Dede Sugandi, 2013
Pengaruh Pendapatan, Pengetahuan Dan Kepemilikan Lahan Terhadap Sikap Dan Implementasinya Pada Partisipasi Penduduk Dalam Konservasi Lingkungan Sagara Anakan
ENGARUH PENDAPATAN, PENGETAHUAN DAN
KEPEMILIKAN LAHAN TERHADAP SIKAP DAN
IMPLEMENTASINYA PADA PARTISIPASI PENDUDUK
DALAM KONSERVASI LINGKUNGAN SAGARA ANAKAN
(Bahan Pembelajaran Geografi di SMA tentang Konservasi)
DISERTASI
Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh :
Dede Sugandi 090 7670
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Dede Sugandi, 2013
Pengaruh Pendapatan, Pengetahuan Dan Kepemilikan Lahan Terhadap Sikap Dan Implementasinya Pada Partisipasi Penduduk Dalam Konservasi Lingkungan Sagara Anakan
PENGARUH PENDAPATAN, PENGETAHUAN DAN KEPEMILIKAN
LAHAN TERHADAP SIKAP DAN IMPLEMENTASINYA PADA
PARTISIPASI PENDUDUK DALAM KONSERVASI LINGKUNGAN
SAGARA ANAKAN
(Bahan Pembelajaran Geografi di SMA tentang Konservasi)
Disetujui dan Disyahkan oleh:
Promotor,
Prof. Dr. H. Disman, MS NIP. 19590209 198412 1 001
Kopromotor,
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003
Anggota,
Prof. Dr. H. Darsiharjo, M.S NIP. 19620921 198603 1 005
Diketahui Oleh
Ketua Program Studi Pendidikan IPS
Dede Sugandi, 2013
Pengaruh Pendapatan, Pengetahuan Dan Kepemilikan Lahan Terhadap Sikap Dan Implementasinya Pada Partisipasi Penduduk Dalam Konservasi Lingkungan Sagara Anakan
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Disertasi yang berjudul “Pengaruh Pendapatan,
Pengetahuan dan Kepemilikan Lahan Terhadap Sikap dan Implementasinya pada
Partisipasi Penduduk Dalam Konservasi Lingkungan Sagara Anakan” ini
sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan
plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau dalam klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Bandung; Pebruari 2013
Yang membuat pernyataan,
Dede Sugandi, 2013
Pengaruh Pendapatan, Pengetahuan Dan Kepemilikan Lahan Terhadap Sikap Dan Implementasinya Pada Partisipasi Penduduk Dalam Konservasi Lingkungan Sagara Anakan
ABSTRAK
PENGARUH PENDAPATAN, PENGETAHUAN DAN KEPEMILIKAN LAHAN TERHADAP SIKAP DAN IMPLEMENTASINYA PADA PARTISIPASI PENDUDUK DALAM KONSERVASI LINGKUNGAN
SAGARA ANAKAN
Oleh : Dede Sugandi
Dibimbing Oleh : Prof. Dr. H. Disman, M.S, Prof. Dr. Dadang Supardan, M.Pd dan Prof. Dr. H. Darsiharjo, M.S
Eksploitasi lingkungan Sagara Anakan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang ditunjukan dengan terjadinya pendangkalan dan penyempitan luas. Pendangkalan dan penyempitan berdampak terhadap penurunan potensi sumberdaya. Untuk mengatasi kerusakan lingkungan Sagara Anakan perlu dilakukan secara terpadu antar lembaga, pemerintahan dan penduduk.
Rumusan masalah yang dikaji dengan mengajukan pertanyaan 1) Apakah terdapat pengaruh tingkat pendapatan di DAS terhadap sikap penduduk ?, 2) Apakah terdapat pengaruh pengetahuan di DAS terhadap sikap penduduk ?, 3) Apakah terdapat pengaruh luas kepemilikan lahan di DAS terhadap sikap penduduk ?, 4) Apakah terdapat pengaruh tingkat pendapatan di DAS terhadap partisipasi penduduk ?, 5) Apakah terdapat pengaruh pengetahuan di DAS terhadap partisipasi penduduk ?, 6) Apakah terdapat pengaruh luas kepemilikan lahan di DAS terhadap partisipasi penduduk ?, 7) Apakah terdapat pengaruh Sikap di DAS terhadap Partisipasi ?, 8) Bagaimana relevansi antara metode konservasi dengan materi konservasi pada pembelajaran Geografi di SMA ? dan 9) Bagaimana keadaan Geografis DAS dalam pelaksanaan konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.
Untuk menganalisis masalah tersebut menggunakan metode survey. Teknik analisis dengan menggunakan Analisis Path. Populasi penduduk adalah penduduk yang mengolah lahan pada DAS bagian hulu, tengah, hilir dan pesisir. Untuk menjaring data dari responden dikembangkan instrument yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian.
Dede Sugandi, 2013
Pengaruh Pendapatan, Pengetahuan Dan Kepemilikan Lahan Terhadap Sikap Dan Implementasinya Pada Partisipasi Penduduk Dalam Konservasi Lingkungan Sagara Anakan
Kata Kunci : Pendapatan, Pengetahuan, Kepemilikan lahan, Sikap dan Partisipasi.
ABSTRACT
EFFECT OF REVENUE, KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF LAND OWNERSHIP AND PARTICIPATION IN POPULATION IN IMPLEMENTATION ENVIRONMENTAL CONSERVATION
By: Dede Sugandi
Supervised by: Prof. Dr. H. Disman, M.S, Prof. Dr. Dadang Supardan, M.Pd and Prof. Dr. H. Darsiharjo, M.S
Exploitation of Sagara Anakan had to be resulting in environmental damage was approved by extensive sedimentation and narrowing. The sedimentation and narrowing the potential impact on the reduction of resources. For reducing the environmental damage of Sagar Anakan need to be done in an integrated manner, both among institutions, governments and people.
Formulation of the problem research were assessed by asking questions 1) Is there influence of income levels in the watershed to the attitude ?, 2) Is there influence of knowledge in the watershed to the attitude ?, 3) Is there influence of land ownership in the watershed to the attitudes ?, 4) Is there influence of income level in the watershed to the participation level ?, 5) Is there influence of knowledge in the watershed to the participation ?, 6) Is there influence of land ownership in the watershed to the participation ?, 7) Is there influence of attitude in the watershed to the participation?, 8) How relevance between conservation methods and on geography learning in high school ?, and 9) How condition of Geographyc at watershed conservation in Sagara Anakan environment ?.
To analyze these issues using survey methods. Engineering analysis using Path Analysis. The population is a population that cultivate land in the watershed upstream, middle, downstream and coastal areas. To capture the data from the respondents developed instrument relating to the study variables.
The conclusion suggests that participation is dipengariuhi by income, land ownership and the knowledge and attitudes. To increase resident participation in conservation, ka necessary empowerment to increase revenue without disturbing less land accordingly. Coastal conservation form needs to be done to restore function Sagara dredging nymphs. The increase in revenue should be done through empowerment, so that resources can be used optimally and in accordance with the characteristics of the watershed section. Conservation methods and forms of learning geography is shallow and narrow, so we need enrichment. Areas that need to be considered by farmers and forest land is not suitable slope through counseling conducted by the government, so farmers have a sense of having done jointly between the government and the population are integrated in conservation.
Dede Sugandi, 2013
DAFTAR ISI
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konservasi ……
4. Konservasi Lingkungan Sagara Anakan ………
C. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dan Pesisir Secara
1. Pengertian Partisipasi ……….
F. Relevansi Materi Konservasi Pada Pembelajaran
Geografi Di SMA .………
1. Pengertian Materi dan Karakteristik Pengayaan ……..
2. Materi Konservasi pada Pembelajaran Geografi di SMA
G. Penelitian Terdahulu …………..………..
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ………
2. Normalitas, Homogenitas dan Multikolinearritas ....…
3. Analisis Konservasi ...………..………
G. Teknik Pengumpulan Data .……….…………
H. Teknik Analisis ………….……….……..
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Fisis …..……….………
a. Lokasi Penelitian ……..………
b. Iklim ………….……….
c. Geologi dan Geomorfologi ………...
d. Tanah ………
c. Pengaruh Kepemilikan lahan terhadap Sikap ...……
2. Pengujian Sub Struktur 2, Pengaruh X1, X2, X3,
dan X4 terhadap Y ...
a. Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap Partisipasi ..
b. Pengaruh Pengetahuan terhadap Tingkat Partisipasi ..
c. Pengaruh Kepemilikan Lahan terhadap Tingkat
Partisipasi ………...……….
d. Pengaruh Sikap terhadap Tingkat Partisipasi ………
4. Keadaan Geografis DAS dalam pelaksanaan
DAFTAR TABEL
Penciptaan Pengetahuan ………
Kompetensi Dasar KTSP ………
Kisi-kisi Instrumen Partisipasi Dalam Konservasi ...
