psikologik, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan lingkungan.16Kualitas hidup adalah kesempatan individu untuk dapat hidup nyaman tanpa gangguan yang dapat menggaggu aktivitas, mempertahankan keadaan sehat fisiologi yang sejalan dengan imbangan sehat psikologis dan sosial di dalam kehidupan sehari-hari.3 17 Kualitas hidup individu yang satu dengan yang lain akan berbeda, hal itu tergantung pada definisi atau interpretasi masing-masing individu tentang kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup akan sangat rendah apabila aspek-aspek dari kualitas hidup itu sendiri masih kurang dipenuhi.18 Penelitian terbaru tentang kualitas hidup berfokus pada dua metodologi dasar pengukuran. Salah satu metode menggunakan indikator sosial atau ekonomi yang dapat diukur untuk mencerminkan sejauh mana kebutuhan manusia terpenuhi, yang lain. melihat. tingkat. kebahagiaan,. kesenangan,. kebutuhan. yang. telah. terpenuhi.Adanya gangguan kesehatan secara fisik, mental maupun sosial akan menurunkan nilai kualitas hidup.1920 Dalam bidang kedokteran gigi, gangguan kesehatan yang terjadi berkaitan dengan gangguan pada fungsi fisik seperti pengunyahan, fungsi psikis atau mental yang berhubungan dengan senyum dan daya tarik diri serta fungsi sosial yaitu. Universitas Sumatera Utara.

(17) kepercayaan diri serta kepuasan pada rongga mulut. Salah satu permasalahan kesehatan gigi dan mulut yaitu maloklusi.18. 2.2 Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut(Oral Health Related Quality of Life) (OHRQOL) Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut(OHRQOL) adalah konsep multidimensional yang antara lain terkait kenyamanan orang ketika makan, tidur, terlibat dalam interaksi sosial, kepercayaan diri mereka dan kepuasan mereka sehubungan dengan kesehatan mulut.OHRQOL dikaitkan dengan faktor fungsional, faktor psikologis, faktor sosial, dan pengalaman sakit atau ketidaknyamanan.3 4 21 Salah satu definisi paling awal diberikan oleh Kressin pada tahun 1997 yang mendefinisikan OHRQOL, dalam istilah yang lebih luas sebagai "mencakup definisi tradisional kesehatan mulut, serta dampak subyektif individu dari kesehatan mulut dan kesejahteraan dan berfungsi dalam kehidupan sehari-hari".13Kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut didefinisikan sebagai rasa kesejahteraan dan kepuasan dengan performa sehari-hari yang dipengaruhi oleh kondisi gigi dan mulut. Penyakit mulut sangat umum dan memiliki dampak pada aspek kehidupan individu yang berbeda dan dapat mengubah performa seseorang.22 Beberapa tahun belakangan telah terjadi transisi dalam kriteria perawatan gigi tradisional yang berfokus hanya pada penyakit seperti karies, penyakit periodontal dan gingivitis, beralih menjadi sistem yang berpusat pada keluhan pasien berdasarkan pengalaman sosial, emosional dan fisik. Dengan kata lain mengatasi keluhan kesehatan pasien dan mempertimbangkan dampak penyakit pasien pada kualitas hidupnya.23 Kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut membantu dalam membuat keputusan klinis dengan mempertimbangkan keinginan pasien dan kebutuhan fisik serta emosional.2024 Dalam penelitiannya pada tahun 2002, Inglehart mendefinisikan OHRQOL lebih spesifik sebagai "tidak adanya dampak negatif dari kondisi mulut pada kehidupan sosial dan rasa percaya diri yang positif pada dentofacial". Dalam definisi ini, Inglehart menunjukkan bahwa OHRQOL didefinisikan sebagai penilaian. Universitas Sumatera Utara.

(18) seseorang tentang bagaimana faktor-faktor berikut mempengaruhi kesejahteraannya dalam beberapa faktor yaitu : (a) faktor fungsional; (b) faktor psikologis; (c) faktor sosial; dan (d) pengalaman sakit / ketidaknyamanan yang berpusat pada orofacial.4 13 Kualitas hidup terkait kesehatan mulut adalah fenomena yang relatif baru, tetapi berkembang. pesat. yang. telah. muncul. selama. 2. dekade. terakhir.. WHOmengidentifikasi OHRQOL sebagai pergeseran persepsi kesehatan dengan tidak adanya penyakit dan kecacatanuntuk melengkapi kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial. Sebagai hasilnya, para peneliti mulai mengembangkan langkahlangkah alternatif yang akan mengevaluasi dampak fisik, psikologis, dan sosial dari kondisi mulut pada seorang individu.21 Langkah-langkah alternatif ini diukur dengan instrumen yang dirancang dan divalidasi dengan cermat seperti kuesioner.25 26 Penelitian mengenai kualitas hidup telah banyak dilakukan dengan beragam kelompok sosial. Penelitian Masood pada tahun 2017 mengenai Malocclusion and Oral Health Related Quality of Lifemengatakan tingkat pendidikan memiliki hubungan terhadap peningkatan kesadaran diri dan harga diri dengan meningkatnya pendidikan dan lebih banyak interaksi dengan teman sebaya.6Penelitian Arcis pada tahun 2015 dalam tentang hubungan persepsi maloklusi terhadap dampak psikologis, menyatakan bahwa akan lebih baik jika penelitian terhadap persepsi maloklusi dilakukan pada subjek dewasa muda seperti mahasiswa. Kestabilan emosi dan memiliki pandangan yang lebih realistis terhadap estetika gigi-geligi sudah tercapai pada usia dewasa muda.11. 2.2.1 Pengukuran Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut(Oral Health-Related Quality of Life)(OHRQOL) Dalam 20 tahun terakhir kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut semakin berkembang, sehingga para peneliti mulai mengakui pentingnya OHRQOL dan sudah mulai dan terus menghasilkan instrumen pengukuran. Instrumen OHRQOL sangat bervariasi dalam hal jumlah pertanyaan (item) dan format pertanyaan serta tanggapan21 24. Beberapa jenis pengukuranOHRQOL, diantaranya :. Universitas Sumatera Utara.

(19) 2.2.1.1Oral Impact on Daily Performance (OIDP) Oral Impact on Daily Performance terdiri dari delapan item yang bertujuan untuk mengevaluasi dampak kesehatan mulut untuk melakukan aktifitas sehari-hari termasuk pengukuran dimensi fisik, psikologis dan sosial. Instrumen ini fokus pada 10 aktivitas dasar sehari-hari yaitu, makan, berbicara, membersihkan mulut, aktivitas fisik ringan, tidur, relaks, senyum, keadaan emosional dan menikmati interaksi dengan orang lain.27OIDP terdiri atas 8 item, skor dari dampak masalah kesehatan rongga mulut terhadap beberapa aktivitas di ukur dari skor keparahan dan frekuensi. Hasil skor untuk satu dampak intensitas berkisar 0-9. Ukuran skor dampak yaitu :28 1. Sangat parah: jumlah skor 9 (keparahan skor 3 x frekuensi skor 3) 2. Parah : jumlah skor 6 (keparahan skor 2 x frekuensi skor 3 /keparahan skor 3 x frekuensi 2) 3. Cukup : jumlah skor 3-4 (keparahan skor 2 x frekuensi skor 2 / keparahan skor 3 x frekuensi skor 1) 4. Rendah : jumlah skor 2 (keparahan skor 2 x frekuensi skor 1) 5. Sangat rendah : jumlah skor 1 (keparahan skor 1 x frekuensi skor 1). 2.2.1.2Oral Health Impact Profile (OHIP) Salah satu instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kualitas hidup terkait rongga mulut adalah Oral Health Impact Profile. OHIP-14 merupakan salah satu alat ukur kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut. OHIP-14 merupakan versi pendek dari OHIP-49 tetapi tetap memiliki dimensi konseptual asli yang terkandung dalam OHIP-49.29Tujuannya adalah untuk menilai tujuh dimensi dampak kondisi mulut pada kualitas hidup seseorang termasuk keterbatasan fungsional, nyeri fisik, ketidaknyamanan psikologis, disabilitas fisik, disabilitas psikologis, disabilitas sosial dan kecacatan.Setiap butir pertanyaan akan diberikan skor yang berkisar dari 0-4, angka 0 berarti tidak pernah, angka 1 berarti pernah, angka 2 berarti kadang-kadang, angka 3 berarti sering dan angka 4 berarti sangat penting.3031. Universitas Sumatera Utara.

