DAFTAR ISI
halaman LEMBAR PENGESAHAN DAN PERSETUJUAN
SURAT PERNYATAAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 15
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 16
E. Metode Penelitian ... 17
F. Organisasi (Sistematika Disertasi) ... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 20
A. Kajian Pustaka ... 20
a. Produktivitas Sekolah dalam Perspektif Administrasi Pendidikan ... 20
b. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 44
1. Pengertian Kepemimpinan ... 44
2. Teori Kepemimpinan ... 47
3. Pendekatan Terbaru dalam Kepemimpinan ... 56
4. Gaya Kepemimpinan ... 61
5. Fungsi Kepemimpinan ... 62
6. Perilaku Kepemimpinan ... 65
c. Budaya Sekolah ... 82
1. Pengertian Budaya ... 82
2. Pengertian Budaya Organisasi dan Budaya Sekolah .. 85
3. Fungsi Budaya Organisasi ... 99
4. Tingkatan Budaya Organisasi ... 100
5. Elemen Budaya Organisasi ... 106
6. Model Budaya Sekolah ... 109
7. Membangun Budaya Sekolah ... 110
d. Kinerja Mengajar Guru ... 115
1. Pegertian Kinerja ... 115
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 116
3. Penilaian Kinerja ... 117
4. Kinerja Mengajar Guru ... 120
5. Pendanaan Pendidikan ... 128
6. Penelitian Terdahulu ... 146
B. Kerangka Pemikiran (Paradigma) Penelitian ... 150
C. Hipotesis Penelitian ... 157
BAB III METODE PENELITIAN ... 158
A. Pendekatan ... 158
B. Populasi dan Sampel ... 159
1. Populasi ... 159
2. Sampel ... 161
C. Teknik Pengumpulan Data ... 164
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 166
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 170
2. Rancangan Uji Hipotesis ... 174
E. Teknik Analisis Data ... 178
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 182
A. Hasil Penelitian ... 182
1. Deskripsi Empiris ... 182
2. Persyaratan Uji Hipotesis ... 198
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 220
1. Kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas sekolah ... 221
2. Budaya Sekolah berkontribusi positif terhadap Produktivitas Sekolah ... 229
3. Kinerja Mengajar Guru berkontribusi positif terhadap Produktivitas Sekolah ... 234
4. Pendanaan Sekolah berkontribusi positif terhadap Produktivitas Sekolah ... 238
5. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Kinerja Mengajar Guru dan Pendanaan Sekolah berkontribusi positif terhadap Produktivitas Sekolah ... 242
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 249
A. Kesimpulan ... 249
B. Rekomendasi ... 251
DAFTAR PUSTAKA ... 253
LAMPIRAN LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
tabel halaman
3.1 Keadaan Populasi SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 160
3.2 Keadaan Sampel SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 163
3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian ... 167
3.6 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 179
4.1 Nilai Rata-rata, Median, dan Nilai Maksimal -Minimal Data Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 183
4.2 Pangkategorian Data Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 184
4.3 Nilai Rata-rata, Median dan Nilai Maksimal -Minimal Data Budaya Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 186
4.4 Pangkategorian Data Budaya Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 187
4.5 Nilai Rata-rata, Median, dan Nilai Maksimal -Minimal Data Kinerja mengajar guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 189
4.6 Pangkategorian Data Kinerja mengajar guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 190
4.7 Nilai Rata-rata, Median, dan Nilai Maksimal -Minimal Data Pendanaan Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 192
4.8 Pangkategorian Data Pendanaan Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 193
4.9 Nilai Rata-rata, Median, dan Nilai Maksimal -Minimal Data Produktivitas Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 195
4.11 Hasil Uji Normalitas Data kepemimpinan kepala sekolah ... 199
4.12 Keputusan Uji Normalitas kepemimpinan kepala sekolah ... 199
4.13 Hasil Uji Normalitas Data Budaya sekolah One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 200
4.14 Keputusan Uji Normalitas Budaya Sekolah ... 201
4.15 Hasil Uji Normalitas Data Kinerja mengajar guru One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 201
4.16 Keputusan Uji Normalitas Kinerja mengajar guru ... 202
4.17 Hasil Uji Normalitas Data Pendanaan sekolah One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 202
4.18 Keputusan Uji Normalitas Pendanaan sekolah ... 203
4.19 Hasil Uji Normalitas Data Produktivitas Sekolah One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 203
4.20 Keputusan Uji Normalitas Produktivitas Sekolah ... 204
4.21 Keputusan Uji Normalitas Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Kinerja mengajar guru dan Pendanaan Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah ... 205
4.22 Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas Regresi ... 207
4.23 Rangkuman Hasil Analisis Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh Positif terhadap Produktivitas Kerja ... 209
4.24 Rangkuman Koefisien Korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Produktivitas Sekolah ... 210
4.25 Rangkuman Hasil Analisis hubungan antara Budaya Sekolah dengan Produktivitas Sekolah ... 211
4.26 Rangkuman Koefisien Korelasi Budaya sekolah dengan Produktivitas Sekolah ... 212
4.28 Rangkuman Koefisien Korelasi hubungan antara kinerja mengajar guru dengan produktivitas sekolah ... 214
4.29 Rangkuman Hasil Analisis Pendanaan Sekolah berpengaruh positif terhadap Produktivitas Sekolah ... 216
4.30 Rangkuman Koefisien Korelasi hubungan antara Pendanaan Sekolah dengan Produktivitas Sekolah ... 216
4.31 Rangkuman Hasil Analisis hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru dan pendanaan sekolah dengan produktivitas sekolah ... 218
DAFTAR GRAFIK
grafik halaman
4.1 Histogram Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 185
4.2 Histogram Budaya Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 188
4.3 Histogram Kinerja mengajar guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 191
4.4 Histogram Pendanaan Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 194
4.5 Histogram Produktivitas Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Priangan Timur ... 197
4.6 Hubungan antara Kepemimpinjan kepala sekolah dengan Produktivitas Sekolah ... 210
4.7 Hubungan antara Budaya sekolah dengan produktivitas sekolah ... 212
4.8 Hubungan antara kinerja mengajar guru dengan produktivitas sekolah 215
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1 Keputusan Direktur Sekolah Pascasarjana UPI tentang Pengangkatan Pembimbing Penulisan Disertasi Program Doktor (S3) Sekolah
Pascasarjana UPI Angkatan Tahun 2009 ... 333
2 Permohonan Izin melakukan Studi Lapangan /observasi ... 335
3 Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya ... 336
4 Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Pemkab Garut ... 337
5 Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Pemkab Ciamis... 338
6 Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Banjar ... 339
7 Surat Keterangan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis ... 340
8 Surat Rekomendasi dari Kepala SMA N Ciawi Kab. Tasikmalaya ... 341
9 Surat Keterangan dari Kesbang Kota Banjar ... 342
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu tujuan perubahan paradigma manajemen sekolah adalah
peningkatan sekolah produktif. Kepala sekolah sebagai pengelola lembaga
tersebut dituntut mampu menggerakkan setiap personil (terutama guru) agar dapat
bekerja secara optimal dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik dan
menunjukkan produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas kerja mencakup sikap
mental dan perilaku guru yang selalu mempunyai pandangan bahwa pekerjaan
yang dilaksanakan harus lebih berkualitas dan lebih efektif. Fremont (2002:928)
menyatakan bahwa produktivitas diartikan sebagai ukuran efisiensi dalam
penggunaan sumber daya pada level masyarakat, organisasi dan individu. Sekolah
produktif berbeda dengan hasil produksi benda yang mudah dihitung atau diukur.
