STRATEGI MODELING THE WAY UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGILUSTRASIKAN GERAK TARI
(Studi Experimen Pada Pembelajaran Seni Tari Siswa Kelas VIII di SMPN 19 Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S-1 Jurusan Pendidikan Seni Tari Program Pendidikan Seni Tari
Oleh
SILMA RATNAKEMALA NIM 0906513
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
STRATEGI MODELING THE WAY UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGILUSTRASIKAN GERAK TARI
(Studi Experimen Pada Pembelajaran Seni Tari Siswa Kelas VIII di SMPN 19 Kota Bandung)
Oleh
Silma Ratnakemala
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Silma Ratnakemala 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Silma Ratnakemala
STRATEGI MODELING THE WAY UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGILUSTRASIKAN GERAK TARI (Studi Experimen Pada Pembelajaran Seni Tari Siswa Kelas VIII di SMPN 19 Kota
Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dra. Desfina, M. Hum.
NIP. 196102201990032001
Pembimbing II
Beben Barnas, M. Pd.
NIP. 197112062001121001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari
Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen, M.Si
ABSTRAK
Skripsi dengan judul Strategi Modeling The Way untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa Dalam Mengilustrasikan Gerak Tari. Permasalahan yang dibahas meliputi pembelajaran seni tari yang bersifat konvensional karena siswa belajar dengan pembelajaran yang sangat minim, tidak adanya suatu inovasi pembelajaran karena hanya terpaku oleh teori dari buku, dengan diterapkannya strategi Modeling
the Way ini siswa dapat merealisasikan secara bebas potensi yang mereka miliki
sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing yaitu melalui dunia yang mereka senangi dan mereka mengasah daya pikirnya untuk mencari ide lalu ide yang mereka punya diimplementasikan melalui ilustrasi gerak yang membawa mereka kepada keterampilan gerak, sehingga diberikannya suatu strategi Modeling The Way ini yaitu dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi, keterampilan, kreativitas serta kemauan dan untuk mengetahui hasil kemampuan siswa dari penerapan strategi tersebut di SMP Negeri 19 Sadang Serang Bandung. Metode yang digunakan adalah metode pre-eksperimental melalui pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa dapat dilihat dari hasil pretest dan postest, siswa mengalami peningkatan nilai yang cukup besar. Maka dapat dikatakan bahwa siswa yang menjadi sampel dengan jumlah 24 orang telah mengalami peningkatan dalam keterampilan mengembangkan ilustrasi ke dalam gerak tari dengan menggunakan strategi Modeling The Way. Dapat terlihat melalui Independent Samples Test yaitu dengan hasil kedua kelas memiliki varians yang sama, karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 (nilai signifikansi 0,789). Dengan kolom uji t baris kesatu, diketahui bahwa nilai signifikansinya kurang dari 0,05 (nilai signifikansinya = 0,00) hingga hipotesis H0 ditolak. Jadi, kelas eksperimen memiliki kemampuan akhir lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Artinya bahwa ada perbedaan yang besar pada perkembangan ilustrasi gerak tari siswa dalam pembelajaran seni tari dengan menggunakan strategi Modeling The Way. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang diajukan dapat diterima, yaitu meningkatnya perkembangan ilustrasi gerak tari pada pembelajaran seni tari siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung setelah menggunakan strategi Modeling The Way.
ABSTRACT
Thesis with the title The Way Modeling Strategies to Develop Students Ability
In Motion Illustrates Dance. Issues covered include learning the art of dance that is
conventional because students learn at a very minimal learning, the lack of a learning
innovation because only fixed by the theory of the book, with the implementation of
this strategy of Modeling the Way students can freely realize their potential in
accordance with their abilities through a world that they love and they hone the power
he thought to look for ideas and ideas that they have implemented through the
illustration of motion that brought them to the skills of movement, so it provides a
strategy Modeling The Way it is with the aim to increase motivation, skills, creativity
and the willingness and ability of the students to know the results of the application
of these strategies in SMP Negeri 19 Bandung Sadang Serang. The method used was
a pre-experimental methods through quantitative approaches. The results showed that
it can be seen from the results of the pretest and posttest, students experienced a
considerable increase in value. It can be said that the students were being sampled by
the number of 24 people have been experiencing an increase in illustrations to
develop skills in dance movement using Modeling strategy The Way. Can be seen
through the Independent Samples Test with results both classes have the same
variance, because the significance value less than 0.05 (significance value of 0.789).
With unity row column t test, note that the significance value less than 0.05
(significance value = 0.00) to the hypothesis H0 is rejected. Thus, the experimental
class has the ability to finish higher than the control class. It means that there are
large differences in the development of dance illustration art of dance students in
learning by using strategies Modeling the Way. Under these conditions, the
hypothesis can be accepted, the increasing development of illustrations on learning
dance dance eighth grade students of SMP Negeri 19 Bandung after using Modeling
Keywords: Modeling Strategies The Way to Develop Students Ability In Motion
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR. ... ii
DAFTAR ISI . ... iv
DAFTAR TABEL. ... vii
DAFTAR GAMBAR. ... viii
DAFTAR LAMPIRAN . ... ix
BAB I PENDAHULUAN . ... 1
A. Latar Belakang Masalah. ... 1
B. Rumusan Masalah . ... 8
C. Tujuan Penelitian . ... 9
D. Manfaat Penelitian. ... 9
BAB II KAJIAN TEORETIS . ... 11
A. Karakteristik Anak Sekolah Menengah Pertama. ... 11
B. Pembelajaran Seni Tari . ... 15
C. Modeling The Way. ... 19
D. Pembelajaran Kontekstual. ... 22
E. Mencipta Tari Versi Anak. ... 24
F. Ilustrasi dan Kreativitas Dalam Membuat Tarian Untuk Anak. ... 25
G. Evaluasi Pembelajaran Seni Tari . ... 27
BAB III METODE PENELITIAN. ... 29
A. Metode Penelitian . ... 29
B. Definisi Operasional. ... 29
C. Desain Penelitian. ... 30
D. Instrumen Penelitian. ... 30
E. Langkah-langkah penelitian. ... 39
F. Tekhnik Analisis Data………..40
G. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian. ... 42
H. Hipotesis Penelitian. ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. ... 46
A. HASIL PENELITIAN. ... 46
1. Kegiatan Studi Awal Penelitian. ... 46
a. Hasil Pretest Pembelajaran Tari Sebelum Menggunakan Strategi Modeling The Way . ... 50
2. Perencanaan Pembelajaran Strategi Modeling The Way ... 60
3. Proses Pembelajaran. ... 61
1. Proses Kegiatan Pertemuan ke 1. ... 61
2. Proses Kegiatan Pertemuan ke 2. ... 64
4. Hasil Pemahaman Pembelajaran. ... 66
5. Data Pengolahan Hasil Posttest. ... 72
B. PEMBAHASAN. ... 88
1. Uji Hipotesis. ... 88
2. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 88
BAB V KESIMPULAN dan IMPLIKASI. ... 91
A. Kesimpulan………….. ... 91
B. Implikasi ………… ... 93
DAFTAR PUSTAKA. ... 96
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran sebaiknya dilakukan secara terarah dan secara fakta dalam
kegiatan pembelajaran pasti terdapat subjek dan objek yang akan menjadi target
pencapaian suatu pembelajaran yang memang sudah berlaku, seperti yang
dikatakan oleh Marno et al. (2010:149) sebagai berikut :
Terdapat dua kegiatan yang sinergis, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya dari segi kognitif, psikomotor, dan atau afektif. Persoalannya, bagaimana mengaktifkan siswa agar secara sukarela tumbuh kesadaran mau dan senang belajar. Karena itu, guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif, baik fisik maupun mental.
