7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka 1. Kedisiplinan Belajar
a. Pengertian Kedisiplinan Belajar
Kedisplinan merupakan kata yang mendapat imbuhan ke-an yang berarti keadaan. Istilah disiplin dalam bahasa Indonesia biasanya berhubungan dengan istilah tata tertib dan ketertiban. Maksud dari ketertiban yaitu mempunyai arti kepatuhan seseorang untuk mengikuti sebuah aturan atau tata tertib karena disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar diri seseorang tersebut. Sebaliknya, istilah disiplin yaitu kepatuhan yang timbul karena adanya kesadaran serta dorongan dari seseorang tersebut. Menurut Agustin, Gunanto, & Listiani (2017) bahwa disiplin belajar adalah kepatuhan seseorang dengan sadar dalam melaksanakan proses belajar untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku. Kedisiplinan belajar dapat diartikan yaitu selama mengikuti proses pembelajaran seseorang memiliki sikap yang patuh dan taat terhadap suatu peraturan tertulis maupun yang tidak tertulis dalam suatu proses perubahan tingkah laku yang berlaku (Salam & Anggraini, 2018; Gunarsa, 2017).
Sikap disiplin dapat memunculkan rasa tanggung jawab dalam diri peserta didik, termasuk tanggung jawab dalam kegiatan belajar. Slameto (2015:2) menyatakan, “Belajar yaitu suatu proses usaha yang dilaksanakan seseorang demi mendapatkan suatu perubahan pada tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Kedisiplinan belajar dapat muncul serta tertanam dalam diri peserta didik dengan melalui pembiasaan sehingga kedisiplinan belajar termasuk faktor dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Herlinawati (2011:30) mengungkapkan pendapatnya bahwa belajar yang dilaksanakan secara tertib dan teratur akan menjadikan proses belajar berjalan lancar, tidak menemui hambatan dan gangguan. commit to user
baik. Peserta didik bisa memunculkan semangat belajarnya sendiri dengan baik di rumah ataupun di sekolah. Kewajiban peserta didik sebagai pelajar yaitu belajar sehingga tanpa diperintah atau diingatkan seharusnya memiliki kesadaran sendiri untuk belajar. Adanya kewajiban tersebut, peserta didik seharusnya dapet mematuhi peraturan dan melaksanakan peraturan tanpa adanya paksaan dari luar.
2) Kedisiplinan dalam menjaga fisik tubuh. Selalu makan teratur dan memakan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, serta olahraha yang teratur merupakan cara menjaga kondisi fisik selalu sehat.
Kegiatan sehari-hari peserta didik erat kaitannya dengan kedisiplinan menjaga kondisi fisik tubuh. Kegiatan peserta didik menjaga kondisi fisik tubuh yaitu sarapan dahulu sebelum berangkat sekolah agar bias mengikuti pembelajaran dengan baik.
Ali Imron (2012:172) mengategorikan disiplin tergolong tiga macam. Pertama yaitu disiplin peserta didik duduk tenang mengikuti dan memperhatikan guru dengan baik saat mengajar yang disebut dengan konsep otoritarian. Maksud konsep tersebut diartikan peserta didik mematuhi peraturan guru dan dilarang menolak. Kedua yaitu konsep permissive, disiplin yang dibangun maksudnya berlawanan arah dengan konsep otoritarian yang berisi peserta didik diberikan kebebasan seluas- luasnya di kelas. Peserta didik diberikan keluasan untuk melakukan aktivitas yang menurut dirinya baik. Ketiga yaitu disiplin peserta didik dengan konsep gabungan dari konsep ototarian dan permissive yang sering disebut kebebasan terbimbing. Maksud dari konsep ini yaitu membiarkan kebebasan kepada peserta didik seluas-luasnya namun dalam konteks melakukan kegiatan yang menurut dirinya baik dan siap menerima konsekuensi dari perbuatannya dan harus berani menanggung resiko.
commit to user
b. Indikator Kedisiplinan Belajar
Kedisiplinan terdiri dari beberapa indikator. Daryanto (2013: 144) membagi indikator kedisiplinan belajar yaitu sebagai berikut: (1) kepatuhan tata tertib sekolah; (2) kepatuhan kegiatan pada pembelajaran di sekolah; (3) melaksanakan tugas-tugas yang diberikan guru dan (4) disiplin belajar di rumah. Menurut Tulus Tu’u (dalam Syahrin Alvi: 2019) indikator kedisiplinan belajar siswa ialah (1) mengatur waktu dirumah, (2) rajin dan teratur belajar, (3) perhatian yang baik saat belajar di kelas, (4) ketertiban diri saat belajar dikelas. Arikunto (dalam Supardi: 2016) membagi tiga macam indikator kedisiplinan belajar peserta didik sebagai berikut:
1) Kedisiplinan di dalam kelas, meliputi:
a) Absensi (kehadiran peserta didik di sekolah / kelas)
b) Memperhatikan penjelasan materi dari guru (mencatat, memperhatikan, membuka dan membaca buku pelajaran)
c) Mengerjakan tugas dari guru
d) Membawa peralatan belajar (alat tulis, buku tulis, dan buku paket) 2) Kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, yaitu: memanfaatkan
dengan baik waktu luang atau saat istirahat gunakan belajar seperti membaca buku di perpustakaan, bertanya jawab dengan teman lain mengenai pelajaran yang sulit dipahami dan berdiskusi bersama.
