• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

MATEMATIS SISWA SMP

(Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagiam dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika

oleh INO RUSTANDI

054251

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN

MATEMATIS SISWA SMP

(Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung)

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Ino Rustandi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

January 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PENALARAN MATEMATIS SIWA SMP

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 35 Bandung)

Oleh INO RUSTANDI

NIM. 054251

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Dra. Encum Sumiaty, M.Si NIP. 196304201989032002

Pembimbing II

Kartika Yulianti, S.Pd,M.Si NIP. 198207282005012001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(4)

ABSTRAK

Ino Rustandi. (054251). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Reciprocal Teaching untuk meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa SMP. SEdangkan kemampuan ini sangat penting dimiliki oleh setiap siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa SMP dengan menggunakan model Reciprocal Teaching. Penelitian yang dilaksanakan merupakan kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 35 Bandung, dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII F sebagai kelas eksperimen yang akan diberikan pembelajaran Reciprocal Teaching, dan VIII E sebagai kelas control yang akan diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen tes berupa soal pretes dan postes kemampuan penalaran matematis, dan instrument non-tes berupa angket sikap siswa dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran siswa yang mendapat pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching lebih baik daripada siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional. Selain itu siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran Reciprocal Teaching

(5)

PERNYATAAN……… i A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Operasional... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penalaran... 8

B. Model Reciprocal Teaching... 10

C. Pembelajaran Konvensional... 13

D. Hasil Penelitian yang Relevan... 13

E. Hipotesis... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian……… 15

B. Populasi dan Sampel... 16

C. Instrumen Penelitian... 16

D. Variabel Penelitian... 25

E. Prosedur Penelitian... 25

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 36

B. Pembahasan... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 56

B. Saran... 56

DAFTAR PUSTAKA... 58

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu dan teknologi pada era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik dalam peningkatan sumber daya manusia.

Pada kenyataannya, kemampuan bersaing Indonesia di dunia pendidikan khususnya dalam bidang matematika masih sangat rendah. Hal ini didukung oleh fakta dari hasil tes TIMSS 2003 yang menunjukan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat 35 dari 46 negara khususnya pada penalaran matematikanya. Kondisi ini jauh tertinggal dibandingkan dengan 2 negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia. Singapura berada di peringkat 1 dan Malaysia berada di peringkat 10. Oleh karena itu, Pemerintah berupaya melakukan inovasi pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, salah satunya dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang menyempurnakan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran matematika (Depdiknas, 2006:346) :

(8)

2

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel. diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.

Pada poin 2 ditekankan bahwa salah satu kemampuan yang harus diperoleh siswa setelah mempelajari matematika adalah kemampuan penalaran matematika. Sejalan dengan ini, Widdhiarto (Aisah, 2008) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berfikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain maupun dalam kehidupan sehari-hari.

(9)

runtut dan logis. Baroody (Juariah, 2008:5) mengungkapkan penalaran adalah suatu alat esensial untuk matematika dan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Baroody mengungkapkan ada 4 alasan, mengapa penalaran penting untuk matematika dan kehidupan sehari-hari, yaitu:

1. The reasoning to do mathematics. Ini berarti penalaran memainkan peranan

penting dalam dalam pengembangan dan aplikasi matematika.

2. The need for reasoning in school mathematics. Menurut NCTM salah satu

tujuan utama dalam pembelajaran matematika adalah mengutamakan perkembangan daya matematis siswa. Meningkatkan penalaran matematis siswa merupakan hal pokok untuk mengembangkan daya matematis siswa. 3. Reasoning involved in other content areas. Ini berarti keterampilan penalaran

dapat diterapkan pada ilmu-ilmu lain.

4. Reasoning for everyday life. Ini berarti penalaran suatu alat yang esensial untuk

mengatasi masalah kehidupan sehari-hari.

