• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Sejak zaman dahulu manusia bertanya-tanya tentang bagaimana cara memperoleh kualitas hidup yang baik. Peneliti-peneliti yang mempelajari kepuasan hidup mengasumsikan bahwa unsur penting dalam kualitas hidup yang baik adalah bagaimana seseorang menyukai kehidupannya. Hal ini merupakan konsep inti dari psikologi positif karena menguntungkan hidup seseorang (make life rewarding).

Diener, E. dan Diener, M. (1995) menyatakan bahwa kepuasan hidup memang menjadi komponen penting penyusun kualitas hidup yang baik bagi manusia. Kepuasan hidup mengacu pada evaluasi diri terhadap kualitas hidup secara umum menurut kriteria yang dipilihnya. Individu yang puas cenderung adaptif dalam menghadapi situasi yang sulit dan kondisi yang penuh tekanan. Selain itu, dapat dipastikan bahwa individu mampu lebih eksploratif dalam menjalani aktivitas- aktivitas hidupnya.

Sejalan dengan pendapat diatas, Park (2004) juga mengungkapkan bahwa kepuasan hidup yang tinggi berhubungan dengan adaptasi yang baik dan kesehatan mental yang optimal di kalangan remaja yang mencapai fase remaja akhir. Kepuasan hidup mampu mengurangi dampak negatif dari peristiwa hidup yang menekan dan bekerja secara efektif dalam perkembangan psikologis dan perilaku bermasalah para remaja tersebut.

Diener dan Ryan (2009) pun menyebutkan bahwa remaja akhir dengan kepuasan hidup yang tinggi juga melaporkan kesehatan yang lebih baik dan lebih sedikit gejala fisik yang tidak menyenangkan. Mereka cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat dan kesehatan kardiovaskular yang lebih baik, terlibat dalam perilaku sehat, seperti mengenakan sabuk pengaman dan pelindung saat berkendara, dan memiliki lebih sedikit gaya hidup yang buruk, seperti kecanduan alkohol atau obat-obatan. Selain itu, remaja akhir dengan kepuasan hidup yang tinggi cenderung memiliki tingkat rasa percaya diri yang lebih tinggi, kehangatan, kemampuan kepemimpinan, sosialisasi, dan memiliki lebih banyak teman.

(2)

Memperkuat pernyataan tersebut, Berry dan Hansen (1996) menyatakan bahwa remaja akhir dengan kepuasan hidup yang tinggi, memiliki hubungan sosial yang lebih baik dan melakukan tindakan yang menguntungkan komunitas dan masyarakat mereka. Menurut Thoits dan Hewitt (2001) para remaja tersebut lebih mungkin menjadi relawan masyarakat dan bersedia meluangkan lebih banyak waktu untuk pekerjaan yang bersifat sukarela.

Diener, Nickerson, Lucas, dan Sandvik (2002) juga menambahkan bahwa remaja akhir yang memiliki kepuasan hidup yang tinggi lebih mungkin untuk lulus dari perguruan tinggi, lebih mungkin untuk mendapatkan pekerjaan, lebih mungkin untuk menerima evaluasi menguntungkan dari supervisor mereka, lebih mungkin untuk memaknai pekerjaan mereka, tidak cenderung kehilangan pekerjaan, dan kalaupun kehilangan pekerjaan mereka akan lebih cepat kembali bekerja, lebih cenderung menampilkan perilaku organisasi yang mendukung, dan akhirnya lebih mungkin untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki kepuasan hidup yang rendah.

Diener, Kesebir dan Lucas (2008) pada akhirnya berkesimpulan bahwa kepuasan hidup yang tinggi pada remaja akhir, sangatlah penting dan dibutuhkan.

Kepuasan hidup yang tinggi berfungsi secara efektif dalam berbagai aspek kehidupan remaja akhir. Mereka cenderung lebih sehat, lebih efektif dan sukses, dan juga lebih mungkin untuk bertindak dengan cara yang menguntungkan masyarakat.

