• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK1

Oleh Herry Darwanto2

I. PERMASALAHAN

Sebagai negara yang masyarakatnya heterogen, potensi konflik di Indonesia cenderung akan tetap ada.

1. Studi UNSFIR (2004) menunjukkan bahwa antara tahun 1990 hingga 2003, tercatat ada sebanyak 3.608 insiden konflik di 14 propinsi yang distudi secara rinci (tidak termasuk Aceh dan Papua). Konflik-konflik sosial tersebut menyebabkan kematian sebanyak 10.758 orang. Sebagian besar insiden (hampir 70%) terjadi antara tahun 1997-2001. Sebagian besar kematian akibat kekerasan sosial (95%) juga terjadi pada tahun-tahun ini. Daerah-daerah yang mengalami konflik paling berdarah adalah Maluku Utara, Maluku, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Jakarta. Namun dilihat dari jumlah insiden, daerah-daerah yang paling banyak mengalami konflik adalah seluruh propinsi besar di Jawa, Maluku, Sulawesi Selatan, NTB dan Riau.

2. Ditinjau per kabupaten/kota, maka terlihat bahwa lima belas kota/kabupaten yang hanya berpenduduk 6,5% dari keseluruhan jumlah penduduk ternyata mengalami 85,5% dari total kematian. Dengan demikian, kekerasan kelompok yang mematikan sangat terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu, sedangkan konflik yang terjadi di sebagian besar daerah lain cenderung tidak bernuansa kekerasan.

3. Insiden kekerasan etno-komunal hanya sebesar 17 persen, namun menyebabkan kematian hampir 90 persen dari total korban jiwa akibat kekerasan. Ini berarti bahwa kekerasan kolektif dalam bentuk etno-komunal tidak lumrah terjadi di Indonesia. Namun, jika terjadi, akan memakan korban yang lebih besar dibanding kekerasan dalam bentuk lainnya. Jumlah insiden yang terkait dengan masalah ekonomi memang tidak jauh berbeda dengan kekerasan etno-komunal, namun besarnya angka kematian jauh lebih kecil.

4. Sebagian besar konflik etno-komunal merupakan konflik yang terkait dengan agama (72%) dan sebagian kecil konflik etnis (23%). (Tabel 5). Walaupun lebih jarang terjadi, namun konflik etnis menimbulkan kematian yang cukup banyak.

Tiga kelompok konflik yang paling banyak memakan korban adalah pertikaian bermotif agama (1999-2000), Madura-Dayak/Melayu (1997-2001) dan anti-Cina (Mei 1998). Kekerasan bermotif agama sebelum tahun 1998 hanya sedikit memakan korban, namun menimbulkan banyak kerusakan bangunan dan

1 Makalah ini merupakan masukan untuk penyusunan Strategi Dasar Penanganan Daerah Konflik yang sedang dirumuskan oleh Bappenas dengan bantuan UNDP.

2 Direktur Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas.

(2)

kerugian harta benda, baik milik pribadi maupun bangunan umum. Setelah tahun 1998, kerugian jiwa makin bertambah besar seiring dengan perusakan bangunan.

5. Sebagian besar insiden konflik di Jawa termasuk kategori lain-lain (70%), dan sebagian besar kematian akibat konflik terjadi pada bulan Mei 1998. Jadi bentuk konflik sehari-hari di Jawa bukanlah konflik etno-komunal, melainkan konflik yang melibatkan tawuran antar kelompok/desa, pengadilan massa, dan dukun santet, yang jumlahnya mencapai 70% dari seluruh insiden dan 87% kematian.

6. Jika kekerasan terkait dengan dukun santet lebih sering terjadi di Jawa, maka pengadilan massa terjadi juga di daerah-daerah lain terutama di NTB dan Sulawesi Selatan. Sedangkan tawuran antar kelompok/desa lebih merata lagi terjadi di semua daerah. Dengan kata lain tawuran antarkelompok merupakan bentuk konflik yang umum terjadi di Indonesia.

7. Bentrokan pemuda merupakan pemicu kerusuhan yang menyebabkan kematian sampai 40% dari total kematian karena kekerasan. Bentrokan pemuda juga menjadi pemicu sebagian besar konflik etmo-komunal. Bentrokan pemuda diduga terkait erat dengan besarnya tingkat pengangguran yang tinggi.

II. STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK

A. Membangun Bangsa Yang Damai

Strategi A.1: Memberdayakan ekonomi rakyat yang peka terhadap aspek suku/agama/ras/golongan

Tujuan: mencegah terjadinya kesenjangan struktural/kultural, mengurangi pengangguran.

