• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH: KWARTARIA SAUT MARITO GULTOM DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI OLEH: KWARTARIA SAUT MARITO GULTOM DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PRINSIP PEMBERIAN PINJAMAN YANG SEHAT DALAM PENYALURAN PINJAMAN OLEH KOPERASI KREDIT CU

MANDIRI TEBING TINGGI (Studi Implementasi Terhadap Pasal 19 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

Simpan Pinjam Oleh Koperasi)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:

150200564

KWARTARIA SAUT MARITO GULTOM

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PRINSIP PEMBERIAN PINJAMAN YANG SEHAT DALAM PENYALURAN PINJAMAN OLEH KOPERASI KREDIT CU

MANDIRI TEBING TINGGI (Studi Implementasi Terhadap Pasal 19 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

Simpan Pinjam Oleh Koperasi) Prof. Dr. Sunarmi, SH. M.Hum*1

*Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU

** Dosen Pembimbing II, Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU

***Mahasiswa Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU

Tri Murti Lubis, SH, MH**

Kwartaria Saut Marito Gultom***

Credit Union merupakan koperasi yang bergerak dalam bidang simpan pinjam, di mana Credit Uniom memberikan pinjaman berupa uang untuk digunakan oleh anggota agar anggota tersebut dapat memakai uang yang dipinjam untuk memenuhi kebutuhan seperti untuk konsumsi, biaya kesehatan atau untuk modal usaha.Credit Union didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, oleh karena itu prinsip kekeluargaan masih dipegang teguh dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris yaitu dengan melaksanakan penelitian ke lapangan secara langsung yaitu ke kantor Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi. Sebelumnya penulis juga melakukan penelitian hukum normatif terhadap peraturan-peraturan dan buku- buku yang berkaitan dengan karya ilmiah ini.

Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah mengenai pelaksanaan prinsip pemberian pinjaman yang sehat dalam penyaluran pinjaman di Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi berdasarkan Pasal 19 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.Berdasarkan penjelasan atas pasal 19 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, yang dimaksud dengan prinsip pemberian pinjaman yang sehat adalah pemberian pinjaman yang didasarkan atas penilaian kelayakan dan kemampuan permohonan pinjaman.

Kata Kunci: Koperasi, Prinsip Pemberian Pinjaman yang Sehat.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua saya, Ayah tercinta Resopim Gultom dan mama tersayang Hermina Panjaitan, karena kasih sayang dan cinta yang begitu besar sehingga menjadikan Penulis termotivasi untuk menyelesaikan studi dengan baik.

Skripsi ini merupakan tugas akhir bagi penulis sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan program studi S-1 pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan memilih judul :PELAKSANAAN PRINSIP PEMBERIAN PINJAMAN YANG SEHAT DALAM PENYALURAN PINJAMAN OLEH KOPERASIKREDIT CU MANDIRI TEBING TINGGI(Studi Implementasi Terhadap Pasal 19 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi)

Dalam proses penyusunan skripsi ini saya juga mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan dan ucapan terima kasiah kepada semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan, saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., Mum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., Mum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Dr. OK Saidin, S.H., Mum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati, S.H., Mum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., Mum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

(5)

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., Mum, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi;

7. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H., Mum, selaku Dosen Pembimbing I.

Terima kasih banyak atas saran, arahan, dan masukan yang membangun dalam setiap bimbingan, serta waktu yang ibu berikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini;

8. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing II.

Terima kasih banyak atas bimbingan, saran, nasihat, dan ilmu yang Ibu berikan selama ini disetiap bimbingan dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai;

9. Seluruh Dosen-Dosen di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar dan memberikan ilmu yang terbaik, serta membimbing penulis selama menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

10. Seluruh pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung segala urusan administrasi;

11. Kepada ketiga kakakku yang cantik dan manis Oktavia Sari Renslo Gultom, Yuli Evalintina Gultom, dan Yunri Gultom yang memberikan nasihat dan ajaran kepada penulis sebagai adik yang masih membutuhkan bimbingan dan arahan;

12. Noreta Siahaan Sahabat sejak SMP yang telah mendoakan dan memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi;

13. Teman-teman makan, nonton dan jalan- jalan Ekinia Karolin Sebayang, Elisabeth Mustika Situmorang, Yohanes Manalu;

14. Tulang yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini Candra P. Siagian.

15. Teman berdiskusi dan berdebat Raynaldo D.W, Sugita Girsang, Dicky J.H, dan Erwin Wijaya C;

16. Rekan-rekan Grup F yang telah menemani penulis dari semester awal sampai penulisan skripsi yang penulis kerjakan;

17. Rekan – rekan Komunitas Peradilan Semu yang senantiasa memberikan semangat dan hiburan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi;

(6)

18. Rekan-rekan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) yang memberikan doa dan semangat kepada penulis;

19. Adik-adik tersayang Theresia Junita Barus, Surya Baginda Sirait, Haposan Anugrah, Fanta Brutu, M.Adil Ginting, Hera Vanesa Sihombing, Riah Saragih;

20. Abang-abang senior yaitu abang Christian Hutapea, Yudika Sormin, dan Hans Saragih yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi;

21. Semua pihak yang membantu penulis dalam berbagai hal yang tidak dapat disebutkan satu persatu;

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan dapat mendapat berkat dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis juga memohon maaf kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya serta penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Medan, 7 Januari 2019 Penulis

(Kwartaria Saut Marito Gultom)

(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ……….. v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ………..… 8

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ……… 9

D. Keaslian Penulisan ……….. 10

E. Tinjauan Kepustakaan ………. 11

F. Metode Penelitian ……… 17

G. Sistematika Penulisan ……….. 20

BAB II PENGATURAN KOPERASI SIMPAN PINJAMN DI INDONESIA A. Sejarah Singkat Koperasi di Indonesia ……… 23

B. Landasan dan Asas Koperasi di Indonesia ………….. 26

C. Bentuk dan Jenis Koperasi di Indonesia ……….. 33

D. Aspek Yuridis Koperasi ……….. 39

E. Modal Koperasi Indonesia………... 49

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PEMBERIAN PINJAMAN DALAM MEMINIMALISIR RESIKO PINJAMAN A. Tinjauan Umum mengenai Kredit ………….………. 53

B. Peran Pengawas Terhadap Koperasi ………….……. 55

C. Wewenang dan Tanggung Jawab Pengawas terhadap Koperasi ……….. 57

(8)

D. Tujuan Pengawasan Pada Koperasi Kredit CU

Mandiri Tebing Tinggi ……….. 59 BAB IV PELAKSANAAN PRINSIP PEMBERIAN PINJAMAN YANG

SEHAT DALAM PENYALURAN PINJAMAN OLEH KOPERASI KREDIT CU MANDIRI TEBING TINGGI

A. Tinjauan Umum mengenai Credit Union ………….. 61 B. Pengajuan Pinjaman Pada Koperasi Kredit

CU Mandiri Tebing Tinggi ………. 62 C. Pelaksanaan Prinsip Pemberian Pinjaman Yang Sehat

Oleh Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi…… 66 D. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan

Pemberian Pinjaman Yang Sehat Oleh Koperasi

Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi………..74 E. Upaya Dalam Melaksanakan Prinsip Pemberian

Pinjaman Yang Sehat oleh Koperasi

Kredit CU Mandiri Tebing Tingi………... 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………... 84 B. Saran ………... 85 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai landasan filosofis bangsa Indonesia yang mengandung cita-cita luhur dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menjalankan perekonomian bangsa Indonesia. Cita-cita bangsa Indonesia adalah untuk mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia.Negara Kesatuan Republik Indonesia mengatur tentang kesejahteraan masyarakat Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, alineake-4 adalah memajukan kesejahteraan umum.2

