• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN BLENDED E-LEARNING BERBASIS WEBSITE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS SISWA SMA : Studi Kuasi Eksperimen pada Salah Satu Sekolah di Kabupaten Bangka Tengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN BLENDED E-LEARNING BERBASIS WEBSITE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS SISWA SMA : Studi Kuasi Eksperimen pada Salah Satu Sekolah di Kabupaten Bangka Tengah."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran e-learning ……

(2)

C. Kemampuan Pemahaman Matematis ………..

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ………

B. Subyek Penelitian ………...

C. Variabel Penelitian ………

D. Instrumen Penelitian ………..

1. Tes Pemahaman dan Berpikir Logis Matematis …………

a. Tes Pemahaman Matematis ………..

b. Tes Berpikir Logis Matematis ………..

c. Analisis Validitas Tes ………

d. Analisis Realibitas ……….

e. Analisis Tingkat Kesukaran ………..

f. Analisis Daya Pembeda ……….

2. Skala Disposisi Matematis ………

3. Skala Sikap terhadap Pembelajaran e-learning …………

4. Pengembangan Bahan Ajar ………...

E. Teknik Pengumpulan Data ……….

F. Teknik Analisa Data ………

1. Data Hasil Tes Pemahaman dan Berpikir Logis …………

2. Data Skala Disposisi Matematis ……….

(3)

G. Tahapan Penelitian ………. 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Data Penelitian ...

1. Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Logis Matematis ...

2. Hubungan Pemahaman dengan Berpikir Logis Matematis………..

3. Skala Disposisi Matematis ...

4. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Blended E-learning ...

B. Pembahasan Hasil Penelitian ...

1. Pendekatan Pembelajaran ...

2. Skala Disposisi Matematis………...

3. Tanggapan Siswa ………

4. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran E-learning...

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, tidak terlepas dari

peran matematika sebagai ilmu dasar. Matematika juga memiliki nilai-nilai yang

strategis dalam menumbuhkembangkan cara berfikir logis, bersikap kritis, kreatif

dan inovatif serta mampu diterapkan dalam berbagai permasalahan baik yang

terkait dengan kehidupan siswa sehari-hari maupun dengan pengetahuan lain.

Ruseffendi (Darmayanti, 2010: 1) mengemukakan bahwa „… matematika

merupakan salah satu bagian yang penting dalam pengembangan bidang ilmu,

sains, dan teknologi: dan bagi matematikawan merupakan bidang yang amat

menarik dan penuh tantangan’. Dalam klasifikasi bidang ilmu pengetahuan,

matematika termasuk ke dalam ilmu eksakta yang lebih banyak memerlukan

pemahaman dan penalaran logis daripada hafalan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas)

Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (2006: 388) menyebutkan bahwa

pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

(5)

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan pembelajaran di atas, bisa dikatakan bahwa kemampuan

pemahaman, berpikir logis dan disposisi matematis mempunyai peranan yang

strategis dalam pembelajaran matematika, sebagaimana ditunjukkan dalam tujuan

pembelajaran matematika nomor 1, 2 dan 5. Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Hariwijaya & Surya (2012: 20) bahwa “syarat anak bisa

dikatakan mahir matematika bila memiliki beberapa potensi diantaranya:

menguasai konsep matematika, memiliki penalaran yang logis dan mempunyai

sikap disposisi matematis yang baik”.

Kemampuan pemahaman matematis merupakan kemampuan dasar yang

akan menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan lainnya. Hal ini tersirat

dalam tujuan pembelajaran matematika yang termuat dalam kurikulum tingkat

(6)

tujuan pertama yang harus dikuasai oleh siswa, dengan kata lain kemampuan

matematis lain dapat tercapai dengan baik apabila kemampuan pemahamannya

baik. Beberapa penelitian tentang kemampuan pemahaman matematis

(Ansari, 2003; Ahmad, 2005) mengemukakan bahwa kemampuan pemahaman

yang baik memberikan kontribusi terhadap peningkatan kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi matematis, sehingga dapat disimpulkan bahwa

kemampuan pemahaman matematis diperlukan untuk menguasai

kemampuan-kemampuan matematis lainnya di mana salah satunya adalah kemampuan-kemampuan berpikir

logis.

Kemampuan berpikir logis juga memiliki peranan yang sangat penting

dalam proses perkembangan fungsi otak kiri peserta didik, sehingga kemampuan

ini juga harus dikembangkan selain kemampuan berpikir lainnya seperti berpikir

kritis, kreatif, analisis dan sistematis. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Hendra (Hanum, 2010: 8) bahwa pada rasionalnya matematika diajarkan karena

matematika tidak hanya mengasah fungsi otak kiri, yaitu berpikir logis, analitis,

kritis, detail, runtut, berurutan dan sistematis, tetapi juga mengasah fungsi otak

kanan, seperti berpikir alternatif, eksploratif dan kreatif, serta kemampuan desain

dan optimasi. Selain itu, kemampuan berpikir logis sangat diperlukan siswa untuk

memahami suatu permasalahan matematis, karena dalam pemecahan masalah

matematis terdapat langkah-langkah yang terkadang hanya dapat dilakukan

dengan logika.

Aktivitas kemampuan berpikir logis dapat dimunculkan pada

(7)

rutin. Soal-soal atau permasalahan matematika yang sifatnya menantang dan tidak

rutin memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberdayakan segala

kemampuan yang dimilikinya atau menggunakan keterampilan berpikir tingkat

tinggi.

Kemampuan berpikir logis dalam pembelajaran matematika dapat

membantu siswa meningkatkan kemampuan yang lain dalam matematika

(Sumarmo, 1987; Mukhayat, 2004). Hal yang sama dikemukakan oleh Audiblox

(2006), “logical thinking: helping children to become smarter”.

Peningkatan kemampuan berpikir logis dan pemahaman matematis siswa

harus didukung oleh peran serta dan usaha guru karena peningkatan kemampuan

tersebut tidak secara spontan dapat tumbuh pada tiap-tiap peserta didik. Siswa

harus mempunyai kemandirian dalam berpikir dan harus banyak berlatih untuk

dapat meningkatkan kemampuan tersebut.

Guru harus mengembangkan pembelajaran yang dapat membuat siswa

terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat menggali potensi

siswa dan meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan

prinsip dalam pengembangan kurikulum yang dijelaskan dalam Permendiknas

Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi (2006: 4) yang menjelaskan bahwa

salah satu prinsip pengembangan kurikulum adalah proses pembelajaran harus

berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik

dan lingkungan.

Namun secara faktual pembelajaran matematika yang mengarah kepada

(8)

2010: 4) menyatakan bahwa paradigma mengajar saat ini mempunyai ciri antara

lain:

1. Guru aktif, sementara siswa pasif.

2. Pembelajaran berpusat pada guru (konvensional). 3. Guru mentransfer pengetahuan kepada siswa. 4. Pembelajaran bersifat mekanistik.

