• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FILOSOFIS SERTIFIKASI GURU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN FILOSOFIS SERTIFIKASI GURU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

41

Staf Pengajar Prodi Pendidikan Sejarah IPW

ABSTRACT

Teacher certificates are proof of professional recognition of educators. The realities and ideals of getting a teacher certificate. The teacher's understanding of essential policies is not in accordance with what is expected by the policy, the teacher views policies on welfare, not on professionalism.

Seems to be unsuccessful in implementing policy. Furthermore, the implementation of teacher policies is already relevant, and a solution must be sought immediately. An analysis of the nature of teacher certification is necessary. This paper is a analisys study included in the category of library.

First, record all findings regarding philosophical studies on teacher certification in general in each research discussion found in the literature and sources. After recording, secondly, report all findings, both theory and new findings in the teacher certification report. Third, analyzing all the findings from various readings, which relate to the weaknesses of each source, the strengths or the respective relationships of the discourse discussed in it. The last is to criticize, to provide critical ideas in the results of research on previous discourses by presenting new findings in collaborating different thoughts. From the disability analysis: (1) Ontology, certification is a determination given by a professional organization to a person to show that the person is capable of performing a specific job or task in the educational process; (2) Epistemology of the teacher certification process, improving teacher professionalism, improving educational processes, outcomes, accelerating national education goals and how the process of implementing teacher certification in education: (3) Teacher certification actions related to the use value or benefits of teacher certification in education.

Keywords: Philosopphy persepctive-teacher certification.

Latar Belakang Masalah

Sebagai amanah pasal 31 UUD 1945 dan realisasi dari UU No. 14 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada tanggal 30 Desember 2005, maka Pemerintah melalui Presiden mensyahkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kebijakan Sertifikasi Guru dan Dosen. Kemudian berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, diatur petunjuk pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru bagi guru prajabatan, sedangkan untuk guru dalam jabatan diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan.

Pasal 6 UUGD yang menyebutkan Kedudukan guru dan dosen guru dan dosen sebagai tenaga profesional yang dapat melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

Pada awalnya kebijakan sertifikasi guru dilaksanakan dengan model portofolio. Tidak dibedakan apakah guru tersebut adalah berstatus guru swasta, atau Pegawai Negeri Sipil

(2)

42

(PNS), apakah Guru Tidak Tetap (GTT) ataupun Guru Tetap (GT), semua guru berhak dan memiliki kesempatan yang sama asalkan sesuai dengan yang disyaratkan. Para guru berlomba untuk mengumpulkan berbagai sertifikat dan piagam yang harus dimiliki oleh para guru dalam rangka memenuhi portofolio. Tapi hal ini tampaknya menyebabkan para pendidik lengah dan lupa akan perannya sebagai guru. Para pendidik kurang memperhatikan kualitas mengajarnya karena disibukkan dengan sertifikasi. Selain itu, sertifikasi juga membuat para pendidik kehilangan waktu bersama keluarganya, karena mengikuti berbagai seminar yang diadakan guna memperoleh sertifikat yang kebanyakan seminar tersebut diadakan pada hari Sabtu dan Minggu. Sertifikasi juga membuat para pendidik mengingkari nilai-nilai luhur pendidikan seperti jujur, patuh, menjunjung tinggi nilai kebenaran dan lain sebagainya seperti melakukan berbagai kecurangan dan pemalsuan ijazah hanya demi memperoleh sertifikasi. Oleh karena itu, pada saat ini model sertifikasi guru dilakukan menggunakan model Pendidikan Profesi Guru (PPG).

Realitas, setelah dilaksanakan selama kurang lebih empat belas tahun (2007-2021), pelaksanaan sertifikasi guru hasilnya belum sesuai dengan dampak yang diharapkan. Muncul problematika yang mengharuskan kebijakan dikaji Kembali. Data Kemendikbud menunjukkan sampai tahun 2020 belum ada 50% guru yang tersertifikasi, Bank Dunia merilis bahwa dampak kebijakan sertifikasi guru juga belum sesuai dengan yang diharapkan, tidak ada perbedaan yang signifikan antara guru yang gtelah tersertifikasi dengan yang belum tersertifikasi (Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 11 Desember 2019).

