• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KERTAS TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SD INPRES PANNAMPU II KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KERTAS TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SD INPRES PANNAMPU II KOTA MAKASSAR"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KERTAS TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

INDONESIA KELAS V SD INPRES PANNAMPU II KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

ANDI ST. HARTINA SAID 4515103030

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BOSOWA

2019

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KERTAS TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA

INDONESIA KELAS V SD INPRES PANNAMPU II KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

ANDI ST. HARTINA SAID 4515103030

PROGRAM STUDIPENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA 2019

i

(3)

ii

(4)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Andi St. Hartina Said Nim : 4515103030

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Media Wayang Kertas Terhadap Keterampilan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Inpres Pannampu II Kota Makassar.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar- benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Makassar, 5 September 2019 Yang Membuat Pernyataan

Andi St. Hartina Said NIM. 45151030030

iii

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto

Apapun yang terjadi, jangan pernah menyerah pada keadaan. karena menyerah berarti kekalahan.

Persembahan

Karya ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku : Ayah : Andi Muhammad Said (Alm)

Ibu : St. Suaibah Nur, A.Ma

iv

(6)

ABSTRAK

Andi St. Hartina Said. 2019 .”Pengaruh Penggunaan Media Wayang Kertas Terhadap Keterampilan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Inpres Pannampu II Kota Makassar”. Skripsi Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bosowa Makassar. ( Dibimbing oleh Dr.Hj.A.Hamsiah,M.Pd, dan Drs. Lutfin Ahmad.

M.Hum )

Jenis penelitian ini adalah penelitian exsperimen yang didesain dengan pre-test dan post-test, yaitu memberikan tes sebelum adanya perlakuan, kemudian memberikan tes setelah adanya perlakuan dengan menggunakan media wayang kertas. Perlakuan di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media wayang kertas terhadap keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Inpres Pannampu II berpengaruh positif terhadap keterampilan berbicara peerta didik.

Sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas V sebanyak 25 orang. Penelitian dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes lisan yang dianalisis dengan statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Data yang diperoleh dianalisis juga dengan menggunakan rumus uji-t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan media wayang kertas terhadap keterampilan berbicara peserta didik kelas V SD Inpres Pannampu II. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung˃ttabel

yaitu (21,4˃2,06) maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara penggunaan media wayang kertas terhadap hasil

belajar murid.

Kata Kunci : Media, Wayang Kertas, Keterampilan, Berbicara

v

(7)

ABSTRACT

Andi St. Hartina Said. 2019. The Influence of the Use of Paper Puppet Media on Speaking Skills in Indonesian Subjects Class V SD Inpres Pannampu II Makassar City. Thesis Department of Primary School Teacher Education (PGSD) Faculty of Teacher Training and Education Bosowa University Makassar. (Supervised by Dr.Hj.A.Hamsiah, M.Pd, and Drs. Lutfin Ahmad. M.Hum)

This type of research is an experimental study designed with pre-test and post- test, which provides tests before the treatment, then provides tests after treatment using paper puppet media. The treatment was carried out with the aim to determine the effect of the use of the paper puppet media on speaking skills in Indonesian subjects in grade V SD Inpres Pannampu II had a positive effect on students' speaking skills.

The sample of this study were 25 class V students. The study was conducted as many as 3 meetings. Data collection techniques used in this study were test techniques analyzed with descriptive statistics and inferential statistical analysis.

The data obtained were also analyzed using the t-test formula.

The results showed that there was an influence of the use of paper puppet media on the speaking skills of fifth grade students of SD Inpres Pannampu II. This can be seen based on the t-test results obtained thitung thttabel (21.4˃2.06) then H1 is accepted and H0 is rejected. Thus, it can be concluded that there is a significant positive relationship between the use of paper puppet media on student learning outcomes.

Keywords: Paper Puppet Media, Speaking Skills

vi

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah Swt, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Wayang Kertas Terhadap Keterampilan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Murid Kelas V SD Inpres Pannampu II Kota Makassar”. yang dirampungkan dalam memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.

Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa.

Skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Bosowa, Prof. Dr. Ir. H. M. Saleh Pallu, M.Eng, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Bosowa.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Dr. Asdar, S.Pd.

M.Pd., yang telah membina dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Wakil dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Hj. St. Haliah Batau, S.S., M.Hum., yang telah membina dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

vii

(9)

4. Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Dr. Hj. A.

Hamsiah, M.Pd., yang telah membina dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ketua Program Studi, Nursamsilis Lutfin, S,S., S.Pd., M.Pd., yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Dosen Pembimbing I, Dr. Hj. A. Hamsiah, M.Pd., dan Dosen Pembimbing II, Drs. Lutfin Ahmad, M.Hum., yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Dosen Penguji I, Dr. Asdar, S.Pd. M.Pd., dan Dosen Penguji II, Fatimah Az-Zahrah N. S.Pd., M.Pd., yang telah memberikan kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini.

8. Kepala SD Inpres Pannampu II, Hj. Suharni, S.Pd., yang telah memberikan izin penelitian.

9. Guru wali kelas V SD Inpres Pannampu II, Irmawati, S.Pd., yang membantu dalam pelaksanaan penelitian.

10. Spesial Buat Ibunda St. Suaibah, A.Ma dan Ayahanda Andi Muhmmad Said (Alm) tercinta, yang selalu menyertaiku dalam doa mereka dan selalu memberi semangat pada penulis dalam menghadapi hidup ini.

11. Saudara-saudaraku dan seluruh keluarga tercinta, yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam menyusun skripsi ini.

12. Rekan-rekan seperjuangan selama menempuh pendidikan di Universitas Bosowa, Rusni, Sarmia, Grace Indah Sari, dan Sriwahyuti yang senantiasa memberi dukungan dan masukan yang bermanfaat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

13. Peserta Didik Kelas V SD Inpres Pannampu II yang menjadi subjek penelitian.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, semoga

viii

(10)

Allah Swt. akan selalu memberi rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.Amin…!

Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan Skripsi, memohon maaf sebesar-besarnya. Akhir kata, bahwa segala apa yang direncanakan dapat terlaksana hanya dengan usaha keras dan bertawakkal serta menyadari bahwa kesuksesan akan di dapatkan bagi selalu bekerja keras dan bertawakkal. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak meskipun masih banyak kekurangan.

