• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM UNDANG

UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA (Studi Kasus Putusan No. 2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

BELTSLEWY ZAKARIAS PULUNGAN 120200570

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLAH ANAK DALAM UNDANG

UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA (Studi Kasus Putusan No. 2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb)

S K R I P S I Oleh

BELTSLEWY ZAKARIAS PULUNGAN 120200570

Disetujui Oleh Ketua

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Dr. M. Hamdan, SH. M.H NIP. 195703261986011001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Liza Erwina., S.H.M.Hum Dr. Mahmud Mulyadi, S.H., M.Hum

NIP. 196110241989032002 NIP. 197404012002121001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

ABSTRAK

Beltslewy Zakarias Pulungan*) Liza Erwina **)

Mahmud Mulyadi***)

Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tercatat sekitar 27.32 persen pengguna narkotika di Indonesia berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa, angka tersebut akan semakin meningkat dengan adanya narkotika jenis baru yang selalu beredar. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah pengaturan hukum bagi anak pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 dalam putusan No.2/Pid/B.Anak/2015/PN-Tjb.

Pertimbangan hukum hakim dan penerapan sanksi bagi anak pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika dalam putusan No.2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif, dengan sifat penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan (library research) dan analisis secara kualitatif.

Pengaturan hukum bagi anak pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dalam putusan No.2/Pid/B.Anak/PN-Tjb, Undang-Undang Narkotika tidak mengatur secara khusus tentang sanksi bagi anak yang terlibat penyalahgunaan narkotika melainkan mengatur sanksi bagi anak sebagai korban dalam suatu tindak pidana narkotika yaitu tindak pidana narkotika yang berkaitan dengan pemanfaatan anak Pasal 133 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, dalam merumuskan berlakunya sanksi dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 penegak hukum juga harus memberlakukan Undang-Undang Sistem Peradilan Anak sebagai ketentuan khusus yang diterapkan terhadap anak, maka disinilah berlakunya asas lex specialis derogate legi generalis. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana penjara terhadap anak pelaku penyalahgunaan narkotika, menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Zulkifli als Zul dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun penjara, denda Rp. 1.000.000.000,- (satu miliyar rupiah) subside 6 (enam) bulan pelatihan kerja, dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan. Fakor yang merumuskan bahwa anak dalam umurnya yang masih di bawah umur telah mengenal narkoba (sebagai faktor yang memberatkan ), yang kemudian dituangkan oleh hakim dalam putusan seperti dalam putusan No.2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb tidak dapat ditarik sebagai latar belakang sehingga anak tersebut dijatuhkan pidana penjara.

Kata Kunci :Tindak Pidana, Penyalahgunaan

1

Narkotika, Anak

Daniel Simamora*)

Daniel Simamora*) Madiasa Ablisar **)

(4)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis menyampaikan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi merupakan salah satu persyaratan bagi setiap mahasiswa untuk mencapai gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sehubungan dengan itu, disusun skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Olah Anak Dalam Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Studi Kasus Putusan No. 2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb). Untuk penulisan skripsi ini penulis berusaha agar hasil penulisan skripsi ini mendekati kesempurnaan yang diharapkan, tetapi walaupun demikian penulisan ini belumlah dapat dicapai dengan maksimal, karena ilmu pengetahuan penulis masih terbatas.

Oleh karena itu, segala saran dan kritik akan penulis terima dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

(5)

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Dr. H.M. Hamdan, SH., MH, selaku Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Liza Erwina SH., M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan arahan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Dr. Mahmul Mulyadi, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan arahan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu khususnya dalam bidang hukum.

10. Kepada Ayah tercinta dan Ibunda yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk tidak patah semangat dalam menyelesaikan skripsi penulis yang selalu memberikan dukungan, arahan sebagai penyemangat dan doa yang tidak pernah putus-putusnya yang menjadi kekuatan penulis sehingga terselesaikanya skripsi ini.

11. Buat rekan-rekan stambuk 012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima

kasih atas dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga terselesaikannya

skripsi ini.

(6)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kita semua dan semoga doa yang telah diberikan mendapatkan berkah dari Tuhan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan perkembangan hukum di negara Republik Indonesia.

Medan, Juli 2019 Penulis

Beltslewy Zakarias Pulungan

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Keaslian Penulisan... 6

E. Tinjauan Kepustakaan ... 10

F. Metode Penelitian ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II PENGATURAN HUKUM BAGI ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DALAM PUTUSAN NO.2/PID.B.ANAK/2015/PN-TJB A. Latar Belakang Anak Pelaku Tindak Pidana menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak ... 24

B. Pengaturan Hukum Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika No.2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb ... 26

BAB III PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DAN PENERAPAN

SANKSI ANAK PELAKU TINDAK PIDANA

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM PUTUSAN

NO.2/PID.B.ANAK/2015/PN-TJB

A. Kasus Posisi ... 55

(8)

1. Kronologis ... 55

2. Dakwaan ... 58

3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum ... 59

4. Fakta Hukum ... 60

5. Pertimbangan Hakim ... 71

6. Amar Putusan ... 72

B. Analisis Yuridis Putusan No.2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyalahgunaan narkotika sebagian besar terjadi pada anak-anak usia sekolah maupun remaja, mereka masih begitu mudah terpengaruh dan kondisi jiwa mereka belum stabil. Ini jugalah yang banyak terjadi di berbagai kota yang sedang berkembang dan yang sedang giat-giatnya membangun. Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dibutuhkan peran dari masyarakat, agar penyalahgunaan narkotika tidak merusak masa depan generasi muda.

Anak adalah amanah dan karuniah Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya juga melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Bahwa agar setiap kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa deskriminasi.

2

2 Ari Wahyudi Achmad, Penerapan Hukum Pldana Terhadap Anak Yang Memakai dan Mengedarkan Narkoba Putusan No. 114/Pid.Sus-Anak/2016/PN Hukum UIN Alauddin Makassar 2017, hlm 1-2

(10)

Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional, sehingga diperlukan upaya pembinaan dan perlindungan terhadap anak agar anak terhindar dari penyalahgunaan narkotika tersebut dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental, emosi maupun sikap pada pada anak maupun masyarakat.

3

Banyak hal yang menyangkut anak yang terkadang membuat kita berpikir bahwa anak pada dasarnya berbeda dengan manusia dewasa yang sehat jasmani dan rohani yang memiliki kemampuan akal berpikir sempurna dengan kehendak bebas yang dihormati oleh hukum.