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ………..
Coefficientsa ………..
Instrumen Metode Vegetatif ………
Instrumen Metode Mekanik dan Kimia ……….
Instrumen Bentuk Konservasi Pesisir ………..
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ……….
Data Curah Hujan Kabupaten Cilacap tahun 2000-2009.
Data Curah Hujan Kabupaten Ciamis tahun 2000–2009.
Curah hujan Ci Tanduy dan Ci Beureum tahun 2009 …
Luas Kemiringan Lereng Daerah Aliran Ci Tanduy dan
Ci Beureum ………..
Luas Penggunaan Lahan Daerah Aliran Ci Tanduy dan
Ci Beureum ……….
Luas Lahan Pertanian di Kec.Kampung Laut ………..
Jumlah dan Kepadatan penduduk ………
Luas dan Jumlah Penduduk Daerah Penelitian ………
Jumlah Penduduk Kecamatan Kampung Laut ………..
Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2009 ………
Persentase Luas DAS ………..
Mata Pencaharian Penduduk berdasarkan Luas DAS …
Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kec.Kampung
Laut ………
Tingkat Pendidikan di Daerah Penelitian secara
Tabel 4.16
Sarana perhubungan di Kampung laut ………..
Kelas Interval Pendapatan ………..
Kelas Interval Pengetahuan ……….
Kelas Interval Kepemilikan lahan ……….. ………….
Kelas Interval Sikap ……… Kelas Interval Partisipasi ……….
Model Summary ………
Coefficientsa ……….
Model Summary ………
Coefficientsa ………
Rekapitulasi Koefisien Jalur dan Pengujian Taraf
Signifikan ………
Dekomposisi Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan
Pengembangan Partisipasi ………
Perbedaan Pengguanan Metode Konservasi vegetatif
Perbedaan Pengguanan Metode Konservasi Mekanik ...
Perbedaan Pengguanan Metode Konservasi Mekanik ...
Bentuk konservasi di pesisir Sagara Anakan ...
DAFTAR GAMBAR DAN PETA
Lingkaran Setan Kemiskinan ……….
Kerangka Pemikiran ...
Paradigma Penelitian ………..
Persamaan Struktural Analisis Path ...
Peta Lokasi penelitian ………. Gambar Peta Geologi daerah penelitian ……… Peta Kemiringan Lereng ………. Gambar Peta Tanah ……….
Gambar Peta Penggunaan lahan ………...
Gambar Peta Trayek Angkutan di perairan Sagara Anakan ……
DAFTAR GRAFIK
Kelas Interval Variabel Pendapatan ….………..
Kelas Interval Variabel Pengetahuan ….……….
Kelas Interval Variabel Kepemilikan lahan ……….
Kelas Interval Variabel Sikap ………
Kelas Interval Variabel Partisipasi …....………. Partisipasi dalam bentuk Uang ………
Partisipasi dalam bentuk Barang ..………
Partisipasi dalam bentuk Tenaga .. ……… Partisipasi dalam bentuk Ide/gagasan ………
Partisipasi dalam bentuk Sosial ...
Partisipasi Model Konservasi Mekanik ……… Partisipasi Model Konservasi Mekanik ……… Partisipasi Model Konservasi Kimiawi ……… Partisipasi Model Konservasi Kimiawi ……… Partisipasi Model Konservasi Pesisir ..………
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perkembangan penduduk menyebabkan kebutuhan manusia dari hari ke
hari semakin meningkat, sedangkan luas permukaan lahan relatif tetap. Artinya
akan terjadi penurunan luas lahan pertanian yang berdampak terhadap penurunan
produksi (Collier, 1996:98). Realita hidup dan kehidupan manusia tidak terlepas
dari alam dan lingkungannya, karena itu pemenuhan kebutuhan diperoleh dari
lingkungan, terutama dengan memanfaatkan lahan (Jaya, 2004). Tisdell (1993:2)
menyatakan bahwa The major portion of the dominant theory of welfare
economics is based upon the view that the wants of individuals are to be satisfied to the maximum extent possible by the allocation of resources. Selanjutnya ada teori Malthus yang dikemukakan oleh Grubler (1998:325) menyatakan advance in
agriculture productivity to be unlike to keep pace with the rate of population growth. Consequently, he believed that agriculture and, in particular, land availability would constitute the ultimate constraint to population growth. Perkembangan penduduk berdampak pada cara pemenuhannya dalam mengelola
lahan. Pertambahan penduduk disertai dengan berkurangnya luas hutan untuk
perladangan (Soemarwoto, 2001:23). Tisdell (1993:16) menyatakan rising global
levels of human population and growing levels of per capita consumption may create severe natural resource shortages and pollution problems. Selanjutnya dinyatakan seriously deterioration of agriculture soils is occurring worldwide due
2
Pernyataan di atas menunjukan bahwa perkembangan penduduk diikuti
dengan peningkatan kebutuhan hidup, sehingga akan berdampak terhadap
perubahan penggunaan dan pengolahan lahan yang lain. Lingkungan merupakan
suatu tempat untuk memenuhi kebutuhan, karena itu, lingkungan harus dapat
memberikan fungsi berkelanjutan. Tetapi jika lingkungan dieksploitasi tanpa
memperhatikan keseimbangan akan menimbulkan masalah.
Ismawan (1999: 22) menyatakan terdapat isu utama terkait dengan
permasalahan lingkungan, yaitu, air, deforestasi, erosi, lahan kritis dan kerusakan
sumberdaya alam. Eksploitasi sumberdaya alam hutan berpengaruh terhadap
sumber daya alam lain. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.
677/Kpts-II/1998, menyatakan bahwa hutan negara yang dicadangkan atau
ditetapkan oleh menteri untuk dikelola oleh masyarakat yang tinggal di dalam dan
di sekitar hutan dengan tujuan pemanfaatan hutan secara lestari sesuai dengan
fungsinya dan menitikberatkan kepentingan menyejahterakan penduduk.
Soeriatmadja (1997:59) menyatakan bahwa hutan berpengaruh terhadap tiga
faktor lingkungan yang saling berhubungan, yaitu iklim, tanah dan pengadaan air
bagi berbagai wilayah. Hutan bermanfaat bagi kehidupan yang diperoleh bila
hutan terjamin eksistensinya. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari
hutan akan memberikan peranan nyata jika pengelolaan sumber daya alam berupa
hutan seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan
berkelanjutan (Rahmawaty:2004).Sedangkan Dietz (1998:23) menyatakan bahwa
usaha melindungi hutan melalui peraturan akan menjadi sia-sia, karena petani
3
memenuhi kebutuhannya. Pernyataan lain bahwa considerable declines in the
world’s forest are anticipated. These forests are now disappearing at the rate of
20 million hectares per years mainly to supply forest product and firewood (Tisdell, 1993:17). Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi perkebunan
campuran dan pemukiman membawa dampak terhadap peningkatan bahaya erosi
(Dewi, 2004:6). Sementara Ismawan (1999 : 23) menyatakan deforestasi
(penggundulan hutan) serta pemborosan penggunaan sumberdaya alam
mengakibatkan kemero-sotan kualitas sumber daya. Menurut Direktur
Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan RI, luas
kerusakan hutan dan lahan di Indonesia 43 juta Ha (24 juta Ha di hutan dan 19
juta Ha di luar hutan). Sedangkan laju deforestasi tahun 1982-1990 sebesar
900.000 Ha/tahun (Gusti, 2006).
Lingkungan memiliki fungsi sebagai ruang tempat hidup manusia dan
untuk memenuhi kebutuhannya, karena itu manusia akan berhubungan dengan
komponen lingkungan. Pembangunan akan menggeser fungsi lahan, maka perlu
diantisipasi agar pemanfaatan lahan mendapatkan hasil optimum dengan
kerusakan minimum, sehingga terbentuk kehidupan yang sejahtera dan
bertanngung jawab (Darsiharjo, 2010:5). Undang Undang Republik Indonesia
No.32 tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup merupakan lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya. Lingkungan
sebagai suatu ruang, komponen biotik dan abiotik saling berinteraksi akan
4
suatu ruang dapat mempengaruhi ruang lain yaitu pesisir. Ekosistem dalam suatu
lingkungan merupakan suatu sistem lingkungan yang terdiri atas
komponen-komponen yang saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan (Asdak, 2002:10).
