BAB II
LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting)
Teori penetapan tujuan adalah proses kognitif membangun tujuan dan merupakan determinan perilaku. Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Menurut Locke (1975), dalam Gibson dkk (1985), seseorang yang memahami
tujuan yang dibuatnya dengan baik, akan menghasilkan tingkat prestasi yang lebih
tinggi. Tujuan yang dibuat dengan jelas dan spesifik dengan mempertimbangkan
tingkat kesukaran tujuan akan mendorong peningkatan prestasi. Tujuan yang
spesifik akan membuahkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tujuan
yang kurang jelas, karena dengan tujuan yang spesifik setiap karyawan akan
mendapatkan kejelasan terhadaap apa yang harus ia lakukan. Keberhasilan yang diraih akan dapat menimbulkan perasaan berprestasi pada diri karyawan,
pengakuan dan komitmen, karena karyawan tersebut dapat membandingkan apa yang telah ia kerjakan pada masa lalu dengan hasil kerjanya saat ini, atau dalam hal-hal tertentu dapat membandingkan dengan karyawan lain (Gibson dkk, 1985).
Semakin sulit suatu tujuan yang tetapkan akan memotivasi untuk meningkatkan prestasi kerja, selama tujuan tersebut telah disepakati bersama (goal acceptance).
Jika dikaitkan dengan isu insentif, akan mempengaruhi tujuan individu dalam pencapaiannya, sehingga insentif tersebut akan efektif mempengaruhi perilaku individu tersebut. Namun demikian, penetapan tujuan yang terlalu sulit sehingga tidak mungkin dicapai secara kognitif akan menyebabkan frustasi bukan motivasi (Zander & Newcomb, 1967 dalam Gibson dkk, 1985).
Menurut peneliti program kerja yang dituangkan dalam bentuk anggaran
merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan. Penyusunan anggaran yang melibatkan banyak pihak yang terkait yang bekerja dalam tim yang efektif, akan semakin memberikan gambaran yang mendekati riil tentang apa yang
sesungguhnya harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan.
2.1.2 Teori Kebijakan Publik
Kebijakan publik (public policy) adalah studi bagaimana mengindentifikasi,
mengembangkan, dan menghasilkan solusi untuk memecahkan permasalahan di
lingkungan sosial masyarakat. Pemerintah lebih berperan sebagai fasilitator untuk
mendorong transformasi secara berkelanjutan, daripada sebagai pengontrol dan pengatur (Parsons, 2002). Kebijakan publik ini menggambarkan langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam mengatur urusan publik, misalnya dalam
pengelolaan keuangan daerah. Pada pemerintahan daerah, kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005.
Penetapan dan pelaksanaan kebijakan publik harus mengikuti alur dari proses pengambilan keputusan. Proses kebijakan publik ini merupakan kegiatan yang kompleks, dan antar bagian saling terkait dan tergantung. Karena kebijakan publik ini melibatkan banyak pihak, maka perlu adanya sistem yang mengatur interaksi, komunikasi lintas jaringan antar perumus kebijakan, pelaksana dan pihak-pihak lain yang terkait sehingga tercipta hubungan yang saling memenuhi antar pihak yang terkait.
2.1.3 Teori Organisasi Modern
Teori Organisasi adalah teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi, teori ini juga mempelajari bagaimana sebuah organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang didalamnya maupun lingkungan kerja organisasi tersebut.
Teori organisasi modern merupakan salah satu aliran dari teori organisasi. Teori
Modern sering disebut dengan teori “Analisa Sistem” atau “Teori Terbuka” yang
memadukan antara teori organisasi klasik dan teori organisasi neoklasik.
Teori Organisasi Modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan yang saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan. Organisasi bukan sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil akan tetapi organisasi merupakan sistem terbuka yang berkaitan dengan lingkungan dan apabila ingin survival atau dapat bertahan hidup maka ia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan. Semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan dan saling ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi organisasi merupakan sistem terbuka.