4

Anak mengalami perkembangan dalam beberapa fase pertumbuhan, adapun proses pertumbuhan yang bisa digolongkan berdasarkan para paralelitas perkembangan jasmani anak dengan perkembangan jiwa anak dibagi menjadi 3 (tiga) fase, yaitu:

1. Fase pertama, dimulai pada usia anak yang dalam kandungan sampai dengan 7 (tujuh) tahun yang bisa disebut sebagai masa anak kecil dan masa perkembangan mental, pengembangan fungsi-fungsi tubuh, perkembangan kehidupan emosional, bahasa bayi dan arti bahasa bagi anak-anak masa kritis pertama dan tumbuhnya seksualitas awal pada anak.

2. Fase kedua dimulai pada usia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 14 (empat belas) tahun disebut sebagai masa kanak-kanak, di mana dapat digolongkan ke dalam 2 ( dua) periode yaitu:

3 Chairul Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm 134

4 Ibid

(11)

a. Masa anak Sekolah Dasar (SD) dimulai dari usia 7 (tujuh) sampai dengan 12 (dua belas) tahun adalah periode intelektual. Periode intelektual ini adalah masa belajar awal di mulai dengan memasuki masyarakat di luar keluarga, yaitu lingkungan sekolah kemudian teori pengamatan anak dan hidupnya perasaan, kemauan, serta kemampuan anak dalam berbagai macam potensi, namun masih bersifat tersimpan atau masa latensi (masa tersembunyi).

b. Masa remaja atau pra pubertas yang dikenal dengan sebutan periode pueral. Pada periode ini, terdapat kematangan fungsi jasmaniah ditandai dengan berkembangnya tenaga fisik yang melirnpah-lirnpah yang menyebabkan tingkah laku anak kelihatan kasar, canggung, berandal, kurang sopan, liar dan lain sebagainya. Sejalan dengan berkembangnya fungsi jasmaniah, perkembangan intelektual pun berlangsung sangat insentif sehingga minat pada pengetahuan dan pengalaman baru pada dunia luar sangat besar terutama yang bersifat konkret, karenanya anak puber disebut sebagai fragmatis atau utilitas kecil, di mana minatnya terarah kegunaan-kegunaan teknis.

5

3. Fase ketiga adalah di mulai pad.a usia 14 (empat betas) sampai 21 (dua puluh satu) tahun, yang dinamakan masa remaja, dalam arti sebenarnya yaitu fase pubertas dan adolescent, di mana terdapat masa penghubung dan masa peralihan dari anak manjadi orang dewasa.

5 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Rafika Aditama, Bandung, 2015, hlm 7

(12)

Oleh karena itu dalam masa fase pertumbuhan anak, yang diperlukan adalah peran dari keluarga. Curahan kasih sayang dari keluarga sangat dibutuhkan oleh anak agar ia merasa dirinya diperhatikan, disayang dan dihargai. Anak yang kurang mendapat perhatian dari keluarganya akan mulai mencari tempat pelarian yang dianggapnya mampu untuk mengisi ruang kosong dihatinya, karena lemahnya peranan orang tua dalam mendampingi anak, maka anakpun semakin mudah untuk terjerumus dalam hal-hal yang negatif, termasuk terjerumus dalam narkotika dan psikotropika.

Menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 1 angka 1 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagairnana terlampir dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika ini.

6

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

7

Narkotika clan psikotropika apabila dipergunakan secara tepat baik dosis maupun ukuran penggunaanya, seperti untuk pengobatan dan penelitian ilmiah dapat memberikan manfaat bagi kepentingan manusia, namun sebaliknya, apabila dipergunakan melebihi dosis atau ukuran yang besar, maka akan menimbulkan

6 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 1 angka 1

7 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Pasal 1 angak 1

(13)

gangguan kesehatan bagi si pemakai, bahkan mengakibatkan kematian serta tidak stabilnya tatanan kehidupan sosial di masyarakat,

8

Kasus-kasus narkotika dan psikotropika yang terjadi bahwa narkotika berasal dari perdagangan gelap. Sebagaimana diketahui, bahwa narkotika merupakan barang terlarang yang beredar dalam masyarakat dan dilarang oleh undang-undang. Peredaran narkotika dilakukan secara tersembunyi, yang biasanya si penjual berusaha menjual narkotika kepada mereka yang sudah dikenal betul atau pembeli yang dianggap aman.

9

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) tercatat sekitar 27,32 persen pengguna narkotika di Indonesia berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa dan angka tersebut akan semakin meningkat dengan adanya narkotika jenis baru yang selalu beredar.

10

Data tersebut menunjukkan bahwa dampak peredaran narkotika di kalangan remaja dan mahasiswa sangatlah besar.

Pemerintah mengupayakan perlindungan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana yang tujuannya adalah agar hak-hak anak dijamin oleh undangundang, untuk itul lahirlah Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak di mana dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 ini mengatur tentang konsep diversi dan keadilan restorative yang tujuannya menghindarikan anak untuk tidak berakhir di penjara melainkan memberikan

8 Suhasril, Tndak Pidana Narkotika, Bogor, Ghalia Indonesia, 2005, hlm 89

9 Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm 4

10 Harian Republika, http://www.nasional.Repubhka.co. diakses tanggal 23 Desember 2018

(14)

tindakan perawatan dan perbaikan kepada anak pelaku tindak pidana sebagai pengganti hukuman.

11

Banyaknya anak-anak yang terlibat narkotika seperti dalam Putusan No.

2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb Terdakwa Zulkifli Als Izul bersama-sama dengan teman- temannya yakni Saksi Andi dan Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek ataupun masing-masing mereka dengan tindakannya sendiri-sendiri, pada hari Selasa tanggal 10 Februari 2015 sekira pukul 11.00 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Februari 2015 bertempat di Jalan Jenderal Sudirman Kelurahan Gading Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjungbalai atau setidak- tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk di dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri Tanjungbalai yang masih berwenang memeriksa dan mengadilinya, percobaan atau permufakatan jahat tanpa hak atau melawan hukum, menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman berupa 1 (satu) bungkus kertas koran diduga berisi narkotika jenis ganja dengan berat kotor 41,77 (empat puluh satu koma tujuh puluh tujuh) gram, perbuatan mana dilakukan oleh Terdakwa bersama teman-temannya.