Kegiatan utama: melakukan pendampingan berusaha, memberikan bantuan pengembangan ekonomi kepada golongan marjinal untuk menciptakan lapangan kerja produktif terutama bagi kelompok pemuda.

Strategi A.2: Melindungi hak-hak warga negara yang sederajat

Tujuan: mencegah terjadinya pengutamaan putera daerah, penduduk asli, pendatang, dsb. secara tidak proporsional dalam jabatan-jabatan kunci di pemerintahan daerah dan bidang-bidang lain.

Kegiatan utama: menyusun peraturan nasional dan daerah mengenai perlindungan hak-hak warga negara dalam berbagai bidang kehidupan.

Strategi A.3: Membuka ruang dialog antarsuku/agama/ras/golongan

Tujuan: menciptakan kesadaran kehidupan yang majemuk, menghindari eksklusivitas, memahami kepentingan pihak lain, menghindari munculnya kecurigaan/prasangka buruk.

Kegiatan utama: menyelenggarakan dialog intensif dan terstruktur untuk memecahkan isu-isu yang ada.

(3)

Strategi A.4: Membangun profesi pengelolaan perdamaian

Tujuan: membentuk keahlian dan pengetahuan tentang perdamaian untuk mengantisipasi dan mengatasi konflik di berbagai daerah.

Kegiatan utama: membuka jurusan baru ilmu perdamaian di perguruan tinggi, mendorong terbentuknya lembaga/pusat studi perdamaian dan penanganan konflik, memperkuat peran dan kapasitas instansi/dinas terkait, mendorong dilakukannya riset dan publikasi mengenai analisis konflik dan perdamaian, menyelenggarakan pelatihan tentang resolusi konflik dan kepemimpinan serta perencanaan pembangunan yang peka konflik.

Strategi A.5: Menyelenggarakan pendidikan budaya bangsa yang majemuk

Tujuan: memahami adanya perbedaan antarsuku/agama/ras/golongan dan menciptakan struktur sosial yang terbuka.

Kegiatan utama: menyisipkan mata pelajaran budaya bangsa majemuk dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

b. Mencegah dan Menangani Konflik Strategi B.1: Mencegah munculnya konflik

Tujuan: mencegah terjadinya konflik baru di daerah pasca konflik dan di daerah- daerah yang rawan konflik.

Kegiatan utama: memperkuat sistem deteksi dini, membangun potensi masyarakat untuk mencegah konflik, meningkatkan kapasitas kepolisian, memperkuat penegakan hukum, menangkal isu yang berkembang, membangun jurnalisme yang pro-perdamaian, memetakan daerah rawan konflik, mengembangkan jaringan kerjasama untuk memantau kemungkinan terjadinya konflik, menyusun agenda perdamaian dan pembangunan berkelanjutan khususnya di daerah-daerah rawan konflik.

Strategi B.2: Menyelesaikan konflik yang masih terjadi

Tujuan: meredam sama sekali konflik destruktif yang masih terjadi di beberapa daerah.

Kegiatan utama: melakukan dialog untuk penghentian konflik, mengurangi senjata ilegal, mengupayakan penyelesaian masalah secara damai, menegakkan hukum.

Strategi B.3: Memulihkan kehidupan sosial ekonomi dan pemerintahan pada daerah pasca konflik

Tujuan: memulihkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak konflik sehingga mencapai keadaan sebelum terjadi konflik.

Kegiatan utama: pemberian bantuan kemanusiaan bagi korban langsung konflik, pengembalian/pemukiman kembali pengungsi, rehabilitasi prasarana dan sarana yang rusak, peningkatan kehidupan ekonomi, penyelenggaraan kembali pelayanan pemerintah yang terhenti, rekonsiliasi pihak-pihak yang bertikai, penataan kembali pengusahaan sumberdaya alam secara aspiratif, bimbingan mengatasi trauma bagi anak-anak dan janda korban konflik.

(4)

Strategi pembangunan perdamaian dan penanganan konflik ini akan dikembangkan lebih lanjut dan dilengkapi dengan instrumen pelaksanaan dan mekanisme pengelolaan dan kerjasama antar pelaku yang keseluruhannya akan dihimpun dalam suatu Strategi Dasar Penanganan Daerah Konflik.

III. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN 2005-2009

Pemerintah Indonesia dibawah Presiden Yudhoyono telah menetapkan keamanan dan perdamaian sebagai salah satu dari tiga agenda pembangunan jangka menengah.

