• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kualitas pendidikan memiliki peranan penting dalam menunjang kemajuan sektor pembangunan di Indonesia. Peran dari berbagai pihak pada sektor tersebut menjadi kunci keberhasilan dalam mendongkrak tingkat dan kualitas pendidikan. Salah satu cara untuk melihat tingkat keberhasilan dalam sistem pendidikan yaitu dari prestasi belajarnya.

Pentingnya peran tenaga pengajar dalam memantau prestasi belajar peserta ajarnya akan membantu menaikkan kualitas pendidikan yang ada.

Nyatanya, tenaga pengajar tidak menyadari betapa pentingnya untuk mengontrol pembelajaran peserta ajar melalui prestasi belajarnya sehingga memicu ketidaksesuaian antara target pendidikan dengan sistem pendidikan yang akan dicapai.

Kontrol yang kurang terhadap prestasi belajar memicu permasalahan lain yang akan timbul. Lama tempuh penyelesaian pendidikan dan kurang optimalnya nilai yang didapat menjadi beberapa masalah akibat hal tersebut. Seseorang yang harusnya diekspektasi mendapatkan nilai yang optimal dan memiliki masa tempuh pendidikan yang cepat malah tak mendapat hasil yang semestinya melihat potensi pada beberapa hasil pembelajaran sebelumnya.

Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara data awal diperoleh temuan beberapa masalah pada prestasi belajar mahasiswa psikologi UNJA. 5 dari 10 mahasiswa seharusnya mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik lagi melihat potensi yang mereka miliki. Mereka menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi mereka sehingga mendapatkan hasil yang tak sesuai harapan, dan yang paling berpengaruh yaitu pola asuh orangtua.

Pola asuh orangtua mempengaruhi keoptimalan prestasi belajar yang mereka peroleh. 2 dari 5 subyek mendapatkan pola asuh yang tidak

(2)

tepat meskipun nilai indeks prestasi yang mereka peroleh masih bisa dikatakan baik.

“Harus menuruti kemauan mereka (orangtua), misalnya saya harus melanjutkan sekolah di A, memakai pakaian B, bekerja di tempat C, jangan berteman dengan D, jangan dekat dengan saudara yang itu. Orangtua juga lebih sering memantau daripada terlibat langsung dalam aktifitas yang saya lakukan. Karena mereka tidak terlibat secara langsung, mereka bertanya seperti menginterogasi. Mereka menanyakan tadi bersama siapa, nama-namanya siapa saja, melakukan hal apa, kenapa pergi ke sana, dalam rangka acara apa, dan lain-lain.” – D (20 thn, perempuan), pada kuesioner data awal G-form tanggal 12 Januari 2022).

Pada subyek diatas, ia memperoleh nilai IPK sebesar 3,43 dan menjelaskan bahwa kontrol yang orangtuanya lakukan terlalu berlebihan.

Segala hal yang ia lakukan tidak boleh lepas dari kontrol orangtua nya.

Tak hanya itu, keterlibatan dan pemantauan yang dilakukan membuat subyek risih. Ia merasa tak nyaman akibat dari setiap pertanyaan yang terlalu mengontrol dirinya tanpa terlibat langsung dalam aktifitas nya.

Berbagai kontrol dan pemantauan yang terlalu berlebihan tidak dibarengi dengan komunikasi dan dukungan yang orangtua subyek berikan seperti pemaparan di bawah ini.

“Orangtua jarang sekali memberikan dukungan atau malah hampir tidak pernah karena saya bahkan gak ingat kapan didukung. Hanya ingat kalau saya harus mengikuti kehendaknya atau kekecewaannya terhadap saya saja. Antara saya dan orangtua tidak pernah berinteraksi panjang, hanya sekedar ditanya pertanyaan kecil seperti habis dari mana, mau kemana, kapan pulang. Berdasarkan pengalaman yang kami terima bang, kami nih mendapatkan pola asuh otoriter bang, terutama pada kontrol yang sangat keras dari orangtua. Hal tersebut bisa kami buktikan dari setiap tindakan orangtua kepada saya dan kakak-kakak saya sejak kecil bang. Setiap saya dan kakak saya melakukan sedikit saja kesalahan, langsung dimarahi bang. Apalagi kalau tidak sesuai kehendak mereka. Faktor lingkungan disekitar kami juga cukup berpengaruh besar pada tindakan orangtua yang kami terima bang, baik dari keluarga maupun lingkungan kerja bang. Jadi timbulnya pola asuh otoriter yang kami terima ini, salah satu penyebab terbesar nya karena lingkungan yang tidak sehat sehingga orangtua mematok target yang cukup tinggi di keluarga kami bang dan terkadang kami menjadi pelampiasan dari stress nya orangtua menghadapi lingkungan itu bang.” D (20 thn, perempuan), pada kuesioner data awal G-form tanggal 12 Januari 2022).