Hasil laporan survey internasional berkaitan dengan kemampuan siswa SMP

di Indonesia yaitu Trends in International Mathematics and Science Study

(TIMSS) dan Programme for International Student Assessment (PISA)

menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal-soal

tidak rutin (masalah matematis) sangat lemah, siswa belum mampu

mengembangkan kemampuan berpikir logisnya secara optimum dalam mata

pelajaran matematika di sekolah (Wardhani & Rumiati, 2011: 57). Priatna

(Sujatmikowati, 2010) mengemukakan bahwa skor kemampuan pemahaman

matematis siswa SMA berupa kemampuan pemahaman instrumental dan

relasional masih rendah.

Fakta-fakta di atas masih relevan dengan keadaan pada tahun-tahun

sebelumnya seperti yang diungkapkan oleh Sumarmo (1987) bahwa siswa masih

banyak mengalami kesukaran dalam pemahaman relasional. Selain itu, menurut

(Wahyudin, 1999) dalam penelitiannya menemukan bahwa lima kelemahan yang

ada pada siswa diantaranya adalah siswa kurang memiliki kemampuan untuk

memahami konsep-konsep dasar matematis dan kurang memiliki kemampuan

bernalar yang logis dalam menyelesaikan persoalan atau soal-soal matematika.

Kelemahan-kelemahan yang dihasilkan dalam penelitian tadi, diduga salah

(9)

(Reziyustikha, 2011: 4) mengemukakan bahwa ada sesuatu yang kurang sesuai

dengan proses pendidikan yang terjadi di sekolah, yaitu: 1) anak di paksa belajar

dengan cara guru; 2) suasana tegang; 3) pembelajaran sering tidak bermakna; dan

4) seringkali siswa belajar tidak menarik perhatiannya. Selain itu Depdiknas

(Reziyustikha, 2011: 4) menggambarkan kondisi empiris yang seringkali kita

kecewa pada proses belajar mengajar di sekolah, apalagi dikaitkan dengan

pemahaman siswa. Hal ini disebabkan oleh: 1) banyak siswa yang menyajikan

tingkat hafalannya sangat baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada

kenyataannya mereka tidak memahami materi ajar tersebut; 2) sebagian besar

siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan

bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan, misalnya

mereka sedang belajar luas segitiga tetapi mereka tidak mengerti apa manfaat

yang diambil dalam luas segitiga itu dalam kehidupan sehari-hari; 3) siswa

memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik dikarenakan mereka

terbiasa diajarkan dengan menggunakan metode ceramah dan sesuatu yang

abstrak.

Berdasarkan hasil Video Study yang dilakukan oleh Shadiq (2007: 2)

ditemukan bahwa ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan

selama mengajar, waktu yang digunakan siswa untuk problem solving hanya 32%

dari seluruh waktu di kelas, pembelajaran seperti ini cenderung menyulitkan siswa

dalam memahami materi matematika dan mengembangkan kemampuan bernalar

(10)

centered), di mana siswa hanya mendengarkan guru menyampaikan materi

sehingga siswa bersifat pasif dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru.

Kaitan hasil pembelajaran terhadap kemampuan disposisi matematis, seperti

siswa mampu menunjukkan gairah dalam belajar, menunjukkan rasa percaya diri

dalam menyelesaikan soal, rasa ingin tahu, serta kemampuan berbagi dengan

orang lain, ternyata pada umumnya hasil pembelajaran masih belum berkontribusi

secara memuaskan terhadap kemampuan disposisi matematis siswa. Hasil

penelitian Syaban (Kurniawan, 2010: 7) mengungkapkan bahwa siswa-siswa yang

belajar matematika dengan pembelajaran konvensional ternyata kurang

berkontribusi terhadap pencapaian kemampuan disposisi matematisnya, padahal

kemampuan disposisi matematis tersebut akan dapat membuat siswa lebih aktif

dalam belajar matematika, dan jika siswa sudah aktif belajar maka prestasi belajar

matematika siswa akan meningkat. Sebagaimana National Council of Teachers of

Mathematics (NCTM, 2000) menyarankan bahwa salah satu penilaian hasil

belajar matematika siswa, dapat juga ditinjau dari kemampuan disposisi

matematisnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, perlu diupayakan suatu usaha yang

sungguh-sungguh dari kita semua, baik praktisi pendidikan matematika, dosen,

guru, dan semua yang berinteraksi dengan matematika, agar kesulitan-kesulitan

yang dihadapi siswa pada umumnya dapat teratasi. Berbagai upaya harus terus

dilakukan termasuk perbaikan dalam proses pembelajarannya yang salah satu

diantaranya pemanfaatan teknologi yang dapat menyajikan matematika secara

(11)

matematika siswa „technology helps students to visualize certain math concepts

better’ (Hohenwarter & Caricza, 2008: 2).

Kemajuan teknologi dan informasi ini memberikan dampak yang positif

bagi kemajuan dunia pendidikan serta memberikan banyak tawaran dan pilihan

bagi dunia pendidikan dalam menunjang pelaksanaan proses pembelajaran.

Keunggulan yang ditawarkan bukan saja terletak pada faktor kecepatan untuk

mendapatkan informasi namun juga fasilitas multimedia yang dapat membuat

belajar lebih menarik, visual dan interaktif. Sebagaimana dikemukakan oleh

Kusumah (2010) bahwa manfaat komputer dalam kegiatan pembelajaran adalah:

1) Melatih siswa dalam mengeksplorasi konsep; 2) Meningkatkan kemampuan

bernalar; 3) Mendorong siswa berpikir sistematis, logis dan analitis; dan

4) Meningkatkan minat siswa untuk belajar matematika.

Pemanfaatan komputer dalam pembelajaran matematika, dewasa ini sudah

banyak beredar program aplikasi pendidikan, seperti software pembelajaran yang

diperdagangkan, namun kesesuaian materi, perangkat teknologi yang dipakai dan

bahasa masih merupakan kendala yang cukup menghambat. Selain itu untuk

daerah-daerah yang berada di luar pulau Jawa, khususnya Kabupaten Bangka

Tengah agak susah mendapatkan software-software pendidikan yang dapat

membantu dalam pembelajaran matematika.

Guru-guru di sekolah juga masih sangat jarang memanfaatkan teknologi

informasi dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. Dari

studi pendahuluan yang saya lakukan di salah satu SMA di Kabupaten Bangka

(12)

memanfaatkan teknologi komputer dalam proses pembelajaran matematika yang

dilakukannya, padahal sarana dan prasarana multimedia yang ada di sekolah itu

sudah sangat bagus sekali, seperti sudah tersedianya Lab Multimedia yang

berisikan 35 unit komputer dan sudah tersedianya jaringan internet yang bisa

diakses dari lingkungan sekolah (baik di kelas maupun luar kelas). Hal ini senada

dengan yang dikemukakan oleh Cuban (Hohenwarter, 2008: 2)

Although the potential benefits of technology use for teaching and learning are

well known and extensively examined, the process of integrating technology into

mathematics classrooms proved to be slower than initially expected’.