Dalam melakukan suatu pembelajaran yang baik dan mencapai target
biasanya guru harus memahami bagaimana cara yang tepat dalam meraih siswa
menuju arah pembelajaran yang memacu siswa agar berani berbuat. Maksud
dalam berbuat disini yaitu siswa pasti akan mengalami suatu proses belajar
dengan cara tersendiri tetapi tetap dituntun dengan cara guru yang telah
dipersiapkan sebelumnya, seperti yang dikatakan oleh Marno et al. (2010:149)
sebagai berikut :
Siswa akan belajar secara aktif jika rancangan pembelajaran yang disusun guru mengharuskan siswa, baik secara sukarela, maupun terpaksa, menuntut siswa melakukan kegiatan belajar. Rancangan pembelajaran yang mencerminkan kegiatan belajar secara aktif perlu didukung oleh kemampuan guru memfasilitasi kegiatan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, ada korelasi signifikan antara kegiatan mengajar guru dan kegiatan belajar siswa. Mengaktifkan kegiatan belajar siswa berarti menuntut kreativitas dan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Dalam setiap kesempatan proses pembelajaran guru harus pintar-pintar
mengolah siswa agar siswa mampu menaklukan berbagai kesulitan dalam
siswa belajar lebih mandiri, terampil dan memiliki kreativitas. Agar siswa dapat
belajar mandiri dan mampu menaklukan kesulitan dalam belajarnya, guru dapat
mengambil cara dengan mengoptimalkan seluruh kemampuan siswa dalam proses
perkembangannya, seperti yang dikatakan oleh Marno et al. (2010:150) sebagai
berikut :
Cara kerja otak manusia mirip komputer yang perlu dihidupkan dan dilatih secara terus menerus. Dalam komputer, terdapat memori yang bertugas menerima, mengelola, dan menyimpan informasi. Mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal. Berikan kesempatan pada siswa untuk mengoptimalkan memorinya yaitu dengan melakukan kebebasan kreativitasnya sendiri dan tidak boleh dibatasi karena hal tersebut merupakan proses menuju pencapaian kompetensi.
Belajar sangatlah penting dalam menjalani kehidupan untuk dapat
beradaptasi dengan baik, maka dari itu dalam pembelajaran diharuskan siswa
dengan senang menerima dan memahami suatu materi yang haus dikuasai. Suatu
pembelajaran harus mengacu pada target dan target harus dapat mencapai
keberhasilan. Tentunya suatu keberhasilan tidak mungkin secara instan terjadi,
semua pencapaian pasti memiliki perlakuan awal yang baik, seperti yang
dikatakan oleh Marno et al. (2010:150) sebagai berikut :
Cara lain mengaktifkan belajar siswa adalah dengan memberikan berbagai pengalaman belajar bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan siswa dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan, memecahkan masalah, atau mengembangkan pembiasaan agar dalam dirinya tumbuh kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya dan oleh karena itu perlu dilakukan sepanjang hayat.
Dalam suatu proses pembelajaran guru tidak boleh memaksa anak untuk
mengarahkan belajar yang terpaku karena anak akan bosan dan tidak akan
melanjutkan kegiatan belajarnya selain itu guru harus memberikan anak keluasan
dalam cara belajar yang mereka senangi. Guru tidak boleh sembarang
memberikan materi yang akan diberikan pada siswa karena guru harus melihat sisi
perkembangan anak dan proses cara belajarnya serta latar belakang sosialnya.
Harus penuh hati-hati dalam penyampaian materi. Dalam penyampaiannya harus
siswa dapat mencapai target atau mampu melewatinya, seperti yang dikatakan
oleh Marno et al. (2010:150) sebagai berikut :
Setiap siwa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Karena itu, setiap siswa perlu memperoleh layanan bimbingan belajar yang berbeda pula sehingga seluuh siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Begitu pula tidak semua siswa berasal dari latar belakang sosial yang memiliki kesadaran dan budaya belajar sehingga tugas guru adalah menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan pembiasaan agar setiap siswa merasa butuh, mau, dan senang belajar.
Beberapa titik berat yang dilalui siswa itu sangat wajar karena melatih agar
siswa mendapatkan yang lebih baik tentunya. Tetapi disamping itu meskipun
siswa harus mampu bersikap mandiri dalam menghadapi titik berat, guru pun
harus siap mendampingi siswa sebagai pendorong keberhasilan siswa tersebut.
Guru harus mempunyai perencanaan tujuan pengajaran dan metoda mengajar agar
siswa sukses dalam pembelajarannya. Sepeti yang dikatakan oleh Rooijakkers
dalam buku mengajar dengan sukses (1991:3) sebagai berikut :
Setiap usaha mengajar sebenarnya ingin menumbuhkan atau menyempurnakan pola laku tertentu dalam diri siswa. Yang dimaksudkan pola laku ialah krangka dasar dari sejumlah kegiatan yang lazim dilaksanakan manusia untuk bertahan hidup dan untuk memperbaiki mutu hidupnya dalam situasi kongkret. Kegiatan itu bisa merupakan kegiatan rohani seperti mengamati, menganalisa, dan menilai keadaan dengan daya nalar. Bisa juga berupa kegiatan jasmani, yang dilakukan dengan tenaga dan keterampilan fisik. Umumnya manusia bertindak secara manusiawi apabila kedua jenis kegiatan tersebut dibuat secara terjalin. Kegiatan jasmani didukung oleh kegiatan rohani atau sebaliknya.
Disamping itu dalam suatu pembelajaran yang semakin berkembang
diperlukan pemikiran dan tindakan kreatifitas guru untuk memancing
keterampilan siswanya. Seperti yang dikemukakan oleh Budiningsih (2005:34)
bahwa “Tindakan guru harus bisa menampakan kemampuan siswa yang belum
maksimal karena siswa dalam belajar tidak selalu menampakan pemahamannya
dari tingkah laku”.
Tujuan mengajar yang berhasil itu tidak asal direncanakan tetapi butuh
patokan agar tujuan dapat terealisasikan, sehingga dapat berguna dan hasilnya
guna peserta didik. Sikap pembelajaran seperti itu terdapat dalam sebuah seni
pembelajaran tari yang isinya Pembelajaran seni tari di sekolah mampu
menimbulkan rasa percaya diri anak yang berupa tumbuhnya perasaan bangga,
memiliki sifat menumbuhkan rasa bertanggung jawab dan rasa mandiri, mudah
berinteraksi dengan orang lain, memiliki prestasi lebih baik, berkembang
imajinasi serta keterampilannya dan sesuai dengan kurikulum yang telah
ditetapkan.
Melalui pembelajaran tari juga, guru dapat mengembangkan kemampuan
dan bakatnya dalam hal bergerak dan berfikir. Siswa harus memperoleh
kesempatan untuk memanfaatkan bakat dan kemampuannya dalam bidang tertentu
terutama dalam seni gerak. Sambil memanfaatkan, siswa mengembangkan bakat
dan kemampuannya itu. Memanfaatkan bakat dan kemampuan justru terjadi
apabila siswa dirangsang untuk melakukan bermacam-macam kegiatan, yang
melibatkan bakat dan kemampuan tersebut. Salah satu contoh yang melibatkan
pemikiran dan tindakan yang terampil tersebut ada pada ungkapan Learn by
doing. Seperti yang dikemukakan oleh Rooijakers dalam buku mengajar dengan
sukses (1991:3) sebagai berikut :
Learn by doing yaitu belajar sambil berbuat, itulah yang dicanangkan oleh
pedagogic mutakhir. Tiap pengajaran wajib membantu proses belajar, dengan merangsang siswa untuk sendiri giat melakukan sesuatu. Dalam kegiatan yang direncanakan dan dibuat sendiri, peserta didik melatih kemampuannya itu.
