• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDAPATAN, PENGETAHUAN DAN KEPEMILIKAN LAHAN TERHADAP SIKAP DAN IMPLEMENTASINYA PADA PARTISIPASI PENDUDUK DALAM KONSERVASI LINGKUNGAN SAGARA ANAKAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDAPATAN, PENGETAHUAN DAN KEPEMILIKAN LAHAN TERHADAP SIKAP DAN IMPLEMENTASINYA PADA PARTISIPASI PENDUDUK DALAM KONSERVASI LINGKUNGAN SAGARA ANAKAN."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Dede Sugandi, 2013

Pengaruh Pendapatan, Pengetahuan Dan Kepemilikan Lahan Terhadap Sikap Dan Implementasinya Pada Partisipasi Penduduk Dalam Konservasi Lingkungan Sagara Anakan

ENGARUH PENDAPATAN, PENGETAHUAN DAN

KEPEMILIKAN LAHAN TERHADAP SIKAP DAN

IMPLEMENTASINYA PADA PARTISIPASI PENDUDUK

DALAM KONSERVASI LINGKUNGAN SAGARA ANAKAN

(Bahan Pembelajaran Geografi di SMA tentang Konservasi)

DISERTASI

Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh :

Dede Sugandi 090 7670

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Dede Sugandi, 2013

Pengaruh Pendapatan, Pengetahuan Dan Kepemilikan Lahan Terhadap Sikap Dan Implementasinya Pada Partisipasi Penduduk Dalam Konservasi Lingkungan Sagara Anakan

PENGARUH PENDAPATAN, PENGETAHUAN DAN KEPEMILIKAN

LAHAN TERHADAP SIKAP DAN IMPLEMENTASINYA PADA

PARTISIPASI PENDUDUK DALAM KONSERVASI LINGKUNGAN

SAGARA ANAKAN

(Bahan Pembelajaran Geografi di SMA tentang Konservasi)

Disetujui dan Disyahkan oleh:

Promotor,

Prof. Dr. H. Disman, MS NIP. 19590209 198412 1 001

Kopromotor,

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003

Anggota,

Prof. Dr. H. Darsiharjo, M.S NIP. 19620921 198603 1 005

Diketahui Oleh

Ketua Program Studi Pendidikan IPS

(3)

Dede Sugandi, 2013

Pengaruh Pendapatan, Pengetahuan Dan Kepemilikan Lahan Terhadap Sikap Dan Implementasinya Pada Partisipasi Penduduk Dalam Konservasi Lingkungan Sagara Anakan

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Disertasi yang berjudul “Pengaruh Pendapatan,

Pengetahuan dan Kepemilikan Lahan Terhadap Sikap dan Implementasinya pada

Partisipasi Penduduk Dalam Konservasi Lingkungan Sagara Anakan” ini

sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan

plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau dalam klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Bandung; Pebruari 2013

Yang membuat pernyataan,

(4)

Dede Sugandi, 2013

Pengaruh Pendapatan, Pengetahuan Dan Kepemilikan Lahan Terhadap Sikap Dan Implementasinya Pada Partisipasi Penduduk Dalam Konservasi Lingkungan Sagara Anakan

ABSTRAK

PENGARUH PENDAPATAN, PENGETAHUAN DAN KEPEMILIKAN LAHAN TERHADAP SIKAP DAN IMPLEMENTASINYA PADA PARTISIPASI PENDUDUK DALAM KONSERVASI LINGKUNGAN

SAGARA ANAKAN

Oleh : Dede Sugandi

Dibimbing Oleh : Prof. Dr. H. Disman, M.S, Prof. Dr. Dadang Supardan, M.Pd dan Prof. Dr. H. Darsiharjo, M.S

Eksploitasi lingkungan Sagara Anakan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang ditunjukan dengan terjadinya pendangkalan dan penyempitan luas. Pendangkalan dan penyempitan berdampak terhadap penurunan potensi sumberdaya. Untuk mengatasi kerusakan lingkungan Sagara Anakan perlu dilakukan secara terpadu antar lembaga, pemerintahan dan penduduk.

Rumusan masalah yang dikaji dengan mengajukan pertanyaan 1) Apakah terdapat pengaruh tingkat pendapatan di DAS terhadap sikap penduduk ?, 2) Apakah terdapat pengaruh pengetahuan di DAS terhadap sikap penduduk ?, 3) Apakah terdapat pengaruh luas kepemilikan lahan di DAS terhadap sikap penduduk ?, 4) Apakah terdapat pengaruh tingkat pendapatan di DAS terhadap partisipasi penduduk ?, 5) Apakah terdapat pengaruh pengetahuan di DAS terhadap partisipasi penduduk ?, 6) Apakah terdapat pengaruh luas kepemilikan lahan di DAS terhadap partisipasi penduduk ?, 7) Apakah terdapat pengaruh Sikap di DAS terhadap Partisipasi ?, 8) Bagaimana relevansi antara metode konservasi dengan materi konservasi pada pembelajaran Geografi di SMA ? dan 9) Bagaimana keadaan Geografis DAS dalam pelaksanaan konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.

Untuk menganalisis masalah tersebut menggunakan metode survey. Teknik analisis dengan menggunakan Analisis Path. Populasi penduduk adalah penduduk yang mengolah lahan pada DAS bagian hulu, tengah, hilir dan pesisir. Untuk menjaring data dari responden dikembangkan instrument yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian.

(5)

Dede Sugandi, 2013

Pengaruh Pendapatan, Pengetahuan Dan Kepemilikan Lahan Terhadap Sikap Dan Implementasinya Pada Partisipasi Penduduk Dalam Konservasi Lingkungan Sagara Anakan

Kata Kunci : Pendapatan, Pengetahuan, Kepemilikan lahan, Sikap dan Partisipasi.

ABSTRACT

EFFECT OF REVENUE, KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF LAND OWNERSHIP AND PARTICIPATION IN POPULATION IN IMPLEMENTATION ENVIRONMENTAL CONSERVATION

By: Dede Sugandi

Supervised by: Prof. Dr. H. Disman, M.S, Prof. Dr. Dadang Supardan, M.Pd and Prof. Dr. H. Darsiharjo, M.S

Exploitation of Sagara Anakan had to be resulting in environmental damage was approved by extensive sedimentation and narrowing. The sedimentation and narrowing the potential impact on the reduction of resources. For reducing the environmental damage of Sagar Anakan need to be done in an integrated manner, both among institutions, governments and people.

Formulation of the problem research were assessed by asking questions 1) Is there influence of income levels in the watershed to the attitude ?, 2) Is there influence of knowledge in the watershed to the attitude ?, 3) Is there influence of land ownership in the watershed to the attitudes ?, 4) Is there influence of income level in the watershed to the participation level ?, 5) Is there influence of knowledge in the watershed to the participation ?, 6) Is there influence of land ownership in the watershed to the participation ?, 7) Is there influence of attitude in the watershed to the participation?, 8) How relevance between conservation methods and on geography learning in high school ?, and 9) How condition of Geographyc at watershed conservation in Sagara Anakan environment ?.

To analyze these issues using survey methods. Engineering analysis using Path Analysis. The population is a population that cultivate land in the watershed upstream, middle, downstream and coastal areas. To capture the data from the respondents developed instrument relating to the study variables.

The conclusion suggests that participation is dipengariuhi by income, land ownership and the knowledge and attitudes. To increase resident participation in conservation, ka necessary empowerment to increase revenue without disturbing less land accordingly. Coastal conservation form needs to be done to restore function Sagara dredging nymphs. The increase in revenue should be done through empowerment, so that resources can be used optimally and in accordance with the characteristics of the watershed section. Conservation methods and forms of learning geography is shallow and narrow, so we need enrichment. Areas that need to be considered by farmers and forest land is not suitable slope through counseling conducted by the government, so farmers have a sense of having done jointly between the government and the population are integrated in conservation.