Undang-Undang Dasar khususnya Pasal 33 ayat (1) juga menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama yangberdasarkan atas asas kekeluargaan.3Dengan memperhatikan Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (1) kedudukan koperasi sangatlah penting dalam mengembangkan potensi ekonomi Indonesia yang berciri-ciri demokratis, kebersaamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan. Dalam penjelasannya tersebut bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang dan yang sesuai dengan hal tersebutyaitu Koperasi.4

2Alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3 Ninik Widiyanti, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 159

4 Pandji Anoraga, Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), hlm. 243.

(10)

Sesuai dengan hal tersebut di atas, maka bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara materil dan spiritual berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Kebijakan pemerintah dalam pembangunan ekonomi akan lebih diarahkan kepada terwujudnya demokrasi ekonomi, dimana masyarakat harus memiiki peranan yang aktif dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia.Usaha yang telah dilakukan pemerintah tersebut salah satunya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia, khusunya dalam bidang sosial dan ekonomi yakni dengan memberikan pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan modal.Wujud dari hal tersebut salah satunya adalah koperasi.5

Secara umum Koperasi dipahami sebagai suatu bentuk kerja sama dalam lapangan perekonomian. Kerja sama ini dilakukan orang karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Orang-orang ini bersama-sama mengusahakan kebutuhan sehari-hari, kebutuhan yang bertalian dengan perusahaan ataupun rumah tangga mereka.

Sebagai urat nadi perekonomian maka koperasi selalu bertindak dalam melindugi masyarakat yang berekonomi lemah yang menjadi anggota koperasinya.

6

Jika ditinjau dari perspektif sejarah koperasi Indonesia, dapat ditarik suatu benang merah bahwa koperasi Indonesia lahir dan tumbuh dari “proses simpan pinjam”. Artinya, koperasi yang ada saat ini diawali dari adanya kegiatan simpan pinjam yang kemudian berkembang dengan memiliki berbagai unit bisnis lain. Dalam perkembangannya, koperasi tanpa ada unit simpan

5 R.T.Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 31.

6 Pandji Anoraga, Ninik Widiyanti, Op. Cit, hlm 1.

(11)

pinjam maka akan terasa hambar. Ini menandakan sudah terbentuk suatu budaya dalam koperasi bahwa unit simpan pinjam seolah-olah harus tetap melekat pada diri setiap koperasi.7

Pertumbuhan koperasi diarahkan kepada penerapan prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi. Hal ini dilakukan agarkoperasi mampu menjadi organisasi ekonomi yang mantap, demokratis, otonom, partisipatif, dan berwatak sosial. Pembinaan koperasi pada dasarnya dimaksudkan untuk mendorong agar koperasi menjalankan kegiatan usaha dan memiliki peran dalam kehidupan ekonomi rakyat. Pemerintah di pusat maupun di daerah, menciptakan dan mengembangkan iklim serta kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan Koperasi. Demikian juga Pemerintah memberikan bimbingan, kemudahan, dan perlindungan kepada Koperasi.

Selanjutnya Pemerintah dapat menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya dapat diusahakan oleh Koperasi. Selain itu Pemerintah juga dapat menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu yang telah berhasil diusahakan oleh Koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya. Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan kepentingan ekonomi nasional dan perwujudan pemerataan kesempatan berusaha.8

7aGunadarma, Revitalisasi Koperasi Simpan Pinjam,

Eksistensi lembaga koperasi sebagai wadah kerjasama diharapkan

memberi manfaat yang maksimal dalam mewujudkan kemakmuran bersama. Oleh sebab itu, berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah agarlembaga ini

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/revitalisasi-koperasi-simpan-pinjam-2/, diakses pada tanggal 11 Oktober 2018.

8Ketentuan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.

(12)

berkembang dinamis. Misalnya pemerintah telah menetapkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian sebagai payung hukum kegiatan perkoperasian di seluruh tanah air. Selain itu pemerintah juga menetapkan berbagai kebijakan dimana kebijakan-kebijakan tersebut antara lain bersifat mendorong (suportif), melindungi (protektif) dan membatasi (restriktif). Perubahan UU No. 12 Tahun 1967 menjadi Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian juga merupakan satu kebijakan yang mengurangi kemungkinan campur tangan pemerintah terhadap koperasi. Berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan koperasi demikian spesifiknya karena koperasi berbeda dengan bentuk perusahaan-perusahaan lainnya.Koperasi mempunyai prinsip-prinsip tersendiri antara lain (UU No. 25 Tahun 1992): Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela, Pengelolaan dilakukan secara demokratis, Pembagian sisa hasil usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing- masing anggota, Pemberian balas jasa yang terbatas atas modal, Kemandirian, Pendidikan perkoperasian dan Kerjasama antarkoperasi.9

Penggolongan jenis-jenis koperasi disesuaikan dengan kesamaan kegiatan usaha dan kepentingan ekonomi anggotanya. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian, Koperasi di Indonesia digolongkan menjadi 4 jenis yang terdiri dari : koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi jasa dan koperasi simpan pinjam10

9Irsyad Lubis, “Analisis Tingkat Kepuasan Anggota Koperasi Terhadap Eksistensi Koperasi Di Kota Medan, ” Jurnal Ekonomi, Vol 14, No 2, (April 2011), hlm. 76.

10 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian.

.Diantara jenis-jenis koperasi tersebut salah satu jenis koperasi yang berkembang cukup pesat di Indonesia dan semakin dibutuhkan oleh masyaraat adalah koperasi simpan pinjam.

(13)

Koperasi simpan pinjam merupakan suatu koperasi yang kegiatan usahanya menghimpun dan menyalurkan dana kepada para anggotanya dengan bunga pinjaman yang rendah.11

Pada prinsipnya pemberian pinjaman kepada para anggota koperasi simpan pinjam didasarkan atas kepercayaan.

Salah satu tujuan didirikannya koperasi simpan pinjam adalah untuk memberikan kesempatan kepada anggotaya agar memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan bunga yang ringan.Kegiatan penyaluran pinjaman di koperasi simpan pinjam lebih diutamakan pemberian pijaman kepada para anggotanya dari pada yang bukan anggota koperasi.

12

Dalam rangka mewujudkan pemberian pinjaman yang sehat pemerintah telah mengatur tentang keharusan menerapkan prinsip pemberian pinjaman yang sehat bagi setiap koperasi simpan pinjam. Hal ini telah diatur di Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pemberian pinjaman ini selalu dihadapkan pada ketidakpastian dan selalu mengandung risiko yang tinggi. Untuk mengurangi dan meminimalisir kemungkinan resiko yang akan terjadi, koperasi simpan pinjam harus menerapkan manajemen pengelolaan usaha yang baik salah satunya yaitu dengan jalan mempertimbangkan penyaluran pinjaman yang sehat bagi anggotanya.

Dalam memberikan pinjaman, Koperasi wajib memegang teguh prinsip pinjaman yang sehat. Dimana yang dimaksud dengan pemberian pinjaman yang sehat adalah pemberian pinjaman yang memperhatikan kelayakan dan kemampuan pemohon pinjaman.

11 Anonim, Koperasi Simpan Pinjam: Pengertian, Tujuan, Jenis, dan Jenisnya, https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/koperasi-simpan-pinjam.html, diakses pada tanggal 11 Oktober 2018.

12 R. Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan Penghayatan, Analisis dan Penuntun, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1990), hlm. 136.

(14)

dalamPeraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995TentangPelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh KoperasiPasal 19 ayat (2):13

Penjelasan dari Pasal tersebut adalah bahwa yang dimaksud denganprinsip pemberian pinjaman yang sehat adalah pemberian pinjaman yang didasarkan atas kelayakan dan kemampuan permohonan pinjaman.