Dan itu terletak pada Inovasi pembelajaran seni tari tetapi dengan
menggunakan strategi Modeling The Way. Inovasi pembelajaran seni tari
merupakan suatu usaha pembelajaran dengan pembekalan pengetahuan dan
pemahaman tentang berbagai teori dan konsep tari, serta keterampilan dalam
menciptakan dan menyajikan tarian. Tari juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan daya imajinasi dan ilustrasi anak.
Pembelajaran dalam seni tari terdapat unsur-unsur pembelajaran yang lebih
menekankan pada sensor motorik peserta didik. Tetapi dalam suatu pembelajaran
seni itu dibutuhkan suatu keterampilan serta sesuatu yang dapat mendukung
akan sulit disukai orang banyak. Maka dapat cerminan dari hal tersebut bahwa
pembelajaran seni tari dapat diubah pola konsep yang akan diajarkan nanti.
Pembelajaran dibutuhkan suatu pencerahan yang berbeda dari konsep
konvensional sebelumnya. Pembelajaran seni tari merupakan suatu interaksi
belajar mengajar antara siswa dan guru melalui olah gerak yang diamana dalam
proses belajarnya itu dibutuhkan konsentrasi tersambung antara rasa, tubuh,
alunan suara dan daya nalar. Mungkin jika diperrhatikan pembelajaran ini agak
sulit, tetapi pembelajaran seni tari ini tidak mematok pada peserta didik agar bisa
mengolah gerak atau bahasa lainnya menari. Dengan memahami intinya, bahwa
seni tari itu secara bebas dapat mengekspresikan gerak tubuh dengan eksplorasi
dari sebuah ide yang diramu kedalam imajinatif dan dikembangkan melalui suatu
ilustrasi gerak. Lalu dari sebuah gerakan dirancang menjadi sebuah tarian. Tentu
banyak referensi mengenai pembelajaran seni tari ini tidak hanya belajar melalui
itu saja, segudang cara dapat dimasukan ke dalam pembelajaran seni tari ini. Salah
satunya guru dapat bermain strategi yang akan diterapkan kepada murid dalam
melakukan aktifitas pembelajaran seni tari.
Strategi pembelajaran disini diharapkan dapat membantu guru untuk
menangani siswa dalam belajarnya dan siswa akan terbantu agar lebih paham apa
yang disampaikan oleh guru. Tentunya menerapkan sebuah strategi tidaklah
sembarangan, mengambil tindakan dengan memakai strategi tertentu harus
mempertimbangkan berbagai aspek, seperti yang dikatakan oleh Marno et al.
(2010:3) sebagai berikut :
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Strategi ternayata memiliki arti yang berbeda-beda dari setiap pandangan
masing-masing orang terutama oleh para ahli pembelajaran. Tetapi pada dasarnya
strategi itu hampir mirip antara strategi-strategi yang ada, hanya berbeda dari segi
strategi pembelajaran tersebut disimpulkan bahwa strategi dapat memudahkan
murid dalam belajar yang pada akhirnya tujuan pun akan tercapai, seperti yang
dikatakan oleh Marno et al. (2010:2) sebagai berikut :
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Jika dilihat dari kritik yang ada di lapangan yaitu pembelajaran yang
berjalan secara monoton, dengan perkembangan zaman pembelajaran makin sulit
dimengerti bisa dibuktikan pada kenyataanya terdapat di pendidikan formal yang
berjalan dengan suatu kurikulum yang telah berkembang tetapi masih saja guru
menerapkan pembelajaran dengan cara lama karena lingkungan yang kurang
strategis mempengaruhi kepada aspek adaptasi anak menjadi kurang pengetahuan,
kurangnya sosialisasi dan tidak berkembangnya siswa dalam proses
pembelajarannya, karena lingkungan sekolah yang kurang berkembang serta guru
yang mengajar secara konvensional. Maka dari itu terdapat suatu strategi
pembelajaran yang disebut strategi Modeling The Way yang dikemukakan oleh
Hisyam Zaini et al. (2008:76) yaitu “suatu strategi memancing keterampilan serta ide yang menggunakan ilustrasi dengan menciptakan skenario untuk
mempraktikkan keterampilan spesifik yang dipelajari dikelas melalui
demonstrasi”. Melalui strategi Modeling The Way berbagai keterampilan menjadi
proses yang disadari. Siswa dapat bertindak secara adaptif melalui ide dan
perlakuan terampil yang mereka miliki. Seperti yang dikemukakan oleh
Rooijakkers, (1991:2) yaitu “siswa harus diberi kesempatan untuk menggunakan semua kemampuan rohani dan jasmaninya perlahan-lahan, tahap demi tahap,
sampai mampu bertindak sendiri”.
Strategi Modeling The Way ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan
permasalahan yang dialami siswa yaitu kesulitan dalam pembelajaran
keterampilan gerak dan ide yang belum terasah secara maksimal, dimana konsep
Secara alamiah anak-anak sampai orang dewasa dapat menggerakan
badannya dan menuangkan ide nya tanpa ada suatu aturan-aturan tertentu. Proses
eksperimen dan eksplorasi menjadi bagian penting dalam pembelajaran seni tari.
Banyak anak yang senang berimajinasi, berkhayal atau berandai-andai. Dengan
imajinasi dan perkembangan ilustrasi itu sendiri dapat meningkatkan keterampilan
siswa khususnya dalam menari dan mengeksplorasi gerakan-gerakan serta suatu
ide ilustrasi penggambaran sebuah skenario, sehingga pembelajaran tari itu bisa
dipelajari dengan mudah bagi anak.
Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk men-design sesuatu
yang baru dengan cara sendiri, berupa karya nyata yang dapat bermanfaat dan
relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Adapun bahan ajar penting
dalam mengambil suatu pembelajaran untuk peserta didik dalam daya nalar
ataupun dalam pemahaman. Bahan yang tepat untuk menyalurkan cara
pembelajaran yang baik bagi peserta didik dan sukses dalam mengajar yaitu dari
sebuah pengalaman. Seperti yang dikatakan oleh Rooijakkers, (1991:2) sebagai
berikut :
Bahan ajar bisa memakai media buku sebagai penunjang dalam proses pendidikan tetapi lebih diutamakan pada kenyataan yang ada walaupun buku-buku bisa dijadikan bahan ajar untuk membantu peserta didik tetapi tetap buku-buku paling utama adalah pengalaman hidup peserta didik sehari-hari dan suasana hidup masyarakat yang kongkret. Selain itu segala sesuatu dalam proses pembelajaran pasti terdapat sebuah pengalaman yang nantinya akan menjadi pengetahuan bagaimana cara belajar.