(6)

Dede Sugandi, 2013

(7)

DAFTAR ISI

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konservasi ……

4. Konservasi Lingkungan Sagara Anakan ………

C. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dan Pesisir Secara

(8)

1. Pengertian Partisipasi ……….

F. Relevansi Materi Konservasi Pada Pembelajaran

Geografi Di SMA .………

1. Pengertian Materi dan Karakteristik Pengayaan ……..

2. Materi Konservasi pada Pembelajaran Geografi di SMA

G. Penelitian Terdahulu …………..………..

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ………

2. Normalitas, Homogenitas dan Multikolinearritas ....…

3. Analisis Konservasi ...………..………

G. Teknik Pengumpulan Data .……….…………

H. Teknik Analisis ………….……….……..

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(9)

1. Kondisi Fisis …..……….………

a. Lokasi Penelitian ……..………

b. Iklim ………….……….

c. Geologi dan Geomorfologi ………...

d. Tanah ………

c. Pengaruh Kepemilikan lahan terhadap Sikap ...……

2. Pengujian Sub Struktur 2, Pengaruh X1, X2, X3,

dan X4 terhadap Y ...

a. Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap Partisipasi ..

b. Pengaruh Pengetahuan terhadap Tingkat Partisipasi ..

c. Pengaruh Kepemilikan Lahan terhadap Tingkat

Partisipasi ………...……….

d. Pengaruh Sikap terhadap Tingkat Partisipasi ………

(10)

4. Keadaan Geografis DAS dalam pelaksanaan

(11)

DAFTAR TABEL

Penciptaan Pengetahuan ………

Kompetensi Dasar KTSP ………

Kisi-kisi Instrumen Partisipasi Dalam Konservasi ...

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ………..

Coefficientsa ………..

Instrumen Metode Vegetatif ………

Instrumen Metode Mekanik dan Kimia ……….

Instrumen Bentuk Konservasi Pesisir ………..

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ……….

Data Curah Hujan Kabupaten Cilacap tahun 2000-2009.

Data Curah Hujan Kabupaten Ciamis tahun 2000–2009.

Curah hujan Ci Tanduy dan Ci Beureum tahun 2009 …

Luas Kemiringan Lereng Daerah Aliran Ci Tanduy dan

Ci Beureum ………..

Luas Penggunaan Lahan Daerah Aliran Ci Tanduy dan

Ci Beureum ……….

Luas Lahan Pertanian di Kec.Kampung Laut ………..

Jumlah dan Kepadatan penduduk ………

Luas dan Jumlah Penduduk Daerah Penelitian ………

Jumlah Penduduk Kecamatan Kampung Laut ………..

Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2009 ………

Persentase Luas DAS ………..

Mata Pencaharian Penduduk berdasarkan Luas DAS …

Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kec.Kampung

Laut ………

Tingkat Pendidikan di Daerah Penelitian secara

(12)

Tabel 4.16

Sarana perhubungan di Kampung laut ………..

Kelas Interval Pendapatan ………..

Kelas Interval Pengetahuan ……….

Kelas Interval Kepemilikan lahan ……….. ………….

Kelas Interval Sikap ……… Kelas Interval Partisipasi ……….

Model Summary ………

Coefficientsa ……….

Model Summary ………

Coefficientsa ………

Rekapitulasi Koefisien Jalur dan Pengujian Taraf

Signifikan ………

Dekomposisi Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan

Pengembangan Partisipasi ………

Perbedaan Pengguanan Metode Konservasi vegetatif

Perbedaan Pengguanan Metode Konservasi Mekanik ...

Perbedaan Pengguanan Metode Konservasi Mekanik ...

Bentuk konservasi di pesisir Sagara Anakan ...

(13)

DAFTAR GAMBAR DAN PETA

Lingkaran Setan Kemiskinan ……….

Kerangka Pemikiran ...

Paradigma Penelitian ………..

Persamaan Struktural Analisis Path ...

Peta Lokasi penelitian ………. Gambar Peta Geologi daerah penelitian ……… Peta Kemiringan Lereng ………. Gambar Peta Tanah ……….

Gambar Peta Penggunaan lahan ………...

Gambar Peta Trayek Angkutan di perairan Sagara Anakan ……

(14)

DAFTAR GRAFIK

Kelas Interval Variabel Pendapatan ….………..

Kelas Interval Variabel Pengetahuan ….……….

Kelas Interval Variabel Kepemilikan lahan ……….

Kelas Interval Variabel Sikap ………

Kelas Interval Variabel Partisipasi …....………. Partisipasi dalam bentuk Uang ………

Partisipasi dalam bentuk Barang ..………

Partisipasi dalam bentuk Tenaga .. ……… Partisipasi dalam bentuk Ide/gagasan ………

Partisipasi dalam bentuk Sosial ...

Partisipasi Model Konservasi Mekanik ……… Partisipasi Model Konservasi Mekanik ……… Partisipasi Model Konservasi Kimiawi ……… Partisipasi Model Konservasi Kimiawi ……… Partisipasi Model Konservasi Pesisir ..………

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perkembangan penduduk menyebabkan kebutuhan manusia dari hari ke

hari semakin meningkat, sedangkan luas permukaan lahan relatif tetap. Artinya

akan terjadi penurunan luas lahan pertanian yang berdampak terhadap penurunan

produksi (Collier, 1996:98). Realita hidup dan kehidupan manusia tidak terlepas

dari alam dan lingkungannya, karena itu pemenuhan kebutuhan diperoleh dari

lingkungan, terutama dengan memanfaatkan lahan (Jaya, 2004). Tisdell (1993:2)

menyatakan bahwa The major portion of the dominant theory of welfare

economics is based upon the view that the wants of individuals are to be satisfied to the maximum extent possible by the allocation of resources. Selanjutnya ada teori Malthus yang dikemukakan oleh Grubler (1998:325) menyatakan advance in

agriculture productivity to be unlike to keep pace with the rate of population growth. Consequently, he believed that agriculture and, in particular, land availability would constitute the ultimate constraint to population growth. Perkembangan penduduk berdampak pada cara pemenuhannya dalam mengelola

lahan. Pertambahan penduduk disertai dengan berkurangnya luas hutan untuk

perladangan (Soemarwoto, 2001:23). Tisdell (1993:16) menyatakan rising global

levels of human population and growing levels of per capita consumption may create severe natural resource shortages and pollution problems. Selanjutnya dinyatakan seriously deterioration of agriculture soils is occurring worldwide due

(16)

2

Pernyataan di atas menunjukan bahwa perkembangan penduduk diikuti

dengan peningkatan kebutuhan hidup, sehingga akan berdampak terhadap

perubahan penggunaan dan pengolahan lahan yang lain. Lingkungan merupakan

suatu tempat untuk memenuhi kebutuhan, karena itu, lingkungan harus dapat

memberikan fungsi berkelanjutan. Tetapi jika lingkungan dieksploitasi tanpa

memperhatikan keseimbangan akan menimbulkan masalah.

Ismawan (1999: 22) menyatakan terdapat isu utama terkait dengan

permasalahan lingkungan, yaitu, air, deforestasi, erosi, lahan kritis dan kerusakan

sumberdaya alam. Eksploitasi sumberdaya alam hutan berpengaruh terhadap

sumber daya alam lain. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.

677/Kpts-II/1998, menyatakan bahwa hutan negara yang dicadangkan atau

ditetapkan oleh menteri untuk dikelola oleh masyarakat yang tinggal di dalam dan

di sekitar hutan dengan tujuan pemanfaatan hutan secara lestari sesuai dengan

fungsinya dan menitikberatkan kepentingan menyejahterakan penduduk.

Soeriatmadja (1997:59) menyatakan bahwa hutan berpengaruh terhadap tiga

faktor lingkungan yang saling berhubungan, yaitu iklim, tanah dan pengadaan air

bagi berbagai wilayah. Hutan bermanfaat bagi kehidupan yang diperoleh bila

hutan terjamin eksistensinya. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari

hutan akan memberikan peranan nyata jika pengelolaan sumber daya alam berupa

hutan seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan

berkelanjutan (Rahmawaty:2004).Sedangkan Dietz (1998:23) menyatakan bahwa

usaha melindungi hutan melalui peraturan akan menjadi sia-sia, karena petani

(17)

3

memenuhi kebutuhannya. Pernyataan lain bahwa considerable declines in the

world’s forest are anticipated. These forests are now disappearing at the rate of

20 million hectares per years mainly to supply forest product and firewood (Tisdell, 1993:17). Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi perkebunan

campuran dan pemukiman membawa dampak terhadap peningkatan bahaya erosi

(Dewi, 2004:6). Sementara Ismawan (1999 : 23) menyatakan deforestasi

(penggundulan hutan) serta pemborosan penggunaan sumberdaya alam

mengakibatkan kemero-sotan kualitas sumber daya. Menurut Direktur

Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan RI, luas

kerusakan hutan dan lahan di Indonesia 43 juta Ha (24 juta Ha di hutan dan 19

juta Ha di luar hutan). Sedangkan laju deforestasi tahun 1982-1990 sebesar

900.000 Ha/tahun (Gusti, 2006).

Lingkungan memiliki fungsi sebagai ruang tempat hidup manusia dan

untuk memenuhi kebutuhannya, karena itu manusia akan berhubungan dengan

komponen lingkungan. Pembangunan akan menggeser fungsi lahan, maka perlu

diantisipasi agar pemanfaatan lahan mendapatkan hasil optimum dengan

kerusakan minimum, sehingga terbentuk kehidupan yang sejahtera dan

bertanngung jawab (Darsiharjo, 2010:5). Undang Undang Republik Indonesia

No.32 tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan

Hidup merupakan lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya. Lingkungan

sebagai suatu ruang, komponen biotik dan abiotik saling berinteraksi akan

(18)

4

suatu ruang dapat mempengaruhi ruang lain yaitu pesisir. Ekosistem dalam suatu

lingkungan merupakan suatu sistem lingkungan yang terdiri atas

komponen-komponen yang saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan (Asdak, 2002:10).