WassalamuAlaikumWarahmatullahiWabaraqatuh

Kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat dan masukan bagi pembaca

Makassar, Juli 2019

Andi St. Hartina Said

ix

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Teori ... 9

B. Penelitian yang Relevan ... 33

C. Kerangka Pikir ... 34

D. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 36

B. Lokasi dan waktu Penelitian ... 36

x

(12)

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

D. Variabel dan definisi operasional variabel ... 38

E. Teknik pengumpulan data ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Teknik analisis data ... 43

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... .5

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 59

RIWAYAT HIDUP ... 80

xi

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sampel murid kelas V SD Inpres Pannampu II ... 37

Tabel 3.2 Lembar Observasi ... 39

Tabel 3.3 Rentang nilai dari kategori berbicara siswa ... 44

Tabel 4.1 Hasil Observasi aktivitas siswa ... 47

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Proses Belajar Mengajar Siswa ... 50

Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa ... 51

Tabel 4.4 Analisis Tingkat Penguasaan Materi pretes dan postest ... 51

xii

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 35

xiii

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar absen siswa kelas V ... 59

Lampiran 2 Pengkategorian keterampilan berbicara Pretest dan Posttest ... 60

Lampiran 3 Lembar observasi penilaian Pretest dan Postest ... 61

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 64

Lampiran 5 Dokumentasi selama penelitian ... 75

xiv

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami tantangan yang cukup berat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kehidupan dalam dunia pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan yang terjadi karena rendahnya kualitas pembelajaran yang tidak pelak lagi telah berimplikasi terhadap kualitas sumberdaya manusia yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan itu.

Berbicara soal kualitas pendidikan tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran di ruang kelas. Pembelajaran di ruang kelas mencakup dua aspek penting yakni guru dan siswa. Guru mempunyai tugas mengajar dan siswa mempunyai tugas belajar. Mengajar adalah mengomunikasikan sesuatu kepada seseorang atau sekelompok orang dengan maksud agar mengetahui atau mengerti apa yang diajarkan oleh guru kepadanya (Depdikbud dalam Suka,1982:18).

Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antarindividu dengan lingkungannya (Hamalik,1990:4)

Media sebagai salah satu komponen dalam sisitem itu mempunyai fungsi sebagai sarana komunikasi non-verbal. Sebagai salah satu sistem, berarti media mutlak harus ada atau harus dimanfaatkan di dalam setiap pembelajaran.

Dikatakan demikian sebab jika salah satu komponen itu tidak ada,hasil yang diperoleh tidak akan maksimal.

1

(17)

Guru dalam pembelajaran di sekolah mampu berkomunikasi dan menyampaikan pesan dengan menggunakan media pembelajaran atau seluruh komponen sistem dalam pembelajaran secara efektif maka hasil belajar siswa akan tercapai secara optimal. Namun, apa yang diharapkan secara ideal dalam uraian di atas dan jika dikaitkan dengan realitas dilapangan, khususnya dalam proses pembelajaran pada jenjang pendidikan sekolah dasar masih sangat jauh dari yang diharapkan

Secara realisistis pada jenjang pendidikan sekolah dasar ada kecendrungan pada guru masih terpaku pada pendidikan verbal dengan metode ceramah tanpa media untuk mengomunikasikan materi pelajaran kepada peserta didik. Dalam proses pembelajaran, baik siswa maupun guru sama-sama memerlukan media agar kebutuhan yang beragam dari kurikulum dan siswa secara individual dapat terpenuhi melalui pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pada hakikatnya, seluruh kegiatan pengajaran bahasa Indonesia dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, setiap guru akan melaksanakan kegiatan mengajar terlebih dahulu harus memahami tujuan pengajaran bahasa Indonesia dan memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana anak belajar dan menyesuaikan dirinya dan kondisi belajar dalam lingkungannya. Hal tersebut akan menambah pemahaman dan wawasan pengajar sehingga memungkinkan proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan optimal. Karena pengetahuan tentang kejiwaan anak yang berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi kepada peserta didik sehingga mau dan mampu belajar

(18)

dengan sebaik-baiknya untuk mencapai keberhasilan dan tercapainya tujuan pendidikan, seperti yang tercantum di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Ada empat kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didikya itu standar kompetensi mendengarkan, standar kompetensi berbicara,

standar kompetensi membaca, dan standar kompetensi menulis.

(Depdiknas, 2006:22)

Pada hakikatnya pengajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut memiliki keterkaitan hubungan antara satu dengan yang lain. Salah satu prinsip dasar bahasa yaitu sebagai suatu cara atau alat untuk berkomunikasi dan kemampuan berkomunikasi banyak dilakukan dari keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara juga merupakan keterampilan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, keterampilan berbicara juga merupakan keterampilan yang paling banyak digunakan untuk mengungkapkan ekspresi ekpresi tertentu terhadap sesuatu.

Berbicara pada dasarnya apa yang ada di hati. Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dengan peserta didik dalam suatu pendidikan untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode dalam pembelajaran. Pada pelajaran bahasa Indonesia hanya dilakukan dengan meminta peserta didik berdiri di depan kelas untuk berbicara, misalnya bercerita atau berpidato. Peserta didik yang lain diminta untuk mendengarkan dam memperhatikan. Akibatnya, pengajaran berbicara kurang menarik.

(19)

Prestasi belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Indikasi dimungkinkan karea faktor belajar siswa yang kurang efektif, bahkan siswa sendiri tidak merasa termotivasi di dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Hal itu menyebabkan siswa kurang atau bahkan tidak memahami materi yang bersifat sukar yang diberikan oleh guru tersebut.

Kecendrungan pembelajaran yang kurang menarik ini merupakan hal yang wajar di alami oleh guru yang tidak memahami kebutuhan dari siswa tersebut baik dalam karakteristik maupun dalam pengembangan ilmu. Dalam hal ini peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik bukan hanya pembelajaran berbasis konvensional. Pembelajaran yang baik dapat dihitung dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antar guru, siswa dapat berjalan dengan baik

Hasil observasi dan melihat kenyataan lapangan, diduga ditemukan adanya siswa yang masih malu-malu dan ragu-ragu dalam mengucapkan kata-kata atau kalimat kalimat berbahasa Prancis di depan kelas. Dari faktor tersebut, menyebabkan siswa tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa Prancis khususnya pada keterampilan berbicara. Hal ini dikarenakan siswa masih takut dan tidak percaya diri apabila salah dalam berbicara atau mengucapkan kata atau kalimat dalam bahasa Indonesia. Data yang diperoleh dari tes ulangan harian memperlihatkan bahwa skor rata-rata peserta didik hanya 60 dari skor ideal 100.

Kriteria Ketuntasan Miniml (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah tersebut

(20)

adalah 70. Ini meyatakan bahwa hasil belajar peserta didik masih berada di bawah standar ketuntasan minimal yang diharapkan.