Berdasarkan pemaparan tersebut, subyek bahkan tidak ingat kapan pernah didukung. Justru lebih mengingat kalau dia mengikuti apa yang orangtua mau. Ditambah lagi, jarangnya komunikasi yang bersifat positif, bahkan sekedar nanya keadaan lagi seperti apa tidak pernah. Hal-hal inilah

(3)

yang membuat subyek tersebut tidak bisa mengeluarkan potensi terbaik dalam pembelajarannya.

“Saat saya kecil sudah diatur sekali jadwal tiap harinya. Saat liburan sekalipun saya tetap harus belajar di rumah. Sampai saya sudah umur segini, dimana anak lain akan mencoba untuk mandiri dan menyelesaikan masalah sendiri, orangtua masih suka untuk mengatur segala hal kehidupan saya. Saya pun refleks untuk berontak tentang apa yang mereka atur kepada saya. Karena hal tersebut, saya sangat jarang melibatkan orangtua pada aktifitas saya.” – JN (20 thn, perempuan), pada kuesioner data awal G-form tanggal 13 Januari 2022).

Penuturan subyek lain menjelaskan bahwa ia hampir memiliki persoalan yang sama dengan subyek sebelumnya, meskipun subyek ini memiliki IPK yang lebih tinggi sebesar 3,69. Perlakuan yang orangtua subyek lakukan sejak kecil membuat tidak leluasa untuk melakukan akfititas yang diinginkan termasuk pada perkuliahan dan sosialnya bahkan membuat subyek memberontak karena lelah dengan ketatnya kontrol yang orangtua berikan. Selain itu, subyek pun memutuskan untuk tidak melibatkan orangtua pada aktifitas yang ia lakukan karena dengan melibatkan mereka akan mempersulit kegiatan yang akan dilakukan.

“Dukungan yang orangtua berikan hampir tidak ada. Dari ayah tidak ada, bahkan dia tidak terlalu peduli kepada saya asalkan tidak menyusahkan dia.

Kalau dari ibu juga ga ada. Paling hanya sebatas mengingatkan untuk jangan banyak tingkah saat sedang diluar rumah. Komunikasi yang kami lakukan pun jarang, seperlunya saja. Saya menarik diri dari orangtua. Sulit memang kalau sudah kecewa. Menurut saya bang, pola asuh yang saya terima pola asuh otoriter bang, karena dengan pencapaian dan hal-hal yang telah diraih orangtua selama ini membuat standar pada keluarga saya tinggi. Orangtua ingin saya dan saudara saya menjadi lebih baik dari mereka. Secara tak langsung, orangtua ingin saya melampaui mereka dari segala aspek, baik itu pencapaian prestasi secara akademik, pada bidang olahraga bahkan dari segi religiusitas bang. Gitu sih bang dari sudut pandang kami. ” – JN (20 thn, perempuan), pada kuesioner data awal G-form 13 Januari 2022).

Selain itu, minimnya dukungan dari orangtua secara langsung maupun tak langsung membuat subyek merasa orangtuanya kurang memiliki kepedulian kepadanya. Hal itu sampai membuat subyek menarik diri akibat tindakan orangtua nya sehingga komunikasi yang terjalin antar mereka tak berjalan sebagaimana orangtua dan anak. Oleh karena itu, subyek juga merasa tidak bisa melepaskan potensi dalam aktifitas yang dilakukan termasuk pembelajarannya.

(4)

Berbagai peristiwa diatas menjelaskan bahwa peran keluarga sebagai orang terdekat individu sangat penting dalam optimalisasi pembelajaran mereka. Hal-hal yang telah dibahas berkaitan dengan pola asuh yang orangtua berikan di rumah. Pola asuh orangtua mempengaruhi individu menjalankan aktifitas dan setiap pola asuh memiliki ciri khas tersendiri sehingga tidak ada pola asuh yang ideal atau baku pada suatu keluarga.

Pola asuh dikatakan tepat jika individu menjadi dirinya sendiri dan mampu menjalankan aktifitas seoptimal mungkin. Dengan berbagai jenis pola asuh yang ada seperti demokratis, permisif dan otoriter membuat orangtua memiliki banyak opsi untuk menempatkan jenis pola asuh tersebut di situasi yang tepat. Tapi nyatanya, beberapa penerapan pola asuh kurang mampu ditempatkan pada situasi yang tepat, khususnya pada optimalisasi pembelajaran individu.