Salah satu pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan

adalah e-learning. E-learning memiliki manfaat yang cukup besar terutama ketika

dikaitkan dengan jarak dan keterbatasan waktu dalam belajar. Dengan

menggunakan bahan ajar yang sesuai dan menarik, e-learning diharapkan dapat

membantu meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi, salah

satunya adalah menggunakan bahan ajar berbasis masalah karena Pembelajaran

Berbasis Masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses

berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) melibatkan siswa

dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar

mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan yang

bertambah kompleks sekarang ini. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Herman

(2006) dan Sugandi (2010). Herman (2006) meneliti pengaruh PBM terbuka dan

(13)

ini menunjukkan bahwa PBM terbuka maupun PBM terstruktur dapat

meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa SMP. Sugandi

(2010) meneliti pengaruh PBM dengan setting kooperatif tipe jigsaw terhadap

pencapaian kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi dan kemandirian belajar

siswa SMA. Hasil penelitian juga menunjukkan PBM dengan setting kooperatif

tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi dan

kemandirian belajar siswa SMA.

Menurut Rohendi (2009: 140) pembelajaran e-learning yang cocok untuk

kondisi sekolah di negara kita adalah blended e-learning, dimana salah satu

masalah utama dari pembelajaran e-learning ini adalah koneksi internet yang

sangat lambat. Untuk mengantisipasi masalah ini, pembelajaran e-learning

digabung dengan sistem pembelajaran tatap muka yang dikenal dengan sistem

blended e-learning.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian apakah penerapan pembelajaran blended e-learning berbasis website

dengan menggunakan bahan ajar berbasis masalah dapat meningkatkan

kemampuan pemahaman dan berpikir logis matematis dalam pembelajaran

matematika SMA?.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian

(14)

1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran blended e-learning berbasis website dengan

mengggunakan bahan ajar berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir logis siswa yang memperoleh

pembelajaran blended e-learning berbasis website dengan menggunakan

bahan ajar berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan disposisi matematis siswa antara

siswa yang memperoleh pembelajaran blended e-learning berbasis website

dengan menggunakan bahan ajar berbasis masalah dan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional?

4. Bagaimana hubungan antara kemampuan pemahaman matematis dan

kemampuan berpikir logis matematis pada pembelajaran blended e-learning

berbasis website?

5. Bagaimana sikap siswa terhadap penggunaan blended e-learning dalam

pembelajaran matematika di SMA?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis antara

(15)

dengan menggunakan bahan ajar berbasis masalah dan siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir logis matematis antara

siswa yang memperoleh pembelajaran blended e-learning berbasis website

dengan menggunakan bahan ajar berbasis masalah dan siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui peningkatan disposisi matematis antara siswa yang

memperoleh pembelajaran blended e-learning berbasis website dengan

menggunakan bahan ajar berbasis masalah dan siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional.

4. Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan pemahaman matematis dan

kemampuan berpikir logis matematis pada pembelajaran blended e-learning

menggunakan bahan ajar berbasis masalah.

5. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap penggunaan blended e-learning dalam

pembelajaran matematika di SMA.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru matematika: sebagai informasi dan memberikan kesempatan bagi

guru matematika untuk dapat mengenal dan mengembangkan pembelajaran

e-learning berbasis website.

2. Bagi sekolah: sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu

(16)

3. Bagi peneliti: sebagai sarana pembelajaran dan pengembangan diri peneliti.

4. Bagi peneliti lain: memberi kesempatan kepada peneliti lain, untuk meneliti

lebih lanjut yang berkaitan dengan pembelajaran e-learning atau lainnya.

E.Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan salah tafsir, istilah–istilah yang digunakan dalam

penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan pemahaman

relasional, yang mencakup kemampuan mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya

dan menyadari proses yang dilakukannya.

2. Kemampuan berpikir logis matematis adalah (a) Analogi: kesimpulan yang

diperoleh dari suatu pernyataan yang singular (sama); (b) Probabilistic

reasoning yaitu kemampuan dalam menginterpretasikan data yang diperoleh

berupa besarnya kemungkinan terjadinya suatu kejadian; (c) Combinatorial

reasoning yaitu kemampuan dalam menentukan kombinasi dari sebuah

kejadian; (d) Controlling variabel yaitu kemampuan dalam merencanakan,

mengimplementasikan dan menginterpretasikan suatu informasi.

3. Pembelajaran blended e-learning berbasis website adalah gabungan

pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar berbasis masalah yang

dikemas dalam bentuk e-learning berbasis website yang dikembangkan

menggunakan LMS berbasis Moodle yang memungkinkan siswa dapat belajar

(17)

dengan sistem pembelajaran tatap muka. E-learning dapat diakses siswa pada

saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran.

4. Disposisi matematis adalah kecenderungan untuk berpikir dan berbuat dengan

cara yang positif terhadap matematika yang meliputi:

a. Kepercayaan diri.

b. Keingintahuan.

c. Ketekunan.

d. Fleksibilitas.

e. Reflektif dan rasa senang.

5. Sikap siswa dalam penelitian ini adalah sikap siswa setelah mengikuti

pembelajaran e-learning berbasis website yang diberikan melalui skala sikap

siswa berisi pernyataan-pernyataan yang akan diisi siswa dengan beberapa

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu

yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas

perlakuan) merupakan kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan

blended e-learning berbasis website dan kelompok kontrol (kelas pembanding)

adalah kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan kelas konvensional.

Pertimbangan penggunaan desain penelitian ini adalah bahwa kelas yang ada

sudah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokan secara

acak. Apabila dilakukan pembentukan kelas baru dimungkinkan akan

menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran dan mengganggu efektivitas

pembelajaran di sekolah.

Desain penelitian berbentuk desain kelompok kontrol non-ekivalen

(Ruseffendi, 2005: 52). Pada desain ini, subjek tidak dikelompokkan secara acak,

tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya.

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Kontrol : O O

Keterangan:

O : Pretes atau Postes.

X : Pembelajaran blended e-learning berbasis website.