“Dalam memberikan pinjaman, Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian pinjaman yang sehat dengan memperhatikan penilaian kelayakan dan kemampuan pemohon pinjaman.”

14

Penerapan prinsip pemberian pinjaman yang sehat bagi setiap koperasi simpan pinjamjuga telah diatur di dalam Pasal23 ayat (1) Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 15/per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Usaha Simpan Pinjam Oleh koperasi yang menyebutkan bahwa :15

Dalam pelaksanaan Prinsip pemberian pinjaman yang sehat, koperasi dapat menilai kelayakan dan kemampuan dari calon peminjam melalui konsep5C yaitu:Character, Capacity, Capital, Collecteral, Condition).

“Pelaksanaan pemberian pinjaman oleh KSP dan USP Koperasi wajib memperhatikan prinsip pemberian pinjaman yang sehat.”

16

13 Psl 19 Ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi

14Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi Psl 19 Ayat (2)

15Psl 23 Ayat (1) Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia NOMOR 15/per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Usaha Simpan Pinjam Oleh koperasi.

16 Kasmir, ”Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, (Jakarta: Rajawali Pers. 2011), hlm.108.

(15)

Persyaratan yang dikenal dengan prinsip 5C, tersebut adalah sebagai berikut:17 1. Character (Kepribadian) yaitu penilaian atas karakter kepribadian atau

watak calon debiturnya.

2. Capacity (kemampuan) yaitu seorang calon debitur harus pula diketahui kemampuan bisnisnya, sehingga dapat diprediksikan kemampuan untuk membayar hutangnya.

3. Capital (Modal) yaitu permodalan yanbg dimiliki debitur.

4. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi) yaitu analisis keadaan ekonomi sebelum suatu kredit diberikan, terutama yang berhubungan langsung dengan bisnis pihak debitur.

5. Collateral (Agunan) yaitu jaminan yang diberikan debitur kepada kreditur.

Penelitian yang dilakukan penulisbertujuan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya pembayaran pinjaman yang macet atau pinjaman yang bermasalah yang dapat mempengaruhi kesehatan koperasi itu sendiri.Pada dasarnya prinsip pemberian pinjaman yang sehat wajib dilaksanakan oleh setiap koperasi yang melakukan usaha simpan pinjam.

Di kota Tebing- Tinggi koperasi yang melakukan usaha simpan pinjam mengalami peningkatan dari segi kuantitas dari tahun ke tahun sebab kota Tebing-Tinggi merupakan kota yang sedang berkembang dimana perekonomian didukung oleh para pelaku usaha kecil-menengah yang mayoritas bergerak di bidang perdagangan, dengan skala yang relative kecil dan menengah.

17Ibid.

(16)

Perkembangan perekonomian ini diimbangi dengan bermunculannya lembaga keuangan dalam skala kecil dan menengah pula.

Beberapa koperasi yang menjadi pilihan masyarakat Tebing Tinggi dan sekitarnya utuk membantu meningkatkan kesejahtaraan mereka seperti Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi Tebing-Tinggi, Koperasi Kredit CU Sejahtera Tebing-Tinggi, Koperasi Kredit CU Horas, dsb. Tetapi Pada penelitian ini, yang menjadi titik fokus kajian penulis adalahKoperasi Kredit CU Mandiri Tebing-Tinggi dan Pasal 19 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi yang menyebutkan bahwa dalam memberikan pinjaman, koperasi simpan pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian pinjaman yang sehat.

Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggisebagai koperasi yang menjalankan kegiatan usaha simpan pinjam juga menerapkan prinsip pemberian pinjaman yang sehat dalam kegiaan menyalurkan pinjaman, akan tetapi didalam prakteknya ternyata masih dijumpai pinjaman yang bermasalah, sehingga peneliti bermaksud untuk lebih memahami tentang : Pelaksanaan Prinsip Pemberian Pinjaman Yang Sehat Dalam Penyaluran Pinjaman OlehKoperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi(Studi Implementasi Terhadap Pasal 19 Ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang pada karya ilmiah ini, maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :

(17)

1. Bagaimanakah pengaturan koperasi simpan pinjam di Indonesia?

2. Bagaimanapengawasan terhadap pemberian pinjaman dalam meminimalisir resiko pinjaman?

3. Bagaimanakahpelaksanaanprinsippemberianpinjaman yang sehatdalampeyaluranpinjamanolehKoperasi Kredit CU Mandiri Tebing

Tinggi?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan yang akan dicapai dari penulisan skripsi ini, adalah : 1. Mengetahui pengaturan koperasi simpan pinjam di Indonesia

2. Mengetahui pengawasan terhadap pemberian pinjaman dalam meminimalisir resiko pinjaman

3. Mengetahui pelaksanaan prinsip pemberian pinjaman yang sehat dalam peyaluran pinjaman oleh Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi Manfaat penulisan

Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan,18

1. Secara Teoritis

sehingga harapan penulis agar penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, adapun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

Hasil dari penelitian yang dituangkan dalam skripsi ini diharapkan dapatbermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum Indonesia, terutama menunjang pengembangan ilmu

18 Soerjondo Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010), hlm. 3.

(18)

pengetahuan hukum ekonomi dan lebih khususnya dibidang penerapan prinsip pemberian pinjaman yang sehat dalam penyaluran pinjaman pada koperasi. Serta diharapkan skripsi ini juga dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran yang nyata kepada kalangan masyarakat Indonesia mengenai koperasi dalam melakukan simpan pinjam untuk menunjang perekonomian, serta keberadaan koperasi juga harus dapat dirasakan langsung oleh siapa saja.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan menambah wawasan dan pengetahuan secara khusus bagi penulis dan secara umum bagi masyarakat tentang penerapan prinsip pinjaman yang sehat dalam melaksanakan kegiatan simpan pinjam pada koperasi dan juga sebagai bahan kajian untuk para akademis dan penelitian lainnya yang ingin Universitas Sumatera Utara mengadakan penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai penerapan pinjaman yang sehat dalam melaksanakan kegiatan simpan pinjam pada koperasi yang mempunyai tujuan untuk meminimalisir resiko yang akan dialami koperasi.

D. Keaslian Penulisan

Guna menyelesaikan pendidikan strata satu dan mendapatkan gelar sarjana hukum, maka penulis membuat penelitian ilmiah dan menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Prinsip Pemberian Pinjaman Yang Sehat Dalam Penyaluran Pinjaman Oleh Koperasi Kredit

(19)

CUMandiri Tebing Tinggi (Studi Implementasi Terhadap Pasal 19 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi)

Demi mengetahui keaslian judul, sebelumnya dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pusat Dokumentasi dan Informasi hukum/perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat tertanggal 05 Desember 2018 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama”.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian, teori-teori, dan aturan hukum yang berlaku dan diperoleh dari referensi buku, media elektronik, juga melalui bantuan berbagai pihak. Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau sudah pernah ditulis, maka penulis bertanggung jawab sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Koperasi

Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata- kata latin yaitu Cum yang berartidengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini, dalam bahasa inggris dikenal istilah Co dan Operation, yang dalam bahasa Belanda disebut dengan istiliah Cooperatieve Vereneging yang berarti bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.19

19 R.T.Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op.Cit, hlm. 1.

(20)

Kata Cooperation Vereneging yang berarti bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kata Cooperation Vereneging kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai koperasi yang dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal dengan istilah koperasi, yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya sukarela. Oleh karena itu koperasi dapat didefenisikan sebagai berikut:20

Dari defenisi tersebut, maka dapatlah dilihat adanya unsur-unsur koperasi sebagai berikut:

Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada;dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinngi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

21

a. Koperasi bukan suatu organisasi perkumpulan modal.

b. Keanggotaan koperasi tidak mengenal adanya paksaan apapun dan oleh siapapun, bersifat sukarela, netral terhadap aliran, isme dan agama.

c. Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dengan cara bekerjasama secara kekeluargaan.