2.1.4 Partisipasi Anggaran
Horngren (2000) dalam Munandar (2007), mendefinisikan anggaran sebagai ekspresi kuantitatif dari rencana tindakan yang diusulkan oleh manajemen untuk jangka waktu masa depan, dan merupakan alat bantu untuk melakukan koordinasi dan implementasi dari suatu rencana. Alasan utama pembuatan anggaran dalam organisasi adalah untuk mengukur rencana organisasi dalam bentuk kuantitatif pada kurun waktu tertentu, selain itu anggaran berguna juga untuk mengontrol alur organisasi sehingga tidak menyimpang dari rencana yang telah ditentukan.
Prosedur ini memungkinkan organisasi untuk meningkatkan koordinasi dengan organisasi lain sepanjang masih dalam kurun waktu tersebut dan untuk mencapai tujuanyang sudah ditetapkan.
Partisipasi anggaran didefinisikan sebagai proses kerjasama yang melibatkan
karyawan yang terdiri dari dua kelompok atau lebih yang berpengaruh pada
pembuatan keputusan di masa yang akan datang (French dkk 1960, dalam Ardianto, 2008). Berpartisipasi dalam pembuatan anggaran berarti
mengkomunikasikan informasi pribadi tentang kondisi setempat kepada pemilik, dan laporan-laporan ini mempengaruhi rencana produksi/ kegiatan organisasi serta kompensasi karyawan (Covaleski dkk, 2007). Karyawan ataupun manajer yang berpartisipasi dalam pembuatan anggaran akan mendapat kesempatan untuk mempengaruhi anggaran sebelum selesai. Manajer pada umumnya harus berperan lebih aktif dalam menyiapkan anggaran partisipatif. Dengan demikian, manajer menjadi lebih terlibat dalam mempertimbangkan dan mengevaluasi alternatif tujuan anggaran, sehingga partisipasi dapat meningkatkan upaya manajer untuk merumuskan dan manajer dapat memfokuskan perhatian pada keputusan dan perilaku yang dibutuhkan di masa mendatang (Kren, 1992).
2.1.5 Efektivitas Kerja tim
Teori organisasi merupakan teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi. Selain itu, teori organisasi juga mempelajari bagaimana sebuah organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang didalamnya maupun lingkungan kerja organisasi tersebut. Untuk memastikan tingkat kerjasama, pembagian informasi, dan pertukaran materi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas dengan baik, maka kerja tim merupakan pendekatan yang
terbaik. Jadi tim merupakan aspek inti dari kehidupan organisasi, dan kemampuan
untuk mengelola tim adalah komponen penting dari kesuksesan pimpinan dan
kesuksesan organisasi.
Menurut Scott dan Tiessen (1999), bahwa seseorang yang mencurahkan waktunya untuk melakukan kegiatan yang melibatkan orang lain yang berasal dari
departemen yang berbeda atau teman yang berasal dari departemen yang sama merupakan wujud keterlibatan dalam tim. Scott & Tiessen (1999)
mendefinisikan kerja tim sebagai harapan anggota tim dan organisasi terhadap pencapaian keberhasilan atas kegiatan yang dijalankan bersama. Beaubien dan Baker (2006) definisi tim sebagai sekelompok orang yang terdiri dari dua atau lebih individu yang melakukan beberapa tugas yang berhubungan dengan pekerjaan, satu sama lain berinteraksi secara dinamis, memiliki masa lalu bersama, memiliki masa depan bersama, dan saling berbagi. Anggota tim akan berkerjasama untuk menyelesaikan tugas, dan kerjasama ini akan terwujud dengan maksimal, jika ada komunikasi yang baik dalam tim. Dengan demikian struktur komunikasi dalam tim yang merupakan komunikasi horizontal akan
mempengaruhi kinerja tim dan kepuasan karyawan.