(19)

B. Subyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Koba

Bangka Tengah. Penelitian ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Sampel penelitiannya adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1

Koba Bangka Tengah.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan teknik purposive

sampling. Tujuan dilakukan pengambilan sampel seperti ini adalah agar penelitian

dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama dalam hal pengawasan,

kondisi subyek penelitian, waktu penelitian yang ditetapkan, kondisi tempat

penelitian serta prosedur perijinan. Berdasarkan teknik tersebut diperoleh kelas XI

IPA 1 sebagai kelas eksperimen sebanyak 30 orang dan kelas XI IPA 2 sebagai

kelas kontrol sebanyak 30 siswa

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu kondisi yang dimanipulasi, dikendalikan

atau diobservasi oleh peneliti. Penelitian ini melibatkan dua jenis variabel:

variabel bebas, yaitu pembelajaran blended e-learning berbasis website dan

pembelajaran konvensional dan variabel terikat yaitu kemampuan pemahaman

matematis, kemampuan berpikir logis matematis dan skala disposisi matematis

(20)

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan dua jenis instrumen,

yaitu tes dan non tes. Instrumen dalam bentuk tes terdiri dari seperangkat soal tes

untuk mengukur kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir

logis, sedangkan instrumen dalam bentuk non tes yaitu skala disposisi matematis

siswa, skala sikap dan bahan ajar. Berikut ini merupakan uraian dari

masing-masing instrumen yang digunakan:

1. Tes Pemahaman dan Berpikir Logis Matematis

a. Tes Pemahaman Matematis

Tes Pemahaman matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

kemampuan pemahaman relasional. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada saat

sebelum proses pembelajaran (pretes), yang bertujuan untuk melihat kemampuan

pemahaman matematis siswa sebelum perlakuan diberikan dan setelah proses

pembelajaran dilaksanakan (postes), yang bertujuan mengukur pemahaman

matematis siswa pada materi peluang setelah implementasi proses pembelajaran.

Dari hasil pretes dan postes ini selanjutnya dapat ditentukan peningkatan

pemahaman matematis siswa. Tes kemampuan pemahaman matematis disusun

dalam bentuk uraian. Untuk mengevaluasi kemampuan pemahaman matematis

siswa, digunakan sebuah panduan penskoran yang disebut holistic scale dari

North Carolina Department of Public Instruction tahun 1994 (Oktavien, 2012:57)

(21)

Tabel 3.1

Pedoman penskoran jawaban tes pemahaman matematis

Skor Kriteria jawaban dan alasan

4 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika secara lengkap, penggunaan istilah dan notasi matematika secara tepat, penggunaan algoritma secara lengkap dan benar.

3 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika hampir lengkap, penggunaan istilah dan notasi matematika hampir benar, penggunaan algoritma secara lengkap, perhitungan secara umum benar, namun mengandung sedikit kesalahan.

2 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika kurang lengkap, dan perhitungan masih terdapat sedikit kesalahan. 1 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika

sangat terbatas, dan sebagian besar jawaban masih mengandung perhitungan yang salah.

0 Tidak menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika.

b. Tes Kemampuan Berpikir Logis

Tes kemampuan berpikir logis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

berpikir logis yang meliputi analogi, probabilistic reasoning, combinatorial

reasoning dan controlling variabel. Tes dilakukan dua kali, yaitu pretes, yang

bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir logis awal siswa dan postes, yang

bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir logis siswa setelah perlakuan

diberikan. Adapun rincian indikator kemampuan berpikir logis yang akan diukur

(22)

Tabel 3.2

Deskripsi Indikator Kemampuan Berpikir Logis

Variabel Indikator Aspek yang diukur

Berpikir

Menentukan besarnya kombinasi dari suatu kejadian.

Controlling Variabel kemampuan dalam menginterpretasikan suatu

informasi.

Untuk memperoleh data kemampuan berpikir logis matematis, dilakukan

penskoran menggunakan pedoman penskoran yang dimodifikasi dari Saragih

(2011) yang disajikan dalam tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Pedoman penskoran tes kemampuan berpikir logis

Kriteria Jawaban Soal Skor

Jawaban benar dan alasan benar 4 Jawaban benar dan alasan salah 3 Jawaban salah dan alasan benar 2 Jawaban salah dan alasan salah 1

Tidak ada jawaban 0

Tes kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis

matematis sebelum digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji

coba dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah memenuhi

persyaratan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Soal tes

(23)

kelas XII IPA1 SMA 1 Koba sebanyak 32 orang yang telah menerima materi

peluang. Tahapan yang dilakukan pada uji coba tes kemampuan pemahaman dan

berpikir logis matematis sebagai berikut:

c. Analisis Validitas Tes

Menurut Arikunto (2006: 168), validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukan tingkatan kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Validitas

instrumen diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengamatan. dari hasil tersebut

akan diperoleh validitas teoritik dan validitas empirik.

1) Validitas Teoritik

Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi

bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan teori dan

aturan yang ada. Pertimbangan terhadap soal tes kemampuan berpikir logis yang

berkenaan dengan validitas isi dan validitas muka diberikan oleh ahli.

Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari

segi materi yang dievaluasikan (Suherman, 2001: 131). Validitas isi dilakukan

dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah

diajarkan, apakah soal pada instrumen penelitian sesuai atau tidak dengan

indikator.

Validitas muka dilakukan dengan melihat tampilan dari soal itu yaitu

keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya

dan tidak salah tafsir. Jadi suatu instrumen dikatakan memiliki validitas muka

yang baik apabila instrumen tersebut mudah dipahami maksudnya sehingga testi

(24)

Sebelum tes tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan validitas muka

dan validitas isi instrumen oleh para ahli yang berkompeten. Uji coba validitas isi

dan validitas muka untuk soal tes kemampuan berpikir logis matematis dilakukan

oleh 3 orang penimbang. Untuk mengukur validitas isi, pertimbangan didasarkan

pada kesesuaian soal dengan materi ajar matematika SMA kelas XI IPA, dan

sesuai dengan tingkat kesulitan siswa kelas tersebut. Untuk mengukur validitas

muka, pertimbangan didasarkan pada kejelasan soal tes dari segi bahasa dan

redaksi.

Adapun hasil pertimbangan mengenai validitas isi dan validitas muka dari

ketiga orang ahli dapat dilihat pada Lampiran B. Setelah instrumen dinyatakan

sudah memenuhi validitas isi dan validitas muka, kemudian secara terbatas

diujicobakan kepada lima orang siswa di luar sampel penelitian yang telah

menerima materi yang diteskan. Tujuan dari uji coba terbatas ini adalah untuk

mengetahui tingkat keterbacaan bahasa sekaligus memperoleh gambaran apakah

butir-butir soal tersebut dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Berdasarkan hasil

uji coba terbatas, ternyata diperoleh gambaran bahwa semua soal tes dipahami

dengan baik. Kisi-kisi soal, perangkat soal, dan kunci tes kemampuan pemahaman

dan berpikir logis matematis tersebut, selengkapnya ada pada Lampiran A.

