• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Definisi Lansia

Lansia adalah merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah di miliki sebelumnya. Mulai dari perubahan penampilan fisik maupun mental, khususnya dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimiliki. Dengan keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis (Erna, 2016).

Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal diatas dapat disimpulkan bahwa lansia merupakan seseorang yang telah berusia >60 tahun, mengalami penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri (Ratnawati, 2017).

2.1.2 Batasan Usia Lansia

Batasan usia pada lansia menurut WHO (dalam (Utomo, 2015), usia lanjut meliputi:

a) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun b) Usia lanjut (elderly) yaitu antara 60-74 tahun

c) Usia tua (old) yaitu antara 75-90 tahun

(2)

2.1.3 Penyakit yang Menonjol Pada Lansia

Menurut Nugroho (dalam (Utomo, 2015), penyakit yang menonjol pada lansia :

a) Gangguan pembuluh darah (hipertensi dan stroke) b) Gangguan metabolik diabetes mellitus

c) Gangguan persendian reumatik, sakit punggung, dan terjatuh

d) Gangguan social kurang penyesuaian diri dan merasa tidak memiliki fungsi lagi.

2.2 Konsep Dasar Hipertensi 2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg. Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Tekanan darah yang selalu tinggi akan menimbulkan suatu faktor risiko untuk terjadinya stroke, serangan jantung, gagal jantung, aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis (Erna, 2016).

Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Dengan keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah tinggi diatas normal atau kronis (dalam waktu yang cukup lama). Merupakan suatu kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Dengan cara yang paling akurat untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah secara teratur (Gunawan, 2015).

Pada umumnya risiko tekanan darah tinggi lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita, namun memasuki usia >45 tahun wanita mempunyai risiko lebih tinggi dikarenakan wanita mulai memasuki usia menopouse. Hal ini disebabkan terjadi penurunan produksi estrogen yang akan berdampak pada kardiovaskuler dimana terjadi penurunan elastisitas pembuluh darah. Dengan

(3)

bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik (Janu Purwono, 2020).

2.2.2 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi pada usia lanjut dibagi menjadi dua golongan:

a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) :

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya, (Yulianto, 2016) :

1. Genetika

Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.

2. Jenis Kelamin Dan Usia

Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.

3. Diit Konsumsi Tinggi Garam Atau Kandungan Lemak

Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.

4. Berat Badan Obesitas

Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.

5. Gaya Hidup Merokok Dan Konsumsi Alcohol

Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.

(4)

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya. Menurut (Ratnawati, 2017), Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :

1) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.

2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan

3) satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.

4) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi.

5) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin. 6) Stress, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk

sementara waktu. 7) Kehamilan 8) Luka bakar

9) Peningkatan tekanan vaskuler

10) Merokok : Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,

(5)

peningkatan denyut jantung serta menyebabkan vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016) :

1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar dari 160 mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016) :

1) Elastisitas dinding aorta menurun

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi. 5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi

Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A. 2016) klasifikasi hipertensi adalah :

a) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.

b) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.

c) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg. Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H & Kusuma H. 2016), klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolic yaitu :

(6)

Tabel 2.2.3 Klasifikasi derajat Hipertensi secara klinis

No. Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1. Optimal <120 <80 2. Normal 120-129 80-90 3. High Normal 130-139 80-84 4. Hipertensi 5. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99 6. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109 7. Grade 3 (berat) 180-209 100-119

8. Grade 4 (sangat berat) >210 >210

2.2.4 Faktor Risiko Hipertensi

Menurut (Tamher, S., 2013), faktor-faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

1) Faktor yang tidak dapat diubah a. Riwayat Keluarga

Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi lebih berisiko untuk terkena hipertensi.

b. Usia

Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.

c. Jenis Kelamin

Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita. d. Ras/Etnik

Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.

2) Faktor yang dapat diubah

Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain yaitu :

(7)

a. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi Murni dalam (Ratnawati, 2017).

b. Kurang aktifitas fisik

Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara global ((Ratnawati, 2017).

c. Konsumsi Alkohol

Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi. Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah (Gunawan, 2015).

d. Kebiasaan minum kopi

Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu produksi hormon adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam (Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).

(8)

e. Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam

Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D., Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.

f. Kebiasaan konsumsi makanan berlemak

Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I, 2016), lemak didalam makanan atau hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian dengan peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.

2.2.5 Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak pada vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula saraf simpatis, yang berlanjut dibawah ke korda spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor disampaikan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia spinalis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, dan akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan kontriksi pada pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan juga mempengaruhi respon pada pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, walaupun tidak diketahui dengan jelas apa penyebabnya (Ratnawati, 2017)

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat menyebabkan meningkatkan tekanan darah, hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak dapat membuang sejumlah garam dan air didalam tubuh, volume dalam darah meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat,

(9)

sebaliknya jika aktivitas pompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, sehingga tekanan darah akan menurun. Mengkonsumsi garam atau sodium dapat mempengaruhi sekresi ADH sehingga terjadi retensi urin dan sehingga volume darah meningkat menyebabkan kerja jantung meningkat. Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab dalam perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekucup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan pada tahanan perifer (Gunawan, 2015).