(20) 2.2.1.3Oral Health Related Quality of life-United Kingdom (OHRQOL-UK) Oral Health Related Quality of life-United Kingdompertama kali diperkenalkan oleh McGrath dan Bedi pada tahun 2000 sebagai pengukuran yang valid dan handal untuk mengukur dampak kesehatan gigi dan mulut, juga dilaporkan memiliki sifat psikometrik yang baik untuk menilai dampak negatif dan positif kesehatan mulut pada kualitas hidup. Dalam penelitiannya Mcgrath dan Bedi menyatakan instrumen yang ada saat ini hanya mengukur prevalensi kesehatan mulut pada kualitas hidup dan gagal untuk mengambil arti penting dari efek mereka secara keseluruhan yaitu dampaknya, hal ini patut dipertimbangkan mengingat bahwa orang-orang dari berbagai usia, jenis kelamin dan kelas sosial, berbeda dalam persepsi mereka tentang apa arti penting aspek kesehatan mulut.32 OHRQOL-UK memiliki 16 itemyang mencakup tiga domain kesehatan: fisik, psikologis dan sosial, dengan skor mulai dari efek buruk-ke-baik pada kualitas hidup. Responden diminta untuk menilai dampak dari masing-masing efek dalam skala 1 hingga 5, skor 1 untuk efek sangat buruk, skor 2 efek buruk, skor 3 untuk tidak ada efek, skor 4 untuk efek baik dan skor 5 untuk efek sangat baik. Maka akan didapatkan hasil OHRQOL-UK dengan skor mulai dari 16 sampai skor tertinggi 80.3334 Tabel 1. Pertanyaan OHRQOL-UK34 NO Pertanyaan 1. Apakah efeknya dalam proses penguyahan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? 2. Apakah efeknya dalam Penampilan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? 3. Apakah efeknya dalam kemampuan pengucapan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? 4. Apakah efeknya dalam kesehatan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? 5. Apakah efeknya dalam kemampuan untuk bersantai atau tidur anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? 6. Apakah efeknya dalam lingkungan pergaulan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda?. Universitas Sumatera Utara.

(21) 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.. Apakah efeknya dalam kehidupan dengan lawan jenis anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya saat anda tersenyum atau tertawa, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya pada kepercayaan diri anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya pada keceriaan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya pada suasana hati anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya dalam pekerjaan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya pada keuangan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya pada kepribadian anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya dalam Kenyamanan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya dalam proses pernapasan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? 2.3 Maloklusi 2.3.1 Pengertian Maloklusi Maloklusi didefinisikan sebagai kelainan hubungan gigibaik pada rahang atas. dan bawah sehingga terlihat susunan gigi yang tidak teratur dari bentuk normal.Oklusi dikatakan normal, jika susunan gigi dalam lengkung geligi teratur baik serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi atas dengan gigi bawah, hubungan seimbang antara gigi, tulang rahang terhadap tulang tengkorak dan otot sekitarnya yang dapat memberikan keseimbangan fungsional sehingga memberikan estetika yangbaik.35 Maloklusi tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi.Faktor-faktor yang mempengaruhi maloklusi menurut Salzman dibagi atas faktor prenatal dan postnatal. Faktor prenatal terdiri dari genetik, diferensiasi dan kongental. Faktor postnatal terdiri dari perkembangan, fungsional dan lingkungan.36. 2.3.2 Etiologi Maloklusi. Universitas Sumatera Utara.

(22) Maloklusi disebabkan oleh kombinasi faktor genetik atau turunan dan lingkungan. Etologi maloklusi dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:37 1. Faktor skeletal 2. Faktor jaringan lunak 3. Faktor dentoalveolar atau lokal 4. Kebiasaan Terjadinya maloklusi sering dipengaruhi oleh faktor keturunan yang diwarisi dari orang tua dan faktor lingkungan seperti kebiasaan buruk. Pengaruh faktor tersebut dapat langsung atau tidak langsung menyebabkan maloklusi. Faktor keturunan memiliki pengaruh utama terhadap maloklusi misalnya ukuran, bentuk dan jumlah gigi yang tumbuh tidak sesuai dengan lengkung rahang sehingga menyebabkan gigi berjejal,sedangkan faktor lingkungan diantaranya yaitu kebiasaan buruk, postur jaringan lunak, karies, penyakit periodontal, gangguan perkembangan dan trauma.8 38 Pengelompokan. faktor-faktor. etiologi. maloklusi. dimaksudkan. untuk. mempermudah identifikasi kelainan oklusi yang ada. Menurut Moyers, etiologi maloklusi disebabkan beberapa faktor yaitu:39 1. Herediter 2. Gangguan pertumbuhan 3. Trauma Trauma sebelum lahir, saat dilahirkan dan setelah dilahirkan 4. Keadaan fisik 5. Kebiasaan buruk Seperti menghisap jari, menjulurkan lidah, menggigit bibir dan kuku, sikap, badan dan kebiasaan lainnya. 6. Postur 7. Penyakit Seperti penyakit sistemik, kelainan endokrin, dan penyakit lokal (gangguan saluran pernafasan, penyakit pada gusi dan jaringan penyangga gigi, tumor dan gigi berlubang.. Universitas Sumatera Utara.

(23) 8. Malnutrisi Penyebab maloklusi yang spesifik sulit dipastikan, karena sebagian besar merupakan interaksi faktor genetik dan lingkungan. Salah satu dari beberapa penyebab maloklusi adalah perbedaan antara ukuran gigi dan rahang atau perbedaan ukuran rahang atas dan bawah. Contohnya seorang anak yang mewarisi rahang ibunya yang kecil memiliki gigi yang besar mewarisi ayahnya, sehingga menyebabkan gigi kekurangan ruang menjadi berjejal.3840 Sedangkan faktor lingkungan salah satunya yaitu kebiasaan buruk, kebiasaan buruk seperti benafas lewat mulut juga termasuk etiologi maloklusi karena menyebabkan terjadinya kelainan pada otot-otot di sekitar mulut, sehingga dapat memacu terjadinya maloklusi.41. 2.3.3. Klasifikasi Maloklusi Edward Angle memperkenalkan sistem klasifikasi maloklusinya pada tahun 1899. Klasifikasi Angle masih digunakan dikarenakan kemudahan dalam penggunaannya. Menurut Angle, kunci oklusi terletak pada molar permanen pertama maksila.42 Berdasarkan hubungan antara molar permanen pertama maksila dan mandibula, Angle mengklasifikasikan maloklusi ke dalam tiga klas, yaitu :43 a. Klas I Klas I maloklusi menurut Angle dikarakteristikkan dengan adanya hubungan normal antar lengkung rahang. Cusp mesio buccal dari molar permanen pertama maksila beroklusi pada groove buccal dari molar permanen pertama mandibula b. Klas II Klas II maloklusi menurut Angle dikarakteristikkan dengan hubungan molar dimana cusp disto buccal dari molar permanen pertama maksila beroklusi pada groove buccal molar permanen pertama mandibula.. c. Klas III. Universitas Sumatera Utara.