Koperasi sebagai usaha bersama, harus mencerminkan ketentuan-ketentuan sebagaimana lazimnya didalam kehidupan suatu keluarga. terlihat dalam suatu keluarga bahwa segala sesuatu yang

20 Ibid.

21 Ibid.

(21)

dikerjakan secara bersama-sama adalah ditujukan untuk kepentingan bersama seluruh anggota keluarganya.

Pengertian koperasi menurut Undang-Undang No.25 tahun 1992, pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 bagian kesatu, dinyatakan :

“ Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum kopeasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.”

Dari defenisi di atas, maka koperasi Indonesia mempunyai ciri-ciri seperti berikut:22

a. Adalah suatu badan usaha yang pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan memperoleh keuntungan ekonomis. Oleh karena itu koperasi diberi peluang pula untuk bergerak di segala sektor perekonomian, dimana saja, dengan mempertimbangkan kelayakan usaha.

b. Tujuannya harus berkaitan langsung dengan kepentingan anggota, untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraannya. Oleh karena itu pengelolaan usaha koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif, dan efisien, sehingga mampu mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat sebesar- besarnya pada anggota.

22 Ibid.,hlm. 4.

(22)

c. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela tidak boleh dipaksakan oleh siapapun dan bersifat terbuka, yang berarti tidak ada pembatasan ataupun diskriminasi dalam bentuk apapun juga.

d. Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota dan para yang memegang serta melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Karena pada dasarnya anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.

e. Pembagian pendapatan atau sisa hasil usaha dalam koperasi ditentukan berdasarkan pertimbangan jasa usaha anggota kepada koperasi, dan balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota adalah terbatas. Artinya, tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar dan tiddak semata-mata didasarkan atas besarnya modal yang diberikan.

f. Koperasi berprinsip mandiri. Ini mengandung arti bahwa koperasi dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain, memiliki kebebasan yang bertanggung jawab, memiliki otonomi, swadaya, berarti mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri dan keinginan mengelola diri sendiri.

Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 tentangPerkoperasian memberikan pengertian koperasi, yaitu :

“ Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha,

(23)

yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.”

Terdapat beberapa ahli yang memberikan pengertian koperasi.Calvert misalnya, memberi defenisi tentang koperasi sebagai organisasi orang-orang yang berupaya atas dasar kesamaan untuk mencapai tujuan ekonomi masing-masing.23

Menurut R. M Margono Djojohadikoesoemo dalam bukunya berjudul Sepuluh Tahun Koperasi: Penerangan tentang Koperasi oleh Pemerintah Tahun 1930-1940, menyatakan bahwa koperasi adalah perkumpulann manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk memajukan ekonominya.24

A. Chaniago memberi defenisi koperasi sebagai perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang memberi kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha.25

Credit Union(CU), diambil dari bahasa Latin “credere” yang artinya percaya dan “union” atau “unus” berarti kumpulan. Sehingga

“Credit Union” memiliki makna kumpulan orang yang saling percaya, dalam suatu ikatan pemersatu yang sepakat untuk menabungkan uang 2. Pengertian Credit Union

23 Suhardi, Hukum Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia, (Jakarta: Akademia, 2012), hlm. 9.

24 Anjar Pachta et al, Hukum Koperasi Indonesia, (Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 2.

25 Arifinal Chaniago, Koperasi Indonesia, (Bandung: Angkasa, 1979), hlm. 1.

(24)

mereka sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dengan tujuan produktif dan kesejahteraan.26

Koperasi simpan pinjam atau biasa disebut koperasi kredit merupakan suatu bentuk koperasi yang berdiri sendiri dimana anggota- anggotanya adalah orang-orang atau badan-badan yang tergabung dalam koperasi tersebut. Mereka yang tidak tedaftar sebagai anggota tidak bisa menyimpan atau meminjam uang dari koperasi simpan pinjam27

Koperasi kredit memiliki tiga prinsip utama yaitu: 28

a. Asas swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya)

b. Asas setia kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota), dan c. Asas pendidikan dan penyadaran (membangun watak adalah yang

utama; hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman).

Terdapat tiga hal yang menjadi ciri khas CU:29

a. CU memiliki citra sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan sosial gereja;

b. CU memiliki citra sebagai koperasi simpan pinjam yang secara khusus dikembangkan dalam lingkungan masyarakat Dayak; dan c. Dilatarbelakangi oleh kedua hal tersebut, CU cenderung agak

gamang dalam merumuskan strategi pengembangan usahanya.

26aGunadarma, Koperasi & Credit

Union,http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10/koperasi-credit-union-2/, diakses pada tanggal 23 November 2018.

27 Anonim, Pengertian Koperasi Simpan Pinjam, https://www.padamu.net/pengertian- koperasi-simpan-pinjam, diakses pada tanggal 8 Januari 2019.

28Ibid.

29Ibid.

(25)

F. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.30 Sedangkan penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten.31Penelitian merupakan pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami segala kehidupan, atau lebih jelasnya penelitian merupakan sarana yang digunakan oleh manusia untuk memperkuat, menguji, serta mengembangkan ilmu pengetahuan.32 Didalam suatu penulisan skripsi, posisi metodologi sangatlah penting sebagai suatu pedoman. Metodologi merupakan logika yang menjadi dasar suatu penelitian ilmiah.33

30 Soerjono Soekanto,“Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris’, (Jakarta : Indonesia Hillco,1990), hlm. 106.

31 Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji,”Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkaf”,(Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2001), hlm. 1.

32 Soerjono Soekanto, ”Pengantar Penelitian Hukum”,(Jakarta : UI Press, 1986), hlm.

250

33 Soerjono Soekanto, Op. Cit., hlm. 6.

Untuk mendapatkan data yang akurat penelitian harus dilakukan secara sistematis dan teratur. Dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian yang dipakai oleh penulis adalah jenis penelitiaan hukum empiris atau penelitian hukum non doktrinal, dimana penelitian ke lapangan dengan melakukan observasi langsung ke Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi dengan memperhatikan secara langsung prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh kreditur terhadap debitur di Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi dan juga melakukan wawancara kepada Kepala Bagian Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggiuntuk mendapatkan keterangan yang lebih lanjut seputar prosedur pemberian pinjaman di Koperasi

(26)

Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi, sehingga dalam melakukan studi lapangan ini, penulis mendapatkan data yang berguna dalam penulisan skripsi ini.

Selain melakukan observasi langsung ke Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi, penulis juga melakukan studi kepustakaan.Pada tahapan ini peneliti mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitiannya. Aktivitas ini ,merupakan tahapan yang amat penting. Bahkan dapat dikatakan, bahwa studi kepustakaan merupakan separuh dari keseluruhan aktivitas penelitian itu sendiri.34

Tujuan dan kegunaan studi pustaka pada dasarnya adalah menunjukkan jalan pemecahan permasalahan penelitian. Apabila peneliti mengetahui apa yang telah dilakukan oleh peneliti lain, maka peneliti akan lebih siap dengan pengetahuan yang lebih lengkap.35

Secara singkat studi kepustakaan dapat membantu peneliti dalam berbagai keperluan, misanya:36

1. Mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian yang sejenis dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti;

2. Mendapatkan metode, teknik, atau cara pendekatan pemecahan permasalahan yang digunakan;

3. Sebagai sumber data sekunder;

4. Mengetahui historis dan perspektif dari permasalahan penelitiannya;

5. Mendapatkan informasi tentang cara evaluasi atau analisis data yang dapat digunakan;

34Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta”: Rajagrafondo Persada, 2003), hlm.112.