Rendahya kemampuan berbicara pada peserta didik V SD Inpres Pannampu II Kecamatan Taallo tidak terlepas dari peserta didik yang kurang merealisasikan atau menggabungkan materi dengan kondisi nyata di masyarakat. Hal ini terjadi karena kurangnya penggunaan media dalam proses pembelajaran

Di samping masalah tersebut di atas, permasalahan penggunaan media yang masih konvensional seperti buku dan papan tulis oleh guru juga menyebabkan siswa-siswa merasa bosan dan kurang berminat pada pelajaran. Penggunaan media wayang kertas itu sendiri belum pernah digunakan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dengan menggunakan media wayang kertas ini, selain memberikan pengalaman bagi guru SD Inpres Pannampu II untuk menggunakan variasi media pengajaran, diharapkan siswa mampu belajar berbicara di depan kelas dengan senang dan tanpa takut dan percaya diri. Selain itu media wayang kertas juga dapat menarik daya kreativitas anak dalam berkreasi pada setting dan tokoh-tokoh sesuai dengan minat mereka masing-masing karena dibuat dengan konsep kartun yang biasanya banyak disukai oleh anak-anak.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan dapat di identifikasi sebagai berikut.

1. Cara mengajar guru msih konvensional,

2. Guru selalu menggunakan metode ceramah dan jarang menggunakan media yang menarik.

(21)

C. Pembatasan Masalah

Agar penulis lebih terarah, penulis membatasi masalah yang akan diteliti berdasaran identifikasi masalah yaitu efektivitas penggunaan media pembelajaran wayang kertas dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada mata peajaran bahasa Indonesia kelas V SD Inpres Pannampu II Kecamatan Tallo Kota Makassar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu apakah media pembelajaran wayang kertas berpengarh terhadap keterampilan berbicara peserta didik kelas V SD Inpres Pannmpu II Kecamatan Tallo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan,penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengaruh penggunaan media wayang terhadap keterampilan berbicara peserta didik kelas V SD Inpres Pannmpu II Kecamatan Tallo.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian dihrapkan dapat memberi manfaat dalam dunia pendidikan,khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Beberapa manfaat yang dapat dperoleh:

a. Manfaat teoretis

Penelitian ini dapat berkontribusi terhadap kreativitas dalam pembuatan dan penggunaan media pengajaran dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

(22)

b. Manfaat Praktis 1) Bagi Siswa

a) Dengan media wayang kertas, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia peserta didik SD Inpres Pannampu II.

b) Selain sebagai sarana menuangkan kerativitas peserta didik juga menjadi wadah untuk menuangkan hobi dan kesukaan dalam bentuk media pembelajaran.

c) Meningkatkn kerjasama antar teman dalam kelas dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas.

2) Bagi guru

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru, terutama pada mata pelajaran bahasa Indonesia untuk menggunakan media wayang kertas sebagai variasi dalam penggunaan media pembelajaran keterampilan berbicara.

3) Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman bagi peneliti tentang penggunaan media wayang kertas dalam keterampilan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia.

4) Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penggunaan media wayang kertas pada pelajaran bahasa Indonesia, baik untuk pembelajaran microteaching atau saat PPL di sekolah.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembahasan Teori 1. Media

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

„tengah‟ „perantara‟ atau „pengantar: (Azhar Arsyad:3). Secara terminlogi, kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang artinya perantara, sedangkan dalam bahasa Arab media berasal dari kata (ل ئاس و) artinya pengantar pesan dari pengirim pada penerima pesan (Hamid, 2008:168). Sementara menurut Brezt (dalam Indriana, 20:55), media pembelajaran itu mempunyai lima bentuk dasar informasi yaitu suara, gambar, cetakan, grafik, garis, dan gerakan.

Boove (Sanaky, 2009:3), media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Penggunaan media dalam proses pembelajaran cukup penting. Hal ini dapat membantu para siswa dalam mengembangkan imajinasi dan daya pikir. Dalam pengertian yang lebih luas media pembelajaran adalah alat, metode, dan tehnik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran di kelas.

Gerlach dan Ely (1971) mengatakan, “Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.”

Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

8

(24)

Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

AECT (Assosiation of Education and Communication Technologi, 1997)memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media-yng sering diganti dengan kata mediator- menurut Flemming (1987:234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya.

Fungsi dan peran mediator yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dalam isi pelajaran. Di samping itu, meditor dapat pula mencerminkan pengertian setiap sistem peralatan paling canggih-dapat disebut sebagai media. Heinich dkk (1982), istilah medium adalah perantara yang mengantarkan informasi antara sumber dan penerima.

Sementara itu, Gagne dan Briggs (1975), secara impilist mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder,film, slide(gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televise, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

National Education Association mendefinisikan media sebagai bentuk komunikasi, baik tercetak maupun audio visual, dan peralatannya. Dengan

(25)

demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa media sering diidentikkan dengan berbagai jenis perlatan atau sarana untuk menyajikan pesan. Namun, dalam hal ini yang terpenting bukanlah peralatannya, melainkan pesan belajar yang dibawa oleh media atau guru yang memanfaatkannya.

b. Jenis Media

Ada banyak jenis media yang digunakan dalam penyampaian informasi pembelajaran . setiap jenis media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

Menurut Djamarah (2006:124), media dapat digolongkn berdasarkan jenisnya.

1) Media Audif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, dan piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau yang mempunyai gangguan dalam pendengaran.

2) Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media Visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukiasan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun. Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, media ini dibagi lagi menjadi:

a) Audiovisual diam yakni media yang menampikan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides).

(26)

b) Audiovisual gerak yaitu media yang dapat menampilkan suara dan gambar yang bergerak seperti film suara.

Menurut Heinich (Asnawir 1996:3) jenis media yang lazim dipergunakan dalam pembelajaran antara lain:

1) Media Visual

Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera pengelihatannya.

2) Media Audio

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan peserta didik untuk mempelajari bahan ajar.

3) Media Audiovisual 4) Media Cetak.

5) Media Berbasis Computer 6) Media Pajang

7) Media Benda Konkret

Ibrahim dan Syaodih (2003:119) menyatakan bahwa media benda kongkret adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu.

c. Tujuan Media Pembelajaran

Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah sebagai berikut.

(27)

1. Mempermudah proses pembelajaran di kelas.

2. Meningkatkan efisiensi dalam proses pembelajran.

3. Menjaga relevansi antara materi pelajaran dan tujuan belajar.

4. Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.

d. Manfaat media Pembelajaran

Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran,sebagai berikut.

1) Pembelajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya 2. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah aktivitas mental yang terjdi karena adanya interaksi aktif antara individu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relatif,tetapi pada aspek-aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif perubahan tersebut dapat berupa sesuatu yang sama sekali baru atau penyempurnan peningkatan dari hasil belajar yang diperoleh (Mappasoro, 2006:2) Menurut Arsa (2015:1) Belajar adalah terminologi yang menggambarkan suatu proses perubahan melalui pengalaman. Proses tersebut mempersyaratkan perubahan yang relatif permanen berupa sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan melalui pengalaman.