(10)

4

Mulis dkk. (Suryadi, 2005) berdasarkan laporan hasil studi TIMSS 1999 yang dilakukan di 38 negara (termasuk Indonesia), antara lain menjelaskan bahwa sebagian besar pembelajaran matematika belum berfokus pada pengembangan penalaran matematis siswa. Marpaung (Qodariah, 2006) paradigma mengajar di Indonesia mempunyai ciri-ciri antara lain: guru aktif sedangkan siswa pasif, pembelajaran berpusat kepada guru, guru mentransfer pengetahuan ke pikiran siswa, pemahaman siswa cenderung mekanistik, siswa diam (secara fisik) dan penuh konsentrasi (mental) memperhatikan apa yang diajarkan oleh guru. Kondisi ini melahirkan anggapan bagi siswa bahwa belajar matematika tidak lebih dari sekedar mengingat dan kemudian melupakan fakta dan konsep. Akibatnya, siswa kurang bisa mengeluarkan gagasan, ide, atau cara-cara lain untuk menyelesaikan permasalahan matematika atau siswa bersifat konvergen. Hal tersebut dapat mengakibatkan rendahnya kemampuan penalaran siswa.

(11)

memiliki kesempatan yang terbuka untuk berfikir dan beraktivitas dalam memecahkan berbagai permasalahan. Dengan demikian pemberian otonomi seluas-luasnya kepada siswa dalam berfikir untuk menyelesaikan permasalahan dapat meningkatkan penalaran siswa secara optimal (Qodariah, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, penulis berpendapat pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan dan kebebasan kepada siswa untuk menggunakan semua kemampuan berpikirnya sehingga siswa dapat menuangkan seluruh gagasan, ide, dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Pembelajaran Reciprocal Teaching adalah salah satu model pembelajaran matematika yang dipandang tepat

untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis, karena model pembelajaran ini menuntut siswa untuk belajar mandiri, atau siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran.

(12)

6

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang ‘Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran matematis Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional ?

2. Bagaimana respon siswa SMP terhadap penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional

(13)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata bagi berbagai kalangan berikut ini:

1) Bagi siswa, diharapkan dapat menikmati proses pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Reciprocal Teaching guna meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

2) Bagi guru bidang studi matematika, dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran matematika untuk memperbaiki kemampuan penalaran matematis siswa.

E.Definisi Operasional

1) Kemampuan Penalaran Matematika Siswa adalah kemampuan siswa dalam penarikan sebuah kesimpulan, yang didasarkan pada fakta-fakta atau sifat-sifat.

2) Model pembelajaran Reciprocal Teaching adalah model pembelajaran yang disusun menggunakan 4 strategi yaitu: mengajukan pertanyaan, merangkum, menjelaskan, dan meramalkan.

(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi-eksperimen. Russeffendi (2005: 52) mengemukakan bahwa pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti memerima keadaan subjek seadanya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan apabila dibentuk kelas baru, maka akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Karena penelitian yang akan dilaksanakan melibatkan satu variabel bebas dan satu variabel kontrol, maka desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol pretes dan postes. Alasan mengapa menggunakan desain penelitian ini adalah karena peneliti ingin mengetahui perbedaan yang terjadi antara pembelajaran matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching dan yang tidak menggunakan Reciprocal Teaching terhadap

kemampuan penalaran matematis.

Adapun disain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

O X O O --- O

Diagram 3.1

(15)

Keterangan :

O : Pretes dan Postes

X : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching

--- : Pembelajaran dengan menggunakan perlakuan model pembelajaran konvensional.

B. Populasi dan Sampel

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VIII SMPN 35 Bandung. Adapun pemilihan kelas VIII sebagai kelas eksperimen karena pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pokok bahasan Persamaan Garis Lurus. Berdasarkan uraian di atas, maka populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 35 Bandung kelas VIII. Sedangkan yang menjadi sampelnya adalah dua kelas VIII SMP Negeri 35 Bandung yang diambil secara acak. Dari kelas yang terpilih tersebut, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tulis, angket, dan pedoman wawancara.

1. Tes tertulis

(16)

17

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak, sedangkan postes digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa pada kelas eksperimen dan kelas control setelah pembelajaran.

Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe tes uraian. Penggunaan tipe tes uraian memiliki keunggulan. Ruseffendi (1998: 104) menyatakan bahwa dengan tipe tes uraian akan terlihat sifat kreatif pada diri siswa dan hanya siswa yang telah menguasai materi secara benar yang dapat memberikan jawaban yang baik dan benar. Pemberian tes uraian dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa. Melalui tes uraian dapat diketahui dari langkah-langkah pengerjaan siswa, pola pikir siswa dalam membuat sebuah kesimpulan.