Kerja tim berbeda dengan kelompok, Katzenbach dan Smith dalam Daft (2013) menyebutkan perbedaan antara kelompok dengan tim pada tabel berikut :
Tabel 1. Perbedaan antara Kelompok dengan Tim
Kelompok Tim
o Memiliki orang yang ditugasi sebagai pemimpin
o Menempatkan tanggung jawab di tangan individu
o Memiliki tujuan yang serupa untuk kelompok dan organisasi
o Memiliki hasil kerja individu o Menjalankan rapat yang efisien o Mengukur keefektifan secara tidak
langsung dengan hal-hal yang mempengaruhi bisnis (seperti kinerja keuangan)
o Mendiskusikan, memutuskan, dan
o Berbagi atau menggilirkan peran pemimpin
o Menetapkan tanggung jawab bersama pada tim
o Menentukan visi dan tujuan spesifik untuk tim
o Memiliki hasil kerja kolektif o Menjalankan rapat yang mendorong
terciptanya diskusi terbuka dan penyelesaian masalah
o Mengukur keefektifan secara langsung dengan menilai kerja kolektif
o Mendiskusikan, memutuskan, dan
mendelegasikan kerja pada individu membagi pekerjaan
Sumber: Daft, Richard L. (2010). Era Baru Manajemen. Hal: 462
Sebuah tim dapat efektif dalam memberikan koordinasi dan pembagian informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas mandiri, tetapi tim juga dapat menjadi dilema bagi sebagian individu, karena harus mengesampingkan
kemandirian mereka, dan terkadang harus berkorban untuk kebaikan tim. Lebih lanjut Daft (2013), meyebutkan beberapa dilema yang mungkin timbul didalam tim adalah harus mengesampingkan kemandirian individu. Ketika seseorang menjadi bagian sebuah tim, kesuksesannya tergantung pada kesuksesan tim.
Anggota tim akan bergantung pada seberapa baik kinerja orang lain, tidak hanya bergantung pada inisiatif dan tindakannya sendiri. Kerja tim menuntut individu melalukan pengorbanan untuk kesuksesan kelompok, setiap orang harus mendahulukan kepentingan tim bahkan jika dalam keadaan tertentu situasi ini menyakiti individu tersebut.
Selain itu, Daft (2013) menyatakan tidak jarang anggota tim harus berhadapan dengan pembonceng (free rider). Free rider adalah orang yang mendapat keuntungan dalam tim tetapi tidak memberikan kontribusi yang sepadan dengan kerja keseluruhan tim. Free rider ini diuntungkan dari kerja keras tim lainnya.
Free rider ini terkadang disebut social loafing karena ada anggota yang tidak
memberikan usaha yang setara. Selain itu, tim terkadang kehilangan fungsi, tim
yang baik dapat menyalurkan banyak energi dan kreativitas dari karyawannya.
Tabel di bawah ini menjabarkan lima disfungsi yang biasa terjadi pada sebuah tim dan karakteristik yang bertentangan, tetapi bermanfaat untuk dikembangkan oleh pemimpin tim yang baik.
Tabel 2. Karakteristik Tim yang Mengalami Disfungsi dan Tim yang Baik
DISFUNGSI
KARAKTERISTIK TIM YANG BAIK 1. Kurangnya kepercayaan : Orang-orang
tidak merasa aman untuk menunjukkan kesalahan, berbagi kekhawatiran atau menunjukkan ide.
2. Ketakutan akan konflik : Orang-orang setuju dengan orang lain hanya demi keharmonisan, tidak menunjukkan opini yang bertentangan.
3. Kurangnya komitmen : Jika orang- orang takut mengungkapkan opini mereka yang sebenarnya, akan sulit untuk mendapatkan kesungguhan komitmen mereka pada keputusan bersama.
4. Penghindaran akuntabilitas : Orang- orang tidak mau bertanggung jawab atas hasil, saling tunjuk menunjuk ketika ada hal yang tidak beres.
5. Kurangnya perhatian pada hasil : Para anggota lebih mendahulukan ambisi atau kebutuhan sendiri daripada hasil
bersama.
1. Kepercayaan : Anggota-anggota saling mempercayai pada tingkat emosi yang dalam, merasa nyaman dengan menjadi rapuh bersama orang lain.