Belajar pada umumnya melibatkan dengan lingkungan eksternal dan diduga belajar itu terjadi bila terjadi suatu perubahan atau modifkasi perilaku terjadi,

(28)

perubahan itu tetap (Ajeg) dalam masa yang relatif lama dalam masa kehidupan individu.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, secara etimologi belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.

Sementara itu, menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Di sini yang dipentingkan adalah pendidikan intelektual. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi aspek pribadi.

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Belajar sangat kompleks dengan bermacam-macam kegiatan seperti mendengar, mengingat, membaca, berbuat sesuatu serta menggunakan pengalaman. Dengan penelaan uraian di atas,dapat dipahami makna kata hasil dan belajar. Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil dan proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam diri individu.

Memperoleh pengertian belajar secara objektif dan lengkap,perlu dikemukakan beberapa pendapat dari para ahli yang telah memberikan definisi tentang belajar. Margaret E.Belt Gredler dalam Arsa (2015:1 mengatakan bahwa

(29)

belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai dalam masa kecil, sejak bayi sudah dilatih hal-hal yang kecil seperti memegang botol susu,mengenal ibunya dengan mengucapkan kata

“mama”. Selama masa kanak menuju masa remaja diperoleh berbagai sikap, tingkah laku, keterampilan, hubungan sosial masyarakat, dan berbagai kecakapan mata pelajaran di sekolah.

Lester D. Crow and Alice Crow dalam Arsa (2015:1) mengatakan bahwa belajar adalah suatu yang diperoleh dari kebiasaan, pengetahuan, dan sikap termasuk cara baru untuk melakukan suatu dan upaya-upaya seseorang dalam mengatasi kendala atau menyesuaikan pada situasi baru.

Skinner dalam Arsa (2015:2) memberikan definisi belajar learning is a process of progressive behavio adaption, yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.

b. Pinsip Belajar

Menurut Suprijono (2009: 4-5), prinsip-prinsip belajar terdiri dari tiga hal.

Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental, yaitu perubahan yang disadari.

2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

4) Positif atau berakumulasi.

5) Aktif sebagi usaha direcanakan dan dilakukan.

(30)

6) Permanen atau tetap, sebagaimana ikatakan oleh Wittig, belajar sebagai

“any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that accurs as a result of experience”.

7) Bertujuan dan terarah

8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena dorongan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.

Pengalaman pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dan lingkungannya. William Burton mengemukakan, “Situasi belajar yang baik terdiri dari serangkaian pengalaman belajar yang kaya dan beragam yang disatukan di sekitar tujuan yang mematikan dan dijalankan di lingkungan dengan lingkungan yang kaya dan propokatif. ”(Suprijono, 2009: 5).

c. Tujuan Belajar

Menurut Suprijono (2009: 5), tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional yang dinamakan instructional effects, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sebliknya tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional disebut nurturant effect.

Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima oranglain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu.

(31)

3. Media Wayang

Media wayang adalah media pembelajaran yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran, yang dibuat menyerupai wayang kulit dan terbuat dari gambar tokoh dalam cerita yang ditempel di atas karton atau kardus dan diberi gagang. Dalam penerapannya media pembelajaran wayang, tentu guru harus mengetahui konsep rancangannya. Bisa dalam skala yang sudah sampai penelitian, atau sekadar mengetahui konsepnya saja. Akan tetapi, hal itu akan semakin mantap jika guru bisa mengembangkan media pembelajran berbasis wayang. Sudah lazim semua guru mendengar apa itu media pembelajaran. Akan tetapi,jika sudah media pembelajaran berbasis wayang, tentu akan berbeda, karena benaknya pasti konsepnya adalah puppet atau wayang seperti pementasan pada umumnya. Padahal wayang jika dijadikan media pembelajaran sangat luas, bisa berupa kardus, bahkan rumput atau suket, juga kertas, atau wayang sungguhan seperti yang dimainkan para dalang mulai dari wayang golek, wayang kulit,dan lain sebagainya.

Selama ini, media hanya dikonsep dan dekat dengan media-media pembelajaran modern, padahal secara luas, media menjadi embrio pengembangan media, termasuk juga media berbasis wayang. Wayang sebagai salah satu khazanah budaya di negeri ini, harus dijaga sebagai salah satu wujud menjaga budaya leluhur.

Di dalam konteks media, perlu dipahami secara luas, artinya media tidak sekedar media digital, berbasis siber, game atau media berbasis aplikasi. Namun lebih pada interaktif, bermuatan karakter dan di sini juga bisa mempertahankan

(32)

kebudayaan Indonesia.

Wayang dapat diartikan sebagai bayangan atau samar-samar yang bergerak sesuai lakon yang dihidupkan oleh dalang. Wayang juga dapat didefinisikan sebagai tiruan orang, benda bernyawa, dan benda lainnya yang terbuat dari bahan kulit, kayu, kain, karton dan kertas bergambar tokoh, serta rumput dan latar panggung yang digunakan untuk mementaskan atau memerankan yang diperagakan oleh seorang dalang. Jenis wayang bermacam-macam antara lain: (1) wayang kulit, (2) wayang golek, (3) wayang beber, (4) wayang kancil, dan sebagainya (Septa, dkk. 2010: 2). Wayang kertas adalah suatu media yang terbuat dari kertas berbentuk tokoh-tokoh yang didemonstrasikan oleh seorang guru sebagai alat pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara siswa. Dengan menggunakan berbagai variasi media pembelajaran seperti wayang kertas, diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan jenis wayang, wayang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari wayang kancil yang terbuat dari bahan kertas yang dibentuk menjadi karakter binatang-binatang. Wayang ini terbuat dari bahan karton atau kardus yang ditempeli gambar atau tokoh cerita. Gambar tokoh yang ada dalam cerita ditempelkan dalam karton atau kardus kemudian dibentuk sesuai dengan gambar tokoh cerita. Gambar tokoh yang ada dalam cerita kemudian diberi tangkai dari kayu agar mudah dipegang dan digerakkan.

a. Kriteria Pemilihan Media Wayang

Salah satu kriteria yang sebaiknya digunakan dalam pemilihan media

(33)

adalah dukungan terhadap isi bahan pembelajaran dan kemudahan memperolehnya. Apabila media yang sesuai belum tersedia,guru berupaya untuk mengembangkannya sendiri (Arsyad, 2011: 105). Seels dan Glasgow dalam Arsyad (2011: 33-35) membagi media pembelajaran menjadi dua kategori, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir.

a) Pilihan media tradisional adalah: (1) media visual diam yang diproyeksikan, (2) media visual yang tak diproyeksikan, (3) media audio, (4) media penyajian multimedia, (5) media visual dinamis yang diproyeksikan (6) media cetak, (7) media permainan, dan (8) media realia.

b) Pilihan media teknologi mutakhir adalah: (1) media berbasis telekomunikasi, (2) media berbasis mikroprosesor, meliputi computer- assisted instruction, permainan komputer, sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia, dan video compact disc.