Pembelajaran yang dimaksud berfokus pada hasil akhir yang diterima individu berupa prestasi belajar yang berbentuk IP atau IPK.

Penerapan pola asuh yang berbeda ditiap keluarga memicu berbagai respon, baik itu positif maupun negatif. Kebanyakan, penempatan pola asuh yang kurang tepat memicu respon negatif tersebut. Tapi, hal tersebut tidak bisa menjadi patokan karena penerapan pola asuh tak hanya bergantung pada satu anggota keluarga, melainkan ada faktor-faktor lain.

Pola asuh demokratis nyatanya memberi dampak cukup positif pada prestasi belajar seseorang. Rosada (2019) dalam jurnalnya menjabarkan, pola asuh demokratis memiliki kontribusi positif dalam mempengaruhi prestasi belajar sebesar 0,301 yang dihitung menggunakan uji R Square. Hal tersebut juga didukung oleh Hidayati (2022), dimana pada penelitiannya anak dengan pola asuh demokratis memiliki prestasi belajar yang cukup tinggi, karena anak berinteraksi dengan orangtua, berdiskusi dan memberikan pemahaman yang diselingi dengan rasa tanggungjawab yang mempengaruhinya. Tetapi, hal tersebut bukanlah

(5)

sesuatu yang baku karena pola demokratis saja tidak cukup menjamin individu memiliki prestasi belajar yang baik.

Pola asuh otoriter memberikan dampak yang berbeda dengan pola asuh demokratis. Sesuai penuturan subyek D dan JN, dimana keduanya mendapatkan pola asuh otoriter yang cukup tinggi, mendapatkan dua hasil yang berbeda pada prestasi belajar mereka. Sejalan dengan penelitian Hidayati (2022), anak dengan pola asuh otoriter cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah karena orangtua memegang kendali penuh pada mereka dan saat melakukan kesalahan, hukuman yang diberikan tegas sehingga membuat anak takut dan cenderung menarik diri. Tetapi pada subyek J, pada kuesioner gform penelitian juga mendapatkan pola asuh otoriter yang cukup tinggi, malah mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi dari kedua subyek tersebut. Bahkan, J dapat menyikapi lebih baik pola asuh otoriter yang diterimanya.

Berbeda dengan kedua jenis pola asuh sebelumnya, pola asuh permisif sendiri cenderung mendapat dampak negatif pada prestasi belajar.

Pada beberapa subyek di kuesioner data awal cenderung menggambarkan dengan kurang adanya peran dari orangtua, membuat mereka malas belajar bahkan kurang peduli dengan prestasi belajar mereka yang ditunjukkan dengan nilai IPK mereka.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, hal ini menimbulkan pertanyaan pada peneliti kenapa setiap pola asuh tidak memiliki kecenderungan yang sama dalam mempengaruhi prestasi belajar. Untuk itulah, peneliti tertarik untuk mengkaji prestasi belajar ditinjau berdasarkan pola asuh orangtua.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran prestasi belajar ditinjau dari pola asuh orangtua pada mahasiswa jurusan psikologi UNJA?

2. Bagaimana gambaran prestasi belajar ditinjau berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa jurusan psikologi UNJA?

(6)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Secara keseluruhan, tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat perbedaan prestasi belajar ditinjau dari pola asuh orangtua pada mahasiswa jurusan psikologi UNJA.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar ditinjau dari pola asuh orangtua pada mahasiswa jurusan psikologi UNJA.

2. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar ditinjau berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa jurusan psikologi UNJA.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan sudut pandang keilmuan terbaru terkait pola asuh orangtua dan prestasi belajar pada mahasiswa jurusan psikologi UNJA. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar kajian dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang tentang pola asuh orangtua dan prestasi belajar.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu :

1. Perguruan tinggi, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi atau kajian terkait perbedaan prestasi belajar ditinjau dari pola asuh orangtua.

Kajian tersebut dapat digunakan sebagai patokan atau acuan dalam menyelesaikan permasalahan khususnya terkait pola asuh orangtua dan prestasi belajar pada mahasiswa jurusan psikologi UNJA.

2. Jurusan psikologi, penelitian ini dapat menjadi kajian literasi baru untuk perkembangan penelitian dan riset terkait tema pola asuh orangtua dan prestasi belajar.