Beberapa hasil penelitian yang sangat menarik adalah bahwa masyarakat khususnya guru pada umumnya tidak memahami essensi kebijakan sertifikasi guru, kebijakan sertifikasi guru lebih dilihat dari adanya tunjangan sertifikasi, sehingga wajar jika dampak pelaksanaan kebijakan terhadap peningkatan kualitas pembelajaran tidak sigifikan. Essensi terkait dengan hakekat, dalam hubungan ini analisa kritis tinjauan filosofis merupakan suatu hal yang saat menarik dan dibutuhkan.

Sertifikasi guru jika dipandang dalam tinjauan filosofis akan menjawab tiga pertanyaan pokok yaitu: (1) Ontologi. Apakah kebijakan sertifikasi guru? (2) Epistemologi.

Apa dan Bagaimana pelaksanaannya? dan (3) Aksiologi. Apakah nilai manfaatnya?

Pendekatan filosofis dengan metode analisis kritis yang meliputi: analisis ontology, epistemologi dan aksiology akan dipergunakan untuk menjawab permasalahan dalam penulisan ini. Dari hasil analisis kajian tertsebut akan didapatkan informasi tentang hakekat kebijakan sertifikasi guru. Secara teoritis hasil kajian akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya filsafat pendidikan dan Undang-Undang yang terkait dengan pembinaan dan peningkatan profesionalitas guru. Sedangkan secara praktis manfaat kajian ini dapat memberi masukan bagi pengambil keputusan dan sobyek atau target group kebijakan yang dalam hal ini adalah guru.

Pengertian, Arti Penting dan Tinjauan Filosofis Sertifikasi Guru Pengertian Sertifikasi Guru

Dalam undang-undang republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan

(3)

43

pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar.

Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi professional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon atau guru yang ingin memperoleh pengakuan atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya.

Sertifikasi guru merupakan amanat undang-undang republic Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat dapat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertumuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel dan symposium.

Sertifikasi merupakan suatu usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dengan meningkatkan kualitas guru serta kesejahteraannya.

Diharapkan seluruh guru Indonesia nantinya mempunyai sertifikat atau lisensi mengajar.

Tentu saja dengan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara professional. Hal ini merupakan implementasi dari Undang-Undang tentang guru dan dosen bab IV pasal 8 yang menjelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Undang-Undang, Nomor 14 Tahun 2005)

Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Guru dan Dosen Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.

Kompetensi guru meliputi kompetensi esame io adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, kompetensi esame ional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam serta kompetensi esame adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, esame guru, orangtua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Peningkatan mutu guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. Rasionalnya adalah apabila kompetensi guru bagus yang diikuti dengan kesejahteraan yang bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus sehingga dapat membuahkan pendidikan yang bermutu (Masnur Muslich, 2007).

Arti Penting Sertifikasi Guru

Nugroho Notosusanto berpendapat bahwa di dunia ini hanya ada dua jabatan yaitu:

jabatan guru dan jabatan non guru. Yang membedakan jabatan keduanya adalah mengajar.

Mengajar merupakan langkah seorang guru untuk memandaikan bangsa dengan tanpa memikirkan efek untung dan ruginya secara material-personal, melainkan memikirkan bagaimana nistanya jika generasi selanjutnya tidak lebih berkualitas dalam semua aspek kehidupan. Aktivitas mengajar tersebut tentunya menuntut kepekaan emosional dan spiritual yang mampu melahirkan mentalitas dan moralitas suatu bangsa.

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan menge-valuasi peserta didik pada jalur

(4)

44

pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dan kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.

Tugas guru tidak hanya sekedar sebagai profesi, tetapi juga sebagi suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup pada peserta didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu dan pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerap-kannya dalam kehidupan demi masa depan peserta didik.