12

Selasa tanggal 10 Februari 2015 sekira pukul 08.00 Wib Terdakwa Zulkifli Als Izul bersama Saksi Andi (Terdakwa dalam berkas perkara terpisah) pergi ke Kampung Baru dengan mengendarai betor yang dikemudikan oleh Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek (Terdakwa dalam berkas perkara terpisah) dan setelah sampai di Jalan Damai Ujung selanjutnya betor yang dikemudikan oleh

11 Marlina, Hukum Penitensier, Rafika Aditama, Bandung, 2011, hlm 18

12 Putusan No. 2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb

(15)

Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek berhenti, lalu Terdakwa bersama Saksi

Andi turun sedangkan Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek menunggu di pinggir

jalan, lalu Terdakwa bersama Saksi Andi pergi ke rumah Saksi Budi Sirait

Als Komplek (terdakwa dalam berkas perkara terpisah) dan setelah bertemu

selanjutnya Saksi Budi Sirait Als Komplek memberikan 1 (satu) bungkus

kertas koran diduga berisi narkotika jenis ganja kepada Saksi Andi. Kemudian

setelah Terdakwa bersama Saksi Andi menguasai narkotika jenis ganja tersebut

selanjutnya Terdakwa bersama Saksi Andi pergi mendatangi Saksi Junaidi

Abdullah Als Dedek dan setelah itu Terdakwa bersama Saksi Andi kembali ke

rumah di Jalan Alpokat dengan mengendarai betor yang dikemudikan oleh Saksi

Junaidi Abdullah Als Dedek. Kemudian sekira pukul 11.00 Wib pada saat

Terdakwa bersama Saksi Andi dan Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek

melintas di Jalan Jenderal Sudirman Kelurahan Gading Kecamatan Datuk

Bandar Kota Tanjungbalai tiba-tiba Petugas Kepolisian datang melakukan

penangkapan setelah mendapat informasi dari masyarakat dan menemukan

barang bukti berupa 1 (satu) bungkus kertas koran diduga berisi narkotika jenis

ganja dari selipan celana bagian belakang yang dipakai oleh Saksi Andi dan

setelah itu Petugas Kepolisian melakukan pengembangan dan berhasil menangkap

Saksi Budi Sirait Als Komplek di rumahnya. Selanjutnya Petugas Kepolisian

membawa Terdakwa serta barang bukti berupa 1 (satu) bungkus kertas koran

diduga berisi narkotika jenis ganja dengan berat kotor 41,77 (empat puluh

satu koma tujuh puluh tujuh) gram dan 1 (satu) unit betor merk Suzuki Thunder

warna biru tanpa nomor plat polisi ke Kantor Polres Tanjungbalai untuk

(16)

dapat diproses sesuai hukum yang berlaku oleh karena Terdakwa tidak memiliki ijin untuk permufakatan jahat memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman.

13

Tidak berapa lama Saksi Budi Sirait als Komplek keluar dari rumahnya Ialu menyerahkan 1 (satu) bungkus kertas koran diduga berisi narkotika jenis ganja kepada Saksi Andi, lalu Terdakwa bersama Saksi Andi pergi mendatangi Saksi Junaidi Abdullah als Dedek clan setelah itu Terdakwa bersama Saksi Andi kembali ke rumah di Jalan Alpokat dengan mengendarai betor yang dikemudikan oleh Saksi Junaidi Abdullah Als Dedek.

14

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mengkaji clan menganalisis lebih dalam penerapan hukum pidana materil bagi pelaku anak tindak pidana penyalahgunaan narkotika dengan judul Tinjauan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tabun 2009 Tentang Narkotika (Studi Kasus Putusan No.2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Penulis berpendapat bahwa rumusan masalah diperlukan untuk lebih mengetahui secara praktis dan sistematis penulisan skripsi yang dibuat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

13 Ibid

14 Ibid

(17)

1. Bagaimana pengaturan hukum bagi anak pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Dalam Putusan NO.2/PID.B.ANAK/2015/PN-Tjb?

2. Pertimbangan hukum hakim dan penerapan sanksi anak pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika dalam putusan No.2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan sistematika perumusan masalah sebelumnya, maka dalam penulisan skripsi ini diperlukan tujuan penelitian secara jelas yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaturan hukum bagi anak pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Dalam Putusan No.2/PID.B.ANAK/2015/PN-Tjb.

b. Untuk mengetahui pertimbangan hukum hakim dan penerapan sanksi anak pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika dalam putusan No.2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb?

2. Manfaat penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan sumbangsih

pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum, khususnya penyalahgunaan

narkotika yang dilakukan oleh anak.

(18)

2) Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur kepustakaan hukum pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak pada khususnya.

b. Manfaat praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan mahasiswa mengenai tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak pada khususnya.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan baru dalam penanganan perkara anak pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika bagi para penegak hukum maupun masyarakat di mana anak sebagai pelaku tindak pidana narkotika sudah seharusnya mendapat perlindungan khususnya dan bukan berakhir di penjara.

D. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran dan pemeriksaan yang telah dilakukan baik secara fisik maupun online di perpustakaan Universitas Sumatera Utara, tidak ditemukan judul dan permasalahan yang sama dengan penelitian ini, namun ada beberapa penelitian sebelumnya, berkaitan dengan tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak antara lain:

Ambar Widyaningrum. Fakultas Hukum Universitas Lampung Bandar

Lampung (2017), dengan judul penelitian disparitas pidana terhadap

penyalahgunaan narkotika anak (Studi Kasus Putusan No. 412/Pid.Sus/2014/PN-

TK dan No. 432/Pid.B/2014/PN-TK). Adapun permasalahan dalam penelitian ini

adalah

(19)

1.

Terjadi disparitas pidana terhadap penyalahguna narkotika anak.

2.

Akibat disparitas terhadap terpidana anak

Ruhut Trifosa Sitompul. Fakultas Hukum Univcrsitas Sumatera Utara Medan (2017), dengan judul penelitian Pencrapan Ketentuan Pidana Terhadap Anak Sebagai Perantara Jual Beli Nnrotikn (Analisis Putusan No.10/Pid.Sus Anak/2015/PN. Stb). Adapun permasalahan dalam penelitian ini:

1. Faktor-Faktor yang rnenycbabkan anak scbagai perantara jual beli narkoba dalarn Putusan No.10/Pid.Sus Anak/2015/PN.Stb.

2. Ketentuan pidana yang mengatur tentang anak sebagai perantara jual beli narkotika

3. Penerapan ketentuan pidana terhadap anak sebagai perantara jual beli narkotika dalam Putusan No. I0/Pid.Sus Anak/2015/PN .Stb.

Andi Dipo Alam. Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar (2017). Adapun pennasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan hukum pidana materil terhadap anak sebagai pelaku penyalahgunaan narkotika berdasarkan Putusan Nomor.96/Pid.Sus Anak/2017 /PN .Mks.

2. Pertimbangan hukum oleh majelis hakim dalam tindak pidana terhadap anak sebagai pelaku penyalahgunaan narkotika berdasarkan Putusan Nomor.

96/Pid.Sus Anak/20176/PN.Mks.