Bahan ajar secara nyata memiliki tinjauan yang sangat luas dan tergantung
juga pada pandangan setiap pengajar dan pengajar harus mengetahui bagaimana
cara belajar siswa agar siswa mencapai pemahaman yang dimaksudkan oleh
pengajar. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman merupakan cara cerdas
manusia dalam mengambil suatu tindakan. Siswa berhak bahkan harus
mendapatkan suatu pengalaman yang baik dalam proses belajarnya terutama
dalam pembelajaran seni tari yang lebih menekankan kepada sebuah perbuatan
atau hasil karya dengan kata lain siswa belajar dengan berbuat, pada dasarnya
pembelajaran seni tari tidak bisa dipahami hanya dengan teori tetapi praktek lebih
permasalahannya yaitu pemeblajaran yang terdapat di Sekolah Menengah Pertama
19 Sadang Serang Bandung lebih banyak hanya mengacu pada buku, dan
pembelajaran dilakukan terpaku yang berakibat tindakan menjadi sangat minimal,
lebih terfokuskan kepada teori. Hal ini dapat menjadi sebuah cerminan bahwa
pembelajaran yang ada pada saat ini masih konvensional jauh dari standar
nasional, terutama pembelajaran seni tari yang sangat membutuhkan suatu
perlakuan yang lebih. Setiap siswa pasti memiliki keterampilan bakat yang belum
tersalurkan, maka sejak dini siswa harus dibiasakan dalam berbuat atau membuat
suatu karya dengan keterampilan yang diiliki. Maka dari itu dari permasalahan
tersebut, dibutuhkan suatu strategi yang dapat membantu siswa serta guru dalam
pembelajaran seni tari menuju pembelajaran yang lebih baik dan berguna.
Maka menurut pemikiran latar belakang di atas, saya tertarik untuk
menggunakan strategi Modeling The Way dalam suatu pembelajaran seni tari di
SMPN 19 Sadang Serang Bandung oleh karena itu saya mengambil judul dalam
penelitian ini yaitu “STRATEGI MODELING THE WAY UNTUK
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM
MENGILUSTRASIKAN GERAK TARI”. Melalui pembelajaran Modeling The
Way yaitu suatu pembelajaran yang menggunakan keterampilan dalam
menggunakan ilustrasi serta skenario untuk dapat memunculkan ide-ide
cemerlang dan keterampilan siswa sehingga memudahkan siswa untuk
bereksplorasi yaitu dalam menciptakan sebuah skenario yang diimplementasikan
pada suatu gerak yang pada akhirnya menjadi sebuah tarian dimana siswa
perlahan diajarkan untuk memahami pada sebuah kesenian yaitu seni tari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian serta latar belakang masalah yang peneliti
paparkan di atas, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang
terdapat dalam Modeling The Way mengenai strategi yang akan diterapkan.
Strategi Modeling The Way untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
mengilustrasikan gerak tari. Untuk memudahkan penelitian ini. Maka peneliti
1. Bagaimana Proses Pembelajaran Seni Tari dengan menggunakan Strategi
Modelling The Way ?
2. Bagaimana hasil Pembelajaran Seni Tari Siswa Sesudah Menggunakan
Strategi Modelling The Way ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Proses Berlangsungnya Pembelajaran Seni Tari Siswa
dengan Menggunakan Strategi Modelling The Way .
2. Untuk Mengetahui Hasil Pembelajaran Seni Tari Siswa Sesudah
Menggunakan Strategi Modelling The Way .
D. Manfaat Penelitian.
Kajian terhadap Strategi Modeling The Way untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam mengilustrasikan gerak tari di SMPN 19 Bandung
diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara langsung maupun tidak
langsung bagi semua pihak yang terkait, antara lain sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Sebagai salah satu cara atau strategi bagi guru mengenai bagaimana
pembelajaran tari dengan menggunakan strategi Modeling The Way yang
dapat disesuaikan dengan pengalaman dan perkembangannya. Dapat
memberikan gambaran bahwa pembelajaran seni tari dapat menjadi media
untuk mengembangkan dan menyalurkan kemampuan siswa dalam
berketrampilan, saling bekerjasama, berkreativitas dan bersosialisasi.
b. Sebagai bahan evaluasi mengenai pembelajaran seni tari yang telah
dilakukan
c. Memotivasi guru agar dapat menciptakan ha-hal baru dalam melaksanakan
2. Bagi Siswa
a. Siswa dapat meningkatkan daya ilustrasinya secara terampil melalui
skenario yang akhirnya siswa dapat mengerti tarian.
b. Siswa dapat bereksplorasi dan mengembangkan gerakan-gerakan sehingga
tercipta sebagai suatu tarian
3. Bagi Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Bandung
a. Dapat menambah tinjauan sebagai bahan ajar yang akan diterapkan pada
peserta didik dalam pembelajaran mengenai pengalaman ataupun sebuah
cerita.
b. Memudahkan guru dalam menangani peserta didik yang kurang paham
dalam pembelajaran.
4. Bagi Peneliti
a. Dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman, mengenai pembelajaran
seni tari yang dilakukan melalui aktivitas skenario untuk meningkatkan
eksplorasi gerak.
b. Untuk pengetahuan dan memperdalam bidang yang sedang penulis geluti
5. Bagi Lembaga
a. Menjadi bahan observasi dan reverensi bagi mahasiswa yang membutuhkan
pengetahuan tentang cara mengajar tari untuk anak.
b. Sebagai stimulus bagi mahasiswa untuk mengembangkan atau menemukan
cara yang lebih efektif dan dapat lebih baik digunakan dalam pembelajaran
seni tari
c. Menambah keragaman dan pengetahuan mendalam bidang seni tari
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pada penelitian ini akan digunakan metode pre-experimental yaitu peneliti tidak
menggunakan kelas pembanding, kajian ini menggunakan desain one group pre test
and post test. Diklat Metode ini digunakan untuk mengukur keterampilan siswa
SMPN 19 Sadang Serang Bandung dalam pembelajaran seni tari melalui konsep
Modeling The Way. Melalui metode ini peneliti akan memberikan treatment
(perlakuan) pembelajaran seni tari yang dirancang sedemikian rupa untuk
meningkatkan keterampilan siswa. Jadi, dengan kata lain suatu eksperimen pada
prinsipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan
yang mengandung fenomena sebab akibat.
B. Definisi Operasional
Definisi Operasional dalam penelitian ini, terdapat beberapa istilah pada judul
penelitian. Guna menghindari ketimpangan atau kekeliruan dalam menafsirkan istilah
tersebut, maka dalam hal ini peneliti member batasan pengertian sebagai berikut:
1. Strategi Modeling The Way dalam pembelajaran seni tari adalah suatu
pembelajaran gerak tari yang menggunakan kemampuan berimajinasi yang
diaplikasikan melalui ilustrasi yang nantinya menjadinya suatu skenario yang
melibatkan keterampilan gerak tari dan menghasilkan suatu kreativitas.
2. Keterampilan tertentu adalah suatu proses atau kegiatan untuk mengolah sesuatu
yang ada dalam lingkungan sekitar atau dalam diri kita sepandai-pandai mungkin
dimanfaatkan. Pemanfaatan tersebut disalurkan melalui keterampilan mengamati
keadaan dengan menggunakan imajinasi lalu diilustrasikan sehingga menjadi sebuah
Definisi operasional dari penelitian yang berjudul Implementasi Strategi
Modeling The Way Dalam Pembelajaran Seni Tari kelas VIII SMPN 19 Sadang
Serang Bandung adalah suatu strategi pembelajaran tari yang menggunakan
kemampuan imajinasi atau daya khayal melalui ide-ide atau gagasan dari kehidupan
manusia/pengalaman mereka sendiri yang dipengaruhi dengan berbagai
rangsangan/stimulus sehingga anak dapat menghasilkan suatu gerak tari melalui
ilustrasi dari imajinasi peserta didik sehingga gerak tari tersebut bisa menjadi sebuah
tarian yang tersusun.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu desain survey,
case study, dan eksperimen. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan eksperimen
semu yaitu peneliti tidak menggunakan kelas pembanding melainkan dengan desain
one group pretest and postest. Alasan menggunakan desain ni yaitu agar konsentrasi
peneliti tidak terpecah-pecah dan penelitian ini dapat dilaksanakan secara efektif
untuk mencapai hasil yang maksimal. Desain eksperimen tes awal-tes akhir satu
kelompok ini seuai dengan yang dijelaskan oleh Sugiyono (2011:111) sebagai
berikut:
O1 X O2
Keterangan :
O1 : Tes Awal, X : Eksperimen, O2 : Tes Akhir
D. Instrumen Penelitian
Tes merupakan himpuanan pertanyaan yang harus dijawab, ditanggapi atau
tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur
terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan. Tes yang akan diteliti oleh
peneliti adalah pretest dan postest.