Menurut Daryanto (2010: 19) media pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik jenis media,sebagai berikut.

1) Media pembelajaran dua dimensi Media dua dimensi adalah sebutan umum untuk alat peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar. Media pembelajaran dua dimensi meliputi grafis, media bentuk papan, dan media cetak yang penampilan isinya tergolong dua dimensi.

2) Media pembelajaran tiga dimensi. Media pembelajaran tiga dimensi ialah sekelompok media proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga

(34)

dimensional yang dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun benda mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Yang termasuk dalam media pembelajaran tiga dimensi adalah belajar benda sebenarnya melalui widya wisata, belajar benda sebenarnya melalui specimen, belajar melalui media tiruan, peta timbul, dan boneka.

Hingga saat ini, telah banyak media pembelajaran yang diciptakan dan kemudian dikembangkan guna meningkatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam penelitian ini, peneliti memilih media wayang kertas sebagai salah satu media pembelajaran khususnya pelajaran Bahasa Indonesia. Pemilihan media ini dinilai mengandung unsur seni budaya yang sudah melekat pada kesenian tradisional di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Selain itu,pemilihan media ini dimodifikasi sedemikian rupa agar tetap menarik siswa dan memotivasi siswa dalam pembelajaran.

Seni Pewayangan merupakan salah satu bentuk seni budaya klasik tradisional bangsa Indonesia yang telah berkembang sejak dahulu dan merupakan salah satu warisan budaya bagi bangsa Indonesia. Pertunjukkan wayang juga dahulunya merupakan salah satu cara para Wali menyebarkan pengaruh Islam di Indonesia. Para Wali menciptakan wayang dan alat-alat pewayangan dengan maksud mendakwahkan Islam. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa wayang adalah salah satu media para Wali mengajarkan ajaran Islam melalui cerita-cerita dari tokoh-tokoh yang diangkat dalam pewayangan sebagai penggambaran tokoh yang dapat dijadikan tauladan

(35)

yang baik bagi para pendengarnya.

Di Indonesia wayang dikenal dengan macam-macam bentuknya, seperti wayang kulit, wayang wong, wayang Purwa, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, wayang kertas merupakan media yang dibuat dengan konsep wayang dan menggunakan kertas.

Media wayang kertas merupakan salah satu contoh media pembelajaran dua demensi dalam kategori media tradisional yang berbentuk media visual karena bentuknya merupakan gambar atau foto sebagai wujud tokoh wayang. Selain itu,media wayang kertas termasuk dalam media permainan karena terdapat simulasi atau pemeragaan dalam memainkan wayang kertas. Media wayang kertas juga merupakan media yang digunakan dengan tujuan untuk sebuah demonstrasi (pada kerucut pengalaman Dale), yaitu percontohan atau untuk sebuah pertunjukan. Pada pembelajaran bahasa, guru dihadapkan pula pada suatu kompetensi yang memerlukan suatu peragaan. Misalnya,pada kompetensi “bercerita dengan alat peraga” dapat dikembangkan melalui kegiatan peragaan dengan menghadirkan wayang atau boneka yang digunakan untuk menceritakan suatu kisah sebagai medianya. Cara tersebut merupakan wujud dari cara demonstrasi (Suryaman, 2012: 130).

Pembuatan tokoh wayang-wayang kertas sangatlah mudah dan praktis. Hal ini dikarenakan tokoh yang digunakan dalam media adalah tokoh-tokoh animasi ataupun tokoh-tokoh kartun yang disesuaikan dengan tokoh kesukaan siswa. Dipilihnya konsep tokoh yang berbeda dari konsep

(36)

wayang itu sendiri seperti tokoh-tokoh Mahabarata dan Ramayana agar siswa tertarik untuk belajar. Tokoh- 27 tokoh kartun ini seperti halnya komik yaitu berhubungan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan. Sanaky (2009: 86) menambahkan kemampuan media kartun sangat besar sekali pengaruhnya, yaitu menarik perhatian dan mempengaruhi sikap maupun tingkah laku yang melihatnya. Kartun juga menggunakan simbol-simbol komunikasi yang karakternya mudah dikenal, mudah dimengerti secara cepat, dan sifatnya familier dengan situasi dan kondisi yang telah dikenal.

Media wayang kertas dapat menghilangkan rasa stres dan memberikan rasa senang ketika sedang belajar. Siswa dapat memilih tokoh kesukaan mereka dan hanya memeragakan tokoh-tokoh tersebut dengan gaya mereka sendiri dan menggunakan bahasa Prancis sederhana dengan tema la vie scolaire atau kehidupan sekolah.

b. Rancangan Media Wayang

Penggunaan media dalam pembelajaran sangat penting. Selain memudahkan guru dalam menyampaikan materi, media juga dapat menarik semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Oleh sebab itu menggunakan media dalam pembelajaran memberi peran besar dalam mencapai tujuan pembeajaran yang telah tertulis dalam silabus. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Tessa Jolls dan Denise 2005: “Sebelum guru dapat mengajar mata pelajaran seperti literasi dan seni media, mereka harus terlebih dahulu mengembangkan pemahaman dan keterampilan pengetahuan. Pengembangan profesional dan paraktek yang

(37)

konsisten diperlukan agar guru percaya diri dan sukses”

Pernyataan di atas, menegaskan bahwa sebelum mengajar tentang media huruf dan seni para guru harus dapat mengembangkan pemahaman pengetahuan dan keterampilan. Penegmbangan keprofesionalan dan keyakinan untuk selalu berlatih sangat dibutukan agar lebih percaya diri dan sukses dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sadiman (2009:99-187) juga menjelaskan langkah-langkah pengembangan media adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Rancangan

Urutan dalam mengembangkan program media itu dapat diutarakan sebagai berikut:

a) Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa

Dalam proses belajar mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang diinginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang.

b) Perumusan Tujuan

Dalam proses belajar mengajar, tujuan instruksional merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu.