Mengenai produktivitas, Mulyasa (2004: 134) menyatakan:
Sekolah produktif berkaitan dengan bagaimana menghasilkan lulusan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, sehingga pada akhirnya diperoleh lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.
Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses
perencanaan, penataan dan pendayagunaan sumber daya untuk merealisasikan
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Menurut Alan Thomas (dalam
berbagai pelayanan untuk kebutuhan peserta didik dan guru; (2) the psychologist
production function, yaitu fungsi behavioral yang keluarannya merujuk pada
fungsi pelayanan yang dapat mengubah perilaku peserta didik dalam kemampuan
kognitif, keterampilan dan sikap; dan (3) the economic production function, Yaitu
Fungsi ekonomi yang keluarannya diidentifikasi dengan lulusan yang memiliki
kompetensi tinggi.
Untuk menghasilkan sekolah produktif yang tinggi, selain diperlukan peran
kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, diperlukan pula kondisi organisasi
sekolah yang kondusif. Kondisi sekolah yang kondusif merupakan salah satu
perwujudan dari budaya sekolah yang kuat. Danim (2003: 55) menyatakan bahwa
kultur sekolah yang positif (positive school culture) diasosiasikan dengan
motivasi belajar dan prestasi peserta didik yang tinggi, menyatakan bahwa kultur
sekolah yang positif (positive school culture) diasosiasikan dengan motivasi
meningkatkan kolaborasi antar guru, dan mengubah sikap guru terhadap
meningkatkan kolaborasi antar guru, dan mengubah sikap guru terhadap
pekerjaannya menjadi positif. Dalam kontek sekolah dengan kultur yang kuat
ditandai dengan pembelajaran yang atraktif, kondusif, produktif, menyenangkan.
Kondisi demikian merupakan cerminan dari budaya sekolah.
Budaya sekolah merupakan seperangkat asumsi dasar, nilai dan
kepercayaan yang dianut, diyakini kebenarannya dan dikembangkan di sekolah
serta dijadikan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan sekolah. Deal dan
variety of beliefs, goals, purposes, thoughts, knowledge and expectation”. Konsep
budaya sekolah mencakup luasnya jenis pengetahuan, tujuan, sasaran, pemikiran,
pengetahuan dan pengharapan. Budaya sekolah menjadi landasan setiap kebijakan
atau aturan serta mengarahkan perilaku individu dalam sekolah.
Berdasarkan pada uraian di atas, untuk melahirkan sekolah produktif yang
tinggi diperlukan kemampuan kepemimpinan kepala sekolah yang tinggi sehingga
semua elemen sekolah bergerak dengan optimal untuk mencapai tujuan sekolah,
termasuk di dalamnya sekolah produktif . Untuk melahirkan sekolah produktif
yang tinggi, diperlukan pula kepercayaan, keyakinan, nilai, pedoman kerja, aturan
perilaku dan manifestasi budaya kuat lainnya yang relevan dengan pencapaian
sekolah produktif .
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sebagaimana diungkapkan
oleh Supriadi (1998: 346) bahwa: “Erat hubungan antara mutu kepala sekolah
dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya
sekolah dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”.
Kepala sekolah memiliki tanggung jawab atas manajemen pendidikan
secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di
sekolah. Mulyasa (2006: 89) menyatakan bahwa kepala sekolah profesional dalam
paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan dampak positif dan
perubahan yang cukup mendasar dalam pembaruan sistem pendidikan di sekolah.
sekolah yang kuat, pengelolaan pendidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork
yang kompak, cerdas dan dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan
masyarakat, keterbukaan (transparansi) manajemen, kemauan untuk berubah baik
(psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, responsif dan
partisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan sustainabilitas. Kepemimpinan
yang dijalankan oleh kepala sekolah terkadang belum mencapai hasil terbaik yang
diharapkan oleh sekolahnya. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai kendala yang
dihadapi oleh kepala sekolah.
Berbagai potensi yang dimiliki sekolah terhambat pemberdayaannya karena
munculnya kendala-kendala tersebut. Padahal bila semua potensi yang dimiliki
sekolah dikembangkan secara optimal dengan kepemimpinan sekolah yang kuat,
niscaya potensi tersebut akan menghasilkan kompetensi kapabilitas dan sekolah
produktif yang unggul. Barth ( 2008: 12) menyatakan: “...with strong leadership
by the principal, a school is likely to be effective; without capable leadership, it is
not.” Dengan kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, suatu sekolah akan
menjadi efektif, sebaliknya bila kepala sekolah tidak kapabel, maka sekolah tidak
akan efektif. Tantangan besar untuk mewujudkan sekolah produktif saat ini
adalah perubahan paradigma manajemen sekolah yang menuntut kemampuan
lebih dari kepemimpinan kepala sekolah. Salah satu kendala yang dihadapi oleh
kepala sekolah adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan sebagai kepala
sekolah. Barth (Soekarno, 2008: 12) mengungkapkan: lack of specific knowledge
time when many principals are facing dramatic change in their roles”. Lemahnya
pengetahuan khusus tentang keterampilan kepala sekolah yang dibutuhkan
menjadi kendala untuk mewujudkan sekolah yang efektif. Terlebih lagi dalam
kondisi perubahan yang dramatis, seperti halnya yang dihadapi saat ini, yakni
desentralisasi pendidikan dan otonomi sekolah.
Bertolak dari asumsi bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional,
maka implikasinya setiap guru harus memenuhi persyaratan yang dituntut oleh
profesi tersebut dan harus bekerja dan bersikap secara professional, hal itu tentu
harus sejalan dengan peranan guru terutama di sekolah sebagai lembaga
pendidikan professional. Untuk mencapai tujuan tersebut peran dan fungsi
lembaga pendidikan sangat strategis, sebab di lembaga pendidikan inilah proses
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Peran guru sebagai ujung tombak di
lapangan yang mencetak sumber daya manusia sebagai generasi penerus bangsa
sangat penting. Oleh sebab itu kemampuan guru pada lembaga pendidikan harus
dipersiapkan, dibina, dan di motivasi agar kinerja mengajar guru terus meningkat
guna memberikan pelayanan yang maksimal kepada peserta didik.