Ari Wahyudi Achmad. Fakultas Syariah dan Hukum Alauddin Makassar

(2017) dengan judul penelitian penerapan hukum pidana terhadap Penerapan

(20)

Hukum Pidana Terhadap Anak Yang Memakai Dan Mengedarkan Narkoba Putusan No. 114/Pid.Sus-Anak/2016/PN Mks

1.

Dasar Pertimbangan Hakim Secara Materil dalam Putusan Nomor 114/Pid.Sus-Anak/2016/PN Mks

2.

Dasar Pertimbangan Hakim Secara Formil dalam Putusan Nomor 114/Pid.Sus-Anak/2016/PN Mks.

Robby Irsan Damanik. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan (2016), dengan judul penelitian Analisis Hukum Mengenai

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan No. 311 K/PID.SUS/2014). Adapun permasalahan dalam penelitian ini:

1. Pengaturan hukum mengenai narkotika dan anak.

2. Faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan narkotika oleh anak.

3. Kebijakan hukum pidana dalam upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan narkotika oleh anak.

M. Y arham Samad. Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar (2015), dengan judul penelitian Tinjauan Yuridis Terhadap Pemidanaan Bagi Anak Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus Putusan Nomor: l 109/Pid.B/2013/PN.Mks). Adapun permasalahan dalam penelitian ini 1. Penerapan hukum pidana materil bagi anak sebagai pelaku tindak pidana

penyalahgunaan narkotika dalam Putusan Nomor l 109/Pid.B/2013/PN.Mks.

2. Pertimbangan hukum hakim dalam penjatuhan bagi anak sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika dalam Putusan Nomor

1109/Pid.B/2013/PN-Mks

(21)

Judul dan putusan tersebut di atas belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, sehingga penelitian ini dapat dikatakan asli dengan didukung oleh pendapat para ahli dan didukung dengan penelitian sebelumnya serta jurnal-jurnal yang berkaitan dengan judul tersebut. Penulis dapat mempertanggungjawabkan baik secara ilmiah maupun akademik.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Anak dan Kejabatan Anak

Setiap negara memiliki defenisi yang tidak sama tentang anak.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Convention on the Right of the Child (CRC) atau Konvensi Hak Anak (KHA) menerapkan defenisi anak sebagai berikut: "Anak berarti setiap manusia di bawah umur 18 tahun, kecuali menurut undang-undang yang berlaku pada anak, kedewasaan dicapai lebih awal".

Sedangkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak:

"Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, terrnasuk anak yang masih dalam kandungan". Semestinya setelah lahir Undang-Undang Perlindungan Anak yang dalam strata hukum dikategorikan sebagai lex spesialist, semua ketentuan lainnya tentang defenisi anak harus disesuaikan, termasuk kebijakan yang dilahirkan yang berkaitan dengan pemenuhan hak anak.

15

Anak merupakan seseorang yang dilahirkan dari sebuah hubungan antara pria dan wanita. Hubungan antara pria dan wanita ini jika terikat dalam suatu ikatan perkawinan lazimnya disebut sebagai suami istri.

16

15 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Rafika Aditama, Bandung, 2014, hlm 21

16 Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, Nuansa, Bandung,2006, hlm 36

(22)

Ditinjau dari aspek yuridis, maka pengertian anak dimana hukum positif di Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjaring atau persen under age), orang yang di bawah umur atau keadaan di bawah umur (minderjaringheid) atau inferionity) atau kerap jugn disebut sebagai anak yang di bawah pengawasan wali (minderjarige onvervoodji).

17

Kejahatan bukan merupakan peristiwa hereditas (bawaan sejak lahir warisan), juga bukan merupakan warisan biologis. Tindak kejahatan bisa dilakukan siapapun, baik wanita maupun pria, dengan tingknt pendidikan yang berbeda. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar yaitu difikirkan, direncanakan dan diarahkan pada maksud tertentu secara sadar benar. Kejahatan merupak.an suatu konsepsi yang bersifat abstrak, dimana kejahatan tidak dapat diraba dan dilihat kecuali akibatnya saja.

18

Kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merupakan masyarakat, asosial sifatnya dan melanggar hukum serta undang-undang pidana. Kejahatan secara sosiologis menurut adalah semua ucapan, perbuatan dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosial psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana).

19

Kejahatan anak disebut juga dengan istilah juvenile delinquency yang secara estimologi diartikan juvenile berarti anak, sedangkan delinquency berarti

17 Sholeh Soeaidy dan Zulkhair, Dasar Hukum Perlindungan Anak, Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 200 l, hlm. 5

18Kartini Kartono, Patologi Sosial, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 125-\26

19 Ibid., hlm 120

(23)

kejahatan. Dengan demikian pengertian secara etimologi adalah kejahatan anak.

Jika menyangkut subjek/pelakunya, maka menjadi juvenile delinquency yang berarti penjahat anak atau anak jahat.

20

2. Pengertian Narkotikn dan Golongnnnyn

Istilah narkotika berasal dari Bahasa lnggris, narcotics yang berarti obat bius, yang sama artinya dengan kata narcosis dalam Bahasa Yunani artinya menidurkan atau membius. Artinya secara umum adalah zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, suasana pengamatan atau penglihatan, karena zat tersebut mempengaruhi susunan saraf pusat.

21

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadraan, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Oleh sebab itu jika kelompok zat ini dikonsumsi oleh manusia baik dengan cara dihirup, dihisap, ditelan, atau disuntikkan maka ia akan mempengaruhi susunan saraf pusat (otak) dan akan menyebabkan ketergantungan. Akibatnya, system kerja otak dan fungsi vital organ tubuh lain seperti jantung, pernafasan, peredaran darah dan lain-lain akan berubah meningkat pada saat mengkonsumsi dan akan menurun pada saat tidak dikonsumsi (menjadi tidak teratur).

22

M. Ridha Ma'roef sebagaimana dikutip Harl Sasangka, menyatakan bahwa narkotika ada dua macam yaitu narkotika alam dan narkotika sintetis. Yang

20Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm 66

21 Satgas Luhpen Narkoba Mabes Polri, Penanggulangan Penyalahgunaan Bahaya Narkoba, Psikologis Medis dan Religius, Dit Binmas Polri, Jakarta, 2011, hlm 3

22 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana bagian I, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 71

(24)

termasuk dalam kategori narkotika alam adalah berbagai jenis candu, morphine, termasuk heroin, ganja, hashish, codein dan cocatne. Narkotika mini termasuk dalam pengertian narkotika secara sempit, sedangkan narkotika sitesis adalah pengertian narkotika secara luas dan termasuk didalamnya adalah Hallucinogen, Depressant dan stimulant.