Dengan tujuan seperti itu, baik guru maupun siswa dapat mengetahui dengan pasti perilaku apa yang harus dapat dilakukan siswa setelah proses instruksional selesai.

c. Kelebihan dan Kekurangan Media Wayang

Kelebihan media wayang kertas sebagai sebuah media pembelajaran

(38)

adalah sebagai berikut.

a) Siswa menjadi lebih terhibur dalam belajar di kelas.

b) Media yang lebih menarik dan variatif menciptakan suasana kelas yang tidak membosankan.

c) Dorongan untuk berpartisipasi aktif dalam mengekspresikan ide-ide dalam pernyataan lisan dengan memerankan tokoh masing-masing untuk berlatih berkomunikasi tanpa rasa takut dan malu.

d) Siswa bebas berekspresi dalam berbicara tanpa malu-malu karena siswa teralihkan pada media wayang kertas.

Kekurangan media wayang kertas dan solusi untuk mengurangi kekurangan tersebut adalah sebagai berikut.

a) Media wayang kertas rentan terhadap air. Oleh karena itu,diusahakan untuk meletakkan media ini jauh dari jangkauan air. Untuk menyiasati kekurangan tersebut adalah dengan melaminating gambar-gambar yang terbuat dari kertas tersebut agar tidak mudah basah.

b) Pada penelitian ini, media wayang kertas tidak dapat digunakan oleh semua siswa untuk berlatih di kelas kerena keterbatasan waktu pelajaran, jumlah siswa di kelas, dan waktu penelitian. Untuk mengurangi kekurangan tersebut, penggunaan media ini harus dilakukan secara berkelanjutan oleh siswa di rumah atau dengan kata lain siswa dapat membuat media ini sendiri dan berlatih sendiri di rumah agar memperoleh hasil yang maksimal. Selain itu, guru juga dapat menggunakan media wayang kertas ini sebagai media yang disesuaikan untuk melanjutkan

(39)

pelajaran berikutnya.

4. Berbicara

a. Pengertian Berbicara

Tarigan (2008: 15) mengemukakan bahwa berbicara (speech) merupakan suatu bagian integral dari keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak sosial dan pendidikannya.

Pengetahuan mengenai ilmu atau teori berbicara akan sangat bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta keberhasilan seni atau praktik bicara. Itulah sebabnya diperlukan pendidikan berbicara (speech education). Senada dengan pendapat Henry,RusticaC.Carpio dan Anacleta M. Encarnacion (2005: ix) mengungkapkan bahwa berbicara adalah bagian dari kehidupan normal manusia, sebuah alat, sebagaimana adanya, bagi interaksi dan saling memengaruhi antar sesama manusia. Dengan kata lain,kegiatan berbicara merupakan alat manusia yang palingg langsung untuk saling memahami, sebuah alat utama manusia untuk bergaul dengan sesama.

Brown (1983: 140) menyoroti bahwa kegiatan berbicara adalah alat untuk menyampaikan pendapat, perasaan, dan ide dengan aktivitas artikulasi dan bunyi yang memberikan konstruksi kreatif dalam linguistik. Sementara itu, Djago Tarigan (1993: 150) menuturkan bahwa kegiatan berbicara meliputi berbicara adalah proses individu berkomunikasi. Berbicara adalah kegiatan resiprokal, berbicara adalah ekspresi kreatif, berbicara adalah tingkah laku, berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari, berbicara distimuli oleh pengalaman, berbicara adalah alat untuk memperluas cakrawala, dan berbicra mensyaratkan kemmpuan

(40)

linguistik dan linkungan serta berbicara adalah pancaran kepribadian. Dengan menimbang konsep dasar berbicara ini, berbicara adalah salah satu jenis kompetensi berbahasa. Ada tiga kategori dalam kompetensi berbicara, yaitu pengetahuan tentang fakta atau prosedur, keterampilan kognitif atau perilaku, dan ciri pembawaan individu atau karakteristik personal. Oleh karena itu, kompetensi berbicara adalah sesuatu yang dapat dipelajari, diajarkan, dibelajarkan.

Berbicara sesunguhnya merupakan kemampuan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan (Widdowoson,1978:59). Brown dan Yule (1983:2) menyatakan bahwa berbicara dapat dimaknai sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan. Senada dengan pendapat tersebut, Nurgiantoro (2001:

276) menyatakan bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, setelah mendengarkan. Berbicara merupakan suatu kemampuan mengucapkan kata-kata (bunyi artikulasi) yang diekspresikan untuk menyampaikan buah pikiran atau gagasan.

Slamet (2008: 31) menambahkan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang umum dalam masyarakat. Sependapat dengan argumen sebelumnya berbicara merupakan aktivitas komunikasi yang mengharapkan hubungan antara penutur selaku pembicara dan penanggap tutur selaku pendengar.

Sebagai salah satu bentuk aplikasi berbicara mahasiswa adalah membawakan acara berita televisi sebagai penutur harusnya memiliki kemahiran dalam berkomunikasi, agar pesan yang diterima oleh pemirsa dapat diserap dengan baik.

Sejalan dengan larasnya komunikasi dan aplikasinya para pakar komunikasi

(41)

seperti Weaver 1949 mengemukakan bahwa komunikasi adalah semua prosedur dimana pikiran seseorang bisa mempengaruhi orang lain. Anderson (1959) juga menambahkan bahwa komunikasi adalah proses di mana kita memahami dan dipahami orang lain, berjalan dinamis terus berubah dan berganti bergantung situasi terkait. Komunikasi merupakan hal pada transmisi pesan verbal, eksplisit, dan internsional, tetapi juga meliputi segala proses di mana seseorang memengaruhi yang lain, yang secara tegas dikemukakan oleh Ruesch dan Bateson (1961 (dalam Santoso dan Setiansah)).

Suhandang (2008:33) menambahkan bahwa proses berbicara merupakan bagian dari ilmu retorika yang berisi penuturan kata-kata dalam bentuk lisan dan tertulis. Hal tersebut menyiratkan bahwa dalam proses komunikasi itu, telah dijelaskan dalam al Quran (Surah ke-95:1-8) berisi bahwa “maka manusia pun diciptakan dengan dibekali segala alat untuk keperluan hidupnya, di antaranya dalah kemampuan berbicara”. Pandangan berkomunikasi diperkuat oleh James O‟loghlin (2009:11) yang mengemukakan bahwa tujuan berbicara adalah untuk mencari informasi agar pendengar bisa mengambil dan mempergunakan informasi tersebut atau mereka menginginkannya sebagai gambaran dari cerminan hidup mereka

b. Tujuan Berbicara

Setiap kegiatan atau usaha tidak lepas dari tujuan, artinya setiap kegiatan atau usaha tersebut pasti ingin mencapai suatu tujuan tertentu. Begitu juga dengan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan

(42)

etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulis (Depdikbud, 2006: 231-232).

Dalam berbicara kita harus menetapkan tujuan yang ingin dicapai setelah kegiatan berbicara selesai.