2) Validitas Empirik

Validitas empirik adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu.

Kriteria ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas alat

evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi produk momen dengan

(25)

=

�Σ − ΣX (ΣY)

(�Σ 2− Σ 2)(�Σ 2− Σ 2)

dengan

rxy : Koefisien validitas

X : Skor tiap butir soal yang diraih oleh tiap siswa

Y : Skor total yang diraih tiap siswa dari seluruh siswa

N : Jumlah siswa

Interpretasi besarnya koefisien validitas (Suherman, 2003: 113) dapat dilihat

pada tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.4

Interpretasi Koefisien Validitas

Koefisien Validitas Interpretasi

0,90 < rxy≤ 1,00 Sangat baik

0,60 < rxy≤ 0,90 baik

0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy≤ 0,40 Kurang

0,00 ≤ rxy≤ 0,20 Sangat rendah

Data hasil uji coba soal tes serta validitas butir soal selengkapnya ada pada

Lampiran B. Perhitungan validitas butir soal menggunakan software Anates V.4

For Windows. Untuk validitas butir soal digunakan korelasi product moment dari

Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir soal dengan skor total. Hasil validitas

butir soal kemampuan pemahaman dan berpikir logis matematis disajikan pada

(26)

Tabel 3.5

Hasi Uji Validitas Butir Soal

No .Soal Koefisien (rxy) Kategori Keterangan

1 0,786 Tinggi

Uji reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan/kekonsistenan

instrumen tersebut bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun oleh orang

yang berbeda, waktu yang berbeda, atau tempat yang berbeda, maka akan

memberikan hasil yang sama atau relatif sama. Rumus yang digunakan untuk

menghitung reliabilitas tes digunakan rumus Alpha (Suherman, 2003: 154) yaitu:

11 =

(27)

Tabel 3.6

Klasifikasi Tingkat Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Keterangan

0,90 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,70 < r11≤ 0,90 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,70 Sedang

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

0,00 ≤ r11≤ 0,20 Sangat rendah

Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak maka

dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus Alpha-Croncbach dengan bantuan

program Anates V.4 for Windows. Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah

dengan membandingkan rhitung dan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka soal reliabel,

sedangkan jika rhitung≤ rtabel maka soal tidak reliabel.

Maka untuk α = 5% dengan derajat kebebasan dk = 30 diperoleh harga rtabel

0,30. Hasil perhitungan reliabilitas dari uji coba instrumen diperoleh rhitung

= 0,95. Artinya soal tersebut reliabel karena 0,95 > 0,30 dan termasuk ke dalam

kategori sangat tinggi. Hasil perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran B.

Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil perhitungan reliabilitas:

Tabel 3.7 Reliabilitas Tes

Kemampuan Pemahaman Matematis dan Berpikir Logis

rhitung rtabel Kriteria Kategori

0,95 0,30 Reliabel Sangat Tinggi

Hasil analisis menunjukkan bahwa soal kemampuan pemahaman dan

berpikir logis matematis telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk

(28)

e. Analisis tingkat kesukaran soal

Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal

tergolong sukar, sedang atau mudah. Uji tingkat kesukaran menggunakan rumus

berikut ini (Suherman,2003:170):

IK

=

� +�

2��

atau IK

=

� +�

2��

Dimana:

IK = Indeks Kesukaran.

JBA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar.

JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar.

JSA = Jumlah siswa kelompok atas.

JSB = Jumlah siswa kelompok bawah.

Indeks kesukaran (Suherman, 2003: 170) diklasifikasikan seperti Tabel 3.8

berikut ini:

Tabel 3.8

Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal Indeks Kesukaran (IK) Klasifikasi

IK = 0,00 Soal sangat sukar

0,00< IK < 0,30 Soal sukar

0,3≤ IK < 0,70 Soal sedang

0,70 ≤ IK < 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal sangat mudah

Hasil uji coba soal untuk tingkat kesukaran dengan menggunakan bantuan

(29)

Tabel 3.9

Tingkat Kesukaran Butir Soal

Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Logis Matematis No.Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi Keterangan

1 59,72 Sedang

soal mampu membedakan antara siswa kelompok atas dengan siswa kelompok

bawah. Daya pembeda butir soal dihitung dengan rumus berikut ini (Suherman,

� : jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar kelompok atas.

� : jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar kelompok atas.

�� : jumlah siswa kelompok atas (higher group atau upper group).

(30)

Klasifikasi interpretasi daya pembeda soal (Suherman, 2003:161) dapat

Adapun hasil rangkuman yang diperoleh dari uji coba instrumen untuk daya

pembeda dengan menggunakan software Anates V.4 For Windows dapat dilihat

pada Tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11 Daya Pembeda Soal

Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Logis Matematis

No.Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi Keterangan

(31)

2. Skala Disposisi Matematis

Skala disposisi matematis siswa diberikan sebagai bahan evaluasi secara

kualitatif mengenai disposisi matematis siswa yang meliputi 1) kepercayaan diri,

2) keingintahuan, 3) ketekunan, 4) fleksibilitas, dan 5) reflektif dan rasa senang.

Butir pernyataan disposisi matematis terdiri atas 23 item yang diadaptasi dari

Permana (2010: 154) dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS),

Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihan jawaban

netral (ragu-ragu) tidak digunakan untuk menghindari jawaban aman dan

mendorong siswa untuk melakukan keberpihakan jawaban. Skala ini diberikan

kepada siswa sesudah pelaksanaan pembelajaran.

Sebelum instrumen ini digunakan, dilakukan uji coba empiris dalam dua

tahap. Tahap pertama dilakukan uji coba terbatas pada tiga orang siswa di luar

sampel penelitian. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengetahui tingkat

keterbacaan bahasa dan sekaligus memperoleh gambaran apakah

pernyataan-pernyataan dari skala disposisi matematis dapat dipahami oleh siswa. Dari hasil

uji coba terbatas, ternyata diperoleh gambaran bahwa semua pernyataan dapat

dipahami dengan baik oleh siswa.

Setelah instrumen skala disposisi matematis dinyatakan layak digunakan,

kemudian dilakukan uji coba tahap kedua pada siswa kelas XII IPA 1 SMA 1

Koba sebanyak 60 orang. Kisi-kisi dan instrumen skala disposisi matematis

disajikan pada Lampiran A. Tujuan uji coba untuk mengetahui validitas setiap

item pernyataan dan sekaligus untuk menghitung bobot setiap pilihan (SS, S, TS,

(32)

disposisi matematis siswa ditentukan secara aposteriori yaitu berdasarkan

distribusi jawaban responden.

Dengan menggunakan metode ini bobot setiap pilihan (SS, S, TS, STS) dari

setiap pernyataan dapat berbeda-beda tergantung pada sebaran respon siswa.