Setelah tes tertulis disusun, selanjutnya diujicobakan untuk melihat kualitas dari tes tersebut. Setelah itu, akan dianalisis validitas dan realibilitasnya, kemudian setiap butir soal dianalisis untuk mengetahui indeks kesukaran dan daya pembeda.

a. Validitas

(17)

 

Untuk mengetahui tinggi, sedang, atau rendahnya validitas instrumen, nilai koefisien diinterpretasikan dengan klasifikasi menurut Guilford (Suherman, 2003) sebagai berikut :

Tabel 3.1

Klarifikasi Validitas Butir Soal

Koefisien validitas (rxy) Kriteria

rxy < 0,00 Tidak valid

(18)

19

Tabel 3.2 Validitas butir soal

No soal Koefisien validitas Kriteria

1 0,708 Validitas tinggi

Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil evaluasi tersebut tetap jika digunakan untuk setiap subjek yang berbeda. Untuk mengetahui reliabilitas suatu instrumen atau alat evaluasi dilakukan dengan cara menghitung koefisien reliabilitas instrumen. Perhitungan koefisien reliablitas ini dihitung dengan menggunakan rumus alpha berikut :

(19)

Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guliford (Suherman, 2003 : 139) sebagai berikut :

Tabel 3.3

Klarifikasi Reliabilitas Soal

Koefisien Reliabilitas (r11) Kriteria

r11 < 0,20 Reliabilitas sangat rendah

0,20 ≤ r11 < 0,40 Reliabilitas rendah

0,40 ≤ r11 < 0,70 Reliabilitas sedang

0,70 ≤ r11 < 0,90 Reliabilitas tinggi

0,90 ≤ r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan bantuan Anates, diperoleh reliabilitas sebesar 0,79. Kriteria yang diperoleh berdasarkan klasifikasi derajat reliabilitas menurut Guilford, derajat reliabilitas dari instrumen tes termasuk ke dalam kriteria tinggi.

c. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran menyatakan derajat kesukaran sebuah soal. Untuk tes tipe uraian, rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir

soal adalah sebagai berikut:

SMI x IK

 

Keterangan ;

(20)

21

x : rata-rata skor tiap butir soal SMI : Skor Maksimal Ideal

Untuk mengetahui interpretasi indeks kesukaran tiap butir soal yang digunakan sebagai berikut ( Suherman, 2003: 170)

Tabel 3.4

Klarifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran (IK) Kriteria IK = 0,00 Sangat sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah

IK = 1,00 Sangat mudah

Berdasarkan hasil pengolahan data, indeks kesukaran untuk tiap butir soal yang digunakan dalam uji coba instrumen ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.5

Indeks Kesukaran Butir Soal

No soal Indeks Kesukaran Kriteria

1 0,217 Sukar

2 0,119 Sangat sukar

3 0,383 Sedang

4 0,256 Sukar

(21)

d. Daya Pembeda

Daya pembeda setiap butir soal menyatakan kemampuan butir soal tersebut dalam membedakan antar siswa yang dapat menjawab dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut.

Galton (Suherman, 2003: 159) mengasumsikan bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan yang bodoh karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari tiga kelompok tersebut. Dengan perkataan lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan anatara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh.

Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut :

SMI x x DPAB

Keterangan :

DP : Daya Pembeda

A

x : rata-rata skor kelompok atas

B

x : rata-rata skor kelompok bawah SMI : Skor Maksimal Ideal

(22)

23

Tabel 3.6

Klarifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda (DP) Kriteria

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

Berdasarkan hasil pengolahan data, daya pembeda untuk tiap butir soal yang digunakan dalam uji coba instrumen ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.7 Daya Pembeda

No soal Indeks Kesukaran Kriteria

1 0,356 Cukup

2 0,217 Cukup

3 0,467 Baik

4 0,411 Baik

5 0,667 Baik

Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes

(23)

Tabel 3.8

Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes

No Soal

Validitas Reliabilitas Indeks Kesukaran

Dalam penelitian ini lembar observasi ditujukkan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang sedang berlangsung serta untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi, yang pada akhirnya akan dievaluasi dan direvisi untuk pembelajaran selanjutnya.