3) Kedisiplinan di rumah, meliputi:
a) Mempunyai jadwal belajar sendiri
b) Mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan penjelasan indikator di atas, peneliti mengambil indikator untuk melihat kedisiplinan belajar peserta didik selama berlangsungnya pembelajaran daring yaitu sebagai berikut: (1) Disiplin mengikuti pembelajaran secara daring, (2) Disiplin dalam mengerjakan tugas, (3) Disiplin belajar di rumah, dan (4) Disiplin mengatur waktu di rumah. Aspek indikator yang pertama adalah disiplin saat persiapan commit to user
saat evaluasi pembelajaran. Aspek kedua yaitu disiplin dalam mengerjakan tugas meliputi mengerjakan tugas dengan mandiri, tidak lupa mengerjakan tugas, menyelesaikan tugas dengan baik, serta mengumpulkan tugas tepat waktu. Ketiga yaitu disiplin belajar di rumah yang meliputi belajar secara teratur, mengerjakan tugas pada waktunya, memiliki rencana atau jadwal belajar, dan belajar dalam tempat dan suasana yang mendukung. Indikator terakhir yaitu disiplin mengatur waktu di rumah memuat aspek yaitu mengatur waktu jadwal kapan harus belajar dan meluangkan waktu untuk belajar.
2. Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terintegrasi yang menggunakan tema untuk menghubungkan berbagai mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran tematik mengacu pada pembelajaran yang komprehensif dan komprehensif sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa dapat berkembang. Pembelajaran ini menggunakan tema-tema yang berkaitan erat dengan kehidupan peserta didik, sehingga dengan peserta didik menemukan sendiri apa yang telah dipelajari, pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan, sikap, dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata pelajaran (Permendikbud No. 57, 2014). Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 yang disebut dengan pembelajaran tematik integratif memiliki pendekatan yang berbeda dengan pembelajaran tematik pada kurikulum sebelumnya. Pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran yaitu intradisipliner, interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner.
Pendekatan intradisisiplin adalah mengintegrasikan berbagai dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara utuh melalui tema. Interdisipliner commit to user
yaitu memadukan dari beberapa disiplin ilmu yang saling terkait, sebagaimana dijelaskan dalam disiplin ilmu IPA dan IPS, disiplin ilmu tersebut juga diintegrasikan ke dalam berbagai disiplin ilmu lain yang sesuai. Hal ini tergambar pada Struktur Kurikulum SD untuk Kelas I-III tidak ada mata pelajaran IPA dan IPS tetapi muatan IPA dan IPS terintegrasi ke mata pelajaran lain terutama Bahasa Indonesia. Multidisipliner adalah pendekatan tanpa menggabungkan kompetensi dasar sehingga setiap mata pelajaran masih memiliki kompetensi dasarnya sendiri, yang tergambar pada mata pelajaran IPA dan IPS yang berdiri sendiri di kelas IV-VI. Transdisipliner adalah pendekatan dalam penentuan tema yang mengaitkan berbagai kompetensi dari mata pelajaran dengan permasalahan yang ada di sekitarnya (Permendikbud No. 57, 2014). Dari pendapat yang dijabarkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan jika pembelajaran tematik yaitu pembelajaran bermakna dalam bentuk tema yang dielaborasi dari berbagai mata pelajaran tertentu sehingga terdapat keterpaduan antar konsep yang dipelajari.
Pada penelitian ini difokuskan pembelajaran tematik dengan mata pelajaran IPS tema 1 yaitu indahnya kebersamaan kelas IV SD N Pajang IV Surakarta. Kelas IV mempelajari tema indahnya kebersamaan di semester ganjil. Pembelajaran tema 1 indahnya kebersamaan memiliki tiga subtema pembelajaran yaitu keberagaman budaya bangsaku, kebersamaan dalam keberagaman, dan aku bersyukur atas keberagaman. Pembelajaran IPS dalam tema indahnya kebersamaan di IV SD N Pajang IV Surakarta berlangsung secara daring sehingga peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana kedisiplinan belajar peserta didik selama berlangsungnya tema indahnya kebersamaan di mata pelajaran IPS.