Proses perhitungan menggunakan bantuan perangkat lunat MS Excel for Windows

2007.

Tabel 3.12

Uji Validitas Butir Skala Disposisi Matematis

korelasi antara Nilai Korelasi Probabilitas Korelasi Kesimpulan

Interpretasi (Pearson Correlation) [Sig. (2-tailed)]

P1 dengan Total 0,462 0,000 Valid Dipakai

P2 dengan Total 0,235 0,071 Tidak Valid Direvisi

P3 dengan Total 0,286 0,027 Valid Dipakai

P9 dengan Total -0,007 0,960 Tidak Valid Direvisi

P10 dengan Total 0,099 0,451 Tidak Valid Direvisi

P11 dengan Total 0,304 0,018 Valid Dipakai

P12 dengan Total 0,389 0,002 Valid Dipakai

P13 dengan Total 0,152 0,245 Tidak Valid Direvisi

(33)

3. Skala Sikap terhadap Pembelajaran E-learning Berbasis Website

Skala sikap dipersiapkan dan dibagikan kepada siswa-siswa di kelompok

eksperimen setelah tes akhir selesai dilaksanakan. Skala sikap ini diberikan untuk

mengetahui sikap siswa tentang pembelajaran e-learning berbasis website yang

dilaksanakan. Skala sikap ini menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta

untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian nilai

akan dibedakan antara pernyataan yang bersifat negatif dengan pernyataan yang

bersifat positif. Pemberian skor setiap pilihan dari pernyataan skala sikap siswa

ditentukan secara aposteriori yaitu berdasarkan distribusi jawaban responden.

Dengan menggunakan metode ini bobot setiap pilihan (SS, S, N, TS, STS)

dari setiap pernyataan dapat berbeda-beda tergantung pada sebaran respon siswa.

Proses perhitungan menggunakan bantuan perangkat lunat MS Excel for Windows

2007.

4. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran berbasis masalah

untuk kelompok-kelompok eksperimen. Bahan ajar disusun berdasarkan

kurikulum yang berlaku di lapangan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Isi bahan ajar memuat materi-materi peluang untuk kelas XI IPA semester I

dengan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah yang diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis

siswa. Selain itu, disiapkan soal-soal latihan dalam bentuk pilihan ganda yang

(34)

Bahan ajar tersebut akan dipublikasikan dan disampaikan pada siswa

melalui website. Dalam website inilah siswa dapat mengunduh, atau membuka

modul e-learning, mengerjakan kuis, menanggapi permasalahan melalui forum

diskusi, atau mengumpulkan tugas berupa file melalui email.

Langkah-langkah pembuatan website adalah:

1) Membeli / mengunduh gratis hosting account dan domain account yang akan

digunakan sebagai alamat URL website. Adapun alamat e-learning adalah

www.matematikaku.com.

2) Melakukan instalasi Moodle pada hosting account melalui cpanel.

3) Melakukan editing tampilan dan fasilitas yang diinginkan dalam website

sesuai dengan tujuan pembelajaran.

4) Meng-upload modul e-learning yang yang telah dibuat sebelumnya ke dalam

website.

5) E – learning siap diujicobakan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes pemahaman matematis,

tes kemampuan berpikir logis, skala disposisi matematis dan skala sikap siswa

terhadap pembelajaran e-learning berbasis website. Data yang berkaitan dengan

pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis matematis siswa

dikumpulkan melalui pretes dan postes, data yang berkaitan dengan disposisi

matematis siswa dikumpulkan melalui penyebaran skala disposisi siswa setelah

(35)

mengenai skala sikap sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning berbasis

website dikumpulkan melalui penyebaran skala sikap untuk kelas eksperimen.

F. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi data kuantitatif berupa hasil

tes kemampuan pemahaman matematis, kemampuan berpikir logis siswa, data

skala disposisi matematis siswa, dan data skala sikap terhadap pembelajaran

e-learning berbasis website.

Data-data kuantitatif diperoleh dalam bentuk hasil uji instrumen, data pretes,

postes, N-gain, skala disposisi matematis siswa dan skala sikap terhadap

pembelajaran e-learning berbasis website. Data hasil uji instrumen diolah dengan

software Anates Versi 4.1 untuk memperoleh validitas, reliabilitas, daya pembeda

serta derajat kesukaran soal. Data hasil pretes, postes, N-gain, skala disposisi

matematis siswa dan skala sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning berbasis

website diolah dengan bantuan program Microsoft Excel dan software SPSS Versi

17.0 for Windows.

a. Data Hasil Tes Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Logis

Matematis.

Hasil tes kemampuan pemahaman dan berpikir logis matematis siswa

digunakan untuk menelaah peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan

kemampuan berpikir logis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran

(36)

Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemahaman dan berpikir

logis matematis diolah melalui tahapan sebagai berikut:

1) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan pedoman

penskoran yang digunakan.

2) Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

3) Menentukan skor peningkatan kemampuan berpikir logis matematis dengan

rumus N-gain ternormalisasi (Hake, 2002) yaitu:

� � � ��� = postes score− score

maximum possible score− score

Hasil perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan

klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.13

Klasifikasi Gain Ternormalisasi Besarnya N-gain (g) Klasifikasi

g ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ g < 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

4) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes,

postes dan N-gain kemampuan berpikir logis matematis menggunakan uji

statistik Kolmogorov-Smirnov.

Adapun rumusan hipotesisnya adalah:

H0: Data berdistribusi normal

Ha: Data tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

(37)

Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka H0 diterima.

5) Menguji homogenitas varians skor pretes, postes dan N-gain kemampuan

pemahaman dan berpikir logis matematis menggunakan uji Levene. Adapun

hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: Kedua data bervariansi homogen

Ha: Kedua data tidak bervariansi homogen

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), maka H0 ditolak

Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka H0 diterima.

6) Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan

uji kesamaan rataan skor pretes dan uji perbedaan rataan skor postes dan

N-gain menggunakan uji-t yaitu Independent Sample T-Test.

7) Melakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara kemampuana

pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis siswa pada kelas

(38)

Untuk memperjelas cara pengujian hipotesis, berikut digambarkan diagram

alur pengujian hipotesis berikut ini:

tidak normal

normal

tidak homogen

homogen

Gambar 3.1.

Diagram Alur Pengujian Hipotesis

b. Data Skala Disposisi Matematis

Pemberian skor setiap pilihan dari pernyataan skala disposisi matematis

siswa ditentukan secara aposteriori yaitu berdasarkan distribusi jawaban

responden. Dengan menggunakan metode ini bobot setiap pilihan (SS, S, TS,

STS) dari setiap pernyataan dapat berbeda-beda tergantung pada sebaran respon

siswa. Data skor skala disposisi matematis siswa yang diperoleh diolah melalui

tahap-tahap berikut:

1) Hasil jawaban untuk setiap pertanyaan dihitung frekuensi setiap pilihan

jawaban.