(10)

2.2.6 Pathway Hipertensi

Jenis Kelamin Gaya hidup Obesitas

Usia Elastisitas, arteriosklerosis Hipertensi Kerusakan vaskuler pembuluh darah Perubahan struktur Penyumbatan pembuluh darah Vasokonstriksi Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh

darah Resistensi pembuluh darah otak ↑ Suplai O2 ke otak ↓ Sinkop Nyeri

Akut Gangguan Perfusi

Jaringan Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal Blood flow ↓ Respon RAA Rangsangan aldosteron Retensi Na Edema Vasokonstriksi Sistemik Afterload meningkat Penurunan curah jantung Koroner Iskemi Miokard Nyeri Dada Retina Spasme arteriole Diplopia Resiko Injuri Gangguan Pola Tidur

(11)

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Menurut (Yulianto, 2016) pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan meliputi :

a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).

d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.

f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler).

g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi.

h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab).

i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.

j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.

k. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi.

l. Steroid urin : kenaikan dapat di indikasi hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.

(12)

m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.

n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.

o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.

2.2.8 Komplikasi Hipertensi

Menurut (Erna, 2016), komplikasi dari hipertensi adalah :

a. Stroke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.

b. Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

c. Gagal ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.

(13)

d. Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian (Erna, 2016).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Hipertensi

Konsep asuhan keperawatan dengan hipertensi menurut, (Saiful Nurhidayat, 2015) :

A. Pengkajian

1) Aktivitas/Istirahat

- Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. - Tanda : frekuensi jantung meningkat, takipnea, perubahan irama

jantung. 2) Sirkulasi

- Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung coroner/katup dan penyakit cebrocaskuler episode palpitasi. - Tanda : kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,

radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin terjadi lambat/tertunda.

3) Integritas Ego

- Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). - Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

4) Eliminasi

- Gejala : gangguan ginjal saat ini atau obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa lalu.

(14)

5) Makanan/Cairan

- Gejala : makanan yang di sukai mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolestrol tinggi, mual, muntah dan perubahan BB akhir-akhir ini (meningkat/menurun), riwayat penggunaan diuretic.

- Tanda : berat badan normal/obesitas, adanya edema, glikosuria. 6) Neurosensori

- Gejala : sering pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, gangguan pengelihatan (diplobia, pengelihatan kabur, epistakis).

- Tanda : status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan. 7) Nyeri/Ketidaknyamanan

- Gejala : angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung), sakit kepala.

8) Pernapasan

- Gejala : dyspnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea, batuk dengan sputum/tanpa sputum, riwayat merokok. - Tanda : distress pernapasan/penggunaan otot aksesori pernapasan

bunyi nafas tambahan (mengi), sianosis. 9) Keamanan

- Gejala : gangguan koordinasi atau cara berjalan, hipotensi postural. B. Diagnosa dan rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul dan rencana keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :

1) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.

- Tujuan : afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokontriksi, tidak terjadi iskemia miokard.

- Intervensi keperawatan :

a) Memantau tekanan darah, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan teknik yang tepat.

(15)

b) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer. c) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan massa pengisian

kapiler.

d) Catat edema umum

e) Berikan lingkungan tenang, nyaman, dan kurangi aktivitas. f) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat

tidur/kursi.

g) Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan. h) Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi, panduan

imajinasi, aktivitas pengalihan.

i) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.

j) Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi. 2) Nyeri Akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral.

- Tujuan : tekanan vaskuler serebral tidak meningkat - Intervensi keperawatan :

a) Mempertahankan tirah baring, lingkungan tenang dan sedikit penerangan.

b) Meminimalkan gangguan lingkungan dan membatasi aktivitas. c) Menghindari merokok atau penggunaan nikotin.

d) Memberi obat analgesic atau sesuai dengan resep dokter. e) Memberikan tindakan menyenangkan sesuai indikasi seperti

kompres es, posisi nyaman, teknik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.

- Hasil yang di harapkan : pasien mengungkapkan tidak adanya rasa sakit kepala dan tampak nyaman.

3) Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.

- Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu - Intervensi :

(16)

b) Kaji tekanan darah dan pertahankan cairan/obat-obatan sesuai resep

c) Amati adanya hipotensi mendadak d) Ukur masukan dan pengeluaran

e) Pantau elektrolit, BUN, kreatin sesuai pesanan f) Ambulasi sesuai kemampuan, dan hindari kelelahan

- Hasil yang diharapkan : pasien mampu mendemosntrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti di tunjukan tekanan darah dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, mual dan muntah, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. Haluran urin 30 ml/menit, tanda-tanda vital satbil. 4) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit dan perawatan diri.