23

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, Narkotika dikelompokkan ke dalam tiga golongnn, pada Pasal 6 ayat (1), yaitu:

a. Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan (Pasal 8 ayat 1). Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk pengembangan Ilmu Pengetahun dan Teknologi (IPTEK), reagensia dan laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Pasal 8 ayat 2).

b. Narkotika Golongan II dan Golongan III.

Narkotika Golongan II merupakan Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Sementara itu, Narkotika Golongan III merupakan narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam

23 Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana. Mnndar Mnju, Bandung, 2003, hlm. 35

(25)

terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

c. Ganja tennasuk Narkotika Golongan I

Ganja apabila akan digunakan dalam pelayanan kesehatan harus melalui beberapa tahap yaitu:

1) Melalui serangkaian penelitian

2) Setelah mendapatkan kesepakatan internasional, selanjutnya memindahkan ganja dari Narkotika Golongan I menjadi Narkotika Golongan II atau Golongan III melalui keputusan Menteri Kesehatan sebagaimana diatur dalam UU. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (penjelasan Pasal 6 ayat 3).

24

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa narkotika adalah obat atau zat yang dapat menenangkan syaraf, mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan, menghilangkan rasa sakit dan nyeri, menimbul rasa mengantuk atau merangsang, dapat menimbulkan efek stufor serta dapat menimbulkan adiksi atau kecanduan dan ditetapkan oleh menteri kesehatan sebagai narkotika.

3. Pengertian Penyalahgunaan Narkotika

Penyalahgunaan narkotika merupakan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan. Saat ini penyalahgunaan narkotika melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan bahkan anakanak. Penyalahgunaan narkotika dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang akhirnya merugikan kader-kader penerus bangsa. Penyalahgunaan narkotika

24 Erwin Marpaung, Pemberantasan dan Pencegahan Norkotika yang Polri dalam Aspek Hukum dan Pelaksanaannya, Buana Ilmu, Surabaya, 2002, hlm.2

(26)

mendorong adanya peredaran gelap narkotika mengingat kemajuan perkembangan komunikasi dan transportasi dalam era globalisasi saat ini.

25

Menurut Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 penyalahguna narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukwn. Untuk menentukan suatu perbuatan itu bersifat tanpa hak atau melawan hukum perlu diketahui terlebih dahulu dasar aturan hukum yang menentukan orang untuk bisa mempergunakan narkotika. Didalam regulasinya Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 memandang bahwa pengguna narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika merupakan dua hal yang berbeda, penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan tanpa hak dan melawan hukum yang dilakukan tidak untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebih, kurang teratur, dan berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental dan kehidupan sosial.

26

Penyalahguoaan narkotika berkaitan erat dengan peredaran gelap sebagai bagian dari dunia tindak pidana intemasional. Mafia perdagangan gelap memasok narkoba agar orang memiliki ketergantungan sehingga jumlah supply meningkat.

Terjalinnya hubungan antara pengedar/bandar dengan korban membuat korban sulit melepaskan diri dari pengedar/bandar, bahkan tidak jarang korban juga terlibat pcredaran gelap karena mcningkutnya kebutuhan dun ketergantungan

25 Lydia Herlina Marton, Membantu Pencandu Narkotika dan Keluarga, Balai Pustaka, Jakarta, 2006, hlm 1

26Dhemas Dewa Prasetya, Perlindungan Hukum terhadap Pelaku dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 2017, hlm 8

(27)

mereka akan nurkoba.

27

Penyalahgunaan dan bahaya narkotika narkoba di kalangan remaja tidak dipungkiri masih banyak di lingkungan sekitar kita.

Dampak akibat narkoba bagi kesehatan dan masa depan memang tidaklah sedikit.

Akan banyak yang dikorbankan oleh karena penyalahgunaan narkotika.

Penyalahgunaan narkotika oleh anak saat ini menjadi perhatian banyak pihak dan terusp-menerus diperbincangkan dan dipublikasikan. Bahkan masalah penyalahgunaan narkotika mcnjadi perhatian berbagai kalangan. Hampir sernuanya rnengingatkan sekaligus menginginkan agar masyarakat Indonesia, terutama anak-anak untuk tidak sekali-sekali mencoba dan mengkonsumsi narkotika Penyalahgunaan narkotika merupakan suatu tindak kejahatan dan pelanggaran yang mengancam keselamatan, baik fisik maupun jiwa si pemakai dan juga terhadap masyarakat di sekitar secara sosial, maka dengan pendekatan teoritis, penyebab dari penyalahgunaan narkotika adalah merupakan delik materil, sedangkan perbuatannya untuk dituntut pertanggungjawaban pelaku, merupakan delik formil.

28

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian agar terlaksana dengan maksimal maka peneliti mempergunakan beberapa metode sebagai berikut :

1. Jenis dan sifat penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah penelitian normatif. Penelitian normatif merupakan suatu prosedur penelitian

27 Lydia Harlina Martono & Satya Joewana, Membantu Pemu1ihan Pencandu Narkoba dan Keluarganya, Balai Pustaka, Jakarta, 2006, hlm.l

28 Taufik Makarao, Tlndak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, 2005, hlm 49

(28)

ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.

29

Berdasarknn uraian di atas, maka penelitian yung dilakukan penulis dalam penelitian hukum ini adalah bersifat deskriptlf. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti rnungkin tentang manusia, keadaan, atau gelaja-gejala lainnya.

30

Penelitian, hukum ini bertujuan memberikan data yang seteliti mungkin dan memberikan gambaran ynng sistematis dan menganalisis tentang Tinjauan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Olah Anak Dalam Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Studi Kasus Putusan No.

2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb).

2. Sumber data

Sumber data yang digunaknn dalam pcnclitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat penelitian kepustakaan (library research), yang dilakukan dengan menghimpun. data yang terkait meliputi:

a. Bahan hukum primer. Bahan hukum primer yaitu tcrdiri dari aturan hukum yang terdapat pada berbagai peraturan perundang-undangan khususnya antara lain :

31

1) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika

29 Jhony Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Malang 2011, hlm 57

30 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga UI Press, Jakarta, 2007, hlm 10

31 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenda Media Group, Jakarta, 2010, hlm 141-142

(29)

2)

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

3)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak

4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika

5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana 6) Putusan No.2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb).

b. Bahan hukum sekunder. yaitu bahan hukum yang dapat rnemberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer di atas bcrupa pcndapat para ahli hukum, jurnal ilmiah, rnajalah, surat kabar (koran) dan berita internet yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.

c. Bahan hukum tertier, yaitu berupa data penunjang yang dapat memberikan penjelasan lebih lanjut tcrhadap bahan hukum primer dan sekunder berupa kamus hukum, kamus umum dan atau ensiklopedia.