Uji Homogenitas Uji t

Uji t

Uji normalitas Uji Mann-Whitney

Data

(39)

2) Frekuensi yang diperoleh setiap pertanyaan dihitung proporsi setiap

pilihan jawaban.

3) Berdasarkan proporsi untuk setiap pertanyaan tersebut, dihitung

proporsi kumulatif untuk setiap pertanyaan.

4) Kemudian ditentukan nilai batas untuk Z bagi setiap pilihan jawaban

dan setiap pertanyaan.

5) Berdasarkan nilai Z, transformasikan masing-masing skor nilai pada

setiap pilihan yang dijawab siswa.

6) Selanjutnya dilakukan Uji-t dengan independent sample t-test untuk melihat

apakah ada perbedaan signifikan skor disposisi matematis siswa yang

mendapat pembelajaran blended e-learning berbasis website dan siswa yang

mendapat pembelajaran konvensional. Kriteria pengujian adalah terima H0

apabila Asymp. Sig. > taraf signifikansi (α = 0,05).

c. Data Skala Sikap Siswa

Pemberian skor setiap pilihan dari pernyataan skala sikap siswa ditentukan

secara aposteriori yaitu berdasarkan distribusi jawaban responden. Dengan

menggunakan metode ini bobot setiap pilihan (SS, S, N, TS, STS) dari setiap

pernyataan dapat berbeda-beda tergantung pada sebaran respon siswa. Data skor

skala sikap matematis siswa yang diperoleh diolah melalui tahap-tahap seperti

skala disposisi matematis siswa. Kemudian dianalisis dengan melihat rata-rata

(40)

(2003: 191) seorang subyek dapat digolongkan pada kelompok responden yang

memiliki sikap positif jika skor subyek lebih besar daripada skor netral.

G. Tahap Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Juli 2012 tahun ajaran

2012/2013. Penelitian dibagi ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian meliputi tahap-tahap penyusunan proposal,

seminar proposal, studi pendahuluan, penyusunan instrumen penelitian,

pengujian instrumen dan perbaikan instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi tahap implementasi instrumen,

implementasi pembelajaran dengan pembelajaran blended e-learning

berbasis website , serta tahap pengumpulan data.

3. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan meliputi tahap pengolahan data, analisis data, dan

(41)
(42)
(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan penerapan pembelajaran blended e-learning berbasis website

menggunakan bahan ajar berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman dan kemampuan berpikir logis matematis siswa.

2. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran blended e-learning berbasis website lebih baik dibandingkan dengan

siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran blended e-learning berbasis website lebih baik dibandingkan dengan

siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Terdapat korelasi antara kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan

berpikir logis matematis setelah mendapatkan pembelajaran blended e-learning

berbasis website. Dengan nilai koefisien korelasi 0,668 yang termasuk ke dalam

kategori tinggi dan positif.

5. Tidak terdapat perbedaan antara skala disposisi matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran blended e-learning berbasis website dengan siswa

(44)

6. Secara umum, siswa memberikan tanggapan sangat baik terhadap pembelajaran

blended e-learning berbasis website. Siswa menunjukkan perasaan senang, aktif

mengikuti kuis online, dan menyukai bahan ajar e-learning dipelajari kapan saja

sesuai dengan keinginan siswa.

B.SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan blended e-learning berbasis website hendaknya

menjadi salah satu alternatif pembelajaran bagi guru SMA khususnya bagi

sekolah–sekolah yang sudah mempunyai website sekolah, laboratorium

komputer dan jaringan internet (wi-fi) di sekolah yang sudah memadai.

2. Hendaknya guru-guru matematika di sekolah membiasakan siswa-siswanya

memanfaatkan internet dalam membantu proses pembelajaran di sekolah.

3. Kajian hubungan tentang kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan

berpikir logis matematis yang terungkap dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa ada pengaruh kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan

berpikir logis matematis.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk bahan ajar yang menggunakan

pendekatan lainnya sehingga dapat dikembangkan melalui e-learning berbasis

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2005). Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa SLTP dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis SPs UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Alfeld, P. (2004). Understanding Mathematics. [Online]. Tersedia: http:// www.

Math.utah.edu/-pa/ math. html. [5 Desember 2012].

Ansari, B. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think–Talk–Write.

Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Astuti, R. (2009). Studi Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik dan

Kemandirian Belajar Siswa pada Kelompok Siswa yang Belajar Reciprocal Teaching dengan Pembelajaran Biasa. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

Audiblox. (2006). Logical Thinking: Helping Children to Become Smarter.

[Online]. Tersedia: http://www.audiblox.com/math_problems.htm.

[16 Maret 2012].

Brown, I. (2002). Individual and Technology Factor Affecting Perceived Ease of Use of Web- Based Tecnologies in a Developing Country. Dalam Electronic

Journal of Information System in Developing Countries [Online], Vol 9, 15

halaman. Tersedia : http://www.ejisdc.org [9 Mei 2012].

Clark, R. (2002). Six Principles of Effective e-learning; What Works and Why. Dalam The e-learning Developers journal [online], 9 halaman. Tersedia: http://www.elearningGuild.com. [ 9 Mei 2012].

Dahar, R. (1996). Teori-Teori Belajar. Cetakan kedua. Jakarta: Erlangga.

Darmayanti, S. (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran

Matematis Siswa Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik.

Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Darminto, B. & Setiawan, W. (2008). Studi Perbandingan Antara Model Pembelajaran Berbasis Komputer dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi. Dalam Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi

dan Komunikasi, Vol 1, No 2. [online]. Tersedia: file.upi.edu/Direktori/.../13._Studi_Perbandingan_PBK.pdf. [12 Desember 2012]

Depdiknas. (2006). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

(46)

Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan bagi Orang

Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dwijanto. (2007). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan

Komputer terhadap Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematik Mahasiswa. Disertasi UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

Dzakiria, H., Mustafa, C.S. & Bakar, A. H. (2006). Moving Forward with Blended Learning (BL) as a Pedagogical Alternative to Traditional Classroom Learning. Dalam Malaysian Online Journal of Instructional

Technology (MOJIT) [online]. 8 halaman. Tersedia: http://ldms.oum.edu.my/oumlib/sites/default/files/file_attachments/odlresources/43 40/moving-forward.pdf .[3 Desember 2012].

Echols, J, M. & Shadily, H. (2005). An English–Indonesia Dictionary. Jakarta: PT

Gramedia Jakarta.

Gijselaers, W. H. (1996). Connecting Problem-Based Learning with Educational

Theory. New Direction for Teaching and Learning.