Selanjutnya Supriharyono (2008:18) menyatakan bahwa wilayah pesisir adalah
pertemuan antara daratan dan laut. Karena kondisi pesisir dipengaruhi DAS, maka
jika pada DAS terjadi erosi, maka di pesisir terjadi pengendapan.
Sagara Anakan merupakan daerah pesisir sebagai muara Ci Tanduy dan
Ci Beureum.Pendangkalan perairan Sagara Anakan disebabkan sedimentasi yang
tinggi dari sungai-sungai yang bermuara dan tingkat sedimentasi mencapai 1 juta
m3/tahun (Pratama Krida; 1996:9). Bahari (2003) menyatakan Sagara Anakan
mengalami perubahan luas akibat sedimen lumpur dari Ci Tanduy yang setiap
tahunnya menyumbang 740.000 m3 lumpur dari total sedimen 1 juta m3 /th yang
dibawa masuk sungai-sungai lain. Sedimentasi mengancam kelestarian hutan
mangrove dan penurunan produksi ikan dan udang yang dikembangbiakkan
(Satyana:2010). Sedimentasi meliputi proses erosi, transportasi, pengendapan, dan
pemadatan dari sedimentasi itu sendiri. Keseluruhan proses berjalan secara
kompleks, dimulai dari jatuhnya hujan sampai terbawa aliran sungai menuju
muara atau pesisir (Pramandhana, 2000:36).
Sedimentasi berdampak terhadap perubahan luas perairan dan keberadaan
hutan mangrove. Sukardi (2010) menyatakan bahwa perubahan luas perairan
Sagara Anakan pada tahun 1984 kawasan ini memiliki luas 2.906 ha, tahun 1994
memiliki luas 1.575 ha dan pada tahun 2003 memiliki luas 600 ha, artinya
5
mangrove 15.551 ha, sedangkan pada tahun 2003 memiliki luas 8.506 ha
(BPKSA, 2007:27). Erftemeijer, Balen dan Djuharsa(1988:35) menyatakan bahwa
mangrove Sagara Anakan memiliki luas 13.500 ha, dan mengalami penyusutan
akibat reklamasi lahan dan penebangan kayu bakau. Laju sedimentasi makin cepat
sejak tahun 1931 ketika penduduk mulai mengkonversi hutan mangrove menjadi
lahan pertanian (Zia dan Sudjono : 2011). Sementara itu Sukmawardani (2006:65)
bahwa hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam potensial dan
memiliki arti penting bagi masyarakat baik ditinjau dari ekonomi, ekologis, dan
biologis. Selain itu, hutan mangrove memiliki fungsi untuk untuk mengurangi
gerakan air. Pemda Kabupaten Cilacap dan Lembaga Pengkajian dan
Pengembangan Mangrove (1998:42) menyatakan bahwa hutan mangrove
merupakan ekosistem unik dan memiliki fungsi ekologi dalam mendukung
produktivitas perairan Sagara Anakan. Fungsi ekosistem ini terancam
keberadaannya karena sedimentasi, status lahan, penebangan liar dan konversi
hutan bakau.
Pendangkalan dan penyempitan Sagara Anakan dan penyusutan hutan
mangrove diakibatkan adanya penebangan liar. Erftemeijer, Balen dan Djuharsa
(1988:35) menyatakan bahwa:
The mangroves that surround the lagoon have been considerably disturbed by traditional wood collection by the local population, which is almost entirely dependent on lagoon fishery and mangrove product. As result of the degradation, the forest are no longer suitable for commercial logging operations.
Perubahan luas hutan mangrove tersebut berakibat terhadap penurunan
6
di hutan mangrove: Centropus nigrorufus. Bahkan sering menjadi ajang
berkumpulnya kawanan burung yang bermigrasi dari wilayah Australia
(Erftemeijer, Balen dan Djuharsa, 1988:35). Penelitian lain menunjukan bahwa
terjadi penurunan jumlah spesies ikan. Pada tahun 1985 terdapat 45 spesies ikan,
sedangkan pada tahun 1999 terdapat 18 spesies dan 15 spesies merupakan spesies
baru (Boesono:2008). Selanjutnya Tim LPM Unpad (1998) menemukan bahwa
wilayah Sagara Anakan mempunyai jenis-jenis burung yang dilindungi
undang-undang, antara lain Rangkong, Elang hutan, Bangau tongkang, Kuntul, juga
merupakan persinggahan burung migran seperti; layang-layang Asia(Hirundo
rustica), Bambangan kuning(Ixobrycus sinensis) dan Kodidi putih (Calidris alba). Hutan mangrove mempunyai arti penting sebagai sumber makanan hewan
laut. Sistem perakaran yang kokoh melindungi pantai dari erosi, gelombang, dan
ombak, juga berfungsi sebagai daerah asuhan (nursery ground) dan pemijahan
(spawning ground) bagi udang, ikan dan kerang-kerangan (Dahuri, 2001). Ewuaie
(1990:285) menyatakan bahwa habitat bakau merupakan tempat berpijah beberapa
jenis ikan laut, sehingga pemusnahan hutan bakau mempunyai dampak luas
terhadp kehidupan ikan. Perubahan fungsi menyebabkan kerusakan lingkungan.
Sumaatmadja (2005:129). Kerusakan lingkungan dalam berbagai bentuk bukan
semata-mata proses serta bencana alam, melainkan erat kaitannya dengan perilaku
penduduk yang tidak menghiraukan hukum alam. Untuk mengurangi kerusakan
lingkungan perlu pengelolaan sumber daya alam, termasuk sumber daya genetik
baik di darat (hutan) maupun di pesisir (Supriharyono, 2008:13). Pembangunan
7
kerusakan. Penurunan kualitas lingkungan atau ekosistem makin terasa dan juga
berdampak baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap segi-segi
kehidupan ekonomi, sosial dan budaya (Sukojo, 2003:37). Penurunan kualitas
lingkungan menyebabkan penurunan kesehatan dan potensi ekonomi, serta
perubahan tatanan sosial. Kesenjangan antara yang miskin dengan yang kaya terus
menganga, akibat turunnya daya dukung lingkungan (Gusti, 2006). Keadaan fisik,
ekologi dan keragaman sosial budaya kawasan pesisir menuntut Pengelolaan
Kawasan Pesisir Terpadu (PKPT) dengan mengkoordinasikan perencanaan dan
pelaksanaan yang melibatkan penduduk, organisasi, pengelola tingkat daerah dan
nasional, serta para ilmuwan di bidang pengetahuan alam dan ilmu-ilmu sosial
untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk kawasan pesisir (UNESCO; 2010).
Konservasi merupakan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan
segala sesuatu yang ada pada suatu lingkungan, sehingga penangkapanpun perlu
disesuaikan dengan keseimbangannya. Konservasi sumberdaya ikan merupakan
upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya ikan termasuk
ekosistem, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan
kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragaman sumber daya ikan berkelanjutan (Suraji:2009). Konservasi
bukan melarang mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam tetapi dalam
pengelolaan dituntut memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah, sehingga
sumber daya alam kita dapat menjadi warisan kepada generasi mendatang
(Uwityangyoyo, 2009).
8
konservasi, sehingga penyudetan, pengerukan dan pemantauan diperlukan
terhadap daerah yang sudah dilakukan pengerukan. Penanganan dampak tersebut
salah satunya adalah rencana pengelolaan lingkungan dengan pendekatan
teknologi, sosial ekonomi dan institusional pada lembaga terkait. Selain itu
dilakukan juga pengerukan Ci Meneng yang bermuara ke perairan Sagara Anakan.
Namun pengerukan dan pengelolaan tersebut menimbulkan keresahan penduduk,
karena kurangnya sosialisasi tentang rencana kegiatan. Selanjutnya pada tahap
pengerukan terjadi pencemaran, sehingga mengganggu kehidupan biota.
Sarjono (1998) melakukan penelitian tindakan tentang Usaha Wanatani
Terpadu lahan Kering Sub daerah aliran Ci Meneng yang bermuara ke perairan
Sagara Anakan. Hasil penelitian tindakan ini dilakukan penyuluhan kepada
penduduk dalam mengolah lahan yang disesuaikan dengan metode konservasi.