Selanjutnya Supriharyono (2008:18) menyatakan bahwa wilayah pesisir adalah

pertemuan antara daratan dan laut. Karena kondisi pesisir dipengaruhi DAS, maka

jika pada DAS terjadi erosi, maka di pesisir terjadi pengendapan.

Sagara Anakan merupakan daerah pesisir sebagai muara Ci Tanduy dan

Ci Beureum.Pendangkalan perairan Sagara Anakan disebabkan sedimentasi yang

tinggi dari sungai-sungai yang bermuara dan tingkat sedimentasi mencapai 1 juta

m3/tahun (Pratama Krida; 1996:9). Bahari (2003) menyatakan Sagara Anakan

mengalami perubahan luas akibat sedimen lumpur dari Ci Tanduy yang setiap

tahunnya menyumbang 740.000 m3 lumpur dari total sedimen 1 juta m3 /th yang

dibawa masuk sungai-sungai lain. Sedimentasi mengancam kelestarian hutan

mangrove dan penurunan produksi ikan dan udang yang dikembangbiakkan

(Satyana:2010). Sedimentasi meliputi proses erosi, transportasi, pengendapan, dan

pemadatan dari sedimentasi itu sendiri. Keseluruhan proses berjalan secara

kompleks, dimulai dari jatuhnya hujan sampai terbawa aliran sungai menuju

muara atau pesisir (Pramandhana, 2000:36).

Sedimentasi berdampak terhadap perubahan luas perairan dan keberadaan

hutan mangrove. Sukardi (2010) menyatakan bahwa perubahan luas perairan

Sagara Anakan pada tahun 1984 kawasan ini memiliki luas 2.906 ha, tahun 1994

memiliki luas 1.575 ha dan pada tahun 2003 memiliki luas 600 ha, artinya

(19)

5

mangrove 15.551 ha, sedangkan pada tahun 2003 memiliki luas 8.506 ha

(BPKSA, 2007:27). Erftemeijer, Balen dan Djuharsa(1988:35) menyatakan bahwa

mangrove Sagara Anakan memiliki luas 13.500 ha, dan mengalami penyusutan

akibat reklamasi lahan dan penebangan kayu bakau. Laju sedimentasi makin cepat

sejak tahun 1931 ketika penduduk mulai mengkonversi hutan mangrove menjadi

lahan pertanian (Zia dan Sudjono : 2011). Sementara itu Sukmawardani (2006:65)

bahwa hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam potensial dan

memiliki arti penting bagi masyarakat baik ditinjau dari ekonomi, ekologis, dan

biologis. Selain itu, hutan mangrove memiliki fungsi untuk untuk mengurangi

gerakan air. Pemda Kabupaten Cilacap dan Lembaga Pengkajian dan

Pengembangan Mangrove (1998:42) menyatakan bahwa hutan mangrove

merupakan ekosistem unik dan memiliki fungsi ekologi dalam mendukung

produktivitas perairan Sagara Anakan. Fungsi ekosistem ini terancam

keberadaannya karena sedimentasi, status lahan, penebangan liar dan konversi

hutan bakau.

Pendangkalan dan penyempitan Sagara Anakan dan penyusutan hutan

mangrove diakibatkan adanya penebangan liar. Erftemeijer, Balen dan Djuharsa

(1988:35) menyatakan bahwa:

The mangroves that surround the lagoon have been considerably disturbed by traditional wood collection by the local population, which is almost entirely dependent on lagoon fishery and mangrove product. As result of the degradation, the forest are no longer suitable for commercial logging operations.

Perubahan luas hutan mangrove tersebut berakibat terhadap penurunan

(20)

6

di hutan mangrove: Centropus nigrorufus. Bahkan sering menjadi ajang

berkumpulnya kawanan burung yang bermigrasi dari wilayah Australia

(Erftemeijer, Balen dan Djuharsa, 1988:35). Penelitian lain menunjukan bahwa

terjadi penurunan jumlah spesies ikan. Pada tahun 1985 terdapat 45 spesies ikan,

sedangkan pada tahun 1999 terdapat 18 spesies dan 15 spesies merupakan spesies

baru (Boesono:2008). Selanjutnya Tim LPM Unpad (1998) menemukan bahwa

wilayah Sagara Anakan mempunyai jenis-jenis burung yang dilindungi

undang-undang, antara lain Rangkong, Elang hutan, Bangau tongkang, Kuntul, juga

merupakan persinggahan burung migran seperti; layang-layang Asia(Hirundo

rustica), Bambangan kuning(Ixobrycus sinensis) dan Kodidi putih (Calidris alba). Hutan mangrove mempunyai arti penting sebagai sumber makanan hewan

laut. Sistem perakaran yang kokoh melindungi pantai dari erosi, gelombang, dan

ombak, juga berfungsi sebagai daerah asuhan (nursery ground) dan pemijahan

(spawning ground) bagi udang, ikan dan kerang-kerangan (Dahuri, 2001). Ewuaie

(1990:285) menyatakan bahwa habitat bakau merupakan tempat berpijah beberapa

jenis ikan laut, sehingga pemusnahan hutan bakau mempunyai dampak luas

terhadp kehidupan ikan. Perubahan fungsi menyebabkan kerusakan lingkungan.

Sumaatmadja (2005:129). Kerusakan lingkungan dalam berbagai bentuk bukan

semata-mata proses serta bencana alam, melainkan erat kaitannya dengan perilaku

penduduk yang tidak menghiraukan hukum alam. Untuk mengurangi kerusakan

lingkungan perlu pengelolaan sumber daya alam, termasuk sumber daya genetik

baik di darat (hutan) maupun di pesisir (Supriharyono, 2008:13). Pembangunan

(21)

7

kerusakan. Penurunan kualitas lingkungan atau ekosistem makin terasa dan juga

berdampak baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap segi-segi

kehidupan ekonomi, sosial dan budaya (Sukojo, 2003:37). Penurunan kualitas

lingkungan menyebabkan penurunan kesehatan dan potensi ekonomi, serta

perubahan tatanan sosial. Kesenjangan antara yang miskin dengan yang kaya terus

menganga, akibat turunnya daya dukung lingkungan (Gusti, 2006). Keadaan fisik,

ekologi dan keragaman sosial budaya kawasan pesisir menuntut Pengelolaan

Kawasan Pesisir Terpadu (PKPT) dengan mengkoordinasikan perencanaan dan

pelaksanaan yang melibatkan penduduk, organisasi, pengelola tingkat daerah dan

nasional, serta para ilmuwan di bidang pengetahuan alam dan ilmu-ilmu sosial

untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk kawasan pesisir (UNESCO; 2010).

Konservasi merupakan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan

segala sesuatu yang ada pada suatu lingkungan, sehingga penangkapanpun perlu

disesuaikan dengan keseimbangannya. Konservasi sumberdaya ikan merupakan

upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya ikan termasuk

ekosistem, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan

kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan

keanekaragaman sumber daya ikan berkelanjutan (Suraji:2009). Konservasi

bukan melarang mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam tetapi dalam

pengelolaan dituntut memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah, sehingga

sumber daya alam kita dapat menjadi warisan kepada generasi mendatang

(Uwityangyoyo, 2009).

(22)

8

konservasi, sehingga penyudetan, pengerukan dan pemantauan diperlukan

terhadap daerah yang sudah dilakukan pengerukan. Penanganan dampak tersebut

salah satunya adalah rencana pengelolaan lingkungan dengan pendekatan

teknologi, sosial ekonomi dan institusional pada lembaga terkait. Selain itu

dilakukan juga pengerukan Ci Meneng yang bermuara ke perairan Sagara Anakan.

Namun pengerukan dan pengelolaan tersebut menimbulkan keresahan penduduk,

karena kurangnya sosialisasi tentang rencana kegiatan. Selanjutnya pada tahap

pengerukan terjadi pencemaran, sehingga mengganggu kehidupan biota.

Sarjono (1998) melakukan penelitian tindakan tentang Usaha Wanatani

Terpadu lahan Kering Sub daerah aliran Ci Meneng yang bermuara ke perairan

Sagara Anakan. Hasil penelitian tindakan ini dilakukan penyuluhan kepada

penduduk dalam mengolah lahan yang disesuaikan dengan metode konservasi.

