MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
SISWA KELAS V SD GUGUS I KUTA BADUNG
Ni Luh Adhe Yanti Lestari
1, I Gusti Agung Oka Negara
2, Siti Zulaikha
31,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected]
1, [email protected]
2, [email protected]
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Kuta Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Desain penelitian ini menggunakan “Nonequivalent Control Group Design”. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD I Kuta dengan jumlah populasi 478 siswa. Sampel diambil dengan teknik Random Sampling yang berjumlah 76 siswa terdiri dari dua sekolah yaitu siswa kelas VA SD 2 Kuta sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD 5 Kuta sebagai kelas kontrol. Data hasil belajar IPA untuk kelas eksperimen maupun di kelas kontrol dikumpulkan dengan instrumen berupa tes pilihan ganda. Tes hasil belajar IPA diberikan pada saat post test secara tertulis. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan taraf signifikan 5% dan dk = 74 (thit = 6.433 > ttabel = 2,000) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar melalui model kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Kuta Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Ini berarti, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Kuta Badung Tahun pelajaran 2013/2014.
Kata-kata kunci : ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Hasil Belajar IPA
Abstract
This study aims to determine significant differences in learning outcomes between students who learn through Jigsaw cooperative learning model to students who learn through conventional teaching fifth grade elementary school student groups I Kuta Badung Academic Year 2013/2014. This research is a quasi-experiment. The design of this study using the "Nonequivalent Control Group Design". The population of this study were all students of class V SD I Kuta with a population of 478 students.
Samples were taken with a random sampling technique that amounts to 76 students consists of two schools, namely primary 2 VA graders Kuta as an experimental class and fifth grade elementary school students as a class 5 Kuta control. Data science learning outcomes for the experimental class and the control class were collected with instruments in the form of multiple choice tests. Science achievement test given at the post-test in writing. The data were then analyzed using t-test. Based on the significant level of 5% and df = 74 (thit = 6433>ttable = 2.000) showed a significant difference that learning science learning outcomes through a cooperative model of jigsaw with students who learn through conventional teaching fifth grade elementary school student groups I Kuta Badung Year lesson 2013/2014. This means, jigsaw cooperative learning model have a significant effect on learning outcomes of primary school science students of class V Cluster I Kuta Badung school year 2013/2014.
Key words :Jigsaw Cooperative Type Learning Model , Learning Outcomes IPA
PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun secara sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Menurut Depdiknas, (2007: 16) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (science) adalah kumpulan sistematis dari pengetahuan”. Pengetahuan sebagai produk mempunyai padanan dalam bahasa Inggris knowledge.Pengetahuan sebagai produk mencakup konsep, simbol dan konsepsi. Ilmu pengetahuan yang dipandang sebagai proses merujuk pada suatu aktivitas ilmiah. Setiap aktivitas ilmiah mempunyai ciri rasional, bersifat kognitif, dan mempunyai tujuan.Aktivitas dalam mencari ilmu pengetahuan menggunakan kemampuan pikiran untuk menalarkannya.Dalam melaksanakan aktivitas ilmiah yang merupakan kegiatan kognitif, harus memiliki tujuan yaitu mencari kebenaran, mencari penjelasan yang terbaik saat melaksanakan aktivitas.Aktivitas ilmiah semacam ini dipayungi oleh suatu kegiatan yang disebut penelitian.
Menurut Trianto (2011 : 9) menyatakan “Berlakunya kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada pendidikan formal”.
Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah.Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru adalah model pembelajaran yang digunakan di kelas.Guru perlu memilih model pembelajaran yang tepat sebagai pedoman untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran yang sistematis.
Menurut Samatowa (2011: 2) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah “pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya”.Ilmu Pengetahuan Alam dapat disebut sebagai ilmu yang mempelajari peristiwa- peristiwa yang terjadi di alam.Ilmu
Pengetahuan Alam membahas tentang gejala- gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia.
Menurut Samatowa, (2011: 3) menyatakan bahwa “IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun secara sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada hari Rabu, 13 Februari 2013 di kelas V SD Gugus 1 Kuta Badung, ditemukan bahwa hasil belajar siswa kelas V SD Gugus I Kuta Badung menggunakan pembelajaran konvensional yang lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Peneliti ingin melakukan inovasi untuk menciptakan situasi pembelajaran yang meyenangkan, dan merangsang minat siswa untuk lebih antusias berperan aktif dalam pembelajaran.Pada penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan tepat dalam melaksanakan pembelajaran siswa, agar hasil belajar dapat tercapai optimal pada mata pelajaran IPA.