Pelatihan ini dilakukan bagi penduduk yang beralih profesi dari nelayan menjadi
petani melalui kelompok-kelompok. Strategi yang dilakukan oleh proyek
menuntut peran serta yang berkesinambungan dalam pengorganisasian kegiatan
oleh lembaga maupun dalam proses dan tahapan manajemen komponen Wanatani.
Hasil studi Badan Pengelola Kawasan Sagara Anakan (2007) menyatakan
banyaknya delta baru menimbulkan masalah penataan ruang, maka Pemerintah
Daerah Kabupaten Cilacap menata delta-delta tersebut untuk dikelola dan dimiliki
oleh penduduk. Tujuan dari penataan ini agar delta-delta tersebut dapat digunakan
untuk kepentingan penduduk.
Konservasi merupakan salah satu upaya dalam menjaga keberlangsungan
9
Pengelolaan kawasan konservasi adalah serangkaian upaya penataan,
perencanaan, perlindungan dan pengamanan, pembinaan habitat dan populasi,
pemanfaatan, pemberdayaan dan peningkatan kesadaran penduduk, peningkatan
kapasitas kelembagaan pengelola, koordinasi, monitoring dan evaluasi
pengelolaan kawasan konservasi (Susanto:2009). Yayasan Konservasi Laut
Indonesia (2007) menyatakan dalam menjaga dan melingdungi wilayah-wilayah
tertentu, maka perlu dikembangkan (1) Konservasi sumberdaya pesisir dan laut;
(2) Pemberdayaan penduduk pesisir dan pulau-pulau kecil dan (3) Penerapan
teknologi alternatif ramah lingkungan untuk kepentingan peningkatan pendapatan
ekonomi penduduk dan konservasi lingkungan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil.
Dalam pemulihan ekosistem mangrove perlu melibatkan masyarakat, sehingga
masyarakat merasa ikut memiliki (sense of belonging) hutan mangrove tidak
tumbuh (Rizkam, 2010:85). Partisipatif perlu dikembangkan lebih lanjut melalui
pemberdayaan ekonomi masyarakat, pemberdayaan stakeholder, perlindungan
alam dan penegakan hukum lingkungan dalam kerangka pengelolaan lingkungan
berkelanjutan (Suryanto, 2004:94). Partisipasi berkaitan informasi tentang
keadaan penduduk, keterlibatan penduduk pada program pembangunan dalam
persiapan dan perencanaannya, karena tanpa keterlibatannya akan menyebabkan
kegagalan (Conyers, 1991:154). Sementara UNESCO (2010) menyatakan
kegagalan dalam konservasi pesisir harus didasari oleh kesadaran masyarakat
nelayan dan budaya yang berkembang di masyarakat. Kesadaran masyarakat
menjaga wilayah pesisir, maka perlu pemerintah berinisiatif memberdayakan
10
tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan hutan adalah sosial
ekonomi berupa, tingkat pendidikan, pendapatan, luas lahan garapan, frekuensi
penyuluhan, dan intensitas kegiatan petani (Lalogiroth, 2001). Kesadaran akan
pentingnya sumberdaya air yang berawal dari kesadaran pribadi, masyarakat,
sehingga penduduk menyadari untuk melestarikan sumberdaya dan mengelolanya
(Widayani dkk, 2011:13). Karakteristik sosial ekonomi berupa tingkat
pendidikan, luas lahan garapan, status sosial (pendapatan), motivasi dan
penyuluhan berpengaruh terhadap partisipasi (Hidayat, Sukesi dan
Kusumawarni:2009).
Keberhasilan program konservasi perairan Sagara Anakan berkaitan
dengan penduduk yang tinggal di sekitarnya, sehingga perlu adanya keterlibatan
penduduk yang memanfaatkan hutan, yaitu; petani, sedangkan di pesisir adalah
nelayan. Dari keadaan daerah yang berbeda, maka pelaksanaan konservasi perlu
dilakukan secara terpadu dengan melibatkan berbagai pihak baik pemerintah,
lembaga dan penduduk. Hal ini didasarkan bahwa penduduk tidak hanya
memperoleh manfaat dari mengolah lahan, tetapi perlu menyadari pentingnya
pemeliharaan dan perlindungan terhadap lingkungan, karena itu dalam
pelaksanaan program konservasi perlu sosialisasi dan penyuluhan. Partisipasi
penduduk dalam konservasi menjadi indikator yang sangat penting untuk
keberhasilan program konservasi. Partisipasi penduduk dapat ditingkatkan melalui
penyuluhan tentang pentingnya pelestarian sumberdaya lahan. Penyuluhan tentang
pelestarian lingkungan akan berdampak terhadap meningkatnya kualitas
11
dirasakan manfaatnya dan dilaksanakan oleh penduduk. Penyuluhan suatu
program pembangunan harus tetap mempertahankan kualitas tanah dan air serta
sumberdaya lahan untuk menjaga keberlangsungan dan kelestarian lahan
(Sutrisno, 2007). Dengan demikian partisipasi penduduk memiliki peran penting
untuk pelestarian lingkungan. Pelestarian lingkungan yang dilakukan melalui
konservasi, karena konservasi merupakan upaya untuk memelihara dan
melindungi keberlanjutan sumber daya yang ada pada DAS dan perairan Sagara
Anakan. Konservasi yang dilakukan pada DAS dan pesisir perlu dilakukan
terpadu dan berbeda yang sesuai dengan keadaan daerah, sehingga tingkat erosi
pada DAS menurun sedangkan di pesisir tidak mengalami pendangkalan dan
penyempitan. Konservasi terpadu harus melibatkan pemerintah, lembaga swasta,
tokoh masyarakat dan penduduk.
Konservasi merupakan upaya untuk memelihara dan melindungi
lingkungan, sehingga perlu menjadi kajian untuk dijadikan acuan dalam
pembelajaran geografi. Materi pembelajaran konservasi lingkungan terdapat pada
kurikulum KTSP kelas XI (sebelas) program IPS, karena Geografi termasuk
kelompok mata pelajaran IPS di SMA.
Dalam ruang lingkup pendidikan IPS, maka penelitian yang berhubungan
dengan kegiatan, sikap dan partisipasi penduduk dalam konservasi lingkungan
Sagara Anakan sangat berhubungan dengan dengan tradisi yang dikembangkan
pendidikan IPS. Hal ini didasarkan bahwa masalah penelitian adalah kompleksitas
dari ilmu-ilmu sosial, sehingga pendekatan dalam pendidikan IPS secara terpadu
12
yang akan membentuk perilaku yang diimplementasikan dalam konservasi lahan.
Dalam encyclopedia (2011) menyatakan Social studies is the "integrated study of
the social sciences and humanities to promote civic competence," as defined by the National Council for the Social Studies. Michigan Department of Education (2011) menyatakan Social studies is the integrated study of the social sciences to
prepare young people to become responsible citizens.
Studi sosial dan di Indonesia dikenal dengan IPS merupakan integrasi
ilmu-ilmu sosial dalam konteks individu, sosial, budaya, ekonomi, nilai dan
kegiatan penduduk secara keruangan dengan tujuan untuk membentuk warga
negara. Penduduk secara individu sangat dipengaruhi keadaan alam, sehingga
konservasi sebagai salah satu upaya pelestarian dan partisipasi penduduk dalam
pelestarian lingkungan Sagara Anakan sangat menarik untuk dikaji. Partisipasi
penduduk terhadap konservasi merupakan masalah sosial dan merupakan bagian
kajian dari materi kelompok IPS, terutama mata pelajaran geografi. Karena
geografi mempelajari interaksi antara manusia dan lingkungan seperti yang
dikemukakan oleh Winataputra dan Darojat (2007:1.43) bahwa mata pelajaran
geografi memusatkan pada upaya untuk memberikan bekal kemampuan dan sikap
rasional yang bertanggung jawab dalam menghadapi gejala alam dan kehidupan di
muka bumi serta permasalahanya yang timbul akibat interaksi antara manusia dan
lingkungannya. Atas dasar kajian tersebut dan Zainul dalam kurikulum program
studi IPS (2009:315) menyatakan bahwa Program Studi Pendidikan IPS bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dengan cara memperluas,
13
disiplin IPS, yaitu kemampuan konseptual, metode pendidikan, dan metode
disiplin ilmu; (b) kemampuan menerapkan konsep atau teori sebagai alat dan
deskripsi analisis-prediksi dan sebagai alat dalam memecahkan masalah empiris di
dalam bidang pendidikan IPS; (c) kemampuan untuk menemukan gagasan,
konsepsi, dan metode baru dalam bidang pendidikan IPS.