Agenda pembangunan selengkapnya adalah:

1. Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai 2. Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis 3. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Ketiga agenda ini dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005-2009, dengan penjabaran lebih lanjut ke dalam sasaran, prioritas dan program pembangunan.

Dalam agenda Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai, sasaran yang akan dicapai adalah:

1. Meningkatnya rasa aman dan damai tercermin dari menurunnya ketegangan dan ancaman konflik antarkelompok maupun golongan masyarakat;

menurunnya angka kriminalias secara nyata serta menurunnya angka perampokan dan kejahatan di lautan dan penyelundupan lintas batas.

2. Tertanganinya kegiatan-kegiatan yang ingin memisahkan diri dari NKRI, meningkatnya daya cegah dan tangkal negara terhadap ancaman bahaya terorisme, dan semakin berperannya Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia.

3. Terjaganya kedaulatan NKRI baik dari ancaman dalam maupun luar negeri.

Untuk mewujudkan sasaran pertama, prioritas program pembangunan adalah peningkatan rasa saling percaya dan harmonisasi antarkelompok masyarakat, pengembangan kebudayaan, dan peningkatan ketertiban dan penanggulangan kriminalitas. Untuk mewujudkan sasaran kedua, prioritas program pembangunan adalah pencegahan dan penanggulangan aksi separatisme, pencegahan dan penanggulangan gerakan terorisme, pemantapan politik luar negeri dan peningkatan kerjasama internasional. Dan untuk mewujudkan sasaran ketiga, prioritas program pembangunan adalah peningkatan kemampuan pertahanan negara.

Selain agenda pertama yang langsung bertujuan mengupayakan perdamaian dan sekaligus mengatasi konflik, agenda-agenda lain juga secara tidak langsung akan mengurangi berbagai akar penyebab timbulnya konflik. Misalnya dalam agenda Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis, sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya keadilan hukum, meningkatnya penegakan hukum, meningkatnya pelayanan birokrasi kepada masyarakat. Sasaran-sasaran ini akan dicapai dengan melaksanakan program-program prioritas antara lain pembenahan sistem dan politik

(5)

hukum, penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk, penghormatan dan pengakuan atas HAM, dan pencegahan terorisme.

Sedangkan dalam agenda Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, sasaran yang akan dicapai adalah antara lain mengurangi pengangguran terbuka hingga 5,1% dan jumlah penduduk miskin hingga 8,2% pada tahun 2009, berkurangnya kesenjangan pembangunan antar wilayah, meningkatnya kualitas manusia, dan pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran agama. Sasaran-sasaran tersebut akan dicapai dengan pelaksanaan program-program prioritas penciptaan lingkungan usaha yang sehat, revitalisasi pertanian, perbaikan iklim ketenagakerjaan, penanggulangan kemiskinan, dan pemberdayaan koperasi dan UMKM, pengurangan ketimpangan pembangunan daerah, peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial.

Strategi pembangunan perdamaian dan penanganan konflik sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya akan mengisi program-program dan kegiatan-kegiatan terkait dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005-2009.

--o0o--

Referensi

Dokumen terkait

berada di hotcell Instalasi Radiometalurgi (IRM) untuk dilakukan beberapa pemeriksaan dan pengujian, untuk menunjang kegiatan tersebut maka pada penelitian ini akan

Caranya adalah dengan memberikan komitmen untuk senantiasa memberi kepuasan kepada pelanggan yang pada gilirannya akan menjadi sumber penyempurnaan mutu produk atau jasa dan

Mempunyai minat yang besar dalam hal mengumpulkan kata- kata. Mulai banyak bertanya dan bisa menunjukkan ciri dan sebagia anggota tubuh apabila ditanya. Senang

Kepala desa sangat mengapresiasi kegiatan tersebut karena kegiatan yang dilakukan sangat bermanfaat untuk semua warga masyarakat guna meningkatkan pendapatan, selain itu

Dengan sebuah website yang online di internet, masyarakat dapat dengan mudah mengakses dan mengetahui segala sesuatu mengenai SMP Azharyah Palembang dengan cepat

Evaluasi program dan umpan balik, dilakukan terhadap keseluruhan pelaksanaan program pengabdian. Pada kegiatan ini akan dievaluasi kelebihan dan kekurangan teknik

Dari gambar 2 diatas memperlihatkan keperluan waktu untuk parkir yang paling banyak dilakukan responden adalah pada hari Jumat rentang waktu (136-150) menit dengan

Selain itu berdasarkan hasil penelitian Juariyah (1994), yang mempengaruhi motivasi individu untuk menonton adalah faktor dari dalam diri individu tersebut anatara