(24) Maloklusi ini menunjukkan hubungan molar Klas III dengan cusp mesio buccal dari molar permanen pertama maksila beroklusi pada interdental antara molar pertama dan molar kedua mandibula. 2.3.4 Derajat Keparahan Maloklusi Derajat. keparahan. maloklusi. berbeda-beda. dari. rendah. ke. tinggi. yang. menggambarkan variasi biologi individu. Maloklusi dapat terjadi dalam arah sagital, transversal, vertikal, dapat diidentifikasi berdasarkan hubungan rahang yaitu hubungan rahang bawah terhadap rahang atas. Maloklusi dapat menyebabkan tampilan wajah yang buruk, resiko karies dan penyakit periodontal, sampai gangguan pada sendi temporo mandibula bila tidak dikoreksi.39 Ada beberapa pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan untuk mengukur dan menentukan derajat keparahan maloklusiyaitu dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Beberapa metode kuantitatif diantaranya:. 2.3.4.1Peer Assesment Rating(PAR Index) Peer Assessment Rating Index diperkenalkan Richmond pada tahun 1992 untuk menilai keparahan maloklusi yang diharapkan menjadi sarana untuk menentukan keparahan maloklusi secara objektif. Indeks PAR merupakan suatu nilai tunggal untuk. semua. anomali. oklusi. dan. dapat. digunakan. untuk. semua. tipe. maloklusi.Keuntungan indeks PAR dibanding dengan indeks ortodontik lainnya adalah telah diterima secara universal reliabilitas dan validitasnya, sudah terbukti ketepatan kriteria yang digunakan, metode kuantitatif yang objektifpada pengukuran maloklusi dan efektivitas hasil perawatan ortodontik.Indeks PAR melihat lima komponen yaitu daerah anterior atas dan bawah, buccal occlusion, overjet,overbite dan analisis garis median.4445. 2.3.4.2Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN). Universitas Sumatera Utara.

(25) Index of Orthodontic Treatment Needtelah banyak digunakan karena validitas, reliabilitas, dan kemudahannya. IOTNdigunakan untuk menilai kebutuhan dan kelayakan untuk dilakukannya perawatan orthodonti untuk pengobatan dengan alasan kesehatan gigi. Namun demikian, indeks ini dapat digunakan lebih dari satu tujuan. Pertama, sebagai skrining untuk cacat maloklusi, klasifikasi diagnostik dan menjelaskan keparahan maloklusi. Kedua,mengkategorikan prioritas perawatan maloklusi.IOTNmemiliki dua bagian yaitu Aesthetic Component (AC) dan Dental Health Component (DHC).4647 Aesthetic Componentdigunakan untuk menilai pendapat seseorang mengenai penampilan gigi-geligi pasien melalui skala fotografi. Dental Health Component digunakan untuk menilai beberapa maloklusi dengan menggunakan alat ukur untuk daerahmissing teeth, overjet, crossbite, displacement of the teeth, overbite.48 a. Dental Health Component(DHC) Dental Health Componentdicatat dengan memeriksa ciri oklusal yaitu MOCDO (Missing teeth, Overjet, Crossbite, Displacement, Overbite). DHCmemiliki 5 kategori terdiri dari :49 Kelas 1: Tidak perlu untuk perawatan ortodontik. Kelas 2: Sedikit kebutuhan untuk perawatan ortodontik. Kelas 3: Kebutuhan moderat untuk perawatan ortodontik. Kelas 4: Kebutuhan besar akan perawatan ortodontik. Kelas 5: Kebutuhan yang sangat besar untuk perawatan ortodontik. Sifat maloklusi yang paling parah menentukan nilai untuk DHC dari IOTN untuk seorang individu.49Grade DHC menunjukkan berapa besar tingkat prioritas untuk kebutuhan perawatan. Pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran jarak gigi (overjet),overbite, gigitan silang (crossbite), gigitan terbuka (open bite), gigitan terbalik (reverse overjet), hypodonsia, celah bibir dan palatum, dan erupsi gigi terhambat (impeded eruption teeth).50. b .Aesthetic Component (AC). Universitas Sumatera Utara.

(26) Aesthetic Component digunakan untuk melihat kebutuhan perawatan ortodonsia dengan cara menggunakan foto intra oral yang terdiri dari 10 skala foto berwarna yang disusun menjadi dua kolom, yang menunjukkan keadaan dental dengan tingkat keparahan yang berbeda. Penilaian dilakukan secara subjektif oleh orang awam atau ortodontis dan tidak dipengaruhi oleh warna dental, oral hygiene maupun kondisi gingival.5152 Grade 1 menunjukkan susunan dental yang paling baik, sedanglan grade 10 menunjukkan susunan dental yang paling tidak baik. Hasil dari pemeriksaan ini dibagi menjadi tiga kategori, grade 1-4 menunjukkantidak/sedikit membutuhkan perawatan, grade5-7 menunjukkan kebutuhan perawatan sedang dan grade 8-10 menunjukkansangat membutuhkan perawatan.53 Tingkat derajat keparahan maloklusi dari Aesthetic Component (AC) adalah sebagai berikut :. Gambar 5. Skala Aestetic Component21. Universitas Sumatera Utara.

(27) 2.6 Kerangka Teori. Maloklusi. Etiologi. Indeks. Kualitatif. Kuantitatif. PAR. Genetik. Lingkungan. Kualitas Hidup. Klasifikasi. Klas 1. Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut. Fisik. Sosial. OIDP. OHIP. Psikis. Kenyamanan. Klas 2. IOTN. OHRQOL-UK. dll. Klas 3 DHC. AC. Tingkat Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Kasus Maloklusi. Universitas Sumatera Utara.

(28) 2.7 Kerangka Konsep. Variabel Bebas Mahasiswa yang mengalami maloklusi IOTN-AC. Variabel Terkendali Mahasiswa akademik Usia. Variabel Tergantung Kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut OHRQOL-UK. Variabel Tak Terkendali Sosial ekonomi Jenis kelamin. Universitas Sumatera Utara.

(29) BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut terhadap kasus maloklusi.. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di FKG USU Medan, bertempat di Jl.Alumni No.2 Kampus USU, Kota Medan. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan maret 2019.. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiwa aktif FKG USU yang memenuhi kriteria inklusi subjek penelitian. 3.3.2 Sampel Sampel pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif FKG USU yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel didapatkan berdasarkan perhitungan besar sampel. Besar Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakanadalahPurposive Sampling yaitu Penarikan sampel dengan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti sesuai dengan kriteria inklusi. Adapun besar sampel ditentukan dengan rumus deskriptif kategorik : n=�. 𝑍𝑍𝑍𝑍 2 ×𝑃𝑃 ×𝑄𝑄 𝑑𝑑 2. � Universitas Sumatera Utara.

(30) Keterangan : n = Jumlah sampel 𝑍𝑍𝛼𝛼 = Deviat Baku Alfa = 1,96. P = Proporsi variabel dari kasus sebelumnya, pada penelitian McGrath dan Bedi sebesar 75 % Q = (1-P) d = Presisi = 9%. n= n= n= n=. 𝑍𝑍𝑍𝑍 2 ×𝑃𝑃 ×𝑄𝑄 𝑑𝑑 2. 1,962 ×0,75×0,25 0,0081. 3,4816 ×0,1875 0,0081. 0,6528 0,0081. n = 80,59 orang Maka sampel yang diambil penelitidigenapkan sebesar 82 orang. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi untuk penelitian ini terdiri dari : 1. Mahasiswa akademik FKG USU 2. Memiliki kasus maloklusi 3. Bersedia sebagai responden 4. Tidak ada kelainan kongenital 5. Tidak pernah mengalami trauma pada wajah dan leher Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi untuk penelitian ini terdiri dari : 1. Tidak sedang atau pernah melakukan perawatan ortodonsia 2. Jawaban kuesioner tidak lengkap. Universitas Sumatera Utara.