3. Mahasiswa, penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan terkait pola asuh yang diterima dari orangtua mereka. Penelitian juga memberikan

(7)

informasi tentang perbedaan prestasi belajar ditinjau dari pola asuh orangtua pada mahasiswa jurusan psikologi UNJA sehingga peformansi mahasiswa dapat lebih optimal lagi termasuk pada prestasi belajarnya.

4. Orangtua, penelitian ini dapat memberikan wawasan baru terkait perbedaan prestasi belajar ditinjau dari pola asuh orangtua pada mahasiswa jurusan psikologi UNJA. Penelitian ini juga dapat menjadi acuan para orangtua dan calon orangtua terkait pola asuh yang akan mereka terapkan di keluarga mereka.

5. Peneliti, penelitian menambahkan literasi dan wawasan terbaru terkait perbedaan prestasi belajar ditinjau dari pola asuh orangtua pada mahasiswa jurusan psikologi UNJA serta sebagai dasar peneliti dalam memberikan pola asuh di keluarga kecil mereka di masa mendatang.

6. Peneliti selanjutnya, penelitian dapat digunakan sebagai kajian literasi dalam penyusunan karya tulis ilmiah pada bidang keilmuan psikologi maupun di luar bidang psikologi tentang perbedaan prestasi belajar ditinjau dari pola asuh orangtua pada mahasiswa jurusan psikologi UNJA.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan prestasi belajar ditinjau dari pola asuh orangtua pada mahasiswa jurusan psikologi UNJA. Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif. Penelitian komparatif bertujuan untuk membandingkan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda (Sugiyono, 2018).

Penelitian akan dilakukan di jurusan psikologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. Populasi pada penelitian ini yaitu mahasiswa jurusan psikologi UNJA Angkatan 2019 sampai Angkatan 2021 yang berjumlah 266 orang. Teknik sampling yang akan digunakan yaitu teknik stratified proportional random sampling. Periantalo (2016) menjelaskan bahwa stratified proportional random sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara acak dari suatu populasi dengan melihat dan mempertimbangkan tingkat atau strata pada

(8)

populasi tersebut, dimana jumlah subyek di setiap strata akan menentukan jumlah sampel yang akan digunakan. Sampel berjumlah 159 orang berdasarkan teknik sampling yang digunakan. Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu skala pola asuh orangtua.

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian ini berfokus pada permasalahan terkait perbedaan prestasi belajar ditinjau dari pola asuh orangtua pada mahasiswa jurusan psikologi UNJA.

Penelitian-penelitian terdahulu terkait pola asuh orangtua dan prestasi belajar menjadi dasar kajian referensi pada penelitian ini untuk menjaga keaslian dari penelitian. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel penelitian ini akan dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Tabel Penelitian Terdahulu

Judul Peneliti Jurnal/ Artikel/

Naskah Publikasi

Desain Penelitian

Hasil dan Kesimpulan Parenting

Styles and Academic Achievement among Malaysian Students:

Mediating Role of Parental Involvement

Mian Mian Seet, Mohtaram Rabbani, Simin Hosseinian , Ravindran Latha dan Shanthi Bavani V Rajan Mohan

Journal of Cognitive Sciences and Human Development.

Vol.8(1), March 2022

Penelitian kuantitatif komparatif.

Teknik simple random sampling.

Instrumen penelitian yaitu kuesioner variabel demografi, Parenting Style Index, dan Parenting Context Questionnaire.

Pola asuh otoritatif dan pola asuh otoriter memiliki hubungan positif dengan prestasi belajar.

Pola asuh permisif dan pola asuh neglect (lalai) tidak terlalu berhubungan dengan prestasi belajar.

Authoritative Parenting Practices dan prestasi belajar siswa SMA Negeri di Banda Aceh.

Zirlia Anggraini dan Usfur Ridha (2017)

Jurnal Psikologi Undip Vol.16 No.1 Hal. 20-31, April 2017.

Penelitian kuantitatif korelasi. Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik sampling multi stage cluster dan stratified nonproportional random

sampling.

Instrumen penelitian yaitu untuk mengukur

Terdapat hubungan positif signifikan antara authoritative parenting practices dan prestasi belajar siswa SMA Negeri di Banda Aceh.

(9)

authoritative parenting practices menggunakan skala Parenting Style Index Scale dari Steinberg dkk.

(1992), sedangkan prestasi belajar diukur

berdasarkan nilai rata-rata rapor pada semester akhir siswa.

Hubungan pola asuh

demokratis orangtua dan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.

Ulfa Danni Rosada (2019)

Jurnal Fokus Konseling, Vol. 5 No. 2 Hal. 116- 124. 2019

Pendekatan kuantitatif.

Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik non probability sampling. Data yang lengkap dan obyektif diperoleh menggunakan angket tertutup.

Terdapat hubungan antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar.

Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.

Terdapat hubungan antara pola asuh demokratis dan kecerdasan

emosional terhadap prestasi belajar.

Associations of Parenting Styles and Dimensions with Academic Achievement in children and adolescents : A Meta-analysis.

Martin Pinquart (2016)

Educational Psychology Review No. 28, Hal. 475 - 493.

2016

Menggunakan pendekatan meta analisis dengan kajian studi literatur.

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Children’s Report of Parent Behavior Inventory (CRPBI;

Schaefer, 1965),

Parenting Style Questionnaire (Lambom et al.

1991) dan Academic Achievement via Woodcock-

Terdapat hubungan antara gaya pengasuhan orangtua dengan prestasi belajar.

Penelitian yang mengkaji gaya pengasuhan beserta dimensi nya dengan prestasi belajar hendaknya dilakukan pada kurun waktu tertentu, tidak dapat dilakukan pada penelitian bertipe cross- sectional maupun longitudinal.

(10)

Johnson III Tests of Achievement (2001).

The Influence of

Authoritarian and

Authoritative Parenting on children’s academic achievement motivation : a comparison between the United States and Japan.

Akiko watabe dan David R.

hibbard (2014).

North American Journal of Psychology, Vol.

16 No. 2, Hal. 359 – 383.

Mengunakan pendekatan eksploratori.

Instrumen yang digunakan adalah Parenting Authority Questionnaire ( PAQ, 1991) dan Achievement Goal

Questionnaire (Elliot and Church, 1997)

Terdapat hubungan antara pola asuh orangtua dan prestasi belajar.

Pelajar di Negara Amerika

mendapatkan pengaruh positif dari pola asuh orangtua yang diterima terutama pola asuh otoritatif dan otoritarian.

Pada pelajar di Jepang mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi dan optimal dari tipe pola asuh otoritarian.

The influence of parenting style on academic achievement and career path

Zahra zahed zahedani, Rita rezaee, Zahra yazdani, Sina bagheri, parisa Nabeiei (2016)

Journal of advanced in Medical Education and Professionalism, Vol. 4 No. 3, Hal.

130-134

Menggunakan pendekatan korelasional.

Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik stratified random sampling.

Instrument penelitian yang digunakan yaitu Baumrind’s Parenting Style dan Moqimi’s Career Path Questionnaires

Terdapat hubungan signifikan antara pola asuh orangtua dan prestasi belajar, terutama gaya pengasuhan authoritarian.

Orangtua

mempunyai peran penting dalam mengidentifikasi bakat dan

membimbingnya.

Berdasarkan pemaparan tabel diatas, dapat diketahui beberapa persamaan dan perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan (terdahulu). Persamaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu pada bagian variabel pola asuh orangtua dan prestasi belajar, sedangkan perbedaan penelitian yang akan

(11)

dilakukan dengan beberapa penelitian terdahulu yaitu pada subyek penelitian, dimana kebanyakan pelajar SD dan SMP, dengan rentang usia masa anak-anak sampai remaja awal (7-14 tahun). Perbedaan lain yang ditemukan yaitu terdapat variabel tambahan selain pola asuh orangtua dan prestasi belajar.

Berdasarkan pernyataan yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini berbeda dari beberapa penelitian yang telah dilakukan (terdahulu) dan hasil karya dari peneliti serta menguatkan bukti keaslian dari penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yaitu : 1) Kinerja guru dalam persiapan pembelajaran di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Dalam persiapan pembelajaran guru memiliki tugas

pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.. Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja yang mereka lakukan. •

Nikki Super Tobacco menangani pengiriman rokok dari Kudus ke seluruh kantor perwakilan di Indonesia yang tersebar di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa4. Dalam

selaku Koordinator Skripsi Teknik Sipil Universitas Bina Nusantara, serta selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan yang sangat berharga.. Made

Chapman (1984) mengatakan bahwa Avecinnia spp merupakan jenis pionir di bagian depan yang menghadap ke laut dan dapat mentoleransi salinitas hingga 35 ppt, hal tersebut juga

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan strategi bermain aktif untuk meningkatkan kemampuan kosakata bahasa Inggris anak, saran-saran yang dapat digunakan

Analisa sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa konsentrasi asam fosfat, suhu aktivasi dan interaksinya berpengaruh terhadap kadar karbon terikat arang aktif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Persentase ketuntasan secara individual meningkat pada siklus I terdapat 21 siswa yang tuntas, pada siklus II terdapat 26 tuntas,