Sayangnya, beragamnya literatur yang membahas seluk-beluk remaja baik dari segi biologis, psikologis, dan sosiologis, namun hanya sebagian kecil yang membahas tentang remaja akhir. Remaja akhir adalah masa remaja yang berada pada rentang usia antara 17/18 sampai dengan 21/22 tahun. Penelitian sebagaian besar membahas tentang remaja awal sehingga dapat dikatakan bahwa kehidupan dalam masa remaja akhir kurang mendapat perhatian tersendiri dari para ahli psikologi.

Padahal masa remaja akhir merupakan fase perkembangan yang banyak melandasi masa dewasa, dan seringkali masih ada saja remaja akhir yang mengalami persoalan serius dalam tahap perkembangannya (Mappiare, 1982).

Penelitian yang menggambarkan kepuasan hidup pada remaja akhir pun masih sangat terbatas. Penelitian tentang kepuasan hidup pada remaja lebih banyak mengarah pada remaja di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah

(3)

Menengah Atas (SMA). Padahal menurut Hurlock (1980) tidak terselesaikannya masalah ketidakpuasan hidup pada suatu fase perkembangan akan menyebabkan resiko ketidakpuasan pada fase perkembangan yang selanjutnya pula. Sebaliknya, kepuasan hidup yang dicapai pada suatu fase perkembangan, berpotensi untuk berlanjutnya kepuasan hidup tersebut pada fase berikutnya. Bahkan, bukan tidak mungkin kepuasan hidup tersebut akan terus meningkat, apalagi jika tersedia faktor- faktor pendukungnya.

Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Goldbeck, Schmitz, Beiser, Herschbach, dan Henrich (2007) yang meneliti penurunan kepuasan hidup sepanjang masa remaja. Goldbeck et al meneliti 1.274 remaja Jerman yang berada pada rentang usia 11-16 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan hidup sepanjang usia tersebut terus menurun. Penurunan kepuasan hidup paling menyolok berada pada rentang usia 13-14 tahun pada subyek perempuan dan 11-12 tahun pada subyek laki-laki. Secara general subyek laki-laki dilaporkan lebih puas dibanding dengan subyek perempuan.

Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Antaramian, Huebner, dan Valois (2008) tentang hubungan antara struktur keluarga dengan kepuasan hidup pada remaja. Subyek penelitian ini adalah 571 siswa Sekolah Menengah Atas kelas 1, 2, 3.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara general, para remaja SMP ini cenderung sangat puas (very satisfied) dengan kehidupannya. Subyek yang memiliki kepuasan hidup paling tinggi adalah remaja dengan struktur keluarga yang utuh, hidup dengan kedua orang tua kandung. Kepuasan hidup yang lebih rendah terlihat pada subyek dengan keluarga reconstituted, yaitu subyek yang hidup dengan ayah kandung-ibu tiri atau dengan ibu kandung-ayah tiri. Kepuasan hidup yang paling rendah terdapat pada subyek yang hidup dengan orang tua tunggal, baik dengan ibu kandung saja maupun ayah kandung saja.

Penelitian kepuasan hidup dikalangan mahasiswa dilakukan oleh Huebner, Zullig, dan Pun (2007) bahwa demografis berkorelasi dengan dimensi-dimensi kepuasan hidup pada mahasiswa. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa yang berusia 18-23 tahun. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa kebanyakan subyek penelitian puas dengan kehidupannya. Meskipun demikian, cukup banyak subyek

(4)

yang melaporkan ketidakpuasan dalam hidupnya walaupun persentasenya tidak mendekati angka ketidakpuasan hidup pada remaja tingkat Sekolah Menengah Atas.