3. Teknik pengumpulan data

Guna mendapatkan data sekunder dalam penulisan skripsi adalah dengan

melakukan penelitian kepustakaan (library research). Alat yang digunakan dalam

metode ini merupakan studi dokumen dimana selanjutnya dilakukan analisis

dengan mengumpulkan fakta-fakta yang didapat dari studi kepustakaan (library

research) sebagai acuan umum dan·kemudian selanjutnya dianalisis untuk

mencapai kejelasan masalah yang dimaksud berdasarkan sumber-sumber bacaan,

seperti buku-buku, jurnal ilmiah, media elektronik, serta memepelajari dan

menganalisis putusan dan bahan lainnya yang berkaitan dengan skripsi. ·

(30)

4. Analisis Data

Metode kualitatif lebih menekankan kepada kebenaran berdasakan

sumber-sumber hukum dan doktrin yang ada, bukan dari segi kuantitas kesamaan

data yang diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan dengan

melakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu dengan memberikan

penjelasan mengenai proses pemeriksaan saksi di pengadilan, serta pemaparan

mengenai pertimbangan hakim dalam meringankan dan memberatkan terdakwa

dalam putusannya.

(31)

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman mengenai pembahasan dan memberikan gambaran mengenai sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penelitian hukum, maka penulis menjabarkannya dalam bentuk sistematika penelitian hukum yang terdiri dari 5 (lima) bab dimana tiap-tiap bab dibagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan skripsi ini secara singkat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan awal dari penulisan yang berisikan latar belakang.

Rumusan masalah. Tujuan penelitian. Manfaat penelitian. Keaslian penulisan. Metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN HUKUM BAGI ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DALAM PUTUSAN NO.2/PID.B.ANAK/2015/PN-TJB

Bab ini berisikan Latar Belakang Anak Pelaku Tindak Pidana menurut

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Anak dan Pengaturan Hukum Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana

Penyalahgunaan Narkotika No.2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb

(32)

BAB III PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DAN PENERAPAN SANKSI ANAK PELAKU TINDAK PIDANA

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM PUTUSAN NO.2/PID.B.ANAK/2015/PN-TJB

Bab ini berisikan kasus posisi, yang terdiri atas Kronologis. Dakwaan.

Fakta Hukum. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Pertimbangan Hakim.

Amar Putusan dan Analisis Yuridis Putusan No.2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini,

dikemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu mengerjakan

skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.

(33)

BAB II

PENGATURAN HUKUM BAGI ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DALAM PUTUSAN NO.2/PID.B.

ANAK/2015/PN-TJB

A. Latar Belakang Anak Pelaku Tindak Pidana menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak

Masa kanak-kanah merupakan periode penaburan benih, pendirian tiang pancang, pembuatan pondasi, yang dapat disebut juga sebagai periode pembentukan watak, kepribadian dan karakter diri seorang manusia, agar mereka kelak memiliki kekuatan dan kemampuan serta berdiri tegar dalam meniti kehidupan.

32

Tindak pidana yang dilakukan oleh anak dikenal dengan delinquency atau yang lebih dikenal dengan kenakalan anak. Istilah untuk anak pelaku tindak pidana itu sendiri adalah "juvenile delinquent" atau anak nakal. Istilah kenakalan anak sendiri pertama kali ditampilkan pada Badan Peradilan di Amerika Serikat dalam rangka usaha membentuk suatu Undang-Undang Peradilan bagi anak di negara tersebut.

33

Perbuatan tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut dan

32 Maidim Gultom, Op.Cit., hlm 1

33 Wagiati Soetodjo, Op.Cit., hlm 9

(34)

larangan tersebut sudah diatur di dalam undang-undang maka bagi para pelaku dapat dikenai sanksi atau hukuman, sedangkan ancaman pidananya ditunjukkan kepada orang yang menimbulkan kejadian itu.

34

Kasus anak yang berhadapan dengan hukum semakin hari semakin bertambah jumlahnya hal tersebut dibuktikan dengan laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menyebutkan kasus pidana yang melibatkan anak-anak atau usia di bawah umur rata-rata mencapai 7000 an kasus per tahun, tujuh ribu anak masuk proses pengadilan dari 7000-an yang masuk peradilan 90 persen mereka tidak didampingi pengacara. Kemudian Juga 85 persen dari mereka putusan hakimnya pidana penjara, dan berdasarkan keterangan dari KPAI tersebut maka dari 7000-an anak yang menghadapi masalah hukum belum seluruhnya terpenuhi hak-hak dari anak-anak yang berhadapan dengan hukum.

35

Anak yang melakukan tindak pidana sering mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai, padahal di dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, terhadap anak yang melakukan tindak pidana harus mendapatkan perlindungan hukum. Anak sering diperlakukan tidak sesuai dengan harkat dan martabatnya.Seharusnya keluarga dan pemerintah wajib melakukan pengawasan yang ketat terhadap anak agar tidak terjerumus melakukan kejahatan atau tindak pidana. Peran orang tua, lingkungan sekitar dan pemerintah sangatlah

34 Sudaryono dan Natangsa, Subekti, Buku Pegangan Masa Kuliah Hukum Pidana, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2005, hlm 112

35Muhammad Joni, Penjara (Bukan) tempat anak; Perhimpunan Advokasi Anak Indonesia, Jakarta, 2012, hlm. xvi

(35)

penting agar anak tidak melakukan hal-hal yang akan merugikan masa depan anak. Pemerintah juga perlu berperan aktif untuk memberikan pembinaan terhadap anak sehingga masa depan anak lebih terjamin.

Status sosial seseorang di dalam masyarakat banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selama di dalam masyarakat itu ada sesuatu yang dihargai maka selama itu pula ada pelapiasan-pelampiasan didalamnya dan pelampiasan- pelampiasan itulah yang menentukan status sosial seseorang.

36

Banyak teori-teori penyebab anak melakukan sebagaimana pendapat Ninik Widiyanti dan Panji Anoraga dalam bukunya perkembangan kejahatan dan masalahnya ditinjau dari segi kriminologi dan sosial mengemukakan bahwa ada dua jenis faktor yang dapat rnenyebabkan anak melakukan tindak pidana yaitu faktor yang mernpengaruhi secara langsung dan faktor yang mempengarnhi sccara tidak langsung, faktor-faktor yang merupengaruhi secara langsung adalah faktor endogin dan tidak langsung adalah eksogin.