Pernyataan di atas merupakan tujuan Program Studi IPS Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, karena itu kajian dalam penelitian ini
merupakan penerapan konsep, teori untuk menganalisis partisipasi penduduk
dalam pelestarian lingkungan melalui konservasi. Meskipun kajian ini merupakan
kajian pembelajaran geografi, tetapi merupakan bagian dari kelompok IPS untuk
membangun sikap bertangung jawab dalam menghadapi gejala alam dan
kehidupan.
B.Identifikasi Dan Rumusan Masalah
Percepatan perubahan ini menyebabkan kegiatan-kegiatan nelayan, wisata,
olah raga, dan jasa penyeberangan menurun. Artinya bahwa dampak negatif dari
penyempitan, pendangkalan di perairan tersebut lebih besar daripada dampak
positifnya. Karena itu kegiatan penduduk di daratan, terutama DAS tetap
berjalan dan kegiatan di perairan Sagara Anakan berkelanjutan, maka perlu
partisipasi penduduk petani dalam menunjang pelestarian. Upaya-upaya dalam
pelestarian tersebut melalui konservasi secara terpadu di DAS dan pesisir Sagara
Anakan. Konservasi berkaitan dengan komponen biotik dan abiotik, yaitu faktor
14
Pelestarian melalui konservasi berkaitan dengan kegiatan penduduk.
Partisipasi berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi dalam mengolah lahan.
Karena pentingnya partisipasi dalam konservasi memunculkan masalah, yaitu
”Terjadinya kesenjangan di perairan Sagara Anakan yang seharusnya lestari tetapi
mengalami pendangkalan dan penyempitan. “Pendangkalan dan penyempitan
disebabkan erosi dari DAS yang bermuara ke perairan Sagara Anakan, maka DAS
yang mempengaruhinya perlu dilakukan konservasi yang melibatkan partisipasi
penduduk”. Konservasi sebagai upaya perlidungan terhadap lingkungan harus
dipahami penduduk, karena berhubungan dengan kegiatan penduduk.
Penelitian ini diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh tingkat pendapatan di daerah aliran sungai terhadap
sikap penduduk dalam konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.
2. Apakah terdapat pengaruh pengetahuan di daerah aliran sungai terhadap sikap
penduduk dalam konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.
3. Apakah terdapat pengaruh kepemilikan lahan di daerah aliran sungai terhadap
sikap penduduk dalam konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.
4. Apakah terdapat pengaruh tingkat pendapatan di daerah aliran sungai terhadap
tingkat partisipasi penduduk dalam konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.
5. Apakah terdapat pengaruh pengetahuan di daerah aliran sungai terhadap
tingkat partisipasi penduduk dalam konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.
6. Apakah terdapat pengaruh kepemilikan lahan di daerah aliran sungai terhadap
15
7. Apakah terdapat pengaruh Sikap di daerah aliran sungai terhadap tingkat
partisipasi penduduk penduduk dalam konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.
8. Bagaimana relevansi antara metode konservasi dengan materi konservasi pada
pembelajaran Geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA) ?.
9. Bagaimana keadaan Geografis daerah aliran sungai dalam pelaksanaan
konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian didasari oleh masalah yang muncul bahwa Sagara
Anakan memiliki berbagai fungsi. Dengan menurunnya fungsi tersebut perlu
adanya upaya konservasi, karena itu tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh tingkat pendapatan di daerah aliran sungai terhadap
sikap penduduk dalam konservasi Sagara Anakan.
2. Menganalisis pengaruh pengetahuan di daerah aliran sungai terhadap sikap
penduduk dalam konservasi Sagara Anakan.
3. Menganalisis pengaruh kepemilikan lahan di daerah aliran sungai terhadap
sikap penduduk dalam konservasi Sagara Anakan.
4. Menganalisis pengaruh tingkat pendapatan di daerah aliran sungai terhadap
tingkat partisipasi penduduk dalam konservasi Sagara Anakan.
5. Menganalisis pengaruh pengetahuan di daerah aliran sungai terhadap tingkat
tingkat partisipasi penduduk dalam konservasi Sagara Anakan.
6. Menganalisis pengaruh kepemilikan lahan di daerah aliran sungai terhadap
16
7. Menganalisis pengaruh sikap di daerah aliran sungai terhadap tingkat
partisipasi penduduk dalam konservasi Sagara Anakan.
8. Menganalisis relevansi antara metode konservasi dengan materi konservasi
pada pembelajaran Geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA).
9. Menganalisis keadaan Geografis daerah aliran sungai dalam pelaksanaan
konservasi lingkungan Sagara Anakan ?.
D. Asumsi
Pendangkalan dan penyempitan perairan Sagara Anakan diakibatkan
sedimentasi material dari Ci Tanduy dan Ci Beureum. Untuk mengurangi erosi
dari sungai-sungai tersebut perlu dilakukan konservasi yang melibatkan
penduduk. Keterlibatan penduduk dalam konservasi dipengaruhi oleh keadaan
sosial ekonomi. Dari keadaan sosial ekonomi, maka peneliti berasumsi bahwa:
1. Tingkat pendapatan penduduk berpengaruh terhadap pembentukan sikap peduli
lingkungan.
2. Pengetahuan berpengaruh terhadap pembentukan sikap peduli lingkungan,
karena konservasi merupakan syarat mengolah lahan pertanian.
3. Luas kepemilikan lahan berpengaruh terhadap pembentukan sikap peduli
lingkungan, karena lahan menjadi dasar pemenuhan kebutuhan keluarga.
4. Tingkat pendapatan penduduk berpengaruh terhadap tingkat partisipasi, karena
dengan berpartisipasi dapat informasi yang harus dilakukan pada lahannya.
5. Pengetahuan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi, karena konservasi
17
6. Luas kepemilikan lahan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi, semakin
sempit lahan yang digarap, tingkat partisipasi kurang.
7. Sikap berpengaruh terhadap tingkat partisipasi, karena dengan memahami arti
pentingnya lingkungan terhadap kehidupan membentuk sikap yang cenderung
untuk berpartisipasi pada suatu program yang dirancang.
8. Keadaan fisis dan sosial berpengaruh terhadap terjadinya pendangkalan dan
penyempitan lingkungan Sagara Anakan.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan menggambarkan suatu deskripsi tentang upaya
konservasi yang menuntut keterlibatan penduduk, serta mengkaji partisipasi
penduduk dalam pengolahan lahan tanpa mengurangi pekerjaan pokok.
1. Manfaat teoritis:
a. Mengembangkan teori partisipasi penduduk dalam konservasi yang menunjang
pelestarian lingkungan sebagai bahan pengayaan pada kurikulum mata
pelajaran Geografi.
b. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian ini memiliki arti penting sebagai bahan
pembelajaran di Sekolah, karena konservasi harus sesuai dengan keadaan
daerah setempat.
2. Manfaat praktis:
a. Penelitian ini memberikan kontribusi bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial bahwa dalam pembangunan wilayah dan
penduduk perlu dilakukan dengan pendekatan interdisipliner dan lintas sektoral
18
b. Bagi pihak perencana wilayah dan kota terutama Balai Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) Sagara Anakan, hasil penelitian sebagai masukan dalam
pengelolaan Sagara Anakan, sehingga dapat menunjang pembangunan secara
berkelanjutan.
E.Sistematika Penulisan
Penelitian ini membahas tentang partisipasi penduduk dalam konservasi
lingkungan Sagara Anakan. Penulisan hasil penelitian dibagi menjadi lima bab.
BAB I. Bab ini dibagi menjadi sub bab, yang mana pada latar belakang
menguraikan lingkungan yang mendukung kehidupan penduduk. Pada bab ini
menguraikan keadaan lingkungan yang seharusnya dan kenyataan, sehingga
memunculkan masalah. Rumusan masalah diperoleh dari gambaran keadaan
lingkungan Sagara Anakan. Karena itu masalah yang dimunculkan adalah
partisipasi penduduk dalam konservasi lingkungan. Masalah yang muncul
dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Dari pertanyaan penelitian ini yang perlu
dikaji dan dijawab,maka tujuan penelitian mencari jawaban yang tepat, sehingga
lingkungan Sagara Anakan dapat memberikan sumbangan terhadap keberlanjutan
lingkungan. Penelitian ini dapat bermanfaat baik untuk pengembangan keilmuan
maupun materi pembelajaran Geografi.