Groves, S. (1996). Good Use of Technology Changes the Nature of Classroom Mathematics. Dalam Conference Proceeding “Technology In Mathematics

Education”[Online].Tersedia:http://www.merga.net.au/documents/Keynote

_Groves_1996.pdf. [16 Oktober 2012].

Hake, R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. Dalam the Physics Education

Research Conference [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/

hake/PERC2002h-Hake.pdf. [ 5 November 2012].

Hamidah. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Arias terhadap Kemampuan

Pemahaman Matematis Siswa SMP Ditinjau dari Tingkat Kecerdasan Emosional. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Hanum, F. (2010). Implementasi Model Pembelajaran Sosiokultural di Sekolah

Dasar di Provinsi Jawa Tengah dan DIY. Artikel Laporan Hasil Hibah

Kompetitif Penelitian Strategis Nasional. Dirjen Dikti Kemdiknas. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Hariwijaya, M. & Surya, S. (2012). Adventure In Math : Tes IQ Matematika. Yogyakarta: ORYZA.

Herman, T. (2006). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP. Disertasi UPI Bandung:

(47)

Hidayat, E. (2009). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik dan

Kemandirian Belajar SMP dengan Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Hohenwarter, J. & Lavicza, Z. (2008). Introducing Dynamic Mathematics Software to Secondary School Teachers: The Case of Geogebra. Dalam

Journal of Computer in Mathematics and Science Teaching [Online], Vol

28, 12 halaman. Tersedia: http://www.editlib.org/p/30304. [27 April 2012]

Kachala, S. J. (1998). Report On The Effectiveness Of Technology in Schools. [Online].Tersedia:http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/detailmini

.jsp?_.[10 Desember 2012]

Kiat, B. & Chun, H. (2006). Use Web-Based Simulation To Learn Trigonometric Curves. Dalam International Journal For Mathematics And Learning. 14 halaman. Tersedia: [24 November 2011].

Kurniawan, R. (2009). Membangun Media Ajar Online Untuk Orang Awan. Palembang : Maxikom

Kusumah, Y. (2010). “Enhancing The Quality of Education Through Application

of Information and Communication Technology”. Makalah pada Workshop untuk Guru RSBI, Garut.

. (2011). “Aplikasi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa “. Makalah Seminar Aplikasi Teknologi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika., Bandung

Lestari, F. (2012). Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Model Peta Pikiran

(Mind Mapping) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Marzani. (2011). Penerapan e-learning Berbasis Moodle Untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Cahaya SMP. Tesis SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Mukhayat, T. (2004). Mengembangkan Metode Belajar yang Baik pada Anak. Yogyakarta: FMIPA Universitas Gadjah Mada.

National Council of Teacher of Mathematics. (2000). Principles and Standards

for School Mathematics. Reston,VA: NCTM.

Novaliyosi. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan

Kemandirian Belajar dengan Pendekatan Investigasi. Tesis SPs UPI

(48)

Oktavien, Y. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Oliver, M. & Trigwell, K. (2005). Can „Blended Learning‟ Be Redeemeed. [Online]. Tersedia: www.wwwords.co.uk/rss/abstract.asp?j. [10 Desember 2012].

Otrina, M. (2010). Peningkatan Pemahaman Matematik dan Berpikir Logis

dengan Menggunakan Metode Improve Pada Siswa SMP. Tesis SPs UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan

Permana, Y. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi dan

Disposisi Matematis Siswa SMA Melalui Model Eliciting Activities.

Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi Dan

Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

Reziyustikha, L. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi

Matematis Siswa SMP Menggunakan Pendekatan Open-Ended dengan Pembelajaran Kooperatif tipe Co-op Co-op. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Rohendi, D. (2009). Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Pemecahan Masalah

Matematik: Eksprimen terhadap Siswa SMA melalui Pembelajaran Elektronik (E-Learning). Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rusman, Kurniawan, D. & Riyana, C. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi. Bandung : Rajawali Press.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non

Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Saragih, S. (2011). Penerapan Matematika Realistik dan Kelompok Kecil Untuk

Meningkatkan Kemampuan Keruangan, Berpikir Logis dan Sikap Positif Terhadap Matematika Siswa Kelas VIII. Disertasi SPS UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

(49)

Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta: P4TK Matematika Yogyakarta.

Sugandi, I. (2010). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Setting

Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Pencapaian Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi dan Kemandirian Belajar Siswa SMA. Disertasi

SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Suhendi. (2009). Implementasi E-learning Untuk Meningkatkan Penguasaan

Konsep dan Memperbaiki Sikap Belajar Mahasiswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan. Tesis SPs UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Bandung.

Sujatmikowati, A. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan

Generalisasi Siswa dalam Matematika melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open-ended. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sumarmo. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa

SMA Dikaitkan Dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa Dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi PPS IKIP Bandung: Tidak

Diterbitkan.

. (2011). “Pembinaan Karakter, Berpikir Dan Disposisi Matematik, Kesulitan Guru Dan Siswa Serta Alternatif Solusinya”. Makalah pada

Seminar Pendidikan Matematika Di UNINUS, Bandung.

Thomas, J. (1996). Computers in the Mathematics Classroom: A Survey. Dalam

Conference Proceeding tahun 1996 „Technology In Mathematics Education‟ [Online].Tersedia:http://www.merga.net.au/documents/RP_Thomas_1996.pdf [16 Oktober 2012]

Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan

Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi pada PPS IKIP

Bandung: Tidak diterbitkan.

Wardani, S. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Disposisi

Matematis Siswa SMA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Model Sylver. Disertasi pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Wardhani, S. & Rumiati. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika

SMP; Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: P4TK Matematika.

Gambar

Tabel 3.1  Pedoman penskoran jawaban tes pemahaman matematis
Tabel 3.3  Pedoman penskoran tes kemampuan berpikir logis
Tabel 3.4  Interpretasi Koefisien Validitas
Tabel 3.5 Hasi Uji Validitas Butir Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan kinerja reksadana saham dengan metode Sharpe dan Treynor menghasilkan 12 reksadana bernilai positif, artinya bahwa hanya 29,26% reksadana saham yang

Dengan ini kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa RSUD Kabupaten Nunukan T.A.2012 dengan ini menyatakan sanggahan benar mengenai kekeliruan jadwal yang terlalu singkat dan kesalahan

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

bahwa untuk itu perlu menetapkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Tempat Pemasukan dan pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan

Manajemen Pemerintahan Dalam Perspektif pelayanan publik edisi 2.Jakarta : Mitra Wacana Media.. Pelayanan Yang Akuntanbel Dan Bebas Dari

Modal sosial yang dimiliki setiap individu seperti adanya nilai kepercayaan, jaringan sosial, dan norma sosial membantu terciptanya kerjasama yang efektif

[r]

Website SMA Negeri 19 merupakan suatu media informasi secara online yang disediakan untuk memudahkan semua orang dalam mendapatkan informasi tanpa harus datang langsung ke