37

B. Pengaturan Hukum Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika No.2/Pid.B.Anak/2015/PN-Tjb

Penyalahgunaan narkotika tidak hanya pemakai saja yang dapat dikenakan pidana, berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang penyertaan dalam rnelakukan tindak pidana, baik pelaku yang menyuruh lakukan, yang turut serta rnelakukan dan penganjur maupun pembantu dapat disebut sebagai pelaku tindak pidana. Penggunaan narkotika sering dikaitkan dengan

36Khairul Iksan, Faktor Penyebab Anak Melakukan Tindakan Kriminal (Studi Kasus Lembaga Permusyawaratan Pekanbaru Klas II B), Jurnal JOM FISIP Vol. 3 No. 2 Oktober 2016, hlm 9

37Ninik Widiyanti dan Panji Anogara, Perkembangan Kejahatan Dan Masalahnya Ditinjau Dari Segi Kriminologi Dan Sosial, Pradnya Paramita, Jakarta, 2007, hlm 23

(36)

kejahatan, baik narkoba dianggap memiliki pengaruh negatif dan menyebabkan penggunanya melakukan kejahatan. Kejahatan itu pada dasarnya rnerupakan rumusan yang nisbi. Kejahatan sebagai gejala sosial tidak semata-mata merupakan kelaianan merupakan tindakan yang dilarang hukum, tindakan yang merupakan kelainan biologis maupun kelaianan psikologis, tetapi tmdakan-tindakan tersebut merugikan dan melanggar sentimen masyarakat.

38

Jika mengacu pada rumusan kejahatan sebagaimana yang dijelaskan oleh Mustafa, titik tekan penentuan apakah suatu perilaku dianggap kejahatan atau tidak bukanlah menjadikan aturan formal sebagai acuan.

39

Pasal 1 ayat (15) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika tidak memberikan penjelasan yang jelas mengenai istilah penyalahgunaan tersebut. Hanya istilah penyalahguna yaitu orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Penyalahgunaan narkotika dan penyalahgunaan obat (drug abuse) dapat pula artikan mempergunakan obat atau narkotika bukan untuk tujuan pengobatan, padahal fungsi obat narkotika adalah untuk membantu penyembuhan dan sebagai obat terapi. Apabila orang yang tidak sakit mempergunakan narkotika, maka ia akan merasakan segala hal yang berbau abnormal.

38 Muhammad Mustafa, Kajian Sosiologi terhadap Kriminalisasi, Perilaku Menyimpang dan Pelanggar Hukum, Fisip UI Press, Jakarta, 2007, hlm 17

39 Ibid

(37)

Penyalahguna yang mendapat jaminan rehabilitasi berdasarkan Pasal 4 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, namun dalam Pasal 127 penyalahguna dijadikan subjek yang dapat dipidana dan kehilangan hak rehabilitasinya, kecuali dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban narkotika. Padahal pembuktian penyalahguna narkotika merupakan korban narkotika merupakan suatu hal yang sulit, karena harus dilihat dari awal pengguna narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksadan/atau diancam untuk menggunakan narkotika.

40

Guna mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika yang sangat merugikan clan membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, pada siding umum Majelis Perrnusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002 melalui TAP MPR RI Nomor VIIMPR/2002 telah merekomendasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Presiden Republik Indonesia untuk melakukan perubahan atas Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, tetapi dalam kenyataaannya kecenderungan pengguna narkotika semakin meningkat baik secara kualitatif dan kuantitatif dengan korban yang meluas terutama di kalangan remaja, tindak pidana narkotika tidak lagi dilakukan secara bersama-sama.

Berdasarkan hal tersebut guna meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana narkotika dibentuklah Undang Nomor 35 Tahun

40 Puteri Hikmawati, Analisis terhadap Sanksi Pidana Bagi Pengguna Narkotika, Jurnal Negara Hukum Vol. 2 No. 2 November 2011, hlm 339

(38)

2009 Tentang Narkotika sebagai pembaharuan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika.

41

Undang-Undang Narkotika tentang Narkotika Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Didalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Narkotika, dijelaskan bahwa penyalahguna narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter. Sebagaimana yang diamanatkan dalam konsideran Undang-Undang Narkotika, bahwa ketersediaan Narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,narnun di sisi lain mengingat dampak yang sangat ditimbulkan dan tingkat bahaya yang ada apabila digunakan tanpa pengawasan dokter secara tepat dan ketat maka harus dilakuk.an tindakan pencegahan dan pemberatasan terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

Memahami pengertian dan penyalahguna yang diatur dalam Pasal l angka 14 Undang-Undang Narkotika, maka secara sistematis dapat diketahui tentang pengertian penyalahgunaan narkotika, yaitu penggunaan narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter. Pengertinn tersebut, juga tersirat dari pendapat Dadang Hawari, yang mengemukakan bahwa ancaman dan bahaya pemakaian Narkotika secara terus menurus dan tidnk terawasi dan jika tidak

41 Hari Sasaangka., Op.Cit., hlm 25

(39)

segera dilakukan pengobatan serta pencegahan akan menimbulkan efek ketergantungan baik fisik maupun psikis yang sangat kuat terhadap pemakaianya, atas dasar hal tersebut, secara sederhana dnpat disebutkan bahwa penyalahgunaan Narkotika adalah pola penggunaan $arkotika yang patologik sehingga mengakibatkan hambatan dalum fungsi sosial.

42

Hambatan fungsi sosial dapat berupa kcgngalan untuk merncnuhi tugasnya bagi keluarga alas teman-temannya akibat perila.ku yang tidak wajar dan ekspresi perasaan agresif yang tidak wajar, dapat pula membawa akibat hukum karena kecelakaan lalu lintas akibat mabuk atau tindak kriminal demi mendapatkan uang untuk membeli narkotika.

43

Bentuk perbuatan penyalahgunaan narkotika yang paling sering dijumpai adalah perbuatan yang mengarah kepada pecandu narkotika. Adapun pengertian pecandu narkotika adalah seperti yang diatur didalam Pasal 1 butir 13 Undang- Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika yaitu Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.

Bentuk-bentuk tindak pidana penyalahgunaan narkotika menurut Undang- Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu

1. Menanam, memelihara, memiliki, menguasai atau menyediakan narkotika golongan I dalam bentuk tanaman dan bukan tanaman (Pasal 111 dan Pasal 112)

42 Dadang Hawari, Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1991 hlm 15.

43 Romli Atmasasmita, Problem Kenakalan Anak-Anak Remaja, Armico, Bandung, 2002, hlm 6.

(40)

2. Memproduksi, mengimpor, mengekspor atau menyalurkan narkotika golongan I (Pasal 113)

3. Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan narkotika golongan I (Pasal 114).