3. Angket

(24)

25

Angket yang digunakan dalam penelitian ini memakai skala Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak setuju).

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (Fani: 2012) variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Yang menjadi variable bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching Sedangkan variabel terikat menurut Sugiyono (Fani: 2012) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan penalaran matematisnya.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilalukan melalui empat tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, analisis data, dan pembuatan kesimpulan

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan ini terdiri dari:

b. Mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti c. Mengajukan judul penelitian yang akan dilaksanakan d. Menyusun proposal penelitian

e. Seminar proposal penelitian

(25)

g. Membuat instrumen penelitian dan bahan ajar h. Mengurus perijinan penelitian

i. Uji coba instrumen penelitian

j. Merevisi instrumen penelitian (jika diperlukan) k. Memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol 1. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melaksanakan tes awal (pretes) kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan penalaran matematika awal siswa sebelum mendapat perlakuan pembelajaran

b. Melaksanakan pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol

c. Melaksanakan observasi pada kelas eksperimen

d. Melaksanakan tes akhir (postes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol e. Memberikan angket pada siswa kelas eksperimen untuk mengetahui sikap

siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching

2. Tahap analisis data

Langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dari kelas eksperimen dan kelas kontrol

(26)

27

3. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.

F. Teknik Pengolahan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yakni dengan memberikan pretes dan postes, pengisian lembar observasi, dan angket skala sikap. Data yang diperoleh kemudian dikategorikan ke dalam jenis data kuantitatif, dan data kualitatif. Data kuantitatif meliputi data hasil pretes dan postes. Sementara itu data kualitatif meliputi data hasil pengisian lembar observasi, dan angket skala sikap. Pengolahan data kuantitatif dalam penelitian ini, penulis menggunakan bantuan SPSS versi 15.0 for Windows.

1. Analisis Data Kuantitatif

a. Analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol

Pengolahan data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas, apakah kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama atau tidak. Langkah-langkah pengolahan data ini sebagai berikut:

1) Menganalisis data secara deskriptif

(27)

2) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas, digunakan uji statistik Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian normalitas sebagai berikut:

 Merumuskan hipotesis

H0 : data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

 Menentukan tingkat keberartian dengan mengambil α sebesar 0,05.

 Menentukan kriteria pengujian dengan aturan, menerima H0

apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 0,05 dan menolak H0 apabila nilai signifikansi yang

diperoleh kurang dari 0,05.

Apabila data dari kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Jika data dari salah satu kelas berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas, akan tetapi dilakukan uji non-parametrik yaitu uji Mann Whitney. 3) Uji Homogenitas

Jika kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varian kelompok.

(28)

29

 Merumuskan Hipotesis H0 : σe2= σk2

H1 : σe2≠ σk2

Dengan,

σe2 : variansi kelas eksperimen

σk2 : variansi kelas kontrol

 Menentukan tingkat keberartian dengan mengambil α sebesar 0,05.  Menentukan kriteria pengujian dengan aturan, menerima H0

apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 0,05 dan menolak H0 apabila nilai signifikansi yang

diperoleh kurang dari 0,05. 4) Uji Kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan awal kedua kelas sama atau tidak. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji kesamaan dua rata-rata sebagai berikut:

 Menentukan Hipotesis H0 : µe = µk

H1 : µe≠ µk

Dengan,

µe : rata-rata skor pretes kelas eksperimen

µk : rata-rata skor pretes kelas kontrol

(29)

 Menentukan kriteria pengujian dengan aturan, menerima H0

apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 0,05 dan menolak H0 apabila nilai signifikansi yang

diperoleh kurang dari 0,05.

Apabila data dari kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi normal dan homogen, maka untuk uji kesamaan dua rata-rata dilakukan uji t. Sedangkan untuk data dari kedua kelas yang berasal dari populasi berdistribusi normal tetapi data dari salah satu kelas tidak homogen, maka pengujiannya menggunakan uji t’.