(31) 3.3 Variabel dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel 1. Variabel tergantung: Kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut 2. Variabel bebas :Mahasiswa yang memilikimaloklusi 3. Variabel terkendali : Mahasiswa akademik dan usia 4. Variabel tidak terkendali : Sosial ekonomi dan jenis kelamin. 3.4.2 Definisi Operasional Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 2. Definisi Operasional No. Variabel. Definisi operasional. Cara. Hasil pengukuran. Skala. pengukuran 1.. Kualitas. sebagai rasa. kuesioner. Total skor minimum Ordin. hidup yang. kesejahteraan dan. OHRQOL-. individu =16 dan. berhubungan. kepuasan dalam. UK. skor tertinggi = 80.. dengan. performa sehari-hari. 1= bila efek. - Efek buruk = 16 –. kesehatan. yang dipengaruhi. sangat buruk. gigi dan. oleh kondisi gigi dan. 2= bila efek. mulut. mulut.. buruk 3= bila tidak ada efek. al. 37 - Tidak ada efek = 38-59 - Efek baik = 60 – 80.. 4= bila efek baik 5= efek sangat baik 2.. Maloklusi. kelainan hubungan. Skala Foto. - Kategori AC 1-4 =. Ordin. gigibaik pada rahang. IOTN-AC. kebutuhan. al. Universitas Sumatera Utara.

(32) atas dan bawah. perawatan rendah. sehingga terlihat. atau tidak. susunan gigi yang. membutuhkan. tidak teratur. perawatan.. berdasarkan. -Kategori AC 5-7=. Aesthetic. kebutuhan. Component,. perawatan. komponen IOTN. sedang.. (Index of. -Kategori AC 8-10=. Orthodontic. sangat. Treatment Need). membutuhkan. yang terdiri dari 3. perawatan.. kategori . 3.. Mahasiswa. seseorang yang. Akademik. sedang dalam proses. Kuesioner. -. Nomi nal. menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu perguruan tinggi 4.. Usia. Lama hidup. Kuesioner. 18-25 tahun. Rasio. seseorang dari lahir sampai sekarang yang diukur dalam tahun berdasarkan tanggal kelahiran. Universitas Sumatera Utara.

(33) 3.5 Alat dan Bahan Penelitian 1. Masker 2. Sarung Tangan 3. Cheek retractor 4. Alat diagnostik 5. Kamera 6. Alat tulis 7. Lembar Informed consent 8. Lembar Kuesioner. 3.6 Metode Pengumpulan Data 1. Melakukan pengambilan data setelah mendapatkan persetujuan dari pihak FKG USU dan mendapat surat ethical clearance dari komisi etik FK USU. 2. Pemilihan sampel dari mahasiswa dan mahasiswi FKG USU 3. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian kepada subjek penelitian 4. Pemeriksaan intra oral dilakukan pada subjek penelitian 5. Memberikan informed consentkepada calon sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi. 6. Pengambilan fotometri intra oral : a. Cheek retractor dipasang di mulut sampel penelitian b. Pasien diinstruksi menelan ludah untuk mendapatkan oklusi sentrik c. Dilakukan foto dengan kamera 7. Foto dicetak warna 8. Hasil foto akan disesuaikan dengan Aesthetic Component (AC) 9. Memberikan penjelasan singkat tentang tata cara pengisian kuesioner yang akan di isi oleh subjek yang memenuhi kriteria inklusi 10. Pengisian kuesioner pada lembar data kuesioner oleh mahasiswa 11. Pengumpulan data kuesioner 12. Pengolahan data kuesioner akan di analisis dengan komputerisasi 13. Data yang diperoleh akan ditampilkan dalam bentuk tabel.. Universitas Sumatera Utara.

(34) 3.7 Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah didapat akan diolah dalam bentuk tabel-tabel secara komputerisasi. 3.8 Etika Penelitian Penelitian ini berpedoman pada norma dan etika berikut ini : 3.8.1 Informed Consent Surat persetujuan diberikan kepada responden, tujuannya agar subjek penelitian mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia, maka harus menandatangani informed consent yang diajukan peneliti. 3.8.2 Ethical Clereance Ethical Clearance diperoleh dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian pada komisi etik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.. Universitas Sumatera Utara.

(35) BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di FKG USU dengan menggunakan data primer yaitu melalui pengambilan data secara langsung terhadap subjek penelitian. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa akademik FKG USU yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Subjek penelitian berjumlah 82 orang, terdiri dari 13 orang laki-laki dan 69 orang perempuan. Hasil pemeriksaan dan pengisian lembar kuesioner dari sampel tersebut diolah secara komputerisasi. Mahasiswa yang menjadi sampel berasal dari semester 1 hingga semester 8. Distribusi frekuensi sampel dengan tingkat kebutuhan perawatan ortodonsia berdasarkan AC dapat dilihat pada tabel 1.. Tabel 1. Distribusi frekuensi sampel dengan tingkat kebutuhan perawatan ortodonsia berdasarkanAesthetic Component(AC) Tingkat Kebutuhan Perawatan Frekuensi (n) Persentase (%) Ortodonsia Tidak/Sedikit Membutuhkan Perawatan. 69. 84.1 %. Kebutuhan Perawatan Sedang. 8. 9.8%. Sangat Membutuhkan Perawatan. 5. 6.1%. Total. 82. 100%. Tabel 1 diatas menunjukkan distribusi sampel yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan perawatan ortodonsia berdasarkan AC. Dimana kategori yang membutuhkan perawatan rendah sebanyak 69 orang (84,1%) , kategori membutuhkan perawatan sedang sebanyak 8 orang (9,8%) dan kategori sangat membutuhkan perawatan sebanyak 5 orang (6,1%).. Universitas Sumatera Utara.

(36) Tabel 2. Distribusi tanggapan dampak maloklusi terhadap kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa FKG USU Efek Efek Sangat Efek Tidak Ada Efek Baik Sangat OHRQOL-UK Buruk Buruk Efek n (%) Baik n (%) n (%) n (%) n (%) Aspek Fisik Pengunyahan. 0. 11 (13,41). 38 (46,34). 28 (34,15). 5 (6,10). Penampilan. 1 (1,22). 36 (43,90). 28 (34,15). 16 (19,51). 1 (1,22). Pengucapan. 0. 4 (4,88). 48 (58.54). 23 (28,05). 7 (8,54). Kesehatan. 0. 14 (17,07). 42 (51,22). 20 (24,39). 6 (7,32). 2 (2,44). 35 (42,68). 27 (32,93). 13 (15,85). 5 (6,10). 0. 3 (3,66). 56 (68,29). 16 (19,51). 7 (8,54). 0. 6 (7,32). 55 (67,07). 16 (19,51). 5 (6,10). 0. 3 (3,66). 59 (71,95). 16 (19,51). 4 (4,88). 2 (2,44). 31 (37,80). 27 (32,93). 17 (20,73). 5 (6,10). Pekerjaan. 4 (4,88). 12 (14,63). 49 (59,76). 13 (15,85). 4 (4,88). Keuangan. 1 (1,22). 1 (1,22). 68 (82,93). 8 (9,76). 4 (4,88). 2 (2,40). 31 (37,80). 31 (37,80). 15 (18,29). 3 (3,66). 0. 8 (9,76). 50 (60,98). 16(19,51). 8 (9,76). 0. 6 (7,32). 53 (64,63). 15 (18,29). 8 (9,76). Suasana hati. 0. 10 (12,2). 50 (60,98). 18 (21,95). 4 (4,88). Kepribadian. 0. 4 (4,88). 59 (71,95). 14 (17,07). 5 (6,10). Kenyamanan Pernapasan Aspek Sosial Pergaulan Kehidupan dengan lawan jenis Tersenyum atau tertawa. Aspek Psikologis Kepercayaan diri Keceriaan Kemampuan tidur atau bersantai. Tabel 2 diatas menggambarkan distribusi tanggapan dampak maloklusi terhadap kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut (OHRQOL). Dimana pada. Universitas Sumatera Utara.