Maidar (1998:11) berpendapat bahwa tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sebaiknya si pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikannya.

Pembicara harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengar, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.

Tarigan (2008:17) mengemukakan bahwa pada dasarnya pembicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu: (a) memberitahukan, melaporkan (to inform), (b) menjamu, menghibur (to entertain), dan (c) membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade).

Berdasaran pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi secara langsung antara pembicara dan pendengar.

c. Penilaiaan Berbicara

Maidar (1998:87) berpendapat bahwa pada dasarnya faktor-faktor yang dinilai berdasarkan kedua faktor penunjang keaktifan berbicara seperti berkut.

1. Faktor kebahasaan, yang mencakup:

a) Pengucapan vokal;

b) Pengucapan konsonan;

c) Penempatan tekanan;

d) Penempatan persendian;

(43)

e) Penggunaan nada / irama;

f) Pilihan kata;

g) Pilihan ungkaapan;

h) Variasi kata i) Tata bentukan j) Struktur kalimat, dan;

k) Ragam kalimat.

2. Faktor non kebahasaan mencakup:

a) Keberanian dan semangat;

b) Kelancaran;

c) Kenyaringan suara;

d) Pandangan mata;

e) Gerak-gerik dan mimik;

f) Keterbukaan;

g) Penalaran;

h) Penguasaan topik.

d. Faktor-faktor Penentu Kemampuan Berbicara

Maidar (1998:17) menyatakan bahwa untuk menjadi pembicara yang baik, seseorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, si pembicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan. Selain itu, pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk keefektifan berbicara.

1) Faktor-faktor kebahasaan

(44)

a) Ketepatan ucapan;

b) Pilihan kata (Diksi).

2) Faktor-Faktor Nonkebahasaan

a) Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku;

b) Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara;

c) Gerak-gerik dan mimik yang tepat;

d) Knyaringan suara juga sangat menentukan;

e) Kelancaran;

f) Relevansi / Penalaran;

g) Penguasaan Topik.

5. Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bentuk standar bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.

Bahasa Indonesia diresmikan penggunaanya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi.

Pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama di sekolah dasar tidak akan terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak,berbicara, membaca dan menulis. Kemampuan berbahasa bagi manusia sangat diperlukan sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi, berkomunikasi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa sebagai media, baik beromunikasi menggunakan bahasa lisan, juga berkomunikasi menggunakan bahasa tulis. Keterampilan berbahasa yang dilakukan manusia yang berupa menyimak, berbicara, membaca, dan

(45)

menulis yang dimodali kekayaan kosakata, yaitu aktivitas intelektual, karya otak manusia berbahasa bukanlah instinct, tidak dibawa anak sejak lahir, melainkan manusia dapat belajar bahasa sampai terampil berbahasa mampu berbahasa untuk kebutuhan berkomuniikasi.

Penggunaan bahasa dalam inetaksi dapat dibedakan menjadi dua, yakni lisan dan tulisan. Agar individu dapat menggunakan bahasa dalam suatu nteraksi, ia harus memiliki kemampuan berbahasa. Kemampuan itu digunakan untuk mengomunikasikan pesan. Pesan ini dapat berupa ide (gagasan), keinginan, kemauan, perasaan, ataupun interaksi. Menurut Indihadi (2006:57), ada lima faktor yang harus dipadukan dalam berkomunikasi sehingga pesan ini dapat dinyatakan atau disampaikan, yaitu: struktur pengetahuan (schemata), kebahasaan, strategi produktif, mekanisme psikofisik, dan konteks.

Kemampuan berbahasa lisan meliputi kemampuan bicara dan menyimak, sedangkan kemampuan bahasa tulisan meliputi kemampun membaca dan menulis.

Pada saat manusia berkomunikasi secara lisan, ide-ide, pikiran, gagasan, dan perasaan dituangkan dalam bentuk kata dengan tujuan untuk dipahami oleh lawan bicaranya. Demikian pula, pada saat memasuki usia TK (taman kanak-kanak) anak dapat berkomunikasi dengan sesamanya dalam kalimat berita, kalimat tanya, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat lainnya. Pada usia ini, anak dinggap telah memiliki kosakata yang cukup untuk mengungkapkan yang dipikirkan, dan dirasakannya. Mereka lebih mengungkapkan dalam bentuk lisan dibandingkan tulisan. Pola bahasa yang digunakannya masih merupakan bahasa tiruan orang dewasa.Ketika memasuki usia sekolah dasar, anak-anak akan

(46)

direkondisikan untuk mempelajari bahasa tulis. Pada masa ini, anak dituntut untuk berpikir lebih dalam lagi dan kemampuan berbahasa anak pun mengalami perkembangan.

Menulis sebagai keterampilan seseorang (individu) mengomunikasikan pesan dalam sebuah tulisan. Keterampilan ini berkaitan dengan kegiatan seseorang dalam memilih, memilah, dan menyusun pesan untuk ditransaksikan melalui bahasa tulis. Menurut Cahyani dan Hodijak (2007: 127), pesan yang ditransaksikan itu dapat berupa wujud ide (gagasan), kemampuan, keinginan, perasaan, atau informasi. Selanjutnya, pesan tersebut dapat menjadi isi sebuah tulisan yang ditransaksikan kepada pembaca. Melalui sebuah tulisan, pembaca dapat memahami pesan yang ditrnsaksikan serta tujuan penulisan.

Perkembangan bahasa anak berkembang seiring dengan perkembangan intelektual anak. Artinya, anak yang berkembang bahasanya cepat, exposed pada

“bantuan” yang meskipun tak tampak nyata, memperlihatkan lingkungan yang kondusi, dalam arti emosional positif. Oleh karena itu, perkembangan bahasa memiliki keterkaitan dengan perkembangan intelektual anak.

Anak-anak TK yang berusia sekitar lima sampai enam tahun memiliki kemampuan dalam menghasilkan cerita. Pada [usia ini, sebaiknya kemampuan bercerita anak diasah agar diasah agar mereka dapat dengan leluasa mengungkapkan pikiran dan perasaannya yang terungkap dalam bentuk cerita.

Cerita yang diungkapkan masih kurang jelas karena plotnya yang tidak runut.

Pada umumnya, yang mereka hasilkan adalah cerita yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, misalnya ligkungan tempat mereka tinggal.