3. Pembelajaran Secara Daring
Istilah model pembelajaran daring pada mulanya digunakan untuk menggambarkan sistem pembelajaran yang memanfaatkan teknologi internet berbasis komputer (computer-based learning/CBL). Perkembangan zaman abad 21 saat ini fungsi komputer telah digantikan oleh telepon seluler atau gawai. commit to user
komputer. Orang dapat belajar kapan saja, dimana saja, dan dalam situasi apa saja.
Masyarakat dunia telah cukup lama mengenal internet sebagai salah satu produk paling mengesankan dari TIK. Tahun 1962, revolusi teknologi digital diprakarsai oleh J.C.R Licklider dan dikenal dengan communication network di bidang informasi dan telekomunikasi (Kuntarto, 2017). Pada tahun 1970-an, perkembangan internet melahirkan e-mail yang mampu mengirimkan data berupa teks, gambar dan video dalam lapisan yang kompleks. Pada 1990- an, media sosial (medsos) dikembangkan. Medsos adalah media online yang memungkinkan pengguna untuk dengan mudah berinteraksi, berpartisipasi, dan berbagi. Jenis media sosial terpopuler di Indonesia antara lain: Facebook (FB), Whattsapp (WA), Youtube (Ytb), Flickr (Flc), Instagram (Ins), Twitter (Twt), Webblog (Wbg) dan LinkedIn (Lin) (Kuntarto, 2017).
Berbagai media, alat dan bahan dalam bentuk digital berkembang pesat di era perkembangan teknologi seperti sekarang ini. Bahkan bentuk pembelajaran dilakukan dalam bentuk virtual. Melalui pembelajaran virtual atau pembelajaran daring, pembelajaran tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Interaksi antara guru dan siswa berlangsung kapanpun dan dimanapun.
Pembelajaran daring merupakan inovasi pendidikan yang melibatkan unsur teknologi informasi dalam pembelajaran. Pembelajaran daring adalah salah satu tantangan di era industri 4.0. Pendidikan di Era Industri 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran (Simarmata dkk, 2020) (Lase, 2019). Menurut Mustofa (2019), pembelajaran online merupakan suatu sistem pendidikan jarak jauh dengan serangkaian metode pengajaran, dimana kegiatan belajar mengajar dilakukan secara terpisah. Pembelajaran daring diselenggarakan melalui jaringan Internet dan Web 2.0 (Alessandro, 2018) yang berarti bahwa penggunaan pembelajaran daring melibatkan unsur teknis dan metode serta jaringan internet sebagai suatu sistem.
commit to user
Pembelajaran online merupakan keuntungan nyata bagi guru dan peserta didik karena memungkinkan peserta didik untuk membangun pengetahuan lebih aktif. Saat bencana alam terjadi seperti adanya COVID-19 ini, pembelajaran daring dapat dijadikan solusi pembelajaran jarak jauh.
Seperti halnya ketika pemerintah merumuskan kebijakan social distancing.
Penerapan social distancing oleh pemerintah adalah untuk membatasi interaksi antar manusia dan mencegah terjadinya kerumunan, sehingga terhindar dari penyebaran virus COVID-19. Kebijakan ini menghentikan sementara kegiatan belajar mengajar dalam situasi tatap muka.
4. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang terkait dengan kedisiplinan belajar diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan Akmaluddin dan Haqqi yang memiliki judul
“Kedisiplinan Belajar Siswa di Sekolah Dasar (SD) Negeri Cot Keu Eung Kabupaten Aceh Besar”. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Akmaluddin dan Haqqi yaitu menunjukkan hasil terdapat beberapa permasalahan mengenai kedisiplinan. Permasalahan tersebut antara lain yaitu sebagai berikut: siswa datang terlambat, tidak membawa pulang buku dan alat sekolah, tidak menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, tidak memperhatikan pelajaran, membuang sampah tidak pada tempatnya, berpakaian tidak rapid an lain-lain sehingga disimpulkan 80% peserta didik bermasalah dalam disiplin belajar dan 20% lainnya peserta didik mengikuti peraturan yang telah ditetapkan sekolah. Persamaan penelitian yang dilakukan Akmaluddin dan Haqqi dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama membahas tentang kedisiplinan belajar peserta didik, namun perbedaan berada pada kedisiplinan belajar di sekolah sedangkan peneliti membahas kedisiplinan belajar peserta didik selama pembelajaran daring di rumah.