(37) aspek fisik dampak yang memiliki dampak dominan adalah penampilan sebanyak 65,8% dan kenyamanan sebanyak 67,12% dengan total efek buruk dan sangat buruk sebanyak 45,12%. Pada aspek sosial dampak yang dominan adalah saat tersenyum dan tertawa sebanyak 67,04% dan total efek buruk dan sangat buruk sebanyak 40,24%. Sedangkan pada aspek psikologis dampak yang dominan adalah kepercayaan diri sebanyak 62% dan total efek buruk dan sangat buruk sebanyak 40,24%.. Tabel 3. Skor rata-rata tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa FKG USU yang mengalami maloklusi Skor Rata-rata Frekuensi Rerata SD Fisik. 82. 18.84. 3.49. Sosial. 82. 15.53. 3.01. Psikologis. 82. 15.86. 3.09. OHRQOL-UK. 82. 50.29. 8.96. Tabel 3 diatas menggambarkan skor rata-rata OHRQOL-UK pada mahasiswa FKG USU yang mengalami maloklusi dilihat dari 3 aspek yang dimilikinya. Diketahui rata-rata skor fisik adalah 18,84, dengan standar deviasi 3,49. Diketahui rata-rata skor sosial adalah 15,53, dengan standar deviasi 3.01. Diketahui rata-rata skor psikologis adalah 15,86, dengan standar deviasi 3.09. Tabel 4. Tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa FKG USU yang mengalami maloklusi Tingkat OHRQOL-UK Frekuensi (n) Persentase (%) Efek Buruk. 3. 3.7%. Tidak Ada Efek. 68. 82.9%. Efek Baik. 11. 13.4%. Total. 82. 100%. Tabel 4 diatas menggambarkan tingkat OHRQOL-UKpada mahasiswa FKG USU yang mengalami maloklusi. Dari 82 mahasiswa/i terdapat 3 orang (3.7%). Universitas Sumatera Utara.

(38) mahasiswa/i dengan tingkat OHRQOL buruk, 68 orang (82,9%) dengan tingkat OHRQOL tidak memiliki efek dan 11 orang (13,4%) dengan tingkat OHRQOL baik. Tabel 5. Distribusi frekuensi sampel tingkat kebutuhan perawatan ortodonsia berdasarkan AC dengan tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulutpada mahasiswa FKG USU Tingkat OHRQOL-UK. Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonsia. Efek Buruk. Tidak Ada Efek. Efek Baik. 3. 55. 11. 0. 8. 0. 0. 5. 0. 3. 68. 11. 3,7%. 82.9%. 13.4%. Kebutuhan Perawatan Rendah Kebutuhan Perawatan Sedang Sangat Membutuhkan Perawatan Total. Tabel 5 diatas menggambarkan distribusi sampel yang diukur tingkat kebutuhan perawatan ortodonsia berdasarkanAC dengan tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut. Diketahui terdapat 69 mahasiswa dengan kebutuhan perawatan rendah, di mana terdapat 3 (4,3%) dengan efek buruk, 55 (79,7%) tidak ada efek dan 11 (15,9%) efek baik.Terdapat 8 mahasiswa dengan kebutuhan perawatan sedang, di mana seluruhnya tidak ada efek, sedangkan terdapat 5 mahasiswa sangat membutuhkan perawatan, di mana seluruhnya tidak ada efek.. Universitas Sumatera Utara.

(39) BAB 5 PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa FKG USU sebanyak 82 orang yang masih aktif mengikuti pendidikan dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang ditetapkan. distribusi sampel berdasarkan tingkat kebutuhan perawatan ortodonsia terlihat pada Tabel 1. Ditinjau dari tingkat kebutuhan perawatan ortodonsia berdasarkan AC, distribusi sampel yang memiliki tingkat kebutuhan perawatan ortodonsia rendah sebanyak 84.1%, kebutuhan perawatan ortodonsia sedang sebanyak 9,8% dan yang sangat membutuhkan perawatan ortondonsia sebanyak 6,1%. Penelitian yang dilakukan oleh Arcis dkk., pada penelitian mereka diperoleh 90.3%tidak/sedikit membutuhkan perawatan, 6.4% memiliki tingkat kebutuhan perawatan sedang dan 3.3% sangat membutuhkan perawatan.8Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Chen dkk., pada penelitian mereka diperoleh 21,6% tidak/sedikit membutuhkan perawatan, 50,5% dengan kebutuhan perawatan sedang dan 27,9% sangat membutuhkan perawatan.9 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oley dkk., penelitian mereka diperoleh 85,94%tidak/sedikit membutuhkan perawatan, 9,37% membutuhkan perawatan sedang dan 4,69% sangat membutuhkan perawatan.Dimana hasil yang diperoleh tidak/butuh perawatan ringan lebih banyak dibandingkan perawatan borderline dan sangat butuh perawatan. Hal ini didukung oleh Penelitian oleh Mandal dkk., pada penelitian mereka didapatkan hasil yang hampir sama dengan alasan bahwa status sosial ekonomi mempengaruhi faktor besarnya nilai kebutuhan perawatan ortodonti seseorang.5455 Pengukuran tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa FKG USU yang mengalami maloklusi yaitu dengan menggunakan kuesioner Oral Health Related Quality of Life-United Kingdom(OHRQOL-UK). Pada tabel 2 terlihat distribusi dampak maloklusi terhadap kesehatan gigi dan mulut yang dirasakan. Universitas Sumatera Utara.

(40) mempengaruhi kualitas hidup. Dilihat dari aspek fisik dampak yang paling menonjol memiliki efek terhadap kualitas hidup responden adalah penampilan sebanyak 65,8% dan kenyamanan sebanyak 67,12%, sedangkan dilihat dari aspek sosial dampak yang paling menonjol adalah dampak saat tersenyum atau tertawa sebanyak 67,04% dan dari aspek psikologis aspek yang menonjol adalah dampak kepercayaan diri sebanyak 62%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mcgrath dan Bedi saat menguji validitas dan reliabilitasOHRQOL-UK. Dimana hasil yang dominan memiliki dampak yaitu penampilan sebanyak 66%, kenyamanan sebanyak 63%, pengunyahan sebanyak 62%, senyum dan tertawa sebanyak 52% dan sebanyak 49% kondisi rongga mulut mempengaruhi kepercayaan diri.32. 34. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan study. review yang dilakukan oleh Majid dkk., pada penelitian mereka mengatakan bahwa jelas ada hubungan antara maloklusi dengan ketidakpuasan penampilan dan kepercayaan diri.56 OHRQOL-UK terdiri dari 16 item yang mencakup tiga domain kesehatan: fisik (enam item), psikologis (lima item), dan sosial (lima item). Pada Tabel 3 terlihat skor rata-rata OHRQOL-UK pada mahasiswa FKG USU yang mengalami maloklusi dilihat dari 3 aspek yang dimilikinya tersebut. Pada penelitian ini didapatkan rata-rata skor OHRQOL-UKsebesar 50,29 ± 8,96. Skor rata-rata aspek fisik adalah 18,84 ± 3,49, aspek psikologis adalah 15,86 ± 3,09 dan aspek sosial sebesar 15,53 ± 3,01. Skor rata-rata fisik menunjukkan bagaimana dampak dari kondisi rongga mulut terhadap keadaan dapat terlihat oleh kasat mata yang kemudianmempengaruhi pemikiran seseorang. Skor rata-rata sosial menunjukkan masalah potensial dalam lingkungan sosial seseorang yang dapat timbul karena persepsi yang kurang baik dari dri sendiri maupun orang lain, sedangkan skor rata-rata psikologis menunjukkan perasaan atau keadaan emosional seseorang.57 58 Penelitian yang dilakukan Agbaje dkk., di nigeria pada subjek berusia 11- 46 tahun yang mencari perawatan ortodonsia, sebanyak 61 orang menunjukkan bahwa skor rata-rata OHRQOL-UK sebesar 55,69 ± 10,90. Skor rata-rata untuk aspek fisik adalah 22,02 ± 4,43, aspek psikologis adalah 17,26 ± 3,80, dan aspek sosial adalah 16,41 ± 3,81.59Skor rata-rata penelitian ini lebih kecil jika dibandingkan dengan. Universitas Sumatera Utara.