2. Konflik yang sehat : Anggota-anggota merasa nyaman dalam ketidaksepakatan dan nyaman dalam mendebat orang lain dengan tujuan untuk menentukan solusi terbaik.
3. Komitmen : Krena semua ide diutarakan, semua orang dapat mencapai tujuan dan membuat keputusan.
4. Akuntabilitas : Anggota-anggota saling bertanggung jawab daripada mengandalkan manajer sebagai sumber akuntabilitas.
5. Orientasi pada hasil : Anggota-anggota mengesampingkan agenda pribadi, dan berfokus pada apa yang terbaik bagi tim.
Hasil kolektif menentukan kesuksesan Sumber: Daft, Richard L. (2010). Era Baru Manajemen. Hal: 463.
Karateristik penting dari sebuah tim adalah jenis tim, struktur tim, dan komposisi tim. Karakteristik tim mempengaruhi proses yang ada dalam tim, yang pada akhirnya akan memengaruhi luaran, kepuasan, dan kontribusi tim pada adaptabilitas organisasi.
2.1.6 Kinerja Manajerial
Byars (1984) dalam Mattola (2012), mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Jauh sebelumnya, Mahoney dkk (1965) dalam Hall (2008) mendefinisikan kinerja manajerial sebagai kecakapan manajer dalam melaksanakan kegiatan manajerial. Penelitian tentang kinerja dengan
menggunakan gaya manajemen sektor swasta sudah banyak dilakukan sejak tahun 1970-an di sektor publik, misalnya pengukuran kinerja dengan
menggunakan Balanced Scorecard (BSC). Pengukuran kinerja dengan
menggunakan BSC ini dimaksudkan untuk memberikan tekanan agar pemerintah meningkatkan kinerjanya (Hoque dan Adams, 2011).
Menurut Niven (2003) pada konteks sektor publik, sistem BSC menyediakan kerangka pengukuran kinerja untuk berpindah dari fase "memutuskan" ke fase
"melakukan". Namun demikian lebih lanjut Hoque dan Adams (2011)
menyatakan beberapa studi telah meneliti praktik pengukuran kinerja pemerintah di Eropa, Amerika Serikat dan Selandia Baru, dan Australia sedikit berbeda yang kemungkinan dikarenakan adanya perbedaan lingkungan peraturan dan
fremeworks kelembagaan.
Kinerja atau perfomance, biasanya dijadikan tolok ukur dalam melaksanakan
seluruh tugas yang ditargetkan kepada karyawan dan pimpinan, sehingga
penilaian terhadap kinerja di suatu organisasi merupakan hal penting. Kinerja
suatu organisasi dapat meningkat, apabila kinerja masing-masing individu yang
ada dalam organisasi tersebut baik. Hal ini senada dengan pendapat Ayu (2004),
yang mengemukakan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh kinerja manajer.
Kinerja manajer akan memberikan kontribusi pada kinerja organisasi, ini berarti bahwa perilaku anggota organisasi baik secara individu maupun kelompok akan memberikan kekuatan atas kinerja organisasi.
Selain itu ada juga individu tertentu yang dapat menjadi fasilitas sosial (social facilitation) yaitu kehadiran seseorang yang kecendrungan dapat meningkatkan
motivasi dan kinerja orang lain. Dengan berada disekitar orang lain saja sudah dapat memberikan dampak yang menyebabkan orang lain menjadi lebih
bersemangat (Zajonc, 1965; Erez dan Somech 1996; dalam Daft 2010). Social facilitation ini tidak dirasakan oleh tim virtual atau tim global karena anggotanya bekerja jauh dari rekan-rekannya.
2.2 Pengembangan Hipotesis Model Penelitian:
Gambar 1. Model Penelitian
2.2.1 Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Efektivitas Kerja tim Teori organisasi mempelajari kerja sama pada antar individu, melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan dan saling ketergantungan.
Organisasi bukanlah suatu sistem tertutup dengan lingkungan yang stabil tetapi
Partisipasi Anggaran
Efektivitas Kerja Tim
Kinerja Manajerial
H1 H2
H3 H1