Model pembelajaran menurut Aunurrahmah (2010:20) menyatakan “model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran”.Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Trianto (2011:21)menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Menurut Aunurrahmah (2010 : 21) menyatakan bahwa : Lima unsur dasar dalam
pembelajaran diantaranya (1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects, prestasi belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan prestasi belajar di luar yang disasar (nurturant effects).
Menurut Sanjaya (2008 : 241) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok- kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan”. Dalam model pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya.
Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Menurut Isjoni (2010 : 15) menyatakan bahwa “cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran di mana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang jumlahnya 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”. Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.
Menurut Taniredja (2012 : 55) menyatakan “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur”. Pembelajaran kooperatif dikenal
dengan pembelajaran secara
berkelompok.Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif antara anggota kelompok.
Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki hasil akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa dapat mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen- komponen lebih kecil.Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat orang siswa dan setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan baik. Siswa dari masing-masing kelompok bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yaitu : (a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; (b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing- masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa.Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya
terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain
.
Menurut Trianto (2011 : 59)menyatakan “struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka, hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut”. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan, dan ketidak mampuan. Model pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling ketergantungan satu sama lain atas tugas- tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
Terdapat unsur penting dalam kooperatif yaitu saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Selain unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model-model pembelajaran lainnya yaitu penghargaan kelompok yang diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan, tanggung jawab individual bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok, kesempatan yang sama untuk sukses bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri (Trianto, 2011 : 61).
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa dikelompokkan ke dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen dan ditugaskan untuk bekerja secara
bergantian dalam dua kelompok berbeda yaitu dalam kelompok asal dan kelompok ahli.Di dalam kelompok ahli siswa diharuskan untuk menuntaskan suatu topik atau materi secara kooperatif dimana setiap kelompok ahli mendapat topik yang berbeda.Di dalam kelompok asal siswa kembali diberikan suatu topik permasalahan yang merupakan gabungan dari topik-topik yang diperoleh oleh masing-masing kelompok ahli. Di dalam kelompok asal siswa juga berperan sebagai tutor sebaya karena setiap siswa saling mengajarkan dan bertukar pengetahuan yang didapatkan di kelompok ahli.
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan.Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif diantaranya. (1) siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. (2) dapat
mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. (3) membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. (4) memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
(5) siswa dapat meningkatkan kemampuan menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil). (6) interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir (Sanjaya, 2008 : 250).
Peningkatan pembelajaran yang optimal, perlu diadakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, dan merangsang minat siswa untuk lebih antusias berperan aktif dalam pembelajaran.Pada penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan tepat dalam melaksanakan pembelajaran, agar hasil belajar dapat tercapai optimal pada mata pelajaran IPA.
METODE
Penelitian ini termasuk pada penelitian jenis Quasi Experimental (eksperimen semu)denganNonequivalent Control Group Design. Menurut Dantes (2012: 97) yang menyatakan “pemberian pre test pada desain Nonequivalent Control Group Design digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok”.Dalam penelitian ini peneliti memberikan perlakukan (treatment) kepada sekelompok subjek yang telah ditentukan (Setyosari, 2012 : 30).Dalam
penelitian ini digunakan 2 kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (kelompok banding).
Desain Nonequivalent Control Group Design
Penelitian ini ditempuh melalui tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, danakhir eksperimen. Adapun Tahap persiapan eksperimen terdapat beberapa langkah- langkah yang dilaksanakan yaitu, (1) menyusun RPP untuk 6 kali pertemuan, menyiapkan media dan sumber pembelajaran (alat peraga, LKS, silabus, dan kurikulum) yang digunakan selama pembelajaran pada kelompok eksperimen. (2) menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar IPA siswa. (3) mengadakan validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar IPA.