Dibawah ini terdapat beberapa aspek yang dinilai oleh peneliti dalam
pelaksanaan penelitian tersebut.
Tabel 3.1 Format Penilaian
Keterangan :
Efficiency (Ef) = Kesigapan
Saat merespon tugas yang diberikan guru, kesigapan dalam menerima dan meresapi dengan baik apa yang telah
diterangkan dan ditugaskan oleh guru dalam pembeajaran
seni tari.
Quickness (Qc) = Kecekatan
Kemampuan mengambil tindakan untuk mencari inspirasi dengan baik dengan memanfaatkan langsung apa yang telah
ada dan menghasilkan sesuatu ide/gagasan .
Membuat topik untuk dijadikan skenario dalam pembelajaran seni tari.
No. Nama Siswa Aspek yang dinilai Rata-rata
Intelligence (In) = Kecerdasan
Kemampuan menganalisis suatu ide/gagasan dengan menghasilkan suatu bentuk kinerja dan menyusun dengan
baik skenario untuk menghasilkan gerak tari.
Membuat skenario dengan gerak tari
Capacity (Ca) = Kapasitas
Kapasitas suatu perintah dengan bukti hasil dapat melakukan suatu rancangan ide yang menghasilkan skenario yang baik
dan dibuatlah gerak tari sesuai pencapaian, maka sudah
terpenuhi.
Menggabungkan skenario dengan gerak tari secara tepat dan sesuai pencapaian.
Quality (Qu) = Kualitas
Kemampuan yang telah dieksplorasi dalam pembelajaran seni tari telah didemonstrasikan.
Penyusunan skenario dan gerakan-gerakan tari sudah tepat dan baik.
Skilled (Sk) =Terampil
Kemampuan mengaplikasikan sesuai dengan eksplorasi yang telah dibuat sebelumnya sudah dapat didemonstrasikan
dengan membuahkan hasil yang baik .
Mengolah skenario dan gerak tari menjadi susunan sebuah karya yang baik dan menarik.
Redefinition (Rd) = Perumusan kembali
Telah memahami apa yang telah diberikan dan diaplikasikan dengan baik dalam pembelajaran seni tari.
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian diadopsi dan dikembangkan dari kriteria penilaian yang diasumsikan oleh Arifin ( 2011: 23)
Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
80-100 Memuaskan 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang 1
Tabel 3.3
Kriteria penilaian Indikator
Aspek Penilaian Nilai Indikator
Efficiency 45-59 Anak kurang merespon tugas yang diberikan guru,
kurang sigap dalam menerima dan meresapi dengan baik
apa yang telah diterangkan dan ditugaskan oleh guru
dalam pembelajaran seni tari.
60-69 Anak mulai merespon tugas yang diberikan guru, cukup
sigap dalam menerima tugas tetapi belum dapat meresapi
dengan baik apa yang telah diterangkan dan ditugaskan
oleh guru dalam pembelajaran seni tari.
70-79 Anak sudah dapat merespon tugas yang diberikan guru,
kesigapan dalam menerima tugas dan dapat meresapi
dengan baik tetapi pemahamannya masih dalam tahap
kesempurnaan tentang apa yang telah diterangkan dan
80-100 Anak sudah dapat merespon tugas yang diberikan guru,
kesigapan yang dimunculkan anak sudah meningkat saat
diterangkan dan ditugaskan oleh guru dalam
pembelajaran seni tari secara sempurna.
Quickness 45-59 Anak kurang mengerti dalam mengambil tindakan untuk
mencari inspirasi dengan baik dan kurang dapat
memanfaatkan langsung apa yang ada disekitarnya untuk
dijadikan sumber inspirasi, di sisi lain anak kurang
paham bagaimana cara menghasilkan sesuatu
ide/gagasan untuk dijadikan topik skenario dalam
pembelajaran seni tari.
60-69 Anak sudah cukup paham dalam mengambil tindakan
untuk mencari inspirasi tetapi belum dapat
memanfaatkan langsung apa yang ada disekitarnya untuk
dijadikan sumber inspirasi dan belum dapat
menghasilkan sesuatu ide/gagasan untuk dijadikan topik
skenario dalam pembelajaran seni tari.
70-79 Anak sudah mulai dapat mengambil tindakan untuk
mencari inspirasi dengan baik juga dapat memanfaatkan
langsung apa yang ada disekitarnya untuk dijadikan
sebagai sumber inspirasi tetapi masih dalam tahap
bayang-bayang untuk menghasilkan sesuatu ide/gagasan
yang akan dijadikan topik skenario dalam pembelajaran
seni tari.
80-100 Anak sudah dapat mengambil tindakan untuk mencari
apa yang telah ada disekitarnya dengan dijadikannya
sumber inspirasi dan dapat menghasilkan sesuatu
ide/gagasan yang akan dijadikan topik skenario dalam
pembelajaran seni tari.
Intelligence 45-59 Anak kurang mampu mengasah pikirannya untuk
mencari ide/gagasan dan kurang paham dalam cara
mengaplikasikan suatu bentuk kinerja, di sisi lain anak
kurang memahami bagaimana cara menyusun skenario
dengan baik untuk menghasilkan gerak tari.
60-69 Anak sudah mampu mengasah pikirannya untuk mencari
suatu ide/gagasan tetapi belum dapat
mengaplikasikannya ke dalam suatu bentuk kinerja dan
belum dapat menyusun skenario dengan baik dalam
menghasilkan gerak tari.
70-79 Anak sudah mampu mengasah pikirannya untuk
menghasilkan suatu ide/gagasan dan mampu
menghasilkan suatu bentuk kinerja dengan menyusun
skenario dengan baik untuk menghasilkan gerak tari
tetapi masih dalam tahap proses kesempurnaan.
80-100 Anak sudah mampu mengasah pikirannya untuk
menghasilkan suatu ide/gagasan dan mampu
menghasilkan suatu bentuk kinerja dengan menyusun
skenario untuk menghasilkan gerak tari secara sempurna.
Capacity 45-59 Kapasitas anak dalam mengikuti suatu perintah dari guru
dengan bukti hasil karya sudah terpenuhi dengan
menghasilkan skenario yang baik dan dibuatnya gerakan
tari belum sesuai pencapaian, maka belum terpenuhi
untuk dapat menggabungkan skenario dengan gerak tari
secara tepat dan belum sesuai pencapaian.
60-69 Kapasitas anak dalam mengikuti suatu perintah dari guru
dengan bukti hasil karya sudah terpenuhi dengan
melakukan suatu rancangan ide. Dan sudah dapat
menghasilkan skenario yang baik tetapi dibuatnya
gerakan tari belum sesuai pencapaian, maka belum
terpenuhi untuk dapat menggabungkan skenario dengan
gerak tari secara tepat dan belum sesuai pencapaian.
70-79 Kapasitas anak dalam mengikuti suatu perintah dari guru
dengan bukti hasil karya sudah terpenuhi dengan
melakukan suatu rancangan ide. Dan sudah dapat
menghasilkan skenario yang baik dan dibuatlah gerakan
tari sesuai pencapaian tetapi belum maksimal, maka
sudah terpenuhi untuk dapat menggabungkan skenario
dengan gerak tari secara tepat akan tetapi belum sesuai
pencapaian.