Di Indonesia sendiri, belum banyak penelitian tentang kepuasan hidup pada remaja akhir yang terpublikasi secara luas. Sejauh ini peneliti hanya menemukan beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian tentang analisis faktor kepuasan hidup remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kuesioner psikometri dalam rangka untuk mengevaluasi kepuasan remaja. Subyek penelitiannya adalah 207 siswa SMA di Yogyakarta. Hasil penelitian ini tidak menyebutkan gambaran kepuasan hidup pada remaja yang diteliti. Hasil penelitian ini hanya mengungkapkan bahwa ada level atau tingkatan kepuasan hidup pada para siswa SMA tersebut dan skala yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat menjadi alat yang relatif berguna untuk melakukan evaluasi terhadap kepuasan remaja lainnya (Diponegoro, 2004).

Penelitian selanjutnya adalah penelitian tentang penyusunan skala kepuasan hidup pada remaja. Subyek penelitiannya adalah siswa dari berbagai SMP dan SMA, serta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi berusia 15-22 tahun. Hasil penelitian ini tidak menyebutkan gambaran kepuasan hidup pada remaja yang diteliti secara jelas. Peneliti hanya menyebutkan bahwa rata-rata skor kepuasan hidup subyek penelitiannya berada pada angka 83,33 dengan tidak menyebutkan pengkategorian tinggi-rendahnya (Amalia, 2007).

Penelitian berikutnya merupakan penelitian kepuasan hidup yang include pada penelitian subjective well-being yang dihubungkan dengan komitmen beragama pada mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa berusia antara 19-22 tahun. Hasil penelitian korelasi ini hanya mengungkapkan signifikansi hubungan dan arah hubungan antara dua variabel yang diteliti, yaitu memiliki hubungan yang signifikan antara komitmen beragama dan subjective well-being dengan arah positif. (Puspasari, Rostiana, & Nisfiannoor,

2005).

Adapun subyek dalam penelitian ini peneliti memilih sampel dari kalangan mahasiswa karena kekhasan yang dimilikinya. Mahasiswa merupakan harapan besar untuk menjadi pelopor dan motor penggerak pembangunan serta menjadi agen perubahan atas permasalahan-permasalahan sebuah bangsa. Mahasiswa adalah

(5)

kelompok masyarakat yang anggap memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya, diantaranya adalah bahwa mereka relatif masih bersih dari pencemaran ideologi dan kepentingan. Mereka bahkan memiliki semangat yang kuat untuk memperjuangkan keyakinan dan ideologinya serta kemampuan mobilitas yang tinggi demi perbaikan dan kepentingan masyakarat (Basith, 2008).

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti kepuasan hidup pada remaja akhir, khususnya mahasiswa.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang tersaji, didapatkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”bagaimana kepuasan hidup remaja akhir?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan hidup remaja akhir.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritik

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pengetahuan pada bidang psikologi positif.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini ingin mengungkapkan gambaran kepuasan hidup remaja akhir sebagai referensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kepuasan hidupnya atau mempertahankan kepuasan hidup yang tinggi pada diri mereka.

Referensi

Dokumen terkait

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Sistem pelaporan belanja langsung dan laporan keuangan pada Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara sudah baik secara

10.2 Penganjur, Kumpulan Nestlé Malaysia, para pengarah, pegawai, kakitangan, ejen, penaja dan/atau wakilnya tidak boleh dipertanggungjawabkan ke atas mana-mana

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

adalah bagaimana cara mewirausahakan bi- rokrasi agar sektor publik dapat menjalankan roda organisasinya lebih kompetitif serta efektif dan efisien. Dalam konsep

Hasil pengamatan secara visual pengaruh faktor-faktor lingkungan pada media in vitro yang meliputi kombinasi perlakuan macam media, faktor penggoyangan dan faktor derajat

6.1 PB yang ingin melaksanakan program pelajar antarabangsa hendaklah mengemukakan perkara-perkara berpandukan Proses Kerja Permohonan Baharu Pentauliahan Pusat

Apapun pelayanan yang anda kerjakan, Allah sanggup untuk memakainya menjadi berkat bagi orang lain, jika anda melakukannya dengan kuasa Roh Kudus dan demi kemuliaan Allah.. Keempat