Dalam pelaksanaan eksperimen terdapat beberapa langkah yang dilaksanakan yaitu, (1) menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia. (2) dari sampel yang telah diambil kemudian diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. (3) melaksanakan penelitian yaitu memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen berupa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Pada tahapan akhir eksperimen terdapat beberapa langkah yang dilaksanakan adalah memberikan post test pada akhir penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Menurut Sugiyono (2012 : 117) menyatakan bahwa “populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.Sudjana (2011) mengatakan
“populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung, ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Koyan (2005) mengatakan “populasi adalah sekelompok individu yang memiliki ciri-ciri yang sama dan terhadap mana hasil penelitian dikenakan atau digeneralisasikan”.Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus I Kuta yang terdiri dari 8 Sekolah yaitu:
SD No 1 Kuta, SD No 2 Kuta, SD No 3 Kuta, SD No 4 Kuta, SD No 5 Kuta, SD 6 Kuta, Prasanthi Nilayam dan Insan Jembatan Budaya School. Informasi yang diperoleh dari ketua Gugus I Kuta dan diperkuat oleh UPT, bahwa kelas yang berada di SD Gugus I Kuta Badung Tahun Pelajaran 2013/2014 setara secara akademik sehingga tidak terdapat kelas unggulan.
Menurut Sugiyono (2012: 81) mengatakan “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.Berdasarkan karakteristik populasi dan tidak bisa dilakukan pengacakan individu, maka pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling, tetapi yang dirandom adalah kelas.
Pengambilan sampel dengan menggunakan random sampling dengan cara undian. Seluruh populasi yang berada di Gugus I Kuta diundi untuk mendapatkan dua kelas.Dari kelas V SD yang ada di gugus I Kuta, namun yang diundi hanya kelas V SD 1 Kuta sampai SD 6 Kuta saja karena jumlah siswa tiap kelasnya tidak jauh berbeda, kemudian dilakukan pengundian sebanyak tiga kali sehingga pengundian yang terakhir didapatkan dua kelas yang akan ditentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Satu kelas sebagai kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan hasil belajar, sedangkan satu kelas yang lain sebagai kelompok kontrol yang diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional dan hasil belajar.
Berdasarkan hasil pengundian tersebut dalam penelitian ini kelas V SD yang ada di gugus I Kuta didapatkan sampel yaitu seluruh siswa yang ada di kelas VA SD No. 2 Kuta yang berjumlah 36 orang siswa sebagai kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan kelas V SD No. 5 Kuta yang berjumlah 40 orang siswa sebagai kelompok kontrol yang diberi perlakuan dengan
menggunakan pembelajaran
konvensional.Untuk membuktikan bahwa
O
1X O
2O
3 -O
4O
3- O
4(Sugiyono, 2012:79)
kedua kelas tersebut setara, dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan uji-t.Uji kesetaraan dengan menggunakan nilai ulangan sumatif siswa kelas V semester 1.Sebelum menggunakan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasil uji normalitas untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan rumus Chi-Square.Berdasarkan perhitungan hasil uji normalitas nilai ulangan sumatif kelompok eksperimen X2 hitung = 2.37 dan X2tabel = 11.07, karena X2hitung<X2tabel(2.37
< 11.07) maka data berdistribusi normal.
Berdasarkan perhitungan hasil uji normalitas nilai ulangan sumatif siswa kelompok kontrol X2hitung = 5.67 dan X2tabel = 11.07, karena X2hitung<X2tabel(5.67 < 11.07) maka data berdistribusi normal.
Uji homogenitas untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji F. Berdasarkan uji homogenitas Fhitung= 1.23 dan Ftabel= 1.69, karena Fhitung< Ftabelmaka data homogen.Karena data nilai ulangan sumatif untuk kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan homogen dilanjutkan dengan melakukan uji kesetaraan dengan uji-t.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji-t diperoleh thitung = 0,59 dan ttabeldengan taraf signifikan 5% dan dk (n1 + n2) – 2 adalah 2,00. Sehingga thitung kurang dari ttabel maka kelas Va SD No 2 Kuta dan kelas V SD No 5 Kuta dinyatakan setara.
Dari dua kelas tersebut diundi kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah diundi terpilih kelas Va SD No 2 Kuta sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sedangkan yang terpilih sebagai kelas kontrol yaitu kelas V di SD No 5 Kuta yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012 : 61). Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah suatu variabel apabila dalam suatu waktu berada bersamaan dengan variabel lain, maka variabel lain itu (diduga) akan dapat berubah dalam keragamannya (Winarsunu, 2009:4). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw, pembelajaran konvensional diberikan pada kelompok kontrol.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:61). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, data yang diperlukan adalah data mengenai hasil belajar IPA. Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan tes, yaitu tes untuk mengukur hasil belajar IPA. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Kuta Badung. Dilihat dari jenisnya data ini termasuk data primer, karena data secara langsung dikumpulkan oleh peneliti. Dilihat dari sifatnya data ini termasuk kuantitatif.