80-100 Kapasitas anak dalam mengikuti suatu perintah dari guru
dengan bukti hasil karya sudah terpenuhi dengan
melakukan suatu rancangan ide. Dan sudah dapat
menghasilkan skenario yang baik dan dibuatlah gerakan
tari sesuai pencapaian, maka sudah terpenuhi untuk
dapat menggabungkan skenario dengan gerak tari secara
Quality 45-59 Kemampuan yang telah dieksplorasi oleh anak dalam
pembelajaran seni tari belum dapat didemonstrasikan
sesuai dengan penyusunan skenario dan gerakan-gerakan
tari masih dalam perbaikan.
60-69 Kemampuan yang telah dieksplorasi oleh anak dalam
pembelajaran seni tari belum dapat didemonstrasikan
tetapi penyusunan skenario dan gerakan-gerakan tari
sudah dapat diperbaiki hanya tinggal disempurnakan.
70-79 Kemampuan yang telah dieksplorasi oleh anak dalam
pembelajaran seni tari sudah dapat didemonstrasikan
sesuai penyusunan skenario dan gerakan-gerakan tari
sudah dapat diperbaiki hanya tinggal proses dalam
penyempurnaan agar lebih baik.
80-100 Kemampuan yang telah dieksplorasi oleh anak dalam
pembelajaran seni tari sudah dapat didemonstrasikan
sesuai penyusunan skenario dan gerakan-gerakan tari
sudah dapat diperbaiki dan telah sempurna.
Skilled 45-59 Kemampuan anak dalam mengaplikasikan sesuai dengan
eksplorasi yang telah dibuat sebelumnya dan sudah dapat
didemonstrasikan dengan membuahkan hasil yang baik
tetapi dalam pengolahan skenario dan gerak tari menjadi
susunan sebuah karya belum begitu baik dan menarik.
60-69 Kemampuan anak dalam mengaplikasikan sesuai dengan
eksplorasi yang telah dibuat sebelumnya sudah dapat
didemonstrasikan dengan membuahkan hasil yang baik
susunan sebuah karya sudah dapat dilakukan dengan
baik tetapi belum memiliki kesan dan pesan.
70-79 Kemampuan mengaplikasikan sesuai dengan eksplorasi
yang telah dibuat sebelumnya sudah dapat
didemonstrasikan dengan membuahkan hasil yang baik
tetapi dalam pengolahan skenario dan gerak tari menjadi
susunan sebuah karya sudah dilakukan dengan baik dan
memiliki kesan serta pesan akan tetapi belum
disempurnakan.
80-100 Kemampuan mengaplikasikan sesuai dengan eksplorasi
yang telah dibuat sebelumnya sudah dapat
didemonstrasikan dengan membuahkan hasil yang baik
tetapi dalam pengolahan skenario dan gerak tari menjadi
susunan sebuah karya sudah dilakukan dengan baik dan
memiliki kesan serta pesan dan sempurna.
Redefinition
45-59 Meskipun telah melakukan eksplorasi dengan sempurna
tetapi untuk dapat memahami apa yang telah diberikan
dan diaplikasikan belum tercapai dengan baik dalam
pembelajaran seni tari. Dan mempertunjukan karya seni
tari yang telah dibuat dengan sempurna ditampilkan
tetapi belum paham terhadap isi karya tersebut.
60-69 Dapat memahami apa yang telah diberikan dan
diaplikasikan dengan baik dalam pembelajaran seni tari.
Dan mempertunjukan karya seni tari yang telah dibuat
dengan sempurna ditampilkan tetapi belum paham
70-79 Dapat memahami apa yang telah diberikan dan
diaplikasikan dengan baik dalam pembelajaran seni tari.
Dan mempertunjukan karya seni tari yang telah dibuat
dengan sempurna ditampilkan tetapi masih dalam tahap
proses pemahaman terhadap isi karya tersebut.
80-100 Dapat memahami apa yang telah diberikan dan
diaplikasikan dengan baik dalam pembelajaran seni tari.
Dan mempertunjukan karya seni tari yang telah dibuat
dengan sempurna ditampilkan dan paham terhadap isi
karya tersebut secara keseluruhan.
E. Langkah-langkah Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Adapun tahap persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebgai berikut:
a. Survey dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 19 yang bertempat di
Sadan Serang Bandung, diadakannya survey tentu menjadi dasar pengetahuan
untuk melakukan penelitian dengan mengetahui kondisi sekolah tersebut dan
untuk mengetahui kondisi sekolah tersebut, peneliti melakukan pendekatan
langsung kepada kepala sekolah atau pada bagian kurikulum di sekolah tersebut
dan mengungkapkan maksud dan tujuan.
b. Pengajuan judul penelitian telah disyahkan oleh dewan bahwa judul yang akan
digunakan penelitian yaitu Strategi Modeling The Way untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam mengilustrasikan gerak tari. Judul ini berpengaruh
pada perkembangan dalam belajar siswa serta dapat berpengaruh pada daya
perkembangan otak anak dengan menghasilkan suatu perlakuan pada
c. Pembuatan proposal penelitian sangatlah penting sebagai langkah awal
pemaparan konsep penelitian yang akan dilaksanakan. Di dalam proposal
terdapat instrument penelitian yang merupakan alat untuk memperoleh data
yang dibutuhkann. Setelah pembuatan proposal maka diadakan sidang proposal
untuk mengetahui keajegan peneliti dalam penelitiannya yang akan
dilaksankan.
d. Melengkapi persyaratan administrasi berupa surat penelitian atau surat
keputusan yang diberikan oleh fakultas mengenai keputusan diperbolehkannya
penelitian ini dilaksanakan, serta untuk surat penelitian yang menunjukan
pengajuan permohonan penelitian kepada pihak sekolah atau tempat lainnya
yang akan dijadikan tempat penelitian.
e. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan apabila perizinan dan semua persyaratan
penelitian kelengkapan administrasi serta penyusunan instrument penelitian
telah disetujui. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan.
f. Penganalisisan dan pengolahan data yang telah terkumpul kemudiam dianalisis
dan diolah sesuai dengan tekhnik pengolahan data yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
g. Penyusunan laporan setelah semua data selesai dianalisis dan diolah, maka
langkah selanjutnya adalah penyusunan laporan hingga selesai.
F. Tekhnik Analisis Data
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Tes
Pretest dilakukan kepada siswa dengan pembelajaran sekitar pengetahuan dasar
dan bersifat umum yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan karakter
siswa dan melakukan apresiasi dengan tari payung yang telah peneliti tayangkan
menggunakan video tari payung, setelah video tari payung diapresiasikan lalu siswa
dibimbing untuk mendiskusikan beberapa gerakan yang akan dipilih sebagai
praktek lalu peneliti memberikan rangsangan kepada siswa agar terbuka mengenai
dunia mereka dan hal yang mereka senangi, dari situlah terbuka bahwa siswa perlu
diberikan rangsangan yang pembelajarannya perlu menyesuaikan dengan apa yang
siswa senangi. Maka dilakukanlah postest dengan menggunakan strategi secara
tepilih.