BAB II. Bab ini menguraikan kajian pustaka tentang masalah yang dikaji
dan dibagi menjadi sub bab Lingkungan hidup menguraikan tentang pengertian,
hubungan manusia dan alam. Pada sub bab Konservasi menguraikan tentang
pengertian, metode dan bentuk, factor-faktor konservasi, konservasi lingkungan
19
Penyuluhan. Sub bab Partisipasi menguraikan teori tentang pengertian, jenis, Pola
dan tahapan, pendapatan, pengetahuan serta kepemilikan lahan, Sub bab Sikap
menguraikan tentang pengertian dan komponen. Relevansi materi konservasi dan
materi pembelajaran konservasi geografi di SMA. Sub bab Penelitian terdahulu
dan Sub bab Kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III. Bab metode penelitian dibagi menjadi beberapa sub bab. Sub bab
Lokasi penelitian yang menggambarkan letak geografis. Sub bab Populasi dan
sampel menguraikan jumlah populasi dan sampel. Sub Bab Metode penelitian
menguraikan alasan pengambilan metode survey. Sub bab definisi konsep
menguraikan konsep tentang variabel penelitian. Sub bab Instrumen penelitian
menguraikan variabel yang dikembangkan menjadi instrument dan pengujian
validitas, realibilitas, normalitas, homogenitas, multikolinearitas dan analisis
konservasi. Sub bab Teknik pengumpulan dan analisis menguraikan memperoleh
data dan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV. Bab ini menguraikan hasil dan pembahasan dibagi menjadi
beberapa sub bab. Sub bab hasil penelitian menguraikan tentang kondisi fisis dan
sosial daerah penelitian. Sub bab deskripsi hasil penelitian menguraikan uji
statistic tentang pengaruh pendapatan, pengetahuan dan kepemilikan lahan pada
sikap dan partisipasi serta relevansi materi konservasi pada pembelajaran. Sub bab
pembahasan menguraikan tentang penjelasan pengaruh tiap variabel penelitian.
BAB V. Bab ini mengkaji kesimpulan dan rekomendasi yang didasarkan
pada hasil dan pembahasan. Sub bab kesimpulan menguraikan tentang hasil uji
20
sedangkan sub bab rekomendasi menguraikan tentang upaya yang perlu dilakukan
dalam konservasi, sehingga perairan Sagara Anakan lestari.
Daftar Pustaka. Pustaka yang digunakan yang mendukung masalah yang
dikaji yang berhubungan dengan partisipasi, sosial ekonomi dan partisipasi serta
91
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Lokasi Penelitian
Koordinat geografis daerah penelitian antara 1080 01’15,66 “ BT – 1090
00’00” BT dan 70 01’12,96” LS –
70 46’44,4” LS, daerah ini meliputi daerah
aliran sungai yang bermuara ke perairan Sagara Anakan, yaitu, Ci Tanduy dan Ci
Beureum dan perairan Sagara Anakan yang meliputi daratan dan perairannya yang
selanjutnya disebut lingkungan Sagara Anakan. Daerah yang menjadi kajian
adalah penduduk yang menggarap lahan dari DAS bagian hulu, tengah, hilir dan
pesisir.
Daerah aliran Ci Tanduy yang berhulu dari Kabupaten Garut, Sumedang,
Majalengka, Ciamis, Tasikmalaya, Cilacap dan Kota Banjar, dan Ci Beureum
yang berhulu dari kabupaten Brebes, Banyumas dan Cilacap, serta daerah yang
terletak di daerah Sagara Anakan adalah Kecamatan Kampung Laut yang terdiri
atas 4 desa, yaitu Desa Klaces dan Ujungalang terletak sebelah Tenggara, Desa
Ujunggagak terletak sebelah Barat dan Desa Panikel di sebelah Utara.
Sebelumnya disebut Kampung Laut, karena sebagian besar dan penduduknya
tinggal dan bermata pencaharian di laut yaitu Sagara Anakan. Sekarang
kenampakannya sudah tidak berada di atas laut. Sebagian besar sudah tidak
berwujud rumah panggung yang berdiri di atas air, tetapi telah menjadi rumah
yang berdiri di daratan akibat sedimentasi. Pendangkalan dan penyempitan
92
sedimentasi yang materialnya berasal dari hulu sungai yang bermuara ke perairan
ini. Artinya lokasi Sagara Anakan sebagai pesisir berhubungan dengan Kegiat-
an penduduk di daerah aliran sungai.
B.Metode Penelitian
Dalam penelitian ini akan berkaitan dengan pengolahan dan pengelolaan
lahan oleh penduduk di daerah aliran Ci Tanduy dan Ci Beureum yang bermuara
ke Sagara Anakan. Kegiatan penduduk ini akan berpengaruh terhadap kegiatan
penduduk di Sagara Anakan, seperti nelayan, perdagangan, jasa transportasi dan
wisata. Kegiatan di Sagara Anakan menurun karena terjadi pendangkalan dan
penyempitan, sehingga menurunkan fungsinya sebagai daerah konservasi.
Wilayah yang terkait dengan fungsi perairan Sagara Anakan mencakup Kabupaten
Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cilacap dan Kota Banjar.
Untuk menganalisi pengaruh kegiatan penduduk pada daaerah aliran Ci
Tanduy dan Ci Beureum yang bermuara ke Sagara Anakan. Kegiatan penduduk di
DAS yang mempengaruhi kegiatan di pesisir. Dengan jumlah populasi sebesar
632.213 responden dengan sampel relative sedikit, tetapi dapat mewakili.
Sukmadinata (2007:82). Sedangkan Suharsimi A (1993:9) menyatakan bahwa
penelitian survey dibatasi pada pengertian sampel pada metode penelitian survey
dimana informasinya dikumpulkan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh
populasi secara bersamaan. Sampel yang relatif sedikit, tetapi dapat mewakili
populasi yang besar, maka sampel dibagi pada responden yang menggarap lahan
93
pengolahan lahan pada bagian DAS sama. Karena itu penelitian ini menggunakan
metode penelitian Survey.
C.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi wilayah yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah daerah
aliran Ci Tanduy dan Ci Beureum yang berpengaruh terhadap Sagara
Anakan/Pesisir. Karena penyempitan dan pendangkalan perairan Sagara Anakan
sangat dipengaruhi oleh wilayah daratan, terutama sungai-sungai yang mengalir
dan bermuara ke Sagara Anakan. Populasi wilayah adalah DAS diklasifikasikan
menjadi DAS bagian hulu, tengah, hilir dan dan pesisir Sagara Anakan.
Sedangkan populasi penduduk adalah penduduk yang mengolah lahan di daerah
aliran Ci Tanduy dan Ci Beureum. Daerah yang menjadi populasi adalah daerah
aliran sungai yang meliputi, kabuapten Sumedang, Garut, Majalengka,
Tasikmalaya, Ciamis, Brebes, Banyumas, Cilacap dan Kota Banjar. Luasnya
daerah penelitian, maka untuk pengambilan sampel, DAS dibagi menjadi 3
bagian, yaitu DAS hulu, tengah, hilir dan pesisir. Karena itu populasi penduduk
mengikuti batas alam yaitu punggungan yang membentuk batas DAS. Populasi
penduduk diperoleh dari persentase luas DAS dikalikan jumlah penduduk secara
administrative, sehingga populasi penduduk DAS dapat diperoleh.
Perubahan luas perairan disebabkan adanya sedimentasi material dari
daratan, maka kajian ini akan berkaitan kegiatan penduduk di DAS hulu, tengah
dan hilir, yaitu; daerah aliran Ci Tanduy dan Ci Beureum yang bermuara ke
perairan Sagara Anakan. Perubahan Luas perairan Sagara Anakan dianalisis
94
2005. Daerah yang berpengaruh terhadap sedimentasi dan pendangkalan
disebabkan oleh kegiatan penduduk yang mengolah lahan, karena itu penduduk
yang mengolah lahan di DAS tersebut menjadi populasi penelitian.
Penduduk yang dijadikan sampel adalah kegiatan penduduk dalam
mengolah lahan di DAS hulu, tengah, hilir dan pesisir. Sampel yang dijadikan
dasar penelitian harus mewakili seluruh DAS hulu, tengah, hilir dan pesisir.