2. Kedisiplinan belajar juga dilakukan penelitian oleh Ike Anggraini yang berjudul “Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V Di SDN 55/I Sridadi”. commit to user
kedisiplinan belajar SDN 55/I Sridadi sudah baik. Hal ini terlihat dari kedisiplinan siswa selama mengikuti peraturan yang diberikan guru maupun sekolah, yaitu: (1) tidak membuat suara gaduh, (2) tidak mengganggu siswa lain dan berjalan-jalan saat pelajaran berlangsung, (3) keluar masuk kelas tanpa izin dan membaca materi yang sesuai dengan pelajaran yang sedang berlangsung, (4) menggunakan sepatu saat pelajaran berlangsung. Selain itu guru melakukan beberapa upaya untuk menanamkan kedisiplinan belajar kepada siswa, antara lain; (1) memberi keteladanan pada siswa, (2) melaksanakan peraturan kelas, (3) memberi nasehat dan peringatan kepada siswa yang melanggar, dan (4) memberi hukuman atau sanksi kepada siswa yang melanggar. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu terletak pada usaha penanaman kedisiplinan belajar siswa sedangkan peneliti membahas kendala kedisiplinan belajar peserta didik.
3. Penelitian lain yang berhubungan dengan kedisiplinan belajar juga dilakukan oleh Rosma Elly dalam jurnal pesona dasar penelitian yang berjudul “Hubungan Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Di SD Negeri 10 Banda Aceh” menyimpulkan jika siswa yang memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi selalu memperoleh nilai yang sangat baik.
Siswa yang tingkat kedisipilinannya sedang ada yang memperoleh nilai yang sangat baik dan ada pula yang memperoleh nilai yang baik.
Sedangkan siswa yang tingkat kedisiplinannya rendah ada yang sering mendapat nilai yang baik dan ada yang memperoleh nilai yang rendah. Dari 6 siswa, 4 siswa yang tingkat kedisiplinan dan hsil belajarnya sesuai sedangkan 2 siswa lagi tingkat kedisiplinan dan hasil belajarnya kurang sesuai. Ini berarti tingkat kesesuaian antara kedisiplinan dengan hasil belajar siswa berada pada kategori sedang (66,7). Kedisiplinan mempengaruhi hasil belajar tetapi tidak sepenuhnya hasil belajar dipengaruhi oleh kedisiplinan. Hal ini dikarenakan hasil belajar tidak hanya dipengaruhi oleh kedisiplinan saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-commit to user
faktor yang lain seperti minat, bakat, kecerdasan, motivasi, dan sebagainya.
Apabila dilihat dari kesamaannya antara penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian yang dilakukan Rosma Elly yaitu kesamaan dalam membahas tingkat kedisiplinan belajar peserta didik. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada pembahasan mengenai hubungan kedisiplinan terhadap hasil belajar peserta didik, karena penelitian yang dilakukan penulis hanya mendeskripsikan kedisiplinan belajar peserta didik dan hambatan kedisiplinan belajar peserta didik.
B. Kerangka Berpikir
Kedisiplinan Belajar adalah suatu sikap yang taat dan patuh terhadap suatu peraturan tertulis maupun yang tidak tertulis dalam proses perubahan tingkah laku yang berlaku selama mengikuti proses belajar mengajar.
Kedisiplinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kedisiplinan peserta didik selama mengikuti proses belajar mengajar di rumah atau pembelajaran daring selama masa pandemi COVID-19. Kedisiplinan belajar ketika di sekolah berbeda dengan kedisiplinan belajar ketika peserta didik belajar di rumah selama masa pandemi COVID-19 ini. Kedisiplinan belajar yang sebelumnya dipantau oleh guru ketika belajar di sekolah sekarang berubah menjadi beralih ke orang tua peserta didik. Peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran daring ini, didampingi orang tua yang bekerjasama dengan guru dalam proses pembelajaran peserta didik. Kedisiplinan belajar peserta didik dapat dideskripsikan oleh peneliti selama berlangsungnya pembelajaran secara daring dan juga menjelaskan kendala kedisiplinan belajar yang ditemukan selama masa pandemi COVID-19. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pandemi COVID-19
Segala kegiatan di dalam dan di luar ruangan di semua sektor sementara waktu ditunda terutama
sektor pendidikan
(Surat Edaran Pemerintah 18 Maret 2020)
Pembelajaran secara daring (Surat Edaran Kemendikbud No.4 Tahun
2020)
Kedisiplinan Belajar IPS Peserta Didik Kelas IV Tema
Indahnya Kebersamaan
Kendala Kedisiplinan Belajar Masa Pandemi COVID-19
Deskripsi Hasil Penelitian
Pembelajaran daring: Kurikulum 2013 (18 nilai-nilai karakter menurut Kemendiknas:
Disiplin)
commit to user