Seorang guru diharapkan dapat melaksanakan tugas sehari-hari dengan
sebaik-baiknya, maka peranan kepala sekolah sangat menentukan di dalam
melakukan pembinaan sehingga dapat meningkatkan kinerja guru. Oleh karena itu
untuk meningkatkan kinerja mengajar guru maka kepala sekolah harus
guru untuk bekerja lebih giat untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
sekolah.
Faktor-faktor kegagalan kepala sekolah dalam mengembangkan pendidikan
bukan hanya disebabkan oleh kurangnya fasilitas, namun lebih banyak disebabkan
dalam mengimplementasikan kepemimpinan. Ketidakmampuan kepala sekolah
dalam memimpin sekolah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
keterampilan baik tentang teknik, kemanusiaan dan konseptual.
Dalam mensikapi keadaan itu, seorang kepala sekolah dituntut mampu
memiliki kesiapan dalam mengelola sekolah. Kesiapan yang dimaksud adalah
berkenaan dengan kemampuan manajerial sebagai seorang kepala sekolah.
Kemampuan manajerial yang dimaksudkan di sini adalah berkenaan dengan
kemampuannya dalam membuat perencanaan (planning), mengorganisasikan
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Dengan
kemampuan semacam itu, diharapkan setiap kepala sekolah mampu menjadi
pendorong dan penegak disiplin bagi para gurunya agar mereka mampu
menunjukkan produktivitas kerjanya dengan baik.
Berangkat dari konsep Hersey (dalam Sumidjo, 2002:99) yang menyatakan
dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial diperlukan tiga macam bidang
keterampilan, yaitu : technical, human dan conceptual. Dengan memiliki ketiga
keterampilan dasar tersebut di atas, Kepala Sekolah dapat melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sesuai dengan ketentuan, sehingga dapat mencapai tujuan
ditandai oleh kemampuan untuk mengambil keputusan (decision making) dan
tindakan secara tepat, akurat dan relevan. Ketiga kemampuan manajerial Kepala
Sekolah tersebut ditandai dengan kemampuan dalam merumuskan program kerja,
mengkoordinasikan pelaksanaan program kerja, baik dengan dewan guru maupun
dengan yang lainnya yang terkait dalam pendidikan suatu kemampuan dalam
melakukan evaluasi terhadap program kerja sekolah yang telah dilaksanakan.
Penerapan kemampuan manajerial Kepala Sekolah di atas, pada akhirnya akan
tertuju pada penyelenggaraan dan pencapaian mutu pendidikan.
Pernyataan di atas memberikan gambaran bahwa seorang pimpinan harus
mampu mengarahkan dan sekaligus mempengaruhi berbagai aktivitas yang
berkaitan dengan tugas para anggotanya (guru) yang ada di bawahnya. Berkenaan
dengan penelitian ini, maka kemampuan tersebut sangat diperlukan. Maksudnya
bahwa kemampuan mengarahkan dan mempengaruhi anggotanya adalah berkaitan
dengan bagaimana seorang kepala sekolah mampu menjalin suatu budaya sekolah
dengan cara menanamkan nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah, tentunya
tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sekolah itu sendiri sebagai organisasi
pendidikan, yang memiliki peran dan fungsi untuk berusaha mengembangkan,
melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para peserta didiknya.
Di sekolah terjadi interaksi yang saling mempengaruhi antara individu
dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan ini akan
dipersepsi dan dirasakan oleh individu tersebut sehingga menimbulkan kesan dan
lingkungan kerja yang kondusif dan menyenangkan bagi setiap anggota sekolah,
melalui berbagai penataan lingkungan, baik fisik maupun sosialnya. Moh. Surya
(1997) menyebutkan bahwa:
Lingkungan kerja yang kondusif baik lingkungan fisik, sosial maupun psikologis dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu, dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilita2s dan sebagainya. Demikian pula, lingkungan sosial-psikologis, seperti hubungan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepemimpinan, pengawasan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
Fenomena yang menarik di Sekolah Menangah Atas, yaitu masih ada
kepala sekolah yang cenderung kurang mampu menerapkan sistem manajerial
yang baik. Hal ini dapat dilihat dari kurang matangnya perencanaan yang
dibuatnya, sehingga dalam pelaksanaannya menjadi kurang efektif. Begitu pula
kurangnya pengawasan yang diberikan kepada guru, sehingga guru merasa bebas
untuk tidak melakukan kegiatan. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya guru
yang malas sehingga menyebabkan kinerja mengajar guru semakin rendah.
Padahal kalau ditelaah kemampuan manajerial kepala sekolah sangat diperlukan
sekali. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Aminah, (1999: 24) yaitu
kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang
berkaitan dengan tugas dari anggota kelompok.
Selain itu salah satu permasalahan yang dihadapi oleh sekoah adalah
masalah pendanaan pendidikan yang kurang memadai sehingga hal ini kurang
menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah mengingat secara umum kualitas
dominan adalah faktor sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber
daya lainnya yang ada dan dapat digali di sekolah (misalnya biaya sekolah).
Banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan seperti mutu
lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan, mutu profesionalisme dan
kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para kepala
sekolah. Keterbatasan dana, sarana prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber
belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah. Lingkungan pendidikan serta
dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan. Memang semua
kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut akhirnya
berujung pada rendahnya mutu lulusan.
Sejalan dengan hal tersebut, Sartika (2002:8) mengemukakan bahwa :
Kualitas pada dasarnya dapat berupa kemampuan, barang, dan pelayanan, kualitas pendidikan dapat menunjuk kepada kualitas proses dan kualitas hasil (produk). Suatu pendidikan dapat bermutu dari segi proses (yang sudah barang tentu amat dipengaruhi kualitas masukannya) jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif, dan, peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan juga memperoleh pengetahuan yang berguna baik bagi dirinya maupun bagi orang lain (functional knowledge) yang ditunjang secara wajar oleh sumber daya (manusia, dana, sarana dan prasarana).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang “Produktivitas Sekolah (Analisis Kontribusi Relatif
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Kinerja mengajar guru
dan Pendanaan Sekolah terhadap produktivitas sekolah Menengah Atas di
B. Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Dunia pendidikan saat ini setidaknya menghadapi berbagai permasalahan
salah satunya produktivitas sekolah. produktivitas sekolah dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang antara lain : (1) kepemimpinan sekolah, (2) budaya kerja, (3)
kinerja mengajar guru dan (4) pendanaan sekolah yang belum optimal. Studi ini
dibatasi pada keempat variabel tersebut karena dapat diasumsikan sebagai variabel
yang determinan seperti dinyatakan antara lain oleh Sementara Alan Thomas
(1982) (dalam Mulyasa, 2007:93-94) mengemukakan bahwa produktivitas
pendidikan dapat ditinjau dari tiga dimensi sebagai berikut:
a) Meninjau produktivitas sekolah dari segi keluaran administratif, yaitu seberapa besar dan seberapa baik layanan yang dapat diberikan dalam suatu proses pendidikan, baik oleh guru, maupun pihak lain yang berkepentingan.