(47)

Pada saat anak-anak memasuki usia tujuh tahun, anak dapat membuat cerita yang lebih teratur. Mereka dapat menyusun cerita dengan cara menemukakan masalah, rencana pemecahan masalah, dan menyelesaikan masalah. Adapun pada saat anak-anak dapat bercerita dengan menggunakan kalimat yang lebih panjang dengan menggunakan kalimat yang lebih panjang dengan menggunakan kalimat yang lebih panjang dengan menggunakan konjungsi; dan, lalu, dan kata seperti di, ke, dan dari. Pelatihan perlu dilakukan agar anak dapat mengungkapkan kejadian secara kronologis

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini mengacu pada beberapa sumber dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti yang hasilnya relevan yaitu:

1. Menurut Ratna Wulandari (2015), yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Wayang Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas II-B SD Negeri Kasongan BantulYogyakarta”. Berdasarkan hasil penelitiannya, ada pengaruh penggunaan media wayang terhadap keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas II-B SD Negeri Kasongan Bantul Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan nilai kelompok kontrol dan eksperimen yaitu 76,87, dan 87.

2. Menurut Irwan Gigih Juniarto (2017), yang berjudul “Keefektifan Media Wayang Kertas Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Menyimak Cerita Kelas V SD Negeri Mayonglor 01 Kabupaten Jepara”.berdasarkan hasil penelitiannya, pembelajaran bahasa Indonesia materi menyimak cerita kelas V SD Negeri Mayonglor 01 lebih efektif mengunakan media wayang kertas

(48)

dari pada media gambar. Hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang mendapat pembelajaran dengan media wayang kertas lebih tinggi yaitu sebesar 95% dibanding hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang mendapat pembelajaran dengan media konvensional berbantukan media gambar sebesar 68%.

Meskipun sama-sama menggunakan media wayang, namun terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Ratna wulandari,Irwan Gigih Juniarto, dan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini. Ratna Wulandari dan Irwan Gigih Juniarto menerapkan media wayang kertas dalam proses pembelajaran untuk keterampilan menyimak peserta didik sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media wayang kertas dalam pembelajaran bahasa Indonesia terhadap keterampilan berbicara.

C. Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikir yang mendasari penelitian ini adalah bahwa keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek dalam keterampilan berbahasa.Rendahnya keterampilan berbicara siswa berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia.Maka penelitian ini memiliki gagasan bahwa media pembelajaran wayang kertas efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik. Namun setelah dianalsis terdapat dua kemungkinan bahwa media pembelajaran wayang kertas efekti dan dapat pula tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir berikut:

(49)

a. Bagan Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti mengetengahkan hipotesis bahwa penggunaan media pembelajaran wayang kertas efektif dalam meningkatkan keterampiln berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Inpres Pannampu II Kecamatan Tallo Kota Makassar.

Media pembelajaran Wayang Kertas

Berbicar a

Membac a

Menulis Menyim

ak

Keterampilan Berbahasa Pembelajaran Bahasa

Indonesia KTSP

Data Analisi

s Temua

n

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eeksperimen, karena penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia kelas V SD Inpres pannampu II. Penelitian eksperimen adalah satu-satunya metode penelitian yang benar-benar dapat menguji hipotesis hubungan sebab-akibat.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One- Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian, hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:

Keterangan :

O1 = Nilai Pretest (sebelum diberi pembelajaran dengan media wayang kertas) X = Perlakuan

O2 = Nilai Posttest (sesudah diberi pembelajaran media wayang kertas) B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Pannampu II kelas V Kota Makassar pada tahun ajaran 2019/2020. SD Inpres Pannampu II teretak di Kelurahan Pannampu, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.

O1 X O2

35

(51)

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Arikunto (2002:108) berpendapat bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Senada dengan itu menurut Sugiyono (2005:90), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Usman (2006:181),populasi adalah semua nilai, baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah peserta didik kelas V SD Inpres Pannampu II Kecamatan Tallo Kota Makassar. Berjumlah 25 terdiri dari laki-laki dan perempuan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dianggap sebaai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua peserta didik kelas V SD Inpres Pannampu II.

Tabel 3.1. Sampel Murid Kelas V

Kelas Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

V 10 15 25

(Sumber: Data SD Inpres Pannampu II Makassar Tahun Ajaran 2019-2020)

(52)

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:60),variabel penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh seorang peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Dilihat dari hubungan variabel satu dengan variabel satu dengan variabel yang lain,macam-macam variabel dalam penelitian dibedakan menajdi variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel Independen

Variabel inisering disebut sebagai variabel stimulus,prediktor, antecedent.

Dalam bahasa Indonesia serin disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempenaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah media pembelajaran wayang kertas dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

b. Variabel Dependen

Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Varibel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berbicara peserta didik.

2. Definisi Operasional

Secara operasional, definisi operasional dapat dijelaskan sebagi berikut.

(53)

a. Wayang kertas merupakan media pembelajaran yang mengandung nilai kebaikan serta mengajarkan karakter tokoh wayang untuk diteladani dan dijadikan sebagai sumber motivasi untuk peserta didik dibuat dalam konsep kartun dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menitikberatkan pada kemampuan berbicara.

b. Kemampuan berbicara yang ditekankan pada kemampuan untuk mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana dengan lafal yang tepat.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dipakai untuk mendapatkan data pada suatu penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa Observasi, tes dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data melalui pengamatan. Observasi ini dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan media pembelajaran.

2. Tes

Tes merupakan suatu cara untuk mengukur tingkat kemampuan siswa yang berbentuk suatu tugas yang dikerjakan oleh seorang atau sekelompok anak yang menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak. Tes tersebut diberikan kepada siswa sebelum diberikan perlakuan (pretes) dan sesudah diberi perlakuan (posttes). Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pre-conference events scheduled for Friday include a workshop on Omeka by Sarah Withee, Instructional Tech- nologist at Colorado College, a workshop on making websites in WordPress

Kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik. Menganalisis corak kehidupan masyarakat

Ada suatu kesulitan yang dihadapi oleh penulis pada touching switch ini , kesulitan tersebut adalah bila touhing switch ini dihubungkan dengan komputer untuk mempermudakan

Semakin besar angka ini menunjukkan tingkat penyediaan pelaya- nan angkutan umum bagi penduduk kota juga besar Dari hasil analisa didapatkan tingkat penyediaan pelayanan angkutan

MAUPUN NON AKADEMIK // TIDAK HANYA SISWA / DISEKOLAH INI / PARA GURUPUN TIDAK SEDIKIT YANG BERHASIL MEMENANGKAN SEJUMLAH.

In spatial, streets can be divided into two parts; street space and street wall. Street space can be 

Penentuan konsentrasi udara ambient dilakukan dengan metoda gravimetri [2], yang diperoleh dari pengurangan hasil penimbangan berat sampel pada filter PM-lO, PM-2,5 dan TSP dengan

Studi Empiris ini bertujuan untuk menganalisa 1) terdapat hubungan antara motivasi karir akuntan dan kompetensi terhadap minat mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk), 2)