Tugas kemanusiaan salah satu segi dari tugas guru Sisi ini tidak bisa guru abaikan, karena guru harus terlibat dengan kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. Guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada pesertadidik. Dengan begitu peserta didik diharapkan mempunyai sifat kesetiakawanan sosial.

Di dalam masyarakat sekitar yaitu masyarakat kampung, desa tempat tinggalnya guru seringkali terpandang sebagai tokoh suri teladan bagi orang-orang sekitarnya, baik dalam sikap dan perbuatannya misalnya cara dia berpakaian, berbicara dan bergaul, maupun pandangan-pandanganya, pendapat atau buah pikirannya seringkali menjadi ukuran atau pedoman kebenaran bagi orang-orang sekitarnya karena dianggap belum memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang berbagai hal.

Sertifikasi guru sangat penting sekali untuk peningkatan profesionalitas dan pemberdayaan guru menuju guru yang profesional. Pemberdayaan guru dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat guru dalam kesejahteraannya, hak-haknya, dan memiliki posisi yang seimbang dengan profesi lain yang lebih mapan kehidupannya. Sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan, diharapkan adanya perbaikan tata kehidupan yang lebih adil, demokratis, serta tegaknya kebenaran dan keadilan dikalangan guru dan tenaga kependidikan.

Sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan mutu dan menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Tujuan sertifikasi menurut Wibowo (2004) adalah sebagai berikut:

a. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan

b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan

c. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-ranbu dan instrument untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten d. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan e. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

(5)

45

Adapun manfaat dari sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan adalah sebagai berikut:

Pengawasan mutu

1) Lembaga serifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik

2) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan

3) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karir selanjutnya

4) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan profesionalisme

Penjaminan mutu

1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya.

2) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan / pengguna yang ingin memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu.

Jalal dan Tilaar (2003: 382-391), mengungkapkan bahwa proses sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya harus dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem rekrutmen guru, pembinaan dan peningkatan karir guru.

Kesejahteraan guru dapat diukur dari gaji dan insentif yang diperoleh. Kenaikan gaji dilakukan bersamaan dengan perbaikan pada aspek-aspek kesejahteraan lain yaitu prosedur kenaikan pangkat, jaminan rasa aman, kondisi kerja, kepastian karir, penghargaan terhadap tugas atau peran keguruan.

Tunjangan fungsional yang merupakan insentif bagi guru sebaiknya diberikan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

1) Kesulitan tempat bertugas

2) Kemampuan, keterampilan, dan kreativitas guru 3) Fungsi, tugas dan peranan guru di sekolah

4) Prestasi guru dalam mengajar, menyiakan bahan ajar, menulis, meneliti, dan membimbing,

Sistem rekrutmen guru dan penempatannya memerlukan kebijakan yang tepat mengingat banyak calon guru yang sering memilih tugas di tempat yang diinginkannya.

Pendidikan dan pembinaan tenaga guru dapat ditempuh melalui beberapa cara yaitu pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan, dan pendidikan akta mengajar.

Tinjauan Filosofis Sertifikasi Guru.

Sertifikasi guru dalam kajian filosofis adalah Analisa kritis dilihat dari pandangan filsafat ilmu pengetahuan yang meliputi analisis ontologi, epistemologi dan akiologi sertifikasi guru. Istilah “ontologi” berasal dari kata Yunani “onto” yang berarti sesuatu “yang sungguh-

(6)

46

sungguh ada”, “kenyataan yang sesungguhnya”, dan “logos” yang berarti “studi tentang”,

“studi yang membahas sesuatu” (Angeles dalam Ihsan, 2015: 223). Ontologi merupakan studi yang membahas tentang sesuatu yang ada. Secara sungguh-sungguh ontologi juga diartikan sebagai metafisika umum yaitu cabang ilmu filsafat yang mempelajari sifat dasar dari kenyataan yang terdalam. Ontologi membahas asas-asas rasional dari kenyataan (Kattsoff dalam Ihsan, 2015: 223), sedangkan Mudhofir dalam Ihsan (2015: 224) mengemukakan bahwa ontologi sebagai suatu usaha intelektual untuk mendeskripsikan sifat-sifat umum dari kenyataan, suatu usaha untuk memperoleh penjelasan yang benar tentang kenyataan, sifat pokok kenyataan dalam aspeknya yang paling umum sejauh hal itu dapat dicapai, dan teori tentang sifat pokok dan struktur dari kenyataan.