b) Meninjau produktivitas dari segi keluaran perubahan perilaku, dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sebagai suatu gambaran dari prestasi akademik yang telah dicapainya dalam periode belajar tertentu di sekolah.
c) Melihat produktivitas sekolah dari keluaran ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan di sekolah. Hal ini mencakup
“harga” layanan yang diberikan (pengorbanan atau cost) dan
“perolehan” earning) yang ditimbulkan oleh layanan itu atau disebut
“peningkatan nilai baik”.
Gambaran aspek-aspek yang menjadi variabel-variabel yang ikut
mempengaruhi terwujudnya Sekolah Produktif (ProductiveSchool) dapat
Gbr. 1 - Faktor Yang Ikut Menentukan Sekolah Produktif
Dalam penelitian ini dilakukan kajian deskriftif analitik terhadap
efektivitas sekolah dan berbaga faktor-faktor yang mempengaruhinya
berdasarkan data dan indikator sekolah produktif terutama fungsi
kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru,
Pendanaan sekolah. Beberapa hal yang menjadi alasan dipilih faktor-faktor
tersebut dalam perwujudan efektivitas kinerja sekolah adalah :
1. Keberhasilan sekolah selama ini lebih banyak dipengaruhi faktor
kebetulan dibanding by design. Hal ini tampak pada tidak stabilnya
Sekolah Produktif Kepemimpinan kepala sekolah
Kompetensi Kepala Sekolah sekolah
Gaya Kepala Sekolah
Kinerja Staf sekolah
Kinerja Mengajar Guru
Komitmen Guru
Motivasi Guru
Kinerja layanan staf/ Pegawai
Budaya Sekolah
Fasilitas belajar
Keuangan sekolah/Pendanaan
Perencanaan Sekolah
Student Capacity
Kerjasana dan networking Partisipasi Masyarakat Kondisi Sosek Orang Tua
Culture and Climate Power and Politics
School Structure Teaching and Learning
Academical Supervision
komponen sekolah sangat dibutuhkan untuk membentuk efektivitas
berjalannya system yang terdapat pada sekolah .
2. Pengelolaan pendidikan pada sekolah belum mendapatkan
pendampingan kelembagaan yang memadai. Hal ini karena keterbatasan
infrastruktur kelembagaan pembina pendidikan, sehingga ketergantungan
pengembangan sekolah relative sangat bergantung kepada kepemimpinan
sekolah .
3. Motivasi guru pada khususnya pada umumnya masih dirasakan
rendah.Upaya guru dalam meningkatkan kompetensi, kinerja, dan
motivasi sebagai bagian perilaku kerja guru merupakan garapan yang
menarik untuk diteliti lebih lanjut.
4. Kinerja mengajar guru pada umumnya hanya terbatas pada tugas formal
yang diemban. Pemahaman guru terhadap pelayanan sekolah masih
sangat terbatas.
5. Masih terbatasnya pendanaan sekolah dan partisipasi masyarakat untuk
mendukung program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam upaya
penyelenggaraan pendidikan bermutu di sekolah.
6. Implementasi Total Quality Management (TQM) yang masih mengalami
kendala terkait rendahnya pemahaman, partisipasi, regulasi pengelola
sekolah , baik dari tingkat hulu sampai dengan hilir.
SMAN sangat potensial dijadikan sasaran penelitian karena
lingkungan ini diharapkan dapat mendukung munculnya gambaran yang
objektif tentang Sekolah Produktif
2. Batasan dan Rumusan Masalah
a. Batasan Masalah
Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah penelitian
yang telah diungkapkan di atas, penelitian ini ingin mengetahui atau
mengukur bagaimana gambaran dan kontribusi kepemimpinan kepala
sekolah, kinerja mengajar guru, motivasi guru, dan pendanaan sekolah
terhadap Produktivitas SMAN di Wilayah Priangan Timur.
Masalah penelitian tersebut kemudian peneliti rumuskan sebagai
berikut: ”Seberapa besar Kontribusi kepemimpinan kepala Sekolah,
Budaya Sekolah, kinerja mengajar guru, Pendanaan terhadap
Produktivitas Sekolah baik secara parsial maupun simultan pada
Madrasah Aliyah di Provinsi Jawa Timur ?”
b. Rumusan Masalah
Secara sistematis kaitan antar varaibel penelitian tentang kontribusi
kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru dan
pendanaan sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah
R2
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran dan Hubungan kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru dan pendanaan sekolah
terhadap produktivitas Sekolah
Keterangan
P1r12 = Kontribusi X1 terhadap Y
P2r22 = Kontribusi X1 terhadap Y
P3r32 = Kontribusi X1 terhadap Y
P4r42 = Kontribusi X1 terhadap Y
R2 = Kontribusi simultan X(1,2,3,4) terhadap Y
P1r12
Budaya Sekolah (X2)
Kinerja mengajar guru (X3)
Pendanaan Sekolah (X4)
Produktivitas Sekolah
(Y) Kepemimpinan
Kepala Sekolah (X1)
P2r22
P3r32
Secara operasional apabila dijabarkan lebih lanjut ke dalam rumusan
masalah adalah sebagai berkut :
1. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap
produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur ?
2. Seberapa besar kontribusi budaya sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri
di Wilayah Priangan Timur?
3. Seberapa besar kontribusi kinerja mengajar guru terhadap produktivitas SMA
Negeri di Wilayah Priangan Timur ?
4. Seberapa besar kontribusi pendanaan sekolah terhadap produktivitas SMA
Negeri di Wilayah Priangan Timur ?
5. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah,
kinerja mengajar guru dan pendanaan sekolah secara bersama-sama terhadap
produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Menganalisis kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas
SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur
2. Menganalisis kontribusi budaya sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri
di Wilayah Priangan Timur.
3. Menganalisis kontribusi kinerja mengajar guru terhadap produktivitas SMA
4. Menganalisis kontribusi pendanaan sekolah terhadap produktivitas SMA
Negeri di Wilayah Priangan Timur .