Pelatihan ini dilakukan bagi penduduk yang beralih profesi dari nelayan menjadi

petani melalui kelompok-kelompok. Strategi yang dilakukan oleh proyek

menuntut peran serta yang berkesinambungan dalam pengorganisasian kegiatan

oleh lembaga maupun dalam proses dan tahapan manajemen komponen Wanatani.

Hasil studi Badan Pengelola Kawasan Sagara Anakan (2007) menyatakan

banyaknya delta baru menimbulkan masalah penataan ruang, maka Pemerintah

Daerah Kabupaten Cilacap menata delta-delta tersebut untuk dikelola dan dimiliki

oleh penduduk. Tujuan dari penataan ini agar delta-delta tersebut dapat digunakan

untuk kepentingan penduduk.

Konservasi merupakan salah satu upaya dalam menjaga keberlangsungan

(23)

9

Pengelolaan kawasan konservasi adalah serangkaian upaya penataan,

perencanaan, perlindungan dan pengamanan, pembinaan habitat dan populasi,

pemanfaatan, pemberdayaan dan peningkatan kesadaran penduduk, peningkatan

kapasitas kelembagaan pengelola, koordinasi, monitoring dan evaluasi

pengelolaan kawasan konservasi (Susanto:2009). Yayasan Konservasi Laut

Indonesia (2007) menyatakan dalam menjaga dan melingdungi wilayah-wilayah

tertentu, maka perlu dikembangkan (1) Konservasi sumberdaya pesisir dan laut;

(2) Pemberdayaan penduduk pesisir dan pulau-pulau kecil dan (3) Penerapan

teknologi alternatif ramah lingkungan untuk kepentingan peningkatan pendapatan

ekonomi penduduk dan konservasi lingkungan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.

Dalam pemulihan ekosistem mangrove perlu melibatkan masyarakat, sehingga

masyarakat merasa ikut memiliki (sense of belonging) hutan mangrove tidak

tumbuh (Rizkam, 2010:85). Partisipatif perlu dikembangkan lebih lanjut melalui

pemberdayaan ekonomi masyarakat, pemberdayaan stakeholder, perlindungan

alam dan penegakan hukum lingkungan dalam kerangka pengelolaan lingkungan

berkelanjutan (Suryanto, 2004:94). Partisipasi berkaitan informasi tentang

keadaan penduduk, keterlibatan penduduk pada program pembangunan dalam

persiapan dan perencanaannya, karena tanpa keterlibatannya akan menyebabkan

kegagalan (Conyers, 1991:154). Sementara UNESCO (2010) menyatakan

kegagalan dalam konservasi pesisir harus didasari oleh kesadaran masyarakat

nelayan dan budaya yang berkembang di masyarakat. Kesadaran masyarakat

menjaga wilayah pesisir, maka perlu pemerintah berinisiatif memberdayakan

(24)

10

tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan hutan adalah sosial

ekonomi berupa, tingkat pendidikan, pendapatan, luas lahan garapan, frekuensi

penyuluhan, dan intensitas kegiatan petani (Lalogiroth, 2001). Kesadaran akan

pentingnya sumberdaya air yang berawal dari kesadaran pribadi, masyarakat,

sehingga penduduk menyadari untuk melestarikan sumberdaya dan mengelolanya

(Widayani dkk, 2011:13). Karakteristik sosial ekonomi berupa tingkat

pendidikan, luas lahan garapan, status sosial (pendapatan), motivasi dan

penyuluhan berpengaruh terhadap partisipasi (Hidayat, Sukesi dan

Kusumawarni:2009).

Keberhasilan program konservasi perairan Sagara Anakan berkaitan

dengan penduduk yang tinggal di sekitarnya, sehingga perlu adanya keterlibatan

penduduk yang memanfaatkan hutan, yaitu; petani, sedangkan di pesisir adalah

nelayan. Dari keadaan daerah yang berbeda, maka pelaksanaan konservasi perlu

dilakukan secara terpadu dengan melibatkan berbagai pihak baik pemerintah,

lembaga dan penduduk. Hal ini didasarkan bahwa penduduk tidak hanya

memperoleh manfaat dari mengolah lahan, tetapi perlu menyadari pentingnya

pemeliharaan dan perlindungan terhadap lingkungan, karena itu dalam

pelaksanaan program konservasi perlu sosialisasi dan penyuluhan. Partisipasi

penduduk dalam konservasi menjadi indikator yang sangat penting untuk

keberhasilan program konservasi. Partisipasi penduduk dapat ditingkatkan melalui

penyuluhan tentang pentingnya pelestarian sumberdaya lahan. Penyuluhan tentang

pelestarian lingkungan akan berdampak terhadap meningkatnya kualitas

(25)

11

dirasakan manfaatnya dan dilaksanakan oleh penduduk. Penyuluhan suatu

program pembangunan harus tetap mempertahankan kualitas tanah dan air serta

sumberdaya lahan untuk menjaga keberlangsungan dan kelestarian lahan

(Sutrisno, 2007). Dengan demikian partisipasi penduduk memiliki peran penting

untuk pelestarian lingkungan. Pelestarian lingkungan yang dilakukan melalui

konservasi, karena konservasi merupakan upaya untuk memelihara dan

melindungi keberlanjutan sumber daya yang ada pada DAS dan perairan Sagara

Anakan. Konservasi yang dilakukan pada DAS dan pesisir perlu dilakukan

terpadu dan berbeda yang sesuai dengan keadaan daerah, sehingga tingkat erosi

pada DAS menurun sedangkan di pesisir tidak mengalami pendangkalan dan

penyempitan. Konservasi terpadu harus melibatkan pemerintah, lembaga swasta,

tokoh masyarakat dan penduduk.

Konservasi merupakan upaya untuk memelihara dan melindungi

lingkungan, sehingga perlu menjadi kajian untuk dijadikan acuan dalam

pembelajaran geografi. Materi pembelajaran konservasi lingkungan terdapat pada

kurikulum KTSP kelas XI (sebelas) program IPS, karena Geografi termasuk

kelompok mata pelajaran IPS di SMA.

Dalam ruang lingkup pendidikan IPS, maka penelitian yang berhubungan

dengan kegiatan, sikap dan partisipasi penduduk dalam konservasi lingkungan

Sagara Anakan sangat berhubungan dengan dengan tradisi yang dikembangkan

pendidikan IPS. Hal ini didasarkan bahwa masalah penelitian adalah kompleksitas

dari ilmu-ilmu sosial, sehingga pendekatan dalam pendidikan IPS secara terpadu

(26)

12

yang akan membentuk perilaku yang diimplementasikan dalam konservasi lahan.

Dalam encyclopedia (2011) menyatakan Social studies is the "integrated study of

the social sciences and humanities to promote civic competence," as defined by the National Council for the Social Studies. Michigan Department of Education (2011) menyatakan Social studies is the integrated study of the social sciences to

prepare young people to become responsible citizens.

Studi sosial dan di Indonesia dikenal dengan IPS merupakan integrasi

ilmu-ilmu sosial dalam konteks individu, sosial, budaya, ekonomi, nilai dan

kegiatan penduduk secara keruangan dengan tujuan untuk membentuk warga

negara. Penduduk secara individu sangat dipengaruhi keadaan alam, sehingga

konservasi sebagai salah satu upaya pelestarian dan partisipasi penduduk dalam

pelestarian lingkungan Sagara Anakan sangat menarik untuk dikaji. Partisipasi

penduduk terhadap konservasi merupakan masalah sosial dan merupakan bagian

kajian dari materi kelompok IPS, terutama mata pelajaran geografi. Karena

geografi mempelajari interaksi antara manusia dan lingkungan seperti yang

dikemukakan oleh Winataputra dan Darojat (2007:1.43) bahwa mata pelajaran

geografi memusatkan pada upaya untuk memberikan bekal kemampuan dan sikap

rasional yang bertanggung jawab dalam menghadapi gejala alam dan kehidupan di

muka bumi serta permasalahanya yang timbul akibat interaksi antara manusia dan

lingkungannya. Atas dasar kajian tersebut dan Zainul dalam kurikulum program

studi IPS (2009:315) menyatakan bahwa Program Studi Pendidikan IPS bertujuan

untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dengan cara memperluas,

(27)

13

disiplin IPS, yaitu kemampuan konseptual, metode pendidikan, dan metode

disiplin ilmu; (b) kemampuan menerapkan konsep atau teori sebagai alat dan

deskripsi analisis-prediksi dan sebagai alat dalam memecahkan masalah empiris di

dalam bidang pendidikan IPS; (c) kemampuan untuk menemukan gagasan,

konsepsi, dan metode baru dalam bidang pendidikan IPS.