Postest dilakukan pada awal pertemuan dengan merangsang siswa untuk
mencari ide tentang hal yang menurut mereka menarik dalam kehidupan manusia
ataupun pengalaman mereka sendiri dan sebelumnya peneliti memberikan terlebih
dahulu gambaran bagaimana suatu kehidupan manusia dan menceritakan pengalaman
menarik. Lalu kelompok dibuat sesuai dengan keinginan mereka, dipilihnya beberapa
ide yang menarik dan disesuaikan dengan siswa yang berpendapat sama. Lalu dari ide
tersebut siswa dibimbing agar siswa berimajinasi sesuai dengan ide yang harus
diamati, siswa dirangsang agar daya olah pikir siswa berkembang yaitu dengan
berimajinasi lalu mengilustrasikannya ked ala sebuah bentuk gerakan. Dan di akhir
pertemuan digunakan untuk membahas keterampilan siswa dalam pengaplikasian
imajinasi serta mengembangkan ilustrasi yang diamati dan dibayangkan kedalam
gerak tari melalui strategi Modeling The Way. (Pretest dan Postest ini diberi kriteria
penilaian untuk mengukur kemampuan yang dapat dilihat pada hal 35-45).
2. Observasi
Pengamatan dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 19 sadang Serang
Bandung dengan pendekatan kepada bagian kurikulum dan mengamati keadaan atau
kondisi sekolah baik saat pembelajaran maupun pada saat istirahat. Pengamatan pada
saat pembelajaran dapat diketahui melalui situasi dan bagaimana respon siswa
belajar. Terpilihnya kelas VIII karena kondisi dan respon siswa kelas VIII berada
ditengah-tengah kenakalan dan minat belajar yang menurun tetapi mereka senang
3. Wawancara
a. Wawancara kepada guru yang bersangkutan
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui tentang karakteristik siswa secara
khusus yaitu siswa kelas VIII dan pendapat tentang proses belajar mengajar
seni tari di sekolah sebelum dan sesudah menggunakan strategi Modeling The
Way pada pembelajaran seni tari. (wawancara tidak berstruktur).
b. Wawancara kepada siswa
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa sejauh mana siswa
dapat memahami pembelajaran seni tari yang telah diberikan sebelum dan
sesudah menggunakan strategi Modeling The Way, apakah keterampilan siswa
dapat meningkat atau tidak dan menghasilkan kreativitas atau tidak.
(wawancara terlampir).
4. Studi Dokumentasi
Mengkaji data-data yang sudah ada berupa arsip mengenai keadaan sekolah
dan siswa, kegiatan apa saja yang telah dilakukan siswa dalam pembelajaran seni tari,
hasil-hasil yang telah diperoleh berupa piagam, sertifikat, dan piala dalam kegiatan
seni tari.
G. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi
Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan, karena
penelitian merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan secara sistematis,
logis dan terencana untuk mencari dan mendapatkan jawaban permasalahan yang
muncul. Sesuai dengan judul penelitian, peneliti memilih Sekolah Menengah Pertama
Negeri 19 Sadang Serang Bandung JL.Sadang Luhur. Pemilihan lokasi ini karena
sekolah ini merupakan sekolah yang dalam pembelajarannya terutama mata pelajaran
seni budaya khususnya seni tari masih bersifat konvensional, selain daripada itu
lingkungan serta latarbelakang yang berada di SMPN tersebut memprihatinkan
menjadi sangat minim serta penguasaan materi belajar siswa sulit maju karena tidak
adanya suatu pembelajaran yang dibuat dengan inovasi.
2. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karaketristik tertentu yang diterapkan oleh penelitian untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh ubyek atau obyek itu. (Sugiyono, 2012:80).
Maka dari itu populasi penelitian yang diambil yaitu seluruh siswa kelas VII sampai
dengan kelas IX di SMPN 19 Bandung yang berjumlah 960 putra dan putri.
Tabel 3.4
Populasi Siswa SMP Negeri 19
Tahun Ajaran 2012/2013
No. Kelas Jumlah Siswa (orang)
1 VII 320
2 VIII 360
3 IX 280
Jumlah 960
3. Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
yang dilakukan dengan cara mengambil subjek secara acak. Peneliti hanya
mengambil satu kelas dan kelas ini yaitu kelas VIII F, kelas ini dipilih karena
terlihat antusias dari beberapa siswa yang ada di kelas tersebut untuk melakukan
pembelajaran tari melalui skenario. Kelas ini dipilih karena dibandingkan dengan
kelas lain rata-rata sulit mengikuti pembelajaran selain faktor tersebut kurangnya
pemahaman dan tidak aktif. Kelas VIII F ini setidaknya memiliki kemauan dan
memiliki keterampilan serta imajinasi yang cukup bagus (Daftar sampel siswa
terlampir).
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
seperti yang dikatakan oleh Sugiyono (2012:64) bahwa “dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan
pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”. Adapun
hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha : Terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam mengilustrasikan
gerak tari setelah diajar dengan menggunakan strategi Modeling The Way.
Ho : Tidak terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam mengilustrasikan
gerak tari setelah diajar dengan menggunakan strategi Modeling The Way.
I. Variabel Penelitian
Dalam sebuah penelitan terdapat anggapan dasarnya seperti yang dikemukakan
oleh Sugiyono (2012:38) bahwa “pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
yaitu suatu kegiatan yang dapat mengembangkan ilustrasi kedalam pengolahan
keterampilan anak yang menghasilkan kreativitas pada anak.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat merupakan variabel yang timbul akibat dari variabel bebas.
Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Keterampilan anak dalam mengembangkan ilustrasi yang menghasilkan kreativitas
suatu karya dalam bentuk gerak tari, kelas VIII SMPN 19 Sadang Serang Bandung.
Dibawah ini bentuk variabel penelitian :
X Y
(Pembelajaran tari melalui strategi (kemampuan ilustrasi gerak)
BAB V
KESIMPULAN dan IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Hasil penelitan yang dilakukan di SMP Negeri 19 Bandung mengenai
pembelajaran seni tari melalui strategi Modeling The Way untuk mengembangkan
ilustrasi anak (Penelitian Pre-Experimental) yang menjadi pokok bahasan terdiri dari,
Implementasi pelaksanaan pembelajaran seni tari melalui strategi Modeling The Way
untuk meningkatkan keterampilan dengan cara mengembangkan kemampuan ilustrasi
anak di SMP Negeri 19 Sadang Serang Bandung untuk mengetahui kemampuan anak
mulai dari kemampuan mencari ide/gagasan untuk dijadikan topik pembelajaran seni
tari dan kemampuan membuat skenario dari ilustrasi mereka yang dikembangkan
melalui implementasi ke dalam bentuk gerak-gerak yang menjadi sebuah kesatuan
menjadi tersusunnya gerakan tari dalam upaya meningkatkan keterampilan anak
dengan cara mengembangkan ilustrasi anak dalam mengikuti pembelajaran seni tari
di kelas.
Implementasi pembelajaran seni melalui strategi Modeling The Way lebih
memperhatikan potensi dari keterampilan anak melalui pengembangan ilustrasi anak
untuk mengetahui sejauh mana anak dapat merespon dan dapat mengembangkannya
melalui gerak tari. Dari rangsangan tersebut memiliki fungsi agar dalam pembelajaran
seni tari terdapat suatu pembaharuan/inovasi untuk pembelajaran agar anak dapat
bebas berekspresi dengan dunia ilustrasinya sendiri.
Terlihat hasil dari pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, baik dari situasi,
kondisi, suasana dan nilai yang diperoleh siswa dalam pembelajaran seni tari di kelas.
Terdapat perbedaan yang cukup meningkat dari pretest dan postest. Berdasarkan hasil
prosentase pretest dan postest dinyatakan bahwa hasil pretest Pada hasil data pretest
diketahui kelas control lebih unggul nilainya dibandingkan dengan kelas eksperimen.