4. Mengirim, mengangkut atuu transito narkotika golongan I (Pasal 115).

5. Menggunakan narkotika golongan l terhadap orang lain (Pasal 116 ).

6. Jika tindak pidana berakibat orang lain mati atau cacat permanen (Pasal 116) 7. Merniliki, menyimpan, menguasai arau menyediaknn narkotika golongan Ill

(Pasal 117).

8. Memproduksi, mengimpor, mengekspor atau menyalurkan narkotika golongan Ill (Pasal 118)

9. Menawarkan untuk dijual, menjual membeli, menerima, menjadi perantara jual beli narkotika golongan III (Pasal 119).

44

10. Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika golongnn III.

11. Menggunakan narkotika golongan III terhadap orang lain.

12. Jika mengakibatkan mati atau cacat permanen

13. Memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika golongan III (Pasal 122).

14. Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika golongan III (Pasal 123).

15. Menawarkan untuk dijual, meniual, membeli, menerima, menjadi perantara jual beli narkotika golongan III.

44 Esti Aryani, Penyalahgunaan Narkotika dan Aturan Hukumnya.VOL.IX,2 Okt, 2011, hlm 93

(41)

16. Membawa, mengirim, mengangkut, atau transito narkotika golongan III 17. Menggunakan narkotika golongan III terbadap orang lain

18. Jika mengakibatkan mati atau cacat pemanen

19. Penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri Golongan I Golongan II Golongan 20. Orang tua atau wali pecandu yang belum cukup umur sengaja tidak melapor.

21. Memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan, memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara jual beli, menukar, menyerahkan, membawa, mengirim, mengangkut, transito, prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika.

22. Jika tindak pidana narkotika dilakukan oleh korporasi.

23. Sengaja tidak melaporkan tindak pidana narkotika.

24. Percobaan atau pennufakatan jalur untuk melakukan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika.

25. Menggunakan anak dalam tindak pidana narkotika

45

Kejahatan narkotika tidak seluruhnya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi ada kalanya kejahatan ini dilakukan oleh anak-anak di bawah umur, anak-anak yang belum dewasa cenderung mudah sekali untuk dipengaruhi melakukan perbuatan yang berhubungan dengan narkotika, karena jiwanya belum stabil akibat perkembangan fisik dan psikis.

Perbuatan memanfaatkan anak di bawah umur untuk melakukan kegiatan narkotika merupakan tindak pidana, Penjelasan yang berdasarkan pada Undang-

45 Ibid ., hlm 94

(42)

Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika di atas telah memperjelas tentang tindak pidana narkotika yang termuat didalam Undang-Undang Narkotika, memang didalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika tersebut tidak di klasifikasikan secara rinci apa saja yang termasuk kedalam tindak pidana na:rkotika tetapi Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika telah memuat tentang tindakan seperti apa saja yang akan mendapat sanksi pidana bagi setiap orang yang melakukannya.

Didalam Undang-Undang omor 35 tahun 209 tentang Narkotika, perbuatan-perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagi berikut:

1.

Tanpa hak, atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111).

2.

Tanpa hak, atau melawan hukum memiliki, menguasai, atau menyediakan narkotika Golongan I bukan tanaman (Pasal 112).

3.

Tanpa hak, atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika Golongan 1 (Pasal 113).

4.

Tanpa hak, atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika Golongan 1 (Pasal 114).

5.

Tanpa hak, atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau

mentransito Narkotika Golongan I (Pasal 115).

(43)

6.

Tanpa hak, atau melawan hukum menggunakan narkotika Golonga I terhadap orang lain atau memberikan narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain (Pasal 116).

7.

Tanpa hak, atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika Golongan II (Pasal 117).

8.

Tanpa hak, atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika Golongan II (Pasal 118).

9.

Tanpa hak, atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika Golongan II (Pasal 119).

46

10.

Tanpa hak, atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika Golongan II (Pasal 120).

11.

Tanpa hak, atau melawan hukum menggunakan narkotika Golongan II terhadap orang lain atau memberikan narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain (Pasal 121).

12.

Tanpa hak, atau melawan hukum memiliki, menyimpan, mengasai atau menyediakan narkotika Golongan III (Pasal 122).

13.

Tanpa hak, atau melawan hukum memproduksi, megimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika Golongan III (Pasal123).

14.

Tanpa hak, atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika Golongan III (Pasal 124).

46 Andi Dipo Alam, Tinjauan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Makassar Nomor :96/Pid.Sus.Anak/2017/PN. Mks).

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar 2017, hlm 39

(44)

15.

Tanpa hak, atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito narkotika Golongan III (Pasal 125).

16.

Tanpa hak, atau melawan hukum menggunakan narkotika golongan III terhadap orang lain atau memberikan narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain (Pasal 126).

17.

Setiap penyalahguna (PAsal 127) ;

a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri;

b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri; dan c) Narkotika Golongan III bagi dirinya sendiri.

18.

Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur, yang sengaja tidak melapor (Pasal 128)

19.

Tanpa hak, atau melawan hukum (Pasal129) :

a) Memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika;

b) Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Prekursor Narkotika untuk pembuatan narkotika;

c) Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadiperantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan precursor Narkotika untuk pembauatan narkotika;

d) Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Prekursor narkotika

untuk pembauatan narkotika.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya peningkatan jumlah nasabah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Adanya kenaikan jumlah nasabah pada tiap tahunnya disebabkan

SimNasKBA-2011 , bahwa dengan segala keterbatasan tersebut Insha Allah dapat melaksanakan SimNasKBA ini dengan sukses, yang tentu saja semua itu atas bantuan Panitia SimNasKBA dari

Sehingga dengan dari hasil perhitungan perancangan dimana torsi motor DC yang didapat adalah lebih besar dari torsi yang bekerja pada ulir, maka motor DC dapat

Pertama, gangguan atau kesulitan bicara, di mana individu mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan bunyi bahasa dengan benar.Biasanya anak penyandang tunagrahita

Adapun komponen kebugaran jasmani meliputi : (1) Daya tahan jantung yaitu kemampuan jantung, paru menyuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu yang lama, (2) Kekuatan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Apakah ada pengaruh model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dengan pola permainan tic tac toe terhadap hasil

Sebelum praktikan melaksanakan mengajar terbimbing, praktikan terlebih dahulu melakukan bimbingan dengan guru pamong dan guru kelas untuk berkonsultasi tentang materi

H terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kualitas layanan (X) terhadap loyalitas nasabah (Z). Tingkat signifikan α yang