- Tujuan : pasien terpenuhi dalam informasi hipertensi - Intervensi :

a) Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur

b) Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress

c) Diskusikan tentang obat-obat : nama, dosis, waktu, pemberian, tujuan, dan efek samping atau efek toksik.

d) Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa resep dokter

e) Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.

f) Diskusikan terkait pentingnya mempertahankan berat badan stabil dan menghindari kelelahan/mengangkat berat.

g) Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai anjuran

(17)

h) Jelaskan pentingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol

i) Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan. - Hasil yang di harapkan : pasien mengungkapkan pengethauan dan

ketrampilan penatalaksanaan perawatan diri, serta melaporkan obat-obatan sesuai resep dokter.

C. Implementasi

Dalam pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi sebagai berikut : 1) Terapi tanpa obat

Merupakan tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a) Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr - Diet rendah kolestrol dan rendah asam lemak jenuh

- Penurunan berat badan - Penurunan asupan etanol - Menghentikan merokok - Diet tinggi kalium b) Latihan Fisik

Latihan fisik secara teratur atau terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah oelahraga yang memiliki 4 macam prinsip, yaitu :

- Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang, dll.

(18)

- Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobic atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur.

- Lamanya latihan berkisar 20-25 menit berada dalam zona latihan

- Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan paling baik 5x perminggu.

c) Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

- Teknik Biofeedback

Biofeedback adalah teknik yang dipakai untuk menunjukan pada subyek tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala, migran dan gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

- Teknik Relaksasi

Suatu prosedur yang bertujuan untuk mengurangi rasa kecemasan/ketegangan dengan cara melatih otot-otot dalam tubuh rileks.

d) Pendidikan Kesehatan/Penyuluhan

Tujuan pendidikan kesehatan merupakan untuk cara meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2) Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatannya meliputi :

(19)

a) Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

b) Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan : - Dosis obat pertama dinaikan

- Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

- Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.

c) Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh :

Obat ke-2 diganti, ditambah obat ke-3 jenis lain. d) Step 4 : alternatif pemberian obatnya

- Ditambah obat ke-3 dan ke-4 - Re-evaluasi dan konsultasi

- Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

D. Evaluasi

1) Resiko penurunan jantung tidak terjadi 2) Rasa sakit kepala berkurang bahkan hilang

3) Klien dapat menggunakan mekanis mekoping yang efektif dan tepat 4) Klien paham mengenai kondisi penyakitnya.

Langkah-langkah untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan : 1) Menentukan garis besar masalah kesehatan yang di hadapi, 2) Menentukan bagaimana rumasan tujuan perawatan yang akan

dicapai,

3) Menentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan dengan sumber-sumber proses atau hasil, tergantung kepada dimensi evaluasi yang diinginkan,

4) Menentukan metode atau tehnik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data yang diperlukan,

(20)

5) Membandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar untuk evaluasi,

6) Identivikasi penyebab atau alasan yang tidak optimal atau pelaksanaan yang kurang memuaskan

7) Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan : mungkin tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau mungkin ada faktor lingkungan yang tidak diatasi.

Gambar

Tabel 2.2.3 Klasifikasi derajat Hipertensi secara klinis

Referensi

Dokumen terkait

Tandem parallel parking both upstream stall and downstream stall, in which two cars were parked with additional parking space between them, the additional parking

Pemeran utama dalam film ini adalah Ernest Prakasa yang berperan sebagai Erwin, dan pemeran pendukung yang paling sering muncul hingga akhir film adalah

Hasil Analisis Risiko Sistematis Masing-masing Saham Individu (β i ) Beta (β) merupakan risiko sistematis yang melekat pada suatu saham.Beta menunjukkan hubungan antara

In the second model (which also included fibrinogen and serum metabolic parameters, such as uric acid, albumin, total bilirubin, and ferritin) strong associations were evident

Kondisi cuaca permukaan (P, T, Rh) di daerah sasaran pada tiap kali kegiatan modifikasi cuaca adalah dengan tekanan udara yang relatif lebih rendah, suhu udara yang cukup

Pada layar ini terdapat dua buah tombol, yaitu tombol teori yang dapat digunakan user untuk melihat materi berupa teori-teori dan tombol video yang dapat digunakan oleh user

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah Kuantitatif yaitu untuk menganalisis penerapan konsep value for money dalam menilai kinerja pelayanan sektor

Infeksi Cacing Saluran Pencernaan pada Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Tinjil.. Di bawah bimbingan ELOK BUDI RETNANI