Karena jumlah populasi didasarkan batas DAS, maka pengambilan sampel
didasarkan klasifikasi DAS bagian hulu, tengah, hilir dan pesisir.
Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi daerah penelitian dengan
menggunakan formula Slovin (Taro Yamane) sebagai berikut:
Dimana:
N = Besar Ukuran Populasi ;
n = ukuran sampel minimum ;
d = taraf signifikansi penelitian
Pada penelitian ini ukuran populasi petani berkisar 632.213 responden
yang tinggal pada DAS. Taraf penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 5 %, maka jumlah sampel minimum yang harus diambil adalah:
responden
Dari hasil perhitungan formula di atas diperkirakan penduduk DAS yang
memiliki mata pencaharian petani sekitar 632.213 responden, maka diperoleh
95
sampel responden diambil dari tiap bagian DAS yaitu; DAS bagian hulu, bagian
tengah, hilir dan pesisir. Dari data primer dari penduduk akan tergambar tentang
karakteristik kehidupan maupun keadaan fisis daerah penelitian ini, sehingga akan
mudah menentukan partisipasi dalam konservasi yang seharusnya. Sampel yang
diambil dari tiap bagian DAS sebanyak 100 responden.
D.Definisi Konsep
Pengembangan merupakan usaha untuk meningkatkan dari sesuatu yang
belum berkembang. Pada penelitian ini pengembangan diarahkan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat yang kegiatannya behubungan dengan
pelestarian Sagara Anakan.
1. Partisipasi Penduduk
Menurut Isbandi (2007:27) Partisipasi penduduk adalah keikutsertaan
masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di
masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Nasdian, Fredian
(2004:9) memaknai partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga
komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan
menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat
menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan:
Pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau
dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi
96
Partisipasi yang dimaksud merupakan partisipasi penduduk dalam
konservasi Sagara Anakan. Konservasi berkaitan dengan cara-cara dalam
mengolah lahan. Dalam konservasi, maka pengolahan lahan yang dilakukan tidak
menimbulkan dampak negatif, karena itu perlu adanya sosialisasi bahwa kegiatan
yang menuntut partisipasi penduduk untuk mengurangi dampak pada lahan yang
digarapnya. Partisipasi untuk mengurangi dampak tersebut dengan melakukan
konservasi pada lahan yang digarapnya. Dengan partisipasi dalam konservasi
merupakan bentuk dari pelestarian lingkungan, tetapi partisipasi penduduk
berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi. Dalam penelitian ini sosial
ekonomi berkaitan dengan pendapatan, pendidikan dan kepemilikan lahan.
2. Pendapatan
Pendapatan merupakan variabel yang menentukan keadaan sosial ekonomi
penduduk. Peningkatan pendapatan dengan melakukan penyuluhan beberapa jenis
kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan secara terpadu (Sarjono; 1998:2).
Dengan pendapatan yang memadai akan meningkatkan partisipasi penduduk
dalam menjaga lingkungan. Dengan meningkatnya kualitas lingkungan di Sagara
Anakan dan meningkatnya tarap hidup dan perekonomian, maka akan
meningkatkan partisipasi penduduk dalam mempertahankan kelestarian
lingkungan hutan dan perairan Sagara Anakan (Pratama Krida, 1996:26).
Pertanyaan tersebut menunjukan bahwa kelestarian lingkungan akan terpelihara
jika adanya partisipasi dan partisipasi akan meningkat jika pendapatan penduduk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
97
Penyempitan an pendangkalan Sagara Anakan mengakibatkan lahan
pencarian ikan semakin sempit, sehingga mata pencaharian penduduk bergeser ke
mata pencaharian alternative yang masih dicoba (BPKSA, 2004:11). Mata
pencarian ini merupakan usaha dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dengan mata
pencaharian yang sempit berdampak terhadap pendapatan dan tingkat
kesejahteraan penduduk. Artinya penduduk akan berusaha memenuhi
kebutuhannya dengan berbagai cara yang mungkin melanggar, karena penduduk
beranggapan suatu daerah menjadi sumber kehidupannya secara turun temurun,
sehingga ada larangan akan menimbulkan masalah (Supriharyono, 2008:391).
Kondisi sosial ekonomi relatif tertinggal dengan mata pencaharian yang semakin
sedikit, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mencari mata
pencaharian lain, maka hutan dan hutan mangrove sebagai komoditinya dan
terjadi penebangan liar (Supriyanto, 2009:60).
Pendapat di atas menggambarkan bahwa kelestarian lingkungan sangat
dipengaruhi oleh mata pencaharian penduduk, karena itu dalam melaksanakan
program konservasi lingkungan perlu dilakukan melalui pemberdayaan.
Supriharyono (2008:399) menyatakan peningkatan partisipasi dapat dilakukan
melalui; 1) pelatihan dan bimbingan, 2) mengembangkan sarana dan prasarana, 3)
mensosialisasikan pentingnya konservasi lingkungan, 4) menyebarluaskan
pemanfaatan potensi sumberdaya secara lestari, 5) melakukan pengawasan dan 6)
melakukan pemulihan habitat sumberdaya alam. Untuk meningkatkan partisipasi
perlu penduduk memahami arti pentingnya konservasi, sehingga suatu lingkungan
98
Tentang Sistim Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Penyuluhan
menurut UU SP3K ini, adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan
sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi
usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup (Sutrisno; 2007). peningkatan frekuensi
penyuluhan akan berakibat pada menurunnya keinginan bagi masyarakat petani
untuk melakukan pengrusakan terhadap hutan sekitar pemukiman petani
(Lalogiroth; 2001). Untuk meningkatkan produksi dipengaruhi oleh pemahaman
yang kurang, karena intensitas kontak dengan penyuluh sedang/jarang dilakukan
(Hidayat, Sukesi dan Kusumawarni; 2009).
Perubahan luas Sagara Anakan perlu ditindaklanjuti dengan peraliran mata
pencaharian penduduk. Untuk mengubah mata pencaharian dari nelayan kea rah
mata pencaharian lain diperluan adanya pengatahuan. Delta dijadikan lahan
pemukiman bahkan menjadi lahan pertanian cenderung kurang memperhatikan
keseimbangan lingkungan dengan penebangan hutan yang mempercepat
meluasnya daratan (BPKSA;2004:11). Untuk meningkatkan pengetahuan
dilakukan pelatihan keterampilan unuk meningkatkan produksi. Prasetio
(1998:78) menyatakan pemenuhan kebutuhan hidupa baik makan, tempat tinggal
maupun biaya-biaya lain tidak terlepas dari apa yang ada disekitarnya. Terutama
99
kewajiban terhadap lingkungan hidup yang ada semakin mendorong mereka
melakukan perusakan lingkungan.
Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa untuk meningkatkan
pendapatan perlu meningkatkan pengetahuan yang menunjang pengembangan
mata pencaharian, sehingga dengan pengetahuannya dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhannya.
4. Kepemilikan lahan
Lahan yang dimiliki maupun digarap disebut dengan kepemilikan
lahan. Kepemilikan lahan yang dikuasai akan berpengaruh terhadap tingkat
kemakmuran petani (Mubyarto; 1993:97). Artinya bahwa semakin luas lahan yang
dikuasai atau digarap akan mengingkatkan pendapatan petani yang mendorong
tingkat kesejahteraan dan kemakmuran. Pendapatan penduduk yang rendah karena
pada umumnya rata-rata memiliki luas lahan yang digarap 0,29 ha/keluarga
(Darsiharjo, 2010:124). Sedangkan dari data statistik diperoleh gambaran bahwa
rata-rata kepemilikan lahan garapan yang sempit juga terjadi di daerah penelitian
yaitu; 0,13 ha/jiwa (BPS,2009).
Dari pernyataan tersebut menggambarkan bahwa kepemilikan lahan
berpengaruh terhadap pendapatan dan menunjukan kondisi sosial ekonomi petani,
karena itu jelas bahwa untuk memenuhi kebutuhan penduduk, perlu upaya dalam
memenuhi kebutuhan hidup petani dengan usaha lain dengan memanfaatkan lahan
yang digarap maupun dimilikinya.