5. Menganalisis kontribusi kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah,
kinerja mengajar guru dan pendanaan sekolah secara bersama-sama terhadap
produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur.
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian
Diadakannya penelitian tentang produktivitas manajemen pendidikan
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap sekolah produktif melalui
kepemimpinan Kepala Sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru dan
Pendanaan Sekolah pada SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur. Oleh karena
itu, penelitian ini diharapkan akan mempunyai kegunaan baik dari segi teoritis
maupun segi praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
bagi peneliti di bidang kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja
guru, pendanaan sekolah dan sekolah produktif, sehingga penelitian ini akan
menjadi bahan lebih lanjut baik bagi peneliti maupun bagi guru-guru pada SMA
Negeri di Wilayah Priangan Timur yang membutuhkan guna mengadakan
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
guru-guru SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur dalam meningkatkan produktivitas
manajemen pendidikan melalui peningkatan kemampuan kepemimpinan kepala
sekolah, budaya sekolah, kinerja sekolah, pendanaan sekolah dan sekolah
produktif .
3. Manfaat bagi Peneliti Lebih Lanjut
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi para peneliti
lain yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
E. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan
pendekatan kuantitatif. Metode survei yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan
hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Singarimbun.
(1995:21) penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan
(eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (explanatory atau firmatory), yakni
menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi
atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang penelitian
operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.
Jenis penelitian survei ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan
versial antarvariabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki
memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sesuatu variabel
penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab akibat tersebut adalah
kepemimpinan kepala sekolah (X1), budaya sekolah (X2), kinerja mengajar guru
(X3) dan pendanaan sekolah (X4) terhadap sekolah produktif (Y).
Penelitian ini juga menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam
menjaring data dari sumbernya. Untuk itu diperlukan kejelasan sumber yaitu
populasi dan sampel dari sisi homogenitas, volume, dan sebarannya. Di mana data
hasil penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antar
variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya sehingga
dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data
yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas).
Dengan demikian, mudah untuk digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang
dihasilkan dapat dijadikan rajukan yang cukup akurat.
Sugiyono (2004:12-13) penelitian kuantitatif didasarkan kepada
paradigma positivisme berdasarkan pada asumsi mengenai (objek empiris, asumsi
tersebut adalah: (1) objek/fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis,
struktur, bentuk, warna, dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian
dapat memilih variabel tertentu sebagai objek penelitian dan (2) determinisme
(hubungan sebab akibat). Asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada
penyebabnya, seperti orang malas bekerja tentu ada penyebabnya.
Berdasarkan asumsi pertama dan kedua di atas, maka penelitian dapat
linnya. Suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau
gejala yang diteliti itu berubah terus, maka akan sulit untuk dipelajari.
F. Organisasi (Sistematika) Disertasi
Untuk mempermudah penulisan disertasi ini, maka penulis membuat
sistematika penulisan disertasi sebagai berikut :
Dalam Bab 1 diuraikan mengenai latar belakang masalah, identifikasi
dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian,
manfaat/signifikansi penelitian serta struktur (sistematika penulisan)
Dalam Bab II ini diuraikan tentang sekolah produktif, kepemimpinan
kepala sekolah, budaya sekolah, kinerja mengajar guru pendanaan pendidikan,
penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian
Dalam Bab III ini diuraikan tentang Pendekatan penelitian, Indikator
Variabel Penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, Uji Validitas
dan Reliabilitas Instrumen, rancangan uji hipotesis dan teknik analisis data
Dalam Bab IV ini diuraikan tentang deskripsi hasil penelitian mengenai
Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Negeri di Wilayah Priangan Timur,
Pengujian Persyaratan Analisis, Hasil Pengujian Hipotesis dan pembahasan hasil
penelitian serta strategi peningkatan produktivitas SMA.
Selanjutnya dalam Bab V diuraikan tentang kesimpulan hasil penelitian,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat
menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan
Singarimbun. (1995:21) penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1)
penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (explanatory atau
firmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4)
evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang
penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.
Jenis penelitian survei ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan
versial antar variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki
hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dengan
memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sesuatu variabel
penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab akibat tersebut adalah
kepemimpinan kepala sekolah (X1), budaya sekolah (X2), kinerja guru (X3) dan
pendanaan sekolah (X4) terhadap produktivitas sekolah (Y).
Penelitian ini juga menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam
menjaring data dari sumbernya. Untuk itu diperlukan kejelasan sumber yaitu
penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antar
variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya sehingga
dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data
yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas).
Dengan demikian, mudah untuk digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang
dihasilkan dapat dijadikan rajukan yang cukup akurat.
Sugiyono (2004:12-13) penelitian kuantitatif didasarkan kepada paradigma
positivisme berdasarkan pada asumsi mengenai (objek empiris, asumsi tersebut
adalah: (1) objek/fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur,
bentuk, warna, dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian dapat
memilih variabel tertentu sebagai objek penelitian dan (2) determinisme
(hubungan sebab akibat). Asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada
penyebabnya, seperti orang malas bekerja tentu ada penyebabnya.
Berdasarkan asumsi pertama dan kedua di atas, maka penelitian dapat
memilih variabel yang diteliti dan menghubungkan variabel satu dengan yang
linnya. Suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau
gejala yang diteliti itu berubah terus, maka akan sulit untuk dipelajari.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1992:6). Sedangkan sampel
adalah sebagian dari jumlah dalam karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2004:57). Pada umumnya pengertian survei dibatasi
pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk
mewakili seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah, wakil kepala sekolah dan guru sebanyak 1678 orang dari 33 SMA
Negeri di Wilayah Priangan Timur.