Data tentang hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh setelah melaksanakan pembelajaran melalui tes akhir berupa tes objektif dengan empat alternatif jawaban a, b, c, dan d. Tes disusun oleh mahasiswa, guru serta melalui bimbingan dari dosen pembimbing.
Pada suatu penelitian ilmiah alat pengumpul data yang digunakan harus memenuhi persyaratan. Tes hasil belajar IPA sebelum digunakan terlebih dahulu diuji cobakan untuk mengetahui uji validitas, daya beda, indeks kesukaran dan reliabilitas.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur (Riduwan, 2009 : 97). Validitas tes objektif ditentukan melalui analisis butir berdasarkan koefisien korelasi point biserial (rpbi), karena tes bersifat dikatomi.
Dari perhitungan dengan rtabel = 0.22 terdapat 35 soal yang nilai r hitungnya kurang dari rtabel sehingga soal dinyatakan tidak valid dan 30 soal yang nilai r hitungnya lebih dari rtabelsehingga dinyatakan valid.
Menurut Surapranata (2004 : 23)
“Indeks daya beda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah”. Pengertian daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal adalah menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testee (siswa) yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testee (siswa) yang tidak dapat menjawab soal tersebut (testee yang menjawab salah). Dengan kata lain daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testee yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah.
Soal yang valid yaitu sebanyak 30 soal kemudian dilakukan uji daya pembeda.
Berdasarkan uji daya beda terdapat 13 soal dengan klasifikasi baik dan 17 soal dengan klasifikasi cukup.
Surapranata (2004 : 12) mengemukakan bahwa “Tingkat kesukaran soal adalah jumlah peserta tes yang menjawab dengan benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya”.
Tingkat kesukaran dapat dipandang sebagai kesanggupan atau kemampuan siswa menjawab tes yang diberikan. Bisa juga dikatakan bahwa tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab benar butir soal yang diberikan. Sedangkan tingkat kesukaran perangkat tes adalah bilangan yang menunjukkan rata-rata proporsi testee yang dapat menjawab seluruh tes tersebut.Uji tingkat kesukaran dilakukan pada 30 soal yang telah diuji validitas dan daya pembedanya. Setelah dilakukan uji tingkat kesukaran, terdapat 14 soal dengan klasifikasinya mudah dan 16 soal dengan klasifikasinya sedang.
Arikunto (2010 : 221) menyatakan bahwa “ Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu”. Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja.
Dengan demikian uji reliabilitas bisa dilakukan setelah dilakukan uji validitas. Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus Kuder Richardson 20 (KR-20). Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 soal. Kriteria yang digunakan untuk menentukan butir soal yang reliabel adalah jika koefisien reliabilitas yang didapat dari perhitungan lebih besar daripada koefisien yang terdapat pada tabel harga kritis dari rtabel (r11 > rtabel), maka tes tergolong reliabel. Dari perhitungan uji reliabilitas diperoleh hasil r110.73 dan rtabel0.22. Karena r11 lebih dari rtabel
maka tes tergolong reliabel.
Pada teknik analisis data, sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas menggunakan analisis Chi-Square dan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji F.
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametrik bisa dilakukan atau tidak.
Untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak.
Kriteria pengujian adalah jika X2hitung
<X2tabel.Maka Ho diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf signifikansinya adalah 5% dan derajat kebebasanya (dk) = (k-1).
Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok.Kriteria pengujian adalah jika F hitung
<Ftabel, maka data homogen. Sedangkan derajat kebebasannya adalah n-1.
Data yang telah diuji normalitas dan homogenitas kemudian diuji hipotesisnya. Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji-t dengan rumus polled varians.Setelah dilakukan uji-t, selanjutnya t hitung dibandingkan dengan t tabel dengan dk n1 + n2 – 2 dengan taraf signifikan 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen diketahui rata-rata = 77.97, standar deviasi = 4.8, varians = 23.91, skor maksimum = 85, dan skor minimum = 70 sedangkan data hasil belajar IPA pada kelompok kontrol diketahui rata-rata = 71.15, standar deviasi = 4.6, varians =21.25, skor maksimum = 80, skor minimum = 65. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPA kelompok eksperimen lebih baik dari hasil belajar IPA kelompok kontrol.