Pernyataan di atas merupakan tujuan Program Studi IPS Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, karena itu kajian dalam penelitian ini

merupakan penerapan konsep, teori untuk menganalisis partisipasi penduduk

dalam pelestarian lingkungan melalui konservasi. Meskipun kajian ini merupakan

kajian pembelajaran geografi, tetapi merupakan bagian dari kelompok IPS untuk

membangun sikap bertangung jawab dalam menghadapi gejala alam dan

kehidupan.

B.Identifikasi Dan Rumusan Masalah

Percepatan perubahan ini menyebabkan kegiatan-kegiatan nelayan, wisata,

olah raga, dan jasa penyeberangan menurun. Artinya bahwa dampak negatif dari

penyempitan, pendangkalan di perairan tersebut lebih besar daripada dampak

positifnya. Karena itu kegiatan penduduk di daratan, terutama DAS tetap

berjalan dan kegiatan di perairan Sagara Anakan berkelanjutan, maka perlu

partisipasi penduduk petani dalam menunjang pelestarian. Upaya-upaya dalam

pelestarian tersebut melalui konservasi secara terpadu di DAS dan pesisir Sagara

Anakan. Konservasi berkaitan dengan komponen biotik dan abiotik, yaitu faktor

(28)

14

Pelestarian melalui konservasi berkaitan dengan kegiatan penduduk.

Partisipasi berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi dalam mengolah lahan.

Karena pentingnya partisipasi dalam konservasi memunculkan masalah, yaitu

”Terjadinya kesenjangan di perairan Sagara Anakan yang seharusnya lestari tetapi

mengalami pendangkalan dan penyempitan. “Pendangkalan dan penyempitan

disebabkan erosi dari DAS yang bermuara ke perairan Sagara Anakan, maka DAS

yang mempengaruhinya perlu dilakukan konservasi yang melibatkan partisipasi

penduduk”. Konservasi sebagai upaya perlidungan terhadap lingkungan harus

dipahami penduduk, karena berhubungan dengan kegiatan penduduk.

Penelitian ini diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh tingkat pendapatan di daerah aliran sungai terhadap

sikap penduduk dalam konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.

2. Apakah terdapat pengaruh pengetahuan di daerah aliran sungai terhadap sikap

penduduk dalam konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.

3. Apakah terdapat pengaruh kepemilikan lahan di daerah aliran sungai terhadap

sikap penduduk dalam konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.

4. Apakah terdapat pengaruh tingkat pendapatan di daerah aliran sungai terhadap

tingkat partisipasi penduduk dalam konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.

5. Apakah terdapat pengaruh pengetahuan di daerah aliran sungai terhadap

tingkat partisipasi penduduk dalam konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.

6. Apakah terdapat pengaruh kepemilikan lahan di daerah aliran sungai terhadap

(29)

15

7. Apakah terdapat pengaruh Sikap di daerah aliran sungai terhadap tingkat

partisipasi penduduk penduduk dalam konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.

8. Bagaimana relevansi antara metode konservasi dengan materi konservasi pada

pembelajaran Geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA) ?.

9. Bagaimana keadaan Geografis daerah aliran sungai dalam pelaksanaan

konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian didasari oleh masalah yang muncul bahwa Sagara

Anakan memiliki berbagai fungsi. Dengan menurunnya fungsi tersebut perlu

adanya upaya konservasi, karena itu tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh tingkat pendapatan di daerah aliran sungai terhadap

sikap penduduk dalam konservasi Sagara Anakan.

2. Menganalisis pengaruh pengetahuan di daerah aliran sungai terhadap sikap

penduduk dalam konservasi Sagara Anakan.

3. Menganalisis pengaruh kepemilikan lahan di daerah aliran sungai terhadap

sikap penduduk dalam konservasi Sagara Anakan.

4. Menganalisis pengaruh tingkat pendapatan di daerah aliran sungai terhadap

tingkat partisipasi penduduk dalam konservasi Sagara Anakan.

5. Menganalisis pengaruh pengetahuan di daerah aliran sungai terhadap tingkat

tingkat partisipasi penduduk dalam konservasi Sagara Anakan.

6. Menganalisis pengaruh kepemilikan lahan di daerah aliran sungai terhadap

(30)

16

7. Menganalisis pengaruh sikap di daerah aliran sungai terhadap tingkat

partisipasi penduduk dalam konservasi Sagara Anakan.

8. Menganalisis relevansi antara metode konservasi dengan materi konservasi

pada pembelajaran Geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA).

9. Menganalisis keadaan Geografis daerah aliran sungai dalam pelaksanaan

konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.

D. Asumsi

Pendangkalan dan penyempitan perairan Sagara Anakan diakibatkan

sedimentasi material dari Ci Tanduy dan Ci Beureum. Untuk mengurangi erosi

dari sungai-sungai tersebut perlu dilakukan konservasi yang melibatkan

penduduk. Keterlibatan penduduk dalam konservasi dipengaruhi oleh keadaan

sosial ekonomi. Dari keadaan sosial ekonomi, maka peneliti berasumsi bahwa:

1. Tingkat pendapatan penduduk berpengaruh terhadap pembentukan sikap peduli

lingkungan.

2. Pengetahuan berpengaruh terhadap pembentukan sikap peduli lingkungan,

karena konservasi merupakan syarat mengolah lahan pertanian.

3. Luas kepemilikan lahan berpengaruh terhadap pembentukan sikap peduli

lingkungan, karena lahan menjadi dasar pemenuhan kebutuhan keluarga.

4. Tingkat pendapatan penduduk berpengaruh terhadap tingkat partisipasi, karena

dengan berpartisipasi dapat informasi yang harus dilakukan pada lahannya.

5. Pengetahuan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi, karena konservasi

(31)

17

6. Luas kepemilikan lahan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi, semakin

sempit lahan yang digarap, tingkat partisipasi kurang.

7. Sikap berpengaruh terhadap tingkat partisipasi, karena dengan memahami arti

pentingnya lingkungan terhadap kehidupan membentuk sikap yang cenderung

untuk berpartisipasi pada suatu program yang dirancang.

8. Keadaan fisis dan sosial berpengaruh terhadap terjadinya pendangkalan dan

penyempitan lingkungan Sagara Anakan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan menggambarkan suatu deskripsi tentang upaya

konservasi yang menuntut keterlibatan penduduk, serta mengkaji partisipasi

penduduk dalam pengolahan lahan tanpa mengurangi pekerjaan pokok.

1. Manfaat teoritis:

a. Mengembangkan teori partisipasi penduduk dalam konservasi yang menunjang

pelestarian lingkungan sebagai bahan pengayaan pada kurikulum mata

pelajaran Geografi.

b. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian ini memiliki arti penting sebagai bahan

pembelajaran di Sekolah, karena konservasi harus sesuai dengan keadaan

daerah setempat.

2. Manfaat praktis:

a. Penelitian ini memberikan kontribusi bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial bahwa dalam pembangunan wilayah dan

penduduk perlu dilakukan dengan pendekatan interdisipliner dan lintas sektoral

(32)

18

b. Bagi pihak perencana wilayah dan kota terutama Balai Konservasi Sumber

Daya Alam (BKSDA) Sagara Anakan, hasil penelitian sebagai masukan dalam

pengelolaan Sagara Anakan, sehingga dapat menunjang pembangunan secara

berkelanjutan.

E.Sistematika Penulisan

Penelitian ini membahas tentang partisipasi penduduk dalam konservasi

lingkungan Sagara Anakan. Penulisan hasil penelitian dibagi menjadi lima bab.

BAB I. Bab ini dibagi menjadi sub bab, yang mana pada latar belakang

menguraikan lingkungan yang mendukung kehidupan penduduk. Pada bab ini

menguraikan keadaan lingkungan yang seharusnya dan kenyataan, sehingga

memunculkan masalah. Rumusan masalah diperoleh dari gambaran keadaan

lingkungan Sagara Anakan. Karena itu masalah yang dimunculkan adalah

partisipasi penduduk dalam konservasi lingkungan. Masalah yang muncul

dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Dari pertanyaan penelitian ini yang perlu

dikaji dan dijawab,maka tujuan penelitian mencari jawaban yang tepat, sehingga

lingkungan Sagara Anakan dapat memberikan sumbangan terhadap keberlanjutan

lingkungan. Penelitian ini dapat bermanfaat baik untuk pengembangan keilmuan

maupun materi pembelajaran Geografi.