[image:30.595.106.513.386.716.2]Adapun untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.1
Keadaan Populasi SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur
No Wilayah SMA Jumlah populasi
Garut
1 SMAN 1 Garut 74
2 SMAN 3 Garut 54
3 SMAN 6 Garut 55
4 SMAN 8 Garut 63
5 SMAN 9 Garut 45
6 SMAN 11 Garut 72
7 SMAN 15 Garut 52
Kota dan Kabupaten Tasikmalaya
8 Kota SMAN 1 Tasikmalaya 45
9 SMAN 2 Tasikmalaya 53
10 SMAN 3 Tasikmalaya 55
11 SMAN 4 Tasikmalaya 44
12 SMAN 5 Tasikmalaya 56
13 SMAN 6 Tasikmalaya 57
14 SMAN 7 Tasikmalaya 44
15 SMAN 8 Tasikmalaya 33
16 SMAN 9 Tasikmalaya 44
17 Kabupaten SMAN 1 Singaparna 45
18 SMAN 1 Manonjaya 46
19 SMAN 1 Cineam 43
21 SMAN 1 Cigalontang 46
22 SMAN 1 Ciawi 45
23 SMAN 1 Cikatomas 56
Kabupaten Ciamis
24 SMAN 1 Ciamis 55
25 SMAN 2 Ciamis 47
26 SMAN 3 Ciamis 57
27 SMAN 1 Baregbeg 56
28 SMAN 1 Cihaurbeuti 47
29 SMAN 1 Panjalu 54
30 SMAN 1 Sindangkasih 50
Kota Banjar
31 SMAN 1 Banjar 54
32 SMAN 2 Banjar 44
33 SMAN 3 Banjar 43
Jumlah 1678
2. Sampel Penelitian
Riduwan (2007:56) mengatakan bahwa: "Sampel adalah bagian
dari populasi.” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang
diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Untuk
sekedar memprediksi maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih
baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15%
atau 20%-25% atau lebih. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel
Nasution (1991:135) bahwa, ".. mutu penelitian tidak selalu ditentukan
oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya oleh
desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan
pengolahannya." Sukardi (2004:55) mengatakan "untuk penelitian sosial,
mempunyai karakteristik heterogen, pengambilan sampel disamping syarat
tentang besarnya sampel harus memenuhi syarat representativenees
(keterwakilan) atau mewakili semua komponen populasi."
Memperhatikan pernyataan tersebut, karena jumlah populasi lebih
dari 100 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan
sampel secara acak (Random sampling). Sedangkan Teknik pengambilan
sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin dalam
Riduwan (2007:65) sebagai berikut
1 . 2
d N N n Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi = 600 responden
d2 = Presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95%)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai
berikut. responden 86 71 , 85 78 , 17 1678 1 1 , 0 ). 1678 ( 1678 1 d . N N
n 2 2
Jumlah subjek yang besar seperti populasi digunakan untuk
menganalisis data, hal itu sah-sah saja, tetapi kalau ada teknik sampel
yang dapat digunakan sangat membantu peneliti. Sehingga peneliti dapat
menghemat waktu, tenaga dan biaya. Yang penting syarat dan prosedur
generalisasi (yaitu hasil dari data sampel diinformasikan menjadi data
populasi). Perhitungan selanjutnya yaitu membagi responden secara
proporsional 86/10 = 8,6 responden dibulatkan menjadi sembilan
responden. Jadi, sampel yang diambil berdasarkan rumus dari Taro
Yamane atau Slovin sebesar 86 responden yang setiap sekolah mendapat
sembilan angket untuk sembilan orang guru, hal ini dimaksudkan untuk
menghindari responden yang, tidak mengumpulkan pengisian angket.
Untuk lebih jelasnya pengambilan sampel dalam penelitian ini
[image:33.595.109.508.411.720.2]sebagai berikut :
Tabel 3.2
Keadaan Sampel SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur
No Wilayah SMA Jumlah Sampel
Garut
1 SMAN 1 Garut 2
2 SMAN 3 Garut 2
3 SMAN 6 Garut 2
4 SMAN 8 Garut 2
5 SMAN 9 Garut 1
6 SMAN 11 Garut 2
7 SMAN 15 Garut 2
Kota dan Kabupaten Tasikmalaya
8 Kota SMAN 1 Tasikmalaya 1
9 SMAN 2 Tasikmalaya 2
10 SMAN 3 Tasikmalaya 2
11 SMAN 4 Tasikmalaya 3
12 SMAN 5 Tasikmalaya 3
13 SMAN 6 Tasikmalaya 4
14 SMAN 7 Tasikmalaya 3
15 SMAN 8 Tasikmalaya 4
16 SMAN 9 Tasikmalaya 4
17 Kabupaten SMAN 1 Singaparna 4
19 SMAN 1 Cineam 3
20 SMAN 1 Jatiwaras 1
21 SMAN 1 Cigalontang 4
22 SMAN 1 Ciawi 4
23 SMAN 1 Cikatomas 4
Kabupaten Ciamis
24 SMAN 1 Ciamis 2
25 SMAN 2 Ciamis 4
26 SMAN 3 Ciamis 2
27 SMAN 1 Baregbeg 2
28 SMAN 1 Cihaurbeuti 4
29 SMAN 1 Panjalu 2
30 SMAN 1 Sindangkasih 4
Kota Banjar
31 SMAN 1 Banjar 2
32 SMAN 2 Banjar 3
33 SMAN 3 Banjar 3
Jumlah 86
C. Teknik Pengumpulan Data
Nasir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian.
Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis,
informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian
yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan
wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini digunakan dua
teknik utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan teknik angket.
a. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini
dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan
yang terdapat baik lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada
hubungannya dengan lokasi penelitian. Studi Dokumentasi ditujukan untuk
memperoleh data langsung dalam instansi/lembaga meliputi buku-buku,
laporan kegiatannya di instansi/lembaga yang relevan dengan fokus
penelitian.
b. Teknik Angket
Angket disebarkan pada responden dalam hal ini kepala sekolah,
wakil kepala sekolah dan guru sebanyak 33 SMA Negeri di Wilayah
Priangan Timur. Pemilihan dengan model angket ini, di dasarkan atas
alasan bahwa : (a) responden memiliki waktu untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan, (b) setiap responden menghadapi
susunan dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c)
responden mempunyai kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat
digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak
responden dan dalam waktu yang tepat. Melalui teknik model angket ini
akan dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis dari responden atas
sejumlah pertanyaan yang diajukan didalam angket tersebut.
Indikator-indikator yang merupakan penjabaran dari variabel kepemimpinan kepala
sekolah (X1), budaya sekolah (X2), kinerja guru (X3) dan pendanaan
pendidikan (X4) serta produktivitas sekolah (Y). merupakan materi pokok
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1) Produktivitas sekolah (Y) adalah Produktivitas sekolah (Y) adalah berkaitan
deugan keseluruhan proses perencanaan, penataan, dan pendayagunaan
sumber daya untuk merealisa-sikan tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Ditinjau dari dimensi (a) kebermaknaan proses belajar mengajar; (b)
manajemen sekolah; (c) efektivitas budaya sekolah (iklim sekolah yang
kondusif); (d) kepemimpinan kepala sekolah yang kuat; (e) out put sekolah
(hasil prestasi); (f) out come (benejii); (g) the Administrator Production
Function yaitu rungsi manajerial (administrasi) (h) the Psychologist's
Production Function (PPF); yaitu fungsi sikap produktif; dan (i) the
Economic Production Function yaitu fungsi ekonomi (ekonomis).
2) Kepemimpinan kepala sekolah (X1) adalah pemimpin sekolah bertanggung
jawab atas penyelenggaraan kegiatan (a) edukator (b) manajer;(c)
administrator; (d) supervisor; (e) leader; (f) inovator; dan (g) motivator
dengan strategi untuk meningkatkan profesionalisme gurunya.