Apabila data dari salah satu kelas tidak berdistribusi normal, maka uji kesamaan dua rata-rata dilakukan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

b. Analisis data peningkatan kemampuan penalaran siswa

Apabila hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan kemampuan yang sama, maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran adalah data postes, akan tetapi apabila hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan kemampuan yang berbeda, maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran siswa diperoleh dengan menggunakan indeks gain. Tahapan yang dilakukan pada analisis data peningkatan kemampuan penalaran siswa ini sebagai berikut:

1) Menganalisis data secara deskriptif

(30)

rata-31

rata dan standar deviasi. Hal ini diperlukan sebagai langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis.

2) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data postes atau data gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas, digunakan uji statistik Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian normalitas sebagai berikut:

 Merumuskan hipotesis

H0 : data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

 Menentukan tingkat keberartian dengan mengambil α sebesar 0,05.

 Menentukan kriteria pengujian dengan aturan, menerima H0

apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 0,05 dan menolak H0 apabila nilai signifikansi yang

diperoleh kurang dari 0,05.

(31)

3) Uji Homogenitas

Jika kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varian kelompok.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian homogenitas sebagai berikut:  Merumuskan Hipotesis

H0 : σe2= σk2

H1 : σe2≠ σk2

dengan,

σe2 : variansi kelas eksperimen

σk2 : variansi kelas kontrol

 Menentukan tingkat keberartian dengan mengambil α sebesar 0,05.

 Menentukan kriteria pengujian dengan aturan, menerima H0

apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 0,05 dan menolak H0 apabila nilai signifikansi yang

diperoleh kurang dari 0,05. 4) Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk membandingkan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji perbedaan dua rata-rata sebagai berikut:

 Merumuskan Hipotesis H0 : µe≤ µk

H1 : µe > µk

(32)

33

µe : rata-rata skor postes kelas eksperimen

µk : rata-rata skor postes kelas kontrol

 Menentukan tingkat keberartian dengan mengambil α sebesar 0,05.  Menentukan kriteria pengujian dengan aturan, menerima H0

apabila ½ nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 0,05 dan menolak H0 apabila ½ nilai signifikansi yang

diperoleh kurang dari 0,05.

Apabila data dari kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi normal dan homogen, maka untuk uji kesamaan dua rata-rata dilakukan uji t. Sedangkan untuk data dari kedua kelas yang berasal dari populasi berdistribusi normal tetapi data dari salah satu kelas tidak homogen, maka pengujiannya menggunakan uji t’.

Apabila data dari salah satu kelas tidak berdistribusi normal, maka uji kesamaan dua rata-rata dilakukan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

c. Analisis kualitas peningkatan kemampuan penalaran

Setelah data terkumpul, akan dianalisa kualitas peningkatan kemampuan penalaran siswanya, baik yang berasal dari kelompok eksperimen maupun dari kelompok kontrol melalui data indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol

(33)

Indeks gain tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria yang diungkapkan oleh Hake pada Tabel berikut:

Tabel 3.9 Kriteria Indeks Gain

2. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif yang terdiri dari lembar observas dan angket diberikan khusus kepada kelas eksperimen untuk mengetahui respon mereka terhadap model Reciprocal Teaching untuk meningkatkan penalaran. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis untuk menjawab hipotesis yang diajukan. a) Menganalisis lembar observasi

Data hasil observasi yang diperoleh ditulis dan dikumpulkan dalam table berdasarkan permasalahan yang kemudian dianalisis secara deskriptif

b) Menganalisis angket skala sikap

Angket diberikan khusus untuk kelas ekperimen dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching. Pengolahan data angket dilakukan dengan menggunakan analisis angket menurut skala Likert.

 Analisis angket menurut skala Likert

Indeks gain (g) Kriteria g > 0,7 Tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

(34)

35

Pengolahan data dengan menggunakan analisis angket menurut skala likert dimulai dengan memberikan penskoran yang digunakan menurut Suherman (2003) adalah :

a) Untuk pernyataan positif (favorable), jawaban: SS diberi skor 5, S diberi skor 4, TS diberi skor 2, STS diberi skor 1.

b) Untuk pernyataan negatif (unfavorable), jawaban: SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 4, STS diberi skor 5.