(41) penelitian yang dilakukan Agbaje dkk, sehingga dapat dikatakan bahwa dampak maloklusi terhadap kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa FKG USU lebih kecil. Pengaruh yang lebih kecil pada hasil penelitian ini dapat disebabkan karena terdapat perbedaan jumlah sampel dan juga perbedaan usia antara sampel, dimana sampel penelitian ini berkisaran antara usia 18-22 tahun.60 Pada Tabel 4 terlihat skor OHRQOL-UKkeseluruhan pada subjek diperoleh 3,7% memiliki efek yang buruk terhadap kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut, 82,9% tidak memiliki efek dan 13,4% memiliki efek yang baik terhadap kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut. Tingkat kebutuhan perawatan ortodonsia berdasarkan AC kemudian dikelompokkan berdasarkan tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut (OHRQOL-UK)pada mahasiswa FKG USU, yang dapat dilihat pada Tabel 5. Dari total 69 orang dengan kebutuhan perawatan rendah, sebanyak 3 orang menunjukkan efek buruk, 55 orang tidak ada efek dan 11 orang menunjukkan efek baik. Dari total 8 orang membutuhkan perawatan sedang, dimana seluruhnya menunjukkan tidak ada efek dan dari total 5 orang responden yang sangat membutuhkan perawatan, seluruhnya menunjukkan tidak ada efek terhadap kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa responden dengan maloklusi yang sangat membutuhkan perawatan tidak menunjukkan dampak yang buruk pada kualitas hidup. Sedangkan responden dengan maloklusi kebutuhan perawatan rendah sebanyak 3,7% menunjukkan efek yang buruk terhadap kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Masood dkk., terhadap 323 orang dalam rentang usia 15-25 tahun yang mengeksplorasi hubungan antara maloklusi dan OHRQOL, mereka menemukan hubungan yang kuat antara maloklusi atau kebutuhan perawatan ortodontik dan OHRQOL.6Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian Araki dkk., tentang asosiasi maloklusi dan kualitas hidup pada 424 remaja mongolia. Mereka menemukan bahwa maloklusi tidak secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup,hal ini dikarenakan berbagai jenis maloklusi memiliki tingkat dampak yang berbeda pada OHRQOL.61Pendapat penulis tentang penyebab hal ini dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Universitas Sumatera Utara.

(42) seperti metode pengukuran kualitas hidup yang berbeda, pengetahuan dan kesadaran yang masih kurang sehingga memengaruhi persepsi subjektif terhadap maloklusi, tingkat keparahan maloklusi, jumlah sampel, budaya, tradisi, ras, etsnis dan norma sosial yang berbeda di berbagai negara. Dalam penelitian Masood dkk., juga mengatakan bahwa dampak meloklusi menurun seiring pertambahan usia yang menunjukkan bahwa orang-orang beradaptasi dengan maloklusi seiring bertambahnya usia.6 12 13. Universitas Sumatera Utara.

(43) BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa FKG USU yang mengalami maloklusi, dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat kebutuhan perawatan ortondonsia berdasarkan AC pada mahasiwa FKG USU yang mengalami maloklusi 84,1% tidak/sedikit membutuhkan perawatan, 9,8% dengan kebutuhan perawatan sedang, 6,1% sangat membutuhkan perawatan. berdasarkan hasil diatas disimpulkan bahwa tingkat kebutuhan perawatan ortodonsia berdasarkan AC pada mahasiwa FKG USU yang mengalami maloklusi adalah tidak/sedikit membutuhkan perawatan. 2. Tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiwa FKG USU yang mengalami maloklusi 3,7% memiliki efek yang buruk, 82,9% tidak ada efek dan 13,4% memiliki efek baik. Berdasarkan hasil diatas disimpulkan bahwa tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada mahasiwa FKG USU yang mengalami maloklusi adalah tidak ada efek. 3. Dampak dengan hasil skor tertinggi yang mempengaruhi kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut yaitu penampilan, kenyamanan, kepercayaan diri dan saat tersenyum atau tertawa. 4. Tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut berdasarkan tingkat kebutuhan perawatan ortondonsia Aesthetic Component yaitu 3 orang memiliki efek buruk, 55 orang tidak ada efek dan 11 orang memiliki efek baik pada tingkat kebutuhan perawatan rendah, 8 orang dengan kebutuhan perawatan ortondonsia sedang tidak memiliki efek terhadap kualitas hidup dan 5 orang sangat membutuhkan perawatan ortondonsia tidak memiliki efek terhadap kualitas hidup.. Universitas Sumatera Utara.

(44) 6.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan sampel yang lebih besar pada populasi yang berbeda. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan sampel pria dan wanita dengan jumlah yang sama.. Universitas Sumatera Utara.

(45) DAFTAR PUSTAKA. 1. Julianty et al. Kualitas Hidup Penduduk Indonesia Menurut International Classification of Functioning, Disability and Health (Analisis Lanjut Data RISKESDAS 2007) Buletin Penelitian Kesehatan, Supplement 2009; 1-10. 2. Theofilou P.Quality of Life: Definition and Measurement. Europe's Journal of Psychology, 2013, Vol. 9(1), 150–162. 3. Anwar A I. The corelation between dental health status and the quality of life in the elderly in District Malili, Luwu Timur. Dentofasial, 2014; 13(3): 160-164. 4. Nikolovska J. Petrovski D.Oral Health-Related Quality of Life (OHRQoL) Before and After Prosthodontic Treatment with Full Removable Dentures. Balk J Stom, 2012; 16:169-172. 5. Karamoy Y et al. Menilai Kualitas Hidup yang Berhubungan Dengan Kesehatan Mulut Anak Berusia 12 Tahun : Validitas COHIP-SF. Versi Indonesia.. Cakradonya Dent J 2014; 6(2):678-744. 6. Masood et al. Impact of Malloclusion on Oral Health Related Quality of Life in Young People. Biomed Central 2013; 11:25. 7. Arsi RY. Dampak Berbagai Karakteristik Oklusi Gigi Anterior Terhadap Status Psikososial Remaja Awal (Penelitian Epidemiologi pada Remaja SMP 51 dan SMP 195 di Jakarta Timur). Tesis. Jakarta : Program Spesialis Ortodonti 2012: 7. 8. Wijayanti P et al. Gambaran maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti pada anak usia 9-11 tahun (Studi pendahuluan di SD At-Taufiq, Cempaka Putih. Jurnal PDGI 2014; 63(1): 25-29. 9. G. Sandeep et al. Pattern of Dental Malloclusion in Orthodontic Patients in Rwanda : A Retrospective Hospital Based Study.Rwanda Medical Journal 2012, Vol.69 (4), 13-18. 10. Oktaviani D. Analisis Hubungan Maloklusi Dengan Kualitas Hidup pada Remaja SMU Kota Medan, DENTIKA; 2009: 12(2): 116-9.. Universitas Sumatera Utara.

(46) 11. Bellot-Arcís C et al.Psychosocial impact of malocclusion in Spanish adolescents. Korean J Orthod 2013, Vol.43(4):193-200. 12. Chen M et al. Impact of Malocclusion On Oral Health–Related Quality of Life In Young Adults. The Angle Orthodontist 2015, Vol.85(6): 986-991. 13. Massod M. Malocclusion and Oral Health Related Quality of Life. Tesis. Turku: Finnish Doctoral Program in Oral Sciences 2018: 22. 14. Afiyanti Y. Analisis Konsep Kualitas Hidup. Jurnal keperawatan indonesia 2010, Vol. 3(2): 81-86 15. Shek D. Lee B.M. A Comprehensive Review of Quality of Life (QOL) Research in Hong Kong. TheScientificWorldJOURNAL 2007 Vol.7 :1222–1229. 16. Sandjaya D. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Masyarakat Karubaga District Sub District Tolikara Provinsi Papua. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK) LP2M Unhas Juni 2018 Vol.1: 1-16. 17. Wagiran D. Kaunang P. Wowor P. Kualitas Hidup Remaja SMA Negeri 6 Manado Yang Mengalami Maloklusi. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik 2014 Vol.2(2): 85-89. 18. Hardianti H. Pengaruh Sense Of Humor Terhadap Kualitas Hidup Pada Lansia Pensiunan Di Kota Malang. Jurnal Universitas Brawijaya Malang 2018: 1-15. 19. Billington D R et al. The New Zealand World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) Group. NZMJ 2010; 123 (1315): 65-70 20. Costanza R et al. Quality of life: An approach integrating opportunities, human needs, and subjective well-being. Ecological Economic 2007; 61 : 267-276. 21. Bennadi D. Reddy CVK. Oral Health Related Quality of Life. J Int Soc Prev Community Dent 2013, Vol. 3(1): 1–6. 22. Moeintaghavi A et al. Oral Health-Related Quality of Life: A Cross-Sectional Survey among Adult Patients in Mashhad, Iran. JDMT 2013 Vol. 2(4): 114-120. 23. Alzoubi ED. Attard NJ. Oral Health Related Quality of Life Impact in Dentistry. Research & Reviews: Journal of Dental Sciences 2017 Vol.5 : 35-42. 24. Shamrany M. Oral health-related quality of life: a broader perspective. Eastern Mediterranean Health Journal 2006 Vol.12(6): 894-901.. Universitas Sumatera Utara.