BAB II. Bab ini menguraikan kajian pustaka tentang masalah yang dikaji

dan dibagi menjadi sub bab Lingkungan hidup menguraikan tentang pengertian,

hubungan manusia dan alam. Pada sub bab Konservasi menguraikan tentang

pengertian, metode dan bentuk, factor-faktor konservasi, konservasi lingkungan

(33)

19

Penyuluhan. Sub bab Partisipasi menguraikan teori tentang pengertian, jenis, Pola

dan tahapan, pendapatan, pengetahuan serta kepemilikan lahan, Sub bab Sikap

menguraikan tentang pengertian dan komponen. Relevansi materi konservasi dan

materi pembelajaran konservasi geografi di SMA. Sub bab Penelitian terdahulu

dan Sub bab Kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III. Bab metode penelitian dibagi menjadi beberapa sub bab. Sub bab

Lokasi penelitian yang menggambarkan letak geografis. Sub bab Populasi dan

sampel menguraikan jumlah populasi dan sampel. Sub Bab Metode penelitian

menguraikan alasan pengambilan metode survey. Sub bab definisi konsep

menguraikan konsep tentang variabel penelitian. Sub bab Instrumen penelitian

menguraikan variabel yang dikembangkan menjadi instrument dan pengujian

validitas, realibilitas, normalitas, homogenitas, multikolinearitas dan analisis

konservasi. Sub bab Teknik pengumpulan dan analisis menguraikan memperoleh

data dan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV. Bab ini menguraikan hasil dan pembahasan dibagi menjadi

beberapa sub bab. Sub bab hasil penelitian menguraikan tentang kondisi fisis dan

sosial daerah penelitian. Sub bab deskripsi hasil penelitian menguraikan uji

statistic tentang pengaruh pendapatan, pengetahuan dan kepemilikan lahan pada

sikap dan partisipasi serta relevansi materi konservasi pada pembelajaran. Sub bab

pembahasan menguraikan tentang penjelasan pengaruh tiap variabel penelitian.

BAB V. Bab ini mengkaji kesimpulan dan rekomendasi yang didasarkan

pada hasil dan pembahasan. Sub bab kesimpulan menguraikan tentang hasil uji

(34)

20

sedangkan sub bab rekomendasi menguraikan tentang upaya yang perlu dilakukan

dalam konservasi, sehingga perairan Sagara Anakan lestari.

Daftar Pustaka. Pustaka yang digunakan yang mendukung masalah yang

dikaji yang berhubungan dengan partisipasi, sosial ekonomi dan partisipasi serta

(35)

91

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian

Koordinat geografis daerah penelitian antara 1080 01’15,66 “ BT – 1090

00’00” BT dan 70 01’12,96” LS –

70 46’44,4” LS, daerah ini meliputi daerah

aliran sungai yang bermuara ke perairan Sagara Anakan, yaitu, Ci Tanduy dan Ci

Beureum dan perairan Sagara Anakan yang meliputi daratan dan perairannya yang

selanjutnya disebut lingkungan Sagara Anakan. Daerah yang menjadi kajian

adalah penduduk yang menggarap lahan dari DAS bagian hulu, tengah, hilir dan

pesisir.

Daerah aliran Ci Tanduy yang berhulu dari Kabupaten Garut, Sumedang,

Majalengka, Ciamis, Tasikmalaya, Cilacap dan Kota Banjar, dan Ci Beureum

yang berhulu dari kabupaten Brebes, Banyumas dan Cilacap, serta daerah yang

terletak di daerah Sagara Anakan adalah Kecamatan Kampung Laut yang terdiri

atas 4 desa, yaitu Desa Klaces dan Ujungalang terletak sebelah Tenggara, Desa

Ujunggagak terletak sebelah Barat dan Desa Panikel di sebelah Utara.

Sebelumnya disebut Kampung Laut, karena sebagian besar dan penduduknya

tinggal dan bermata pencaharian di laut yaitu Sagara Anakan. Sekarang

kenampakannya sudah tidak berada di atas laut. Sebagian besar sudah tidak

berwujud rumah panggung yang berdiri di atas air, tetapi telah menjadi rumah

yang berdiri di daratan akibat sedimentasi. Pendangkalan dan penyempitan

(36)

92

sedimentasi yang materialnya berasal dari hulu sungai yang bermuara ke perairan

ini. Artinya lokasi Sagara Anakan sebagai pesisir berhubungan dengan Kegiat-

an penduduk di daerah aliran sungai.

B.Metode Penelitian

Dalam penelitian ini akan berkaitan dengan pengolahan dan pengelolaan

lahan oleh penduduk di daerah aliran Ci Tanduy dan Ci Beureum yang bermuara

ke Sagara Anakan. Kegiatan penduduk ini akan berpengaruh terhadap kegiatan

penduduk di Sagara Anakan, seperti nelayan, perdagangan, jasa transportasi dan

wisata. Kegiatan di Sagara Anakan menurun karena terjadi pendangkalan dan

penyempitan, sehingga menurunkan fungsinya sebagai daerah konservasi.

Wilayah yang terkait dengan fungsi perairan Sagara Anakan mencakup Kabupaten

Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cilacap dan Kota Banjar.

Untuk menganalisi pengaruh kegiatan penduduk pada daaerah aliran Ci

Tanduy dan Ci Beureum yang bermuara ke Sagara Anakan. Kegiatan penduduk di

DAS yang mempengaruhi kegiatan di pesisir. Dengan jumlah populasi sebesar

632.213 responden dengan sampel relative sedikit, tetapi dapat mewakili.

Sukmadinata (2007:82). Sedangkan Suharsimi A (1993:9) menyatakan bahwa

penelitian survey dibatasi pada pengertian sampel pada metode penelitian survey

dimana informasinya dikumpulkan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh

populasi secara bersamaan. Sampel yang relatif sedikit, tetapi dapat mewakili

populasi yang besar, maka sampel dibagi pada responden yang menggarap lahan

(37)

93

pengolahan lahan pada bagian DAS sama. Karena itu penelitian ini menggunakan

metode penelitian Survey.

C.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi wilayah yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah daerah

aliran Ci Tanduy dan Ci Beureum yang berpengaruh terhadap Sagara

Anakan/Pesisir. Karena penyempitan dan pendangkalan perairan Sagara Anakan

sangat dipengaruhi oleh wilayah daratan, terutama sungai-sungai yang mengalir

dan bermuara ke Sagara Anakan. Populasi wilayah adalah DAS diklasifikasikan

menjadi DAS bagian hulu, tengah, hilir dan dan pesisir Sagara Anakan.

Sedangkan populasi penduduk adalah penduduk yang mengolah lahan di daerah

aliran Ci Tanduy dan Ci Beureum. Daerah yang menjadi populasi adalah daerah

aliran sungai yang meliputi, kabuapten Sumedang, Garut, Majalengka,

Tasikmalaya, Ciamis, Brebes, Banyumas, Cilacap dan Kota Banjar. Luasnya

daerah penelitian, maka untuk pengambilan sampel, DAS dibagi menjadi 3

bagian, yaitu DAS hulu, tengah, hilir dan pesisir. Karena itu populasi penduduk

mengikuti batas alam yaitu punggungan yang membentuk batas DAS. Populasi

penduduk diperoleh dari persentase luas DAS dikalikan jumlah penduduk secara

administrative, sehingga populasi penduduk DAS dapat diperoleh.

Perubahan luas perairan disebabkan adanya sedimentasi material dari

daratan, maka kajian ini akan berkaitan kegiatan penduduk di DAS hulu, tengah

dan hilir, yaitu; daerah aliran Ci Tanduy dan Ci Beureum yang bermuara ke

perairan Sagara Anakan. Perubahan Luas perairan Sagara Anakan dianalisis

(38)

94

2005. Daerah yang berpengaruh terhadap sedimentasi dan pendangkalan

disebabkan oleh kegiatan penduduk yang mengolah lahan, karena itu penduduk

yang mengolah lahan di DAS tersebut menjadi populasi penelitian.

Penduduk yang dijadikan sampel adalah kegiatan penduduk dalam

mengolah lahan di DAS hulu, tengah, hilir dan pesisir. Sampel yang dijadikan

dasar penelitian harus mewakili seluruh DAS hulu, tengah, hilir dan pesisir.

Karena jumlah populasi didasarkan batas DAS, maka pengambilan sampel

didasarkan klasifikasi DAS bagian hulu, tengah, hilir dan pesisir.

Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi daerah penelitian dengan

menggunakan formula Slovin (Taro Yamane) sebagai berikut:

Dimana:

N = Besar Ukuran Populasi ;

n = ukuran sampel minimum ;

d = taraf signifikansi penelitian

Pada penelitian ini ukuran populasi petani berkisar 632.213 responden

yang tinggal pada DAS. Taraf penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 5 %, maka jumlah sampel minimum yang harus diambil adalah:

responden

Dari hasil perhitungan formula di atas diperkirakan penduduk DAS yang

memiliki mata pencaharian petani sekitar 632.213 responden, maka diperoleh

(39)

95

sampel responden diambil dari tiap bagian DAS yaitu; DAS bagian hulu, bagian

tengah, hilir dan pesisir. Dari data primer dari penduduk akan tergambar tentang

karakteristik kehidupan maupun keadaan fisis daerah penelitian ini, sehingga akan

mudah menentukan partisipasi dalam konservasi yang seharusnya. Sampel yang

diambil dari tiap bagian DAS sebanyak 100 responden.

D.Definisi Konsep

Pengembangan merupakan usaha untuk meningkatkan dari sesuatu yang

belum berkembang. Pada penelitian ini pengembangan diarahkan untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat yang kegiatannya behubungan dengan

pelestarian Sagara Anakan.

1. Partisipasi Penduduk

Menurut Isbandi (2007:27) Partisipasi penduduk adalah keikutsertaan

masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di

masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk

menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan

masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Nasdian, Fredian

(2004:9) memaknai partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga

komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan

menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat

menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan:

Pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau

dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi

(40)

96

Partisipasi yang dimaksud merupakan partisipasi penduduk dalam

konservasi Sagara Anakan. Konservasi berkaitan dengan cara-cara dalam

mengolah lahan. Dalam konservasi, maka pengolahan lahan yang dilakukan tidak

menimbulkan dampak negatif, karena itu perlu adanya sosialisasi bahwa kegiatan

yang menuntut partisipasi penduduk untuk mengurangi dampak pada lahan yang

digarapnya. Partisipasi untuk mengurangi dampak tersebut dengan melakukan

konservasi pada lahan yang digarapnya. Dengan partisipasi dalam konservasi

merupakan bentuk dari pelestarian lingkungan, tetapi partisipasi penduduk

berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi. Dalam penelitian ini sosial

ekonomi berkaitan dengan pendapatan, pendidikan dan kepemilikan lahan.

2. Pendapatan

Pendapatan merupakan variabel yang menentukan keadaan sosial ekonomi

penduduk. Peningkatan pendapatan dengan melakukan penyuluhan beberapa jenis

kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan secara terpadu (Sarjono; 1998:2).

Dengan pendapatan yang memadai akan meningkatkan partisipasi penduduk

dalam menjaga lingkungan. Dengan meningkatnya kualitas lingkungan di Sagara

Anakan dan meningkatnya tarap hidup dan perekonomian, maka akan

meningkatkan partisipasi penduduk dalam mempertahankan kelestarian

lingkungan hutan dan perairan Sagara Anakan (Pratama Krida, 1996:26).

Pertanyaan tersebut menunjukan bahwa kelestarian lingkungan akan terpelihara

jika adanya partisipasi dan partisipasi akan meningkat jika pendapatan penduduk

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

(41)

97

Penyempitan an pendangkalan Sagara Anakan mengakibatkan lahan

pencarian ikan semakin sempit, sehingga mata pencaharian penduduk bergeser ke

mata pencaharian alternative yang masih dicoba (BPKSA, 2004:11). Mata

pencarian ini merupakan usaha dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dengan mata

pencaharian yang sempit berdampak terhadap pendapatan dan tingkat

kesejahteraan penduduk. Artinya penduduk akan berusaha memenuhi

kebutuhannya dengan berbagai cara yang mungkin melanggar, karena penduduk

beranggapan suatu daerah menjadi sumber kehidupannya secara turun temurun,

sehingga ada larangan akan menimbulkan masalah (Supriharyono, 2008:391).

Kondisi sosial ekonomi relatif tertinggal dengan mata pencaharian yang semakin

sedikit, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mencari mata

pencaharian lain, maka hutan dan hutan mangrove sebagai komoditinya dan

terjadi penebangan liar (Supriyanto, 2009:60).

Pendapat di atas menggambarkan bahwa kelestarian lingkungan sangat

dipengaruhi oleh mata pencaharian penduduk, karena itu dalam melaksanakan

program konservasi lingkungan perlu dilakukan melalui pemberdayaan.

Supriharyono (2008:399) menyatakan peningkatan partisipasi dapat dilakukan

melalui; 1) pelatihan dan bimbingan, 2) mengembangkan sarana dan prasarana, 3)

mensosialisasikan pentingnya konservasi lingkungan, 4) menyebarluaskan

pemanfaatan potensi sumberdaya secara lestari, 5) melakukan pengawasan dan 6)

melakukan pemulihan habitat sumberdaya alam. Untuk meningkatkan partisipasi

perlu penduduk memahami arti pentingnya konservasi, sehingga suatu lingkungan

(42)

98

Tentang Sistim Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Penyuluhan

menurut UU SP3K ini, adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta

pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan

dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan

sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi

usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam

pelestarian fungsi lingkungan hidup (Sutrisno; 2007). peningkatan frekuensi

penyuluhan akan berakibat pada menurunnya keinginan bagi masyarakat petani

untuk melakukan pengrusakan terhadap hutan sekitar pemukiman petani

(Lalogiroth; 2001). Untuk meningkatkan produksi dipengaruhi oleh pemahaman

yang kurang, karena intensitas kontak dengan penyuluh sedang/jarang dilakukan

(Hidayat, Sukesi dan Kusumawarni; 2009).

Perubahan luas Sagara Anakan perlu ditindaklanjuti dengan peraliran mata

pencaharian penduduk. Untuk mengubah mata pencaharian dari nelayan kea rah

mata pencaharian lain diperluan adanya pengatahuan. Delta dijadikan lahan

pemukiman bahkan menjadi lahan pertanian cenderung kurang memperhatikan

keseimbangan lingkungan dengan penebangan hutan yang mempercepat

meluasnya daratan (BPKSA;2004:11). Untuk meningkatkan pengetahuan

dilakukan pelatihan keterampilan unuk meningkatkan produksi. Prasetio

(1998:78) menyatakan pemenuhan kebutuhan hidupa baik makan, tempat tinggal

maupun biaya-biaya lain tidak terlepas dari apa yang ada disekitarnya. Terutama

(43)

99

kewajiban terhadap lingkungan hidup yang ada semakin mendorong mereka

melakukan perusakan lingkungan.

Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa untuk meningkatkan

pendapatan perlu meningkatkan pengetahuan yang menunjang pengembangan

mata pencaharian, sehingga dengan pengetahuannya dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhannya.

4. Kepemilikan lahan

Lahan yang dimiliki maupun digarap disebut dengan kepemilikan

lahan. Kepemilikan lahan yang dikuasai akan berpengaruh terhadap tingkat

kemakmuran petani (Mubyarto; 1993:97). Artinya bahwa semakin luas lahan yang

dikuasai atau digarap akan mengingkatkan pendapatan petani yang mendorong

tingkat kesejahteraan dan kemakmuran. Pendapatan penduduk yang rendah karena

pada umumnya rata-rata memiliki luas lahan yang digarap 0,29 ha/keluarga

(Darsiharjo, 2010:124). Sedangkan dari data statistik diperoleh gambaran bahwa

rata-rata kepemilikan lahan garapan yang sempit juga terjadi di daerah penelitian

yaitu; 0,13 ha/jiwa (BPS,2009).

Dari pernyataan tersebut menggambarkan bahwa kepemilikan lahan

berpengaruh terhadap pendapatan dan menunjukan kondisi sosial ekonomi petani,

karena itu jelas bahwa untuk memenuhi kebutuhan penduduk, perlu upaya dalam

memenuhi kebutuhan hidup petani dengan usaha lain dengan memanfaatkan lahan

yang digarap maupun dimilikinya.

(44)

100

Attitudes are evaluative statement favorable or unfavorable related to person, object or event. They reflect that how one feel about something (Saeed Khamseh : 2011). Definisi tersebut menunjukan bahwa sikap berkaitan dengan

berpikir untuk menilai suatu objek atau gejala yang didorong perasaan, sehingga

memunculkan motivasi untuk melakukan tindakan.

6. Konservasi

Konservasi merupakan suatu usaha untuk memelihara dan melindungi

sumberdaya alam, karena memiliki manfaat yang lebih besar bagi penduduk dan

pembangunan secara berkelanjutan. Konservasi perlu adanya keterlibatan

penduduk, karena penduduk yang memanfaatkan lingkungan tersebut. Dengan

keterlibatan penduduk, pemenuhan kebutuhan dapat diperoleh dari lingkungan

tersebut, tetapi berdampak terhadap pembangunan berkelanjutan.