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada keseluruhan tahapan penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan berkaitan dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap kemampuan penalaran siswa SMP yaitu

1. Peningkatan kemampuan penalaran siswa yang memperoleh model pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik daripada peningkatan kemampuan penalaran siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. 2. Secara umum siswa memberikan respon yang positif terhadap model

pembelajaran Reciprocal Teaching.

Selain kesimpulan di atas, diperoleh temuan lain yaitu kualitas peningkatan kemampuan penalaran siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sedang

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai model pembelajaran Reciprocal Teaching, maka dapat disarankan beberapa hal berikut ini:

1. Bagi guru direkomendasikan agar menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching sebagai alternatif pembelajaran matematika di kelas.

(36)

57

daripada model pembelajaran konvensional, model pembelajaran Reciprocal Teaching cukup diminati oleh sebagaian besar siswa.

(37)

Daftar Pustaka

Aisah, Siti. (2008). Perbandingan Kemampuan Penalaran Siswa SMP Antara yang Memperoleh Pembelajaran Matematika Melalui Model Group Investigation (GI) dengan Model Ekspositori. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI : Tidak diterbitkan.

Alamsyah.(2000). Suatu Pendekatan untuk Meningkatkan Kemampuan Analogi Matematika. Tesis pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan.

Chairhany, Sitie. (2007). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Logis Matematis Siswa MA Melalui Model Pembelajaran Generatif. Tesis Master Pendidikan PPs-UPI: tidak diterbitkan.

Fani, Y.M. (2012). Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan

Foster dan Rotologi. (2005).Definisi Pembelajaran Reciprocal Teaching (online) – Tersedia: (http://projects.coe.uga.edu/epltt/reciprocal)

Juariah.(2008). Upaya Meningkatkan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Proses. Tesis pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan.

Karim, Abdul. (2010). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Model Reciprocal Teaching. Tesis pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan. Kurniadi, E. (2010). Pengaruh Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran

Matematika terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi matematik Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan

Mulyati, T. (2007).Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Matematika melalui Reciprocal Teaching.Tesis pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan.

Nur dan Wakamdani. (2000). Pembelajaran Reciprocal Teaching (online) – Tersedia: (http: man2barabai.blogspot.com).

(38)

Qodariah, N.N. (2006). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan

Komunikasi Matematik Siswa SMU.Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI : Tidak diterbitkan.

Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan peneliti pemula. Bandung: Alfabet.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan Dan Bidang Non-Eksakta Lainnya.Semarang : IKIP Semarang.

Saptani, Dwina. (2004). Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dalam Pokok Bahasan Peluang Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI : Tidak diterbitkan.

Suherman dkk.(2003). Strategi Pembelajaran Kontemporer Matematika.JICA : FPMIPA UPI.

Sujana.(1996). Metoda Statistik.Bandung : Tarsito

Sumarmo, Utari. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi Doktor PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suryadi, Didi. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Langsung dan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi Doktor PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Syukur, M. (2004).Pengembangan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMU melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended . Tesis pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan

Gambar

Tabel 3.1 Klarifikasi Validitas Butir Soal
Tabel 3.2 Validitas butir soal
Tabel 3.3  Klarifikasi Reliabilitas Soal
Tabel 3.4 Klarifikasi Indeks Kesukaran
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

generic term sebagai merek merupakan alasan absolut tidak dapat didaftarkannya. merek meskipun memiliki

Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

4.6.3 Pengaruh Motivasi dan Peluang Usaha terhadap Minat Berwirausaha pada Peserta Didik di SMK Purnawarman Purwakarta .... 99

concessie dan sewa untuk perusahaan kebun besar menjadi hak guna usaha, sebagai yang dimaksud dalam pasal IV ayat (1) Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-undang Pokok

[r]

The data security techniques layered security with a combination of symmetric cryptographic algorithm Advanced Encryption Standard ( AES ) with RC4 by applying the hybrid

Dalam analisis ini dapat dilihat seberapa besar sumber dan penggunaan modal kerja sehingga perusahaan dapat mempunyai suatu batas minimal yang diperlukan agar suatu kesalahan