3) Budaya sekolah (X2) adalah pola dasar yang ditemukan atau dikembangkan
oleh sekelompok sekolah, seperti mempelajari penanggulangan masalah yang
diadaptasi dari luar maupun integrasi dari dalam, yang berjalan cukup baik,
diakui secara sah dan oleh karena itu perlu dipikirkan anggota-anggota
dalam hubungannya dengan masalah-masalah sekolah. Ada dua nilai yaitu (a)
nilai primer dan (b) nilai sekunder
4) Kinerja mengajar guru (X3) adalah merupakan tingkat profesional guru dalam
proses belajar mengajar selama periode tertentu yang diwujudkan melalui : (a)
Kemampuan merencakan pembelajaran , (b) Kemampuan melaksanakan
pembelajaran dan (c) Kemampuan penilaian pembelajaran
5) Pendanaan Sekolah (X4) merupakan dasar empiris untuk memberikan
gambaran karakteristik keuangan sekolah. Indikator dalam penelitian ini
adalah (a) Jenis dan Sumber pembiayaan dan (b) program pembiayaan.
Variabel penelitian tersebut, apabila penulis uraikan secara operasional
[image:37.595.108.520.357.727.2]sebagai berikut :
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator-indikator
Kepemimpinan Kepala
Sekolah (X1)
Achievement-oriented leadership
a. Melibatkan guru dengan ekspektasi Tinggi
b. Kepala sekolah menekankan pelaksanaan dan keunggulan
c. Guru diberi tanggung jawab dan menampilkan standar kinerja yang tinggi
d. Melakukan perbaikan kinerja
e. Memiliki kepercayaan diri sehingga guru akan mampu mencapai tujuan yang tinggi
Directive/incremental Leadership
a. Mendelegasikan wewenang yang jelas kepada guru
b. Memberikan motivasi yang jelas kepada guru
c. Memberikan arahan kepada guru nya melalui pengorganisasian,
Variabel Dimensi Indikator-indikator
pekerjaan.
d. Memberikan bimbingan khusus kepada guru dan menjelaskan harapannya.
e. Guru dilibatkan dalam aspek perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, dan pengendalian oleh kepala sekolah
Participative Leadership
a. Memberikan kesempatan kepada guru untuk berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan yang
dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi.
b. Kepala sekolah menjadi konsultan bagi gurunya.
c. Kepala sekolah mengumpulkan
masukan dari guru dan
mempertimbangkannya secara serius sebelum membuat keputusan
Supportive Leadership
a. Mempertimbangkan kebutuhan guru, menunjukkan perhatian hak guru, b. Menciptakan iklim organisasi yang
menyenangkan.
c. Kepala sekolah memelihara lingkungan yang kondusif
d. Kepala sekolah menunjukkan perhatiannya terhadap kebutuhan guru seperti menunjukkan perilaku empati.
Budaya Sekolah (X2)
1.Nilai-nilai Budaya Primer.
a. Nilai tujuan organisasi,
b. Nilai pengambilan keputusan secara konsensus,
c. Nilai keunggulan,
d. Nilai kesatuan kepentingan,
e. Nilai imbalan berdasarkan prestasi, f. Nilai empiris,
g. Nilai keakraban, h. Nilai integritas. 2.Nilai-nilai Budaya
Sekunder
Variabel Dimensi Indikator-indikator
d. Nilai pengambilan keputusan yang cepat,
e. Nilai pengendalian strategik, f. Nilai teknologi unggul. Kinerja
mengajar Guru (X3)
1. Kemampuan merencakan pembelajaran
a. Menentukan Bahan Pembelajaran dan Merumuskan Tujuan
b. Memilih dan mengorganisasikan Materi/Media/Sumber
c. Merancang Skenario Pembelajaran d. Merancang Pengelolaan Kelas
e. Merancang Prosedur dan
mempersiapkan alat Penilaian 2. Kemampuan
melaksanakan pembelajaran
a. Mengelola ruang, waktu dan fasilitas b. Menggunakan strategi pembelajaran c. Mengelola interaksi kelas
d. Bersikap terbuka, luwes serta mengembangkan sikap positif siswa
e. Kemampuan khusus dalam
pembelajaran salah satu mata pelajaran
3. Kemampuan penilaian pembelajaran
a. Melaksanakan penilaian proses b. Melaksanakan penilaian akhir
Pendanaan sekolah (X4)
Jenis dan Sumber pembiayaan
a. Sekolah mengalokasikan biaya pendidikan untuk biaya investasi (penyediaan sarana prasarana, pengembangan SDM & modal kerja tetap), biaya operasi (gaji pendidik dan tenaga kependidikan),bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, biaya operasi pendidikan tak langsung) dan biaya personal (biaya pendidikan dari peserta didik)
b. Sekolah mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pendidikan secara mandiri
Variabel Dimensi Indikator-indikator
rasional dan menyampaikan laporan pertanggung-jawaban secara akuntabel dan transparan
b. Sekolah memiliki pedoman
pengelolaan biaya investasi dan operasional yang mengacu pada standar pendidikan
Produktivitas Sekolah (Y)
a. the administrator production
function
a. Mutu mengajar guru
b. Kelancaran layanan belajar mengajar sesuai dengan jadwal
c. Layanan keseharian guru terhadap siswa
d. Kepuasaan siswa terhadap layanan mengajar guru pada khususnya dan layanan sekolah pada umumnya e. Kenyamanan ruang kelas sebagai
tempat belajar.
f. Ketersediaan fasilitas belajar
g. Kesempatan siswa menggunakan berbagai fasilitas sekolah
b. the psychologist productin function
a. Fungsi pelayanan yang dapat mengubah perilaku peserta didik dalam kemampuan kognitif,
b. Fungsi pelayanan yang dapat mengubah perilaku peserta didik dalam kemampuan sikap
c. Fungsi pelayanan yang dapat mengubah perilaku peserta didik dalam kemampuan perilaku
c. the economic productin function
a. Prosentase daya serap lulusan oleh dunia usaha
b. Prosentase lulusan yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Uji Validitas
diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan
(2007:109-110) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat
ukur, terlebih dahulu dari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur
secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan
skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas
alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment adalah.
rhitung =
2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 . . . . Y n X X n Y X Y X n i i Keterangan :r hitung = Koefisien korelasi
Xi = Jumlah skor item
Yi = Jumlah skor total (seluruh item)n = Jumlah responden.
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :
t hitung =
2 r 1 2 n r Keterangan : t = Nilai
r = Koefisien korelasi hasil r n = Jumlah responden.