DAS diartikan suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang

menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh diatasnya ke

suangai yang akhirnya bermuara ke danau atau laut (Darsiharjo, 2010:11). Pada

DAS terjadi interaksi unsut biotik dan abiotik termasuk manusia. Artinya DAS

merupakan suatu daerah memiliki karakteristik hubungan timbal balik diantara

unsur tersebut yang akhirnya disebut dengan lingkungan. Lingkungan merupakan

suatu tempat yang terdiri dari unsur biotik dan abiotik termasuk manusia yang

saling berinteraksi. Interaksi tersebut merupakan suatu proses keseimbangan,

tetapi dengan adanya manusia dengan perilakunya, maka lingkungan mengalami

perubahan yang mengarah pada terganggunya lingkungan sampai terjadinya

(45)

101

dengan terjadinya erosi, sedimentasi, pendangkalan dan penyempitan di tempat

yang lebih landai. Dengan demikian konservasi lingkungan pada DAS merupakan

upaya untuk mengurangi erosi yang ditimbulkan akibat perilaku penduduk dalam

menggunakan lahan. Untuk mengurangi erosi ada metode dalam menggarap

lahan, sehingga erosi diperkecil.

Tingkat erosi akan berdampak terhadap sedimentasi di Sagara

Anakan. Sagara Anakan merupakan suatu tempat yang memiliki ciri khas, dimana

keadaan alam dan penduduknya saling mempengaruhi. Sagara anakan dibedakan

menjadi perairan dan penduduk yang ada tinggal pada lahan akibat sedimentasi,

sehingga sewaktu musim hujan air meluap dan musim kemarau terjadi penurunan

muka air laut. Kehidupan pada daerah ini tergantung pada kondisi alam yang ada.

Sagara Anakan merupakan laut tempat bermuaranya Ci Tanduy, Ci

Beureum, yang terhalang pulau Nusa Kambangan. Pratama Krida (1996:9)

menyatakan bahwa Sagara Anakan adalah perairan yang mengalami sedimentasi.

Prasetio (1998:1) menyatakan bahwa Sagara Anakan merupakan laut kecil antara

pulau Nusa Kambangan dengan pulau Jawa. Mangrove forest areas are larger

5.034 ha due to the economic recession in 1997. At that time llegal logging activities were a causal factor for decreasing mangrove forest in addition to the sedimentation process from agricultural use (Sastranegara; 2004:10).

Pernyataan di atas menunjukan bahwa Sagara Anakan merupakan perairan

atau laut kecil, yang terletak antara 2 pulau, sehingga arus laut Sagara Anakan

kurang terpengaruh arus Samudera Hindia. Akibatnya material hasil erosi yang

(46)

102

pendangkalan dan penyempitan. Karena perairan Sagara Anakan di pengaruhi

kondisi fisis dan sosial yang berasal dari Ci Tanduy dan Ci Beureum, selanjutnya

disebut lingkungan Sagara Anakan.

Kehidupan penduduk berkaitan dengan pendapatan, pengetahuan dan

kepemilikan lahan terhadap sikap serta impelemntasinya pada partisipasi

penduduk dalam konservasi. Penelitian ini untuk menggali dan menyusun suatu

cara partisipasi penduduk yang sesuai keadaan daerah. Upaya konservasi yang

sesuai untuk memelihara potensi lingkungan DAS dan perairan Sagara Anakan

dapat bermanfaat bagi penduduk secara berkelanjutan.

E.Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data primer dari responden yang mengolah lahan di

daerah aliran Ci Tanduy dan Ci Beureum dan pesisir Sagara Anakan dilakukan

dengan intrumen penelitian. Instrumen penelitian dikembangkan berdasarkan

variabel-variabel penelitian, seperti:

1. Sosial Ekonomi meliputi; pendapatan, pengetahuan dan kepemilikan lahan.

2. Sikap diperoleh dengan memahami tentang pentingnya konservasi, sehingga

penduduk merasakan pentingnya partisipasi.

3. Partisipasi penduduk merupakan keterlibatan penduduk dalam konservasi baik

berupa; Uang, Barang/harta benda, tenaga, ide/gagasan dan sosial.

F. Pengembangan Instrumen

1. Analisis Partisipasi

Penelitian ini didasarkan bahwa partisipasi dalam konservasi berkaitan

(47)

103

maka instrumen dikembangkan berdasarkan variabel-variabel penelitian.

Struktural hubungan kausal antara variabel pengaruh (penyebab/eksogenous)

dengan variabel terpengaruh (Akibat/Endogenous). Dalam pengembangan

instrumen, maka variabel-variabel penelitian dikembangkan menjadi kisi-kisi

dan menggambarkan indikator yang menjadi item-item instrumen penelitian.

Data primer dari responden diperoleh dengan menggunakan pedoman

wawancara, tetapi harus dilakukan ujicoba untuk mengetahui tingkat validitas

instrument. Hasil uji coba tersebut dianalisis dengan menggunakan formula dari

Pearson Product Moment (PPM). Hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS 16.0. Dari uji validitas data, pertanyaan-pertanyaan untuk

memperoleh data primer perlu uji kepercayaan. Dari uji validitas data menunjukan

bahwa instrument valid. Karena itu daftar pertanyaan tersebut dilakukan uji

realibilitas. Uji realibilitas diperlukan untuk memperoleh tingkat ketepatan alat

pengumpul data (instrument) yang digunakan. Formula yang digunakan untuk uji

realibilitas instrument dengan menggunakan metode alpha.

Nilai realibilitas data dikatakan reliabel jika hasil analisis tersebut

memperoleh nilai di atas 0,6. Dari hasil uji reabilitas instrument dengan

menggunakan program SPSS versi 16.0 diperoleh nilai alpa Cronbach 0,891,

maka 0,891 > 0,6, maka data tersebut reliabel.

Untuk memperoleh data primer dari penduduk, maka pertanyaan

dikembangkan dari variabel dan indikator. Dari pengembangan indikator

menjadi daftar pertanyaan sebagai yang dijadikan pedoman untuk menjaring data

(48)

104

1. Normalitas, Homogenitas dan Multikolinearitas

Pengujian data Statistik untuk uji normalitas pada DAS ini menggunakan

statistik uji Kolgomorov-Smirnov dengan bantuan software SPSS ver 16.0 for

windows. Dari uji normalitas DAS tersebut, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Partisipasi

N 40

Normal Parametersa Mean 89.2162

Std. Deviation 2.63272

Asymp. Sig. (2-tailed) .280

a. Test distribution is Normal.

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Partisipasi Dalam Konservasi

Konsep Teoritis Variabel Indikator Instrumen Partisipasi Penduduk dalam

Tingkat Partisipasi: Data diperoleh dari jawaban responden tentang tingkat partisipasi dengan model skala Likert (5 option) dengan indicator-indikator sbb:

(49)

105 any given object, idea or person is an enduring system with a cognitive component, an affective component an behavior tendency Allport G.W (1935:54)

Sikap Data diperoleh dari jawaban responden tentang sikap penduduk dengan model skala Likert (5 option) dengan indicator-indikator sbb:

1.Kognisi (beliefs, ide dan konsep) a. Keyakinan dalam pelestarian adalah aspek geomorfologi, sosial ekonomi, ecology dan kesesuaian lahan (Erftemeijer P, et al;1988:35). Pelestarian sumberdaya hayati man sumber genetic dan tipe ekosistemnya, c) terkendalinya

Data diperoleh dari jawaban responden tentang tingkat Pendapatan /bulan :yang diperoleh dari :

1. Pekerjaan pokok

2. Pekerjaan sampingan

3.Biaya

a.kebutuhan keluarga, pendidikan, b.Biaya/modal

c.Perbandingan

4.Upaya menambah pendapatan

5. Biaya melakukan konservasi

Gambar

Gambar Peta Geologi daerah penelitian …………………………
Tabel 3.2. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tabel 3.3. Coefficientsa
Tabel  3.4. Instrumen Metode Vegetatif No Kegiatan Metode Vegetatif
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh diet bebas gluten dan kasein terhadap perkembangan anak autis di SLB Khusus Autistik Fajar Nugraha

Bumi Kencana Murni Chemical Industry Madiun yang menjadi responden dalam penelitian ini telah mengabdi sebagai karyawan perusahaan selama 11 sampai 20

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagoi innovator , kepala sekolah/madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, gambaran dan perilaku penggunaan juga hubungan antara tingkat pengetahuan penggunaan obat non resep pada ibu

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, peneliti merencanakan suatu penelitian untuk mengembangkan media pembelajaran dengan mengambil judul “ Pengembangan Bahan Ajar dalam

KIPRAH SUDHARMONO DALAM DUNIA PERPOLITIKAN GOLONGAN KARYA (1983-1988).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Sumbawa Aktifitas perdagangan sangat ditentukan oleh ketersediaan pasar, hal ini ditandai dari peningkatan jumlah pasar tradisional dari 12 pasar trasional pada