35Ibid.

36Ibid.

(27)

6. Memperkaya ide-ide baru;

7. Mengetahui siapa saja peneliti lain di bidang yangh sama dan siapa pemakai hasilnya.

Secara umum, di dalam penelitian biasanya dibedakan antara data yang diperoleh secara lansgung dari masyarakat (mengenai perilakunya; data empiris) dan dari bahan pustaka. Yang diperoleh dari masyarakat dinamakan data primer atau data dasar dan yang kedua diberi nama data sekunder, dimana data sekunder terdiri dari:37

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b. Undang-Undang Dasar Tahun 1945

c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian e. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perkoperasian

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi

2. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum berupa publikasi tentang hukum yang isinya menjelaska dan menganalisis bahan hukum primer.Hasil karya ilmiah, artikel, jurnal, hasil penelitian

37Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, UI-Press, 2007), hlm. 51.

(28)

terdahulu digunakan sebagai bahan hukum sekunder dalam penelitian ini.

3. Bahan hukun tersier38

Bahan hukun tersier yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk- petunjuk maupun penjelsan terhadap hukum primer dan hukum sekunder, misalnya Kamus, Ensikopledia, dan lain-lain. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus Hukum, dan Internet.

G. Sistematika Penulisan

Dalam Penulisan skripsi ini diperlukan adanya sistematika penulisan yangteratur dan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Secara sistematis, penulisan ini terdiri dari V (lima) bab yang masing-masing bab memiliki sub bab nya sendiri. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini

merupakan gambaran umum yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah yang akan dibahas, tujuan penelitian, manfaat penelitian, mengenai keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, , metode penelitiandan sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI INDONESIA

38 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Suatu Pengantar,(Jakarta: P.T.

Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 117.

(29)

Bab ini membahas tentangsejarah singkat koperasi di Indonesia, landasan dan asas koperasi di Indonesia, bentuk dan jenis koperasi di Indonesia, aspek yuridis koperasi di Indonesia, dan modal koperasi Indonesia.

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PEMBERIAN PINJAMAN SEHAT DALAM MEMINIMALISIR RESIKO PIJAMAN Bab ini membahastentang Tinjauan Umum mengenai Kredit,Peran Pengawas Terhadap Koperasi,Wewenang dan Tanggung Jawab Pengawas,dan Tujuan Pengawasan Pada Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi.

BAB IV PELAKSANAAN PRISIP PEMBERIAN PINJAMAN YANG SEHAT DALAM PENYALURAN PINJAMAN YANG SEHAT DALAM PENYALURAN PINJAMAN OLEH KOPERASIKREDIT CU MANDIRI TEBING TINGGI Bab ini membahas tentang Tinjauan Umum mengenai Credit Union, Pengajuan Pinjaman Pada Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi, Pelaksanaan Prinsip Pemberian Pinjaman Yang Sehat Oleh Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tingg,Faktor- Faktor Penghambat Pelaksanaan Pemberian Pinjaman Yang Sehat Oleh Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi, dan Upaya Dalam Melaksanakan Prinsip Pemberian Pinjaman Yang Sehat oleh Koperasi Kredit CU Mandiri Tebing Tinggi

BAB V PENUTUP

Bab terakhir ini akan dikemukakan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin

(30)

bermanfaat bagi pembeaaca sebagai sumber dalam melakukan penelitian lebih dalam terkait dengan prinsip pinjaman sehat.

(31)

BAB II

PENGATURAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI INDONESIA

A. Sejarah Singkat Koperasi di Indonesia

Sejarah koperasi di Indonesia terbagi menjadi beberapa periode, yaitu:

1. Zaman Belanda

a. Masa tahun 1896-1908

Masa ini merupakan titik awal dikenalnya koperasi di bumi Indonesia ini. Koperasi pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Raden Aria Wiraatmaja, seorang Patih di Purwokerto dengan mendirikan bank yang dikhususkan untuk menolong, para pegawai agar tidak terjerat oleh renternir.Usahanya ini mendapat bantuan dari seorang Asisten Residen Belanda yang bertugas di Purwokerto bersama E.Sieburgh. Pada tahun 1898 ide R. Aria Wiria Atmadja ini diperluas oleh De Walff Van Westerrode sebagai pengganti dari E. Sieburgh. Tetapi cita-cita dan ideR. Aria Wiria Atmadja ini tidak dapat berlanjut, karena mendapat rintangan dan hambatan sebagai kegiatan dari politik Pemerintah Penjajah waktu itu.39

b. Masa tahun 1908-1927

Bersamaan dengan lahirnya Kebangkitan Nasional, tepatnyapada antara tahun 1908-1913, Boedi Oetomo mencoba memajukan Koperasi-koperasi Rumah Tangga, Koperasi Tokyo, yang

39R.T.Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op. Cit, hlm. 14.

(32)

kemudian menjadi Koperasi Konsumsi yang didalam perkembangannya kemudian menjadi Koperasi Batik.40

c. Masa tahun 1927-1942.

Dengan keluarnya Undang-Undang Koperasi tahun 1927 (Stb.1927-1991) yaitu Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenegingen, koperasi di Indonesia mulai bangkit di indonesia mulai bangkit dan berkembang lagi. Selain koperasi-koperasi lama yang dirintis oleh Boedi Oetomo, Serikat Islam, Partai Nasional Indonesia, maka bermunculan koperasi-koperasi lainnya seperti:

Koperasi Perikanan, Koperasi Kredit, dan Koperasi Kerajinan.41

Pada bulan Maret 1942 Jepang merebut kendali kekuasaan di Indonesia dari stanagn Belanda.Selama masa pendudukan Jepang antara tahun 19422-1945, dan sesuai dengan sifat kemiliteran pemerintahJepang, usaha-usaha koperasi di Indonesia dibatasi hanya untuk kepentingan perang Asia Timur Raya yang dikobarkan oleh Jepang.

2. Zaman Jepang

42

a. Masa tahun 1945-1958 3. Periode Kemerdekaan

Sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan sehari kemudian Undang-Undang Dasar 1945 disahkan, maka timbul semangat baru untuk

40bid, hlm. 16.

41Ibid, hlm. 18.

42Notonagoro, Koperasi Indonesia (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 1997), hlm . 27.

(33)

menggerakkan koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi sudah mendapat landasan hukum yang kuat didalam UUD 1945, yaitu pada Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 beserta penjelasannya.43

b. Masa tahun 1958-1965

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 79 tahun 1958 (Stb.1958-139) yang mendasarkan pada ketentuan Pasal 38 UUDS 1950, koperasi semakin maju dan berkembang, serta tumbuh dimana-mana.Tetapi dengan diberlakukannya kembali Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, maka Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah (P.P.) Nomor 60 tahun 1959 sebagai Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang Nomor 79 tahun 1958.44

c. Masa tahun 1966 sampai sekarang

Pemerintah Orde Baru bertekad untuk membalikkan citra koperasi sesuai dengan kehendak daari Passal 33 Undang- Undang Dasar 1945. Dalam pada itu terbentuklah Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), dimana salah satu Ketetapannya yang penting adalah Tap.MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan. Peran

43R.T.Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op. Cit, hlm. 21.

44Ibid, hlm. 23.

(34)

Koperasi dalam Hal ini tercantum didalam Bab V, Pasal 42 dan Pasal 43 Tap MPRS tersebut.45

B. Landasan dan Asas Koperasi

Untuk mendirikan koperasi yang kokoh perlu adanya landasan tertentu.