100
Attitudes are evaluative statement favorable or unfavorable related to person, object or event. They reflect that how one feel about something (Saeed Khamseh : 2011). Definisi tersebut menunjukan bahwa sikap berkaitan dengan
berpikir untuk menilai suatu objek atau gejala yang didorong perasaan, sehingga
memunculkan motivasi untuk melakukan tindakan.
6. Konservasi
Konservasi merupakan suatu usaha untuk memelihara dan melindungi
sumberdaya alam, karena memiliki manfaat yang lebih besar bagi penduduk dan
pembangunan secara berkelanjutan. Konservasi perlu adanya keterlibatan
penduduk, karena penduduk yang memanfaatkan lingkungan tersebut. Dengan
keterlibatan penduduk, pemenuhan kebutuhan dapat diperoleh dari lingkungan
tersebut, tetapi berdampak terhadap pembangunan berkelanjutan.
DAS diartikan suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang
menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh diatasnya ke
suangai yang akhirnya bermuara ke danau atau laut (Darsiharjo, 2010:11). Pada
DAS terjadi interaksi unsut biotik dan abiotik termasuk manusia. Artinya DAS
merupakan suatu daerah memiliki karakteristik hubungan timbal balik diantara
unsur tersebut yang akhirnya disebut dengan lingkungan. Lingkungan merupakan
suatu tempat yang terdiri dari unsur biotik dan abiotik termasuk manusia yang
saling berinteraksi. Interaksi tersebut merupakan suatu proses keseimbangan,
tetapi dengan adanya manusia dengan perilakunya, maka lingkungan mengalami
perubahan yang mengarah pada terganggunya lingkungan sampai terjadinya
101
dengan terjadinya erosi, sedimentasi, pendangkalan dan penyempitan di tempat
yang lebih landai. Dengan demikian konservasi lingkungan pada DAS merupakan
upaya untuk mengurangi erosi yang ditimbulkan akibat perilaku penduduk dalam
menggunakan lahan. Untuk mengurangi erosi ada metode dalam menggarap
lahan, sehingga erosi diperkecil.
Tingkat erosi akan berdampak terhadap sedimentasi di Sagara
Anakan. Sagara Anakan merupakan suatu tempat yang memiliki ciri khas, dimana
keadaan alam dan penduduknya saling mempengaruhi. Sagara anakan dibedakan
menjadi perairan dan penduduk yang ada tinggal pada lahan akibat sedimentasi,
sehingga sewaktu musim hujan air meluap dan musim kemarau terjadi penurunan
muka air laut. Kehidupan pada daerah ini tergantung pada kondisi alam yang ada.
Sagara Anakan merupakan laut tempat bermuaranya Ci Tanduy, Ci
Beureum, yang terhalang pulau Nusa Kambangan. Pratama Krida (1996:9)
menyatakan bahwa Sagara Anakan adalah perairan yang mengalami sedimentasi.
Prasetio (1998:1) menyatakan bahwa Sagara Anakan merupakan laut kecil antara
pulau Nusa Kambangan dengan pulau Jawa. Mangrove forest areas are larger
5.034 ha due to the economic recession in 1997. At that time llegal logging activities were a causal factor for decreasing mangrove forest in addition to the sedimentation process from agricultural use (Sastranegara; 2004:10).
Pernyataan di atas menunjukan bahwa Sagara Anakan merupakan perairan
atau laut kecil, yang terletak antara 2 pulau, sehingga arus laut Sagara Anakan
kurang terpengaruh arus Samudera Hindia. Akibatnya material hasil erosi yang
102
pendangkalan dan penyempitan. Karena perairan Sagara Anakan di pengaruhi
kondisi fisis dan sosial yang berasal dari Ci Tanduy dan Ci Beureum, selanjutnya
disebut lingkungan Sagara Anakan.
Kehidupan penduduk berkaitan dengan pendapatan, pengetahuan dan
kepemilikan lahan terhadap sikap serta impelemntasinya pada partisipasi
penduduk dalam konservasi. Penelitian ini untuk menggali dan menyusun suatu
cara partisipasi penduduk yang sesuai keadaan daerah. Upaya konservasi yang
sesuai untuk memelihara potensi lingkungan DAS dan perairan Sagara Anakan
dapat bermanfaat bagi penduduk secara berkelanjutan.
E.Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data primer dari responden yang mengolah lahan di
daerah aliran Ci Tanduy dan Ci Beureum dan pesisir Sagara Anakan dilakukan
dengan intrumen penelitian. Instrumen penelitian dikembangkan berdasarkan
variabel-variabel penelitian, seperti:
1. Sosial Ekonomi meliputi; pendapatan, pengetahuan dan kepemilikan lahan.
2. Sikap diperoleh dengan memahami tentang pentingnya konservasi, sehingga
penduduk merasakan pentingnya partisipasi.
3. Partisipasi penduduk merupakan keterlibatan penduduk dalam konservasi baik
berupa; Uang, Barang/harta benda, tenaga, ide/gagasan dan sosial.
F. Pengembangan Instrumen
1. Analisis Partisipasi
Penelitian ini didasarkan bahwa partisipasi dalam konservasi berkaitan
103
maka instrumen dikembangkan berdasarkan variabel-variabel penelitian.
Struktural hubungan kausal antara variabel pengaruh (penyebab/eksogenous)
dengan variabel terpengaruh (Akibat/Endogenous). Dalam pengembangan
instrumen, maka variabel-variabel penelitian dikembangkan menjadi kisi-kisi
dan menggambarkan indikator yang menjadi item-item instrumen penelitian.
Data primer dari responden diperoleh dengan menggunakan pedoman
wawancara, tetapi harus dilakukan ujicoba untuk mengetahui tingkat validitas
instrument. Hasil uji coba tersebut dianalisis dengan menggunakan formula dari
Pearson Product Moment (PPM). Hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS 16.0. Dari uji validitas data, pertanyaan-pertanyaan untuk
memperoleh data primer perlu uji kepercayaan. Dari uji validitas data menunjukan
bahwa instrument valid. Karena itu daftar pertanyaan tersebut dilakukan uji
realibilitas. Uji realibilitas diperlukan untuk memperoleh tingkat ketepatan alat
pengumpul data (instrument) yang digunakan. Formula yang digunakan untuk uji
realibilitas instrument dengan menggunakan metode alpha.
Nilai realibilitas data dikatakan reliabel jika hasil analisis tersebut
memperoleh nilai di atas 0,6. Dari hasil uji reabilitas instrument dengan
menggunakan program SPSS versi 16.0 diperoleh nilai alpa Cronbach 0,891,
maka 0,891 > 0,6, maka data tersebut reliabel.
Untuk memperoleh data primer dari penduduk, maka pertanyaan
dikembangkan dari variabel dan indikator. Dari pengembangan indikator
menjadi daftar pertanyaan sebagai yang dijadikan pedoman untuk menjaring data
104
1. Normalitas, Homogenitas dan Multikolinearitas
Pengujian data Statistik untuk uji normalitas pada DAS ini menggunakan
statistik uji Kolgomorov-Smirnov dengan bantuan software SPSS ver 16.0 for
windows. Dari uji normalitas DAS tersebut, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Partisipasi
N 40
Normal Parametersa Mean 89.2162
Std. Deviation 2.63272
Asymp. Sig. (2-tailed) .280
a. Test distribution is Normal.
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Partisipasi Dalam Konservasi
Konsep Teoritis Variabel Indikator Instrumen Partisipasi Penduduk dalam
Tingkat Partisipasi: Data diperoleh dari jawaban responden tentang tingkat partisipasi dengan model skala Likert (5 option) dengan indicator-indikator sbb:
105 any given object, idea or person is an enduring system with a cognitive component, an affective component an behavior tendency Allport G.W (1935:54)
Sikap Data diperoleh dari jawaban responden tentang sikap penduduk dengan model skala Likert (5 option) dengan indicator-indikator sbb:
1.Kognisi (beliefs, ide dan konsep) a. Keyakinan dalam pelestarian adalah aspek geomorfologi, sosial ekonomi, ecology dan kesesuaian lahan (Erftemeijer P, et al;1988:35). Pelestarian sumberdaya hayati man sumber genetic dan tipe ekosistemnya, c) terkendalinya
Data diperoleh dari jawaban responden tentang tingkat Pendapatan /bulan :yang diperoleh dari :
1. Pekerjaan pokok
2. Pekerjaan sampingan
3.Biaya
a.kebutuhan keluarga, pendidikan, b.Biaya/modal
c.Perbandingan
4.Upaya menambah pendapatan
5. Biaya melakukan konservasi