(47) 25. Fallowfield L. What is quality of life?. Sussex : What is...? series, 2009: Hayward Medical Communications no. NPR09/110 (Health Economic ;2nd) 26. Nuca C et al. Oral health-related quality of life evaluation. OHDMBSC2007 VI(1): 3-8. 27. Peker I. Alkurt MT. Oral Impacts on Daily Performance in Turkish Adults Attending a Dental School. J Contemp Dent Pract 2014;15(1):92-98. 28. Piovesan C, Batista A, ferreira F, Ardenghi T. Oral health- realeted quality of life in children: Coceptual issues. Dental Research Journal 2009; 24(1): 81-85. 29. Blanco-Aguilera A et al. Application of an oral health-related quality of life questionnaire in primary care patients with orofacial pain and temporomandibular disorders. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2014; 19 (2): 127-35. 30. Camila MDS, Branca H, Paulo N, Juliana BH, Roger KC, Fernando NH. The Oral Health Impact Profile-14: a unidimensional scale?. 2013; 29(4): 751 31. Rodakowska E et al.Quality of life measured by OHIP-14 and GOHAI in elderly people from Bialystok, north-east Poland. BMC Oral Health 2014; 14, 106 32. McGrath C. Bedi R. An Evaluation of A New Measure of Oral Health Related Quality of Life – OHRQol-UK(W). Community Dental Health 2001; 18: 138-143. 33. Braimah R O et al. Oral health related quality of life (OHRQoL) following third molar surgery in Sub-Saharan Africans: an observational study. Pan African Medical Journal 2016; 25 (97) : 1-6. 34. McGrath C. Bedi R. Population Based Norming of The UK Oral Health Related Quality of Life Measure (OHQRoL-UK). British Dental Jurnal 2002: 521-524. 35. Redzepagic Vrazalica L et al. An Epidemiological Study of Malocclusion and Occlusal Traits Related to Different Stages of Dental Development. South Eur J Orthod Dentofac Res 2017, Vol. 4(1): 9-13. 36. Sasea A, Lampus BS, Supit A. Gambaran Status Kebersihan Rongga Mulut dan Status Gingiva Pada Mahasiswa Dengan Gigi Berjejal. Journal e-gigi 2013; 1(1): 53. 37. Gill DS.2015. Ortodonsia At A Glance, Titiek Suta, Jakarta : EGC, 22-24.. Universitas Sumatera Utara.

(48) 38. Rorong G F J. Pangemanan D H C. Juliatri. Gambaran maloklulsi pada siswa kelas 10 di SMA Negeri 9 Manado. Jurnal e-GIGI 2016; 4(1): 11-16. 39. Bhalaji SI. Orthodontics The Art and Science. 3rd ed. New Delhi: Arya Publishing House, 2004: 82, 392. 40. Joelijanto R. Oral Habits That Cause Malocclusion Problems. IDJ 2012; 1(2) 41. Riyanti E et al. Maloklusi Pada Anak Akibat Tidak Mendapatkan Asi. Pustaka Unpad 2003 : 1-12. 42. Lubis M M. Utami A R. Distribution of Malloclusion. Based On Angle. Classification In Patient Attending The Orthodontics Departement RSGMP FKG USU In 2009-2013. Dentika Dental Jurnal 2015; 18 (3): 257-261. 43. Kusuma ARP. Bernafas Lewat Mulut Sebagai Faktor Ekstrinsik Etiologi Maloklusi. Study Pustaka Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung: 1-19. 44. Irwansyah M. Erwansyah E. Penilaian Tingkat Keberhasilan Perawatan Ortodontik dengan Alat Ortodontik Lepasan di RSGM UNHAS Berdasarkan Indeks PAR. Dentofasial 2011; 10(3): 145. 45. Richmond S. Shaw WC. Bricken KDO et al. The Development of The PAR Index (Peer Assesment Rating): Reliability and Validity. Eur J Orthodont 1992; 14: 125139. 46. Padisar P. Naseh R. The Use of Orthodontic Treatment Need Index (IOTN) in a Referred Iranian Population. Research Journal of Biological Science 2009; 4(4):434-443. 47. Hamid T. Treatment results evaluation using the Index of Orthodontic Treatment Need. Dent. J. (Maj. Ked. Gigi) 2009; 42(4):204-209 48. Wilar LA, Rattu AJM, Mariati NW. Kebutuhan Perawatan Ortodonsi Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need Pada Siswa SMP Negeri 1 Tareran, Jurnal e-gigi 2014; 2(2) : 1-8. 49. Sharma J. Sharma R. IOTN – A Tool to Prioritize Treatment Need in Children and Plan Dental Health Services. OHDM 2014; 13(1) : 65-70.. Universitas Sumatera Utara.

(49) 50. Nofrizal R. Persepsi Estetika Dental Antara Orang Awam dengan Ortodontis Berdasarkan Aesthethic Components dari IOTN. Tesis. Jakarta : FKG Universitas Indonesia, 2012: 11. 51. Kaolinni W et al. Dental student’s perception to Aesthetic Component of IOTN and demand for orthodontic treatment. Dent. J 2013; 46 (2): 97–100. 52. Nofrizal R. Persepsi Estetika Dental Antara Orang Awam dengan Ortodontis Berdasarkan Aesthethic Components dari IOTN. Tesis. Jakarta : FKG Universitas Indonesia, 2012: 14 53. Trivedi K et al. Reliability of Aesthetic Component of IOTN in the Assessment of Subjective Orthodontic Treatment Need. Journal of Advanced Dental Research 2011; 2(1): 60-66. 54. Oley A B. Anindita P S. Leman M A.Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Index of Treatment Need Pada Usia Remaja 15-17 Tahun. Jurnal e-GiGi 2015; 3(2) : 292-297. 55. Mandall NA, Mc Cord JF, Blinkhom AS, Washington HV and Obrien KD. Perceived aesthetic impact of malocclution and oral self perception in 14-15 years old Asian and Caucasian children in greater Manchester. Eur J Orthodont. 2000;21.p. 175-83 56. Majid Z S A. Abidia R F. Effect of Malloclusion Related Quality of Life (OHRQoL) : A Critical Review. European Scientific Journal 2015;11(21): 386-400. 57. Bahrir A J et al. Descriptive Study : Quality of Life (QOL) of Patient’s Using Acupuncture in Surabaya. The 1st Piksi International Conference on Knowledge and Science Politeknik Pikso Ganesha 2014. Bandung 18-19 November. 58. Kurniawan W. Chotim M. Pentingnya Konsep Diri Positif dan Pengalaman Mengikuti Bimbingan Kelompok Untuk Menumbuhkembangkan Motivasi Berprestasi. Counsellia : Jurnal Bimbingan dan Konseling 2015 : 52-60. 59. Agbaje H O et al. Impact of Malloclusion on Oral Health-Related Quality of Life Among Patient Seeking Orthodontic Treatment. Tropical Dental Journal 2018; 41(161): 27-36.. Universitas Sumatera Utara.