Landasan ini merupakan suatu dasar tempat berpijak yang memungkinkan koperasi untuk tumbuh dan berdiri kokoh serta berkembang dalam pelaksanaan usaha-usahanya untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Faktor utama yang menentukan terbentuknya koperasi adalah adanya sekelompok orang yang telah seia sekata untuk mengadakan kerja sama. Oleh karena itu landasan koperasi terutama terletak pada anggota-anggotanya. Dalam sistem hukum di Indonesia, koperasi telah mendapatkan tempat yang pasti, sehingga landasan hukum koperasi di Indonesia sangat kuat. Namun demikian perlu disadari bahwa perubahan sistem hukum dapat berjalan lebih cepat dari pada perubahan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat sehingga koperasi dalam kenyataannya belum berkembang secepat yang diinginkan meskipun memiliki landasan hukum yang kuat.46

1. Landasan Idiil

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian menyatakan, Koperasi berlandaskan atas:

Yang dimaksud dengan landasan idiil koperasi adalah dasar atau landasan yang digunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita

45Ibid, hlm. 26.

46Pandji Anoraga, Ninik Widiyanti, Op. Cit, hlm. 8.

(35)

koperasi47. Sesuai dengan Bab II Undang-Undang No.25 Tahun 1992, Landasan idil Koperasi Indonesia adalah Pancasila.Penempatan Pancasila sebagai landasan Koperasi Indonesia ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup dan ideologi bangsa Indonesia. Ia merupakan jiwa dan semangat bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta merupakan nilai-nilai luhur yang ingin diwujudkan oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-harinya.48Dengan berdasarkan pada Pancasila, maka dapat dijabarkan masing-masing sila dari Pancasila tersebut dalam kaitannya dengan Koperasi Indonesia, seperti berikut:49

a. Sila Ke-Tuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama mengandung makna bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang percaya bahwa adanya Tuhan Yang Maha Esa.

Inti dari ajaran ini manifestasinya adalah cinta kasih terhadap sesama. Barang siapa mencintai sesamanya berarti mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Tuhan.50

a) Keanggotaan koperasi terbuka untuk semua penganut agama/kepercayaan dan semua golongan serta tiap anggota koperasi wajib menghormati agama atau kepercayaan yang dianut oleh masing-masing anggota lainnya.

Penerapan sila Ke-Tuhanan Yang Maha Esa dalam koperasi dapat dijabarkan seperti berikut:

47Ibid.

48Revrisond Baswir,Koperasi Indonesia, (Yogyakarta: BPFE, 2000), hlm. 36.

49R.T. Sutantya Rahadja Hadhikusuma, Op. Cit., hlm. 32.

50Nindyo Pramono, Beberapa aspek koperasi pada umumnya dan koperasi indonesia di dalam perkembangan, (Yogyakarta: TPK Gunung Mulia, 1986), hlm. 78.

(36)

b) Koperasi sangat mendambakan dan mementingkan kejujuran.

Baik Pengurus, Badan Pemeriksa, Anggota Koperasi, sebagai wujud dari pengamalan sila Ke-Tuhanan Yang Maha Esa harus melakukan kujujuran dalam koperasi

c) Koperasi harus menentang semua tindakan atau praktek- praktek yang bertentangan dengan ajaran cinta kasih atau perbuatan yang tidak manusiawi.

b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Rasa kemanusiaan adalah sangat penting bagi manusia dalam hidup bermasyarakat. Mereka harus saling menghargai diantara sesamanya, sesuai dengan harkat martabatnya.Pengamalan danpenerapan sila Kemanusiaan yangAdil dan Beradab dalam koperasi, dapat diuraikan seperti berikut:

a) Koperasi tidak membedakan kedudukan sosial agamaserta golongan dari masing-masing anggotanya.

b) Semua anggota koperasi berhak mendapat perlakuan yang sama secara idiil.

c. Sila Persatuan Indonesia

Persatuan dan kesatuan dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika dengan memajukan pergaulan antara sesama manusia Indonesia.

Penerapan sila Persatuan Indonesia didalam koperasi Indonesia tidak mengenal perbedaan agama, suku, politik atau status sosial anggota koperasi untuk bersatu dalam wadah koperasi. Koperasi harus

(37)

mampu menempatkan rasa solidaritas tanpa memandang asal-usul, kaya miskin bagi para anggotanya.

d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalamPermusyawaratan/Perwakilan.

Penerapan sila keempat dari Pancasila di dalam koperasi adalah bahwa dalam perkumpulan koperasi sistem musyawarah untuk mufakat, harus sepenuhnya dilaksanakan dan menjadi landasan setiap tindakan atau kebijaksanaan dalam koperasi Indonesia.

Seandainya terdapat suatu perbedaan pendapat atau perselisihan pendapat, maka hal tersebut harus dipecahkan atau diselesaikan melalui musyawarah atau mufakat dlam suatu rapat anggota.

e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat indonesia.

Yang dimaksud dengan keadilan sosoal adalah keadilan yang berlaku dalam masyarakat. Masyarakat perlu dibangun oleh manusia sebagai bagian atau anggota dari masyarakat itu sendiri.

Pembangunan dan penikmatan pembangunan masyarakat perlu dibagi secara adil. Adil disini dilihat dari sudut atau kacamata/

persepsi masyarakat. Keadilan sosial ialah keadilan yang memberikan kepada masing-masing bagiannya, dalam segala hasil kegiatan kebudayaan dalam masyarakat51

Adapun penerapan atau pelaksanaan sila keadilan sosial dalam koperasi tercermin dalam hal antara lain:Koperasi tidak hanya

.

51Notohamidjojo, Rahasia Hukum, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973), hlm. 13.

(38)

bekerja untuk kepentingan anggota, tetapi diharapkan juga dapat berperan dalaam menunjang kepentingan masyarakat sekitarnya.

2. Landasan Strukturil

Pada Bab II UU No.25 Tahun 1992 menempatkan UUD 1945 sebagai landasan strukturil Koperasi Indonesia. Yang dimaskud dengan landasan Strukturiil Koperasi adalah tempat berpijak koperasi dalam susunan hidup bermasyarakat52.Di Indonesia berlaku UUD 1945 yang merupakan ketentuan atau tata tertib dasar yang mengatur terelenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu bangsa dan karena Koperasi di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satu bagian yang penting adalah kehidupan ekonomi yaitu segala kegiatan dan usaha untuk mengatur dan mencapai atau memenuhi kebutuhan dan keperluan hidup.

Segala kegiatan dan usaha ini juga telah diatur dalam UUD 1945 pada Pasal 33 ayat 1 yang berbunyi : “ Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dan didalam penjelasan Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa bangun usaha yang sesuai dengan itu ialah koperasi. Dengan demikian Koperasi merupakan perwujudan dari Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 tersebut.53

3. Landasan Mental Koperasi Indonesia

Landasan Mental koperasi Indonesia adalah kawan dan kesadaran berpribadi.Rasa setia telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dulu dan merupakan sifat asli bangsa Indonesia.Sifat ini tercermin

52Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Op. Cit., hlm. 8.

53Ibid, hlm. 9.

(39)

dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku yang nyata sebagai kegiatan gotong-royong.Tetapi landasan setia kawan saja hanya dapat memelihara persekutuan dalam masyarakat yang statis bukan dinamis dan karenanya tidak dapat mendorong kemajuan. Oleh sebab itu rasa setia kawan haruslah disertai dengan kesadaran akan harga diri berpribadi, keinsafan akan harga diri sendiri dan percaya pada diri sendiri adalah mutlak untuk menaikkan derajat penghidupan dan kemakmuran. Oleh karena itu dalam Koperasi harus tergabung ke dua landasan mental di atas, yaitu setia kawan dan kesadaran berpribadi sebagai dua unsur yang dorong-mendorong, hidup-menghidupi dan awas mengawasi54

Koperasi Indonesia berasaskan kekeluargaan, hal ini secara jelas tertuang di dalam ketentuan Bab II, Bagian Pertama, Pasal20 UU.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.Asas kekeluargaan ini adalah asas yang memang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia dan telah berurat-berakar dalam jiwa bangsa Indonesia.