Dan setelah diketahui hasil dai penggolahan data, bahwa kelas eksperimen memiliki
rata-rata 63,29 dan standar deviasi 4,154. Selanjutnya akan dianalisis apakah kedua kelas
memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak, dan ternyata setelah dijui
normalitas yaitu data berdistribusi normal karena signifikansi kelas eksperimen dan
kelas kontrol lebih dari 0,05. Lalu diujikan kembali dengan independent samples test
agar dapat diketahui penjabaran hasilnya bahwa kedua kelas memiliki varians yang
berbeda, karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 (nilai signifikansinya 0,03). Dan,
jika berdasarkan tabel di atas kolom uji t baris kedua, diketahui bahwa nilai
signifikansinya kurang dari 0,05. (nilai signifikansinya = 0,00) sehingga hipotesis H0
ditolak. Terlihatlah bahwa hasilnya itu kelas kontrol memiliki kemampuan awal lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen.
Dari pretest berangkat ke postest, dalam postest akan dianalisis apakah
kemampuan kedua kelas sama atau tidak. Dan berdasarkan hasil analisis kelas control
mengalami penurunan dibandingkan kelas eksperimen yan sudah meningkat. Setelah
diketahui bahwa eksperimen mengalami peningkatan selanjutnya akan dilakukan
pengolahan data dan hasilnya diketahui kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata
74,83 dan standar deviasi 3,559, sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata 65,75
dan standar deviasi 3,779. Selanjutanya, akan dianalisis apakah kedua kelas memiliki
kemampuan akhir yang sama atau tidak. Maka dilakukanlah uji normalitas dengan
hasil data berdistribusi normal karena signifikansi kelas eksperimen dan kelas kontrol
lebih dari 0,05. Untuk mengetahui lebih jelasnya, dilakukan penjabaran yang telah
diolah melalui Independent Samples Test yaitu dengan hasil kedua kelas memiliki
varians yang sama , karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 (nilai signifikansinya
0,789). Dengan kolom uji t baris kesatu, diketahui bahwa nilai signifikansinya kurang
dari 0,05. (nilai signifikansinya = 0,00) sehingga hipotesis H0 ditolak. Jadi, Kelas
eksperimen memiliki kemampuan akhir lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
control.
Setelah dilakukannya pretest dan postest dan siswa telah mendapatkan nilai dari
format penilaian yang telah ada lalu dari hasil nilai-nilai siswa tersebut diolah data
ibm spss statistics versi 2 dan Microsoft excel 2007 agar analisis data terbukti dengan
tepat dan benar. Telah terlihat hasil analisis data yang keluar yaitu Kelas eksperimen
memiliki kemampuan akhir lebih tinggi dibandingkan dengan kelas control. Jadi,
strategi pembelajaran Modeling The Way yang peneliti aplikasikan terbukti berhasil
dan dapat meningkatkan kemampuan ilustrasi anak pada gerak tari sehingga anak
dapat terampil dan kreatif. Tidak hanya itu, dari setiap tes pengolahan data ternyata
hasil akhir, kelas eksperimen lebih unggul dalam peningkatan nilai tetapi disini harus
diketahui juga apakah kelas eksperimen mengalami titik awal yang sama, agar
perlakuan adil dapat bersifat adil dapat dinyatakan dengan analisis olah data indeks
gain yaitu dengan hasil tahap awal bahwa kelas eksperimen memiliki gain rata-rata
0,42 dan standar deviasi 0,10, sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata 0,05 dan
standar deviasi 0,15. Selanjutanya, akan dianalisis apakah kedua kelas memiliki
indeks gain yang sama atau tidak. Lalu diuji normalitaskan dengan hasil data
berdistribusi normal karena signifikansi kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih dari
0,05, dan Kedua kelas memiliki varians yang sama, karena nilai signifikansi lebih
dari 0,05 (nilai signifikansinya 0,091). Berdasarkan Tabel 4.17 Independent Samples Test bahwa dalam kolom uji t baris pertama, diketahui bahwa nilai signifikansinya
kurang dari 0,05. (nilai signifikansinya = 0,00) sehingga hipotesis H0 ditolak. Jadi,
Kesimpulannya bahwa kelas eksperimen memiliki indeks gain lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas control.
B. Implikasi
Dengan hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas, maka penelitian ini
dapat dijadikan masukan atau konstribusi yang baik untuk peneliti sendiri sebagai
calon guru, juga bagi guru kesenian (seni tari) yang bersangkutan dan tentunya untuk
pihak sekolah dan siswa SMPN 19 Sadang Serang Bandung, bahwa dalam
implementasi pembelajaran seni tari melalui strategi Modeling The Way untuk
mengembangkan kemampuan ilustrasi anak, sangatlah penting untuk lebih diberi
mengandalkan pemberian materi secara teoritis hanya pentransperan pelajaran, akan
tetapi lebih memperhatikan dengan memberikan kesempatan potensi anak dalam
meningkatkan keterampilan siswa dengan mengembangkan ilustrasi anak dalam
pembelajaran seni tari, dengan demikian dapat pula mengenal lebih dekat lagi
mengenai karakteritik tiap diri individu anak yang berbeda, sehingga komunikasi dan
interaksi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dapat terjalin dengan baik dan
memperlancar pemberian materi baik secara teoritis maupun praktek yang berjalan
secara berkesinambungan tanpa berat sebelah, sehingga timbul motivasi dan
keterampilan siswa yang terarah dan berpotensi. Maka dari kesimpulan diatas
terdapat pernyataan rekomendasi atau implikasi sebagai berikut:
1. Bagi guru
Dalam upaya mengoptimalkan pembelajaran seni tari di SMPN 19 Sadang
Serang Bandung, diharapkan guru yang bersangkutan harus menguasai berbagai
bentuk model pembelajaran secara bervariasi dan efektif untuk menghindari
pengajaran yang monoton melalui pengembangan kemampuan ilustrasi anak sebagai
pengungkapan ekspresi dalam pembuatan karya tari secara bebas.
2. Bagi Siswa
Kebebasan untuk berekspresi sebagai wujud dari hasil pengembangan ilustrasi
secara audio visual dalam pembelajaran seni tari dapat dijadikan penemuan identitas
jati diri siswa yang memiliki kepribadian dengan mengetahui karakter diri yang
mampu memberikan motivasi untuk berani mengungkapkan ide maupun gagasan
untuk meningkatkan keterampilan siswa dengan mengembangkan ilustrasi anak.
3. Bagi Pihak Sekolah (SMP)
Sehubungan dengan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan konstribusi
kepada pihak sekolah, khususnya SMPN 19 Bandung, bahwa Implementasi strategi
Modeling The Way melalui pengembangan kemampuan ilustrasi anak untuk
meningkatkan keterampilan yang menghasilkan kreativitas (quasi Eksperimen pada
kelas VIII F di SMPN 19 Bandung) dapat dijadikan solusi untuk memperbaiki sistem
demonstrasi materi dari guru ke siswa yang membatasi potensi anak untuk
berketerampilan melalui ilustrasi dunia anak.
4. Bagi penelitian Selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya sebagai langkah awal untuk lebih memperhatikan
karakter dan kepribadian serta perilaku anak sebagai sampel penelitian. Dengan
pendekatannya secara psikologi anak yang erat kaitannya dengan kemampuan daya
ilustrasi yang masih banyak untuk dikaji lebih dalam lagi, yang berpotensi baik untuk
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Florence, Beetlestone. (2012). CREATIV LEARNING. Bandung: Nusa Media. Hawkins, Alma. (2003). Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta: Manthil.
Marno, dkk. (2010). Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Masunah, Juju. (2012). Tari Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Seni Tari
FPBS UPI.
Muslich, Masnur. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rooijakkers. (1991). Mengajar Dengan Sukses.Jakarta: PT Grasindo Jakarta. Surakhmad, Winarno. (1982). Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar. Bandung Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Universitas Pendidikan Indonesia (2013). Pedoman penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: UPI