Ihsan (2015: 223) mengemukakan bahwa terdapat dua objek ontologis, yaitu objek material ontologi dan objek formal ontologi. Objek material ontologi merupakan yang ada, artinya segala-galanya, meliputi wujud kongkret dan abstrak, indrawi maupun tidak inderawi. Berbeda dengan objek formal ontologi adalah memberikan dasar yang paling umum dari setiap masalah yang menyangkut manusia, dunia, dan Tuhan. Oleh karena itu, ada objek material di belakang setiap sensasi inderawi, maka demikian pula ada kenyataan metafisik dibelakang segala sesuatu yang menjadi nyata dalam pengalaman hidup manusia (Kneller dalam Rukiyati & Darmiyati Zuchdi, 2016: 33).

Rukiyati dan Darmiyati Zuchdi (2016: 35) mengemukakan bahwa epistimologi dalam kaitan ilmu diartikan sebagai dasar filsafat yang menentukan arah metodologi penemuan ilmiah. Dasar epistemologi memberikan asumsi-asumsi dasar dalam memandang pengetahuan dan cara memperolehnya. Suriasumantri (2009: 105) epistemologi atau disebut dengan metode ilmiah adalah cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Epitemologi berupaya mencari kebenaran (truth) berdasar fakta.

Kebenaran di bangun dengan logika dan di dahului oleh uji konfirmasi tentang data yang di himpun. Epistemologi berupaya menghimpun empiris yang relevan untuk di bangun secara rasional menjadi kebenaran ilmu. Jadi, epistimologi merupakan cara memperoleh suatu ilmu yang benar, pemerolehan ilmu pengetahuan didapat dari metode-metode yang dapat digunakan untuk menggali kebenaran dari sebuah ilmu pengetahuan.

Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Suriasumantri, 2009: 234). Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas teori-teori nilai dan berusaha mendeskripsikan mengenai kebaikan dan perilaku yang baik (Gutek dalam Rukiyati dan Darmiyati Zuchdi, 2016: 15). Secara tidak langsung, landasan aksiologis ilmu tercermin di dalam tujuan dan metode penelitian ilmiah.

Tujuan kajian ilmiah hendaknya didasarkan oleh nilai-nilai yang diyakini yang berusaha untuk diwujudkan dalam tindakan nyata (Rukiyati dan Darmiyati Zuchdi, 2016: 36).

Suriasumantri (2009: 234) mengatakan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh, untuk dipergunakan dalam berbagai aktivitas yang memiliki manfaat atau kegunaan sebagai implementasi dan peran pengetahuan tersebut. Dengan kata lain aksiologi dianggap sebagai cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Pada hal ini, ilmu digunakan sebagai cara atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam. Jadi, aksiologi berkenaan dengan manfaat dari suatu ilmu pengetahuan untuk dipergunakan dalam berbagai aktivitas yang

(7)

47

memiliki manfaat kegunaan sebagai implementasi dan peran pengetahuan tersebut. Manfaat ada dua macam yaitu etika dan estetika, etika adalah nilai atau manfaat dari sebuah ilmu berwujud moral dan tingkah laku setelah seseorang mendapatkan ilmu tersebut, sedangkan estetika adalah keindahan atau berkaitan dengan rasa keindahan, ketentraman dan kenyamanan akibat yang timbul dari ilmu yang kita pelajari.