. Asas Koperasi Indonesia

55

Koperasi sebagai suatu usaha bersama, harus mencerminkan ketentuan- ketentuan seperti lazimnya dalam suatu kehidupan keluarga.Di dalam suatu keluarga, terlihat bahwa segala sesuatu yang dikerjakansecara bersama-sama adalah ditujukan untukkepentingan berwsama seluruh anggota keluarga.Usaha

54Ibid, hlm.9-10.

55R.T. Sutantya Rahadja Hadhikusuma, Op. Cit., hlm.37.

(40)

bersama berdasarkan asas kekeluargaan ini biasanya disebut dengan istilah gotong royong, yang mencerminkan semangat kebersamaan.56

Gotong royong dalam pengertian kerja sama pada koperasi mempunyai mempunyai pengertian luas, yaitu:57

a. Gotong royong dalam ruang lingkup organisasi.

b. Bersifat terus-menerus dan dinamis.

c. Dalam bidang atau hubungan ekonomi.

d. Dilaksanakan dengan terencana dan berkesinambungan.

Dengan demikian, meskipun koperasi merupakan usaha bersama, namun hal ini lain dengan maatschap seperti diatur dalam Kitab Undang- Undang Perdata (KUHPer). Sebab maatschap pada umumnya didasarkan pada suatu perikatan atau sudah diatur bentuknya, seperti misalnya Indonesische Maatschappijop Aandelen (IMA), dan merupakan usaha bersama berdasarkan atas perseorangan atau individualistik.58

Dalam koperasi, yang dimaksudkan dengan usaha bersama di sini adalah berdasarkan kekeluargaan, dengan pengertian bukan merupakan asas keakraban.Istilah asas kekeluargaan secara historis di dalam siding-sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) dan Panitia Persiapa Kemerdekaan Indonesia, diperlawankan dengan perseorangan.Istilah asas perseorangan adalah istilah Indonesiauntuk pengertian individualistik,

56Ibid, hlm. 38.

57Nindyo Pramono,Op. Cit., hlm. 18.

58 Padmo Wahjono, Dasar-dasar Demokrasi Ekonomi Kita, (Suatu tinjauan dari segi Ketatanegaraan), Makalah, disampaikan dalam Panel Diskusi di FH UNTAR, Jakarta, 20 Mei 1990.

(41)

sedangkan asas kekeluargaan adalah untuk menerjemahkan istilah integralistik atau non-individualistik.59

C. Bentuk dan Jenis Koperasi Indonesia 1. Bentuk Koperasi Indonesia

Ketentuan Pasal 15 Undang-Undang No.25 Tahun 1992 menyatakan bahwa Koperasi dapat berbentuk Koperasi Primer atau Koperasi Sekunder.Koperasi Sekunder, menurut Penjelasan dari Undang-Undang tersebut, adalah meliputi semua koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi Primer dan/atau Koperasi Sekunder. Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi, Koperasi Sekunder dapat didirikan oleh koperasi sejenis maupun berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal koperasi mendirikan Koperasi Sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti yang selam ini dikenal sebagai Pusat, Gabungan, dan Induk, maka jumlah tingkatan maupun penamaannya diatur sendiri oleh Koperasi yang bersangkutan.60

Jika dilihat kembali ketentuan Pasal 15 dan 16 Undang-Undang No.12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Koperasi beserta penjelasannnya, maka dapat diketahui adanya empat tingkatan organisasi koperasi yang didasarkan atau disesuaikan dengan tingkat daerah administrasi pemerintahan. Empat tingkatan koperasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:61

a. Induk Koperasi, terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) gabungan koperasi yang berbadan hukum. Induk Koperasi ini daerah

59Ibid.

60 T. Sutantya Rahadja Hadhikusuma, Op. Cit., hlm.59.

61Ibid, hlm.60.

(42)

kerjanya adalah Ibu Kota Negara Reoublik Indonesia (tingkat Nasional).

b. Gabungan Koperasi, terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) Pusat Koperasi yang berbadan hukum. Gabungan koperasi ini daerah kerjanya adalah Daerah Tingkat I (tingkat Provinsi).

c. Pusat koperasi, terdiri dari sekurang-kurangnya 5 (lima) Koperasi Primer yang berbadan hukum. Pusat Koperasi ini daerah kerjanya adalah Daerah tingkat II (Tingkat kabupaten).

d. Koperasi Primer, terdiri dari sekurang-urangnya 20 (dua puluh) orang yang telah memenuhi syarat-syarat keanggotaan sebagaimana ditentukan dalam undang-undang.

Dengan tingkatan organisasi koperasi seperti tersebut, maka koperasi tingkat atas mempunyai kewajiban memberi bimbingan dan pula mempunyai kewajiban memberi bimbingan dan pula mempunyai wewenang untuk mengadakan pemeriksaan pada koperasi tingkat bawah, dengan tanpa mengurangi hak koperasi tingkat bawah.

Adanya kerja sama yang baik di dalam organisasi koperasi dari tingkat Pusat sampai pada tingkat daerah, atau dari tingkat atas sampai pada tingkat bawah, akan dapat memajukan usaha koperasi secara keseluruhan62

Pemusatan koperasi menjadi empat tingkat organisasi dalam kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan ini, mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:

.

63

a. Menghilangkan atau menekan kemungkinan persaingan yang tidak sehat di antara koperasi-koperasi yang ada.

62Nindyo Pramono, Op. Cit., hlm. 113.

63 Tom Gunadi, Sistem Perekonomian menurut Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, (Bandung: Angjkasa, 1981), hlm. 244.

(43)

b. Diantara koperasi-koperasi tersebut, ada hubungan saling melengkapi dalam suasana asas kekeluargaan, beban diperingan, biaya usaha dapat dikurangi, dan harga dapat ditekan serendah mungkin.

c. Dengan bekerjanya asas kebebasan yang bertanggung jawab (subsiaritas) dijamin sehatnya sector koperasi dari sudut kehidupan organisasi dan usaha :

a) Koperasi primer atau salah satu tingkat organisasi lain yang kuat, dapat terus maju dengan tenaganya sendiri dan menjadi dasar yang sehat bagi tingkat organisasi di atasnya, sedangkan yang lemah dibantu oleh tingkat organisasi di atasnya (permodalan, administrasi dan manajemen).

b) Masalah-masalah dalam koperasi dapat di atasi dalam lingkungan kerja samanya sendiri, dan ini berarti berkurangnya atau hilangnya gantungan pada perusahaan atau badan lain diluarnya atau bahkan dari sektor lain.

2. Jenis-Jenis Koperasi Indonesia

Secara umum, jenis-jenis koperasi di Indonesia telah diatur oleh Undang-undang, namun dalam kenyataannya jenis koperasi yang ada cukup beraneka ragam.Dalam ketentuan Pasal 82 ayat (2) Undang-Undang No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasianmenyatakan bahwa jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan usaha dan/atau kepentingan ekonomi Anggota.

Sedangkan dalam Pasal 83 Undang-Undang No.17 Tahun 2012 tentang

(44)

Perkoperasian menyatakan bahwa64

a. Koperasi Konsumen

: “Jenis Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 terdiri dari: a. Koperasi konsumen; b. Koperasi produsen; c.

Koperasi jasa; dan d. Koperasi Simpan Pinjam”.Untuk koperasi-koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota ABRI, karyawan dan sebagainya, bukanlah merupakan suatu jenis koperasi tersendiri.

Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi. Koperasi jenis ini biasanya menjalankan usaha untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari para anggotanya dan masyarakat sekitarnya65

b. Koperasi Produsen

.

Koperasi produsen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi yang dihasilkan Anggota kepada Anggota dan non-Anggota.

Koperasi Produksi yang berkembang saat ini bukanlah Koperasi Produksi menurut cita-cita aslinya (workshop), akan tetapi dapat disebut sebagai Koperasi Produsen, di mana produsen-produsen membentuk suatu Koperasi yang membantu anggota-anggotanya untuk mempelancar usaha produksinya dengan jalan menyediakan bahan-bahan baku, mesin, dan peralatan produksi lainnya, prasarana pemasaran, atau menyediakan fasilitas untuk mengadakan pengolahan hasil anggota. Sedangkan produksi

64 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian

65T. Sutantya Rahadja Hadhikusuma, Op. Cit., hlm.64.

(45)

“dasar” dan alat produksi “dasar” tetap dilakukan dan dikuasai oleh pemiliknya.66

c. Koperasi Jasa.

Koperasi Jasa merupakan koperasi yang mengkhususkan usahanya dalam memproduksi dan memasarkan kegiatan jasa tertentu.Koperasi ini memiliki tujuan utama yaitu untuk menyatukan potensi ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing anggota. Dengan menyatukan potensi ekonominya, maka masing-masing anggota Koperasi jasa akan dapat mengembangkan potensi itu secara lebih optimal. Contoh koperasi jasa-jasa adalah Koperasi Kredit, Koperasi Jasa Angkutan, dan Koperasi Pemasaran67

d. Koperasi Simpan Pinjam

.

Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Kredit adalah koperasi yang bergerak dibidang pemupukan simpanan dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan bantuan modal.Selain bertujuan untuk mendidik anggotanya agara bersikap hemat serta gemar menabung.Koperasi kredit biasanya juga bertujuan untuk membebaskan para anggotanya dari oara renternir68

Dalam memberikan pelayanan itu pengurus Koperasi Simpan Pinjam selalu berusaha supaya ongkos (bunga) diterapkan serendah mungkin agar dirasakan ringan oleh para

.

66Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Op. Cit., hlm.24.

67Ibid, hlm. 80.

68 Notonagoro, Op. Cit., hlm. 76.

(46)

anggotanya.Selain itu berul-betul digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.

Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam ialah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.

Tujuan Koperasi Kredit adalah :

a) Membantu keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan denga syarat-syarat yang ringan.

b) Mendidik kepada para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri.

c) Mendidik anggota berhemat dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka.

d) Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.

Untuk memperbesar modal koperasi, maka sebagian keuntungan tidak dibagikan kepada anggota dan dicadangkan.Bila modal koperasi besar, kemungkinan pemberian kredit kepada para anggota dapat diperluas.Untuk mencapai tujuan dari pemberian kredit, perlu adanya pengawasan terhadap penggunaan kredit yeng telah diberikan, sehingga penyelewenangan terhadap penggunaannya dapat dihindarkan.

(47)

D. Aspek Yuridis Koperasi 1. Pendirian Koperasi

Koperasi pada hakekatnya merupakan satu perkumpulan orang-rang yang mempunyai satu kepentingan yaitu secara bersama-sama, bahu membahu penuh kegotongroyongan untuk mencapai satu tujuan bersama, yaitu peningkatan taraf hidup sesama anggotanya dan kalau mungkin peningkatan hidup masyarakat di lingkungan daerah kerjanya, yang sama-sama ekonominya (relative) lemah.69

Dapat dilihat betapa besarnya tugas yang dipikul oleh koperasi untuk menumbuhkan pengertian dan kepercayaan masyarakat terhadap arti pentingnya koperasi. Padahal masyarakat baru akan menerima dan berusaha mendirikan koperasi bila mereka telah memiliki pengertian yang jelas mengenai lembaga ini. Dengan demikian, agar masyarakat terdorong untuk mendirikan koperasi, kepada mereka perlu ditanamkan pengertian dan kegunaan koperasi, baik bagi perwujudan perekonomian nasional yang berasas kekeluargaan padaa umumnya maupun bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat golongan ekonomi lemah pada khususnya.70

Secara jelas, pendirian koperasi diatur di dalam Pasal 7-15 UU No 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian. Dalam Pasal 7 dikatakan bahwa koperasi primer didirikan oleh paling sedikit 20 (dua puluh) orang perseorangan dengan memisahkansebagian kekayaan pendiri atau anggota sebagai modal awal

69 G. Kartasapoetra dkk, Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila & UUD 1945 (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2001), hlm. 115.

70Revrisond Baswir, Op. Cit., hlm. 109.

(48)

koperasi, sedangkan koperasi sekunder didirikan oleh paling sedikit 3 (tiga) koperasi primer.71

Persyaratan untuk mendirikan koperasi yang biasanya telah tertuang dalan Undang-undang ataupun Peraturan Koperasi antara lain adalah seperti berikut:72

a. Orang-orang yang mendirikan koperasi harus mempunyai kepentingan ekonomi yang sama.

b. Orang-orang yang akan mendirikan koperasi harus mempunyai tujuan yang sama.

c. Harus memenuhi syarat jumlah minimum anggota, seperti telah ditentukan oleh pemerintah.

d. Harus telah dibuat konsep anggaran dasar koperasi.

Jika persyaratan tersebut telah ada, maka orang-orang yang memprakarsai pembentukan koperasi tersebut mengundang untuk rapat pertama, sebagai rapat pendirian koperasi.Konsep anggran dasar koperasi seharusnya telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh Panitia Pendiri, yang nantinya dibahasa dan disahkandalam rapat pendirian.Dalam rapat pendirian ini selain disahkan anggaran dasar koperasi, juga dibentuk pengurus dan pengawas.Setelah perangkat organisasi koperasi terbentuk dalam rapat pendirian tersebut, maka untuk selanjutnya pengurus koperasi (yang juga pendiri) mempunyai kewajibaan mengajukan permohonan pengesahan kepada pejabat yang berwewenang secara tertulis disertai Akta Pendirian Koperasi dan Berita Acara Rapat Pendirian.Dalam Akta Pendirian koperasi ini tertuang

71Psl 7 UU No. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian.

72R.T. Sutantya Rahadja Hadhikusuma, Op. Cit., hlm.66-67.

Referensi

Dokumen terkait

Dari uji normalitas tersebut, dapat diketahui prosedur pengolahan data statistik berdasarkan parameter dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

1) Variabel jumlah penduduk memiliki pengaruh cukup kuat dan signifikan terhadap jumlah fatalitas. Variabel ini juga memberi pengaruh yang kuat terhadap variabel

Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan

Dalam musyawarah desa dilakukan pemilihan Kader Desa Berdikari (KDB) yang terdiri dari satu orang laki-laki dan satu orang perempuan, pemilihan Kelompok Usaha

Pelayanan Kesehatan Gratis adalah semua pelayanan kesehatan dasar sesuai lampiran I dan lampiran II Peraturan Bupati ini, pada Puskesmas beserta Jaringannya

Setelah mevalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien, perawat dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan keperawatan, Orlando menyatakan

Secara ringkasnya, tujuh faktor yang dianalisis dalam Analisis Faktor Penerokaan ini dengan mengesahkan kesemua 44 item dalam soal selidik ini adalah dipercayai dan sah

Dalam membuat rencana penyelesaian, siswa tidak menguasai pengetahuan awalnya, tanpa membuat perencanaan dengan cermat langsung mengerjakannya dan pekerjaaannya salah, Untuk