Sebelum dilakukan pengujian hipotestis penelitian , maka terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas data yang dikenakan kepada kedua kelompok dan uji homogenitas varians.
Berdasarkan hasil uji normalitas kelompok eksperimen dengan menggunakan uji Chi-Square, ditemukan harga Chi-Square hitung X2hitung = 2.211951harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga Chi- Square tabel X2tabeldengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% maka harga X2tabel = 11.07, karena X2hitung<X2tabel=(2.211951< 11.07), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dapat dikategorikan berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas kelompok kontrol dengan menggunakan uji Chi-Square, ditemukan harga Chi-Square hitung X2hitung = 7.647059harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga Chi- Square tabel X2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% maka harga X2tabel = 11.07, karena X2hitung<X2tabel = (7.647059< 11.07), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil belajar IPA kelompok kontrol dapat dikategorikan berdistribusi normal.
Uji homogenitas varians dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
uji F. Berdasarkan hasil uji homogenitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh Fhitung = 1.12 dan Ftabel = 1.69 sehingga Fhitung kurang dari Ftabel (1.12< 1.69) maka data homogen.
Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas varians diperoleh bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen.Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t.
Hipotesis dengan uji-t, kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitung>ttabel dengan
derajat kebebasan dk = n1 + n2 - 2 dan α = 5%.Uji t dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Post Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No Kelompok thitung ttabel Keterangan
1 Eksperimen 6.433 2.00 H0 ditolak
2 Kontrol
Berdasarkan perhitungan uji-t menunjukkan thitung = 6.433 dan ttabel 2.00 untuk dk = 74 dengan taraf signifikan 5%.
Berdasarkan kriteria pengujian, thitung>ttabel(6.433> 2.00) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinyaterdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang belajar melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawdengan siswa yang belajar melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus I Kuta Badung.
Berdasarkan hasil analisis nilai ulangan sumatif siswa menunjukkan keadaan sampel yang homogen. Artinya data berdistribusi normal dan memiliki varians yang tidak berbeda secara signifikan. Ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelompok eksperimen dapat diberi perlakuan yaitu dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian kedua kelas diberi tes akhir (post test). Analisis dari hasil penelitian didapat bahwa rata-rata post testhasil belajar IPA yang dicapai pada kelompok eksperimen adalah 77.97, sedangkan rata-rata post test hasil belajar IPA untuk kelompok kontrol adalah 71.15. Dengan demikian, rata-rata post test hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Untuk perhitungan normalitas, homogenitas dan uji-t menggunakan microsoft excel dimana kedua kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol memiliki data yang normal dan homogen. Perhitungan uji hipotesis dengan uji-t menggunakan microsoft excel, dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan 74 diperoleh thitung = 6.433 dan ttable = 2.00. karena thitung> ttable maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Sehingga hasil temuan tersebutmenunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui
model pembelajaranKooperatif Tipe Jigsaw dengan siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus I Kuta Badung.
Post test yang diberikan pada kedua kelompok belajar, kelompok yang belajar menggunakan model kooperatif tipe jigsaw mempunyai kesiapan dan kematangan yang lebih baik daripada kelompok yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional.
Hasil belajar IPA kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada pokok bahasan tumbuhan hijau, dilihat dari rata-rata skor siswa kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (77.97>71.15).
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa dikelompokkan ke dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen dan ditugaskan untuk bekerja secara bergantian dalam dua kelompok berbeda yaitu dalam kelompok asal dan kelompok ahli.Di dalam kelompok ahli siswa diharuskan untuk menuntaskan suatu topik atau materi secara kooperatif dimana setiap kelompok ahli mendapat topik yang berbeda.Di dalam kelompok asal siswa kembali diberikan suatu topik permasalahan yang merupakan gabungan dari topik-topik yang diperoleh oleh masing- masing kelompok ahli. Di dalam kelompok asal siswa juga berperan sebagai tutor sebaya karena setiap siswa saling mengajarkan dan bertukar pengetahuan yang didapatkan di kelompok ahli.