Sertifikasi Guru Dalam Kajian Ontologi

Pada filsafat yang mengkaji tentang ontologi maka sertifikasi adalah suatu penetapan yang diberikan oleh suatu organisasi profesional terhadap seseorang untuk menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas spesifik dalam proses pendidikan. Sertifikasi biasanya harus diperbaharui secara berkala, atau dapat pula hanya berlaku untuk suatu periode tertentu. Sebagai bagian dari pembaharuan sertifikasi, umumnya diterapkan bahwa seorang individu harus menunjukkan bukti pelaksanaan pendidikan berkelanjutan atau memperoleh nilai CEU (Continuing Education Unit). (http: //id. wikipedia. org. )

Sertifikasi guru dapat diartikan surat bukti kemampuan mengajar dalam mata pelajaran, jenjang dan bentuk pendidikan tertentu seperti yang diterangkan dalam sertifikat pendidik (Depdiknas,2003). Dalam UU No. 14/2005 pasal 2 disebutkan bahwa pengakuan guru sebagai tenaga professional dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Selanjutnya pasal 11 menjelaskan bahwa sertifikasi guru diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi guru diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Sedangkan sertifikat pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang yang diberikan kepada guru sebagai tenaga professional.

Mendasarkan pada UU No 12 /2011 tentang pembentukan peraturan perundang- undangan, terdapat kelemahan landasan filosofis, sosiologis maupun yuridis. Kebijakan sertifikasi guru belum berkeadilan, tidak berpihak pada guru sebagai profesional, terdapat penyimpangan terhadap asas hukum lex superior derogate legi inferior, asas non retroaktif, apabila dikaitkan dengan UU No. 20/2003 dan memunculkan kekosongan hukum, yang mengatur guru PNS dan Non-PNS, UU No 14/2005 hanya mengatur guru yang bertugas pada pendidikan formal, sedangkan UU. No. 20/2003 Sisdiknas mengatur guru pada pendidikan formal, non-formal, kedinasan dan sebagainya (Triwahyu, 2020: 161).

Sertifikasi Guru Dalam Kajian Epistemologi

Pada filsafat kajian epistimologi, Menurut Departemen Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa tujuan sertifikasi guru adalah menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, meningkatkan profesionalisme guru, meningkatkan proses, hasil pendidikan, mempercepat tujuan pendidikan nasional dan bagaimana proses pelaksanaan sertifikasi guru dalam pendidikan. Persyaratan bagi seorang guru untuk mendapatkan sertifikat pendidik atau guru profesional harus memenuhi kualifikasi akademik, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial, serta sehat jasmani dan rohani. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan akademik, sedangkan kompetensi guru diperoleh melalui

(8)

48

pendidikan profesi maupun pengalaman, saat ini untuk mendapatkan kompetensi guru profesional diperoleh melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Sertifikasi Guru Dalam Kajian Aksiologi.

Suriasumantri (2009: 234) mengatakan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh, untuk dipergunakan dalam berbagai aktivitas yang memiliki manfaat atau kegunaan sebagai implementasi dan peran pengetahuan tersebut. Dengan kata lain aksiologi dianggap sebagai cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Pada hal ini, ilmu digunakan sebagai cara atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam. Jadi, aksiologi berkenaan dengan manfaat dari suatu ilmu pengetahuan untuk dipergunakan dalam berbagai aktivitas yang memiliki manfaat kegunaan sebagai implementasi dan peran pengetahuan tersebut. Manfaat ada dua macam yaitu etika dan estetika, etika adalah nilai atau manfaat dari sebuah ilmu berwujud moral dan tingkah laku setelah seseorang mendapatkan ilmu tersebut, sedangkan estetika adalah keindahan atau berkaitan dengan rasa keindahan, ketentraman dan kenyamanan akibat yang timbul dari ilmu yang kita pelajari.

Sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.

Karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional (http: //sertifikasiguru.

blog. dada. net):

a. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik b. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat c. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujua pendidikan di sekolah

d. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Sertifikasi guru jika dipandang dari sudut filsafat ontologi, sertifikasi adalah suatu penetapan yang diberikan oleh suatu organisasi profesional terhadap seseorang untuk menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas spesifik dalam proses pendidikan; (3) aksiologi, Manfaat Sertifikasi Guru antara lain adalah: (1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru; (2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas, dan Tidak profesional; (3) Meningkatkan kesejahteraan guru b. Sertifikasi guru jika dipandang dari sudut filsafat epistemologi, proses untuk

mendapatkan sertifikat pendidik atau guru profesional harus memenuhi persyaratan:

kualifikasi akademik, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial, serta sehat jasmani dan rohani; Sertifikasi merupakan suatu usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dengan meningkatkan kualitas guru serta kesejahteraannya.

(9)

49

c. Sertifikasi guru jika dipandang dari sudut filsafat aksiologi, Kajian aksiologi pada filsafat tentang sertifikasi guru membahas mengenai nilai guna atau manfaat adanya sertifikasi guru dalam pendidikan. Manfaat Sertifikasi Guru antara lain adalah: (1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru; (2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas, dan Tidak profesional; (3) Meningkatkan kesejahteraan guru.

DAFTAR PUSTAKA

Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 11 Desember 2019

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Buku 2 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sertifikasi Direktorat. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen.

Fattah Jalal, Abd. , Al-, Min Ujul al-Tarbawiy fi al-Islām, Kairo: Markaz alDuwali li al-Ta’līm, 1988.

H. A. R. Tilaar. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ihsan, A. Fuad. 2015. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.

Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. Diterjemahkan oleh Soejono Soemargono. Yogyakarta:

Tiara Wacana Yogya, 2004.

Muslich, Mansur. 2007. KTSP. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Panduan Bagi Guru. Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan Dan Bermutu, Jakarta: Balai Pustaka.

Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Triwahyu Budiutomo, 2020, Rekonstruksi Kebijakan Sertifikasi Guru Berbasis Nilai Keadilan Pancasila, Unissula, Semarang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Undang- Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan perundang- undangan

Wibowo, Mungkin Eddy. 2004. Standarisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Surabaya: Seminar Nasional Pendidikan

Internet

http: //id. wikipedia. org.

http: //sertifikasiguru. blog. dada. net

http: //blog. uny. ac. id/argopambudi/2009/08. 04sertifikasi-guru/

www. duniasosiologi. co. cc/2010/fenomena-sertifikasi-guruterhadap. html

(10)

50

http: //www. sapulidifoundation. com/index. php?option=com_content&view=article&id=68:

simalakama-sertifikasi-guru-prosesnya-membingungkan-hasilnya- mengecewakan&catid=1: latest-news&Itemid=50

http: //www. google. co. id/url?q=http: //gemapendidikan. com/2010/05/mengapai- sertifikasi-guru-dalam-jabatan/

http: //sertifikasiguru. blog. dada. net

Referensi

Dokumen terkait

Hampir seluruh siswa belum mampu mentranslasikan dari bentuk simbolik kebentuk diagram Venn dengan tepat dan kesalahan terbanyak yang dialami siswa ada- lah siswa tidak

Aksi/Kegiatan Jadwal Pelaksanaan Output/Keluaran Program Kegiatan Nilai (Rp.) Meningkatnya jalan provinsi di wilayah UPT Bina Marga Madiun yang dapat dilalui. oleh kendaraan

me… kalau dalam fisika ini yang kita melihat. kelebihannya itu apa, nah kalau kelebihan

[r]

 Energi pengikat inti berbanding lurus dengan jumlah nukleon → menunjukkan gaya inti mempunyai sifat kejenuhan atau nukleon di dalam inti hanya berinteraksi dengan sejumlah kecil

Sehubungan dengan telah dilakukannya Evaluasi Penawaran Pekerjaan Pengawasan Pembangunan Jalan Kanggime - Bogonuk (Kode Lelang 3785041 ), maka dengan ini Pokja BLPBJ

SATUAN KERJA / SKPD : Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kabupaten Batang SRI PURWANINGSIH, SH.. ALAMAT

[r]