Distribusi (Tabel t) untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) Kaidah keputusan : Jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknya
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai
indeks korelasinya (r) sebagai berikut:
Antara 0,800 - 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 - 0,799 : tinggi
Antara 0,400 - 0,599 : cukup Antara 0,200 - 0,399 : rendah
Antara 0,000 - 0,199 : sangat rendah (tidak valid).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan
(keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang
digunakan. reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode
mencari reliability internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu
kali pengukuran, rrumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:
Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha
sebagai berikut :
Langkah 1: Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:
Keterangan :
Si = Varians skor tiap-tiap item
2 iX = Jumlah kuadrat item Xi
(
2) i
X = Jumlah item Xi dikuadratkan
N = Jumlah responden
Langkah 2: Kemudian menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:
Keterangan :
Si = Jumlah varians semua itemS1, S2, S3…n = Varians item ke-1, 2, 3, ….n
Langkah 3: Menghitung Varians total dengan rumus:
SiS1S2S3...SnSi =
Keterangan :
St = Varians total
2 tX = Jumlah kuadrat X total
(
2) t
X = Jumlah X total dikuadratkan
N = Jumlah responden
Langkah 4: Masukkan nilai Alpha dengan rumus :
Keterangan :
R11 = Nilai reliabilitas
S1 = Jumlah varians skor tiap-tiap itemSr = Carians total
k = Jumlah item
Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan
rumus korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir
yaitu:
2 2 2 . . . . Y Y n X n Y X XY nrb (Riduwan 2007:115-116)
Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh
karenanya disebut r awal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan
rumus Spearman Brown yakni : r11 =
b b r r 1 . 2
. Untuk mengetahui koefisien
korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk a = 0,05
atau a = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk=n-2). Kemudian membuat
keputusan membandingkan r11 dengan r tabel Adapun kaidah keputusan : Jika r11
> r tabel berarti Reliabel r11 <rtabel berarti Tidak Reliabel.
t S S k kr11 . 1 1
2. Rancangan Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis, adapun untuk
menguji penulis melakukan pengujian hipotesis sebagai berikut :
a. Pengujian Secara Simultan (Keseluruhan)
Uji secara keseluruhan ditunjukkan pada hipotesis statistik
dirumuskan:
Ha : ryx1 =ryx2 = ryx30
Ho : ryx1 =ryx2 = ryx3 =0
Hipotesis bentuk kalimat.
Y = F (X1; X2 X3 X4) : Kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah,
kinerja guru dan pendanaan sekolah secara
simultan berpengaruh positip terhadap
produktivitas sekolah.
b. Pengujian Secara Individual
1) Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positip terhadap
produktivitas sekolah
Uji secara individual. Hipotesis penelitian yang akan diuji
dirumuskan.
Ha : ryxk≥ 0
H0 : ryxk = 0
Ha : Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positip
terhadap produktivitas sekolah.
Ho : Kepemimpinan kepala sekolah tidak berpengaruh positip
terhadap produktivitas sekolah.
Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi analisis jalur,
maka dibandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai
probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai
berikut,
a) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak signifikan
b) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar alau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan.
2) Budaya Sekolah berpengaruh positip terhadap produktivitas
sekolah
Uji secara individual. Hipotesis penelitian yang akan diuji
dirumuskan.
Ha : ryxk≥ 0
H0 : ryxk = 0
Ha : budaya sekolah berpengaruh positip terhadap produktivitas
sekolah.
Ho : budaya sekolah tidak berpengaruh positip terhadap
produktivitas sekolah.
Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi analisis jalur,
maka dibandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai
probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai
berikut,
c) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak signifikan
d) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar alau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan.
3) Kinerja guru berkontribusi berpengaruh positip produktivitas
sekolah
Uji secara individual. Hipotesis penelitian yang akan diuji
dirumuskan.
Ha : ryxk≥ 0
H0 : ryxk = 0
Ha : Kinerja guru berpengaruh positip terhadap produktivitas
sekolah.
Ho : Kinerja guru tidak berpengaruh positip terhadap
produktivitas sekolah.
Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi analisis jalur,
maka dibandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai
probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai
berikut,
e) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak signifikan
f) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar alau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan.
4) Pendanaan Sekolah berpengaruh positip terhadap produktivitas
sekolah
Uji secara individual. Hipotesis penelitian yang akan diuji
dirumuskan.
Ha : ryxk≥ 0
H0 : ryxk = 0
Ha : Pendanaan sekolah berpengaruh positip terhadap
produktivitas sekolah.
Ho : Pendanaan sekolah tidak berpengaruh positip terhadap
produktivitas sekolah.
Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi analisis jalur,
maka dibandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai
probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai
berikut,
g) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak signifikan
h) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar alau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan.
E. Teknik Analisis Data
Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah
pengolahan data, Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna dari
data yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil penelitianpun akan
segera diketahui. Dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui
bantuan komputer dengan program SPSS (Statist Product and Service Solution)
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur
(path analysis) dengan menggunakan korelasi pearson product moment dan
korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya hubungan
dan kontribusi variabel X1, X2 dan terhadap Y. Analisis ini untuk mengetahui
kontribusi atau sumbangan budaya sekolah, dan kinerja guru secara simultan
terhadap produktivitas SMA Negeri di Wilayah Priangan Timur secara
bersama-sama maupun secara individu. Rumus analisis korelasi Pearson Product Moment
(PPM) adalah sebagai berikut:
2 2 2 2 . . . . Y Y n X X n Y X XY n rxyKorelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = - 1 artinya korelasinya negatif sempurna r =
0 artinya tidak ada korelasi; dan r =1 berarti korelasinya sangat kurang.
Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi Nilai
[image:49.595.162.465.528.663.2]sebagai berikut.
Tabel 3.6
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 - 1,000 0,60 - 0,799 0,40 - 0,599 0,20 - 0,399 0,00 - 0,199
Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti
ingin mencari makna hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi PPM
tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus:
Keterangan : t hitung = Nilai t
r = Nilai Koefisien Korelasi n = Jumlah sampel
Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X
terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan. Koefisien
determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi PPM yang dikalikan dengan
100%. dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X mempunyai
sumbangan atau ikut menentukan variabel Y. Sumbangan dicari dengan
menggunakan rumus:
Keterangan :
KD = Nilai Koefisien Diterminan (Kontribusi antar variabel)
r = Nilai Koefisien Korelasi.
Mengetahui hubungan antara variabel X1 dan X2 secara bersama-sama
terhadap variabel Y digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut.
2 1
2
r n r thitung
KD = r2 x 100%
2 2
2 . 1 .
2 r rX X
r
r
Analisis lanjut digunakan teknik korelasi baik sederhana maupun ganda
Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa komputer berupa software dengan
BAB V