Berdasarkan seluruh temuan yang diperoleh melalui analisis uji-t serta hasil penelitian yang mendukung, maka model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan pengaruh yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam pencapaian hasil belajar yang maksimal.Beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar penentu bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dalam menciptakan hasil belajar yang maksimal dibandingkan pembelajaran
konvensional sebagai berikut : (1) dilihat dari sudut pandang operasional empiris kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang difasilitasi lembar kerja siswa (LKS) dan melakukan eksperimen pada materi yang sama yaitu tumbuhan hijau. Perbedaannya terletak pada cara siswa dalam melaksanakan dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
LKS yang diberikan pada pembelajaran konvensional langsung diberikan kepada siswa tanpa dimulai dengan kegiatan menyenangkan dan siswa terfokus pada pengerjaan diskusi kelompok. Proses pembelajaran seperti ini cenderung membuat siswa merasakan suasana belajar yang monoton dan membosankan sehingga suatu materi atau konsep yang didiskusikan dalam kelompok kurang mendapatkan perhatian yang baik dan siswa cepat melupakan konsep yang didiskusikannya tersebut. Sedangkan, dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa memulai pengenalan konsep-konsep yang akan disajikan dalam materi IPA melalui pola pemisahan dan penggabungan individu dari satu kelompok ke kelompok yang berbeda yang pada akhirnya akan kembali ke kelompok asal. Konsep dalam pembagian kelompok tersebut dimaknai oleh siswa dan melalui LKS yang diberikan, siswa menggali konsep-konsep IPA yang dideskripsikan dalam pembagian kelompok tersebut. Dengan suasana belajar seperti ini, siswa menjadi lebih cepat paham pada suatu konsep IPA dan ingatan siswa lebih tahan lama, sehingga menciptakan hasil belajar IPA siswa secara optimal. (2) antara model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pembelajaran konvensional, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang mengajak siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Model pembelajaran ini memberikan siswa banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang di dapat dan anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain. Ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali pengetahuannya sendiri dan belajar IPA menjadi menyenangkan.
Dengan mengintegrasikankedua tahap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam suatu proses pembelajaran siswa memperoleh hasil belajar yang optimal.
Dengan demikian, rata-rata post test hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Untuk perhitungan normalitas, homogenitas dan
uji-t menggunakan microsoft excel dimana kedua kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol memiliki data yang normal dan homogen. Perhitungan uji hipotesis dengan uji-t menggunakan microsoft excel, dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan 74 diperoleh thitung = 6.433 dan ttable = 2.00. karena thitung> ttable maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga hasil temuan tersebutmenunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar melalui model pembelajaranKooperatif Tipe Jigsaw dengan siswa yang belajar melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus I Kuta Badung.
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif diantaranya. (1) siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. (2) dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata- kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. (3) membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. (4) memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. (5) siswa dapat meningkatkan kemampuan menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
(6) interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir (Sanjaya, 2008 : 250).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumanaya (2010) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD No.2 Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2010/2011.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji-t diketahui bahwa thitung = 6.433> ttabel = 2.00 (taraf signifikan 5% dan dk = 74) sehingga H0 ditolak dan Haditerima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang belajar melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan siswa yang belajar melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Kuta Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan tes akhir pembelajaran (post test) diketahui bahwa rata-
rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol (77.97 > 71.15), hal ini berarti bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen yang belajar melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw lebih baik dari kelompok kontrol yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Jadi dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Kuta Badung.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran karena pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw lebih baik dari pembelajaran konvensional, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar siswa. bagi siswa disarankan agar mampu untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan teman-temannya, saling bahu-membahu dalam membangun pengetahuan dalam pembelajaran IPA sehingga hasil belajar menjadi optimal melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, bagi instansi terkait disarankan untuk melakukan penelitian yang sejenis dengan materi yang belum terjangkau dalam penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta
Aunurrahmah. 2010. Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.
Yogyakarta : Andi Offset
Depdiknas. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Isjoni. 2010. Cooperative learning. Bandung : alfabeta
Koyan, I Wayan.2005. Statistik Pendidikan
Teknik Analisis Data
Kuantitatif.Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press
Riduwan.2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.
Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Permata Puri Media
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana
Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.Jakarta : Kencana
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan R&D.
Bandung:
Alfa Beta
Sumanaya, I Putu. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JigsawTerhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD No.2 Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2010/2011. Universitas Pendidikan Ganesha.
Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reabilitas dan Interpretasi Hasil Tes.
Bandung: Rosda.
Taniredja, Tukiran dkk. 2012. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung : Alfa Beta
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Surayaba:
kencana
Winarsunu. 2009. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press