(50) 60. Anthony S N et al. Impact of Malocclusions on the Oral Health-Related Quality of Life of Early Adolescents in Ndola, Zambia. International Journal of Dentistry 2018; 1-8. 61. Araki M et al.Associations between Malocclusion and Oral Health-Related Quality of Life among Mongolian Adolescents. Int J Environ Res Public Health 2017; 14(8): 902.. Universitas Sumatera Utara.

(51) Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN. Kepada Yth : Saudara/i ................................ Bersama ini saya, Annisa sedang menjalani program pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, memohon kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian saya yang berjudul : TINGKAT KUALITAS HIDUP TERKAIT KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MAHASISWA FKG USU YANG MENGALAMI MALOKLUSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut (OHRQOL) pada mahasiswa FKG USU yang mengalami maloklusi. Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tingkat kualitas hidup yang berkaitan dengan. faktor. fungsional, faktor-faktor psikis, faktor sosial dan faktor-faktor yang berhubungan dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan di rongga mulut serta sebagai bahan pertimbangan untuk mendapatkan perawatan ortodonti pada mahasiwa FKG USU yang mengalami maloklusi. Penelitian ini dilakukan oleh saya sendiri. Saudara/i terlebih dahulu akan mengisi lembar informed consent(persetujuan setelah penjelasan) setelah membaca lembaran ini. Kemudian dilakukan pemeriksaan maloklusi pada rongga mulut saudara/i, lalu dipasangkan cheek retractoragar tampak jelas keadaan oklusi gigi anterior. Selanjutnya akan dilakukan foto pada gigi anterior menggunakan kamera untuk melihat penilaian terhadap tingkat kebutuhan perawatan ortodonti.. Universitas Sumatera Utara.

(52) Kemudian untuk tingkat kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut, akan diukur dengan pengisian kuesioner yang terdiri dari 16 pertanyaan. Pertanyaanpertanyaan. tersebut. membahas. tentang. dampak. fisik,. sosial,. psikis. dan. ketidaknyamanan saudara/i terhadap keadaan maloklusi. Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak dipungut biaya. Penelitian ini tidak membahayakan atau tidak akan terjadi efek samping sama sekali. Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan ketersediaan saudara/i, saya ucapkan banyak terima kasih.. Annisa Rabela Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Telp. 085373337473. Medan, Januari 2019. (Annisa Rabela). Universitas Sumatera Utara.

(53) Lampiran2. LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT). Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama. :. Alamat. :. Umur. :. Jenis Kelamin : L/P No.HP. :. Menyatakan bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian berjudul “Tingkat Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut pada Mahasiswa FKG USU yang Mengalami Maloklusi” dan tidak akan menyatakan keberatan maupun tuntutan di kemudian hari. Demikian pernyataan ini saya berikan dalam keadaan sehat/sadar diri dan tanpa paksaan apapun dari pihak manapun juga.. Medan,. 2019. Pembuat pernyataan,. ……………...……. Universitas Sumatera Utara.

(54) Lampiran 3 KODE :. KUESIONER PENELITIAN Tingkat Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut pada Mahasiswa FKG USU yang Mengalami Maloklusi. Data Responden Nama. :. Tempat / Tanggal Lahir. :. Jenis Kelamin. : Laki-Laki / Perempuan. Anak Ke. : ............. dari ...........bersaudara. Pekerjaan Orang Tua. : a. PNS. c. Wiraswasta. b. Pegawai Swasta Tingkat Pendidikan Orang Tua : a. SD. c. SMA. b. SMP d. S1. d. dll..... e.S2. g. dll....... f. S3. a. Kondisi Maloklusi : Berdasarkan 10 foto keadaan gigi geligi dibawah ini, yang manakah keadaan yang paling mendekati dengan kondisi gigi responden ?. 1. 6. 2. 7. 3. 8. 4. 9. 5. 10. Universitas Sumatera Utara.

(55) b. Kuesioner OHRQOL-UK Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan teliti. Jawablah setiap pertanyaan dengan memberi tanda centang ( √ ) pada kolom jawaban yang tepat menurut anda . Jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan saudara sehari-hari dan tidak boleh ada yang dikosongkan.. Keterangan Jawaban : 1. =. bila efek sangat buruk terhadap diri saya. 2. =. bila efek buruk terhadap diri saya. 3. =. bila tidak ada efek terhadap diri saya. 4. =. bila efek baik terhadap diri. 5. =. bila efek sangat baik terhadap diri saya. Universitas Sumatera Utara.

(56) Pertanyaan : NO. Pertanyaan. 1.. Apakah efeknya dalam proses penguyahan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya dalam Penampilan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya dalam kemampuan pengucapan anda anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya dalam kesehatan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya dalam kemampuan untuk bersantai atau tidur anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya dalam lingkungan pergaulan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya dalam kehidupan dengan lawan jenis anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya saat anda tersenyum atau tertawa, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya pada kepercayaan diri anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya pada keceriaan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya pada suasana hati anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya dalam pekerjaan anda, Berdasarkan kondisi susunan. 2.. 3.. 4.. 5.. 6.. 7.. 8.. 9.. 10.. 11.. 12.. Sangat Buruk Tidak Baik Sangat buruk (2) ada (4) baik (1) efek (5) (3). Universitas Sumatera Utara.

(57) 13.. 14.. 15.. 16.. gigi anda? Apakah efeknya pada keuangan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya pada kepribadian anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya dalam Kenyamanan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda? Apakah efeknya dalam proses pernapasan anda, Berdasarkan kondisi susunan gigi anda?. Universitas Sumatera Utara.

(58) LAMPIRAN 4 DATA TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONSIA BERDASARKAN AESTHETIC COMPONENT PADA MAHASISWA FKG USU YANG MENGALAMI MALOKLUSI NO Nama Mahasiswa 1. Dhanushaa Shree G. JK P. Stambuk 2015. Penilaian AC 1. 2.. Chrisstine Aruldas. P. 2015. 2. 3.. Kanabalan Sivabalan. L. 2015. 8. 4.. Maharani Syahnia. P. 2017. 1. 5.. Nindha Siti Moudy. P. 2017. 3. 6.. Rafqi Karina Berutu. P. 2017. 3. 7.. Annisa Saskia S. P. 2017. 2. 8.. Azizah Nurur R. P. 2015. 3. 9.. Wenny. P. 2015. 3. 10.. Jenny. P. 2017. 1. 11.. Jesslyn Justine. P. 2017. 4. 12.. Siti Habibah Shafira. P. 2015. 2. 13.. Fildza Rizki Husna. P. 2017. 2. 14.. P. 2015. 6. 15.. Rafika Indriany Lubis Mirna Rory Yohanita. P. 2015. 1. 16.. Rezky Masyarani. P. 2016. 3. 17.. Maria Ulfa. P. 2016. 3. 18.. Sri Ayu Winda. P. 2016. 2. Kategori AC Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan rendah Sangat membutuhkan perawatan Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan sedang Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan rendah Kebutuhan perawatan. Universitas Sumatera Utara.

Gambar

Tabel 1. Pertanyaan OHRQOL-UK 34
Gambar 5. Skala Aestetic Component 21
Tabel 2. Definisi Operasional

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DENTAL PASIEN PRIA DAN WANITA SEBELUM PENCABUTAN GIGI DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT RSGMP FKG USU

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut orang tua terhadap status kebersihan gigi dan mulut pasien

Tujuan Penelitian : Mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan media Power Point terhadap tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada

Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara kehilangan gigi dengan kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada

tingkat rasa takut terhadap perawatan gigi pada pasien anak di klinik Pedodonsia.. Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran

besar pada kelainan atau penyakit sistemik sehingga kualitas hidup (terkait kesehatan gigi dan mulut) pada lansia yang mengalami ganguan sendi

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian gambaran tingkat pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta keterampilan menyikat gigi terhadap 32 orang siswa kelas IV di

Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PENGARUH KEBERHASILAN RESTORASI AKHIR PADA PERAWATAN KAPING PULPA INDIREK DENGAN KUALITAS HIDUP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PASIEN DI RUMAH SAKIT